BTS II (Mentimun)
-
Upload
johan-pujianto -
Category
Documents
-
view
611 -
download
13
Transcript of BTS II (Mentimun)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayur yang cukup populer di
hampir semua negara. Mentimun berasal dari dataran tinggi Himalaya dan pada saat ini
budidayanya sudah meluas ke seluruh wilayah tropis dan subtropis. Di Indonesia mentimun
banyak ditanam di Jawa dan Sumatra (Elsya, 2003). Buah mentimun mengandung mineral
seperti kalsium, fosfor, kalium, dan besi, serta vitamin A, B, dan C. Kemajuan di bidang
teknologi kecantikan mengungkap bahwa mentimun dapat dimanfaatkan sebagai bahan
kosmetika untuk perawatan kecantikan dengan diolah menggunakan teknologi modern. Dari
sudut pandang ekonomi, mentimun memiliki prospek yang cukup baik, karena diminati di
banyak negara.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Mengetahui respon pertumbuhan mentimun pada beberapa
varietas mentimun dan jenis pupuk organik yang berbeda
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mentimun
Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap Negara.
Tanaman ini berasal dari Himalaya, Asia Utara, dan meluas ke seluruh daratan baik tropis atau
subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat
dengan perantaraan alat pemegang seperti ajir atau tali plastik.
Nama lain dari mentimun (Cucumis sativus L.) dalam bahasa inggris Cucumber, Jepang:
kyuuri, Jawa: Timun, Sunda: bonteng. Diwilayah Indonesia, mentimun memiliki sebutan yang
berlainan di tiap-tiap daerah.
Di Indonesia tanaman mentimun umumnya diusahakan di dataran rendah, dengan
berbagai nama, seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura),
ketimu atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan Timon (Aceh). Budidaya mentimun di
Indonesia berkembang hampir di setiap propinsi. Pada tahun 2004 luas panen mentimun secara
nasional mencapai 50.352 ha dengan produksi 447.716 ton.
Buah mentimun dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan, seperti acar,
asinan, dll. Seringkali buah mentimun dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan dan pengobatan
tradisional, misalnya memperlancar buang air kecil dan menurunkan darah tinggi. Untuk
keperluan konsumsi buah mentimun dipanen muda. Ditinjau dari komposisi kimianya, nilai gizi
mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber vitamin dan mineral seperti
kalsium, fosfor, kalium dan besi di samping vitamin A, B, dan C. Kandungan gizi buah
mentimun tiap 100 gr bahan mentah (segar).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Mentimun
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatohhyta
2
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Violales
Famili : Cucubitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
2.1.2 Botani Tanaman Mentimun
Akar
Tanaman mentimun mempunyai perakaran Tunggang, putih kotor.
Batang
Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak dan berbulu
dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m.
Daun
Daunnya berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk
jantung, kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan
daun diatasnya
Bunga
Bunga mentimun berumah satu, karena bunga jantan dan betina letaknya terpisah
tetapi masih dalam satu pohon yang sama. Bentuk bunganya mirip terompet dengan
mahkota berwarna kuning cerah.
3
Buah
Bulat memanjang, panjang 10-30 cm, banyak mengandung cairan, masih muda
hijau berlilin putih setelah tua kuning kotor.
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun
Iklim
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup (tidak
ternaungi) dengan temperatur optimal antara 21⁰C – 27ºC. Lamanya penyinaran, intensitas sinar
dan suhu udara merupakan faktor yang penting karena berpengaruh terhadap munculnya bunga
betina. Pada kondisi penyinaran lebih dari 12 jam/hari, dengan intensitas penyinaran dan suhu
udara yang tinggi, tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga jantan, sebaliknya jika
penyinaran kurang dari 12 jam dengan intensitas penyinaran dan suhu rendah, tanaman
mentimun lebih banyak memebentuk bunga betina.
Tanaman mentimun kurang baik ditanam di musim hujan karena bunganya dapat berguguran
sehingga akan mengurangi terbentuknya buah. Mentimun dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 1 – 1.000 m dpl, dan biasanya merupakan tanaman yang diikutkan dalam pola
pergiliran tanaman. Sebaliknya, mentimun hibrida introduksi umumnya ditanam di dataran tinggi
pada ketinggian antara 1.000 – 1.200 m dpl. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh
tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal untuk
budidaya mentimun adalah 100-200 mm/bln, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk
pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga.
Media Tanam
Hampir semua jenis tanah cocok untuk ditanami mentimun. Untuk tujuan komersil,
sebaiknya lahan yang dipilih adalah lahan yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tata
air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah antara 6 – 7. apabila tanah bersifat asam, perlu
diberi kapur dolomite yang dosisnya ditentukan oleh tingkat keasaman tanah.
4
2.1.4 Teknis Budidaya Tanaman Mentimun
1) Persemaian
Persemaian dilakukan sebelum penanaman langsung di lapangan, benih diperam
pada kertas merang lembab selama 24 jam di tempat yang hangat. Setelah muncul
radikula baru, kecambah dipindah ke polibag ukuran 4 x 7 cm. Media polibag terdiri dari
campuran tanah/pasir : pupuk kandang/kompos dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1. dan
ditambah TSP secukupnya.
Setelah pindah semai, media ditambah Petrofur secukupnya. Selama dalam
persemaian, bibit disiram air 1 – 2 kali sehari, serta disemprot dengan fungisida atau
insektisida untuk mencegah serangan hama atau penyakit dengan dosis rendah. Pindah
tanam dilakukan setelah bibit berumur 10 – 15 hari, atau setelah memiliki 2 – 3 daun
sempurna.
2) Pengolahan Lahan
Lahan yang tersedia dibajak dan digaru untuk menciptakan kondisi tanah yang
berstruktur gembur kemudian dibuat bedengan ukuran 6 x 1 m, dengan jarak antar
bedeng 1 m.
Dalam bedengan tersebut ditambah pupuk kandang (25.000 kg/ha), ZA (1200
kg/ha), TSP (250 kg), dan KCl (300 kg/ha). Dosis tersebut merupakan dosis total
kebutuhan tanaman. Selanjutnya, bedengan dicangkul untuk meratakan campuran pupuk
yang ada. Selanjutnya adalah memasang mulsa plastik hitam perak yang dilakukan pada
siang hari.
3) Pindah Tanam (Transplanting)
Satu hari sebelum transplanting, lahan perlu diairi untuk menambah kelembaban
tanah. Transplanting dilakukan sore hari untuk memperpendek masa stress tanaman
akibat pindah tanam. Plastik disobek hati-hati untuk mencegah pecahnya bola tanah.
Bibit ditanam dengan leher akar sejajar dengan permukaan tanah. Daerah tanah kemudian
5
ditekan untuk memadatkan tanah. Setelah transplanting, tanaman perlu dikocor dengan
Agrimicin/Agrep dengan konsentrasi 1 gr/lt air. Sedangkan jarak tanam adalah 60 x 50
cm.
4) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan, pemasangan lanjaran,
wiwil dan ikat, serta pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gr per tanaman atau 1 sendok teh
untuk aplikasi pertama pada umur 12 hst. Sedangkan aplikasi kedua dan ketiga dengan
dosis 20 gr pertanaman atau 1 sendok makan pada umur 25 dan 45 hst. Pupuk diletakkan
pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman (dibawah mulsa).
Pengairan
Pengairan diberikan setiap selesai pemupukan. Sedangkan pengairan rutin
diberikan dengan melihat kondisi tanah di bawah mulsa. Pada musim hujan, yang harus
diperhatikan adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari dalam areal
tanaman.
Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran bisa dilakukan atau dipasang tanaman belum transplanting
atau dipasang setelah selesai tanam. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada akar
tanaman.
6
Perwiwilan dan pengikatan
Wiwil adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas ke 3 atau 4.
Dampak positif dari wiwil ini adalah mempercepat pertumbuahan tanaman ke atas
disamping untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru,
Sedangkan fungsi ikat adalah agar tanaman dapat menjalar ke atas, sehingga
tanaman dapat tumbuh tegak. Dengan ikat akan mempermudah pelaksanaan
pemeliharaan dan panen.
Hama dan Penyakit
Hama Yang menyerang Tanaman Mentimun
Hama-hama yang biasa menyerang tanaman mentimun adalah thrips, oteng-oteng, lalat
buah dan kutu daun.
1. Thrips
Ciri-ciri tanaman yang terserang thrips adalah daun keriting ke atas, pertumbuhan
kerdil, serta daun menguning.
Hama ini dapat dikendalikan dengan pestisida Winder.
2. Oteng-oteng (Aulocaphora sp)
Merupakan kumbang dengan ukuran tubuh 1 cm dengan sayap kuning polos.
Menyerang dengan merusak dan memakan daun hingga tinggal tulang daun.
Hama ini dikendalikan dengan Lannate dan Sevin 85 s.
3. Lalat Buah (Dacus sp)
Lalat menyerang buah dengan bertelur. Larva lalat merusak buah dari dalam.
7
Hama ini dikendalikan dengan memasang perangkap lalat yang telah diberi larutan
Petrogenol, serta dengan semprot insektisida yang berbau menyengat seperti
Malathion.
4. Kutu Daun (Aphids sp)
Kutu berukuran 1 – 2 mm, kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai
hitam. Gejala serangan adalah daun menjadi keriput, keriting dan menggulung ke
bawah.
Hama ini dapat dikendalikan dengan Perfectin 40 EC.
Penyakit yang menyerang Tanaman Mentimun
Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah Rebah bibit, Downy mildew,
powdery mildew, layu fusarium dan antraknosa.
1. Rebah Bibit (Dumping off)
Disebabkan oleh jamur Phytium spp., dengan gejala busuk basah pada
batang bibit dekat dengan permukaan tanah.
Dapat dikendalikan dengan Kocide.
2. Downy mildew (Pseudoperonospora cubensis)
Gejala serangan adalah pada daun terdapat bercak kuning dan berjamur.
Pada stadia lanjutan, daun akan menjadi coklat dan busuk.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan Fungisida seperti Victory, Saromyl
.
8
3. Powdery mildew (Erisiphe cichotacearium)
Berkembang jika di tanah kering dimusim kemarau tingkat
kelembabannya tinggi. Gejala serangan adalah permukaan batang dan daun
tertutupi tepung putih, sehingga daun menguning dan mengering.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif tembaga
hidroksida metalaksil, maneb dan zineb.
4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium)
Gejala serangan adalah adanya bercak memanjang pada bagian batang
dekat permukaan tanah, berwarna kuning dan coklat tua. Jika batang tersebut
dipotong, akan tampak lingkaran cincing coklat pada berkas pembuluh.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan kocor dengan menggunakan Kocide.
5. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass.
Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-
sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai
dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna
merah jambu.
Pengendalian: Pemberiaan Natural GLIO sebelum tanam
Panen dan Pasca Panen
Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3
bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri
dipanen setelah matang.
9
Buah mentimun untuk benih. panen dilakukan setelah buah tampak menguning,
dengan ciri permukaan kulit mengeluarkan net/garis seperti jaring. Biasanya tampak pada
umur 60 hst. Setelah buah dipanen, buah-buah tersebut dicuring untuk mendapatkan
benih yang lebih berisi. Hal ini dilakukan selama 3-5 hari.Setelah curing, buah kemudian
dibelah untuk kermudian dikeluarkan isinya dan ditampung dalam wadah besar, untuk
diperam lagi selama satu malam. Keesokan harinya baru dilakukan pencucian untuk
memisahkan benih dengan kotoran lainnya.
Benih-benih yang telah bersih kemudian direndam dalam kaporit selama 5 menit,
kemudian ditiris di tempat yang teduh selama 2 jam, kemudian dijemur selama 3 hari
sampai kering. Penjemuran dilakukan mulai jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Penjemuran
diulangi lagi mulai jam 13.00 sampai sore. Hal ini dilakukan agar daya tumbuh benih
tetap tinggi.
2.2 Varietas Mentimun
Berdasarkan permukaan kulit buahnya, mentimun dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan, yakni golongan mentimun dengan permukaan kulit buah yang berbintil
menyerupai jerawat terutama di bagian pangkal buahnya dan mentimu krai yang permukaan
kulit buahnya halus. Golongan mentimun dengan kulit buah yang berbintil dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Mentimun biasa yang memiliki kulit tipis dan lunak. Buah mudanya berwarna hijau
keputihan dan setelah tua berubah menjadi cokelat.
2. Mentimun watang yang dicirikan dengan kulit buahnya yang tebal dan agak keras.
Buah mudanya berwarna hijau keputihan dan setelah tua menjadi kuning tua.
3. Mentimun wuku yang dicirikan dengan kulit buahnya yang agak tebal. Buah
mudanya berwarna agak cokelat.
10
Golongan mentimun dengan kulit buah halus, dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Mentimun Krai besar, memiliki buah dengan ukuran besar dan rasa sama dengan timun
biasa
2. Mentimun Suri, memiliki buah yang berukuran lebih besar disbanding mentimun Krai
besar dan berbentuk lonjong oval.
Beberapa varietas mentimun hibrida yang komersial dan banyak diusahakan oleh petani
adalah Asian star 22, Farmer 368, Hercules 56, Spring swallow, Pretty swallow, Susu S251,
Merry Swallow, Shout Swallow. Sedangkan beberapa varietas mentimun OP antara lain
Saturnus, Mars, Pluto, Venus dan varietas lokal. Jenis mentimun yang berkembang di daerah
adalah kultivar lokal seperti Dawuan, Kasokandel, Brebes, Kairo, Haji Kairo, Madura I, Madura
II dan mentimun suri.
1. Varietas Venus
Ciri-ciri :
Buah sedang dan langsing
Rasa manis dan segar
Cocok untuk lalab
Toleran rebah batang dan Antraknosa
Awal panen 32 HSS
Potensi hasil 50 ton/ha
Untuk dataran rendah
2. Varietas Sabana F1
11
2.3 Perlakuan
Perlakuan yang diberikan
12
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Percobaan ini dilakukan di kebun depan kantor pusat Pemerintahan Propinsi Banten
(KP3B) Serang-Banten.
3.1.2 Tempat
Waktu percobaan ini dilakukan pada tanggal 03 April 2010 sampai 01 Juni 2010.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Cangkul 6. Handsprayer 12. Alat tulis
2. Meteran 7. Paku 13. Bambu (ajir)
3. Emrat/ Gembor 8. Palu 14. Benang
4. Tali Rafia 9. Spidol 15. Ember
5. Mistar 10. Kertas
6. Papan kayu 11. Gunting
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Benih Mentimun 2 Varietas (var.Venus dan var. Sabana v1)
13
2. Pupuk
Pupuk Kandang 20 ton/ha
Pupuk Kompos 25 ton/ha
NPK 150 Kg/ha
Pupuk cair NAP (Nutri Agro Plus) 2 ml/liter (1 ember 5 tutup botol)
3. Furadan 3G
4. Air
5. Pestisida
3.3 Metode
3.4 Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pembersihan rumput dan sisa-sisa tanaman lain
3. Olah tanah dengan membalikan lahan terlebih dahulu dengan menggunakan cangkul sekaligus
dengan membuat bedengan dengan ukuran bedengan 3,5 m dan lebar 50 cm, setiap kelompok
memiliki 1 bedengan percobaan dimana tiap bedeng terdapat 3 petak percobaan dengan ukuran
100 cm dan lebar 50 cm. Cangkul dan gemburkan serta ratakan.
4. Buat lubang tanam (jarak dari depan kelubang tanam 25 cm, jarak antar lubang 50 cm maka
setiap petak percobaan terdapat 2 lubang tanam.
5. Penanaman
Perlakuan P4V1 (Pupuk kandang dan varietas venus)
Campurkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 kebutuhan pupuk
kandang perpetak percobaan yaitu 1 Kg/petak. Jarak dari depan 25 cm dan jarak dalam
barisan 50 cm maka diperoleh 2 lubang tanam dan masukan benih mentimun varietas
14
venus kedalam lubang tanam sebanyak 2 biji/lubang.Tutup halus dan setelah itu beri
furadan 3G disekitar tanaman.
Perlakuan P2V2 (Pupuk kompos dan Varietas Sabana V1)
Campurkan tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1 kebutuhan pupuk
Kompos perpetak percobaan yaitu 1,25 Kg/petak. Jarak dari depan 25 cm dan jarak
dalam barisan 50 cm maka diperoleh 2 lubang tanam dan masukan benih mentimun
varietas Sabana V1 kedalam lubang tanam sebanyak 2 biji/lubang. Tutup halus dan
setelah itu beri furadan 3G disekitar tanaman.
Perlakuan P1V1 (Pupuk NPK dan Varietas Venus)
Jarak dari depan 25 cm dan jarak dalam barisan 50 cm maka diperoleh 2 lubang tanam
dan masukan benih mentimun varietas Venus kedalam lubang tanam sebanyak 2
biji/lubang setelah itu masukan pupuk NPK dengan membuat lubang tanam diantara
tanaman, dengan dosis perpetak percobaan yaitu 7,5 gram/petak. Tutup halus dan setelah
itu beri furadan 3G disekitar tanaman.
6. Pada umur tanaman 1 minggu setelah tanam (1 MST) dilakukan penjarangan dengan cara
membiarkan satu tanaman tumbuh dan memotong tanaman lainnya.
7. Pemberian ajir dan pemberian papan nama, ajir ditancapkan ketanah dekat tanaman diletakkan
menyilang pada tanaman 1 lubang tanam diberi 1-2 ajir. Dan beri papan nama sesuai dengan
petak perlakuan.
8. Pemeliharaan
Penyiraman, penyiraman dilakuakan 2 kali sehari pada pagi dan sore. Penyiraman
hendaknya memperhatikan cuaca dan kapasitas lapang
15
Penjarangan, merupakan kegiatan penyeleksian tanaman yang akan ditumbuhkan dan
yang tidak terpilih dibuang dengan cara dipotong menggunakan gunting dan jangan
dicabut. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST.
Penyiangan, yaitu membuang tanaman liar atau gulma yang hidup diantara tanaman
pokok yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok karena perebutan unsur
haranya. Penyiangan dilakukan 1 minggu sekali dan penyiangan dilakukan secara
manual.
Pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah disekitar tanaman agar memperbaiki
struktur tanah disekitar tanaman.
Pemasangan Ajir
Ajir ditancapkan ke tanah dekat tanaman diletakkan menyilang pada tanaman. 1 lubang
tanam diberi ajir 2 buah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman mentimun di lapangan adalah:
1. Trips
Ciri-ciri tanaman yang terserang thrips adalah daun keriting ke atas, pertumbuhan
kerdil, serta daun menguning.
Hama ini dapat dikendalikan dengan pestisida Winder.
2. Oteng-oteng (Aulocaphora sp)
Merupakan kumbang dengan ukuran tubuh 1 cm dengan sayap kuning polos.
Menyerang dengan merusak dan memakan daun hingga tinggal tulang daun.
Hama ini dikendalikan dengan Lannate dan Sevin 85 s.
Penyakit yang menyerang tamanan mentimun di lapangan adalah:
1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium)
16
Gejala serangan adalah adanya bercak memanjang pada bagian batang dekat
permukaan tanah, berwarna kuning dan coklat tua. Jika batang tersebut dipotong,
akan tampak lingkaran cincing coklat pada berkas pembuluh.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan kocor dengan menggunakan Kocide.
Panen
Panen dilakukan setelah buah tampak menguning, dengan ciri permukaan kulit
mengeluarkan net/garis seperti jaring. Biasanya tampak pada umur 60 hst. Pemanenan
yang dilakukan yaitu dengan mengambil seluruh bagian tanaman untuk mengetahui bobot
basah dan kering brangkasan.
3.5 Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi / respon tanaman tentang:
Tinggi tanaman dan Jumlah daun
Tinggi tanaman dihitung pada tanaman sampel dari permukaan tanah sampai pucuk
tanaman dilakukan setiap minggu dimulai pada 2 MST sampai menjelang panen.
Sedangkan jumlah daun dihitung kemudian dicatat pada setiap 7 hari sekali dimulai dari
2 MST.
Selasa, 20 April 2010
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
PIV1 Ke-1 3,5 3
P1V1 Ke-2 4 4
P1V2 Ke-1 2 2
P1V2 Ke-2 2 2
P4V1 Ke-1 4,5 2
P4V1 Ke-2 4 3
17
Selasa, 27 April 2010
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
PIV1 Ke-1 3,7 3
P1V1 Ke-2 4 3
P1V2 Ke-1 5 4
P1V2 Ke-2 3 3
P4V1 Ke-1 5 3
P4V1 Ke-2 5 3
Selasa, 12 Mei 2010
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Bunga
PIV1 Ke-1 16,2 7 4
P1V1 Ke-2 - - -
P1V2 Ke-1 31 12 3
P1V2 Ke-2 8,3 5 -
P4V1 Ke-1 23,3 8 2
P4V1 Ke-2 7,2 5 -
Selasa, 18 Mei 2010
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Bunga
PIV1 Ke-1 16,5 9 2
P1V1 Ke-2 - - -
P1V2 Ke-1 45 13 1
P1V2 Ke-2 11 7 -
P4V1 Ke-1 29 11 2
P4V1 Ke-2 12 6 2
18
Selasa, 25 Mei 2010
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Jumlah Bunga
PIV1 Ke-1 13 6 1
P1V1 Ke-2 - - -
P1V2 Ke-1 60 14 1
P1V2 Ke-2 23 9 -
P4V1 Ke-1 42 13 5
P4V1 Ke-2 16 6 -
Panjang akar
Perlakuan Panjang akar (cm)
P1V1 Ke-1 8
P1V1 Ke-2 -
P1V2 Ke-1 36
P1V2 Ke-2 14
P4V1 Ke-1 15
P4V1 Ke-2 9,5
Bobot basah tanaman dan Bobot kering tanaman
Berat seluruh tanaman dalam keadaan basah, tanah yang ada diakar dibersihkan dengan
cara disiram kemudian ditimbang dan dicatat.
Perlakuan Bobot Basah
(gr)
P1V1 Ke-1 7
P1V1 Ke-2 -
P1V2 Ke-1 69
P1V2 Ke-2 27
P4V1 Ke-1 32
19
P4V1 Ke-2 10
Sedangkan bobot kering tanaman diamati dengan cara mengeringkan seluruh bagian
tanaman dengan menggunakan oven pada suhu 105 º C selama 2 x 24 jam kemudian
dilakukan penimbangan.
Perlakuan Bobot kering
(gr)
P1V1 Ke-1 0,8
P1V1 Ke-2 -
P1V2 Ke-1 7,42
P1V2 Ke-2 2,64
P4V1 Ke-1 3,65
P4V1 Ke-2 0,79
Bobot Buah dan jumlah buah
Bobot buah dihitung berdasarkan jumlah buah yang dihasilkan tiap petak percobaan.
Jumlah buah dihitung pada saat panen yang didapat dari tiap petak percobaan.
Perlakuan
Komponen Hasil
Bobot Buah Jumlah buah
P1V1 Ke-1 - -
P1V1 Ke-2 - -
P1V2 Ke-1 2 gr dan 3 gr 2 buah
P1V2 Ke-2 - -
P4V1 Ke-1 11 gr 1 buah
P4V1 Ke-2 - -
20
21