BROSUR HPS 2014

2
Pengantar Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dimulai sejak Food and Agriculture Organizaon (FAO) menetapkan World Food Day melalui Resolusi PBB No.1/1979, yang merupakan ndak lanjut dari kese pakatan FAO Conference ke 20 Nopember 1979 di Roma, Italia. FAO Conference ini dihadiri oleh 147 negara anggota FAO. Sejak saat itu disepaka bahwa mulai tahun 1981, seluruh negara anggota FAO termasuk Indonesia, memperinga HPS secara Nasional pada seap tanggal 16 Oktober, bertepatan dengan hari terbentuknya FAO. Gereja Katolik sebagai bagian dari masyarakat Indonesia juga mengambil peran akf dalam membangun HPS sebagai gerakan moral. Tema gerakan HPS Gereja Katolik Tahun 2013 – 2015 adalah “Mencintai dan Merawat Bumi untuk Pangan Sehat Bagi Semua”. Tema gerakan HPS Tahun 2013 “Mencintai dan Merawat Bumi”. Mencintai dan merawat bumi menjadi ungkapan dan perwujudan syukur manusia atas kehidupan yang telah disediakan Allah bagi hidup manusia (bdk. Kej 2, 1517). Bumi 2. Gerakan Konsumen Cerdas Gerakan konsumen cerdas diawali dari kesadar an akan hak dan kewajiban konsumen untuk me milih dan mendapatkan bahan pangan sampai ngkat rumah tangga dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga aman dikonsumsi dan bergizi seimbang, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat dan makanan beragam dan gizi seimbang, mengembangkan dan memanfaatkan ragam pangan lokal. Keluarga: Lumbung Pangan Sehat Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi seap manusia, karena di dalamnya terdapat zat gizi yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk kepenngan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Agar dapat hidup sehat, akf dan produkf, seap orang memerlukan zat gizi dalam jumlah yang cukup dan dak berlebihan namun juga dak kekurangan. Untuk itu diperlukan komposisi makanan yang sesuai dengan komposisi beragam, bergizi dan berimbang serta aman. Makanan yang bergizi dalam hubungannya de ngan kesehatan adalah makanan yang mengandung enam zat gizi yaitu air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan makanan harus be ragam, karena seap jenis bahan pangan dak me miliki semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga perlu penganekaragaman pangan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi. Di samping itu, keragaman konsumsi pangan, juga berguna untuk mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan. Keluarga mempunyai fungsi dan peran sentral dalam mengelola dan mengolah pangan yang beragam, bergizi, dan berimbang serta aman. Ke luarga menjadi komunitas awal untuk menciptakan dan membangun kebiasaan pangan sehat yang berbasiskan pada keanekaragaman sumber pa ngan lokal dan menghilangkan kebiasaan untuk me nyajikan pangan instan dan siap saji. Pangan yang sehat, berkualitas dan aman dapat disajikan dari dapur rumah tangga. Penutup Ritme kehidupan sering menuntut segala sesuatu serba cepat. Waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja. Sebagai jalan pintas, untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan ga sampai lima menit. Siang hari pulang sekolah, ibu dan bapak masih bekerja di kantor. Anakanak kembali menikma makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan, makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anakanak usia sekolah. Hal ini menjadi tantangan sekarang dan ke depan bagi gerakan HPS Gereja Katolik dalam membangun tata kelola dan tata olah pangan sehat yang berbasiskan ragam pangan lokal sebagai sumber pangan sehat keluarga. Jakarta, 11 Maret 2014

description

Hari Pangan Sedunia

Transcript of BROSUR HPS 2014

Page 1: BROSUR HPS 2014

PengantarPeringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dimulai

sejak Food and Agriculture Organization (FAO) menetapkan World Food Day melalui Resolusi PBB No.1/1979, yang merupakan tindak lanjut dari kese­pakatan FAO Conference ke 20 Nopember 1979 di Roma, Italia. FAO Conference ini dihadiri oleh 147 negara anggota FAO. Sejak saat itu disepakati bahwa mulai tahun 1981, seluruh negara anggota FAO termasuk Indonesia, memperingati HPS secara Nasional pada setiap tanggal 16 Oktober, bertepatan dengan hari terbentuknya FAO. Gereja Katolik sebagai bagian dari masyarakat Indonesia juga mengambil peran aktif dalam membangun HPS sebagai gerakan moral.

Tema gerakan HPS Gereja Katolik Tahun 2013 – 2015 adalah “Mencintai dan Merawat Bumi untuk Pangan Sehat Bagi Semua”. Tema gerakan HPS Tahun 2013 “Mencintai dan Merawat Bumi”. Mencintai dan merawat bumi menjadi ungkapan dan perwujudan syukur manusia atas kehidupan yang telah disediakan Allah bagi hidup manusia (bdk. Kej 2, 15­17). Bumi

2. Gerakan Konsumen CerdasGerakan konsumen cerdas diawali dari kesadar­an akan hak dan kewajiban konsumen untuk me­milih dan mendapatkan bahan pangan sampai tingkat rumah tangga dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga aman dikonsumsi dan bergizi seimbang, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat dan makanan beragam dan gizi seimbang, mengembangkan dan memanfaatkan ragam pangan lokal.

Keluarga: Lumbung Pangan SehatMakanan merupakan kebutuhan pokok bagi

setiap manusia, karena di dalamnya terdapat zat gizi yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Agar dapat hidup sehat, aktif dan produktif, setiap orang memerlukan zat gizi dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Untuk itu diperlukan komposisi makanan yang sesuai dengan komposisi beragam, bergizi dan berimbang serta aman.

Makanan yang bergizi dalam hubungannya de­ngan kesehatan adalah makanan yang mengandung enam zat gizi yaitu air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan makanan harus be­ragam, karena setiap jenis bahan pangan tidak me­miliki semua zat gizi yang diperlukan oleh tu buh, sehingga perlu penganekaragaman pangan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi. Di samping itu, keragaman konsumsi pangan, juga berguna untuk mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan.

Keluarga mempunyai fungsi dan peran sentral dalam mengelola dan mengolah pangan yang

beragam, bergizi, dan berimbang serta aman. Ke­luarga menjadi komunitas awal untuk menciptakan dan membangun kebiasaan pangan sehat yang berbasiskan pada keanekaragaman sumber pa­ngan lokal dan menghilangkan kebiasaan untuk me­nyajikan pangan instan dan siap saji. Pangan yang sehat, berkualitas dan aman dapat disajikan dari dapur rumah tangga.

PenutupRitme kehidupan sering menuntut segala

sesuatu serba cepat. Waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja. Sebagai jalan pintas, untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan tiga sampai lima menit. Siang hari pulang sekolah, ibu dan bapak masih bekerja di kantor. Anak­anak kembali menikmati makanan siap saji ini. Selain mudah disajikan, makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak­anak usia sekolah. Hal ini menjadi tantangan sekarang dan ke depan bagi gerakan HPS Gereja Katolik dalam membangun tata kelola dan tata olah pangan sehat yang berbasiskan ragam pangan lokal sebagai sumber pangan sehat keluarga.

Jakarta, 11 Maret 2014

Page 2: BROSUR HPS 2014

sebagai ‘rahim kehidupan’ akan memberikan hidup kepada manusia kalau manusia menghidupi nilai keadilan dan cinta kasih kepada bumi.

Semua manusia tanpa kecuali, berhak menik­mati dan mendapatkan sumber penghidupan dari rahim bumi, terlebih bahan pangan yang menjadi kebutuhan dasar hidup manusia. Dengan demikian, manusia menanggapi Kabar Baik dalam penghayatan hidup bersama yang sedang mengumuli persoalan lingkungan dan pangan. Oleh karena itu, sejalan dan melanjutkan gerakan HPS 2013, gerakan HPS Tahun 2014 mengambil tema“Pangan Sehat Keluarga Sehat” yang akan berlanjut pada gerakan HPS Tahun 2015 “Bumi sebagai Rahim Pangan Milik Bersama”, karena “Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga harta–benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cinta kasih” (Gaudium et Spes art. 69)

Sorotan Utama Gerakan HPS 2014HPS sebagai gerakan moral keutuhan ciptaan

mempunyai dimensi religius dan dimensi sosial. Kemurahan hati dan solidaritas Allah pada hidup manusia yang ditampakkan dan diwujudkan dalam diri Yesus Kristus yang menjadi “Pangan yang di­Korban-kan” bagi penebusan manusia (dimensi religius), mengarahkan hidup manusia untuk terlibat dalam tata kelola pangan dan kehidupan yang berkecukupan dan berkeadilan (dimensi sosial), sehingga semua orang mendapat pangan yang cukup dan berkelanjutan (bdk. Evangelii Gaudium art. 191). Solidaritas dan Pengorbanan menjadi substansi dari gerakan HPS Gereja Katolik.

Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat di berbagai bidang, termasuk dalam bidang pangan. Kemajuan teknologi ini mem­bawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata juga cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya. Zat aditif adalah bahan kimia sintetis yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa, memberi daya tarik dan memantapkan kesegaran produk tersebut (bdk. Gaudium et Spes art. 5). Injil Yohanes menggambarkan Yesus adalah roti hidup, pangan yang dikurbankan untuk membawa keselamatan, “Akulah roti hidup; barangsiapa da­tang kepada­Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada­Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh 6:35). “Akulah roti hidup” berarti bahwa di dalam Kristus, orang beriman bertanggung jawab untuk mengelola pangan dan kehidupan yang membawa pada keselamatan, tidak menghancurkan dan merusak tubuh.

Ancaman potensial bagi kesehatan manusia dari residu zat aditif yang dicampurkan dalam bahan pangan dapat bersifat racun terhadap organ­organ tubuh. Mikroba dalam bahan pangan dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran

pencernaan, dan dapat menurunkan daya kekebalan tubuh. Pada bahan pangan segar hasil pertanian, seringkali ditemukan indikasi sistem budidaya yang sangat tidak aman bagi konsumen, yaitu dengan diaplikasikannya berbagai pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan, yang meninggalkan residu pada hasil pertanian (bdk. Dewan Kepausan “Cor Unum” (1996); Kelaparan Sedunia, Tantangan Bagi Semua, Pengembangan Dalam Solidaritas, Art. 30). Belum lagi di tingkat pengolahan pasca panen, beberapa di antaranya sering menambahkan bahan kimia berbahaya, supaya bahan makanan hasil produksi pertanian ini kelihatan lebih bagus dan lebih segar untuk dipasarkan, walaupun justru cenderung tidak lebih sehat.

Bila umat manusia dewasa ini berhasil mema­dukan kemampuan ilmiah baru dengan dimensi etis yang kuat, tentulah mampu memajukan lingkungan sebagai kediaman dan sumber daya bagi manusia dan bagi bagi semua orang, dan akan mempu menghapus penyebab pencemaran dan menjamin kondisis memadai higiene dan kesehatan. Dengan demikian, teknologi yang mencemarkan dapat juga membersihkan, produksi yang menimbun dapat juga membagi dengan adil (Yohanes Paulus II (1997); Amanat Kepada Konferensi Tentang Lingkungan Hidup dan Kesehatan).

Untuk menanggapi situasi dan kondisi tawaran pangan dan bahan pangan tersebut di atas, gerakan HPS Gereja Katolik Tahun 2014 “Pangan Sehat – Keluarga Sehat” diarahkan pada gerakan keanekaragaman pangan lokal sebagai sumber pangan sehat bagi keluarga dan gerakan konsumen cerdas.

1. Ragam Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Sehat KeluargaIndonesia kaya akan berbagai sumber daya alam sebagai sumber pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi, misalnya sumber karbohidrat seperti: sagu (Papua dan Maluku), umbi­umbian (Papua dan Jawa), gebang, sorgum, jelai, jagung lokal (NTT), sukun dan lainnya. Pengelolaan dan pengolahan sumber pangan lokal ini bisa menjadi sumber pangan sehat bagi keluarga.