Buat Makalah Sama Ppt Agama

42
Perkembangan Islam di Indonesia A. Awal Masuknya Islam di Indonesia Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan. Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah. B. Cara Masuknya Islam di Indonesia Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai

Transcript of Buat Makalah Sama Ppt Agama

Page 1: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Perkembangan Islam di Indonesia

A. Awal Masuknya Islam di Indonesia

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu

dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan

Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di

Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.

Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang

dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),

menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah

hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.

Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di

Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama

hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai

ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar

bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan

tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena

memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :

Artinya :

Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;

1. Perdagangan

Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang

Page 2: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra

Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).

Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan

menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.

2. Kultural

Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang

dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian

wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam.

Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan

digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan

banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.

3. Pendidikan

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam

di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah

keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan

Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti

Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren

terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.

4. Kekuasaan politik

Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di

pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung

perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi

selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di

seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi

dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia

dimasa mendatang.

C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara

Page 3: Buat Makalah Sama Ppt Agama

1. Di Sumatra

Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang mula-

mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara

yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu

kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.

Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya

Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan

Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di

Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d

1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak

kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi

gelar Sultan Malik Al-Saleh.

Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini

menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh

Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali

Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh yang

berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh Besar).

Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan

jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah

atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang

semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak

kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).

Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah

Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan

ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan

Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke

Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang

langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar

menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5

kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara

Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.

Page 4: Buat Makalah Sama Ppt Agama

2. Di Jawa

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah

atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam,

bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah

di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru

penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau

kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu

pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa.

Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat

tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam

mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang

artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau

wafat di desa Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :

1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig

kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum

(Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan

Islam ke daerah Blambangan.

2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.

3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan

pertama.

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)

Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa

menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik

menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.

Page 5: Buat Makalah Sama Ppt Agama

d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku.

Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.

e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)

Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita

wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu

menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi

wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih

yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

f. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama

dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain

dari Ternate dan Hitu Ambon.

g. Syarif Hidayatullah

Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya

sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu

pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan

Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup

bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat

studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.

h. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H).

Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus

yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.

i. Sunan Muria

Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam

dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di

Page 6: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam

ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah.

Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta

animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi

karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam

“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at

Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-

sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama

atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat

Sultan.

Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel),

membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden

Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun

kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para

wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu

kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini

memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.

3. Di Sulawesi

Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas

motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang

mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company

dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman

muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut

dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan

Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.

Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan

Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang

agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa

yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti

oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.

Page 7: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-

kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti

oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal

23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan

disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara.

Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan

kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

4. Di Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama

melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan

Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim

kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.

Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke

Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig

ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini.

Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk

Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

a. Kalimantan Selatan

Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung

waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota

oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan

melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal

Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.

Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk

Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali

kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.

Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah

(putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang

dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan

Sambangan.

Page 8: Buat Makalah Sama Ppt Agama

b. Kalimantan Timur

Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang

Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para

menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.

Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman

Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para

penggantinya.

5. Di Maluku.

Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik

para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari

manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.

Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para

pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di

Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan

Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu

Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan

Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :

a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).

b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam

menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.

c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.

d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.

e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.

Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja

Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku.

Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.

D. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.

Page 9: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah

berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum

mereka datang, umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah

putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah dan putih. Rasulullah saw

pernah bersabda :” Allah telah menundukkan pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang

sangat indah, yakni Al-Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia.

Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama menjadikan bahasa ini bahasa

pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa jurnalistik.

Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air dan membasmi

kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan

bahwa hampir semua tokoh pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya

terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat)

tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah

nyantri dibawah bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai

pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan

emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah.

Ketika sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya

terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura seorang pahlawan

yang diklaim sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan tentang

Thomas Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah Kapten Ahmad

Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan penjajah.

Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut fakta sejarah adalah seorang muslim.

Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika para penjajah berusaha

menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang

tentu saja dengan cara-cara yang berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa

Islam tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat jalur perdagangan

dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para da’i Islam

sangat paham dan menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga mereka

sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini sesuai dengan Q.S. Yasin ayat

17 :”Tidak ada kewajiban bagi kami hanyalah penyampai (Islam) yang nyata”. (Q.S. Yasin : 17)

Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat Islam Indonesia dalam

Page 10: Buat Makalah Sama Ppt Agama

mengusir penjajah.

1. Penjajah Portugis

Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan semboyan Gold (tambang

emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel (penyebaran agama Nasrani).

Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan semua cara. Apalagi saat itu

mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa Timur (Islam) setelah usai Perang Salib . Dengan

modal restu sakti dari Paus Alexander VI dalam suatu dokumen bersejarah yang terkenal dengan nama

“Perjanjian Tordesillas” yang berisi, bahwa kekuasaan di dunia diserahkan kepada dua rumpun bangsa:

Spanyol dan Portugis. Dunia sebelah barat menjadi milik Spanyol dan sebelah timur termasuk Indonesia

menjadi milik Portugis.

Karena itu Portugis sangat bernafsu untuk menguasai negeri Zamrud Katulistiwa yang penuh dengan

rempah-rempah yang menggiurkan. Pertama mereka menyerang Malaka dan menguasainya (1511 M),

kemudian Samudra Pasai tahun 1521 M. Mulailah mereka mengusik ketenangan berniaga di perairan

nusantra yang saat itu banyak para pedagang muslim dari Arab. Demikian pula para pedagang dari

Demak dan Malaka yang saat itu sudah terjalin sangat erat. Portugis nampaknya sengaja ingin

mematahkan hubungan Demak dan Malaka, dan sekaligus tujuannya ingin merebut rempah-rempah

yang merupakan komoditi penting saat itu. Banyak kapal-kapal mereka dirampas oleh Portugis termasuk

kapal pedagang muslim Arab.

Dengan sikapnya yang tak bersahabat dan arogan dari penjajah Portugis, seluruh kerajaan yang ada di

Nusantara kemudian melakukan perlawanan kepada Portugis meskipun dalam waktu dan tempat yang

berlainan. Kerajaan Aceh misalnya sempat minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara

Islam lain di Nusantara, sehingga dapat membangun kekuatan angkatan perangnya dan dapat menahan

serangan Portugis. Demikian pula, mendengar perlakuan Portugis yang zalim terhadap para pedagang

warga Demak muslim, Sultan Demak dan para wali merasa terpanggil untuk berjihad. Halus dihadapi

dengan halus, keras dilawan dengan keras. Kalau orang-orang Portugis mengobarkan semangat Perang

Salib, maka Sultan Demak dan para wali mengobarkan semangat jihad Perang Sabil.

Pada tahun 1512 Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus memimpin sendiri armada lautnya menyerang

Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi kali ini mengalami kegagalan karena persenjataan

lawan begitu tangguh penyerangan kedua kalinya dilakukan tahun 1521 dengan mengerahkan armada

yang berkekuatan 100 buah kapal dan dibantu oleh balatentara Aceh dan Sultan Malaka yang telah

Page 11: Buat Makalah Sama Ppt Agama

terusir, yang sasarannya sama yaitu mengusir pasukan asing Portugis dari wilayah Nusantara demi

mengamankan jalur niaga dan dakwah yang memanjang dari Malaka-Demak dan Maluku. Namun

perjuangannya tidak berhasil pula, bahkan ia gugur mati syahid dalam pertempuran tersebut. Sebab

itulah ia mendapat gelar ”Pangeran sabrang lor” artinya pangeran yang menyebrangi lautan di sebelah

utara.

Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap Portugis diteruskan oleh Sultan Trenggana (1521-1546)

dan juga oleh putranya Sultan Prawoto. Meskipun pada masa Sultan Prawoto negara dalam keadaan

goncang karena perseteruan dalam negeri tapi kekuatan perang untuk melawan dan mempertahankan

diri dari serangan Portugis masih terus digalang. Diberitakan, bahwa saat itu Demak masih sanggup

membangun kekuatan militernya terutama angkatan lautnya yang terdiri dari 1000 kapal-kapal layar

yang dipersenjatai. Setiap kapal itu mampu memuat 400 prajurit masing-masing mempunyai tugas

pengamanan wilayah Nusantara dari serangan Portugis.

Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka mengalami kegagalan, namun

terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta) dan Maluku memperoleh hasil yang gemilang.

Adalah panglima Fatahillah (menantu Sultan Syarif Hidayatullah) pada tahun 1526 M. memimpin

pasukan Demak menyerang Portugis di Sunda Kelapa lewat jalur laut. Mereka berhasil mengepung dan

merebutnya dari tangan penjajah Portugis, kemudian diganti namanya menjadi Fathan Mubina diambil

dari Quran Surat al-Fath ayat satu. Fathan Mubina diterjemahkan menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa

ini terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya kota Jakarta.

Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Ternate dan Tidore. Namun

kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah pimpinan Sultan Haerun berbalik melawan

Portugis. Nampaknya yang menjadi persoalan bukan hanya faktor perdagangan atau ekonomi, tapi juga

persoalan penyebaran agama oleh Portugis. Kristenisasi secara besar-besaran terutama pada tahun

1546 dilakukan oleh seorang utusan Gereja Katolik Roma Fransiscus Xaverius dengan sangat ekstrimnya

ditengah-tengah penduduk muslim dan di depan mata seorang Sultan Ternate yang sangat saleh, tentu

saja membuat rakyat marah dan bangkit melawan Portugis. Lebih marah lagi ketika Sultan Haerun

dibunuh secara licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat Ternate terus melanjutkan perjuangannya

melawan Portugis dibawah pimpinan Babullah, putra Sultan Haerun selama empat tahun mereka

berperang melawan Portugis, dan Alhamdulillah berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku

2. Penjajah Belanda

Page 12: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten dibawah pimpinan Cornelis de

Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta

mengganti nama Jakarta menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk

memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di wilayah

Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka Belanda menyebarkan agama Protestan.

Betapa berat penderitaan kaum muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang lebih 3,5 abad.

Penindasan, adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan

membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat

itu. Maka wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan santri di

berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana: bambu runjing, tombak dan golok.

Namun mereka bertempur habis-habisan melawan orang-orang kafir Belanda dengan niat yang sama,

yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah

almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di Jogya menjelang

akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika tidak karena pengaruh dan didikan agama Islam, maka

patriotisme bangsa Indonesia tidak akan sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai

kemerdekaannya”.

Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan Belanda yang sebagian

besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain :

Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan Banten,

Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro

dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai

Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200

ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu

bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan

Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)

Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi (Memimpin perang

Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh misalnya : Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang

dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien,

Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-lain.

Di Kalimantan Selatan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir Belanda yang terkenal dengan

perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran Antasari yang didukung dan dilanjutkan oleh para mujahid

lainnya seperti pangeran Hidayat, Sultan Muhammad Seman (Putra pangeran Antasari), Demang Leman

Page 13: Buat Makalah Sama Ppt Agama

dari Martapura, Temanggung Surapati dari Muara Teweh, Temanggung Antaludin dari Kandangan,

Temanggung Abdul jalil dari Amuntai, Temanggung Naro dari buruh Bahino, Panglima Batur dari Muara

Bahan, Penghulu Rasyid, Panglima Bukhari, Haji Bayasin, Temanggung Macan Negara, dan lain-lain.

Dalam perang Banjar ini sekitar 3000 serdadu Belanda tewas.

Di Maluku Umat Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin, Pangeran Neuku dan Said

dari kesultanan Ternate dan Tidore.

Di Sulawesi Selatan terkenal pahlawan Islam Indonesia seperti Sultan Hasanuddin dan Lamadu Kelleng

yang bergelar Arung Palaka.

Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum diangkat namanya atau dicatat

dalam buku sejarah adalah lebih banyak dari pada yang telah dikenal atau sudah tercatat dalam buku-

buku sejarah. Mereka sengaja tidak mau dikenal, khawatir akan mengurangi keikhlasannya di hadapan

Allah. Sebab mereka telah betul-betul berjihad dengan tulus demi menegakkan dan membela Islam di

tanah air.

3. Penjajahan Jepang

Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10 januari 1942. Selanjutnya

Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil

diduduki tanggal 5 Maret 1942.

Untuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat

pepatah “Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya”, yang ternyata penjajah Jepang lebih kejam

dari penjajah manapun yang pernah menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa

ke negerinya. Bangsa Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan

seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam sumur, para wanita diculik dan

dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang (Geisha).

Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim dirinya sebagai saudara tua

Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon

Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan beragama Islam. Karena itu

pada tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)

yang telah terbentuk pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi upaya Jepang tidak banyak

ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokoh-tokoh Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah

penjajah Jepang bahkan melakukan gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan Sutan Syahrir dan

Amir Syarifuddin.

Page 14: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Selain itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi yang bersifat politik atau yang membahayakan

Jepang yang dibentuk semasa Belanda, kemudian sebagai gantinya dibentuklah organisasi-organisasi

baru misalnya Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Cuo Sangi In (Badan pengendali politik), Jawa Hokokai

(Himpunan Kebaktian Jawa), Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, Peta dan lain-lain. Motif utama

dibentuknya organisasi-organisasi tersebut hanyalah sebagai kedok saja yang ternyata untuk

kepentingan penjajah Jepang juga. Namun bangsa kita sudah cerdas justru organisasi-organisasi

tersebut sebaliknya dimanfaatkannya untuk melawan penjajah Jepang. Sebagai contoh adalah

pembentukan tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada tanggal 3 Oktober 1943 di Bogor yang merupakan

cikal bakal adanya TNI. Terbentuknya memang atas persetujuan penjajah Jepang yang didukung oleh

para alim ulama. Tercatat sebagai pendirinya adalah KH.Mas Mansur, Tuan Guru H. Yacob, HM.Sodri,

KH.Adnan, Tuan guru H.Kholid, KH.Djoenaedi, Dr.H.Karim Amrullah, H.Abdul Madjid dan U. Muchtar.

Mereka betul-betul memanfaatkan PETA ini untuk kepentingan perjuangan bangsa. PETA saat itu terdiri

dari 68 batalion yang masing-masing dipimpin oleh para alim ulama. Para Bintaranya adalah para

pemuda Islam, dan panji-panji tentara PETA adalah bulan bintang putih di atas dasar merah. Tanggal 5

Oktober 1945 terbentuklah BKR (Barisan Keamanan Rakyat) yang sebagian besar pimpinannya adalah

berasal dari PETA. BKR kemudian menjadi TKR dan selanjutnya TNI. Jadi TNI tidak mungkin ada jika PETA

yang terdiri dari 68 bataliyon yang dipimpin oleh para ulama tersebut tidak ada.

Namun ada beberapa organisasi bentukan Jepang yang sangat kentara merugikan dan bahkan berbuat

aniaya terhadap bangsa Indonesia. Misalnya melalui Jawa Hokokai rakyat secara paksa untuk

mengumpulkan padi, permata, besi tua serta menanam jarak yang hasilnya harus diserahkan kepada

pemerintah pendudukan Jepang, pelecehan, penghinaan terhadap agama Islam dan umat Islam sudah

terang-terang. Maka umat Islam di berbagai daerah bangkit menentang penjajah Jepang, diantaranya:

a. Pemberontakan Cot Pileng di Aceh

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil, guru ngaji di Cot Pileng

pada tanggal 10 November 1942. Sebabnya karena tentara Jepang melakukan penghinaan terhadap

umat Islam Aceh dengan membakar masjid dan membunuh sebagian jamaah yang sedang salat subuh.

b. Pemberontakan Rakyat Sukamanah

Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren di Sukamanah

Singaparna Tasik Malaya pada tanggal 25 februari 1944. Penyebabnya karena para santrinya dipaksa

untuk melakukan Seikirei, menghormat kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan setengah

badan ke arah matahari. Ini tentu saja pelanggaran aqidah Islam.

c. Pemberontakan di Indramayu

Page 15: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas. Sebabnya karena rakyat tidak tahan terhadap kekejaman

yang dilakukan tentara Jepang.

d. Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh

Perlawanan ini dipimpin oleh Teuku Hamid pada bulan November 1944.

e. Pemberontakan PETA di Blitar

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang komandan Pleton PETA yang bernama Supriadi pada tahun 14

Februari 1945 di Blitar, karena mereka tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat di daerah dan banyak

rakyat yang korban karena dikerjapaksakan (Romusha).

4. Sekutu dan NICA

Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan, tanggal 15 september 1945

datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil

Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakan seolah-olah paling berhak atas tanah

Indonesia sebagai bekas jajahannya. Kedatangan mereka tentu saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa

Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata seadanya melawan tentara

sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara

lain: Dengan taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan Api, pertempuran

di Ambarawa dan lain-lain.

Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman nama yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Beliau

sebagai panglima besar TNI berlatar belakang santri. Pernah jadi da’i atau guru agama di daerah Cilacap

Banyumas sekitar tahun 1936-1942. Berkarir mulai dari kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam

pengajian-pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah. Beliau pada sebagian hidupnya adalah untuk

berjuang, dan bahkan dalam kondisi sakit sekalipun beliau terus memimpin perang gerilya ke hutan-

hutan.

Sedangkan pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo. Dengan kumandang takbir,

beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November

1945. Karena dahsyatnya pertempuran tersebut, maka tanggal tersebut dikenang sebagai hari

pahlawan. Beliau tercatat pula dalam sejarah sebagai arsitek bom syahid. Dalam kurun waktu

perjuangan tahun 1945–1949 beliau membentuk pasukan berani mati, yakni pasukan bom syahid yang

siap mengorbankan jiwanya untuk menghancurkan tentara sekutu dan Belanda.

Bandung lautan api adalah pertempuran dahsyat di Bandung Utara, kemudian di Bandung Selatan

Page 16: Buat Makalah Sama Ppt Agama

dibawah pimpinan Muhammad Toha dan Ramadhan .

E. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar Indonesia Merdeka.

Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi peran kaum muslimin

terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini

membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia.

Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim atau para ulama kecuali satu orang beragama

Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs.Moh.Hatta, Mr.Moh.Yamin, Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar

Mujakir, Wahid Hsyim, H.Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis (Kristen)

Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak

pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok

nasionalis Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul

Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam

dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno

menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi

sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan

Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari Mukaddimah UUD 45.

Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang

berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti

dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama.

Muh. Hatta dan Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa”

Page 17: Buat Makalah Sama Ppt Agama

tersebut tidak lain adalah tauhid.

Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan tangal 19

Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno.

Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama misalnya para ulama

di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka

mendesak agar Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

Demikian penting peran ulama di mata Bung Karno. Setelah Indonesia diproklamasikan, Bung karno

masih terus berkeliling terutama minta dukungan para ulama dan rakyat Aceh. Di bawah pimpinan

ulama-ulama Aceh seperti Daud Beureuh, Teuku Nyak Arief, Mr. Muhammad Hasan, M.Nur El Ibrahimy,

Ali Hasyimi dan lain-lain, rakyat Aceh segera menyambut dengan gegap gempita. Dukungan mereka

bukan hanya lisan tapi juga berbentuk sumbangan materi, yaitu berupa uang 130.000 Straits Dollar dan

emas seberat 20 kg untuk pembelian pesawat terbang.

Saat itu Soekarno sempat berjanji di hadapan Daud Beureuh, bahkan sampai mengucapkan sumpah.

”Demi Allah, Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh saya agar nanti rakyat Aceh benar-benar dapat

melaksanaan syari’at Islam”, demikian ucapan Soekarno untuk meyakinkan Daud Beureuh, bahwa jika

Aceh bersedia membantu perjuangan kemerdekaan, syari’at Islam akan diterapkan di tanah Rencong ini.

Tapi janji itu hanya sekedar janji, tidak pernah diwujudkan. Inilah yang menyebabkan Daud Beureuh

kemudian memberontak kepada pemerintah pusat dan bergabung dengan S.M.Kartosuwiryo yang juga

dikecewakan oleh Soekarno, teman seperguruannya waktu nyantri di HOS Cokroaminoto.

Sesungguhnya perjuangan para ulama begitu besar dalam mengantarkan Indonesia merdeka tidak lepas

dari motivasi bagaimana Indonesia yang akan dibangun ini harus berdasarkan syari’at Islam. Namun

banyak dari golongan nasionalis meski mereka beragama Islam (misalnya Soekarno dkk) tidak setuju

dengan cita-cita para ulama di atas. Kelompok Nasionalis inilah sangat berperan dalam penghapusan 7

kata dalam piagam Jakarta. Inilah yang kemudian menjadi ganjalan dan kekecewaan bagi para ulama.

Sehingga beberapa tokoh Islam seperti Kartosuwiryo (Jawa Barat), Kahar Muzakir (Sulawesi Selatan),

Letnan I Ibnu Hajar (Kalimantan Selatan) dan Daud Beureuh (Aceh) terpaksa harus angkat senjata

berjuang kembali untuk mewujudkan NII yang dicita-citakan, meskipun mereka kemudian dicap sebagai

pemberontak.

F. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam

Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di Indonesia, Umat Islam

Page 18: Buat Makalah Sama Ppt Agama

mendirikan berbagai organisasi dan partai politik dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang

bergerak dalam bidang politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya

mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya umat Islam dan

melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga

tersebut telah lahir para tokoh dan pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir

penjajah, maupun pada masa pembangunan.

1. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang muslim yang didirikan pada

akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian

tanggal 10 Nopember 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto

diangkat sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang didirikannya

organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para pedagang Islam dalam rangka

bersaing dengan para pedagang asing, dan juga membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran

agama Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S.

Cokroaminoto organisasi ini semakin berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari

masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI mereka (umat Islam) yakin akan

dibela kepentingannya.

Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang beragama Islam. Berbeda dengan

Budi Utomo yang membatasi keanggotaannya pada suku bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak

sejarawan mengatakan bahwa tanggal berdirinya SI ini lebih tepat disebut sebagai Hari Kebangkitan

Nasional, dan bukan tahun 1908 dengan patokan berdirinya Budi Utomo. Karena ruang lingkup Budi

Utomo hanyalah pulau Jawa, bahkan hanya etnis Jawa Priyayi. Sedangkan SI mempunyai cabang-cabang

di seluruh Indonesia. Jadi layak disebut “Nasional”.

Secara lahir SI tidak menyatakan diri sebagai organisasi partai politik. Tetapi dalam sepak terjangnya

jelas kelihatan sebagai organisasi politik. Kegiatan politik dilakukan dengan sangat hati-hati dan

bertahap. Dalam kongres tahun 1914, Cokroaminoto mengatakan bahwa SI akan bekerjasama

(kooperatif) dengan pemerintah dan tidak berniat melawan pemerintah. Dua tahun kemudian dalam

kongresnya di Bandung, dia melancarkan kritik terhadap praktek kolonialisme yang telah

menyengsarakan rakyat. Dalam kongres itu SI menuntut supaya Indonesia diberi pemerintahan sendiri

dan rakyat diberi kesempatan untuk duduk dalam pemerintahan. Semakin lama sikap SI semakin keras.

Abdul Muis salah satu tokoh SI mengatakan, jika tuntutan-tuntutan itu tidak diindahkan pemerintah

Page 19: Buat Makalah Sama Ppt Agama

(penjajah), anggota SI bersedia membalas kekerasan dengan kekerasan. Pada waktu pemerintah

mendirikan Volksraad (Dewan Rakyat), SI mendudukkan wakilnya dalam dewan itu, antara lain

Cokroaminoto dan H. Agus Salim. Setelah ternyata Volksrad tidak bisa dipakai sebagai lembaga untuk

memperjuangkan kemerdekaan, SI pun menarik wakilnya. Demikian SI beralih ke strategi non-

kooperatif.

Pada kongres 1917, SI mulai dimasuki pengaruh lain, yaitu dengan masuknya orang-orang yang

berfaham Marxis (komunis) seperti Semaun dan Darsono. Bahkan pada kongresnya yang ketiga tahun

1918 pengaruh Semaun semakin kuat. Tetapi SI masih membiarkannya demi persatuan dan kesatuan

bangsa yang saat itu sangat diperlukan dalam menghadapi pemerintah penjajah. Pada tangal 10 Oktober

1921 dalam kongres SI yang ke-6 H. Agus Salim dan Abdul Muis merangkap menjadi anggota dan

pengurus mencetuskan perlunya disiplin partai dalam tubuh SI, antara lain seorang anggota SI tidak

boleh merangkap menjadi anggota atau pengurus di partai lain. Ini tujuan sebenarnya adalah untuk

membersihkan barisan SI dari unsur-unsur komunis. Dengan disetujuinya gagasan ini akhirnya Semaun

dan Darsono keluar dari SI. Tapi kemudian SI terpecah menjadi dua, yaitu SI Merah dan SI Putih. SI

Merah dipimpin oleh Semaun berpusat di Semarang dan berazaskan Komunis. Adapun SI Putih dipimpin

oleh HOS Tjokroaminoto berazaskan Islam.

Pada Kongres SI ke-7. SI Putih berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada tahun 1927 nama

Partai Sarekat Islam (PSI) ditambah dengan kata Indonesia, sehingga menjadi Partai Sarekat Islam

Indonesia (PSII). Hanya sangat disayangkan partai ini kemudian menjadi terpecah belah. Ada PSII yang

dipimpin oleh Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII H. Agus Salim.

2. Muhammadiyah

Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah sebuah organisasi non-

politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi

Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan

memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di

Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah

disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada

tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam

dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah.

Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini

dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota

Page 20: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Sarekat Islam.

Banyak anggota Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, masa

mempertahankan kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi. Mereka tersebar di

berbagai organisasi pergerakan, organisasi partai politik dan lembaga-lembaga negara. Tokoh-tokoh

Muhammadiyah yang kita kenal seperti KH. Mas Mansur, Prof. Kahar Muzakir, Dr. Sukirman

Wirjosanjoyo adalah para pejuang yang tidak asing lagi. Demikian pula seperti Buya Hamka, KH AR.

Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafi’i Ma’arif dan Dr. Din Syamsudin adalah tokoh–tokoh

Muhammadiyah yang sangat berperan dalam pentas nasional Indonesia.

Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain :

a. Sosial

Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :

1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu

2) Bank Syari’ah untuk membantu pengusaha lemah

3) Organisasi wanita yang bernama Aisiyah dan organisassi kepanduan Hizbul wathan, Pemuda

Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan ikatan Pelajar Muhammadiyah

b. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari TK

sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985 Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan

yang terdiri dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah perguruan

tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.

c. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah Sakit dan Rumah Bersalin. Data

tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin.

3. Al Irsyad

Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun setelah Muhammadiyah berdiri,

dan bisa dibilang sebagai sempalan dari Jami’atul Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah

syeikh Ahmad Surkati, berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar di Jami’atul Khair. Al Irsyad ini

mengkhususkan diri dalam perbaikan (pembaharuan) agama kaum muslimin khususnya keturunan Arab

Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal berdirinya juga adalah kader-kader yang dibina dalam

lembaga pendidikan AlIrsyad. Saat itu al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3 tahun), Madrasah

Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan Madrasah Mu’allimin yang dikhususkan untuk

Page 21: Buat Makalah Sama Ppt Agama

mencetak guru.

Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga bidang-bidang lain seperti rumah

sakit, panti asuhan dan rumah yatim piatu.

4. Nahdlatul Ulama

(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial keagamaan yang dipelopori oleh

para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri,

K.H.Mas Alwi , dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini menjadi salah

satu organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air. Bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran

Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan penganut salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam

Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Maliki).

Pada mulanya NU ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih memfokuskan diri pada pengembangan

dan pemantapan paham keagamaannya dalam masyarakat yang saat itu sedang gencar-gencarnya

penyebaran faham Wahabiyah yang dianggap membahayakan paham ahli Sunnah Waljama’ah. Hal ini

tersirat dalam salah satu hasil keputusan kongresnya di Surabaya pada bulan Oktober 1928.

NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah memiliki 68 cabang dengan anggota

6700 orang. Pada kongres tahun 1940 di Surabaya dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau

Muslimat dan Pemuda Anshar.

Pada perkembangan selanjutnya, NU mengubah haluannya. Selain sebagai organisasi yang bergerak

dalam bidang sosial keagamaan, juga mulai ikut dalam kehidupan politik. Tahun 1937 bergabung dengan

Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI). Hal ini terus berlangsung sampai dibubarkannya pada masa

penjajahan Jepang tahun 1943, yang kemudian diganti Masyumi. Dalam Masyumi, NU adalah bagian

yang sangat penting sampai tahun 1952. Dalam Muktamarnya yang ke 19 tanggal 1 Mei 1952

menyatakan diri keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik tersendiri. Kemudian NU bersama

dengan PSII dan Perti membentuk Liga Muslim Indonesia sebagai wadah kerja sama partai politik dan

organisasi Islam. Dalam Pemilu tahun 1955 NU muncul sebagai partai politik terbesar ke tiga. Pada masa

orde baru NU bersama partai politik lainnya (PSII, Parmusi, Perti) berfungsi dalam Partai Persatuan

Pembangunan (PPP). Kemudian sejak tahun 1984 NU menyatakan diri kembali ke khittah 1926, artinya

melepaskan diri dari kegiatan politik, meskipun secara pribadi-pribadi anggotanya tetap ikut berkiprah

dalam berbagai partai politik.

Pada masa reformasi (1999) para tokoh NU yang dimotori oleh KH. Abdurrahman Wahid mendirikan

partai politik, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kemudian termasuk 5 besar pemenang Pemilu pada

Page 22: Buat Makalah Sama Ppt Agama

tahun tersebut. Melalui poros tengah, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai pemimpin NU saat itu

berhasil menjadi orang nomor satu di RI, meskipun hanya berumur satu tahun.

Peranan NU sebagai organisasi dalam perjuangan mengusir penjajah dan mempertahankan

kemerdekaan tidak diragukan lagi. Bahkan para kyai dan santri memikul senjata (bambu runcing atau

golok) untuk berjihad fi sabilillah. Tercatat dalam sejarah tanggal 23 Oktober 1945 NU mengeluarkan

Resolusi Jihad untuk melawan tentara penjajah.

5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)

MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu tanggal 21 September 1937 di

Surabaya sebagai organisasi federasi yang diprakarsai oleh K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan

(Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah (NU) dan Wondoamiseno (PSII).

Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai wadah tempat membicarakan dan

memutuskan semua soal yang dianggap penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam. Keputusan

yang diambil MIAI harus dilaksanakan oleh semua organisasi yang menjadi anggotanya.

Pembentukan MIAI mendapat sambutan dari berbagai organisasi Islam di Indonesia seperti PSII,

Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasi-organisasi yang lebih kecil lainnya. Pada waktu dibentuk

anggotanya hanya 7 organisasi, tapi empat tahun kemudian jumlahnya sudah mencapai duapuluh.

Pada akhir pemerintahan Hindia Belanda MIAI memberikan dukungan terhadap aksi Indonesia

berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI (Gabungan Politik Indonesia). Pada waktu GAPI menyusun

rencana konstitusi untuk Indonesia, MIAI menghendaki agar yang menjadi kepala negara adalah orang

Indonesia yang beragama Islam dan dua pertiga dari menteri-menteri harus orang Islam.

Ketika Jepang datang ke Indonesia seluruh organisasi yang ada di Indonesia dibekukan, termasuk MIAI.

Tapi khusus MIAI tanggal 4 September 1942 diperbolehkan aktif kembali. Jepang melihat bahwa MIAI

bersifat kooperatif dan tidak membahayakan. Selain itu Jepang berharap dapat memanfaatkan MIAI ini

untuk memobilisasi gerakan umat Islam guna menopang kepentingan penjajahannya. Selain itu, Jepang

juga membantu perkembangan kehidupan agama. Kantor urusan agama yang pada masa Belanda

diketuai oleh seorang orientalis Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Shumubu (Kantor Urusan Agama)

yang dipimpin oleh orang Indonesia, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Umat Islam pada saat itu juga diizinkan

membentuk Hizbullah yang memberikan pelatihan kemiliteran bagi para pemuda Islam, yang dipimpin

oleh K.H.Zaenal Arifin. Demikian pula diizinkan mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin

oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan Moh. Hatta.

MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang. Para tokoh

Page 23: Buat Makalah Sama Ppt Agama

Islam dan para Ulama memanfaatkannya sebagai tempat bermusyawarah membahas masalah-masalah

yang penting yang dihadapi umat Islam. Semboyannya terkenal Berpegang teguhlah kepada tali Allah

dan janganlah bercerai berai.

Diantara tugas MIAI ialah:

a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia

b. Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan zaman

MIAI juga menerbitkan majalah tengah bulanan yang bernama Suara MIAI. Meskipun pada awalnya MIAI

tidak menyentuh kegiatan politik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya kegiatan-kegiatannya tidak

bisa lagi dipisahkan dengan politik yang bisa membahayakan pemerintah Jepang. Akhirnya pada tanggal

24 Oktober 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai gantinya berdirilah Masyumi.

6. Masyumi

Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun 1943. Dalam Muktamar Islam

Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati bahwa Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai

Islam untuk rakyat Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :” 60

Milyoen kaum muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini direkam dengan baik oleh

harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansur

dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari. Tergabung dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul

Ulama, Persis, dan Sarekat Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus Hadikusumo, Abdul

Wahab dan tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono Cokrominoto, dan Prawoto

Mangunsasmito.

Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam berbagai bidang, termasuk

dalam bidang politik. Para pemuda Islam, khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik

maupun politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno pada tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi

yang semula bergabung dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah mereka

tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.

7. Mathla’ul Anwar

Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam bidang sosial keagamaan dan

pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam

Page 24: Buat Makalah Sama Ppt Agama

khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes Banten. Aspirasi politik organisasi ini pernah

disalurkan melalui Sarekat Islam (SI), tapi perkembangan selanjutnya organisasi ini menjadi netral,

artinya tidak ikut dalam kegiatan politik, tapi hanya mengkhususkan diri pada kegiatan sosial dan

pengembangan pendidikan Agama. Berkat memfokuskan diri pada pendidikan, organisasi ini sekarang

sudah menjadi organisasi berskup nasional. Lembaga-lembaga pendidikannya berupa madrasah-

madrasah dari mulai TK sampai Madrasah Aliyah (setingkat SMA) tersebar di seluruh Nusantara.

8. Persatuan Islam (Persis)

Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada tanggal 17 September 1923 di

Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang.

Organisasi ini diketuai pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai teman dialog

Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan lewat surat-suratnya.

Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS Cokroaminoto, juga banyak berasal dari

A.Hassan ini.

. Diantara tujuan Persis ini adalah :

a. Mengembalikan kaum Muslimin kepada Al-Quran dan Sunnah (hadis nabi)

b. Menghidupkan ruh jihad dan ijtihad dalam kalangan umat Islam

c. Membasmi bid’ah, khurafat dan takhayul, taklid dan syirik dalam kalangan umat Islam

d. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islam kepada segenap lapisan masyarakat

e. Mendirikan madrasah atau pesantren untuk mendidik putra-putri muslim dengan dasar Quran dan

Sunnah.

9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan Islam

Organisasi pelajar, mahasiswa dan kepemudaan Islam sangat besar sekali peranannya dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan dan memajukan bangsa Indonesia. Jong Islamiten Bond (JIB) misalnya

lahir tahun 1925 yang telah melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti M. Natsir, Moh.Roem, Yusuf

Wibisono, Harsono Tjokroaminoto, Syamsul Ridjal dan lain sebagainya.

Dari masa-masa tahun enam puluhan hingga kini peran kepemudaan Islam lebih didominasi oleh

organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) lahir 5 Pebruari 1947, PII (Pelajar Islam

Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).

Organisasi-organisasi pelajar dan kemahasiswaan tersebut telah melahirkan banyak pemimpin nasional,

Page 25: Buat Makalah Sama Ppt Agama

antara lain misalnya Akbar Tanjung (mantan Ketua DPR) dan Nurcholis Majid Almarhum (Ketua Yayasan

Paramadina) adalah Alumni HMI; Din Syamsudin (Sekjen MUI) adalah alumni IMM; Muhaimin Iskandar

(Ketua PKB) adalah alumni PMII, dan banyak lagi contoh-contoh lain dari tokoh-tokoh nasional yang

dikader oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan di atas.

Baik secara pribadi ataupun secara organisasi para anggota dan alumni organisasi tersebut di atas

banyak terlibat dalam berbagai gerakan nasional. Misalnya pada masa krisis Zaman Orde Lama, saat

mereka berhadapan dengan Gerakan Komunis. Mereka sangat kuat mengkritisi rezim Soekarno. Rezim

Soekarno tumbang diganti dengan Orde Baru yang tidak terlepas dari peran pemuda dan mahasiswa

yang menamakan dirinya dengan Angkatan 66. Angkatan 66 ini sebagian besar adalah juga para anggota

dari berbagai organisasi mahasiswa Islam. Sebut saja misalnya Fahmi Idris, Ekky Syahruddin, Abdul

Gafur, Mar’i Muhammad, Akbar Tanjung dan lain sebagainya. Demikian pula di akhir zaman Orde Baru,

mereka dapat mewarnai Gedung DPR/MPR sehingga ada istilah “hijau royo-royo” dan banyak juga yang

direkrut untuk mengisi Kabinet Soeharto.

Menjelang kejatuhan Orde Baru, para pemuda dan mahasiswa atau pelajar Islam, baik yang tergabung

dalam HMI, PMII, PII, IPPNU, KAPI, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), GPI (Gerakan

Pemuda Islam) dan Pemuda Anshar turut aktif mengambil bagian dalam menumbangkan Rezim

Soeharto.

10. Departemen Agama

Departemen Agama dulu namanya Kementerian Agama. Didirikan pada masa Kabinet Syahrir yang

mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946, dengan Menteri Agama yang pertama adalah M. Rasyidi.

Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada tahun 1967 sebagai berikut :

a. Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-

perguruan agama.

b. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.

c. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

d. Mengurus dan mengatur Peradilan Agama serta menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

hukum agama.

e. Mengatur, mengurus dan mengawasi penyelenggaraan Ibadah Haji.

f. Mengurus dan memperkembangkan IAIN, Perguruan Tinggi Agama Swasta dan Pesantren serta

mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada perguruan-perguruan tinggi agama Islam.

Page 26: Buat Makalah Sama Ppt Agama

11. Peran Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia adalah pesantren. Kehadiran pesantren ini hampir

bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia itu sendiri. Alasannya sangat sederhana, Islam sebagai

agama dakwah disebarkan melalui proses transmisi ilmu dari ulama atau kyai kepada masyarakat

(tarbiyah wat ta’lim atau ta’dib). Proses ini berlangsung di Indonesia melalui pesantren.

Dari awal keberadaannya pesantren telah menunjukkan perannya yang sangat besar dalam pembinaan

bangsa. Islam sebagai pandangan hidup membawa konsep baru tentang Tuhan, kehidupan, waktu,

dunia dan akhirat, bermasyarakat, keadilan, harta dan lain-lain. Dengan pandangan hidup tersebut,

masyarakat lalu mengembangkan semangat pembebasan dan perlawanan terhadap penjajah.

Pemberontakan petani di Banten tahun 1888 Perang masyarakat Aceh melawan Belanda tahun 1873

dan perang-perang lainnya di seluruh daerah di Indonesia hampir tidak terlepas dari peran pesantren

dan santrinya.

Dizaman pergerakan pra-kemerdekaan tokoh-tokoh nasional seperti HOS Cokroaminoto, KH. Mas

Mansur, KH Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, KH Kahar Muzakar dan lain-lain

adalah alumni-alumni pesantren. Sesudah kemerdekaan pesantren juga telah melahirkan tokoh-tokoh

kaliber nasional seperti Moh. Rasyidi (Menteri Agama Pertama), Moh. Natsir (Mantan Perdana Menteri),

KH. Wahid Hasyim, KH. Idham Kholid (Mantan Wakil Perdana Menteri dan Ketua MPRS). Demikian juga

tokoh-tokoh nasional saat ini seperti Amien Rais (mantan Ketua MPR), Abdurrahman Wahid (Mantan

Presiden RI), Hidayat Nurwahid (Ketua MPR), Hasyim Muzadi (Ketua PB NU), Nurcholis Majid (Almarhum

Rektor Paramadina) dan lain-lain adalah orang-orang yang tidak terlepas dari pesantren.

Keistimewaan atau ciri khas pesantren hingga bisa eksis sampai saat ini antara lain adalah

a. Penguasaan bahasa asing terutama bahasa Arab.

b. Penguasaan kitab-kitab kuning yang merupakan sumber penting ilmu-ilmu keislaman.

c. Penanaman jiwa mandiri, sebab biasanya para santri tinggal di asrama. Mereka harus hidup mandiri

tanpa dekat dengan orang tua.

d. Penanaman hidup disiplin, menghargai teman, hormat sama guru (kyai) dan sabar serta istiqomah

dalam melaksanakan proses pembelajaran (tarbiyah, ta’dib dan ta’lim).

Biasanya pendidikan pesantren tidak dibatasi oleh waktu, sehingga seorang santri bisa sepuas-puasnya

menimba ilmu sama kyai sampai ia diizinkan untuk meninggalkan pesantrennya, kemudian pindah ke

pesantren lain untuk mencari ilmu yang lebih tinggi.

Sistim pengajaran selain sistim Klasikal, juga sistim Individual (sorogan), yaitu seorang santri bisa belajar

Page 27: Buat Makalah Sama Ppt Agama

ngaji atau membaca kitab dibimbing secara langsung oleh seorang guru atau kyai, sehingga bisa lebih

komunikatif antara guru dengan santri.

Pada perkembangan berikutnya sebagian besar pesantren baik di Jawa maupun di luar Jawa, dilengkapi

dengan lembaga pendidikan yang dikenal istilah Madrasah. Dari mulai Madrasah Ibtidaiyah (setingkat

SD), Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP), Madrasah Aliyah (setingkat SMA) dan selanjutnya para

lulusannya bisa melanjutkan ke IAIN atau perguruan tinggi agama lainnya. Perbedaan Pesantren dengan

Madrasah antara lain : di Pesantren khusus mempelajari ilmu-ilmu agama, tapi di Madrasah biasanya

juga dipelajari ilmu-ilmu umum. Pesantren biasanya tidak menggunakan kurikulum yang resmi (formal),

tapi di Madrasah sudah menggunakan kurikulum resmi dan baku, terutama kurikulum dari Departemen

Agama.

12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)

Majlis Ulama ini sebenarnya sudah berdiri sejak jaman pemerintahan Soekarno, tetapi baru di tingkat

daerah. Di Jawa Barat misalnya majlis ini berdiri tanggal 12 Juli 1958. Pada tanggal 21 sampai 27 Juni

1975 diadakan Musyawarah Nasional I Majlis Ulama seluruh Indonesia di Jakarta yang dihadiri oleh

wakil-wakil Majlis Ulama propinsi. Ketika itulah Majlis Ulama tingkat Nasional berdiri dengan nama

Majlis Ulama Indonesia (MUI).

Fungsi MUI antara lain :

a. Memberi fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah

dan umat Islam umumnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan

nasional.

b. Mempererat ukhuwah Islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antar umat

beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

c. Mewakili umat Islam dalam konsultasi antara umat beragama.

d. Penghubung antara Ulama dan Umara (pemerintah) serta menjadi penerjemah timbal balik antara

pemerintah dan umat guna menyukseskan pembangunan nasional.

Sejak berdiri sampai saat ini sudah banyak fatwa-fatwa MUI dikeluarkan antara lain menyangkut :

a. Hukum natal bersama bagi umat Islam

b. Aliran-aliran Islam sesat di Indonesia

c. Fatwa tentang bunga bank konvensional

d. Fatwa tentang bayi tabung dan inseminasi buatan

Page 28: Buat Makalah Sama Ppt Agama

e. Fatwa tentang faham pluralisme dan sekularisme

f. Fatwa tentang perkawinan beda agama

g. Dan lain-lain

Ulama yang pernah menduduki jabatan ketua MUI antara lain :

a. Prof.Dr. Hamka (1975- 1981)

b. KH. Syukri Ghozali (1981- 1984)

c. KH. EZ. Muttaqien (1984- 1985)

d. KH. Hasan Basri (1985- 1995)

e. H. Amidhan

13. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

ICMI berdiri pada 7 Desember 1990 sebagai sebuah organisasi yang menampung para cendekiawan

muslim yang mempunyai komitmen pada nilai-nilai keislaman, tanpa melihat aliran, warna politik dan

kelompok. ICMI sebagai wadah tempat berdialog para intelektual guna memecahkan persoalan-

persoalan bangsa. Organisasi ini pertama kali dipimpin oleh Prof. Dr.BJ. Habibie, kemudian Ahmad Tirto

Sudiro dan Adi Sasono.

ICMI bergerak berlandaskan tiga hal :

a. Iman sebagai landasan moral untuk memicu prestasi taqwa

b. Pancasila dan UUD 45 sebagai azas filosofis dan konstitusional kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat.

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat dan sarana bagi peningkatan mutu kehidupan.

Sasaran jangka panjang adalah peningkatan kualitas ilmu, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas berkarya

dan kualitas berfikir bangsa Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.

Organisasi ini berkembang cukup cepat. Terbukti saat Silaknas I ( 5-7 Desember 1991) jumlah

anggotanya sekitar 15000 orang. Pada Nopember 1993 ICMI sudah mempunyai 32 Orwil (Organisasi

Wilayah), yakni 28 di dalam negeri dan 4 di luar negeri ( Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat dan

Pasifik). ICMI sudah memiliki 309 Orsat (Organisasi Satuan), yakni 277 di dalam negeri dan 32 di luar

negeri.

Sumber referensi : http://www.saefudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html