bsc kota kediri.pdf

128
i DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SKRIPSI ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK Diajukan oleh : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI NPM: 08460004719 AJUN AKUNTAN Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2004 Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2009

Transcript of bsc kota kediri.pdf

  • i

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

    SKRIPSI

    ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD

    SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA

    PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

    DAERAH KABUPATEN GRESIK

    Diajukan oleh :

    DAFID FIRMANSYAH EFFENDI

    NPM: 08460004719

    AJUN AKUNTAN

    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Tahun 2004

    Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

    Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan

    Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    2009

  • ii

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719 BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH

    BERBASIS KINERJA JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN

    BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK.

    Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi ini adalah hasil tulisan

    saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.

    Tangerang, Oktober 2009 Yang memberi pernyataan,

    Dafid Firmansyah Effendi

  • iii

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

    NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719

    BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH

    BERBASIS KINERJA

    JUDUL SKRIPSI

    : ANALISIS KEMUNGKINAN

    PENERAPAN BALANCED SCORECARD

    SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN

    KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

    ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK

    Mengetahui Menyetujui

    Direktur, Dosen Pembimbing,

    Kusmanadji, Ak.,MBA. Agni Indriani, Ak., M.Soc.Sc NIP.196009151981121001 NIP. 196209041983022001

  • iv

    DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

    PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

    NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719

    BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH

    BERBASIS KINERJA

    JUDUL SKRIPSI

    : ANALISIS KEMUNGKINAN

    PENERAPAN BALANCED SCORECARD

    SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN

    KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

    ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK

    Tangerang, 1.

    Drs. Mubasyiran Harun

    Ketua Penguji

    2.

    Agni Indriani, Ak., M.Soc. Sc.

    Anggota Penguji/Pembimbing

    NIP.196209041983022001 3.

    Drs. Mesti Sebayang

    Anggota Penguji

  • v

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan pencipta

    dan penguasa seluruh alam, Dzat Maha Sempurna, Maha Pemurah, Maha Penolong,

    karena atas izin dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

    penulisan Skripsi Tugas Akhir ini sebagai bagian dari syarat-syarat guna mencapai

    gelar sarjana sains terapan Akuntansi pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dengan

    judul ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD

    SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN

    GRESIK

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi MUHAMMAD

    SAW, beserta keluarga beliau, para sahabat, dan para pengikutnya.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima

    kasih kepada:

    1. Ibu di Lamongan yang telah memberikan dukungan, doa, dan cinta kasih yang

    tulus kepada penulis. Tak lupa pula rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada

    saudara-saudara penulis atas segala dukungannya.

    2. Ibu Agni Indriani, Ak., M.Soc.Sc. selaku dosen pembimbing, yang telah banyak

    meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, pengetahuan, saran

    dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

    3. Bapak Indrayansyah Nur, SE. selaku dosen pembimbing teknis yang telah

    berlapang dada memeriksa kelengkapan teknis dari skripsi yang sederhana ini.

  • vi

    4. Bapak Drs. Mubasyiran Harun dan Bapak Drs. Mesti Sebayang yang telah sudi

    meluangkan waktu untuk menguji dan memberi banyak masukan berharga pada

    skripsi yang belum sempurna ini untuk menjadi lebih baik.

    5. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA., selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi

    Negara.

    6. Ibu Dra. Lies Sunarmintyastuti, MM., selaku Kepala Bidang Akademis

    Pendidikan Akuntan.

    7. Seluruh staf pengajar Diploma IV Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    yang telah memberi banyak pengetahuan selama penulis menimba ilmu di

    kampus tercinta ini.

    8. Ibu Dra. Yety Sri Suparyati, MM yang telah memberikan ijin kepada penulis

    untuk melakukan penelitian pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah kabupaten Gresik yang dipimpin oleh Beliau.

    9. Bapak Herawan Eka K. SE., M.Si. beserta seluruh pegawai Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik yang telah sudi

    menjawab dan melayani pertanyaan dan permintaan penulis sehingga skripsi ini

    bisa terselesaikan dengan data yang cukup lengkap.

    10. Rekan rekan sepenginapan di Camp David(Paus B.0 No.3 PJMI), Ajie, Ipul,

    Prast, berikut para pengunjung setia Eri, Rofi, Derry, Gunawan, Wahyu, Chaki,

    Agus Br2, Unwan, Agus woto, fajar dan para pengunjung lainnya, terimakasih

    atas suasana yang diberikan selama ini.

    11. Rekan rekan satu bimbingan, baik itu bimbingan materi ataupun bimbingan teknis

    Anton, Andri, Adjie, Ryan, Ki Agus, terimakasih kawan atas semua dukungan

  • vii

    yang ada.

    12. Seluruh kawan selama kuliah di D-IV STAN, temen-temen kelas VII-A, VIII-B,

    IX-C, juga temen-temen seangkatan.

    13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai

    kekurangan, jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun materi. Oleh

    karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat

    meningkatkan kemampuan penulis di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat

    berguna bagi penulis sendiri serta pihak lain yang membacanya. Amien.

    Tangerang, November 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .

    i

    ii

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .. iii

    PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF iv

    KATA PENGANTAR . v

    DAFTAR ISI ...

    DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

    viii

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian . 1

    B. Batasan Masalah ............... 3

    C.

    D.

    Tujuan dan Manfaat Penelitian..

    Metode Penelitian .

    3

    4

    E. Sistematika Pembahasan ... 5

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Konsep Pengukuran Kinerja 7

    1. Definisi Kinerja . 7

    2. Pengukuran Kinerja ... 8

    3. Manfaat Pengukuran Kinerja . 8

  • ix

    B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 9

    1. Prinsip-prinsip LAKIP .. 10

    2. Isi LAKIP ...... 10

    E. Pendekatan Sistem Kinerja Tradisional dan Kebutuhan akan

    Balanced Scorecard .

    11

    F. Balanced Scorecard ..... 12

    1. Pengertian Balanced Scorecard ............ 12

    2. Tolok Ukur Kinerja 14

    3. Jenis-jenis pengukuran kinerja dalam balanced scorecard 20

    4.

    5.

    6.

    Hubungan balanced scorecard dengan Visi, Misi dan

    strategi organisasi...

    Proses Penyusunan balanced scorecard.

    Balanced scorecard untuk organisasi sector publik ...

    20

    21

    23

    BAB III SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS

    PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

    DAERAH KABUPATEN GRESIK

    A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik ..

    25

    B. Kewenangan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ..

    28

    C. Struktur Organisasi dan Penjabaran Tugas ... 29

  • x

    D. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi serta Kebijakan

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik ..

    32

    E.

    F.

    Sistem Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik .

    Evaluasi atas Pengukuran Kinerja yang Digunakan Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik ..

    37

    39

    BAB IV ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN

    PERANCANGAN BALANCED SCORECARD PADA DINAS

    PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

    DAERAH KABUPATEN GRESIK

    A. Analisis Kemungkinan Penerapan Balanced Scorecard pada

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik ..

    45

    1. Kondisi yang mendukung diterapkannya balanced

    scorecard

    46

    2. Kondisi yang menghambat diterapkannya balanced

    scorecard ...

    50

    B. Proses Perancangan Balanced Scorecard Pada Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik ..

    51

  • xi

    1. Persiapan dan konsensus Visi, Misi dan Strategi

    Organisasi ..

    52

    2. Penentuan strategi Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik .

    54

    3.

    4.

    5.

    Pemilihan prespektif dan penentuan tujuan strategis

    organisasi ...

    Penentuan tolok ukur dalam balanced scorecard

    Analisis hubungan sebab akibat masing-masing tolok

    ukur balanced scorecard.

    59

    61

    74

    C. Implementasi Balanced Scorecard 78

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ... 81

    B. Saran .. 85

    DAFTAR PUSTAKA . 87

    Lampiran-lampiran

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xii

    DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

    Tabel 2.1 Prespektif Balanced Scorecard pada Sektor Swasta dan Sektor

    Publik.

    24

    Tabel 3.1 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Golongan

    Kepangkatan..

    27

    Tabel 3.2

    Gambar 3.1

    Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Alur Penurunan Visi dan Misi ..

    28

    32

    Tabel 4.1 Perusahaan Sektor Industri Kabupaten Gresik............................... 57

    Tabel 4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.

    58

    Tabel 4.3 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Keuangan............. 65

    Tabel 4.4 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Pelanggan 68

    Tabel 4.5 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Proses Internal... 71

    Tabel 4.6 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Pertumbuhan dan

    Pembelajaran..

    74

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Lampiran 2 Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik

    Lampiran 3 Pengukuran Kinerja Kegiatan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik

    Lampiran 4

    Lampiran 5

    Balanced Scorecard Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Cause-and effect Tree Balanced Scorecard Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan

    untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur

    finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja diharapkan dapat menjelaskan

    kemajuan pencapaian strategi yang dilaksanakan organisasi dan bagaimana organisasi

    memanfaatkan potensi dan peluang yang dimiliki. Dalam rangka melakukan

    pengukuran kinerja instansi publik atau pemerintah tersebut perlu kiranya dibuat suatu

    sistem pengukuran kinerja yang memuat prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan

    ekonomis. Pengukuran kinerja yang sekarang dilakukan pada instansi pemerintah

    adalah SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah menurut Inpres No. 7 tahun 1999 berisikan sistem

    manajemen kinerja instansi pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah

    untuk menyusun suatu rencana stratejik yang berisikan rencana yang akan dijalankan

    oleh instansi pemerintah dalam waktu lima tahun ke depan serta melaporkan pada

    setiap tahunnya hasil pelaksanaan rencana tersebut dalam suatu laporan yang disebut

    dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

  • 2

    Namun demikian LAKIP yang dibuat tersebut seringkali kurang

    memperhatikan aspek-aspek lain di luar aspek keuangan dan kurang jelas dalam

    memberikan ukuran tentang kinerja instansi pemerintah. Pengukuran kinerja atas

    program/kegiatan berupa input, output dan outcomes tidak dapat mencerminkan

    pengukuran kinerja secara komprehensif, hanya mengandalkan model persentase

    pencapaian target.

    Balanced scorecard merupakan seperangkat ukuran yang mencoba mengukur

    kinerja organisasi berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan,

    proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced scorecard tidak hanya

    mengukur aspek keuangan semata namun juga mencantumkan ukuran-ukuran

    operasional lain seperti ukuran kepuasan pelanggan, proses bisnis internal,

    pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu ukuran-ukuran yang digunakan dalam

    balanced scorecard dikembangkan dari visi, misi dan strategi organisasi.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang merupakan

    transformasi dari Dinas Pendapatan Daerah kabupaten Gresik adalah salah satu

    Satuan Unit Kerja Pemerintahan Kabupaten Gresik yang bertugas membantu Bupati

    dalam menjalankan sebagian kewenangan dalam fungsi pengelolaan pendapatan,

    keuangan dan asset daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan, pembangunan

    dan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di

    daerah, diperlukan penggalian sumber-sumber penerimaan yang memadai guna

    memberikan dukungan yang optimal pada APBD Kabupaten Gresik. Sebagai upaya

    yang dilakukan untuk menyediakan pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber

    Pendapatan Asli Daerah tersebut adalah dengan peningkatan kinerja dinas.

  • 3

    Mengingat betapa pentingnya pengukuran kinerja pada Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang merupakan ujung tombak dalam

    penggalian Pendapatan Asli Daerah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh

    mana kemungkinan penerapan balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja

    pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.

    B. Batasan Masalah

    1. Ruang lingkup

    Ruang lingkup pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada perancangan alat

    pengukuran kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik dengan menggunakan metode balanced scorecard. Pengukuran

    kinerja ini akan melibatkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan

    pembelajaran. Namun apabila dalam pembahasan terdapat aspek yang meluas, maka

    hal tersebut hanya sebagai materi pendukung karena sifat balanced scorecard yang

    menghendaki kaitan antar faktor-faktor secara komprehensif.

    2. Data.

    Data dalam penelitian ini merupakan ukuran yang mampu mewakili setiap

    perspektif dalam balanced scorecard. Data yang akan diteliti adalah data LAKIP

    2008 dan Rencana Stratejik Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah tahun 2010.

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Penulisan skripsi yang dilakukan penulis memiliki tujuan mengevaluasi sistem

  • 4

    pengukuran kinerja yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dan untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan

    balanced scorecard dapat diterapkan sebagai sistem pengukuran kinerja pada Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.

    Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penyusunan skripsi ini adalah

    untuk memperoleh dan meningkatkan pemahaman penulis atas sistem pengukuran

    kinerja balanced scorecard dan penerapannya pada institusi publik. Selain itu

    penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik untuk menerapkan

    balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dan

    terintegrasi.

    D. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

    1. Penelitian Kepustakaan.

    Metode penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari teori-teori dari

    buku-buku literatur, jurnal, buletin dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan

    topik skripsi, serta catatan-catatan yang didapat penulis dari kegiatan perkuliahan,

    dengan tujuan untuk memperoleh landasan teori dan konsep yang memadai dalam

    penyusunan skripsi.

    2. Penelitian Lapangan.

    Metode penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh fakta, data, dan

    informasi yang dibutuhkan, dengan cara mengadakan wawancara dengan pegawai,

  • 5

    mempelajari dokumen, mempelajari kebijakan yang berlaku dan observasi langsung

    terhadap kegiatan instansi/objek penelitian.

    E. Sistematika Pembahasan

    Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai materi pembahasan

    secara keseluruhan maka skripsi ini dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika

    sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini penulis menguraikan alasan yang melatarbelakangi pemilihan

    tema dan judul penelitian, Dalam bab ini juga diuraikan mengenai

    pembatasan masalah dan ruang lingkup penelitian, metode penelitian serta

    sistematika penulisan skripsi.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari topik skripsi.

    Beberapa hal yang akan dibahas adalah mengenai pengertian kinerja,

    pengukuran kinerja, dan konsep mengenai balanced scorecard secara

    spesifik. Dalam bab ini juga dibahas teori mengenai Laporan Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

    BAB III SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN

    GRESIK

    Bab ini menjelaskan kondisi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik secara umum, deskripsi tentang tugas pokok

  • 6

    dan fungsi, struktur organisasi dan penjabaran tugasnya, serta visi, misi dan

    strategi yang diemban. Bab ini juga menjelaskan praktik dan kebijakan

    pengukuran kinerja yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.

    BAB IV ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN PERANCANGAN

    BALANCED SCORECARD PADA DINAS PENDAPATAN,

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN

    GRESIK

    Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kemungkinan

    penerapan balanced scorecard berdasarkan landasan teori yang telah

    diuraikan pada bab II. Evaluasi dilakukan atas kebijakan-kebijakan

    organisasi yang pada akhirnya penulis menganalisis elemen-elemen yang

    dimiliki organisasi yang memenuhi kriteria dalam kemungkinan penerapan

    balanced scorecard.

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    Pada akhir penulisan skripsi ini, penulis akan berusaha untuk menarik

    kesimpulan atas pembahasan yang telah dilakukan dalam bab-bab

    sebelumnya dan memberikan saran yang berguna bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan.

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Konsep Pengukuran Kinerja

    1. Definisi kinerja.

    Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003;3) yang dimaksud dengan

    kinerja adalah sebagai berikut :

    Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strateji instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2000; 7-8)

    memberikan definisi kinerja sebagai berikut:

    Kinerja dapat diartikan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam suatu periode tertentu. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas operasional organisasi baik dari segi manajerial maupun ekonomis operasionalkinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa istilah kinerja dapat

    diterapkan tidak hanya pada organisasi secara keseluruhan namun juga pada aspek

    individu yang berhubungan pada operasional organisasi. Dengan kinerja, organisasi

    dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan atau bahkan mungkin kegagalannnya

  • 8

    dengan membandingkan hasil kinerjanya dengan target yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    2. Pengukuran kinerja.

    Secara sederhana Performance-Based Management Special Interest Group

    (PBM SIG) (2001, 20) menguraikan pengertian mengenai pengukuran kinerja sebagai

    suatu perbandingan tingkat kinerja aktual dengan target tingkat pencapaian kinerja

    yang sudah ditentukan sebelumnya.

    Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003;4), yang dimaksud dengan

    pengukuran kinerja adalah sebuah proses yang sistematis dan berkelanjutan yang bisa

    digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

    dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

    mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah.

    Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa pengukuran kinerja adalah kegiatan

    membandingkan hasil kinerja aktual atas semua kegiatan yang dilakukan organisasi

    dengan hasil kinerja yang diinginkan yang diterjemahkan melalui visi, misi dan

    strategi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pengukuran tersebut

    kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang

    prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana suatu organisasi memerlukan

    penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

    3. Manfaat pengukuran kinerja.

    Pengukuran kinerja merupakan aktivitas yang memiliki tujuan untuk menilai

    kegiatan atau program yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi. Pengukuran

    kinerja pada suatu organisasi tentunya akan memberikan manfaat yang berarti bagi

  • 9

    organisasi untuk perkembangannya di masa mendatang.

    Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan (2003, 29-30) mengutip

    dari Lynch dan Cross dalam Handbook of Cost Management menyatakan bahwa

    manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:

    1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

    2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

    3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.

    4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pebelajaran organisasi.

    5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi imbalan atas perilaku yang diharapkan tersebut.

    Sedangkan Teodore H. Poister (2003, 10) menyatakan sistem pengukuran

    kinerja digunakan untuk mendukung berbagai kebutuhan manajemen, antara lain

    sebagai berikut:

    a. Pengawasan dan pelaporan b. Perencanaan stratejik c. Penganggaran dan manajemen keuangan d. Manajemen program e. Evaluasi program f. Manajemen kinerja g. Pengembangan kualitas, dan pengembangan proses h. Manajemen kontrak i. Benchmark eksternal j. Komunikasi dengan masyarakat.

    B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

    Seiring dengan makin derasnya tuntutan atas adanya prinsip-prinsip good

    governance atas pelaksanaan jalannya pemerintahan, maka setiap instansi pemerintah

    diharapkan memiliki sarana pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kinerjanya. Atas

  • 10

    dasar hal tersebut, maka dikeluarkanlah Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana dengan turunnya Inpres ini maka

    setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun dan melaporkan Laporan

    pertanggungjawaban kinerjanya dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan

    oraganisasi tersebut.

    Dalam rangka memberi panduan dalam penyusunan LAKIP ini, maka

    dikeluarkan SK Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

    1. Prinsip-prinsip LAKIP.

    Penyusunan LAKIP dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip yang lazim,

    yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif dan transparan. Disamping itu

    menurut LAN (2003, 28), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

    LAKIP adalah:

    a. Prinsip lingkup pertanggungjawaban, hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan.

    b. Prinsip prioritas, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.

    c. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunannya dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja.

    2. Isi LAKIP.

    Isi LAKIP adalah uraian pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi

    dalam rangka pencapaian visi dan misi serta penjabarannya yang menjadi perhatian

    utama instansi pemerintah. Selain itu menurut Indra Bastian (2001, 350) dalam

    LAKIP perlu dimasukkan juga beberapa aspek pendukung meliputi uraian

  • 11

    pertanggungjawaban mengenai:

    a. Aspek keuangan. b. Aspek sumber daya. c. Aspek sarana dan prasarana. d. Metode kerja, pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan lain yang

    mendukung pelaksanaan tugas utama instansi.

    Indra bastian (2001, 351) mengungkapkan agar pengungkapan akuntabilitas

    aspek-aspek pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak tumpang tindih

    dengan pengungkapan akuntabilitas kinerja, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai

    berikut:

    a. Uraian pertanggungjawaban keuangan dititikberatkan pada perolehan dan penggunaan dana, baik dana yang berasal dari alokasi APBN maupun dana yang berasal dari PNBP.

    b. Uraian pertanggungjawaban sumber daya manusia, dititikberatkan pada penggunaan dan pembinaan dalam hubungannnya dengan peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil atau manfaat, dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

    c. Uraian mengenai pertanggungjawaban penggunaan sarana dan prasarana dititikberatkan pada pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannya.

    d. Uraian tentang metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lainnya, difokuskan pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan yang merupakan cerminan pertanggungjawaban kebijaksanaan (policy accountability).

    C. Pendekatan Sistem Kinerja Tradisional dan Kebutuhan Akan Balanced

    Scorecard.

    Sistem pengukuran kinerja tradisional adalah sistem pengukuran yang hanya

    menggunakan ukuran tunggal berupa ukuran keuangan, seperti Return on Investment

    (ROI), Residual Income, dan Economic Value Added (EVA). Perkembangan yang

    semakin kompetitif dan informasi menjadi ciri utamanya, sistem pengukuran yang

    hanya menggunakan ukuran tunggal untuk mengukur kinerja menjadi kurang cocok.

  • 12

    Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku Mirza pada Jurnal Usahawan Indonesia

    (1997, 14) bahwa melakukan penilaian kinerja suatu organisasi semata-mata dari

    aspek keuangan bisa menjadikan hasil yang bias. Kinerja keuangan yang baik pada

    tahun berjalan bisa jadi disebabkan perusahaan mengorbankan kepentingan-

    kepentingan jangka penjang perusahaan. Demikian juga sebaliknya, kinerja keuangan

    yang kurang baik pada tahun berjalan bisa terjadi karena perusahaan melakukan

    investasi-investasi demi kepentingan jangka panjangnya.

    Anthony dan Govindrajan (2000, 463-464) berpendapat bahwa keunggulan

    balanced scorecard dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional adalah

    kemampuannya untuk menggabungkan berbagai ukuran strategis perusahaan yang

    merupakan keseimbangan antara:

    1. Ukuran hasil (pada masa lalu) dan pemicu kinerja masa depan (outcome and driver measure).

    2. Ukuran keuangan dan non keuangan (financial and nonfinancial measures). 3. Ukuran eksternal dan pengukuran internal yang mencakup proses kritikal

    bisnis, inovasi serta pembelajaran dan pertumbuhan (internal and external measure).

    Sedangkan Mulyadi (2001, 63), memaparkan beberapa keunggulan sistem

    pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan balanced scorecard, yaitu:

    1. Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategik dalam membawa perusahaan menuju ke masa depan.

    2. Menghasilkan total business plan yang komprehensif. 3. Menghasilkan total business plan yang koheren. 4. Menghasilkan total business plan yang seimbang. 5. Menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur.

    D. Balanced Scorecard

    1. Pengertian balanced scorecard.

    Balanced scorecard pertama kali dipublikasikan oleh penemunya yaitu Robert

  • 13

    S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 dalam sebuah artikel Harvard

    Business Review yang berjudul Balanced Scorecard-Measures that Drives

    Performance. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan

    eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika Serikat serta diskusi rutin dua

    bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun itu untuk

    mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced scorecard

    dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif

    memandang perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan.

    Kaplan dan Norton (2000, 22) mendefinisikan balanced scorecard:

    Balanced scorecard memberi para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk menterjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpaduyang tersusun ke dalam empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

    Sedangkan menurut Paul R. Niven (2003, 14-15) definisi balanced scorecard

    adalah sebagai berikut;

    Balanced scorecard as a carefully selected set of quantifiable measures derived from organizations strategy. The measures selected for the Scorecard represent a tool for leaders to use in communicating to employees and external stakeholders the outcomes and performance drivers by which the organization will achieve its mission and strategic objectives.

    Sedangkan Gaspersz (2006,2) dalam bukunya juga mendefinisikan Balanced

    Scorecard sebagai berikut:

    ...Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang-untuk pelanggan (customer), pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, termasuk manajemen (learning and growth), proses bisnis internal (sistem)-demi memperoleh hasil-hasil finansial yang memungkinkan perkembangan organisasi bisnis daripada sekadar mengelola bottom line untuk memacu hasil-hasil jangka pendek.

  • 14

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard

    merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara cepat,

    tepat, dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang

    performa bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat

    perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam organisasi, serta

    proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat, perspektif

    keuangan menjadi tolok ukur utama yang dijelaskan oleh tolok ukur operasional pada

    tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indicator).

    2. Tolok ukur kinerja.

    a. Perspektif Keuangan (Financial).

    Kaplan dan Norton (2000, 23) menyatakan bahwa ukuran finansial sangat

    penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah

    diambilmenjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif scorecard lainnya.

    Ukuran finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan

    pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak terhadap peningkatan laba

    perusahaan. Suatu strategi perusahaan akan menjadi berbeda di setiap siklus yang

    dialami perusahaan tersebut. Maka dari itu tujuan finansial menjadi sangat berbeda

    untuk setiap tahap siklus hidup bisnis.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000, 42), dalam pengukuran kinerja keuangan

    mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:

    a. Growth b. Sustain c. Harvest

    Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan

  • 15

    memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan

    terbaik. Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah,

    misalnya, tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang

    telah ditargetkan.

    Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi

    dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Sasaran

    keuangan dalam tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas

    investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang sering digunakan pada tahap ini, misalnya,

    ROI, ROCE, dan EVA.

    Harvest adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar

    memanen/manuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi

    besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran

    untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini

    yang dapat diambil menjadi tolok ukur adalah memaksimalkan arus kas masuk dan

    pengurangan modal kerja.

    b. Perspektif pelanggan.

    Filosofi manajemen dewasa ini telah menunjukkan akan pentingnya customer

    focus dan customer satisfaction. Jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari

    produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari

    perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini

    kinerja keuangan terlihat baik sebagaiman diungkapkan Yuwono, Sukarno dan Ichsan

    (2003, 32). Dalam perspektif pelanggan, perusahaan melakukan identifikasi

    pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Setelah melakukan identifikasi dan

  • 16

    menentukan segmen pasar, perusahaan akan menerapkan tujuan dan ukuran untuk

    segmen tersebut.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000, 58), perspektif pelanggan memiliki dua

    kelompok pengukuran yaitu: kelompok pengukuran pelanggan utama (customer core

    measurement) dan pengukuran preposisi nilai pelanggan (customer value

    preposition). Kelompok pertama merupakan ukuran umum yang digunakan oleh

    hampir semua perusahaan dan sering digunakan dalam balanced scorecard.

    Kelompok ukuran kedua merupakan faktor pendorong kinerja yang menawarkan

    penentuan nilai yang diberikan perusahaan kepada pelanggan dan segmen pasar.

    Kelompok ukuran pelanggan utama pada umumnya sama untuk semua jenis

    perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (2000, 59) kelompok pengukuran ini terdiri

    dari ukuran:

    1. Pangsa pasar. 2. Retensi pelanggan. 3. Akuisisi pelanggan. 4. Kepuasan pelanggan. 5. Profitabilitas pelanggan.

    Pangsa pasar digambarkan oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu dalam

    bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan, atau volume satuan yang terjual.

    Retensi pelanggan mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan

    hubungan dengan konsumen. Akuisisi pelanggan mengukur dalam bentuk relatif atau

    absolut keberhasilan unit bisnis menarik atau memenangkan pelanggan atau bisnis

    baru. Kepuasan pelanggan menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di

    dalam preposisi nilai. Terakhir yaitu profitabilitas pelanggan mengukur laba bersih

    dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan

  • 17

    untuk mendukung pelanggan tersebut.

    Kelompok pengukuran kedua adalah faktor pendorong kinerja yang mengukur

    masalah nilai pelanggan (customer value). Pemicu nilai pelanggan menyatakan atribut

    yang diberikan perusahaan kepada produk dan jasanya untuk menciptakan loyalitas

    dan kepuasan pelanggan dalam segmen pasar tertentu. Preposisi nilai pelanggan dapat

    berbeda-beda untuk berbagai perusahaan, namun terdapat atribut serupa yang

    membentuk preposisi nilai untuk semua industri dan menjadi sumber penyusunan

    scorecard. Kaplan dan Norton (2000, 63) membagi atribut tersebut menjadi tiga

    kategori yaitu:

    1. Atribut produk/jasa. 2. Hubungan pelanggan. 3. Citra dan reputasi.

    Atribut produk/jasa meliputi fungsi dari produk/jasa, harga, dan kualitas.

    Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan,

    sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas

    produk yang ditawarkan. Hubungan pelanggan mencakup pencapaian produk/jasa

    kepada pelanggan, meliputi waktu tanggap (response time) dan penyerahan, serta

    bagaimana perasaan pelanggan setelah menerima produk/jasa dari perusahaan

    bersangkutan. Citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang

    membuat pelanggan tertarik pada suatu perusahaan, contohnya melalui pengiklanan

    dan mutu produk serta jasa yang diberikan.

    c. Perspektif proses bisnis internal (Internal Business Process).

    Perspektif proses bisnis internal dilakukan dengan mengidentifikasikan

    berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan. Ukuran proses

  • 18

    bisnis internal dikembangkan setelah merumuskan ukuran dan tujuan untuk perspektif

    finansial dan pelanggan. Kaplan dan Norton (2000, 83) membagi proses bisnis

    internal menjadi tiga, yaitu:

    1. Inovasi 2. Operasi 3. Layanan purna jual

    Dalam proses inovasi, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan

    potensial dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.

    Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R & D sehingga

    setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar didasarkan pada kebutuhan pasar.

    Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.

    Pada proses operasi ini ditujukan untuk penciptaan nilai dari barang/jasa yang

    dihasilkan serta waktu yang dibutuhkan untuk peluncuran produk/jasa ke pasar.

    Sehingga yang menjadi atribut kinerja produk dan jasa adalah waktu tanggap, mutu,

    dan biaya.

    Pada proses pelayanan purna jual aktivitas yang dilakukan adalah pelayanan

    yang diberikan kepada pelanggan atas barang/jasa yang telah dibelinya. Sehingga

    yang menjadi ukuran dalam proses ini adalah tingkat kepuasan pelanggan atas

    pelayanan purna jual yang diberikan perusahaan.

    d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Learning and Growth).

    Tujuan dari ketiga perspektif sebelumnya adalah untuk mengidentifikasikan

    apa yang harus dikuasai perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang memuaskan.

    Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran bertujuan untuk menyediakan infrastruktur

    yang memungkinkan ketiga tujuan dapat tercapai, dimana dengan meningkatkan skill

  • 19

    individu dan mengembangkan kreativitas yang dimiliki pegawai diharapkan akan

    menunjang keberhasilan tujuan dan strategi perusahaan yang telah ditetapkan. Oleh

    karena itu dalam perspektif ini Kaplan dan Norton (2000, 110) memfokuskan pada

    tiga kategori utama yaitu:

    1. Kapabilitas pekerja. 2. Kapabilitas sistem informasi. 3. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.

    Kelompok pengukuran kapabilitas pekerja diwakili oleh tiga ukuran utama

    yang berlaku umum, yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja dan produktivitas

    pekerja. Kepuasan pekerja merupakan hal yang penting karena merupakan prakondisi

    bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu dan layanan pelanggan. Retensi

    pekerja adalah untuk mempertahankan pekerja yang diminati perusahaan selama

    mungkin. Produktivitas pekerja adalah ukuran hasil, dampak secara keseluruhan

    usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan

    pelanggan.

    Pengukuran kapabilitas sistem informasi sangat penting dan sangat diperlukan

    oleh karyawan untuk meningkatkan kapabilitas karyawan dalam mendukung

    meningkatnya produktivitas perusahaan. Dalam hal ini diperlukan informasi-

    informasi yang akurat, memadai dan tepat waktu untuk mendukung kinerja berbagai

    tingkatan manajemen.

    Motivasi, pemberdayaan karyawan dan keselarasan tujuan yang dilakukan

    merupakan faktor penting dalam kelancaran produksi perusahaan, karena diperlukan

    visi dan misi yang sama di seluruh karyawan dari tingkat atas maupun tingkat bawah

    sehingga dapat mencapai satu tujuan yang sama bagi kemajuan perusahaan.

  • 20

    3. Jenis-jenis pengukuran dalam balanced scorecard.

    Menurut Gasperzs (2006, 73) terdapat dua jenis pengukuran dalam balanced

    scorecard, yaitu; a. outcome kinerja-outcome (lagging) measurements, dan b.

    pengendali kinerja-performance driver (leading) measurements.

    Menurut Gasperz semua program balanced scorecard menggunakan ukuran-

    ukuran generik tertentu dimana ukuran generik tersebut cenderung merupakan

    ukuran-ukuran outcome yang merefleksikan sasaran umum banyak strategi dan

    struktur serupa sepanjang proses industri atau lingkup perusahaan. Ukuran-ukuran

    generik ini cenderung menjadi lag indicator seperti profitabilitas, pangsa pasar,

    kepuasan pelanggan, customer retention, dan keterampilan karyawan.

    Pada sisi lain pengendali kinerja (performance driver-lead indicators)

    cenderung menjadi unik untuk unit bisnis tertentu. Pengendali kinerja merefleksikan

    keunikan strategi unit bisnis, misalnya pengendali keuangan dari profitabilitas,

    segmen pasar dimana unit-unit bisnis memilih untuk berkompetisi, dan tujuan-tujuan

    proses internal tertentu beserta pembelajaran dan pertumbuhan yang akan

    menyerahkan nilai tambah kepada pelanggan dan segmen pasar. Suatu balanced

    scorecard yang baik harus memiliki campuran atau kombinasi ukuran-ukuran

    outcome dan pengendali kinerja. Ukuran outcome saja tanpa pengendali kinerja tidak

    akan mengkomunikasikan bagaimana outcome itu dicapai atau diperoleh.

    4. Hubungan balanced scorecard dengan visi, misi, dan strategi organisasi.

    Organisasi yang dapat menterjemahkan strateginya ke dalam sistem

    pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan strategi

    tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada

  • 21

    pegawai. Kaplan dan Norton (2000, 128) menyatakan pentingnya penciptaan suatu

    scorecard yang mengkomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:

    a. Scorecard menerangkan visi masa depan perusahaan ke seluruh perusahaan, sehingga menciptakan pemahaman yang sama.

    b. Scorecard menciptakan model yang holistik dari strategi yang mengijinkan semua pekerja untuk melihat bagaimana kontribusi mereka terhadap keberhasilan perusahaan.

    c. Scorecard berfokus kepada upaya perubahan. Jika tujuan dan ukuran yang tepat sudah diidentifikasi, kemungkinan pelaksanaan yang berhasil sangat besar. Jika tidak, investasi dan inisiatif akan terbuang sia-sia.

    Selanjutnya Kaplan dan Norton (2000, 129) juga mengemukakan tiga prinsip

    yang memungkinkan balanced scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu:

    a. Hubungan sebab akibat. Pengembangan balanced scorecard yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita dari seluruh Strategic Business Unit (SBU) dalam hubungan sebab akibat. Pengujian terhadap sekumpulan scorecard dapat dilakukan dengan mudah karena tiap relasi dan hubungan kausalitas dapat diuji secara rinci.

    b. Faktor pendorong kinerja. Sebuah balanced scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging indicator) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang digunakan oleh SBU.

    c. Keterkaitannya dengan masalah finansial. Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir. Dengan demikian, tolok ukur keuangan dapat digunakan untuk menguji hasil dari performance driver, dalam hal sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan hasil.

    5. Proses penyusunan balanced scorecard.

    Menurut Kaplan dan Norton langkah pertama dalam membangun sebuah

    scorecard yang berhasil adalah mendapatkan konsensus dan dukungan dari

    manajemen senior mengenai mengapa scorecard tersebut dibuat. Ketika proses

    pembangunan dimulai, tim eksekutif senior harus mengidentifikasi dan menyepakati

    tujuan utama dilaksanakan proyek tersebut. Secara lengkap Kaplan dan Norton (2000,

  • 22

    262) menjelaskan empat tahapan dalam membangun balanced scorecard sebagai

    berikut :

    a. Menentukan arsitektur ukuran Arsitek Balanced Scorecard berkonsultasi dengan tim eksekutif senior untuk menentukan unit organisasi untuk penerapan Balanced Scorecard dan menentukan Scorecard yang sesuai. Setelah itu, arsitek Balanced Scorecard mempelajari keterkaitan antar unit dan antara unit dengan divisi serta organisasi.

    b. Membangun konsensus di seputar tujuan strategis Arsitek mengumpulkan berbagai informasi mengenai Balanced Scorecard maupun dokumen internal mengenai visi, misi, dan strategi organisasi. Setelah informasi terkumpul, arsitek mengkomunikasikan informasi tersebut kepada para eksekutif. Pada tahap ini, arsitek dan eksekutif menentukan sasaran strategis untuk tiap-tiap perspektif.

    c. Memilih dan merancang ukuran Arsitek dan eksekutif mengidentifikasikan ukuran yang paling baik dalam menerjemahkan strategi perusahaan. Hasil dari tahap ini antara lain: daftar tujuan untuk tiap perspektif, deskripsi ukuran untuk tiap tujuan, ilustrasi tentang kuantifikasi ukuran, dan model grafis keterkaitan antar ukuran di dalam sebuah perspektif dan perspektif lainnya.

    d. Membuat rencana pelaksanaan Pada tahap ini eksekutif membentuk tim yang akan mengkomunikasikan Balanced Scorecard kepada seluruh pekerja. Selain itu, eksekutif mengintegrasikan Balanced Scorecard ke dalam sistem manajemen organisasi.

    Sementara itu Langkah-langkah dalam menyusun balanced scorecard juga

    dikemukakan oleh Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan (2003, 83)

    yakni sebagai berikut:

    a. Membangun konsensus tentang pentingnya perubahan manajemen. b. Pembentukan tim proyek. c. Mendefinisikan industri, menjelaskan perkembangannya dan peran

    perusahaan. d. Menentukan unit atau SBU. e. Mengevaluasi sistem pengukuran yang ada. f. Merumuskan/mengkonfirmasikan visi perusahaan. g. Merumuskan perspektif. h. Merinci visi berdasarkan masing-masing perspektif dan merumuskan

    seluruh tujuan strategis. i. Identifikasi faktor-faktor penting bagi kesuksesan.

  • 23

    j. Mengembangkan tolok ukur, identifikasi sebab dan akibat, dan menyusun keseimbangan.

    k. Mengembangkan top-level scorecard. l. Rincian scorecard dan tolok ukur oleh unit organisasi. m. Merumuskan tujuan-tujuan. n. Mengembangkan rencana tindakan. o. Implementasi scorecard.

    E. Balanced Scorecard Untuk Organisasi Sektor Publik

    Balanced scorecard pada awalnya memang konsep yang diperuntukkan bagi

    entitas bisnis yang bertujuan untuk peningkatan kinerja keuangan dalam mencapai

    tingkat profitabilitas perusahaan yang lebih baik. Kemudian beberapa peneliti tertarik

    untuk mengembangkan konsep tersebut untuk organisasi pemerintahan. Gasperz

    (2006, 206) dalam bukunya berpendapat:

    Dengan memperhatikan paradigma baru dalam manajemen pemerintahan berfokus masyarakatsistem manajemen kinerja balanced scorecard dapat diterapkan dalam organisasi pemerintahan di Indonesia. Memang pada awalnya masih agak sulit bagi aparatur pemerintahan di Indonesia untuk mengimplementasikan balanced scorecardnamun, meskipun pembangunan sistem manajemen kinerja pemerintahan yang efektif dan efisien melalui pelatihan-pelatihan manajemen profesional membutuhkan waktu, konsep balanced scorecard akan menjadi relevan di era otonomi daerah sekarang ini. Lebih lanjut Gasperz (2006, 210) menjelaskan sebab-sebab perlunya beberapa

    penyesuaian pada balanced scorecard untuk instansi pemerintah sebagai berikut :

    a. Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest groups), sedangkan fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham.

    b. Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil finansial, tetapi keseimbangan pertanggungjawaban finansial (anggaran) melalui pelayanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan visi dan misi organisasi Pemerintah.

    c. Mendefinisikan ukuran dan target dalam perspektif customer/stakeholder membutuhkan pandangan dan kepedulian yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi Pemerintah, dan membutuhkan definisi yang jelas serta hasil strategis yang diinginkan. Misalnya, penentuan siapa yang menjadi stakeholder pemeliharaan sumber daya kelautan (perikanan

  • 24

    dan lain-lain), tujuan strategis, ukuran kinerja, target kinerja, dan program tindakan membutuhkan definisi yang jelas.

    Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan adanya perbedaan-perbedaan

    perspektif dalam balanced scorecard antara penggunaan pada organisasi bisnis dan

    organisasi publik menurut Gasperz (2006, 207).

    Tabel 2.1 Perspektif Balanced Scorecard pada sektor swasta dan sektor publik

    Perspektif Organisasi Bisnis Organisasi Pemerintah Finansial/efisiensi operasional

    Bagaimana kita melihat/memandang dan memberikan nilai kepada pemegang saham?

    Bagaimana kita melihat dan memberikan nilai kepada masyarakat dan/atau pembayar pajak?

    Pelanggan Bagaimana pelanggan melihat atau memandang dan mengevaluasi kinerja kami?

    Bagaimana orang-orang yang menggunakan jasa/pelyanan public memandang dan mengevaluasi kinerja kami?

    Pembelajaran dan pertumbuhan

    Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai kepada pelanggan, pemegang saham, karyawan, manajemen serta organisasi

    Dapatkah kita melanjutkan untuk meningktakan dan menciptakan nilai untuk masyarakat/pembayar pajak, aparatur dan pejabat pemerintah, organisasi pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder)

    Proses dan produk Apa yang harus diunggulkan dari proses dan produk kami?

    Apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan telah memberikan hasil-hasil sesuai dengan yang diharapkan

  • 25

    BAB III

    SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS

    PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

    DAERAH KABUPATEN GRESIK

    A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    merupakan salah satu dinas di Pemerintahan Kabupaten Gresik yang dibentuk untuk

    mengkoordinir dan mengelola sumber-sumber pendapatan, keuangan dan aset daerah

    Kabupaten Gresik sebagai daerah industri dan zona penyangga Kota Surabaya yang

    mempunyai peluang cukup besar dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD).

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2008, Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik merupakan

    unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala yang berada

    dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas

    membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan Daerah di

  • 26

    bidang Pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Adapun sumber-sumber

    pendapatan yang dikoordinir dan dikelola Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik sesuai dengan tugas dan kewenangannya adalah

    sebagai berikut.

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    PAD di Kabupaten Gresik meliputi:

    a. Pajak Daerah, terdiri dari; Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

    Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Galian

    Golongan C, Pajak Parkir dan Pajak pengambilan sarang burung Walet.

    b. pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan seperti Laba Badan Usaha

    Milik Daerah, Laba PDAM, dan Penyertaan Modal Daerah Kepada Pihak

    Ketiga.

    c. PAD lain yang sah.

    2. Pendapatan Bagi Hasil

    Pendapatan bagi hasil dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

    a. Bagi Hasil Pajak, meliputi; Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Atas

    Tanah dan Bangunan, Pajak Bahan bakar Kendaraan Bermotor, PPh Pasal 21

    dan PPh OPDN, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan,

    Pajak Pemanfaatan ABT dan AP.

    b. Bagi Hasil Bukan Pajak meliputi; Bagi Hasil dari Provisi SDH, Bagi Hasil

    dari pungutan perikanan, Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan, Bagi

    Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi, Bagi Hasil dari Pertambangan Gas

    Bumi, Bagi Hasil dari Sumber Daya Kehutanan dan Bagi Hasil dari SDA

  • 27

    Pertambangan Umum.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    yang beralamat di Jalan Wahidin Sudiro Husodo No. 245 Gresik, memiliki wilayah

    kerja yang meliputi 18 kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Gresik.

    Untuk mendukung kelancaran tugasnya, Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik pada

    tahun 2008 mempunyai pegawai sebanyak 126 Pegawai yang terdiri dari 95 pegawai

    berada di dinas dan 31 pegawai lainnya yang tersebar di 4 UPTD. Distribusi pegawai

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    menurut golongan kepangkatan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Golongan Kepangkatan

    No. Pangkat Golongan Ruang Jumlah Total

    1. Pembina Tingkat I IV/B 4 10 Pembina Muda IV/A 6

    2. Penata Tingkat I III/D 15

    91 Penata III/C 20 Penata Muda Tingkat I III/B 39 Penata Muda III/A 17

    3. Pengatur Tingkat I II/D 1

    23 Pengatur II/C 7 Pengatur Muda Tingkat I II/B 3 Pengatur Muda II/A 12

    4. Juru Tingkat I I/D 0 2 Juru Tingkat I/C 2

    JUMLAH - 126

    Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik Sedangkan distribusi pegawai menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada

    Tabel 3.2.

  • 28

    Tabel 3.2 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    No. Tingkat Pendidikan

    Jumlah

    1. S-2 7 2. S-1 56 3. SLTA 51 4. SLTP 7 5. SD 5 Jumlah 126

    Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik B. Kewenangan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    mempunyai kewenangan untuk:

    1. Penetapan dan Pengelolaan pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    2. Pengembangan Sumber-sumber Potensi Pendapatan Daerah

    3. Realokasi Anggaran dan Penyusunan APBD, Perhitungan Anggaran dan PAK

    4. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai

    tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan urusan bidang

    pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah serta melaksanakan tugas

    pembantuan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

    Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah mempunyai fungsi:

    a. Penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

  • 29

    b. Penyusunan APBD, pengesahan DPA SKPD;

    c. Pengendalian pelaksanaan APBD;

    d. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas

    daerah dan pelaksanaan verifikasi penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank

    dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

    e. Pelaksanaan pendataan, penggalian potensi dan pemungutan pendapatan daerah

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;

    f. Pelaksanaan penyelenggaraan sistem akuntansi, pelaporan keuangan daerah,

    penyajian informasi keuangan daerah dan pedoman pengelolaan serta

    penghapusan barang milik daerah;

    g. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD dan

    penetapan Surat Penyediaan Dana (SPD) serta pembayaran berdasarkan

    permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum;

    h. Penyimpanan uang daerah, pelaksanaan penempatan dan pengelolaan uang daerah

    serta penyelenggaraan tertib administrasi aset daerah;

    i. Pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah dan

    atau pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

    j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Daerah melalui Sekretaris

    Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

    C. Struktur Organisasi dan Penjabaran Tugas

    Organisasi dan struktur di dalamnya merupakan kondisi fisik Dinas

    Pendapatan, Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dalam

    menjalankan tugas dan jatidiri dalam menyelenggarakan pemerintahan dan

  • 30

    pembangunan terutama di bidang Pendapatan Daerah. Berdasarkan Peraturan Bupati

    Gresik Nomor 46 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik, Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur pelaksana

    Pemerintah Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan

    bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Bagan struktur

    organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

    Gresik dapat dilihat pada Lampiran 1.

    Penjabaran tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi dijelaskan

    sebagai berikut.

    1. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

    Gresik selaku pimpinan dan kepala SKPD memiliki tugas pokok

    mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan bidang pendapatan dan pengelolaan

    keuangan SKPD.

    2. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan surat menyurat,

    kearsipan, administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga

    kantor serta pengkoordinasi penyusunan rencana program, evaluasi dan pelaporan.

    3. Bidang Pendataan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas

    pendapatan, pengelola keuangan dan aset daerah dalam urusan pendataan,

    pengolahan data, pengembangan dan pengendalian operasional pendapatan

    daerah.

    4. Bidang Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas

    pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan perhitungan dan

  • 31

    penetapan, legalisasi benda berharga dan obyek pajak, serta pemeriksaan obyek

    pendapatan daerah.

    5. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

    pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan penagihan,

    pertimbangan dan keberatan, serta bagi hasil pajak yang menjadi kewenangan

    pemerintah Kabupaten Gresik.

    6. Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas

    pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan penyusunan

    anggaran, administrasi anggaran dan pembiayaan dan investasi yang menjadi

    kewenangan pemerintah Kabupaten.

    7. Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

    pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam pengelolaan

    perbendaharaan umum daerah, perbendaharaan belanja dan verifikasi bukti

    penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.

    8. Bidang Akuntansi, Pertanggungjawaban dan Aset mempunyai tugas

    melaksanakan sebagian tugas dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset

    daerah dalam melaksanakan urusan akuntansi, pertanggungjawaban dan

    administrasi aset.

    9. Unit Pelaksana Teknis Dinas Unit Pelaksana Teknis Dinas merupakan

    kepanjangan tangan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah di wilayah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.

    a. Pendataan obyek dan subyek pajak daerah;

    b. Mengadministrasikan penerimaan pajak daerah;

  • 32

    c. Membantu penagihan pajak daerah dan mengadministrasikan penagihannya;

    d. Berkoordinasi dengan camat maupun muspika yang ada diwilayahnya terkait

    pemungutan pajak daerah maupun penagihan pajak bumi dan bangunan.

    D. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Serta Kebijakan Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Visi dan misi yang dimiliki Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik pada dasarnya merupakan turunan dari visi dan misi yang

    dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik yang tercantum dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Gresik. Alur Penurunan visi dan

    misi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1

    Gambar.3.1 Alur Penurunan Visi dan Misi

    Sumber : RPJM Kabupaten Gresik

  • 33

    1. Visi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik.

    Di dalam konteks kehidupan bernegara, visi memainkan peran yang

    menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga pemerintah pada

    umumnya dan instansi pemerintah pada khususnya dapat bergerak maju menuju masa

    depan yang lebih baik.

    Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan

    yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Visi

    merupakan alasan filosofis keberadaan suatu organisasi yang berhubungan dengan

    gambaran tentang apa yang akan terjadi dan menjadi arah atau pegangan bagi

    organisasi dalam mewujudkan cita-cita yang selaras dan berkesinambungan. Visi

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    yang melandasi pemikiran dasar Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dalam menjalankan Tugas Pokok dan

    Fungsinya adalah:

    Mewujudkan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah menjadi Institusi yang Transparan, Akuntabel dan Profesional

    dalam Pemungutan Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Menjadikan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik sebagai institusi yang transparan, akuntabel dan profesional

    merupakan manifestasi cita-cita dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

    pembangunan di Kabupaten Gresik. Dengan pengertian di atas, Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik bermaksud meningkatkan

  • 34

    kemampuan dan sikap guna memahami paradigma, menyusun strategi dan

    merumuskan kebijakan sehingga meningkatkan daya saing Pemerintah Daerah dalam

    mewujudkan good governance.

    2. Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik.

    Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi

    pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan

    misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan

    dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah

    dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Sesuai dengan Visi yang ada,

    maka ditetapkan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik sebagai berikut:

    a. mengoptimalkan pendapatan daerah melalui profesionalisme fungsi pemungutan.

    b. mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan

    dukungan kemantapan organisasi.

    Adapun penjelasan misi yang akan diwujudkan oleh Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah:

    Misi 1: Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui profesionalisme fungsi

    pemungutan. Hal ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagai pengelola

    pendapatan daerah di Kabupaten Gresik untuk memberikan pelayanan yang

    baik kepada wajib pajak.

  • 35

    Misi 2:

    Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan

    dukungan kemantapan organisasi juga termasuk salah satu upaya

    terciptanya Good Governance melalui pertanggungjawaban rasional dalam

    bentuk pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan

    perundangan yang berlaku dan memenuhi asas efisien, efektif, akuntabel

    dan reliable. Sejalan dengan hal tersebut, maka setiap upaya yang

    dilaksanakan dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah diperlukan

    sinergi dan integrasi mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan

    dan pertanggungjawaban. Untuk itulah diperlukan peningkatan kualitas

    sumber daya organisasi mulai sumber daya manusia, sarana dan prasarana

    serta sistem pengelolaan yang baik.

    3. Tujuan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik.

    Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1

    (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,

    kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Suatu organisasi

    apapun bentuknya akan berjalan sesuai dengan harapan semua komponen organisasi

    apabila berbagai tindakan dan perilaku yang ada diarahkan dalam mencapai tujuan-

    tujuan organisasi.

    Begitu pula dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik akan berjalan dan berhasil dalam menjalankan tugas pokok dan

    fungsinya apabila memiliki tujuan yang jelas dan dimengerti semua

  • 36

    anggota/komponen organisasinya. Adapun Tujuan Pokok organisasi Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik adalah:

    a. Meningkatkan penerimaan Pajak Daerah dan mendorong peningkatan

    penerimaan Bagi Hasil Pendapatan.

    b. Meningkatkan kinerja pemungutan pendapatan daerah.

    c. Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel dan tepat waktu.

    4. Sasaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik.

    Sasaran yang hendak dicapai di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut:

    a. Meningkatkan pemungutan pajak daerah.

    b. Mendorong bagi hasil pendapatan.

    c. Meningkatkan kinerja dan kemampuan teknis Sumber Daya Aparatur

    pemungutan pajak daerah.

    d. Akurasi data obyek dan subyek pajak.

    e. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan yang reliable.

    f. Penganggaran yang efisien, efektif dan tepat waktu.

    5. Kebijakan pembangunan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik.

    Guna mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan secara lebih

    terarah dan fokus, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik mengambil beberapa kebijakan pembangunan

    sebagai berikut:

  • 37

    a. Melaksanakan pemungutan Pajak Daerah dan mendorong peningkatan

    penerimaan Bagi Hasil Pendapatan Sesuai dengan prinsip-prinsip pemungutan

    yang baik.

    b. Meningkatkan kinerja pemungutan pendapatan daerah melalui pemberian

    penghargaan yang memadai dengan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan

    berkelanjutan.

    c. Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan

    dukungan kemantapan organisasi.

    Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran serta kebijakan yang dimiliki, maka

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    menjabarkan ke dalam 4 program dan 31 rencana kegiatan.

    E. Sistem Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    merupakan transformasi dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik yang mulai

    berubah pada awal tahun 2009. Oleh sebab itu Dinas Pendapatan, pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah belum membuat sistem pengukuran kinerja atas kinerja

    institusi yang baru ini. Namun sebagaimana instansi pemerintah lainnya yang

    berkewajiban melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999, maka Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabuptaen Gresik juga

    diharuskan membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

    guna mempertanggungjawabkan kinerja dalam periode tertentu. Atas dasar hal

    tersebut di atas, maka dalam pembahasan mengenai sistem pengukuran kinerja pada

  • 38

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik,

    penulis menggunakan informasi yang bersumber dari LAKIP Dinas Pendapatan

    Daerah Tahun 2008 yang sudah ada.

    LAKIP Tahun 2008 yang telah disusun oleh Dinas Pendapatan Kabupaten

    Gresik juga melaporkan akuntabilitas kinerja keuangan dengan cara menyajikan

    alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

    Pendapatan Kabupaten Gresik atau tugas-tugas lainnya. Akuntabilitas keuangan yang

    disajikan dalam LAKIP Tahun 2008 ini juga dapat digunakan sebagai analisis

    ekektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber dana yang ada.

    Selain menyajikan akuntabilitas kinerja keuangan berupa alokasi dan realisasi

    anggaran, LAKIP Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2008 juga

    dipergunakan sebagai alat untuk pengukuran dan evaluasi kinerja Dinas Pendapatan

    Kabupaten Gresik selama tahun 2008. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar

    untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

    sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi

    Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik. Berdasarkan LAKIP tersebut Dinas Pendapatan

    Kabupaten Gresik melakukan pengukuran kinerja kegiatan (PKK) yang merupakan

    tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok

    indikator kinerja kegiatan.

    Proses pengukuran kinerja diawali dengan penentuan rencana kinerja kegiatan

    yang masing-masing mempunyai ukuran berupa indikator-indikator masukan,

    keluaran dan hasil. Inti dari pengukuran kinerja disini adalah membandingkan antara

    capaian kinerja yang diukur dengan indikator kinerja atau ukuran kinerja sebagai alat

  • 39

    ukurnya. Rencana kinerja yang berisi indikator-indikator kinerja kegiatan dan target

    pencapaian kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Lampiran

    2. Sedangkan uraian hasil pengukuran kinerja berdasarkan rencana kinerja yang telah

    ditentukan sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

    F. Evaluasi Atas Pengukuran Kinerja yang Digunakan Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Pada Sub bab sebelumnya telah diuraikan mengenai pengukuran kinerja yang

    telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik yaitu melalui penyusunan

    LAKIP. Dalam pembahasan berikutnya penulis akan mengevaluasi sistem

    pengukuran kinerja (LAKIP) yang disusun oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik

    dari segi format pelaporan, cara pengukuran, tujuan pengukuran dan aspek

    pengukuran.

    1. Evaluasi cara pengukuran.

    Dengan adanya tuntutan masyarakat atas pelaksanaan pemerintahan dengan

    prinsip good governance, maka setiap instansi pemerintah diharuskan memiliki suatu

    sarana guna mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntabel.

    Oleh karena itu maka dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Dengan Inpres ini maka setiap

    instansi pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerjanya. Acuan yang

    digunakan sebagai pedoman penyusunan adalah Surat Keputusan Kepala LAN Nomor

    239/IX/6/8/2003 dimana pedoman ini berlaku umum untuk semua instansi

    pemerintah.

  • 40

    Pedoman yang dikeluarkan LAN secara tidak langsung merupakan proses

    penyeragaman atas LAKIP yang juga berfungsi sebagai sistem pengukuran kinerja

    seluruh instansi pemerintah. Menurut penulis, dengan adanya penyeragaman ini, maka

    LAKIP yang dibuat tidak bisa mencerminkan kondisi yang sebenarnya, dalam hal ini

    keunikan masing masing instansi pemerintah tidak teridentifikasi dengan jelas.

    Kondisi dan kapabilitas masing-masing instansi tidak menjadi perhatian utama dalam

    penyusunan LAKIP ini sehingga pengukuran kinerja yang dilakukan tidak akan

    memberikan hasil yang maksimal dan hanya berguna bagi pihak yang berkepentingan

    dalam hal ini adalah Bupati melalui Sekretariat Daerah yang merupakan tempat

    pertanggungjawaban Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

    Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pengukuran kinerja pada Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik disesuaikan

    dengan kondisi dan kapabilitas yang dimilikinya dan tidak hanya sekedar memenuhi

    ketentuan yang disyaratkan dalam pedoman, sehingga hasil pengukuran kinerja akan

    mencerminkan keadaan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik sebenarnya yang

    tentunya akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan organisasi.

    Penggunaan balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja yang selalu

    didasarkan pada tujuan strategis dan kapabilitas organisasi akan sangat membantu

    dalam mewujudkan hal tersebut.

    2. Evaluasi tujuan pengukuran.

    Tujuan penyusunan LAKIP selain sebagai sarana pertanggungjawaban atas

    kinerja instansi pemerintah, juga diharapkan dapat memberikan umpan balik atau

    terjadinya komunikasi dengan para pegawai. Namun pada kenyataannya LAKIP yang

  • 41

    dibuat hanya dipahami oleh pegawai yang bertugas menyusun LAKIP tersebut, dan

    pada umumnya penyusunan LAKIP hanya bertujuan untuk memenuhi kewajiban

    Instansi Pemerintah sebagaimana amanat Inpres Nomor 7 Tahun 1999.

    Demikian juga yang terjadi pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

    Aset Daerah Kabupaten Gresik, berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan

    penelitian, yang mengerti isi LAKIP adalah bagian yang membuat LAKIP itu sendiri.

    Hal ini tentunya sangat berbeda dengan konsep balanced scorecard yang pengukuran

    kinerjanya didasarkan pada tujuan strategis yang ingin dicapai oleh organisasi

    sehingga masing-masing pegawai akan peduli dengan hasil pengukuran kinerja,

    terutama pegawai yang berada dalam bidang yang bersangkutan.

    Hasil dari pengukuran kinerja seharusnya dikomunikasikan kepada seluruh

    pegawai sehingga mereka mengerti hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk

    meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang sehingga LAKIP yang disusun

    bermanfaat bagi kepentingan internal organisasi.

    3. Evaluasi aspek pengukuran.

    Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis disimpulkan bahwa praktik

    pengukuran kinerja yang dilaksanakan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik

    dalam bentuk LAKIP masih memiliki banyak kelemahan. Ukuran yang disajikan

    hanya sebatas ukuran keuangan padahal ukuran non keuangan seperti kepuasan

    masyarakat, metode kerja operasional dan sumber daya manusia juga sangat penting.

    Pengukuran kinerja yang dilakukan belum memberikan informasi yang

    memadai tentang pengukuran kinerja aktiva-aktiva tidak berwujud yang dimiliki

    organisasi seperti kompetensi pegawai dan teknologi informasi, proses operasi yang

  • 42

    efektif dan efisien, serta inovasi dalam produk dan jasa. Padahal aktiva-aktiva tidak

    berwujud tersebut juga merupakan faktor penting dan sebagai dasar pembentuk untuk

    memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat pada umumnya dan wajib

    pajak pada khususnya. Selain itu indikator kinerja yang digunakan untuk masing-

    masing kegiatan menurut penulis terlalu banyak, apalagi untuk organisasi yang

    kegiatannya beragam akan membingungkan pembaca LAKIP.

    Lain halnya dengan konsep balanced scorecard yang memandang kinerja

    organisasi dari empat perspektif, dimana selain perspektif keuangan aspek

    pelanggan/masyarakat, proses internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran

    dianggap sebagai hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengukuran kinerja

    organisasi.

    Pengukuran kinerja harus dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi

    yang berhubungan dengan pegawai seperti motivasi, promosi, pengembangan,

    penghargaan, dan kinerja pegawai karena bagaiamanpun juga pegawai adalah aset

    terpenting untuk menggerakkan organisasi. Pengukuran kinerja juga harus dapat

    menjelaskan kemajuan pencapaian strategi yang dilaksanakan organisasi dan

    bagaimana organisasi memanfaatkan potensi dan peluang yang dimiliki.

    Kelemahan yang terdapat pada pengukuran tradisional dalam hal ini adalah

    LAKIP telah memunculkan kebutuhan akan pengukuran yang lebih luas yang tidak

    semata-mata didasarkan pada sudut pandang finansial. Ukuran finansial lebih banyak

    bercerita tentang masa lalu dan tidak dapat membimbing organisasi untuk

    menciptakan nilai melalui investasi pada pelanggan, pemasok, karyawan, proses,

    teknologi, dan inovasi. Atas dasar gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran aspek

  • 43

    finansial dan aspek-aspek lainnya tersebut, maka lahirlah konsep balanced scorecard

    sebagai pendekatan baru dalam sistem pengukuran kinerja yang diharapkan mampu

    mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pengukuran kinerja tradisional.

    Balanced scorecard pada awalnya memang digunakan untuk organisasi bisnis

    dalam rangka meliatgandakan kinerjanya, namun berdasarkan banyak penelitian

    sebelumnya balanced scorecard ternyata memungkinan juga untuk diterapkan pada

    organisasi pemerintahan sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan perspektif balanced

    scorecard yang diterapkan pada organisasi bisnis yang berorientasi keuntungan dan

    yang diterapkan organisasi pemerintah yang berorientasi pada pelayanan publik.

  • 44

    BAB IV

    ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN

    PERANCANGANBALANCED SCORECARD PADA DINAS

    PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

    DAERAH KABUPATEN GRESIK

    Pada bab ini penulis mencoba menganalisis mengenai faktor internal dan

    eksternal yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan operasional Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik. Hasil analisis ini akan

    memberikan gambaran tentang sejauh mana kemungkinan konsep balanced scorecard

    diterapkan dalam organisasi tersebut.

    Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah

    dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi, setiap instansi pemerintah

    berkewajiban menyusun LAKIP sebagai bentuk pertanggungwaban dan sarana

    pengukuran kinerja dengan sebagaimana diamanatkan dalam bentuk Instruksi

    Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

    Tidak terkecuali Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

    Kabupaten Gresik yang merupakan institusi pembantu Kepala Daerah Kabupaten

  • 45

    Gresik dalam wewenangnya untuk mengelola pendapatan, keuangan dan aset daerah.

    Oleh karena itu tujuan penulisan skripsi ini tidak ada keharusan bagi Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik untuk

    menerapkan sistem pengukuran kinerja berdasarkan konsep balanced scorecard dan

    meninggalkan kebijakan pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan. Penulis

    hanya ingin menyampaikan alternatif lain konsep pengukuran kinerja yang mungkin

    dapat melengkapi bahkan menutupi kekurangan sistem pengukuran kinerja yang

    dimiliki Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

    Gresik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja institusi ini secara lebih

    optimal.

    B. Analisis Kemungkinan Penerapan Balanced Scorecard pada Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    Konsep balanced scorecard pada dasarnya dikembangkan untuk entitas bisinis

    yang bertujuan peningkatan profitabilitas perusahaan, sedangkan di lain pihak

    organisasi pemerintahan merupakan organisasi yang tidak bermotif laba dan tujuan

    utamanya adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi dewasa ini

    banyak peneliti yang tertarik untuk mengembangkan konsep tersebut pada organisasi

    pemerintahan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa balanced scorecard sangat

    memungkinkan untuk diterapkan pada organisasi pemerintahan. Hal ini didukung oleh

    kesesuaian karakteristik konsep balanced scorecard dengan karakteristik pengukuran

    yang dibutuhkan di organisasi pemerintahan.

    Penerapan balanced scorecard pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dimulai dengan analisis faktor-faktor yang

  • 46

    mendukung dan juga faktor-faktor yang kemungkinan menghambat penerapannya.

    Setelah faktor pendukung dan penghambat tersebut dianalisis kemudian dilakukan

    proses perancangan kerangka balanced scorecard Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik. Berikut ini adalah faktor-faktor

    pendukung dan penghambat diterapkannya balanced scorecard.

    1. Kondisi yang mendukung diterapkannya balanced scorecard.

    a. Visi, misi, dan strategi yang jelas dan mudah dipahami.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    telah menetapkan visi, misi dan tujuan strategisnya dengan jelas, sebagaimana yang

    tercantum pada rencana kerja (Renja) yang dimiliki. Dengan adanya visi, misi dan

    strategi tersebut, maka diharapkan semua aktivitas operasional Dinas Pendapatan,

    Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik akan bermuara pada

    pencapaian tujuan strategisnya. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik utama

    konsep balanced scorecard yaitu sebagai alat manajemen yang membantu

    menterjemahkan strategi menjadi aksi dan juga merupakan pengukuran kinerja yang

    berfokus pada strategi.

    b. Struktur organisasi dan sistem kelembagaan.

    Dalam penerapan balanced scorecard, diperlukan adanya suatu komunikasi

    yang efektif untuk menyampaikan visi, misi dan strategi yang dimiliki oleh suatu

    organisasi kepada seluruh individu yang ada di dalamnya. Struktur organisasi dan

    sistem kelembagaan yang baik akan mendukung terjadinya komunikasi yang efektif

    antar tiap individu pada tiap bagian dalam organisasi tersebut.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

  • 47

    telah mempunyai struktur organisasi yang jelas beserta panjabaran tugasnya. Selain

    itu juga memiliki tugas pokok dan fungsi yang jelas yang diatur dengan keputusan

    Bupati. Kondisi ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif di antara

    seluruh individu dalam organisasi.

    c. Sumber Daya Manusia.

    Sumber daya manusia merupakan penggerak utama dalam organisasi. Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik didukung

    oleh 126 orang aparatur dengan profil pendidikan pegawai mulai dari lulusan SD

    sampai dengan sarjana S2 sebagaimana sudah terinci dalam Bab III.

    Dengan banyaknya sumber daya yang mempunyai pendidikan tinggi maka

    akan lebih mudah dalam mengenalkan konsep balanced scorecard. Kondisi sumber

    daya manusia yang memadai ini sangat mendukung dalam penerapan balanced

    scorecard khususnya dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

    d. Ketersediaan data.

    Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik

    dalam menjalankan kinerjanya memiliki panduan berupa Rencana Kerja (Renja) yang

    berisi Rencana Strategis yang akan dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

    Daerah Kabupaten Gresik yang sebelumnya masih berupa Dinas Pendapatan Daerah

    telah menerapkan suatu sistem pengukuran kinerja melalui LAKIP yang disusunnya

    setiap tahun. Selain LAKIP yang merupakan amanat dari Instruksi Presiden Nomor 7

    Tahun 1999, Dinas Pendap