BUDAYA ORGANISASI DI UNIVERSITAS SAINS AL- QUR’AN...
Transcript of BUDAYA ORGANISASI DI UNIVERSITAS SAINS AL- QUR’AN...
Disertasi
BUDAYA ORGANISASI DI UNIVERSITAS SAINS AL-
QUR’AN WONOSOBO
Oleh
Rifqi Muntaqo 11.3.00.1.03.01.0049
Promotor:
Prof. Dr. Suwito, MA.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM.
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT., atas segala
nikmat dan karunia-Nya, sehingga Disertasi ini dapat terselesaikan dengan
baik. shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan yang
mulia Rasulullah SAW.
Penyusunan Disertasi ini merupakan observasi tentang “Budaya
Organisasi Di Universitas Sains Al-Qur’an” yang mengambil obyek
penelitian pada UNSIQ, untuk diajukan kepada Sekolah Pasca Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor
Manajemen Pendidikan Islam.
Penulis menyadari penuh dalam penyusunan Disertasi ini, bahwa
tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan kerjasama dari berbagai
pihak sulit rasanya dapat mewujudkan dan menyelesaikan penulisan ini.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Masykuri
Abdillah, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah. Prof. Dr. Didin Saepudin, MA. sebagai Ketua
Program Studi S-3, Dr. J.M. Muslimin, MA. sebagai Ketua Program Studi S-
2 Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua promotor
dalam penelitian ini, Prof. Dr. Suwito, M.A, dan Prof. Dr. Ahmad Rodoni,
MM. yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan sampai
Disertasi ini selesai. Dan segenap guru besar dan dosen Sekolah Pasca
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberi bekal bagi
penyusun untuk menjadi dewasa dalam berpikir dan menjadi kritis secara
akademik. Dan tidak lupa segenap karyawan dan karyawati Sekolah Pasca
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah atas segala pelayanan dan bantuan yang
telah diberikan selama studi dan menyelesaikan Disertasi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Rektor UNSIQ Dr.
KH. Mukhotob Hamzah, MM., Wakil Rektor 1 Dr. Zaenal Sukawi, MA.
Wakil Rektor 2 H. Mahfudz, MA, Wakil Rektor 3 Alm. Dr. A. Kholiq yang
sebelumnya menjadi Kabiro UNSIQ ketika penulis melakukan penggalian
data. Dosen UNSIQ Fakthurrohman, M.Pd, dan H. Ahmad Zuhdi, M.Ag. dan
seganap dosen UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo.
Ucapan terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua ayahanda Samingan, S.Pd.I, Ibunda Drs. Maisaroh, yang telah
memberikan dukungan penuh selama penulis menuntut ilmu sejak tahun
1992 hingga 2017, dan adinda Kamaludin Ridho beserta keluarga.
Termikasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Mertua Somadi, Ibu
Mertua Siti Jariyah dan segenap saudara-saudari istri, Mba Umi, Mas Narto,
dan Mas Mad beserta keluarga besar masing-masing.
Ungkapan terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada
istri tercinta Dwi Masruroh, M.Pd.I. yang telah menemani penulis dalam
suka maupun duka selama penelitian ini berlangsung bersama anak-anak
tersayang, Ahmad Khalish ar-Raid dan Nizar Aliy Azam, semoga kalian
lebih baik dari ayah dan bunda.
Ungkapan terimakasih teristimewa juga penulis sampaikan kepada
Dr. Robingun Alh. telah bersedia menjadi teman diskusi penulis selama
penyusunan disertasi ini. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan,
penulis tidak bisa membalas apa-apa, kecuali hanya ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya dan hanya bisa memanjatkan do’a mudah-mudahan
Allah swt, membalas semua amal dan kebaikan dengan berlipat ganda.
Jazahumulloh Ahsanal Jaza’. Amin.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menemukan efektivitas konsep relasi interpersonal
dalam budaya organisasi. Sarana solusi alternatif organisasi dari efek makin
menurunnya kualitas relasi antar anggota organisasi, sehingga muncul sikap
individual. Konsep tersebut berkontribusi menghasilkan nilai baik bagi anggota
organisasi, yakni hidup bermakna untuk dirinya maupun lingkungannya.
Disertasi ini berkesimpulan bahwa internalisasi nilai dan norma organisasi
lebih efektif melalui intensitas relasi interpersonal anggota organisasi dalam
mendukung pengembangan budaya organisasi daripada prosedur kerja organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berkesimpulan sama dengan temuan Geertz
Hofstede (1980) yakni budaya organisasi merupakan simbol efektivitas subjektif
dan objektif dalam organisasi. Kesimpulan disertasi ini berbeda dengan hasil
penelitian Fons Trompenaars and Charles Hampden Turner (1997) yakni budaya
organisasi sebagai sistem makna bersama anggota organisasi berdasarkan peraturan
organisasi.
Bertumpu pada kerangka teori dari pendekatan metodologis yang
digunakan, diverifikasi dari fakta yang ada bahwa konsep relasi interpersonal
merupakan salah satu pendukung utama dari terbentuk dan berkembangnya budaya
organisasi. Dengan adanya kepemimpinan organisasi yang mumpuni dalam
menjalankan fungsinya, kemudian konsep relasi interpersonal dengan pendekatan
teori keseimbangan yang terimplementasikan dengan baik, dan adanya dukungan
nilai-nilai Qur’ani dalam proses pembentukan budaya Qur’ani dan budaya
akademik dalam pengembangan budaya organisasi.
Disertasi ini merupakan penelitian field research dengan pendekatan
penelitian kualitatif. Sumber utama data penelitian yakni informasi langsung yang
diperoleh dari civitas akademik Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo, didukung
pengayaan informasi dari berbagai sumber data. Data dibaca menggunakan
pendekatan antropologi, fenomenologi dan manajemen pendidikan. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi terlibat, dan dokumentasi.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik triangulasi
dan komparasi.
Keyword ; Relasi Interpersonal, Budaya Akademik, Budaya Qur’ani, Budaya
Organisasi, dan Manajemen Pendidikan.
Abstract
Based on the theoretical framework of the methodological approach
used, it is found that organizational culture is a cornerstone of educational
management concepts, with academic and Qur'anic principles as universal
buildings and revelation in tangible organizational culture values, namely;
power distance, individualism, uncertainty avoidance, masculine, and term
orientation. Then Interpersonal values as a strenght for the implementation of
organizational culture values, where indication can be seen from the balance
of income, job satisfaction, motivation, communication, workload and
performance. They also need to be supported by a sense of kinship and
justice, where they can address internal integration issues, i.e; the
organization's external adaptation.
This dissertation aims to describe the internalization of organizational
values and norms more effectively through the intensity of interpersonal
relations of organization members in supporting the development of
organizational culture in UNSIQ (Universitas Sains Al-Qur’an). Therefore,
this study supports the findings of Geertz Hofstede stating that organizational
culture is a symbol of subjective and objective effectiveness in the
organization. And the results of research Stephen P. Robbins which states
that the organizational culture is a system of meaning with members of the
organization.
This dissertation is a quantitative and qualitative research with case
study method. The main sources of data or information are obtained directly
from the academic community of Universitas Sains Alqur’an Wonosobo,
supported by the enrichment of information from various sources. Data is
read using an anthropology approach, phenomenology and management
education. Data collection was conducted by questionnaire, in-depth
interviews, participant observation, focuss group discussion, and
documentation. The collected data was then analyzed by using triangulation
and comparation technique.
Through theoretical analysis, the research ultimately offers
interpersonal values in organizational culture as a theory as well as
educational management practice, means of an alternative solution to the
organization of the effect of decreasing the quality of relationships among
members of the organization, resulted in the attitude of self-stunting and
uncertainty. These values contribute to positive values for members of the
organization, meaningful living for themselves and their environment. This
theory can be utilized for the development of Islamic education management
as an alternative form of organizational culture model based on interpersonal
values in the construction of Islamic studies.
Keyword ; Interpersonal Values, Organizational Culture, and
Management Education.
مستحلص البحث
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Pernyataan Bebas Plagiarisme
Persetujuan Pembimbing Dan Penguji
Abstrak Bahasa Indonesia, Arab Dan Inggris
Pedoman Transliterasi Arab-Latin
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Permasalahan .............................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
2. Rumusan Masalah ................................................................ 6
3. Pembatasan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Signifikansi/ Manfaat Penelitian ................................................ 7
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................ 7
F. Metodologi Penelitian ................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 15
BAB II DISKURSUS BUDAYA ORGANISASI
A. Budaya Organisasi di Perguruan Tinggi ..................................... 17
B. Kepemimpinan Organisasi ......................................................... 29
C. Relasi Interpersonal Dalam Sebuah Organisasi ......................... 36
D. Relasi Interpersonal Meningkatkan Budaya Organisasi ............. 43
E. Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Budaya Organisasi ........................... 49
BAB III PROFIL UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
A. Gambaran Umum Lembaga ....................................................... 61
B. Unit Organisasi pembentuk Kultur Qur’ani ............................... 63
C. Sistem Manajemen Mutu Pendidikan ......................................... 65
BAB IV KONKRITISASI RELASI INTERPERSONAL DALAM
PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI DI UNSIQ
A. Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi ................................. 74
B. Kepemimpinan Pendidikan di UNSIQ ....................................... 79
C. Sosialisasi Budaya Organisasi Oleh Pemimpin Organisasi ........ 91
D. Azaz Keadilan Tujuan Pengembangan Budaya Organisasi ........ 93
E. Azaz Kekeluargaan Tujuan Pengembangan Budaya Organisasi 101
BAB V RELASI INTERPERSONAL DALAM BUDAYA
ORGANISASI DI UNSIQ
A. Relasi Interpersonal Sebagai Asas Pemberdayaan Pegawai
UNSIQ ........................................................................................ 107
1. Dinamika Perubahan Organisasi ......................................... 112
2. Peningkatan Kompetensi Pegawai UNSIQ .......................... 121
B. Relasi Interpersonal Media Bargaining Jaringan Regional ......... 125
C. Relasi Interpersonal Media Pengembangan Mutu Dosen ........... 130
BAB VI INTEGRASI HUMANIS-QUR’ANI DALAM
PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI DI UNSIQ
A. Transformasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Budaya Organisasi ..... 137
B. Budaya Akademik Asas Pengembangan Budaya Organisasi .... 150
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 155
B. Saran dan Rekomendasi .............................................................. 156
Daftar Pustaka
Lampiran
Indeks
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya organisasi bisa dipahami sebagai segala bentuk akumulasi cara
berpikir, bekerja, perasaan, dan kebiasaan yang dipelajari oleh anggota
organisasinya.1 William memperjelas konsep budaya organisasi terkait
keputusan, tindakan dan komunikasi, baik pada instrumental maupun simbolik.2
Pecanha dan Godoy mengasumsikan salah satu bentuk budaya organisasi yang
diaplikasikan dalam tindakan adalah komunikasi, di mana keterbukaan dalam
komunikasi merupakan faktor pendukung manusia dalam berhubungan dengan
orang lain3 sebagai makhluk sosial.
4 Manfaat hubungan dengan orang lain atau
lebih tepatnya relasi interpersonal yang positif dalam suatu organisasi dapat
meningkatkan produktivitas kerja anggota organisasi tersebut.5 Penjelasan
Hofstede tentang komunikasi bahwa seseorang memeliki kemampuan berikir
dan bertindak sesuai impiannya atau dengan kata lain mental. Hal ini meliputi
konsep mengenai tradisi dalam suatu organisasi atau masyarakat dan hasil dari
pemahaman nilai atau norma yang berlaku.6
Pemaknaan komunikasi dalam relasi interpersonal seperti yang
dijabarkan oleh Rushdi> Ahmad T}u’aymah, مصطهح إحصال يشيش بانخفاعم istilah
komunikasi diartikan sebagai relasi interpersonal.7 Syaiful menambahkan
bahwa relasi interpersonal8 manusia timbul sebagai reaksi atas hubungan
1 Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership (San Fransisco:
Josseybass, 1992), 18. 2 William G. Tierney, “Organizational Culture in Higher Education: Defining The
Essentials”, The Journal of Higher Education, Vol. 59, No. 1 (Jan. - Feb., 1988), 3.
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00221546.1988.11778301?journalCode=uhej2
0 3 Godoy, R.S.P., & Peçanha, D.L.N., “Cultura organizacional e processos de
inovacao: um estudo psicossociologico em empresa de base tecnologica”. Boletim Academia
Paulista de Psicologia, 29 (1), (2009) 142-163.
http://pepsic.bvsalud.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1415-711X2009000100012 4 Dian Wisnu Wardhani, Mashoedi, dan Sri Fatmawati, Hubungan Interpersonal
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 116. Vivin Ayu Dwi L, “hasil belajar mahasiswa
terhadap hubungan interpersonal”, artikel (Surabaya: Fak. Ekonomi UNESA), 209. 5 Erkan Yaman dan Keyhan Ruclar, “Organizational Silence In Universities As The
Predictor Of Organizational Culture”, Yükseköğretim ve Bilim Dergisi/Journal of Higher
Education and Science; DOI: 10.5961/jhes.2014.087. Sri Haryani & Yulia, Mengelola
Sumber Daya Manusia Dan Hubungan Karyawan (Jakarta: Gramedia, 1995), 61. Saydam,
Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Djambatan, 1996), 423. 6 Myron W. Lustig & Jolene Koester, Intercultural Competence Interpersonal
Communication Across Cultures, 6th ed. (Boston: Pearson Education Inc. 2010) 113-123. 7 Rushdi Ahmad T}u’aymah ‚Ta’li>m al-Lughoh Ittis}aliya> Bayna al-Mana>hij wa al-
Istira>tijiya>t‛, (i>si>siku>, 2006). 25. 8 Pearson dalam Dian Wisnu Wardhani, Mashoedi, dan Sri Fatmawati, Hubungan
Interpersonal (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 2.
2
formalitas, di mana fokusnya lebih dititikberatkan kepada berbagai elemen
organisasi.9 Seperti dalam hubungan pegawai dan manajemen, di mana
hubungan ini terdapat beberapa aktor utama, seperti; mahasiswa, pegawai,
pimpinan dan pemerintah terkait.10
Meskipun setiap pihak saling tergantung,
tetapi mereka hanya dibedakan dengan adanya struktur jabatan tertentu. Oleh
karena itu, hubungan manusia dalam organisasi seharusnya menunjukkan
keterkaitan antara tanggung jawab, wewenang dan pelaporan (akuntabilitas).11
Husein Hamadi menyatakan:
إن اإلحصال هى انعمهيت انخً يخم عه طشيقها اوخقال انمعشفت مه شخص إلخش
نً انخفاهم بيه هزيه انشخصيه أو أكثشحخً حصبح مشاعا بيىهما وحؤدي إ Komunikasi adalah proses di mana pengetahuan ditransfer dari
seseorang kepada orang lain, sehingga menjadi pengetahuan umum di
antara mereka dan mengarah pada pemahaman antara dua orang atau
lebih.12
‘Ula>uddi>n Ah}mad Kafa>fi memperjelas:
إن االحصال شكم مه أشكال عمهياث انخفاعم اإلجخماعً ايا كان حجمه وشكهه
فئوه عمهيً ديىاميكيت إرا عمهيت اإلحصال ضشوسيت نهفشد وانمجخمع عهً حذ انسىاء
فهي حسهم في ححقيق انحاجاث انفشديت واإلجخماعيتKomunikasi merupakan salah satu bentuk hubungan sosial terlepas dari
ukuran dan bentuknya, hal tersebut dinamis jika proses komunikasi
diperlukan baik untuk individu dan masyarakat, dan berkontribusi pada
pencapaian kebutuhan individu dan masyarakat.13
Untuk menjaga hubungan baik antara anggota organisasi dibutuhkan
beberapa faktor, seperti dengan adanya keakraban, adanya pengawasan, adanya
perhatian, dan pengunaan perasaan yang disesuaikan dengan kondisi. Karena
pada hakikatnya, setiap hubungan interpersonal pasti akan terjadi konflik
lambat atau cepat.14
Dalam dunia pendidikan, keseimbangan ini lah yang
seharusnya dapat dibiasakan, agar proses peningkatan kinerja pendidikan
9 Syaiful Sagala, Budaya Dan Reinventing Organisasi Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2008), 277-278. 10
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001), 213 11
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 82 12
H}usain H}amadi> dalam Rushdi Ahmad T}u’aymah ‚Ta’li>m al-Lughoh Ittis}aliya> Bayna al-Mana>hij wa al-Istira>tijiya>t‛, (i>si>siku>, 2006). 25.
13 ‘Ula>uddi>n Ah}mad Kafa>fi>, ‚Mahara>tu al-Ittisha>l wa al-Tafa>’ul fi> ‘Imli>ti> wa al-
Ta’alum‛, Shaf 2, (Da>r al-Fikr: Qa>hiroh Mishr). 14
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Raya, 2005), 126
3
khususnya di perguruan tinggi dapat cepat tercapai sekaligus menanggulangi
problem-problem yang terjadi.15
Kemudian pada konsep budaya organisasi seperti yang dijelaskan
Hofstede, menggambarkan efek dari budaya masyarakat pada nilai-nilai
anggotanya, dan bagaimana nilai-nilai berhubungan dengan perilaku.16
Pada
proses penerapan budaya organisasi terdapat perdebatan di antara kemudahan
maupun kesulitan yang disebabkan berbagai faktor (usia, geografis, dsb), seperti
yang dikatakan oleh Antony bahwa budaya organisasi dapat dengan mudah
dikelola, sedangkan Burack, Nord, Trice And Beyer berpendapat penerapan
budaya organisasi jauh lebih sulit. Aplikasi budaya organisasi terdapat beberapa
faktor seperti keragaman dan kompleksitas sub-budaya, konflik kepentingan
politik, waktu yang tidak tepat, dan kegagalan komunikasi.17
Martin
menambahkan bahwa budaya organisasi dapat dan telah berhasil berkembang
diterapkan dalam organisasi modern. Oleh karena itu Smircich menambahkan
budaya organisasi merupakan bagian dari organisasi bukan sesuatu yang hanya
dimiliki organisasi.18
Robbins mengartikan budaya organisasi sebagai pemaknaan bersama
oleh anggota organisasi, sehingga membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi lainnya.19
Budaya organisasi pada setiap organisasi berbeda, seperti
karakter, watak dan kepribadiannya.20
Hofstede menyebutkan empat manifestasi
budaya (simbol, pahlawan, ritual, dan nilai). Namun lebih rinci lagi, budaya
organisasi di perguruan tinggi dibangun berdasarkan falsafah yang dianut,
keyakinan-keyakinan dasar dan nilai-nilai21
dominan yang dihargai bersama
anggota organisasi perguruan tinggi itu, sehingga membentuk perilaku
organisasi. Dalam pandangan Hofstede budaya sendiri diartikan proses interaksi
yang mencirikan kegiatannya sehingga mempengaruhi anggota organisasi lain
dan lingkungan sekitarnya.22
Perilaku organisasi dapat dilihat seperti; pertama,
penampilan fisik (artefak) misal gedung dan pengaturan lingkungan perguruan
tinggi. kedua, penampilan non fisik misal pola relasi interpersonal antar sesama
15
Ahmad Sobirin, Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, Dan Aplikasinya
Dalam Kehidupan Organisasional (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), 239. 16
Geert Hofstede, Geert Jan Hofstede and Michael Minkov, Culture and
Organization: Software of The Mind, (McGraw Hill Professional, 2010), 17
Karel De Witte and Jaap J. Van Muijen, Organizational Culture, dalam jurnal
European journal of work and organizational Psychology, Peter Heriot, Organizational
Culture, Volume 8, Number 4, December 1999, (United Kingdom: Psychology Press in
Association with the international Association of Applied psychology, 1999), 497. 18
Karel De Witte and Jaap J. Van Muijen, Organizational Culture.., 497. 19
Stephen P. Robbins and Judge A. Timothy, Organizational Behaviour, vol 15,
(USA: Pearson Education, 2013), 512 20
Tobroni, Perilaku Kepemimpinan Spiritual Dalam Pengembangan Organisasi
Pendidikan Dan Pembelajaran; Kasus Lima Pemimpin Pendidikan Di Kota Ngalam
(Yogyakarta: Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2005), 60. 21
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 18. 22
Hofstede, Geert, Culture‟s Consequences, International Differences in Work –
Related Values. (Beverly Hills/London/New Delhi: Sage Publication.1986) 21.
4
mahasiswa, dosen, interaksi dosen-mahasiswa (semua subyek yang ada di
perguruan tinggi) dan penggunaan metode reward-punishment terhadap
pegawai, dosen maupun mahasiswa yang berprestasi dan berdedikasi.23
Perguruan tinggi juga memiliki hak dan kewenangan dalam
menentukan kebebasan, otonomi, dan budaya akademik (academic culture).
Adapun hak dan wewenang ini sesuai dengan misi undang-undang nomor 20
tahun 2003, peraturan pemerintah nomor 60 tahun 1999 dan PP nomor 61 tahun
1999. Ketiga kebijakan tersebut seharusnya dapat dijaga dan dikembangkan
oleh perguruan tinggi untuk menjadi panutan lembaga pendidikan lain. Kita
ketahui bahwa budaya akademik perguruan tinggi yang paling mendasar adalah
budaya literacy. Wujud budaya literacy antara lain pencapaian prestasi
akademik tertinggi misal profesor, proses pencapaianya pun dilalui dengan
berbagai kegiatan akademik yang mendukung ke arah tingkatan akademik
tertinggi tersebut. Kompetensi lainnya adalah dosen sebagai tenaga
profesional,24
menetapkan apa yang terbaik untuk mahasiswanya berdasarkan
pertimbangan profesional. Sallis mengatakan, dosen merupakan front line
provider and determine the quality of service delivery system.25
Beberapa permasalahan dalam kegiatan akademik di perguruan tinggi,
Rindang Gunawan dan Jumadi mencontohkan permasalahan mahasiswa saat
perkuliahan26
dan saat proses pembimbingan.27
Permasalahan relasi
interpersonal yang negatif,28
baik kepada dosen pengampu mata kuliah ataupun
kepada dosen pembimbing29
sehingga menimbulkan pengurangan nilai bahkan
penundaan penilaian pada mahasiswa tersebut.30
Saat ini salah satu model
perkuliahan yang diminati oleh mahasiswa pada saat ini adalah perkuliahan
23
Tobroni, Perilaku Kepemimpinan Spiritual, 60. 24
Bambang Sumadjoko, Membangun Budaya Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). 89. 25
Edward Sallis, Total Quality Management In Education (London: Kogan Page
Limited). 26
Jumadi, “Peranan Kultur Sekolah Terhadap Kinerja Guru, Motivasi Berprestasi
dan Prestasi Akademik Siswa”, Jurnal Penelitian Tajdidukasi. Vol. 1, Tahun 2006, 22.
https://www.tajdidukasi.or.id/index.php/tajdidukasi/article/view/4 27
Rindang Gunawati, Sri Hartati dan Anita Listiara dengan judul “Hubungan
Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa Dosen..”, Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro Volume 3 No.2, Desember 2006, 95.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/659 28
Sarafino, E.P., Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Second Edition
(Singapore: John Wiley & Sons, Inc, 1994), 89. 29
De Vito, J. A.. The Interpersonal Communication. Seventh Edition (New York:
Harper Collins College Publisher, 1995), h.7. Lihat juga dalam Walgito, B, Psikologi
Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 77. 30
Pangestuti, R. “Penundaan Menyelesaikan Skripsi (Studi Kasus pada beberapa
Mahasiswa Angkatan ‟96 Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro” (Semarang. Fakultas Psikologi UNDIP, 2003), 200.
5
online, dengan harapan mahasiswa lebih dapat terkonsentrasi pada pemahaman
materi yang disampaikan ataupun tugas yang diberikan.31
Budaya memiliki makna yang sangat penting dalam meningkatkan
kinerja manajemen pada suatu lembaga,32
suatu lembaga yang
mengombinasikan nilai dan keyakinan, kebijakan dan praktik manajemen, serta
hubungan antara keduanya akan menunjukkan keberhasilan yang terlihat dari
budaya organisasi yang memiliki sifat keterlibatan,33
konsistensi,34
adaptabilitas
dan penghayatan misi. Dalam hal ini, penelitian akan meneliti pada sebuah
perguruan tinggi islam di daerah dataran tinggi Wonosobo Jawa Tengah yakni
Universitas Sains Al-Qur‟an, merupakan lembaga pendidikan tinggi islam yang
masih memiliki keterkaitan dengan pondok pesantren Tahfiz al-Qur‟an al-
Asy‟ariyyah. Lebih dari itu, sebagian besar dosen dan mahasiswa yang
berkecimpung dalam kegiatan pembelajaran di UNSIQ adalah para kyai/ ustad
dan santri dari pesantren tersebut. Penulis tertarik untuk meneliti pada objek
penelitian tersebut, karena adanya lingkungan pesantren yang mendukung
proses pengelolaan perguruan tinggi baik dari bidang akademik maupun bidang
manajerial lembaga, sehingga menimbulkan banyak asumsi bahwa perguruan
tinggi tersebut bercorak tradisional-modern, kemudian dari sisi relasi
interpersonal civitas akademik yang semakin demokratis tanpa meninggalkan
kharismatis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan pola budaya
organisasi yang ideal dalam meningkatkan kualitas perguruan tinggi, melalui
pemahaman dan pengaplikasian konsep relasi interpersonal dan nilai-nilai
budaya organisasi.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain:
a. Efektiftivitas relasi interpersonal antara civitas akademik belum
berjalan dengan baik di UNSIQ.
b. Keakraban, kontrol teman sejawat, respon yang tepat belum menjadi
dasar anggota organisasi berinteraksi yang baik di UNSIQ.
c. Intensitas komunikasi antara civitas akademik kurang maksimal di
UNSIQ.
d. Dasar pengembangan budaya akademik belum mendalam sebagaimana
dikembangkan dalam kajian budaya organisasi di UNSIQ.
31
Lei Li, John Finley, Jennifer Pitts, dan Rong Guo, Which is a better choice for
student-faculty interaction: synchronous or a synchronous communication?, Journal of
Technology Research; Volume 2 - September, 2011, Published by Academic and Business
Research Institute, Florida, USA.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.467.7214&rep=rep1&type=pdf 32
Didin Kurniadin Dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan; Konsep dan
Prinsip Pengelolaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 247. 33
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi (Jakarta: Kencana, 2011), 187. 34
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi (Jakarta: Kencana, 2011), 186.
6
e. Peran budaya pesantren memberikan pengaruh religiusitas yang tinggi
terhadap proses sosialisasi budaya organisasi di UNSIQ.
f. Pentingnya inovasi budaya organisasi yang dapat meningkatkan
kreativitas civitas akademik di UNSIQ.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah mayor penelitian ini adalah bagaimana budaya
organisasi di Universitas Sains Al-Qur‟an Wonosobo?. Kemudian
dirumuskan permasalahan minor penelitian ini, sebagai berikut:
a. Bagaimana peran kepemimpinan dalam budaya organisasi?
b. Bagaimana peran relasi interpersonal dalam budaya organisasi?
c. Bagaimana peran nilai-nilai Qur‟ani dalam budaya organisasi?
3. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas,
penulis akan membatasi permasalahannya pada pengelolaan budaya
organsiasi yang didasarkan atas efektivitas relasi interpersonal civitas
akademik Universitas Sains al-Qur‟an Wonosobo sehingga memudahkan
peran pimpinan dalam merumuskan sekaligus mensosialisasikan budaya
organisasi. Budaya organisasi diwujudkan antara lain dalam budaya
akademik dan budaya Qur‟ani, dengan demikian diharapkan civitas
akademik berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi. Kemudian lama
waktu penelitian ini yakni 2 tahun, dimulai dari tahun 2016 hingga tahun
2018. Penelitian ini dilakukan di Universitas Sains Al-Qur‟an Kalibeber
Mojotengah Wonosobo Jawa Tengah.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Mayor dari penelitian ini ialah menjelaskan budaya organisasi
di Universitas Sains Al-Qur‟an Wonosobo. Kemudian tujuan minor penelitian
ini adalah;
1. Menjelaskan peran kepemimpinan dalam budaya organisasi.
2. Menjelaskan relasi interpersonal dalam budaya organisasi
3. Menjelaskan nilai-nilai Qur‟ani dalam budaya organisasi.
D. Signifikansi/Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian penulis berharap disertasi memiliki
kegunaan sebagai berikut:
1. Secara teoritis, Kegunaan yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini
adalah agar hasil kajian yang mengangkat persoalan manajemen
pengembangan budaya organisasi di perguran tinggi dapat dijadikan
sebagai sesuatu yang terkait secara umum dengan berbagai persoalan
penyelenggaraan pendidikan yang berkembang.
2. Secara praktis, Hasil penelitian ini, ingin mencoba memperlihatkan bahwa
manajemen pengembangan budaya organisasi dapat menunjang
peningkatan mutu perguruan tinggi. Dan diharapkan hasil penelitian ini
7
dapat memunculkan inspirasi untuk melakukan pembaharuan dan
reorientasi dalam praktek penyelenggaraan pendidikan.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan budaya
organisasi antara lain yang dilakukan oleh Erkan Yaman dan Kayhan Ruçlar
dengan tema Organizational Silence in Universities as the Predictor of
Organizational Culture.35
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Civitas
akademik universitas berupaya menciptakan budaya komunikasi yang baik
dalam lembaga mereka, serta mendorong instruktur atau pimpinan untuk
berkomunikasi dengan jelas dan meningkatkan frekuensi kontak dengan civitas
akademik.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah konsep budaya
organisasi yang saling mendukung membutuhkan ketenangan dalam
berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut
dapat dipahami dengan baik. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan bahwa
budaya organisasi di perguruan tinggi islam tidak hanya mendukung
ketenangan dalam berkomunikasi namun ketegasan dalam komunikasi juga
dituntut untuk menyikapi pengaruh global yang tidak sesuai dengan budaya
pesantren yang telah dikembangkan.
Salman Ilaiyan dengan tema Difficulties Experienced by the Arab
Teacher during His1 First Year of Teaching as a Result of Personal and
Organizational Variables.36
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor iklim
organisasi (budaya organisasi) secara signifikan mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan. Adapun iklim organisasi dipengaruhi oleh latar belakang pendidik
pemula dan spesialisasi keilmuannya, sehingga menimbulkan kesulitan adaptasi
pada tahun pertama. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah
adaptasi dosen pemula di perguruan tinggi islam yang sangat mudah, hal ini
disebabkan sebagian besar dosen senior dapat membimbing dosen pemula.
Houshang Mobarakabadi dan Meisam Karami dengan tema
Investigation of Relationship among the Organizational Culture and
Creativity.37
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi positif antara budaya
35
Erkan Yaman and Kayhan Ruçlar, “Organizational Silence in Universities as the
Predictor of Organizational Cultur”, Yükseköğretim ve Bilim Dergisi/Journal of Higher
Education and Science, Volume 4, Number 1, April 2014; Pages 36-50, DOI:
10.5961/jhes.2014.087. http://oaji.net/articles/2014/593-1400074406.pdf 36
Salman Ilaiyan, “Difficulties Experienced by the Arab Teacher during His1 First
Year of Teaching as a Result of Personal and Organizational Variables, scientific research”,
Creative Education, Vol.4, No.6, 363-375. Published Online June 2013 in SciRes
(http://www.scirp.org/journal/ce). 37
Houshang Mobarakabadi and Meisam Karami, “Investigation of Relationship
among the Organizational Culture and Creativity”, Research Journal of Applied Sciences,
Engineering and Technology 7 (19): 4069-4071, ISSN: 2040-7459; e-ISSN: 2040-7467 ©
Maxwell Scientific Organization, 2014.
http://www.airitilibrary.com/Publication/alDetailedMesh?docid=20407467-201405-
201507070020-201507070020-4069-4071
8
organisasi dan kreativitas Manajer Organisasi Pelatihan. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan adalah budaya organisasi pesantren merupakan dasar
kreatifitas yang menunjang inovasi budaya organisasi yang bersifat islami lebih
banyak,
Maria de Fátima Bruno-Faria dan Marcus Vinicius de Araujo Fonseca
dengan tema Cultura de Inovação: Conceitos e Modelos Teóricos.38
Hasil
penelitian hasil penelitian menunjukkan hubungan antara budaya organisasi dan
inovasi, dengan menggunakan beberapa kata kunci dalam menganalisis
beberapa artikel yang ada pada Coordenação de Aperfeiçoamento de Pessoal de
Nível Superior (CAPES), Proquest dan Directory Open Articles Journal
(DOAJ). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian
lapangan (field research) sehingga objek kajian tidak hanya mengkaji inovasi
dalam bentuk karya ilmiah.
Pilar Mendoza dan Joseph B. Berger dengan tema Academic Capitalism
and Academic Culture: A Case Study.39
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Staf fakultas percaya bahwa integritas luas dari budaya akademik tetap
tidak terpengaruh di departemen ini dan mereka menganggap sponsorship
industri sebagai kendaraan yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan mengejar kepentingan ilmiah mereka. Studi ini memberikan
wawasan berharga untuk kebijakan federal dan kelembagaan yang diciptakan
untuk mendorong kemitraan industri-akademisi dan komersialisasi penelitian
akademis. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah aksentuasi
terhadap konsep komunikasi relasi interpersonal dalam menghadapi
perkembangan budaya organisasi pesantren di perguruan tinggi islam, adapun
komunikasi terhadap instansi terkait merupakan arah perkembangan budaya
organisasi dalam penelitian ini.
Radoslaw Wolniak dengan tema a typology of organizational cultures
in terms of improvement of the quality management.40
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa budaya organisasi dibagi dalam empat jenis: budaya pro-
kualitas (sukses), budaya penghindaran, budaya konservatif (kaku) dan budaya
perubahan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pendalaman
konsep tentang budaya organisasi pesantren yang dikembangkan dalam
perguruan tinggi islam, sehingga kajian pengelompokan dapat menjadi dasar
dalam pemisahan budaya organisasi yang terjadi pada objek penelitian.
38
Maria de Fátima Bruno-Faria dan Marcus Vinicius de Araujo Fonseca, “Cultura
de Inovação: Conceitos e Modelos Teóricos”, RAC, Rio de Janeiro, v. 18, n. 4, art. 1, pp.
372-396, Jul./Ago. 2014 http://dx.doi.org/10.1590/1982-7849rac20141025 39
Pilar Mendoza dan Joseph B. Berger, “Academic Capitalism and Academic
Culture: A Case Study”, Education Policy Analysis Archives, Volume 16 Number 23
December 29, 2008 ISSN 1068–2341 http://www.redalyc.org/html/2750/275020545022/ 40
Radoslaw Wolniak, “A Typology Of Organizational Cultures In Terms Of
Improvement Of The Quality Management”, Manager, Change and Leadership, Faculty of
Organisation and Management, Silesian Technical University, Poland No. 17 ~ 2013
https://search.proquest.com/openview/841db2f9db20a071b99870c05744b207/1?pq-
origsite=gscholar&cbl=2032296
9
Atilgan Erozkan dengan tema The Effect of Communication Skills and
Interpersonal Problem Solving Skills on Social Self-Efficacy.41
Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
keterampilan interpersonal ditemukan secara signifikan berhubungan dengan
sosial efektivitas diri dan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
keterampilan interpersonal prediktor penting dari sosial efektivitas diri.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penekanan
komunikasi dalam pemecahan masalah budaya organisasi yang terwujud dalam
budaya akademik, budaya otonomi dan budaya kebebasan yang dikaji dalam
penelitian.
Lei Li, John Finley, Jennifer Pitts, dan Rong Guo dengan tema Which is
a better choice for student-faculty interaction: synchronous or asynchronous
communication?.42
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
komunikasi melalui komputer (CMC) teknologi telah secara dramatis
mengubah cara bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan profesor mereka
terutama untuk komunikasi yang terjadi di luar kelas. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini pengembangan dari komunikasi
melalui computer atau teknologi, sehingga penelitian ini tidak saja meneliti
tentang pemanfaatan teknologi tetapi juga efektifitas komunikasi antar anggota
organisasi.
Nebojša Janićijević dengan tema The Influence Of Organizational
Culture On Organizational Preferences Towards The Choice Of Organizational
Change Strategy.43
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Budaya organisasi,
melalui asumsi, nilai-nilai, norma dan simbol, menentukan cara di mana
anggota organisasi memandang dan menafsirkan realitas di dalam dan di sekitar
organisasi mereka, serta cara mereka berperilaku dalam kenyataan itu.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah kajian budaya organisasi
yang berupa asumsi, nilai, dan simbol dikaitkan dengan efektifitas komunikasi
interpersonal.
Silvio Luiz Paula dan José Ricardo Mendonça dengan tema A
construção de uma impressão socialmente responsável: Um estudo em
41
Atilgan Erozkan, “The Effect of Communication Skills and Interpersonal
Problem Solving Skills on Social Self-Efficacy”, Educational Sciences: Theory & Practice -
13(2) • Spring • 739-745, 2013 Educational Consultancy and Research Center,
www.edam.com.tr/estp https://eric.ed.gov/?id=EJ1017303 42
Lei Li, John Finley, Jennifer Pitts, dan Rong Guo, “Which is a better choice for
student-faculty interaction: synchronous or asynchronous communication?”, Journal of
Technology Research, Volume 2 - September, 2011 ISSN Online: 1941-3416, Print: 2327-
5359 https://pdfs.semanticscholar.org/cdc7/197f2c6fbfcfccb82f4b69975123e554ce60.pdf 43
Nebojša Janićijević, “The Influence Of Organizational Culture On Organizational
Preferences Towards The Choice Of Organizational Change Strategy”, ECONOMIC
ANNALS, Volume LVII, No. 193 / April – June 2012, UDC: 3.33 ISSN: 0013-3264
DOI:10.2298/EKA1293025J http://www.doiserbia.nb.rs/img/doi/0013-3264/2012/0013-
32641293025J.pdf
10
Instituições de Ensino Superior a partir da Comunicação Organizacional.44
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Institusi Pendidikan Tinggi telah
menunjukkan konsistensi antara Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
budaya identitas mereka, sejauh mereka cenderung untuk berkomunikasi hanya
apa yang menjadi praktek. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah
kajian budaya pada penelitian ini lebih menekankan pada dunia akademik,
namun demikian budaya atau komunikasi yang dipraktekkan terhadap
lingkungan pendidikan perlu dikembangkan agar dapat memunculkan budaya
yang positif.
Dalam penelitian ini menitikberatkan pada pemahaman pengembangan
budaya organisasi di universitas melalui peningkatan relasi interpersonal civitas
akademik. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menunjang proses
pengelolaan lembaga, sehingga perguruan tinggi tersebut dapat berhasil
meningkatkan mutu pendidikan dan dapat berkembang bersama-sama antar
komponen penyelenggara pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).45
dalam
penelitian ini, peneliti akan berinteraksi langsung pada objek penelitian
untuk menemukan data-data dan fakta yang terkait46
dengan Relasi
Interpersonal dalam Pengembangan Budaya Organisasi di Universitas Sains
Al-Qur‟an.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Qualitative
research suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeteksikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.47
Dengan
menggunakan pendekatan ini, penulis akan menghimpun data dalam
penelitian ini dengan mengkaji buku-buku yang terkait dengan topik
permasalahan yang dibahas.
Penelitian ini mengacu pada jenis penelitian studi kasus, dalam arti
peneliti melakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang ada,
perihal mengenai struktur, bagian, dan fungsi dalam sistem pendidikan
tinggi Universitas Sains Al-Qur‟an, serta dalam rangka mengungkap makna
dibalik simbol, perihal persepsi, motivasi, motif, perilaku, dan tindakan-
44
Silvio Luiz Paula dan José Ricardo Mendonça, “A construção de uma impressão
socialmente responsável: Um estudo em Instituições de Ensino Superior a partir da
Comunicação Organizacional”, Revista de Negócios_ISSN 1980.4431_vol. 19, n. 1, p.
44_69, 2014_DOI:10.7867/ 1980-431.2014v19n1p44_69
http://gorila.furb.br/ojs/index.php/rn/article/view/3138 45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998), 11. 46
Norman K. Denzin Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, terj.
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009), 18-19. 47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), 60.
11
tindakan para aktor dalam pendidikan tinggi Universitas Sains Al-Qur‟an
dan unsur-unsur lain yang terlibat di dalamnya agar menghasilkan deskripsi
yang komprehensif sebagaimana yang dalam rumusan masalah penelitian.
Pendekatan antropologi yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai titik pijak dalam meneliti tentang manusia, kebiasaan, nilai, norma,
adat istiadat, dan kepercayaannya. Oleh sebab itu, penetapan kriteria ini
dimaksudkan juga dalam rangka menjalin suatu hubungan terhadap teori-
teori yang akan digunakan peneliti, juga sebagai sebuah paradigma
penelitian sehingga setiap langkah-langkah dalam proses penelitian
senantiasa dalam koridor yang telah ditetapkan.
Pendekatan fenomenologi dalam perspektif ilmu sosial menjadi
dasar teori yang menggambarkan gejala sosial dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini pendekatan fenomenologi digunakan sebagai acuan
pemahaman fenomena-fenomena yang terjadi di Universitas Sains Al-
Qur‟an, meliputi relasi antara civitas akademik yang terkait dengan
universitas.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu data primer dan data sekunder.48
Dengan demikian, data
primer dalam penelitian ini adalah data atau informasi langsung yang
diperoleh di lapangan seperti Pimpinan, Dosen, Tenaga Kependidikan,
Mahasiswa, dan pihak yang terkait dengan kelembagaan Universitas Sains
Al-Qur‟an.
Data sekunder yang dimaksudkan adalah data tidak langsung yang
diperoleh di luar data primer, baik pustaka maupun data lain yang
mendukung, Seperti; sejarah berdiri dan perkembangan, keadaan geografi,
kurikulum pendidikan, kondisi lingkungan, dan Sarana prasarana
Universitas Sains Al-Qur‟an.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara49
dan dokumentasi sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sugiyono.50
Teknik ini digunakan untuk mengetahui
ketercapaian Relasi interpersonal dan Budaya Organisasi. Model observasi
yang dilakukan adalah observasi partisipan,51
teknik observasi digunakan
untuk mengumpulkan data budaya organisasi perguruan tinggi seperti
48
Nyoman Kutha Ratna. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). 143. 49
Mundhir al-D}a>man, Asa>siya>t al-Bah}su al-‘Alami> (‘Ama>>n: Da>r al-Masi>rah,
2006), 96. 50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R & D (Bandung: Alfabeta, 2006), 309. 51
Norman K. Denzin Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 496.
12
artefak dan kondisi aktual mengenai manajemen pengembangan budaya
organisasi di Universitas Sains Al-Qur‟an.
Teknik wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara yang
sifatnya mendalam dalam bentuk interviu bebas terpimpin. Interviu bebas
terpimpin yang dimaksud oleh peneliti yaitu mempersiapkan pokok-pokok
penting pertanyaan sebagai pedoman sebelum diajukan pertanyaan dan
peneliti dapat bertanya secara bebas.52
Wawancara mendalam (in-depth
interview) adalah termasuk dalam kategori wawancara tidak terstruktur di
mana susunan pertanyaan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi saat wawancara. Wawancara yang dilakukan dalam rangkaian
penelitian ini menurut perspektif etik, emik dan noetik. Menurut Noeng
Muhadjir yang menyebutkan bahwa ketiga perspektif itu dalam rangka
menentukan ukuran dan kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran dalam
perspektif etika bersifat ekstrinsik dan universal sehingga kriteria kebenaran
emic berada pada ranah pribadi masing-masing, bersifat intrinsik dan
merupakan ranah personal values. Sedangkan kriteria kebenaran noetik
adalah kebenaran moral grass root. Kebenaran noetik adalah kebenaran
moral saadar dan bawah sadar kolektif (collective values).53
Sesuai dengan Fontana dan Frey, teknik wawancara54
digunakan
untuk menggali data-data tentang kegiatan-kegiatan yang terkait relasi
dosen dengan mahasiswa, dosen dengan dosen, dosen dengan pimpinan dan
staf perguruan tinggi, dosen dengan warga lingkungan perguruan tinggi,
mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan pimpinan dan staf
perguruan tinggi, mahasiswa dengan warga lingkungan perguruan tinggi
dalam upaya pengembangan budaya organisasi, persepsi terhadap relasi
interpersonal yang terjadi dalam perguruan tinggi, dan dampak relasi
interpersonal warga perguruan tinggi terhadap perkembangan budaya
organisasi positif dan khususnya dalam proses peningkatan mutu
pendidikan.
Metode dokumentasi atau metode visual digunakan untuk mencari
data melalui beberapa literatur dan dokumentasi lainnya yang mendukung.
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk menghimpun data-data tentang
artifak-artifak perguruan tinggi, upaya pengembangan budaya perguruan
tinggi, manajemen perguruan tinggi, dan deskripsi lokasi penelitian. Proses
pengumpulan data dengan teknik dokumentasi digunakan instrument
checklist.
4. Teknik Analisis Data
Lexy J. Moleong mengatakan analisis data merupakan ikhtiar
berupa pemilihan data, pengorganisasian, dan pemilihan data menjadi suatu
52
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007). 123-124 53
Noeng Muhadjir, 167-168. 54
Ann Oakly, Interviewing Women; A Contradiction in Terms, Dalam Helen
Roberts, Doing Feminist Research (London: Routledge, 1997), 30.
13
inormasi yang dapat diorganisir, dirangkai, dan dijelaskan kepada publik.55
Tahapan teknik analisis data kualitatif antara lain:
a. Analisis Data sebelum di Lapangan
Analisis data sebelum di lapangan ini digunakan pada saat
melakukan kajian pendahuluan dengan tujuan untuk menetukan fokus
penelitian. Fokus penelitian tentunya masih bersifat sementara sebelum
dilakukan penelitian lanjutkan. Informasi yang diambil penting untuk
dijadikan landasan penelitian dan mencari kerangka penelitian yang
sesuai dengan metode penelitian.
b. Analisis Data selama di Lapangan
Analisis data ini dilakukan pada saat berlangsungnya proses
pengumpulan data, baik melalui observasi maupun pelacakan
dokumentasi dan wawancara. Data dipelajari dan dikelompokkan
berdasarkan tingkat relevansinya terhadap objek yang diteliti, dikritisi
tingkat keakuratannya, kemudian data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis interaktif model Miles dan Huberman,56
bahwa
aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus melalui tiga proses analisis yang
saling berinteraksi, yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan. Berikut penjelasan dari ketiga proses analisis;
1) Reduksi Data
Proses pengambilan data di UNSIQ peneliti menemukan
banyak data, oleh karena itu peneliti menggunakan reduksi data
untuk mengambil data, memilih data dan mengelompokkannya
sehingga dapat ditarik kesimpulan terhadap data tersebut. Berbagai
data yang tersedia, seperti hasil wawancara, cerita-cerita yang
berkembang, dan lainnya. Dengan menggunakan reduksi data
peneliti dengan mudah melakukan penelitian dan penggalian data-
data yang terkait.
2) Display Data
Penyajian data yang diambil dari objek penelitian yakni
UNSIQ adalah berupa teks-teks yang bersifat naratif, dan kemudian
dipahamkan dengan menemukan hubungan-hubungan teks naratif
tersebut antara satu dengan yang lainnya. Analisis hubungan teks
diharapkan dapat memunculkan konsep atau teori baru atau
pandangan baru sehingga menjadi landasan untuk menentukan
kesimpulan penelitian ini.
55
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya,
2010), 248. 56
Matthew B. Miles, A. Michael Hubermen, and Johnny Saldana, Qualitative Data
Analysis; A Methodes Sourcebook (Sage Publication, 2014), 14.
14
3) Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti sudah menyusun
kesimpulan sementara. Untuk kemudian dari kesimpulan tersebut
harus diteliti kembali agar tidak terjadi kesalahan mengambil
kesimpulan dari data yang di lapangan dengan data yang telah
disusun peneliti, adapun langkah selanjutnya adalah uji keabsahan
data.
Secara sistematis Kabalmay memberikan tahapan-tahapan
menganalsisi data kualitatif, 57
antara lain; mengorganisasikan data,
mengelompokan berdasarkan kategori, temuan dan pola jawaban.
menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data, mencari
alternatif penjelasan bagi data, dan menulis hasil penelitian.
Dengan menerapkan analisis data menurut Miles dan
Hubermen dan Marshall dan Rossman, diharapkan dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam mengenai relasi interpersonal dalam
pengembangan budaya organisasi di Perguruan Tinggi.
c. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan peneliti adalah teknik
Triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang menggunakan data dari luar untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data-data tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh
Denzin dalam membedakan 4 cara teknik triangulasi yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.58
G. Sistematika Penulisan
Bab 1, membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab 2, membahas tentang diskursus budaya organisasi. Dengan sub
bahasan, budaya organisasi di perguruan tinggi, kepemimpinan organisasi,
relasi dalam sebuah organisasi, relasi interpersonal meningkatkan budaya
organisasi, dan nilai-nilai Qur‟ani dalam budaya organisasi.
Bab 3, membahas tentang profil Universitas Sains Al-Qur‟an. Dengan
sub bahasan; gambaran umum lembaga, unit organisasi pembentuk kultur
Qur‟ani, dan sistem manajemen mutu pendidikan.
57
Kabalmay. Designing Qualitative Research. (London: Sage Publication, 2002).
97 58
Norman K. Denzin Yvonna S. Lincoln dikutip oleh Jane Fielding and Nigel
Fielding, “Synergy and Synthesis; Integrating Qualitative Data and Quantitative Data”,
dalam Pertti Alasuutari, Leonard Bickman, and Julia Brannen, The Sage Handbook of Social
Research Methods (Sage Publication, 2008), 556
15
Bab 4, membahas tentang konkritisasi sistem nilai relasi interpersonal
dalam pengembangan budaya organisasi. Dengan sub bahasan; Pertama, Etos
kepemimpinan di UNSIQ, melingkupi; kepemimpinan dalam budaya
organisasi, kepemimpinan pendidikan di UNSIQ, sosialisasi budaya organisasi
oleh pemimpin organisasi, azaz keadilan tujuan pengembangan budaya
organisasi, dan azaz kekeluargaan tujuan pengembangan budaya organisasi.
Kedua relasi interpersonal dalam budaya organisasi di UNSIQ, melingkupi;
relasi interpersonal sebagai asas pemberdayaan pegawai UNSIQ, relasi
interpersonal untuk bargaining jaringan regional, dan relasi interpersonal
sebagai asas pengembangan mutu dosen. Dan Ketiga integrasi humanis-Qur‟ani
dalam pengembangan budaya organisasi di UNSIQ, melingkupi; transformasi
nilai-nilai qur‟ani dalam budaya organisasi, dan budaya akademik asas
pengembangan budaya organisasi.
Bab 5 sebagai penutup membahas tentang kesimpulan dari disertasi dan
beberapa saran terkait relasi interpersonal dalam upaya pengembangan budaya
organisasi di Universitas Sains Al-Qur‟an Wonosobo Jawa Tengah.