buat ame
-
Upload
nuansyafrina -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of buat ame
Pertemuan 1.
Sinus para nasal :
a. Sinus maxilaris
merupakan sinus para nasal terbesar
b. Sinus Frontalis
terletak di tubula externa dan tubula interna osis frontalis
c. Sinus ethmoidalis
terdiri dari beberapa rongga kecil yaitu cellulae ethmoidalis
d. Sinus spenoidalis
terdapat pada corpus osis spenoidalis
fisiologi hidung :
1. Fungsi respirasi
Untuk mengatur kondisi udara, menyaring udara,humidifikasi, penyeimbang dalam
pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik local
2. Fungsi penghidu
Terdapat mukosa olgfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus
penghidu
3. Fungsi fonetik
Untuk resonasi suara, membantu bicara,dan mencegah hantaran suara sendiri melalui
konduksi tulang
4. Fungsi static
Untuk meringankan kepala , proteksi,terhadap trauma dan pelindung panas
5. Reflek nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor reflek yang berhubungan dengan saluran cerna,
reflek bersin. Dan jika ada rangsang bau akan merangsang sekresi liur,lambung, dan
pancreas.
Mengapa bersin pada pagi hari?
Tingginya kelembaban udara pada saat pagi hari makin dingin udara maka makin
banyak histamine ang di hasilkan ( histamine adalah mediator yang di hasilkan dari
proses degranulasi pada sel mast setelah IgE bertemu dengan alergen ) histamine
akan merangsang saraf vidianus menimbulkan rasa gatal dan bersin. Merangsang
hipersekreesi mucus dan vaso dilatasi pembuluh darah
Mengapa terjadi bersin bersin dan adanya cairan dari hidung yang tidak berbau?
- Bersin bersin 2 hari yang lalu merupakan tada inflamasi akut
- Penyebab :
a. Infeksi
b. Kelainan congenital
c. Infeksi kronik sistemik
d. Pengobatan yang tidak adekuat
e. Daya tahan tubuh yang menurun
f. Terpapar alergen
- Mekanismenya:
Terdapat tanda inflamasi ( tumor, rubor, dolor,kalor, dan fungsiolesa) terjadi
pembengkakan pada conha hidung ( concha nasalis superior,interior, media)
menghambat udara yang akan masuk keadaan di dalamnya jadi panas
terjadi vaso dilatasi pembuluh darah menghasilkan mucus berlebih
Respon tubuh terhadap penyakit dengan gejala alergi ?
1. Respon primer
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen yang bersifat non spesifik
dan dapat berakhir sampai di sini. Bila antigen tidak berhasil seluruhnya di
hilangkan maka reaksi berlanjut ke respon sekunder
2. Respon sekunder
Reaksi bersifat spesifik punya 3 kemungkinan. Sistem imunitas seluler atau
hormonal atau gabungan dari keduanya di bangkitkan. Bila antigen berhasil di
eliminasi maka reaksi berakhir sampai di sini. Tapi jika berlanju maka akan
berlanjut ke respon tersier
3. Respon tersier
Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Bersifat
sementara atau menetap. Bergantung pada daya eliminasi antigen tubuh
Penyakit – penyakit yang memiliki gejala pilek:
1. Rhinitis alergi
Penyakit inflamsi Karen reaksi alergi pada pasien atopi sebelumnya sudah
tersensitisasi alergen sebelumnya.
2. Rhinitis medika mentosa
Kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor akibat
pemakaian vasokonstriktor topical dalam waktu lama
3. Rhinitis vasomotor
Gangguan fisiologis mukosa hidung kerena gangguan keseimbangan saraf
otonom terjadi peningkatan aktifitas parasimpatis
4. Sinusitis.
- merupakan radang pada mukosa sinus
- jika mengenai semua sinus para sinusitis
- jika mengenai beberapa sinus multi sinusitis
Pertemuan 2:
Farmako kinetik kortikosteroid
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagiankorteks kelenjar
adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yangdilepaskan oleh
kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II
• Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama
kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein.
• sintetis sama dengan kortikosteroid alami
• Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang sinovial.
Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek
sistemik, antara lain supresi korteks adrenal
• Pada keadaan normal, 90% kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma, yaitu globulin
pengikat kortikosteroid dan albumin.
• Kortikosteroid berkompetisi sesamanya untuk berikatan dengan globulin pengikatnya;
kortisol mempunyai afinitas tinggi sedangkan metabolit yang terkonjugasi dengan asam
glukuronat dan aldosteron afinitasnya rendah.
• Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang sangatsensitif
terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasidan
glukokortikoid eksogen (sintetis)
• Pada orang dewasa normal, disekresi 10-20 mgkortisol setiap hari tanpa adanya stres
• kortikosteroid dibagi menjadi 2 yaitu topikal dan sistemik. Kortikosteroid topikal menjadi
pilihan pertama untuk penderita rinitis alergi
• Sediaan nasal yang mengandung kortikosteroid (beklometason, betametason, budesonid,
flunisolid, flutikason, mometason dan triamsinolon) mempunyai peranan penting dalam
pencegahan dan pengobatan rinitis alergi
• Efek spesifik kortikosteroid topikal antara lain menghambat fase cepat dan lambat dari
rinitis alergi, menekan produksi sitokin Th2, sel mast dan basofil, mencegah switching
dan sintesis IgE oleh sel B, menekan pengerahan lokal dan migrasi transepitel dari sel
mast, basofil, dan eosinofil, menekan ekspresi GMCSF, IL-6, IL-8, RANTES, sitokin,
kemokin, mengurangi jumlah eosinofil di mukosa hidung dan juga menghambat
pembentukan, fungsi, adhesi, kemotaksis dan apoptosis eosinofil 1
Farmako kinetic antikolinergik:
• Kadar puncak triheksifedinil, prosiklidin, dan biperiden tercapai setelah 1-2 jam. Masa
paruh eliminasi terminl antara 10 dan 12 jam.
• Sebenarnya untuk pemberian 2x sehari sudah mencukupi
• Obat-obat antikolinergik membuat relaksasi pernafasan dengan menghambat reseptor-
reseptor muskarinik M2 dan M3 pada otot polos saluran pernafasan. Pelepasan
asetilkolin dari saraf-saraf parasimpatis meningkat sewaktu eksaserbasi asma dan intubasi
endotrakea.
• Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin
efektif untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak untuk bronkospasme
oleh histamin.
• Pada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping
seperti peninggian viskositas dan menurunnya jumlah sputum, orofaring jadi kering,
denyut jantung meningkat, sedasi, dan gangguan visus. Tetapi dengan preparat baru
(ipratropium bromide) yang dapat mengurangi efek samping tersebut maka obat ini mulai
banyak lagi dipakai, terutama untuk orang dewasa yang menderita asma intrinsik atau
asma bronkitis yang bronkospasmenya dipengaruhi oleh asetilkolin.