Budaya Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi

download Budaya Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi

of 22

description

Budaya Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi

Transcript of Budaya Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi

BAB I

32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Air Susu Ibu (ASI) mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut (Departemen Kesehatan RI, 2001 : 6). Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara dipedesaan, kita melihat bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli Utami, 2005 : 2).

Dukungan masyarakat sekitar sangat membantu untuk mensukseskan pemberian ASI sesudah bayi dilahirkan. Setiap hari kita melihat bayi disusui oleh ibu mereka hingga proses menyusui merupakan hal yang biasa. Menyusui merupakan kebiasaan menenteramkan anak meskipun ASI sudah tidak keluar lagi. Kebiasaan-kebiasaan yang merupakan budaya di masyarakat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah minum wejah (sejenis minuman atau jamu dari daun-daunan tertentu), kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dan ibunya, kebiasaan membuang kolostrum, memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi lahir dan beberapa tahayul untuk berpantangan makanan (Dinkes Propinsi Jatim, 2005 : 27).

Pada tahun 2007 praktek menyusui di Indonesia sebanyak 95% ibu pernah menyusui bayinya dan cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% menjadi 39,5% (Http://WWW.BKKBN.go.id). Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Bojonegoro tahun 2007 diperoleh total 719.332 balita di Jawa Timur yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 38,73%, untuk Kabupaten Bojonegoro tahun 2007 total balita yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 31,57% atau sebanyak 6.344 bayi dari jumlah total 20.098 bayi (www.depkes.go.id). Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal yang dilakukan peneliti di Polindes Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro, dari 22 bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 8 bayi (36,4%), sedangkan yang mendapat MP ASI dini berupa makanan padat, semi padat dan cairan sebanyak 14 bayi (63,6%) dan diantaranya 6 bayi (42,9%) pernah menderita diare. Hal ini kemungkinan masyarakat Desa Semambung masih mengikuti budaya yang berpengaruh negatif diantaranya membuang kolostrum, memberikan ASI diselingi makanan atau minuman dan berpantangan makanan.

Akibat bayi tidak diberi ASI eksklusif adalah bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi. Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, hubungan kasih sayang bayi dan ibu tidak terjalin secara dini. Akibat pada ibu apabila bayinya tidak diberi ASI eksklusif adalah beresiko terjadinya perdarahan setelah persalinan, cepat terjadinya kehamilan kembali, beresiko terjadinya kanker payudara dan kanker rahim, waktu ibu banyak tersita karena harus menyiapkan susu formula dan merawat bayi yang sering sakit, pengeluaran keluarga bertambah (Depkes RI, 2002 : 12).

Ada beberapa langkah yang perlu dilaksanakan untuk membantu ibu agar berhasil menyusui bayinya yaitu memberikan informasi yang benar mengenai ASI, tatalaksana di tempat bersalin yang mendukung ASI (Rumah Sakit Sayang Bayi), mengusahakan keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja dan menyediakan fasilitas menyusui di tempat umum (Suradi R, 2004 : 71).

Dari uraian di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi budaya di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

1.3.2.2 Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Mengembangkan wawasan dan kemampuan dalam menyusun penelitian secara sistematis dan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi penelitian berikutnya dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan khususnya kebidanan.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan gambaran dan informasi untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi dan menambah pengetahuan anggota profesi dalam melakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan tentang pemberian ASI secara eksklusif pada masyarakat sehingga tidak memberikan ASI dengan diselingi atau ditambah minuman dan makanan lain pada bayi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep budaya, konsep ASI eksklusif, kerangka konseptual dan hipotesis dalam penelitian yang berjudul hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

2.1 Konsep Budaya

2.1.1 Pengertian Budaya

Budaya adalah cara hidup yang dibentuk oleh sekelompok manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Meutia, 1997 : 102). Budaya disuatu daerah berbeda, ada budaya yang berpengaruh positif ada pula yang berpengaruh negatif.

Menurut Suradi R, dkk (2005 : 1.2) yang dikutip dari buku kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi, dalam konteks budaya (Meutia F, Swasono, 1997) bahwa pemberian ASI tak lepas dari tatanan budaya. Membantu ibu agar bisa menyusui bayinya dengan benar memerlukan pemahaman tentang perilaku ibu. Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk menyusui bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui dan tidak menyusui, pengalaman dalam keluarga ibu tentang manfaat ASI, sikap suami dan keluarga terhadap menyusui, sikap tenaga kesehatan yang membantu ibu bisa berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak.

2.1.2 Aspek-Aspek Budaya (Meutia, 1997 : 108)2.1.2.1 Ekologi

Ekologi merupakan sistem beradaptasi pada habitat atau lingkungan ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang digunakan untuk memperoleh dan mendistribusikan sumber daya (misalnya masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga atau berkembang). Sebagai contoh negara Jepang sangat ahli dalam merancang produksi yang efisien karena mereka dihadapkan pada luas wilayah yang sempit.

2.1.2.2 Struktur Sosial

Struktur sosial merupakan wilayah yang berfungsi sebagai penjaga ketertiban kehidupan sosial. Struktur sosial ini meliputi kelompok politik domestik yang dominan dalam budaya. Kelas sosial, struktur rumah tangga (keluarga inti dan keluarga lengkap merupakan contoh struktur sosial).

2.1.2.3 Idiologi

Idiologi merupakan karakteristik mental dari orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara mereka berhubungan dengan lingkungan dan kelompok sosial lainnya. Fungsi ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota masyarakat memiliki pandangan yang umum pada dunia dan bagaimana prinsip-prinsip moral, etos serta prinsip-prinsip estetik.

2.1.3 Budaya Pemberian ASI

2.1.3.1 Pengaruh positif

1. Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya dapat didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi bagi ibu hamil, pentingnya pemeliharaan payudara ibu sebelum melahirkan, untuk mempersiapkan ASI bagi bayinya.

2. Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman/jamu dari daun-daunan tertentu seperti di Jawa dari daun dadap srep) dengan keyakinan bahwa air susu ibu akan banyak keluar. Apabila hal ini diyakini maka akan memberikan dorongan kepada ibu untuk selalu berusaha memberikan ASI kepada anaknya.

3. Kepercayaan bahwa apabila ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci bagian payudara dari sekitar puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang berpergian bisa mendapat angin jahat atau sawan, makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan kebersihan payudara.

4. ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang.

5. Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dari ibunya mendekatkan hubungan batin antara ibu dengan bayi. Disamping itu juga merangsang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu baru lahir dan memberikan ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan.

(Dinkes Propinsi Jatim, 2005 : 27-29)

2.1.3.2 Pengaruh negatif

1. Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu setelah melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekuning-kuningan. Menurut para ahli, kolostrum ini memberikan khasiat untuk kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit.

2. Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi baru lahir atau bayi berusia beberapa hari dengan anggapan bahwa pemberian makanan tambahan bagi bayi tidak hanya memenuhi kebutuhan biologisnya semata, tetapi juga mengandung makna simbolis. Cara ini tidak tepat karena pemberian makan atau minum lain selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI disamping bayi menjadi malas menyusu karena sudah mendapatkan minuman atau makanan tersebut.

3. Beberapa tahayul untuk berpantang makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang sedang menyusu seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat karena ikan mengandung banyak protein dan tidak akan mempengaruhi rasa pada ASI.

(Dinkes Propinsi Jatim, 2005 : 27-29)

2.2 Konsep ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan, selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, walaupun air putih saja (Sri Purwanti H, 2004 : 3).

2.2.2 Alasan Pemberian ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Menurut Suradi R, dkk (2004 : 11.4) alasan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan yaitu :

1. ASI mengandung zat gizi ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan.

2. Bayi di bawah 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan selanjutnya.

3. Ginjal bayi masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.

4. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi, misalnya zat pewarna dan pengawet.

5. Makanan tambahan bagi bayi yang muda mungkin menimbulkan alergi.

2.2.3 Komposisi ASI

Menurut Roesli Utami (2000 : 25-26) perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari sebagai berikut :

2.2.3.1 ASI colostrum (susu jolong)

1. Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar pada hari kesatu sampai hari ketujuh.

2. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari.

3. Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan susu matur.

4. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

5. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

6. Mengandung zat anti infeksi 10-17x lebih banyak dari ASI matur.

7. Total energi lebih rendah jika dibandingkan ASI matur.

8. Volume berkisar 150-300ml/24 jam.

2.2.3.2 ASI transisi/peralihan

1. Adalah ASI yang diproduksi pada hari ke 4 sampai 7 sampai hari ke 10 sampai 14.

2. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.

3. Volume semakin meningkat.

2.2.3.3 ASI matang (mature)

1. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya.

2. Komposisinya relatif konstan.

3. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan.

2.2.4 Pemberian ASI Eksklusif

2.2.4.1 Pemberian ASI eksklusif

Dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli Utami, 2005 : 3).

2.2.4.2 Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya bayi disusui tanpa dijadwal (on demand) karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing dan sebagainya) atau ibu merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI di lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI dan juga dapat mendukung keberhasilan menunda kehamilan (Soetjiningsih, 1998 : 88).

2.2.5 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

2.2.5.1 Manfaat ASI eksklusif bagi bayi

Menurut Roesli Utami (2005 : 6-12), manfaat ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain :

1. Sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

Menurut Suradi R, dkk (2004 : 3-4) nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi adalah :

a. Lemak

Sumber kalori utama dalam Asi adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI.

b. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibandingkan susu mamalia lain (7g%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.

c. Protein

Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein Asi sebesar 0,9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding kasein (protein utama susu sapi). Kecuali mudah dicerna, dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak, selain dari ASI sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.

d. Garam dan mineral

Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi.

e. Vitamin

ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada porses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Dalam ASI juga banyak vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi bayi prematur atau kurang mendapat sinar matahari (di negara empat musim), dianjurkan pemberian suplementasi vitamin D.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun sedangkan yang dibentuk oleh bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.

3. Meningkatkan kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak sementara itu faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan.

Sebenarnya alam telah membekali manusia dengan obat pencegahan gangguan gizi pada periode ini. Obat yang dimaksud adalah sebuah formula ajaib yang diberi sentuhan pada para ibu, yaitu Air Susu Ibu (ASI). Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien, nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara lain :

a. Taurin

Yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI.

b. Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi.

c. Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-6)

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

d. Meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan, perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan data spiritual yang baik.

2.2.5.2 Manfaat ASI eksklusif bagi ibu

Menurut Suradi R, dkk (2004 : 9), manfaat ASI bagi ibu adalah :

1. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca perslinan yang mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mamae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

2. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan.

3. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2.2.5.3 Manfaat ASI eksklusif untuk keluarga

Menurut Suradi R, dkk (2004 : 9-10) manfaat ASI untuk keluarga adalah :

1. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2. Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu dibersihkan. Tidak perlu minta pertolongan orang lain.

2.2.5.4 Manfaat ASI eksklusif untuk negara

Menurut Suradi R, dkk (2004 : 10) manfaat ASI untuk negara adalah :

1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemilogis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula.

3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2002 : 43).

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Gambar 2.1Kerangka konseptual hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

2.4 Hipotesis

Hipotesa adalah suatu asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2003 : 57).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara budaya dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

Budaya pemberian ASI Eksklusif :

Budaya yang berpengaruh positif

Kebiasaan minum jamu/wejah

ASI tidak boleh dibuang sembarangan.

Tidak memisahkan bayi dari ibunya

Budaya yang berpengaruh negatif

Kebiasaan membuang kolostrum

Memberikan ASI diseling makanan atau minuman

Tahayul berpantangan makanan

Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan

ASI eksklusif

42