bsc kota kediri.pdf
-
Upload
ruchan-yulabi -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
Transcript of bsc kota kediri.pdf
-
i
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG
SKRIPSI
ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD
SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA
PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KABUPATEN GRESIK
Diajukan oleh :
DAFID FIRMANSYAH EFFENDI
NPM: 08460004719
AJUN AKUNTAN
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tahun 2004
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan
Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2009
-
ii
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719 BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH
BERBASIS KINERJA JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN
BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK.
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi ini adalah hasil tulisan
saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang, Oktober 2009 Yang memberi pernyataan,
Dafid Firmansyah Effendi
-
iii
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719
BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH
BERBASIS KINERJA
JUDUL SKRIPSI
: ANALISIS KEMUNGKINAN
PENERAPAN BALANCED SCORECARD
SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN
KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK
Mengetahui Menyetujui
Direktur, Dosen Pembimbing,
Kusmanadji, Ak.,MBA. Agni Indriani, Ak., M.Soc.Sc NIP.196009151981121001 NIP. 196209041983022001
-
iv
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG
PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF
NAMA : DAFID FIRMANSYAH EFFENDI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004719
BIDANG SKRIPSI : MANAJEMEN INSTANSI PEMERINTAH
BERBASIS KINERJA
JUDUL SKRIPSI
: ANALISIS KEMUNGKINAN
PENERAPAN BALANCED SCORECARD
SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN
KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH KABUPATEN GRESIK
Tangerang, 1.
Drs. Mubasyiran Harun
Ketua Penguji
2.
Agni Indriani, Ak., M.Soc. Sc.
Anggota Penguji/Pembimbing
NIP.196209041983022001 3.
Drs. Mesti Sebayang
Anggota Penguji
-
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan pencipta
dan penguasa seluruh alam, Dzat Maha Sempurna, Maha Pemurah, Maha Penolong,
karena atas izin dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi Tugas Akhir ini sebagai bagian dari syarat-syarat guna mencapai
gelar sarjana sains terapan Akuntansi pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dengan
judul ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD
SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN
GRESIK
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi MUHAMMAD
SAW, beserta keluarga beliau, para sahabat, dan para pengikutnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada:
1. Ibu di Lamongan yang telah memberikan dukungan, doa, dan cinta kasih yang
tulus kepada penulis. Tak lupa pula rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada
saudara-saudara penulis atas segala dukungannya.
2. Ibu Agni Indriani, Ak., M.Soc.Sc. selaku dosen pembimbing, yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, pengetahuan, saran
dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Indrayansyah Nur, SE. selaku dosen pembimbing teknis yang telah
berlapang dada memeriksa kelengkapan teknis dari skripsi yang sederhana ini.
-
vi
4. Bapak Drs. Mubasyiran Harun dan Bapak Drs. Mesti Sebayang yang telah sudi
meluangkan waktu untuk menguji dan memberi banyak masukan berharga pada
skripsi yang belum sempurna ini untuk menjadi lebih baik.
5. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA., selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara.
6. Ibu Dra. Lies Sunarmintyastuti, MM., selaku Kepala Bidang Akademis
Pendidikan Akuntan.
7. Seluruh staf pengajar Diploma IV Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
yang telah memberi banyak pengetahuan selama penulis menimba ilmu di
kampus tercinta ini.
8. Ibu Dra. Yety Sri Suparyati, MM yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah kabupaten Gresik yang dipimpin oleh Beliau.
9. Bapak Herawan Eka K. SE., M.Si. beserta seluruh pegawai Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik yang telah sudi
menjawab dan melayani pertanyaan dan permintaan penulis sehingga skripsi ini
bisa terselesaikan dengan data yang cukup lengkap.
10. Rekan rekan sepenginapan di Camp David(Paus B.0 No.3 PJMI), Ajie, Ipul,
Prast, berikut para pengunjung setia Eri, Rofi, Derry, Gunawan, Wahyu, Chaki,
Agus Br2, Unwan, Agus woto, fajar dan para pengunjung lainnya, terimakasih
atas suasana yang diberikan selama ini.
11. Rekan rekan satu bimbingan, baik itu bimbingan materi ataupun bimbingan teknis
Anton, Andri, Adjie, Ryan, Ki Agus, terimakasih kawan atas semua dukungan
-
vii
yang ada.
12. Seluruh kawan selama kuliah di D-IV STAN, temen-temen kelas VII-A, VIII-B,
IX-C, juga temen-temen seangkatan.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai
kekurangan, jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun materi. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat
meningkatkan kemampuan penulis di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis sendiri serta pihak lain yang membacanya. Amien.
Tangerang, November 2009
Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .
i
ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .. iii
PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF iv
KATA PENGANTAR . v
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
viii
xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian . 1
B. Batasan Masalah ............... 3
C.
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian..
Metode Penelitian .
3
4
E. Sistematika Pembahasan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengukuran Kinerja 7
1. Definisi Kinerja . 7
2. Pengukuran Kinerja ... 8
3. Manfaat Pengukuran Kinerja . 8
-
ix
B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 9
1. Prinsip-prinsip LAKIP .. 10
2. Isi LAKIP ...... 10
E. Pendekatan Sistem Kinerja Tradisional dan Kebutuhan akan
Balanced Scorecard .
11
F. Balanced Scorecard ..... 12
1. Pengertian Balanced Scorecard ............ 12
2. Tolok Ukur Kinerja 14
3. Jenis-jenis pengukuran kinerja dalam balanced scorecard 20
4.
5.
6.
Hubungan balanced scorecard dengan Visi, Misi dan
strategi organisasi...
Proses Penyusunan balanced scorecard.
Balanced scorecard untuk organisasi sector publik ...
20
21
23
BAB III SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS
PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KABUPATEN GRESIK
A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik ..
25
B. Kewenangan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ..
28
C. Struktur Organisasi dan Penjabaran Tugas ... 29
-
x
D. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi serta Kebijakan
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik ..
32
E.
F.
Sistem Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik .
Evaluasi atas Pengukuran Kinerja yang Digunakan Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik ..
37
39
BAB IV ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN
PERANCANGAN BALANCED SCORECARD PADA DINAS
PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KABUPATEN GRESIK
A. Analisis Kemungkinan Penerapan Balanced Scorecard pada
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik ..
45
1. Kondisi yang mendukung diterapkannya balanced
scorecard
46
2. Kondisi yang menghambat diterapkannya balanced
scorecard ...
50
B. Proses Perancangan Balanced Scorecard Pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik ..
51
-
xi
1. Persiapan dan konsensus Visi, Misi dan Strategi
Organisasi ..
52
2. Penentuan strategi Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik .
54
3.
4.
5.
Pemilihan prespektif dan penentuan tujuan strategis
organisasi ...
Penentuan tolok ukur dalam balanced scorecard
Analisis hubungan sebab akibat masing-masing tolok
ukur balanced scorecard.
59
61
74
C. Implementasi Balanced Scorecard 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 81
B. Saran .. 85
DAFTAR PUSTAKA . 87
Lampiran-lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 2.1 Prespektif Balanced Scorecard pada Sektor Swasta dan Sektor
Publik.
24
Tabel 3.1 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Golongan
Kepangkatan..
27
Tabel 3.2
Gambar 3.1
Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Alur Penurunan Visi dan Misi ..
28
32
Tabel 4.1 Perusahaan Sektor Industri Kabupaten Gresik............................... 57
Tabel 4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.
58
Tabel 4.3 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Keuangan............. 65
Tabel 4.4 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Pelanggan 68
Tabel 4.5 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Proses Internal... 71
Tabel 4.6 Kerangka Balanced Scorecard Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran..
74
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik
Lampiran 2 Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik
Lampiran 3 Pengukuran Kinerja Kegiatan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik
Lampiran 4
Lampiran 5
Balanced Scorecard Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik
Cause-and effect Tree Balanced Scorecard Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja diharapkan dapat menjelaskan
kemajuan pencapaian strategi yang dilaksanakan organisasi dan bagaimana organisasi
memanfaatkan potensi dan peluang yang dimiliki. Dalam rangka melakukan
pengukuran kinerja instansi publik atau pemerintah tersebut perlu kiranya dibuat suatu
sistem pengukuran kinerja yang memuat prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis. Pengukuran kinerja yang sekarang dilakukan pada instansi pemerintah
adalah SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah menurut Inpres No. 7 tahun 1999 berisikan sistem
manajemen kinerja instansi pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah
untuk menyusun suatu rencana stratejik yang berisikan rencana yang akan dijalankan
oleh instansi pemerintah dalam waktu lima tahun ke depan serta melaporkan pada
setiap tahunnya hasil pelaksanaan rencana tersebut dalam suatu laporan yang disebut
dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
-
2
Namun demikian LAKIP yang dibuat tersebut seringkali kurang
memperhatikan aspek-aspek lain di luar aspek keuangan dan kurang jelas dalam
memberikan ukuran tentang kinerja instansi pemerintah. Pengukuran kinerja atas
program/kegiatan berupa input, output dan outcomes tidak dapat mencerminkan
pengukuran kinerja secara komprehensif, hanya mengandalkan model persentase
pencapaian target.
Balanced scorecard merupakan seperangkat ukuran yang mencoba mengukur
kinerja organisasi berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan,
proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced scorecard tidak hanya
mengukur aspek keuangan semata namun juga mencantumkan ukuran-ukuran
operasional lain seperti ukuran kepuasan pelanggan, proses bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu ukuran-ukuran yang digunakan dalam
balanced scorecard dikembangkan dari visi, misi dan strategi organisasi.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang merupakan
transformasi dari Dinas Pendapatan Daerah kabupaten Gresik adalah salah satu
Satuan Unit Kerja Pemerintahan Kabupaten Gresik yang bertugas membantu Bupati
dalam menjalankan sebagian kewenangan dalam fungsi pengelolaan pendapatan,
keuangan dan asset daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di
daerah, diperlukan penggalian sumber-sumber penerimaan yang memadai guna
memberikan dukungan yang optimal pada APBD Kabupaten Gresik. Sebagai upaya
yang dilakukan untuk menyediakan pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah tersebut adalah dengan peningkatan kinerja dinas.
-
3
Mengingat betapa pentingnya pengukuran kinerja pada Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang merupakan ujung tombak dalam
penggalian Pendapatan Asli Daerah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh
mana kemungkinan penerapan balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja
pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.
B. Batasan Masalah
1. Ruang lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada perancangan alat
pengukuran kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik dengan menggunakan metode balanced scorecard. Pengukuran
kinerja ini akan melibatkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Namun apabila dalam pembahasan terdapat aspek yang meluas, maka
hal tersebut hanya sebagai materi pendukung karena sifat balanced scorecard yang
menghendaki kaitan antar faktor-faktor secara komprehensif.
2. Data.
Data dalam penelitian ini merupakan ukuran yang mampu mewakili setiap
perspektif dalam balanced scorecard. Data yang akan diteliti adalah data LAKIP
2008 dan Rencana Stratejik Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah tahun 2010.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi yang dilakukan penulis memiliki tujuan mengevaluasi sistem
-
4
pengukuran kinerja yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dan untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan
balanced scorecard dapat diterapkan sebagai sistem pengukuran kinerja pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penyusunan skripsi ini adalah
untuk memperoleh dan meningkatkan pemahaman penulis atas sistem pengukuran
kinerja balanced scorecard dan penerapannya pada institusi publik. Selain itu
penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik untuk menerapkan
balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja yang lebih komprehensif dan
terintegrasi.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:
1. Penelitian Kepustakaan.
Metode penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari teori-teori dari
buku-buku literatur, jurnal, buletin dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan
topik skripsi, serta catatan-catatan yang didapat penulis dari kegiatan perkuliahan,
dengan tujuan untuk memperoleh landasan teori dan konsep yang memadai dalam
penyusunan skripsi.
2. Penelitian Lapangan.
Metode penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh fakta, data, dan
informasi yang dibutuhkan, dengan cara mengadakan wawancara dengan pegawai,
-
5
mempelajari dokumen, mempelajari kebijakan yang berlaku dan observasi langsung
terhadap kegiatan instansi/objek penelitian.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai materi pembahasan
secara keseluruhan maka skripsi ini dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan alasan yang melatarbelakangi pemilihan
tema dan judul penelitian, Dalam bab ini juga diuraikan mengenai
pembatasan masalah dan ruang lingkup penelitian, metode penelitian serta
sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari topik skripsi.
Beberapa hal yang akan dibahas adalah mengenai pengertian kinerja,
pengukuran kinerja, dan konsep mengenai balanced scorecard secara
spesifik. Dalam bab ini juga dibahas teori mengenai Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
BAB III SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN
GRESIK
Bab ini menjelaskan kondisi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik secara umum, deskripsi tentang tugas pokok
-
6
dan fungsi, struktur organisasi dan penjabaran tugasnya, serta visi, misi dan
strategi yang diemban. Bab ini juga menjelaskan praktik dan kebijakan
pengukuran kinerja yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik.
BAB IV ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN PERANCANGAN
BALANCED SCORECARD PADA DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN
GRESIK
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kemungkinan
penerapan balanced scorecard berdasarkan landasan teori yang telah
diuraikan pada bab II. Evaluasi dilakukan atas kebijakan-kebijakan
organisasi yang pada akhirnya penulis menganalisis elemen-elemen yang
dimiliki organisasi yang memenuhi kriteria dalam kemungkinan penerapan
balanced scorecard.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir penulisan skripsi ini, penulis akan berusaha untuk menarik
kesimpulan atas pembahasan yang telah dilakukan dalam bab-bab
sebelumnya dan memberikan saran yang berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengukuran Kinerja
1. Definisi kinerja.
Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003;3) yang dimaksud dengan
kinerja adalah sebagai berikut :
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strateji instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2000; 7-8)
memberikan definisi kinerja sebagai berikut:
Kinerja dapat diartikan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam suatu periode tertentu. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas operasional organisasi baik dari segi manajerial maupun ekonomis operasionalkinerja merupakan gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa istilah kinerja dapat
diterapkan tidak hanya pada organisasi secara keseluruhan namun juga pada aspek
individu yang berhubungan pada operasional organisasi. Dengan kinerja, organisasi
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan atau bahkan mungkin kegagalannnya
-
8
dengan membandingkan hasil kinerjanya dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Pengukuran kinerja.
Secara sederhana Performance-Based Management Special Interest Group
(PBM SIG) (2001, 20) menguraikan pengertian mengenai pengukuran kinerja sebagai
suatu perbandingan tingkat kinerja aktual dengan target tingkat pencapaian kinerja
yang sudah ditentukan sebelumnya.
Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003;4), yang dimaksud dengan
pengukuran kinerja adalah sebuah proses yang sistematis dan berkelanjutan yang bisa
digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah.
Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa pengukuran kinerja adalah kegiatan
membandingkan hasil kinerja aktual atas semua kegiatan yang dilakukan organisasi
dengan hasil kinerja yang diinginkan yang diterjemahkan melalui visi, misi dan
strategi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pengukuran tersebut
kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang
prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana suatu organisasi memerlukan
penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
3. Manfaat pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja merupakan aktivitas yang memiliki tujuan untuk menilai
kegiatan atau program yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi. Pengukuran
kinerja pada suatu organisasi tentunya akan memberikan manfaat yang berarti bagi
-
9
organisasi untuk perkembangannya di masa mendatang.
Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan (2003, 29-30) mengutip
dari Lynch dan Cross dalam Handbook of Cost Management menyatakan bahwa
manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pebelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi imbalan atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Sedangkan Teodore H. Poister (2003, 10) menyatakan sistem pengukuran
kinerja digunakan untuk mendukung berbagai kebutuhan manajemen, antara lain
sebagai berikut:
a. Pengawasan dan pelaporan b. Perencanaan stratejik c. Penganggaran dan manajemen keuangan d. Manajemen program e. Evaluasi program f. Manajemen kinerja g. Pengembangan kualitas, dan pengembangan proses h. Manajemen kontrak i. Benchmark eksternal j. Komunikasi dengan masyarakat.
B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Seiring dengan makin derasnya tuntutan atas adanya prinsip-prinsip good
governance atas pelaksanaan jalannya pemerintahan, maka setiap instansi pemerintah
diharapkan memiliki sarana pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kinerjanya. Atas
-
10
dasar hal tersebut, maka dikeluarkanlah Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana dengan turunnya Inpres ini maka
setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun dan melaporkan Laporan
pertanggungjawaban kinerjanya dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan
oraganisasi tersebut.
Dalam rangka memberi panduan dalam penyusunan LAKIP ini, maka
dikeluarkan SK Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
1. Prinsip-prinsip LAKIP.
Penyusunan LAKIP dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip yang lazim,
yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif dan transparan. Disamping itu
menurut LAN (2003, 28), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
LAKIP adalah:
a. Prinsip lingkup pertanggungjawaban, hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan.
b. Prinsip prioritas, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.
c. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunannya dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja.
2. Isi LAKIP.
Isi LAKIP adalah uraian pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
dalam rangka pencapaian visi dan misi serta penjabarannya yang menjadi perhatian
utama instansi pemerintah. Selain itu menurut Indra Bastian (2001, 350) dalam
LAKIP perlu dimasukkan juga beberapa aspek pendukung meliputi uraian
-
11
pertanggungjawaban mengenai:
a. Aspek keuangan. b. Aspek sumber daya. c. Aspek sarana dan prasarana. d. Metode kerja, pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan lain yang
mendukung pelaksanaan tugas utama instansi.
Indra bastian (2001, 351) mengungkapkan agar pengungkapan akuntabilitas
aspek-aspek pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak tumpang tindih
dengan pengungkapan akuntabilitas kinerja, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Uraian pertanggungjawaban keuangan dititikberatkan pada perolehan dan penggunaan dana, baik dana yang berasal dari alokasi APBN maupun dana yang berasal dari PNBP.
b. Uraian pertanggungjawaban sumber daya manusia, dititikberatkan pada penggunaan dan pembinaan dalam hubungannnya dengan peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil atau manfaat, dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
c. Uraian mengenai pertanggungjawaban penggunaan sarana dan prasarana dititikberatkan pada pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannya.
d. Uraian tentang metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lainnya, difokuskan pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan yang merupakan cerminan pertanggungjawaban kebijaksanaan (policy accountability).
C. Pendekatan Sistem Kinerja Tradisional dan Kebutuhan Akan Balanced
Scorecard.
Sistem pengukuran kinerja tradisional adalah sistem pengukuran yang hanya
menggunakan ukuran tunggal berupa ukuran keuangan, seperti Return on Investment
(ROI), Residual Income, dan Economic Value Added (EVA). Perkembangan yang
semakin kompetitif dan informasi menjadi ciri utamanya, sistem pengukuran yang
hanya menggunakan ukuran tunggal untuk mengukur kinerja menjadi kurang cocok.
-
12
Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku Mirza pada Jurnal Usahawan Indonesia
(1997, 14) bahwa melakukan penilaian kinerja suatu organisasi semata-mata dari
aspek keuangan bisa menjadikan hasil yang bias. Kinerja keuangan yang baik pada
tahun berjalan bisa jadi disebabkan perusahaan mengorbankan kepentingan-
kepentingan jangka penjang perusahaan. Demikian juga sebaliknya, kinerja keuangan
yang kurang baik pada tahun berjalan bisa terjadi karena perusahaan melakukan
investasi-investasi demi kepentingan jangka panjangnya.
Anthony dan Govindrajan (2000, 463-464) berpendapat bahwa keunggulan
balanced scorecard dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional adalah
kemampuannya untuk menggabungkan berbagai ukuran strategis perusahaan yang
merupakan keseimbangan antara:
1. Ukuran hasil (pada masa lalu) dan pemicu kinerja masa depan (outcome and driver measure).
2. Ukuran keuangan dan non keuangan (financial and nonfinancial measures). 3. Ukuran eksternal dan pengukuran internal yang mencakup proses kritikal
bisnis, inovasi serta pembelajaran dan pertumbuhan (internal and external measure).
Sedangkan Mulyadi (2001, 63), memaparkan beberapa keunggulan sistem
pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan balanced scorecard, yaitu:
1. Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategik dalam membawa perusahaan menuju ke masa depan.
2. Menghasilkan total business plan yang komprehensif. 3. Menghasilkan total business plan yang koheren. 4. Menghasilkan total business plan yang seimbang. 5. Menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur.
D. Balanced Scorecard
1. Pengertian balanced scorecard.
Balanced scorecard pertama kali dipublikasikan oleh penemunya yaitu Robert
-
13
S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 dalam sebuah artikel Harvard
Business Review yang berjudul Balanced Scorecard-Measures that Drives
Performance. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan
eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika Serikat serta diskusi rutin dua
bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun itu untuk
mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced scorecard
dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif
memandang perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan.
Kaplan dan Norton (2000, 22) mendefinisikan balanced scorecard:
Balanced scorecard memberi para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk menterjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpaduyang tersusun ke dalam empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Sedangkan menurut Paul R. Niven (2003, 14-15) definisi balanced scorecard
adalah sebagai berikut;
Balanced scorecard as a carefully selected set of quantifiable measures derived from organizations strategy. The measures selected for the Scorecard represent a tool for leaders to use in communicating to employees and external stakeholders the outcomes and performance drivers by which the organization will achieve its mission and strategic objectives.
Sedangkan Gaspersz (2006,2) dalam bukunya juga mendefinisikan Balanced
Scorecard sebagai berikut:
...Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang-untuk pelanggan (customer), pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, termasuk manajemen (learning and growth), proses bisnis internal (sistem)-demi memperoleh hasil-hasil finansial yang memungkinkan perkembangan organisasi bisnis daripada sekadar mengelola bottom line untuk memacu hasil-hasil jangka pendek.
-
14
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard
merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara cepat,
tepat, dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang
performa bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam organisasi, serta
proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat, perspektif
keuangan menjadi tolok ukur utama yang dijelaskan oleh tolok ukur operasional pada
tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indicator).
2. Tolok ukur kinerja.
a. Perspektif Keuangan (Financial).
Kaplan dan Norton (2000, 23) menyatakan bahwa ukuran finansial sangat
penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah
diambilmenjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif scorecard lainnya.
Ukuran finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak terhadap peningkatan laba
perusahaan. Suatu strategi perusahaan akan menjadi berbeda di setiap siklus yang
dialami perusahaan tersebut. Maka dari itu tujuan finansial menjadi sangat berbeda
untuk setiap tahap siklus hidup bisnis.
Menurut Kaplan dan Norton (2000, 42), dalam pengukuran kinerja keuangan
mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a. Growth b. Sustain c. Harvest
Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
-
15
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan
terbaik. Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah,
misalnya, tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang
telah ditargetkan.
Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi
dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Sasaran
keuangan dalam tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang sering digunakan pada tahap ini, misalnya,
ROI, ROCE, dan EVA.
Harvest adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar
memanen/manuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi
besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran
untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini
yang dapat diambil menjadi tolok ukur adalah memaksimalkan arus kas masuk dan
pengurangan modal kerja.
b. Perspektif pelanggan.
Filosofi manajemen dewasa ini telah menunjukkan akan pentingnya customer
focus dan customer satisfaction. Jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari
produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari
perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini
kinerja keuangan terlihat baik sebagaiman diungkapkan Yuwono, Sukarno dan Ichsan
(2003, 32). Dalam perspektif pelanggan, perusahaan melakukan identifikasi
pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Setelah melakukan identifikasi dan
-
16
menentukan segmen pasar, perusahaan akan menerapkan tujuan dan ukuran untuk
segmen tersebut.
Menurut Kaplan dan Norton (2000, 58), perspektif pelanggan memiliki dua
kelompok pengukuran yaitu: kelompok pengukuran pelanggan utama (customer core
measurement) dan pengukuran preposisi nilai pelanggan (customer value
preposition). Kelompok pertama merupakan ukuran umum yang digunakan oleh
hampir semua perusahaan dan sering digunakan dalam balanced scorecard.
Kelompok ukuran kedua merupakan faktor pendorong kinerja yang menawarkan
penentuan nilai yang diberikan perusahaan kepada pelanggan dan segmen pasar.
Kelompok ukuran pelanggan utama pada umumnya sama untuk semua jenis
perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (2000, 59) kelompok pengukuran ini terdiri
dari ukuran:
1. Pangsa pasar. 2. Retensi pelanggan. 3. Akuisisi pelanggan. 4. Kepuasan pelanggan. 5. Profitabilitas pelanggan.
Pangsa pasar digambarkan oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu dalam
bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan, atau volume satuan yang terjual.
Retensi pelanggan mengukur tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen. Akuisisi pelanggan mengukur dalam bentuk relatif atau
absolut keberhasilan unit bisnis menarik atau memenangkan pelanggan atau bisnis
baru. Kepuasan pelanggan menilai tingkat kepuasan atas kriteria kinerja tertentu di
dalam preposisi nilai. Terakhir yaitu profitabilitas pelanggan mengukur laba bersih
dari seorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan
-
17
untuk mendukung pelanggan tersebut.
Kelompok pengukuran kedua adalah faktor pendorong kinerja yang mengukur
masalah nilai pelanggan (customer value). Pemicu nilai pelanggan menyatakan atribut
yang diberikan perusahaan kepada produk dan jasanya untuk menciptakan loyalitas
dan kepuasan pelanggan dalam segmen pasar tertentu. Preposisi nilai pelanggan dapat
berbeda-beda untuk berbagai perusahaan, namun terdapat atribut serupa yang
membentuk preposisi nilai untuk semua industri dan menjadi sumber penyusunan
scorecard. Kaplan dan Norton (2000, 63) membagi atribut tersebut menjadi tiga
kategori yaitu:
1. Atribut produk/jasa. 2. Hubungan pelanggan. 3. Citra dan reputasi.
Atribut produk/jasa meliputi fungsi dari produk/jasa, harga, dan kualitas.
Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan,
sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas
produk yang ditawarkan. Hubungan pelanggan mencakup pencapaian produk/jasa
kepada pelanggan, meliputi waktu tanggap (response time) dan penyerahan, serta
bagaimana perasaan pelanggan setelah menerima produk/jasa dari perusahaan
bersangkutan. Citra dan reputasi menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang
membuat pelanggan tertarik pada suatu perusahaan, contohnya melalui pengiklanan
dan mutu produk serta jasa yang diberikan.
c. Perspektif proses bisnis internal (Internal Business Process).
Perspektif proses bisnis internal dilakukan dengan mengidentifikasikan
berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan. Ukuran proses
-
18
bisnis internal dikembangkan setelah merumuskan ukuran dan tujuan untuk perspektif
finansial dan pelanggan. Kaplan dan Norton (2000, 83) membagi proses bisnis
internal menjadi tiga, yaitu:
1. Inovasi 2. Operasi 3. Layanan purna jual
Dalam proses inovasi, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan
potensial dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.
Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian R & D sehingga
setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar didasarkan pada kebutuhan pasar.
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.
Pada proses operasi ini ditujukan untuk penciptaan nilai dari barang/jasa yang
dihasilkan serta waktu yang dibutuhkan untuk peluncuran produk/jasa ke pasar.
Sehingga yang menjadi atribut kinerja produk dan jasa adalah waktu tanggap, mutu,
dan biaya.
Pada proses pelayanan purna jual aktivitas yang dilakukan adalah pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan atas barang/jasa yang telah dibelinya. Sehingga
yang menjadi ukuran dalam proses ini adalah tingkat kepuasan pelanggan atas
pelayanan purna jual yang diberikan perusahaan.
d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Learning and Growth).
Tujuan dari ketiga perspektif sebelumnya adalah untuk mengidentifikasikan
apa yang harus dikuasai perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang memuaskan.
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran bertujuan untuk menyediakan infrastruktur
yang memungkinkan ketiga tujuan dapat tercapai, dimana dengan meningkatkan skill
-
19
individu dan mengembangkan kreativitas yang dimiliki pegawai diharapkan akan
menunjang keberhasilan tujuan dan strategi perusahaan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu dalam perspektif ini Kaplan dan Norton (2000, 110) memfokuskan pada
tiga kategori utama yaitu:
1. Kapabilitas pekerja. 2. Kapabilitas sistem informasi. 3. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.
Kelompok pengukuran kapabilitas pekerja diwakili oleh tiga ukuran utama
yang berlaku umum, yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja dan produktivitas
pekerja. Kepuasan pekerja merupakan hal yang penting karena merupakan prakondisi
bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu dan layanan pelanggan. Retensi
pekerja adalah untuk mempertahankan pekerja yang diminati perusahaan selama
mungkin. Produktivitas pekerja adalah ukuran hasil, dampak secara keseluruhan
usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan.
Pengukuran kapabilitas sistem informasi sangat penting dan sangat diperlukan
oleh karyawan untuk meningkatkan kapabilitas karyawan dalam mendukung
meningkatnya produktivitas perusahaan. Dalam hal ini diperlukan informasi-
informasi yang akurat, memadai dan tepat waktu untuk mendukung kinerja berbagai
tingkatan manajemen.
Motivasi, pemberdayaan karyawan dan keselarasan tujuan yang dilakukan
merupakan faktor penting dalam kelancaran produksi perusahaan, karena diperlukan
visi dan misi yang sama di seluruh karyawan dari tingkat atas maupun tingkat bawah
sehingga dapat mencapai satu tujuan yang sama bagi kemajuan perusahaan.
-
20
3. Jenis-jenis pengukuran dalam balanced scorecard.
Menurut Gasperzs (2006, 73) terdapat dua jenis pengukuran dalam balanced
scorecard, yaitu; a. outcome kinerja-outcome (lagging) measurements, dan b.
pengendali kinerja-performance driver (leading) measurements.
Menurut Gasperz semua program balanced scorecard menggunakan ukuran-
ukuran generik tertentu dimana ukuran generik tersebut cenderung merupakan
ukuran-ukuran outcome yang merefleksikan sasaran umum banyak strategi dan
struktur serupa sepanjang proses industri atau lingkup perusahaan. Ukuran-ukuran
generik ini cenderung menjadi lag indicator seperti profitabilitas, pangsa pasar,
kepuasan pelanggan, customer retention, dan keterampilan karyawan.
Pada sisi lain pengendali kinerja (performance driver-lead indicators)
cenderung menjadi unik untuk unit bisnis tertentu. Pengendali kinerja merefleksikan
keunikan strategi unit bisnis, misalnya pengendali keuangan dari profitabilitas,
segmen pasar dimana unit-unit bisnis memilih untuk berkompetisi, dan tujuan-tujuan
proses internal tertentu beserta pembelajaran dan pertumbuhan yang akan
menyerahkan nilai tambah kepada pelanggan dan segmen pasar. Suatu balanced
scorecard yang baik harus memiliki campuran atau kombinasi ukuran-ukuran
outcome dan pengendali kinerja. Ukuran outcome saja tanpa pengendali kinerja tidak
akan mengkomunikasikan bagaimana outcome itu dicapai atau diperoleh.
4. Hubungan balanced scorecard dengan visi, misi, dan strategi organisasi.
Organisasi yang dapat menterjemahkan strateginya ke dalam sistem
pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjalankan strategi
tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada
-
21
pegawai. Kaplan dan Norton (2000, 128) menyatakan pentingnya penciptaan suatu
scorecard yang mengkomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:
a. Scorecard menerangkan visi masa depan perusahaan ke seluruh perusahaan, sehingga menciptakan pemahaman yang sama.
b. Scorecard menciptakan model yang holistik dari strategi yang mengijinkan semua pekerja untuk melihat bagaimana kontribusi mereka terhadap keberhasilan perusahaan.
c. Scorecard berfokus kepada upaya perubahan. Jika tujuan dan ukuran yang tepat sudah diidentifikasi, kemungkinan pelaksanaan yang berhasil sangat besar. Jika tidak, investasi dan inisiatif akan terbuang sia-sia.
Selanjutnya Kaplan dan Norton (2000, 129) juga mengemukakan tiga prinsip
yang memungkinkan balanced scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu:
a. Hubungan sebab akibat. Pengembangan balanced scorecard yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita dari seluruh Strategic Business Unit (SBU) dalam hubungan sebab akibat. Pengujian terhadap sekumpulan scorecard dapat dilakukan dengan mudah karena tiap relasi dan hubungan kausalitas dapat diuji secara rinci.
b. Faktor pendorong kinerja. Sebuah balanced scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging indicator) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang digunakan oleh SBU.
c. Keterkaitannya dengan masalah finansial. Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir. Dengan demikian, tolok ukur keuangan dapat digunakan untuk menguji hasil dari performance driver, dalam hal sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan hasil.
5. Proses penyusunan balanced scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton langkah pertama dalam membangun sebuah
scorecard yang berhasil adalah mendapatkan konsensus dan dukungan dari
manajemen senior mengenai mengapa scorecard tersebut dibuat. Ketika proses
pembangunan dimulai, tim eksekutif senior harus mengidentifikasi dan menyepakati
tujuan utama dilaksanakan proyek tersebut. Secara lengkap Kaplan dan Norton (2000,
-
22
262) menjelaskan empat tahapan dalam membangun balanced scorecard sebagai
berikut :
a. Menentukan arsitektur ukuran Arsitek Balanced Scorecard berkonsultasi dengan tim eksekutif senior untuk menentukan unit organisasi untuk penerapan Balanced Scorecard dan menentukan Scorecard yang sesuai. Setelah itu, arsitek Balanced Scorecard mempelajari keterkaitan antar unit dan antara unit dengan divisi serta organisasi.
b. Membangun konsensus di seputar tujuan strategis Arsitek mengumpulkan berbagai informasi mengenai Balanced Scorecard maupun dokumen internal mengenai visi, misi, dan strategi organisasi. Setelah informasi terkumpul, arsitek mengkomunikasikan informasi tersebut kepada para eksekutif. Pada tahap ini, arsitek dan eksekutif menentukan sasaran strategis untuk tiap-tiap perspektif.
c. Memilih dan merancang ukuran Arsitek dan eksekutif mengidentifikasikan ukuran yang paling baik dalam menerjemahkan strategi perusahaan. Hasil dari tahap ini antara lain: daftar tujuan untuk tiap perspektif, deskripsi ukuran untuk tiap tujuan, ilustrasi tentang kuantifikasi ukuran, dan model grafis keterkaitan antar ukuran di dalam sebuah perspektif dan perspektif lainnya.
d. Membuat rencana pelaksanaan Pada tahap ini eksekutif membentuk tim yang akan mengkomunikasikan Balanced Scorecard kepada seluruh pekerja. Selain itu, eksekutif mengintegrasikan Balanced Scorecard ke dalam sistem manajemen organisasi.
Sementara itu Langkah-langkah dalam menyusun balanced scorecard juga
dikemukakan oleh Sony Yuwono, Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan (2003, 83)
yakni sebagai berikut:
a. Membangun konsensus tentang pentingnya perubahan manajemen. b. Pembentukan tim proyek. c. Mendefinisikan industri, menjelaskan perkembangannya dan peran
perusahaan. d. Menentukan unit atau SBU. e. Mengevaluasi sistem pengukuran yang ada. f. Merumuskan/mengkonfirmasikan visi perusahaan. g. Merumuskan perspektif. h. Merinci visi berdasarkan masing-masing perspektif dan merumuskan
seluruh tujuan strategis. i. Identifikasi faktor-faktor penting bagi kesuksesan.
-
23
j. Mengembangkan tolok ukur, identifikasi sebab dan akibat, dan menyusun keseimbangan.
k. Mengembangkan top-level scorecard. l. Rincian scorecard dan tolok ukur oleh unit organisasi. m. Merumuskan tujuan-tujuan. n. Mengembangkan rencana tindakan. o. Implementasi scorecard.
E. Balanced Scorecard Untuk Organisasi Sektor Publik
Balanced scorecard pada awalnya memang konsep yang diperuntukkan bagi
entitas bisnis yang bertujuan untuk peningkatan kinerja keuangan dalam mencapai
tingkat profitabilitas perusahaan yang lebih baik. Kemudian beberapa peneliti tertarik
untuk mengembangkan konsep tersebut untuk organisasi pemerintahan. Gasperz
(2006, 206) dalam bukunya berpendapat:
Dengan memperhatikan paradigma baru dalam manajemen pemerintahan berfokus masyarakatsistem manajemen kinerja balanced scorecard dapat diterapkan dalam organisasi pemerintahan di Indonesia. Memang pada awalnya masih agak sulit bagi aparatur pemerintahan di Indonesia untuk mengimplementasikan balanced scorecardnamun, meskipun pembangunan sistem manajemen kinerja pemerintahan yang efektif dan efisien melalui pelatihan-pelatihan manajemen profesional membutuhkan waktu, konsep balanced scorecard akan menjadi relevan di era otonomi daerah sekarang ini. Lebih lanjut Gasperz (2006, 210) menjelaskan sebab-sebab perlunya beberapa
penyesuaian pada balanced scorecard untuk instansi pemerintah sebagai berikut :
a. Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest groups), sedangkan fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham.
b. Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil finansial, tetapi keseimbangan pertanggungjawaban finansial (anggaran) melalui pelayanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan visi dan misi organisasi Pemerintah.
c. Mendefinisikan ukuran dan target dalam perspektif customer/stakeholder membutuhkan pandangan dan kepedulian yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi Pemerintah, dan membutuhkan definisi yang jelas serta hasil strategis yang diinginkan. Misalnya, penentuan siapa yang menjadi stakeholder pemeliharaan sumber daya kelautan (perikanan
-
24
dan lain-lain), tujuan strategis, ukuran kinerja, target kinerja, dan program tindakan membutuhkan definisi yang jelas.
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan adanya perbedaan-perbedaan
perspektif dalam balanced scorecard antara penggunaan pada organisasi bisnis dan
organisasi publik menurut Gasperz (2006, 207).
Tabel 2.1 Perspektif Balanced Scorecard pada sektor swasta dan sektor publik
Perspektif Organisasi Bisnis Organisasi Pemerintah Finansial/efisiensi operasional
Bagaimana kita melihat/memandang dan memberikan nilai kepada pemegang saham?
Bagaimana kita melihat dan memberikan nilai kepada masyarakat dan/atau pembayar pajak?
Pelanggan Bagaimana pelanggan melihat atau memandang dan mengevaluasi kinerja kami?
Bagaimana orang-orang yang menggunakan jasa/pelyanan public memandang dan mengevaluasi kinerja kami?
Pembelajaran dan pertumbuhan
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai kepada pelanggan, pemegang saham, karyawan, manajemen serta organisasi
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningktakan dan menciptakan nilai untuk masyarakat/pembayar pajak, aparatur dan pejabat pemerintah, organisasi pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder)
Proses dan produk Apa yang harus diunggulkan dari proses dan produk kami?
Apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan telah memberikan hasil-hasil sesuai dengan yang diharapkan
-
25
BAB III
SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA DINAS
PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KABUPATEN GRESIK
A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
merupakan salah satu dinas di Pemerintahan Kabupaten Gresik yang dibentuk untuk
mengkoordinir dan mengelola sumber-sumber pendapatan, keuangan dan aset daerah
Kabupaten Gresik sebagai daerah industri dan zona penyangga Kota Surabaya yang
mempunyai peluang cukup besar dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2008, Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas
membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan Daerah di
-
26
bidang Pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Adapun sumber-sumber
pendapatan yang dikoordinir dan dikelola Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik sesuai dengan tugas dan kewenangannya adalah
sebagai berikut.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD di Kabupaten Gresik meliputi:
a. Pajak Daerah, terdiri dari; Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Galian
Golongan C, Pajak Parkir dan Pajak pengambilan sarang burung Walet.
b. pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan seperti Laba Badan Usaha
Milik Daerah, Laba PDAM, dan Penyertaan Modal Daerah Kepada Pihak
Ketiga.
c. PAD lain yang sah.
2. Pendapatan Bagi Hasil
Pendapatan bagi hasil dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
a. Bagi Hasil Pajak, meliputi; Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Atas
Tanah dan Bangunan, Pajak Bahan bakar Kendaraan Bermotor, PPh Pasal 21
dan PPh OPDN, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan,
Pajak Pemanfaatan ABT dan AP.
b. Bagi Hasil Bukan Pajak meliputi; Bagi Hasil dari Provisi SDH, Bagi Hasil
dari pungutan perikanan, Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan, Bagi
Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi, Bagi Hasil dari Pertambangan Gas
Bumi, Bagi Hasil dari Sumber Daya Kehutanan dan Bagi Hasil dari SDA
-
27
Pertambangan Umum.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
yang beralamat di Jalan Wahidin Sudiro Husodo No. 245 Gresik, memiliki wilayah
kerja yang meliputi 18 kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Gresik.
Untuk mendukung kelancaran tugasnya, Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik pada
tahun 2008 mempunyai pegawai sebanyak 126 Pegawai yang terdiri dari 95 pegawai
berada di dinas dan 31 pegawai lainnya yang tersebar di 4 UPTD. Distribusi pegawai
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
menurut golongan kepangkatan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Golongan Kepangkatan
No. Pangkat Golongan Ruang Jumlah Total
1. Pembina Tingkat I IV/B 4 10 Pembina Muda IV/A 6
2. Penata Tingkat I III/D 15
91 Penata III/C 20 Penata Muda Tingkat I III/B 39 Penata Muda III/A 17
3. Pengatur Tingkat I II/D 1
23 Pengatur II/C 7 Pengatur Muda Tingkat I II/B 3 Pengatur Muda II/A 12
4. Juru Tingkat I I/D 0 2 Juru Tingkat I/C 2
JUMLAH - 126
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik Sedangkan distribusi pegawai menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
-
28
Tabel 3.2 Distribusi Pegawai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah
1. S-2 7 2. S-1 56 3. SLTA 51 4. SLTP 7 5. SD 5 Jumlah 126
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik B. Kewenangan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
mempunyai kewenangan untuk:
1. Penetapan dan Pengelolaan pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Pengembangan Sumber-sumber Potensi Pendapatan Daerah
3. Realokasi Anggaran dan Penyusunan APBD, Perhitungan Anggaran dan PAK
4. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai
tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan urusan bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah serta melaksanakan tugas
pembantuan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah mempunyai fungsi:
a. Penyusunan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
-
29
b. Penyusunan APBD, pengesahan DPA SKPD;
c. Pengendalian pelaksanaan APBD;
d. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas
daerah dan pelaksanaan verifikasi penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
e. Pelaksanaan pendataan, penggalian potensi dan pemungutan pendapatan daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;
f. Pelaksanaan penyelenggaraan sistem akuntansi, pelaporan keuangan daerah,
penyajian informasi keuangan daerah dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah;
g. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD dan
penetapan Surat Penyediaan Dana (SPD) serta pembayaran berdasarkan
permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum;
h. Penyimpanan uang daerah, pelaksanaan penempatan dan pengelolaan uang daerah
serta penyelenggaraan tertib administrasi aset daerah;
i. Pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah dan
atau pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Daerah melalui Sekretaris
Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.
C. Struktur Organisasi dan Penjabaran Tugas
Organisasi dan struktur di dalamnya merupakan kondisi fisik Dinas
Pendapatan, Pengeloaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dalam
menjalankan tugas dan jatidiri dalam menyelenggarakan pemerintahan dan
-
30
pembangunan terutama di bidang Pendapatan Daerah. Berdasarkan Peraturan Bupati
Gresik Nomor 46 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik, Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Bagan struktur
organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Gresik dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penjabaran tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Gresik selaku pimpinan dan kepala SKPD memiliki tugas pokok
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan bidang pendapatan dan pengelolaan
keuangan SKPD.
2. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan surat menyurat,
kearsipan, administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga
kantor serta pengkoordinasi penyusunan rencana program, evaluasi dan pelaporan.
3. Bidang Pendataan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
pendapatan, pengelola keuangan dan aset daerah dalam urusan pendataan,
pengolahan data, pengembangan dan pengendalian operasional pendapatan
daerah.
4. Bidang Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan perhitungan dan
-
31
penetapan, legalisasi benda berharga dan obyek pajak, serta pemeriksaan obyek
pendapatan daerah.
5. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan penagihan,
pertimbangan dan keberatan, serta bagi hasil pajak yang menjadi kewenangan
pemerintah Kabupaten Gresik.
6. Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam urusan penyusunan
anggaran, administrasi anggaran dan pembiayaan dan investasi yang menjadi
kewenangan pemerintah Kabupaten.
7. Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah dalam pengelolaan
perbendaharaan umum daerah, perbendaharaan belanja dan verifikasi bukti
penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.
8. Bidang Akuntansi, Pertanggungjawaban dan Aset mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset
daerah dalam melaksanakan urusan akuntansi, pertanggungjawaban dan
administrasi aset.
9. Unit Pelaksana Teknis Dinas Unit Pelaksana Teknis Dinas merupakan
kepanjangan tangan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah di wilayah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
a. Pendataan obyek dan subyek pajak daerah;
b. Mengadministrasikan penerimaan pajak daerah;
-
32
c. Membantu penagihan pajak daerah dan mengadministrasikan penagihannya;
d. Berkoordinasi dengan camat maupun muspika yang ada diwilayahnya terkait
pemungutan pajak daerah maupun penagihan pajak bumi dan bangunan.
D. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Serta Kebijakan Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
Visi dan misi yang dimiliki Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik pada dasarnya merupakan turunan dari visi dan misi yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Gresik. Alur Penurunan visi dan
misi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar.3.1 Alur Penurunan Visi dan Misi
Sumber : RPJM Kabupaten Gresik
-
33
1. Visi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik.
Di dalam konteks kehidupan bernegara, visi memainkan peran yang
menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga pemerintah pada
umumnya dan instansi pemerintah pada khususnya dapat bergerak maju menuju masa
depan yang lebih baik.
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan
yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Visi
merupakan alasan filosofis keberadaan suatu organisasi yang berhubungan dengan
gambaran tentang apa yang akan terjadi dan menjadi arah atau pegangan bagi
organisasi dalam mewujudkan cita-cita yang selaras dan berkesinambungan. Visi
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
yang melandasi pemikiran dasar Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dalam menjalankan Tugas Pokok dan
Fungsinya adalah:
Mewujudkan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah menjadi Institusi yang Transparan, Akuntabel dan Profesional
dalam Pemungutan Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Menjadikan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik sebagai institusi yang transparan, akuntabel dan profesional
merupakan manifestasi cita-cita dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di Kabupaten Gresik. Dengan pengertian di atas, Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik bermaksud meningkatkan
-
34
kemampuan dan sikap guna memahami paradigma, menyusun strategi dan
merumuskan kebijakan sehingga meningkatkan daya saing Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan good governance.
2. Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik.
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan
misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan
dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Sesuai dengan Visi yang ada,
maka ditetapkan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik sebagai berikut:
a. mengoptimalkan pendapatan daerah melalui profesionalisme fungsi pemungutan.
b. mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan
dukungan kemantapan organisasi.
Adapun penjelasan misi yang akan diwujudkan oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah:
Misi 1: Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui profesionalisme fungsi
pemungutan. Hal ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagai pengelola
pendapatan daerah di Kabupaten Gresik untuk memberikan pelayanan yang
baik kepada wajib pajak.
-
35
Misi 2:
Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan
dukungan kemantapan organisasi juga termasuk salah satu upaya
terciptanya Good Governance melalui pertanggungjawaban rasional dalam
bentuk pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dan memenuhi asas efisien, efektif, akuntabel
dan reliable. Sejalan dengan hal tersebut, maka setiap upaya yang
dilaksanakan dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah diperlukan
sinergi dan integrasi mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban. Untuk itulah diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya organisasi mulai sumber daya manusia, sarana dan prasarana
serta sistem pengelolaan yang baik.
3. Tujuan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik.
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1
(satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran,
kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Suatu organisasi
apapun bentuknya akan berjalan sesuai dengan harapan semua komponen organisasi
apabila berbagai tindakan dan perilaku yang ada diarahkan dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi.
Begitu pula dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik akan berjalan dan berhasil dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya apabila memiliki tujuan yang jelas dan dimengerti semua
-
36
anggota/komponen organisasinya. Adapun Tujuan Pokok organisasi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik adalah:
a. Meningkatkan penerimaan Pajak Daerah dan mendorong peningkatan
penerimaan Bagi Hasil Pendapatan.
b. Meningkatkan kinerja pemungutan pendapatan daerah.
c. Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel dan tepat waktu.
4. Sasaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik.
Sasaran yang hendak dicapai di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemungutan pajak daerah.
b. Mendorong bagi hasil pendapatan.
c. Meningkatkan kinerja dan kemampuan teknis Sumber Daya Aparatur
pemungutan pajak daerah.
d. Akurasi data obyek dan subyek pajak.
e. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan yang reliable.
f. Penganggaran yang efisien, efektif dan tepat waktu.
5. Kebijakan pembangunan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik.
Guna mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan secara lebih
terarah dan fokus, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik mengambil beberapa kebijakan pembangunan
sebagai berikut:
-
37
a. Melaksanakan pemungutan Pajak Daerah dan mendorong peningkatan
penerimaan Bagi Hasil Pendapatan Sesuai dengan prinsip-prinsip pemungutan
yang baik.
b. Meningkatkan kinerja pemungutan pendapatan daerah melalui pemberian
penghargaan yang memadai dengan pengawasan dan evaluasi secara berkala dan
berkelanjutan.
c. Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel dengan
dukungan kemantapan organisasi.
Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran serta kebijakan yang dimiliki, maka
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
menjabarkan ke dalam 4 program dan 31 rencana kegiatan.
E. Sistem Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
merupakan transformasi dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik yang mulai
berubah pada awal tahun 2009. Oleh sebab itu Dinas Pendapatan, pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah belum membuat sistem pengukuran kinerja atas kinerja
institusi yang baru ini. Namun sebagaimana instansi pemerintah lainnya yang
berkewajiban melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999, maka Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabuptaen Gresik juga
diharuskan membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
guna mempertanggungjawabkan kinerja dalam periode tertentu. Atas dasar hal
tersebut di atas, maka dalam pembahasan mengenai sistem pengukuran kinerja pada
-
38
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik,
penulis menggunakan informasi yang bersumber dari LAKIP Dinas Pendapatan
Daerah Tahun 2008 yang sudah ada.
LAKIP Tahun 2008 yang telah disusun oleh Dinas Pendapatan Kabupaten
Gresik juga melaporkan akuntabilitas kinerja keuangan dengan cara menyajikan
alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas
Pendapatan Kabupaten Gresik atau tugas-tugas lainnya. Akuntabilitas keuangan yang
disajikan dalam LAKIP Tahun 2008 ini juga dapat digunakan sebagai analisis
ekektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber dana yang ada.
Selain menyajikan akuntabilitas kinerja keuangan berupa alokasi dan realisasi
anggaran, LAKIP Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2008 juga
dipergunakan sebagai alat untuk pengukuran dan evaluasi kinerja Dinas Pendapatan
Kabupaten Gresik selama tahun 2008. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi
Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik. Berdasarkan LAKIP tersebut Dinas Pendapatan
Kabupaten Gresik melakukan pengukuran kinerja kegiatan (PKK) yang merupakan
tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok
indikator kinerja kegiatan.
Proses pengukuran kinerja diawali dengan penentuan rencana kinerja kegiatan
yang masing-masing mempunyai ukuran berupa indikator-indikator masukan,
keluaran dan hasil. Inti dari pengukuran kinerja disini adalah membandingkan antara
capaian kinerja yang diukur dengan indikator kinerja atau ukuran kinerja sebagai alat
-
39
ukurnya. Rencana kinerja yang berisi indikator-indikator kinerja kegiatan dan target
pencapaian kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Lampiran
2. Sedangkan uraian hasil pengukuran kinerja berdasarkan rencana kinerja yang telah
ditentukan sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
F. Evaluasi Atas Pengukuran Kinerja yang Digunakan Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
Pada Sub bab sebelumnya telah diuraikan mengenai pengukuran kinerja yang
telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik yaitu melalui penyusunan
LAKIP. Dalam pembahasan berikutnya penulis akan mengevaluasi sistem
pengukuran kinerja (LAKIP) yang disusun oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik
dari segi format pelaporan, cara pengukuran, tujuan pengukuran dan aspek
pengukuran.
1. Evaluasi cara pengukuran.
Dengan adanya tuntutan masyarakat atas pelaksanaan pemerintahan dengan
prinsip good governance, maka setiap instansi pemerintah diharuskan memiliki suatu
sarana guna mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntabel.
Oleh karena itu maka dikeluarkanlah Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Dengan Inpres ini maka setiap
instansi pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerjanya. Acuan yang
digunakan sebagai pedoman penyusunan adalah Surat Keputusan Kepala LAN Nomor
239/IX/6/8/2003 dimana pedoman ini berlaku umum untuk semua instansi
pemerintah.
-
40
Pedoman yang dikeluarkan LAN secara tidak langsung merupakan proses
penyeragaman atas LAKIP yang juga berfungsi sebagai sistem pengukuran kinerja
seluruh instansi pemerintah. Menurut penulis, dengan adanya penyeragaman ini, maka
LAKIP yang dibuat tidak bisa mencerminkan kondisi yang sebenarnya, dalam hal ini
keunikan masing masing instansi pemerintah tidak teridentifikasi dengan jelas.
Kondisi dan kapabilitas masing-masing instansi tidak menjadi perhatian utama dalam
penyusunan LAKIP ini sehingga pengukuran kinerja yang dilakukan tidak akan
memberikan hasil yang maksimal dan hanya berguna bagi pihak yang berkepentingan
dalam hal ini adalah Bupati melalui Sekretariat Daerah yang merupakan tempat
pertanggungjawaban Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pengukuran kinerja pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik disesuaikan
dengan kondisi dan kapabilitas yang dimilikinya dan tidak hanya sekedar memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam pedoman, sehingga hasil pengukuran kinerja akan
mencerminkan keadaan Dinas Pendapatan Kabupaten Gresik sebenarnya yang
tentunya akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan organisasi.
Penggunaan balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja yang selalu
didasarkan pada tujuan strategis dan kapabilitas organisasi akan sangat membantu
dalam mewujudkan hal tersebut.
2. Evaluasi tujuan pengukuran.
Tujuan penyusunan LAKIP selain sebagai sarana pertanggungjawaban atas
kinerja instansi pemerintah, juga diharapkan dapat memberikan umpan balik atau
terjadinya komunikasi dengan para pegawai. Namun pada kenyataannya LAKIP yang
-
41
dibuat hanya dipahami oleh pegawai yang bertugas menyusun LAKIP tersebut, dan
pada umumnya penyusunan LAKIP hanya bertujuan untuk memenuhi kewajiban
Instansi Pemerintah sebagaimana amanat Inpres Nomor 7 Tahun 1999.
Demikian juga yang terjadi pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik, berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan
penelitian, yang mengerti isi LAKIP adalah bagian yang membuat LAKIP itu sendiri.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan konsep balanced scorecard yang pengukuran
kinerjanya didasarkan pada tujuan strategis yang ingin dicapai oleh organisasi
sehingga masing-masing pegawai akan peduli dengan hasil pengukuran kinerja,
terutama pegawai yang berada dalam bidang yang bersangkutan.
Hasil dari pengukuran kinerja seharusnya dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai sehingga mereka mengerti hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang sehingga LAKIP yang disusun
bermanfaat bagi kepentingan internal organisasi.
3. Evaluasi aspek pengukuran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis disimpulkan bahwa praktik
pengukuran kinerja yang dilaksanakan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gresik
dalam bentuk LAKIP masih memiliki banyak kelemahan. Ukuran yang disajikan
hanya sebatas ukuran keuangan padahal ukuran non keuangan seperti kepuasan
masyarakat, metode kerja operasional dan sumber daya manusia juga sangat penting.
Pengukuran kinerja yang dilakukan belum memberikan informasi yang
memadai tentang pengukuran kinerja aktiva-aktiva tidak berwujud yang dimiliki
organisasi seperti kompetensi pegawai dan teknologi informasi, proses operasi yang
-
42
efektif dan efisien, serta inovasi dalam produk dan jasa. Padahal aktiva-aktiva tidak
berwujud tersebut juga merupakan faktor penting dan sebagai dasar pembentuk untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat pada umumnya dan wajib
pajak pada khususnya. Selain itu indikator kinerja yang digunakan untuk masing-
masing kegiatan menurut penulis terlalu banyak, apalagi untuk organisasi yang
kegiatannya beragam akan membingungkan pembaca LAKIP.
Lain halnya dengan konsep balanced scorecard yang memandang kinerja
organisasi dari empat perspektif, dimana selain perspektif keuangan aspek
pelanggan/masyarakat, proses internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran
dianggap sebagai hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengukuran kinerja
organisasi.
Pengukuran kinerja harus dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi
yang berhubungan dengan pegawai seperti motivasi, promosi, pengembangan,
penghargaan, dan kinerja pegawai karena bagaiamanpun juga pegawai adalah aset
terpenting untuk menggerakkan organisasi. Pengukuran kinerja juga harus dapat
menjelaskan kemajuan pencapaian strategi yang dilaksanakan organisasi dan
bagaimana organisasi memanfaatkan potensi dan peluang yang dimiliki.
Kelemahan yang terdapat pada pengukuran tradisional dalam hal ini adalah
LAKIP telah memunculkan kebutuhan akan pengukuran yang lebih luas yang tidak
semata-mata didasarkan pada sudut pandang finansial. Ukuran finansial lebih banyak
bercerita tentang masa lalu dan tidak dapat membimbing organisasi untuk
menciptakan nilai melalui investasi pada pelanggan, pemasok, karyawan, proses,
teknologi, dan inovasi. Atas dasar gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran aspek
-
43
finansial dan aspek-aspek lainnya tersebut, maka lahirlah konsep balanced scorecard
sebagai pendekatan baru dalam sistem pengukuran kinerja yang diharapkan mampu
mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pengukuran kinerja tradisional.
Balanced scorecard pada awalnya memang digunakan untuk organisasi bisnis
dalam rangka meliatgandakan kinerjanya, namun berdasarkan banyak penelitian
sebelumnya balanced scorecard ternyata memungkinan juga untuk diterapkan pada
organisasi pemerintahan sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan perspektif balanced
scorecard yang diterapkan pada organisasi bisnis yang berorientasi keuntungan dan
yang diterapkan organisasi pemerintah yang berorientasi pada pelayanan publik.
-
44
BAB IV
ANALISIS KEMUNGKINAN PENERAPAN DAN
PERANCANGANBALANCED SCORECARD PADA DINAS
PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KABUPATEN GRESIK
Pada bab ini penulis mencoba menganalisis mengenai faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi kebijakan dan kegiatan operasional Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik. Hasil analisis ini akan
memberikan gambaran tentang sejauh mana kemungkinan konsep balanced scorecard
diterapkan dalam organisasi tersebut.
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah
dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi, setiap instansi pemerintah
berkewajiban menyusun LAKIP sebagai bentuk pertanggungwaban dan sarana
pengukuran kinerja dengan sebagaimana diamanatkan dalam bentuk Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Tidak terkecuali Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gresik yang merupakan institusi pembantu Kepala Daerah Kabupaten
-
45
Gresik dalam wewenangnya untuk mengelola pendapatan, keuangan dan aset daerah.
Oleh karena itu tujuan penulisan skripsi ini tidak ada keharusan bagi Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik untuk
menerapkan sistem pengukuran kinerja berdasarkan konsep balanced scorecard dan
meninggalkan kebijakan pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan. Penulis
hanya ingin menyampaikan alternatif lain konsep pengukuran kinerja yang mungkin
dapat melengkapi bahkan menutupi kekurangan sistem pengukuran kinerja yang
dimiliki Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Gresik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja institusi ini secara lebih
optimal.
B. Analisis Kemungkinan Penerapan Balanced Scorecard pada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
Konsep balanced scorecard pada dasarnya dikembangkan untuk entitas bisinis
yang bertujuan peningkatan profitabilitas perusahaan, sedangkan di lain pihak
organisasi pemerintahan merupakan organisasi yang tidak bermotif laba dan tujuan
utamanya adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi dewasa ini
banyak peneliti yang tertarik untuk mengembangkan konsep tersebut pada organisasi
pemerintahan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa balanced scorecard sangat
memungkinkan untuk diterapkan pada organisasi pemerintahan. Hal ini didukung oleh
kesesuaian karakteristik konsep balanced scorecard dengan karakteristik pengukuran
yang dibutuhkan di organisasi pemerintahan.
Penerapan balanced scorecard pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Gresik dimulai dengan analisis faktor-faktor yang
-
46
mendukung dan juga faktor-faktor yang kemungkinan menghambat penerapannya.
Setelah faktor pendukung dan penghambat tersebut dianalisis kemudian dilakukan
proses perancangan kerangka balanced scorecard Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik. Berikut ini adalah faktor-faktor
pendukung dan penghambat diterapkannya balanced scorecard.
1. Kondisi yang mendukung diterapkannya balanced scorecard.
a. Visi, misi, dan strategi yang jelas dan mudah dipahami.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
telah menetapkan visi, misi dan tujuan strategisnya dengan jelas, sebagaimana yang
tercantum pada rencana kerja (Renja) yang dimiliki. Dengan adanya visi, misi dan
strategi tersebut, maka diharapkan semua aktivitas operasional Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik akan bermuara pada
pencapaian tujuan strategisnya. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik utama
konsep balanced scorecard yaitu sebagai alat manajemen yang membantu
menterjemahkan strategi menjadi aksi dan juga merupakan pengukuran kinerja yang
berfokus pada strategi.
b. Struktur organisasi dan sistem kelembagaan.
Dalam penerapan balanced scorecard, diperlukan adanya suatu komunikasi
yang efektif untuk menyampaikan visi, misi dan strategi yang dimiliki oleh suatu
organisasi kepada seluruh individu yang ada di dalamnya. Struktur organisasi dan
sistem kelembagaan yang baik akan mendukung terjadinya komunikasi yang efektif
antar tiap individu pada tiap bagian dalam organisasi tersebut.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
-
47
telah mempunyai struktur organisasi yang jelas beserta panjabaran tugasnya. Selain
itu juga memiliki tugas pokok dan fungsi yang jelas yang diatur dengan keputusan
Bupati. Kondisi ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif di antara
seluruh individu dalam organisasi.
c. Sumber Daya Manusia.
Sumber daya manusia merupakan penggerak utama dalam organisasi. Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik didukung
oleh 126 orang aparatur dengan profil pendidikan pegawai mulai dari lulusan SD
sampai dengan sarjana S2 sebagaimana sudah terinci dalam Bab III.
Dengan banyaknya sumber daya yang mempunyai pendidikan tinggi maka
akan lebih mudah dalam mengenalkan konsep balanced scorecard. Kondisi sumber
daya manusia yang memadai ini sangat mendukung dalam penerapan balanced
scorecard khususnya dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
d. Ketersediaan data.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gresik
dalam menjalankan kinerjanya memiliki panduan berupa Rencana Kerja (Renja) yang
berisi Rencana Strategis yang akan dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Gresik yang sebelumnya masih berupa Dinas Pendapatan Daerah
telah menerapkan suatu sistem pengukuran kinerja melalui LAKIP yang disusunnya
setiap tahun. Selain LAKIP yang merupakan amanat dari Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999, Dinas Pendap