Brpn Upload

48
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bronkopneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang biasanya didahului dengan ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) bagian atas yang disertai dengan panas tinggi. ISPA sendiri adalah merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di Indonesia. Di Bagian Anak Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang ISPA menduduki urutan pertama penyebab kunjungan pasien yaitu 39,8% (1992) dan 63,6 % (1993). (1,2) Pneumonia adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumoni dibagi menjadi pneumoni lobaris, pneumoni lobularis (bronkopneumoni), dan pneumoni intersitialis (bronkiolitis).. (3) Dari seluruh etiologi pneumoni, Streptococcus pneumonia adalah merupakan etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki patogenesisnya. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut : 1

Transcript of Brpn Upload

Page 1: Brpn Upload

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bronkopneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang biasanya didahului

dengan ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) bagian atas yang disertai dengan

panas tinggi. ISPA sendiri adalah merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada anak di Indonesia. Di Bagian Anak Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang ISPA menduduki urutan pertama penyebab kunjungan pasien yaitu 39,8%

(1992) dan 63,6 % (1993).(1,2)

Pneumonia adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi, yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan

anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumoni dibagi menjadi pneumoni

lobaris, pneumoni lobularis (bronkopneumoni), dan pneumoni intersitialis

(bronkiolitis)..(3)

Dari seluruh etiologi pneumoni, Streptococcus pneumonia adalah merupakan

etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki

patogenesisnya. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

1. Komplikasi intrapulmoner: abses paru, empiema, efusi pleura, atelektasis,

pneumothoraks, bronkiektasis, dan gagal napas.

2. Komplikasi ekstrapulmoner: Cor Pulmonale Sub Acutum (CPSA), Otitis Media

Akuta (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, arthritis dan endokarditis(3).

Bronkopneumonia biasanya didahului dengan ISPA bagian atas selama

beberapa hari. Suhu anak dapat naik sangat mendadak (39oC – 40oC). Diagnosis

klinis di rumah sakit dapat ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda klinis panas

tinggi, anak gelisah, sesak napas, retraksi suprasternal, epigastrium, maupun

intercostal, kadang disertai muntah dan diare. Batuk dan pilek tidak selalu ada.(3)

Panas tinggi pada bronkopneumonia bisa disertai dengan kejang, menggigil,

sesak nafas, batuk-pilek, muntah, dan diare. Diare biasanya bersifat akut. Adapun

dari diare sendiri bisa disertai ataupun tidak disertai dangan tanda-tanda dehidrasi,

tergantung dari frekuensi, konsistensi dan usia anak.

1

Page 2: Brpn Upload

Pada anak- anak lebih muda terjadi dehidrasi, oleh sebab itu perlu penanganan yang

lebih baik dan tepat. Jika diare dengan dehidrasi baik akut maupun kronis tidak

mendapatkan penanganan yang lebih tepat maka komplikasi yang bisa terjadi

diantaranya adalah kesadaran menurun, syok, kejang, gizi buruk bahkan bisa

menyebabkan kematian .(3)

Penyebab diare bisa karena psikis, konstitusi, faktor makanan, dan infeksi

baik enteral maupun parenteral. Faktor infeksi merupakan penyakit paling sering dari

diare.

Dalam menangani masalah diare selain faktor penyebab juga perlu

diperhatikan beberapa faktor yang saling mempengaruhi dan berkaitan misalnya,

masalah lingkungan penderita, higiene sanitasi, perilaku manusia yang

memanfaatkan sarana kesehatan yang ada, status gizi, sosial ekonomi, dan budaya(10)

B. TUJUAN

Dalam penulisan laporan ini akan dibahas kasus seorang anak dengan

brokopneumoni duplex, dan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Amubiasis), yang

dirawat di bangsal Pulmonologi UPF Kesehatan Anak RSDK Semarang. Tujuan dari

penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien

dengan bronkopneumonia dupleks, Diare Akut Dedrasi Ringan Sedang (Amubiasis),

sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan dengan kepustakaan

yang ada.

C. MANFAAT

Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi

mahasiswa dan diharapkan mahasiswa dapat mendiagnosis dan mengelola pasien

dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara dini dan tepat.

2

Page 3: Brpn Upload

BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 2 bulan 17 hari

Alamat : Kuripan Rt 003 Rw 004 Kuripan, Karang Awen, Demak

Agama : Islam

Masuk RSDK : 02 juni 2004 pukul : 10.30.

No CM : 739544

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn. Parmin

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : Buruh Proyek Bangunan

Penghasilan : 350.000 perbulan

Pendidikan : SD Tamat

Nama Ibu : Ny. Susi Sunarsih

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Karyawan pabrik kosmetik

Penghasilan : 300.000 perbulan

Pendidikan : SD Tamat

B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)

Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 02 Juni 2004, pkl 14.00.

Keluhan utama : Anak panas tinggi disertai sesak nafas.

Riwayat Penyakit Sekarang :

+ 6 hari anak panas tinggi, mendadak, terus menerus, menggigil (-),

kejang (-), batuk, ngekel, berdahak, sulit dikeluarkan, sesak (-),biru-biru

(-), mual (-), muntah (-),mencret (-). Anak dibawa berobat ke bidan, diberi

obat tetapi tidak ada perubahan.

3

Page 4: Brpn Upload

+ 2 hari anak mencret, 5 kali sehari, cair, @ 2-3 sendok makan, warna

kuning, nyemprot (-), lendir (+), darah (-), ampas (+), kembung (+),mual

(-),muntah (-), panas nglemeng (+), masih batuk, sesak (-), anak rewel,

tampak kehausan, kencing tidak ada kelainan. anak dibawa berobat ke

RSDK disarankan mondok karena anak diare dengan tanda dehidrasi,

tetapi orang tua penderita menolak.

1 hari anak sesak, biru-biru (-), panas tinggi, terus menerus,,menggigil

(-), kejang (-), masih mencret, 4 kali sehari, @ 2 – 3x sendok makan,

warna kuning, cair, lendir (+), ampas (+), darah (-), kembung (+), mual &

muntah (-), anak rewel, nampak kehausan, kencing terakhir ½ jam yang

lalu, kaki dan tangan tidak dingin, anak dibawa berobat ke RSDK lagi.

Riwayat minum susu formula lactona sejak usia 1 bulan karena ibu

bekerja, 3 - 4x sehari, @3 sendok takar dalam 60 cc air hangat, diminum

sampai habis.

Cara membersihkan botol susu dicuci dengan air hangat, dilap pakai kain

serbet bersih dan dikeringkan, lalu dipakai.

Riwayat Penyakit Dahulu

Anak baru pertama kali sakit seperti ini. Penyakit lain yang pernah

diderita oleh anak yaitu : panas, batuk, dan pilek, dibawa berobat ke

bidan dan anak sembuh.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga dan tetangga tidak ada yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah penderita bekerja sebagai buruh proyek bangunan, penghasilan

perbulan 350 .000. Ibu penderita bekerja sebagai karyawan pabrik,

penghasilan perbulan 300.000. Menanggung 2 anak yang belum

mandiri

Biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga.

Menurut skor BISTOK SAING kesan Sosial Ekonomi cukup

Riwayat Pemeliharaan Prenatal

4

Page 5: Brpn Upload

Pemeriksaan kehamilan di Bidan sebanyak 5 kali, penyakit kehamilan

tidak ada. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan tablet penambah

darah dan vitamin.

Riwayat Persalinan

Lahir di Rumah, ditolong oleh bidan, dari ibu G2P2A0, 9 bulan, secara

spontan. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan 50 cm, lahir

langsung menangis.

Riwayat Postnatal

Periksa di Bidan secara teratur sebulan sekali, anak dalam keadaan sehat

Riwayat Imunisasi

BCG : 1x ( usia 0 bulan, scar (+) )

Cacar : -

DPT : -

Polio : 3, ( 0, 1, 2 bulan)

Kolera : -

Typh. P. A. : -

Hepatitis B : 2, usia ( 0, 2 bulan)

Campak : -

Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap

Riwayat Gizi

ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang, semau anak, tetapi sejak usia 2

bulan ASI hanya diberikan pada saat ibu dirumah, karena ibu penderita

harus bekerja dari pukul 07.00 – 16.00 dan sebagai penggantinya anak

diberikan minum susu formula lactona 3 - 4x sehari, @ 3 sendok takar

dalam 60 cc air hangat, diminum habis.

Kesan : Kuantitas cukup, kualitas kurang

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

PERKEMBANGAN

Senyum : 1 bulan

PERTUMBUHAN

5

Page 6: Brpn Upload

Berat badan :

Waktu lahir : 3500 gram

Usia 1 bulan : gram

Usia 2 bulan: gram

Wakru masuk RSDK ( 2 bulan 17 hari ) : 5,15 gram, dengan BB koreksi :

5,5 kg, PB sekarang = 56 cm. LK = 40 cm

Pertumbuhan : Growth Faltering

Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengikuti program KB suntik + sejak 1 bulan yang lalu

C. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 02 Juni 2004 pukul 14.30 dibangsal infeksi C1LII

RUANG Ilmu Kesehatan Anak RSDK, Semarang.

Anak laki-laki dengan umur 2 bulan 17 hari, BB 5,15 kg, PB 56 cm.

Keadaan Umum : Sadar, tampak sesak, tanda-tanda dehidrasi (+)

sianosis (-)

Tanda Vital :

Nadi : 120 X/ menit, Isi dan tegangan cukup

Frekuensi Pernapasan : 56 X/ menit

Suhu : 39 C (rektal)

Kulit :Pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)

Kepala :Mesosefal, lingkar kepala 40 cm, UUB belum

menutup

Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-), Sklera ikterik

(-), air mata (+), kelopak mata cekung (+)

Hidung : Napas cuping hidung (+)

Telinga : Sekret (-/-), nyeri tekan tragus(-/-)

Mulut :Sianosis (-), bibir kering (-)

Tenggorok : T1-1 , faring hiperemis (-)

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-) / (-)

Dada : Paru I :Simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi

epigastrial (+).

6

Page 7: Brpn Upload

Pa :Stem fremitus kanan = kiri, tidak ada bagian dada

yang tertinggal saat bernafas

Pe :Sonor seluruh lapangan paru

A : Suara Dasar: vesikuler

Suara Tambahan: hantaran (+)/ (+)

Wheezing (-) / (-)

Ronki basah halus nyaring (+)/(+)

Jantung I : Iktus kordis tak tampak

Pa :Iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial Linea

Medio Klavikularis Sinistra, tdk melebar, tdk kuat

angkat, thrill (-)

Pe :Batas jantung dalam batas normal

A :Suara jantung I-II Normal, bising (-), gallop (-),

irama reguler, aktivitas cukup, frekuensi jantung

120 x/menit.

Abdomen I : Datar, venektasi (-)

A :Bising usus (+) meningkat

Pe : tympani, pekak sisi (+)N, pekak alih (-)

Pa :hepar/ lien tak teraba, Nyeri tekan (-), defans

muskular (-), turgor kembali lambat

o . Alat Kelamin : laki-laki, dalam dalam batas normal, anus (+)

o

Anggota gerak Superior Inferior

- Akral dingin -/- -/-

- Sianosis -/- -/-

- Capillary refill < 2 “ < 2”

- Edema -/- -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah (tanggal 02 Juni 2004) pada hari pertama perawatan

Hb : 14 gr%

Ht : 36 %

7

RBH nyaring

Page 8: Brpn Upload

Eritrosit : 4,02 juta/mm3

Lekosit : 14600/mm3

Trombosit : 307.000/mm3

MCV : 86,6 femtoliter

MCH : 29,1 pikogram

MCHC : 34,4 g/dL

Kesan : - Lekositosis

Kimia klinik :

GDS : 97 mg/dl

Na : 137 mmol/L

K : 4,9 mmol/L

Cl : 104 mmol/L

Ca : 2,65mmol/L

Preparat Darah Hapus :

Sistem Erotropoitik : anisositosis (+), poikiositosis (-), burr sel (-),

target sel (-), sel krenasi (-), fragmentosit (-),

polikromasi (-), Sistem Granulopoitik :

Hipergranulasi (+), Hipersegmentasi (+),

Vakuolisasi (-).

Sistem Trombopoitik : Bentuk normal, tersebar merata, jumlah cukup.

Hitung Jenis : E0 / B0 / St2 / Sg75 / L15 / M1

Kesan : infeksi bakteri

Pemeriksaan Feses pada tanggal 02 Juni 2004 pkl 18.00

Warna : kuning

Konsistensi : cair

Amuba : (+)/ kista

Sisa-sisa pencernaan: P/K/L

Lain-lain : - Sudan III : ++

- Bakteri : ++

- Jamur : -

- Lekosit : +

8

Page 9: Brpn Upload

- Eritrosit

X Foto Thorax ( tanggal 02 Juni 2004) pada hari pertama perawatan

Cor : batas, letak, ukuran, dalam batas normal

Pulmo : - corakan bronkovaskuler meningkat

o tampak bercak kesuraman pada parahiler dan para

kardial ke-2 paru

o kedua hillus tidak melebar

o sinus costofrenikus kiri dan kanan lancip

Kesan : Jantung : tidak membesar

Paru : bronkopneumonia duplek

E. PEMERIKSAAN KHUSUS

Antopometri ( Z score)

Laki-laki, 2 bulan 17 hari, BB: 5.15 kg, PB 56 cm

BB koreksi DADRS = (7,5 % x 5,15 kg)+5,15= 5,5 kg

WAZ = = -0,5 (Normal)

HAZ = = -1,9 (Normal)

WHZ = = 1,5 ( Normal )

Kesan : Gizi baik

Antopometri menurut NHCS-WHO

= 91,6 %

= 91,6 %

= 119 % → Baik

Kesan : gizi baik

F. DIAGNOSIS BANDING

1. Bronkopneumonia Dupleks

9

Page 10: Brpn Upload

DD : - Bronkiolitis

- Spesifik

- Non spesifik

2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

DD: - Konstitusi

- Makanan

- Infeksi : # Parenteral

# Enteral

3. Gizi Baik

G. DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Bronkopneumonia Duplek

2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

3. Gizi Baik

H. DAFTAR MASALAH

No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal

1 Bronkopneumonia Duplek 2-6-04

2 Diare akut dehidrasi ringan

sedang

2-6-04

1 Gizi baik 2-6-04

2 Imunisasi dasar

belum lengkap

I. INITIAL PLAN

1. Assesment : Bronkopneumonia Duplex

DD : - Bronkiolitis

- Spesifik

- Non spesifik

Initial Plan :

10

Page 11: Brpn Upload

Diagnosa : Subyektif : -

Obyktif : LED

Terapi : Oksigen 28 % nasal 2 liter/menit

Infus DGL ½ S 980/ 40/10 tetes per menit

Injeksi Ampicillin 3x150 mg iv

Injeksi Gentamisin 2x20 mg iv

Per Oral : -. Parasetamol 3x50 mg bila panas

-. Vitamin B Komplek 3x1/2 tablet

-. Ambroxol 3x2,5 mg

Diet : ASI Ad libbitum

SGM 1 4x100 cc

Monitoring : Keadaani Umum dan Tanda Vital, Jaga jalan nafas, tanda-

tanda komplikasi CPSA

Edukasi : - Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit

yang diderita oleh pasien dan program terapi yang akan

dilaksanakan pada pasien

oMenjelaskan kepada orang tua untuk segera

memberitahukan kepada dokter atau perawat bila anak

sesak

2. Assesment : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

Initial Plan :

Diagnosa : Subyektif : -

Obyektif : Feses Rutin

Terapi :Infus DGL ½ S 980/40/10 tetes permenit

Oralit 50 cc tiap mencret

ASI Ad Libb

Monitoring : Keadaan Umum, tanda Vital dan Tanda-tanda dehidrasi

Edukasi : Menjelaskan kepada ibu penderita tentang:

11

Page 12: Brpn Upload

- Jaga higiene dan sanitasi (cuci tangan sebelum membuat susu formula

untuk anak, cara menyiapkan susu botol yang baik dan benar ).

- Memberi oralit atau larutan gula garam tiap mencret, dan cara

pemberiannya yang baik dan benar.

- Mengenali tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, gelisah, mata

cekung, air mata berkurang, bibir kering

Kebutuhan Nutrisi 24 jam

Cairan

(cc)

Kalori

(Kal)

Protein

(Gram)

Kebutuhan 24 jam

Infus DGL ½ S

Asi Add lib

Susu lactona 7x100cc

Oralit 50cc

1375

980

-

400

50

520

288

-

251,2

11

-

-

6,4

Jumlah 1430 539,2 6,4

Prosentase 104% 103% 58%

12

Page 13: Brpn Upload

13

Page 14: Brpn Upload

BAB III

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

1. BRONKOPNEUMONI DUPLEX

Pneumonia adalah merupakan suatu peradangan yang terjadi pada

parenkim paru disebelah distal bronkiolus terminalis yang bisa meliputi:

bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, alveoli dan jaringan intersitial paru.

Secara anatomi, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi pneumonia lobaris,

pneumonia segmentalis dan pneumonia lobularis. Pneumonia lobularis disebut

juga bronkopneumonia. Eksudat mukoporulen yang dihasilkan oleh peradangan

tersebut, akan menyebabkan penyumbatan pada saluran-saluran napas kecil dan

menghasilkan bercak-bercak konsolidasi pada lobulus-lobulus paru yang

berdekatan .(1,3,5)

Pada anamnesis bronkopneumonia, biasanya didahului dengan infeksi

saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Panas tinggi biasanya 39º -

40ºC, sehingga dapat terjadi kejang pada individu tersebut. Selain itu penderita

biasanya berkeringat dan menggigil. Anak sangat gelisah, sesak napas, napas

cepat dan dangkal serta napas cuping hidung, pernapasan dari mulut disertai nyeri

dada sehingga penderita memfiksir dada yang sakit. Penderita juga batuk-batuk,

kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk mula-mula kering, kemudian

menjadi produktif sebagai produk mukopurulen dari proses radang yang terjadi.

Hasil pemeriksaan fisik pada bronkopneumonia tergantung dari luas

daerah yang terkena proses inflamasi. Biasanya didapatkan batuk, napas cepat,

sesak napas, napas cuping hidung, retraksi suprasternal/ retraksi epigastrial,

takikardi, lemah, sianosis sekitar mulut dan hidung serta panas tinggi. Pada

perkusi dada sering tidak didapatkan kelainan dan pada auskultasi didapatkan

ronkhi basah halus nyaring. Bila sarang bronkopneumonianya menjadi satu,

mungkin pada perkusi terdengar keredupan, suara pernapasan terdengar mengeras,

pada auskultasi didapatkan ronkhi basah halus nyaring. Jika didapatkan tanda-

tanda sumbatan saluran napas bagian bawah berupa wheezing ekspirator dan

eksperium yang memanjang maka disebut bronkopneumonia dengan komponen

14

Page 15: Brpn Upload

asmatik. Hepar dapat terdorong kebawah atau dapat pula membesar. Bila terjadi

komplikasi gagal jantung kongestif maka didapatkan hepar membesar dengan tepi

tumpul disertai dengan frekuensi napas > 60 x/menit dan nadi 160 x/menit. (7,8)

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan elektrolit.

Pemeriksaan elektrolit perlu dilakukan untuk mengetahui gangguan keseimbangan

elektrolit, karena penderita dengan panas tinggi dan frekuensi napas yang

meningkat dapat menyebabkan evaporasi cairan berlebihan.(3)

Foto polos thoraks dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada

bronkopneumonia didapatkan kelainan radiologis paru yang dapat berupa infiltrat

lokal maupun tersebar atau juga konsolidasi lobus paru. Namun perlu ditekankan

bahwa gejala klinis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, oleh

karena ada beberapa keadaan dimana gambaran radiologis tidak selalu tampak

yaitu pada permulaan penyakit atau bila pneumonia sangat berat.(10)

Foto polos dada dapat juga menunjukkan adanya komplikasi

bronkopneumonia seperti efusi pleura, pleuritis, abses paru, pneumothoraks, ,

pericarditis dan cor pulmonale sub acutum.(1)

Pada kasus ini dari anamnesis didapatkan:

6 hari anak panas tinggi, mendadak, terus menerus, menggigil (-), kejang (-)

batuk ngekel, berdahak, sulit dikeluarkan, sesak (+), tidak biru-biru, mencret (+).

Riwayat minum susu formula lactona sejak usia 1 bulan karena ibu bekerja, 3-4x

sehari, @3 sendok takar dalam 60 cc air hangat, diminum sampai habis.

Cara membersihkan botol susu dicuci dengan air hangat dan dilap pakai kain

serbet, dikeringkan, lalu dipakai.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Anak tampak sesak (frekuensi pernapasan 56 kali per menit), suhu 39°C. Terdapat

napas cuping hidung, pada pemeriksaan thoraks ditemukan retraksi suprasternal

dan epigastrial. Pada perkusi didapatkan sonor seluruh lapangan paru, pada

auskultasi thoraks didapatkan ronkhi basah halus nyaring pada basal paru-paru

kiri dan kanan, serta suara hantaran pada kedua paru-paru.

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 02 Juni 2004, didapatkan

leukositosis (lekosit 14600/mm3), sedang pemeriksaan darah tepi didapatkan

15

Page 16: Brpn Upload

kesan gambaran infeksi bakterial. Gambaran hipergranulasi dan hipersegmentasi.

Pemeriksaan elektrolit darah dalam batas normal.

Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan corakan bronkovaskuler yang

meningkat dan bercak kesuraman pada parahiler dan parakardial kanan dan kiri,

kedua hilus tidak melebar, kedua sudut kostoprenikus lancip, dengan kesan

bronkopneumonia dupleks.

Dari data-data anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologis,

maka dalam kasus ini diagnosis bronkopneumonia dapat ditegakkan dalam hal ini

pneumonia bakterial.

Kasus ini didiagnosis banding dengan bronkiolitis. Pada bronkiolitis panas

biasanya tidak terlalu tinggi (sub febril), pada pemeriksaan fisik paru didapatkan

perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar eksperium memanjang, wheezing

dan ronkhi basah halus minimal, tetapi sesaknya sangat hebat. Pada penderita ini

tidak dijumpai gambaran yang demikian sehingga diagnosis bronkiolitis dapat

disingkirkan.

Pada kasus ini tidak didapatkan riwayat batuk lama, tidak keluar keringat

pada malam hari, tidak didapatkan berat badan yang sulit naik, serta tidak ada

riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis paru orang dewasa.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumonia adalah sebagai berikut (1,5,7)

1. Komplikasi intra pulmoner yaitu abses, paru, empiema, efusi pleura,

atelektasis, pneumothoraks, bronkiektasis, dan gagal napas.

2. Komplikasi ekstra pulmoner yaitu corpulmonale sub akuntum (CPSA), otitis

media akut (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, peritonitis, artritis

dan endocarditis.

Komplikasi yang berat dan paling sering dijumpai adalah gagal napas dan CPSA.

Secara klinis gagal napas ditandai dengan sianosis, frekuensi napas > 60 x/menit

dan napas tidak adekuat. Sedangkan diagnosis secara laboratoris didapatkan dari

hasil pemeriksaan analisa gas darah . (8)

CPSA adalah kelainan jantung akibat dari berbagai hal yang pada

prinsipnya disebabkan oleh meningkatnya tahanan vaskuler paru. Dinyatakan juga

16

Page 17: Brpn Upload

sebagai hipertrofi ventrikel kanan dengan atau tanpa kegagalan jantung kanan

yang sering terjadi akibat kelainan primer paru. Diagnosis CPSA ditegakkan

dengan adanya peningkatan frekuensi napas > 60 x/menit, denyut jantung > 160

x/menit disertai hepatomegali dengan tepi tumpul.(5,9)

Para penderita ini tidak didapatkan komplikasi baik intra maupun

ekstrapulmoner. Hal ini bisa dilihat dari pemeriksaan fisik yaitu tidak didapatkan

keadaan yang mengarah pada suatu komplikasi dari bronkopneumonia seperti

sianosis, frekuensi napas lebih dari 60 kali/menit, denyut jantung lebih dari 160

kali per menit maupun hepatomegali.

II. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG (Amubiasis)

Diare adalah suatu perubahan abnormal dengan perubahan frekuensi (>3x

per hari), perubahan konsistensi dari mulai lembek sampai cair. Diare bisa

disertai dengan ataupun tanpa dengan tanda-tanda dehidrasi. Gambaran klinis dari

diare yang disertai dengan tanda-tanda dehidrasi adalah mulai dari perubahan

keadaan umum, dimana penderita tampak letargi, somnolen, bahkan bisa syok

atau koma jika dengan dehidrasi berat (9,10) Gejala umum dehidrasi adalah lemas,

mata cekung, mulut dan lidah kering, tampak kehausan, sesak nafas, turgor kulit

kembali lambat.

Klasifikasi diare bisa dibedakan menurut waktu, etiologi dan mekanisme.

Diare menurut waktu terdiri dari diare akut (DATTD, DADRS, DADB), dan

diare kronis. Sedangkan diare menurut etiologi terdiri dari diare oleh karena

konstitusi, makanan, infeksi parenteral dan enteral, serta psikis. Penyebab

terbanyak dari diare saat ini adalah virus (rotavirus). Dan diare menurut

mekanismenya terdiri dari diere sekretorik, osmotik, dan invasif(9)

Diare paling sering terjadi pada anak-anak usia 6-11 bulan, hal ini

dikarenakan pada usia 6-11 bulan terjadi perubahan pola pemberian makanan

disamping pemberian ASI eksklusif.(9)

Adapun faktor predisposisi terjadinya diare adalah gizi kurang, kekebalan

tubuh yang menurun, faktor usia, faktor susunan makanan (kualitas dan

kuantitas), serta faktor infeksi (9,10) Infeksi oleh karena amuba juga bisa terjadi,

17

Page 18: Brpn Upload

dimana manifestasi klinisnya adalah diare lembek-cair, lendir dan darah (+),

kembung, bisa terjadi kolik abdomen, ataupun demam, mual & muntah,

Pada kasus ini didapatkan adanya diare akut dengan dehidrasi ringan

sedang (amubiasis). Hal ini bisa dilihat dari anamnesis yaitu ditandai dengan

adanya diare >3 kali, cair, lendir (+), ampas (+), kembung(+), disertai panas, hasil

pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum anak tampak rewel, tampak kehausan,

turgor kulit kembali lambat, mata cekung, bising usus (+) meningkat. Pada

pemeriksaan feses didapatkan feses cair, kista (+) amuba, bakteri (+), lekosit (+)

III. GIZI BAIK

Status gizi seseorang pada dasarnya merupakan keadaan kesehatan orang tersebut

sebagai refleksi konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh. Penilaian status

gizi dilakukan dengan cara:

a. Anamnesis dengan menilai kualitas dan kuantitas makanan

b. Klinis dengan melihat tanda-tanda kurang gizi misalnya muscle wasting

c. Penilaian antropometri dengan parameter baku WHO NCHS, Z score.

d. Pemeriksaan laboratorium dengan mengukur kadar Hb, jumlah protein dan

kolesterol.

Anamnesis pola makan penderita menunjukkan kualitas kurang dan kuantitas

cukup namun demikian secara klinis tidak didapatkan tanda kurang gizi maupun

gizi lebih. Pada hasil laboratorium tidak didapatkan anemia. Berdasarkan hasil

perhitungan antropometri NCHS-WHO dan Z score penderita memenuhi kriteria

gizi baik, akan tetapi pada daftar KMS didapatkan pertumbuhan Growth faltering.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya intake ASI yang kurang selama ibu

bekerja dan kualitas pemberian susu formula yang kurang, sehingga perlu

dihimbau kepada ibu penderita dalam hal pemberian ASI saat ibu bekerja

18

Page 19: Brpn Upload

B. PENGELOLAAN

Prinsip pengelolaan meliputi aspek keperawatan, aspek medikamentosa,

dan aspek dietetik.

Pada kasus ini penanganan yang dilakukan pertama kali adalah untuk

tanda-tanda distress respirasinya, tanda-tanda dehidrasi, kemudian

bronkopneumonia dupleks. Dengan teratasinya Bronkopneumonia dupleks dan

diare akut dengan tanda dehidrasi (amubiasis), maka diharapkan kondisi umum

pasien akan semakin membaik.

1. Aspek Keperawatan

- Penderita ini harus dirawat inap di rumah sakit karena

menunjukkan tanda-tanda distress respirasi yaitu napas cuping

hidung dan retraksi otot-otot suprasternal dan epigastrial saat

inspirasi.

- Pada pasien yang mengalami distress respirasi, jalan napas harus

dibersihkan, dan diberikan oksigen 28% nasal sampai tidak terjadi

sesak nafas dengan frekuensi pernapasan tidak lebih dari 50x/menit

serta pengisapan lendir secara teratur.

- Pada pasien yang mengalami dehidrasi harus segera dilakukan

rehidrasi agar tidak terjadi penyulit yang lebih lanjut. Pasien diberi

infus DGL ½ S 980/40/10 tetes permenit serta diberikan oralit 50

cc tiap kali mencret.

- Kompres bila anak panas

2. Aspek Medikamentosa

Prinsip pengobatan bronkopneumonia disesuaikan dengan

penyebabnya. Oleh karena itu pengobatan antibiotika disesuaikan

dengan hasil kultur darah dan tes kepekaan. Namun mengingat hal

tersebut memerlukan waktu lama, maka pengobatan antibiotika dalam

praktek dilakukan berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan

dugaan penyebab sebagai terapi empiris. Sebelum diketahui kuman

penyebab berdasarkan hasil kultur, biasanya diberikan antibiotika

19

Page 20: Brpn Upload

berspektrum luas yang meliputi antibiotika untuk kuman gram (+) dan

gram (-).

Penyebab bronkopneumonia tersering pada anak usia kurang

dari 3 bulan ( termasuk neonatus ) biasanya penyebab tersering

adalah kuman gram positif (streptokokus beta hemolitikus ) atau gram

negatif ( E. Coli, Pseudomonas, Klebsiela ).

Antibiotika yang efektif untuk kuman tersebut adalah ampisilin 50 –

100 mg/kgBB/hari dan Gentamisin 5 - 7 mg/kgBB/hari. Lama

pengobatan umumnya 7 – 10 hari( minimal 4 – 5 hari bebas panas)

Pada penderita ini diberikan injeksi ampisilin 3 x 150 mg IV

dan injeksi Gentamisin 2 x 50 mg IV, sebelum pemberian dilakukan

test alergi dulu pada kulit penderita. Ternyata kondisi penderita

membaik, dan pada hari ke 4 , antibiotika diteruskan sampai hari ke-

7, pada saat penderita pulang tetap diberikan obat: Cefadroxil 2x125

mg, Vit BC 3x ½ tab, Ambroxol 3x2,5 mg

Disamping antibiotika diberikan juga penurun panas dan roboransia,

untuk mengatasi batuk, maka pasien ini diberikan ambroksol 3x2,5

mg, yang obat ini bersifat mukolitik.

3. Aspek Dietetik

Dietetik diberikan sesuai dengan keadaan penderita.Penderita

anak perempuan umur 2 bulan 17 hari dengan berat badan 5150gram

dan suhu 39 C diberikan sesuai dengan kebutuhannya yaitu 10 kg I

diberikan 100 kal/KgBB/hari, dan protein 2-4g/KgBB/hari. Kebutuhan

cairan penderita dengan bronkopneumoni, perlu memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

- Dengan DADRS terjadi penurunan berat badan 6-9%

- Panas yang ditandai kenaikan suhu lebih dari 37 C, memerlukan

koreksi 12,5 % setiap kenaikan suhu 1 C.

- Insensible waterloss yang meningkat akibat hiperventilasi sehingga

kebutuhan cairan meningkat 10 %.

20

Page 21: Brpn Upload

- Bahaya komplikasi CPSA yang dapat dicetuskan atau diperberat

pada keadaan over hidrasi (pemberian cairan yang berlebihan)

sehingga kebutuhan cairan perlu dikurangi 10-25 %

- Dengan DADRS perlu dikoreksi kebutuhan cairan 200cc/kgBB

Perhitungan kebutuhan nutrisi 24 jam adalah sebagai berikut :

BB = 5,15 kg t = 39°C

Koreksi I (7,5% x 5,15)+5,15 kg = 5,5 kg

Koreksi II 200ccx5,5 kg = 1100cc

Koreksi III(0,25%x1100cc)+1100cc = 1375cc

Tabel Angka Kecukupan

Hari ke 1

Cairan

(cc)

Kalori

(Kal)

Protein

(Gram)

Kebutuhan 24 jam

Infus DGL ½ S

Asi Add lib

Susu SGM1 4x100cc

1375

980

-

400

520

288

251,2

11

-

6,4

Jumlah 1430 539,2 6,4

Prosentase 104% 103% 58%

HARI KE 2 - 7

Kebutuhan nutrisi tanpa ada koreksi 5,15 x 100 cc= 510 cc

Cairan

(cc)

Kalori

(kal)

Protein

(gram)

Kebutuhan 24 jam

Infus DGL ½ S

ASI Add Lib

Susu SGM1 4x50cc

510

480

-

200

510

288

-

125,6

11

-

-

3,2

21

Page 22: Brpn Upload

Jumlah 680 413,8 3,2

Prosentase 130% 79% 29%

C. PROGNOSIS

Prognosis penderita bronkopneumonia secara umum tergantung dari ada

tidaknya komplikasi selain faktor usia, status gizi, kecepatan dan ketepatan

pengobatan yang diberikan. Dengan pemberian antibiotika yang tepat secara dini

dan pemberian diet yang tepat mortalitas penyakit dapat diturunkan.

Prognosis penderita ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah ad bonam

karena tidak terdapat komplikasi yang berat dan keadaan penderita membaik

selama perawatan, prognosis terhadap kesembuhan (quo ad sanam) adalah ad

bonam. Prognosis terhadap fungsi paru (quo ad fungsionam) juga baik karena

dapat diharapkan kesembuhan jaringan yang sempurna.

D. SARAN

Saran yang diberikan kepada orang tua sewaktu anak akan pulang adalah :

1. Anjuran agar orang tua memberikan obat secara teratur sesuai ketentuan dan

membawa anak kontrol ke poliklinik penyakit paru RSDK (poli 151) dan

melakukan fisiotherapi 3 hari kemudian untuk memantau kesembuhan dan

menuntaskan pengobatan.

2. Menganjurkan agar segera memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat

bila timbul keluhan kesehatan dan obat yang diberikan agar diminum secara

teratur sesuai ketentuan.

3. Memberitahukan cara pemberian ASI yang benar dan diberikan setiap 2-3 jam

sekali, apabila ibu bekerja sebaiknya disediakan ASI yang sudah diperas

sebelum berangkat kerja atau dengan cara pemberian susu formula apabila hal

ini tidak dapat dilakukan.

4. Memberitahukan cara pembuatan susu formula yang benar dimana ukuran 1

sendok takar 30 cc air hangat

22

Page 23: Brpn Upload

5. Memberitahukan cara pencucian botol susu yang benar, dimana botol susu

harus direndam dulu dengan air panas, hal ini bertujuan untuk mematikan

bakteri

6 Menganjurkan agar membawa anak ke posyandu / puskesmas setiap bulan

secara teratur agar dapat memantau kesehatan, pertumbuhan dan

perkembangan anak.

7. Melengkapi Imunisasi yang kurang sesuai umur.

9. Anak sebaiknya jangan dibiasakan tiduran dilantai yang kotor dan lembab

10. Menjaga kebersihan rumah

23

Page 24: Brpn Upload

BAB IV

RINGKASAN

Dilaporkan kasus seorang anak perempuan, usia 2 bulan 17 hari BB

5150 gram. PB 56 cm, dirawat di Bangsal C1L2 RSDK dengan diagnosa

Bronkopneumonia Duplex dan Amubiasis. Bronkopneumonia ditandai dengan

adanya panas tinggi, sesak nafas, nafas cuping hidung, retraksi suprasternal dan

epigastrial, didapatkan ronkhi basah halus nyaring dan suara hantaran pada kedua

paru. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan hipergranulasi, hipersegmentasi,

dan hitung jenis bergeser kekiri. kesan infeksi bakteri(+), radiologis didapatkan

corakan bronkovaskular meningkat, bercak kesuraman pada parahiler dan

parakardial dan memberikan kesan bronkopneumonia duplex

Amubiasis dengan dehidrasi ringan sedang ditegakkan berdasarkan

adanya pola perubahan defekasi, dimana anak berak lebih dari 3 hari, konsistensi

cair, tidak nyemprot, ampas (+), lendir (+), darah (-), warna kuning, perut

kembung, tidak disertai mual dan muntah, panas (+), Pada pemeriksaan fisik

didapatkan keadaan umum anak tampak lemas, anak rewel, tampak kehausan,

kelopak mata cekung, turgor kembali lambat, Bising usus (+) meningkat. Pada

pemeriksaan laboratorium feses didapatkan hasil: amuba (+) kista, lekosit(+),

bakteri(+).

Dengan penanganan yang baik akhirnya keadaan penderita dinyatakan

membaik tanpa komplikasi. Penderita diperbolehkan pulang setelah perawatan

7hari dan dianjurkan untuk minum obat secara teratur dan kontrol ke poliklinik

RSDK 3 hari kemudian untuk menuntaskan pengobatan dan memantau

kesembuhannya.

Dengan melihat perjalanan penyakit dan kondisi penderita sebelum

pulang, prognosis penderita adalah baik.

24

Page 25: Brpn Upload

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidhartani ZM. Epidemiology community Acquired Pneumonia. Dalam :

Simposium Respiralogi Anak Masa Kini. Bandung 11 – 12 Desember 1998.

2. Sidhartani ZM. Pneumonia pada Anak. Dalam : Peranan dan penatalaksanaan pada

infeksi saluran napas. Semarang : Hoechst Mosion Rusel, 1998, 1-8.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.

Jakarta,1991: 1228-39.

4. Starke JR. Tuberkulosis. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15thed. WB Saunders

Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:1028-43.

5. Prober CG. Pneumonia. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15th ed. WB Saunders

Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:883-9

6. Stern RC. Atelektasis. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15th ed. WB Saunders

Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:1500-2

7. Hadddad GG, Fontan JP. Kegagalan Pernafasan. Dalam:Nelson Texbook of

Pediatrics 15th ed. WB Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania.1996:1444-6

8. Hoffbrand AV, Pettit JE. Kapita Selekta Hematologi. Ed 2. Terjemahan Darmawan

Iyan. Jakarta : EGC, 1992 : 28 – 44.

9. Sudigbya I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Diponegoro. 191; 1- 63

10. Direktur Jendral PPM & PLP. Buku Ajar Diare, Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. 1990; 1- 25

11. Purwosudarmo S. Infeksi tropik & non tropis, Amubiasis. FK UI, Jakarta, 1999:

103-9

12. Sudigbya I, et al. Diare Akut dalam Pedoman Pelayanan Medik Anak RSDK/

FK UNDIP, Semarang; Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989

191 – 202

25

Page 26: Brpn Upload

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN BRONKOPNEUMONI DUPLEX ,

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG (AMUBIASIS) DAN GIZI BAIK

Diajukan guna melengkapi kepaniteraan senior

di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

Sri Indah Rahman

G6A 098 168

Pembimbing : Dr. Marini S. Dewi

Penguji : Dr. J.C. Susanto Sp.AK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2004

Page 27: Brpn Upload

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA : Sri Indah Rahman

NIM : G6A 098 168

JUDUL : SEORANG ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DUPLEX

DAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

(AMUBIASIS) DENGAN GIZI BAIK

PENGUJI : dr. J.C. Susanto SpA(K)

PEMBIMBING : dr. Marini S. Dewi

DIAJUKAN : 3 Juli 2004

PENGUJI

( dr.J.C. Susanto, SpAK)

PEMBIMBING

( dr.Marini S.Dewi)

ii

Page 28: Brpn Upload

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini.

Laporan kasus ini kami susun untuk memenuhi syarat menempuh ujian

Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro, Semarang.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. J.C. Susanto, SpA(K) sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan waktu.

2. Dr. Marini S. Dewi, sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan-

masukan, serta bimbingan dalam menyelesaikan kasus besar ini.

3. Ma, Pa, Mas totok, de Lucky atas dukungan dan doa yang tiada henti

4. Dr. Nofario, atas dukungan, perhatian, doa, cinta & kasih sayangnya selama ini

5. Kru V 18, atas semua bantuannya

6. Teman-teman co-ass (Dipto, davees) yang senasib dan sepenanggungan, telah

memberikan bantuan baik material maupun spiritual kepada kami dalam menyusun

laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, maka

kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Kami sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, Juli 2004

Penulis

iii

Page 29: Brpn Upload

DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................................. i

Halaman pengesahan......................................................................................................... ii

Kata Pengantar ………………………………………………………………… ........... iii

Daftar isi............................................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar belakang................................................................................................. 1

B. Tujuan............................................................................................................. 3

C. Manfaat........................................................................................................... 3

II. LAPORAN KASUS............................................................................................... 4

A. Identitas........................................................................................................... 4

B. Data Dasar....................................................................................................... 5

1. Anamnesis................................................................................................ 5

2. Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 7

3. Pemeriksaan Laboratorium...................................................................... 9

4. Pemeriksaan Khusus................................................................................ 10

C. Diagnosis Banding.......................................................................................... 11

D. Diagnosis Sementara....................................................................................... 11

E. Daftar Masalah………………………………………………………………

F. Initial Plan....................................................................................................... 11

G. Tabel Perjalanan Penyakit.............................................................................. 12

H. Bagan Masalah................................................................................................ 13

I. Hasil Kunjungan Rumah................................................................................. 24

III. PEMBAHASAN ................................................................................................... 26

A. Diagnosis......................................................................................................... 26

1. Bronkopneumonia Dupleks...................................................................... 26

2. Diare Akut Dehidrasi ringan Sedang (amubiasis).................................... 31

3. Gizi Baik................................................................................................... 32

B. Pengelolaan..................................................................................................... 32

C. Prognosis......................................................................................................... 35

iv

Page 30: Brpn Upload

D. Saran................................................................................................................ 36

IV. Ringkasan............................................................................................................... 37

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 39

v