Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional...

4
Forests and Climate Change Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 631/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996 dengan luas ± 1.360.500 Ha, merupakan satu-satunya dari 50 taman nasional di Indonesia yang secara khusus ditetapkan oleh pemerintah sebagai taman nasional yang pengelolaannya dilakukan secara kolaboratif melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1211/Kts-II/2002. Saat ini pengelolaan kolaboratif TNKM telah berjalan baik tidak hanya dari sisi konsep maupun aturan, tapi juga sudah ada di dalam proses terimplementasi di lapangan. Dengan kondisi kawasan yang masih relatif utuh dan memiliki nilai kekayaan keaneragaman yang tinggi, serta hampir tidak adanya laporan terjadnya illegal looging, sehingga dalam konteks ini, kesinambungan dana untuk jalannya pengelolaan kolaborasi sangat diperlukan. Oleh karena itu, rencana bisnis strategis dikembangkan untuk Taman Nasional Kayan Mentarang pada tahun 2009, disiapkan sebagai dokumen untuk penggalangan dana (fund raising) guna mendukung operasionalisasi pengelolaan kolaboratif yang telah disepakati para pihak. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program FORCLIME-GTZ, kerjasama Indonesia-Jerman, komponen 3, sub-komponen Taman Nasional Kayan Mentarang, yang diimplementasikan oleh WWF Indonesia. pengelolaan TNKM yang dirujuk dari Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang 25 tahun (2002 – 2027) dan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah 5 tahun (2007-2011) yang dikonversi ke dalam rencana pembiayaan pengelolaan dalam periode waktu tertentu, serta mengatasi kesenjangan pembiayaan (financial gap) melalui berbagai kegiatan yang memungkinkan dan relevan dengan kaidah pengelolaan kawasan konservasi. Sehingga kesinambungan dukungan dana dapat berkelanjutan demi berjalannya pengelolaan kolaborasi yang ideal. Tujuan Bisnis TNKM Rencana Bisnis yang direncanakan di TNKM bertujuan untuk memperoleh pembiayaan pengelolaan berdasarkan fungsi dan manfaat taman nasional bagi lingkungan lokal, regional dan global dengan cara membangun kelembagaan yang kredibel dan akuntabel yang mampu memanfaatkan potensi-potensi pendanaan konservasi. Kawasan Strategis TNKM Letak strategis Taman Nasional Kayan Mentarang yang berada di tengah pulau Borneo, menjadikan kawasan taman nasional ini sebagai unsur pemersatu visi tiga negara (Indonesia, Malaysia dan Brunei) dalam konservasi keanekaragaman hayati dalam sebuah program multinasional “Heart of Borneo”. Program ini menjadikan posisi Taman Nasional Kayan Mentarang semakin penting, bukan hanya pada skala nasional, tetapi juga internasional. Implikasinya, perhatian berbagai lembaga internasional maupun individual juga semakin besar Menyadari semakin besarnya peluang dan tantangan dalam pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) dengan berbagai kendala yang dihadapi, maka penting sekali dikembangkan perencanaan pembiayaan yang dituangkan dalam rencana bisnis (bisnis plan). Dokumen Rencana Bisnis TNKM yang telah ditulis pada tahun 2009, pada hakekatnya berisi uraian tentang kegiatan Gambar 1. Potensi alam di salah satu kawasan TNKM

Transcript of Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional...

Page 1: Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutanforclime.org/documents/publications/forclime/Kayan_Mentarang/Bri… · Forests and Climate Change Briefing Paper No. 9:

Forests and Climate Change

Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutan

Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 631/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996 dengan luas ± 1.360.500 Ha, merupakan satu-satunya dari 50 taman nasional di Indonesia yang secara khusus ditetapkan oleh pemerintah sebagai taman nasional yang pengelolaannya dilakukan secara kolaboratif melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1211/Kts-II/2002. Saat ini pengelolaan kolaboratif TNKM telah berjalan baik tidak hanya dari sisi konsep maupun aturan, tapi juga sudah ada di dalam proses terimplementasi di lapangan. Dengan kondisi kawasan yang masih relatif utuh dan memiliki nilai kekayaan keaneragaman yang tinggi, serta hampir tidak adanya laporan terjadnya illegal looging, sehingga dalam konteks ini, kesinambungan dana untuk jalannya pengelolaan kolaborasi sangat diperlukan. Oleh karena itu, rencana bisnis strategis dikembangkan untuk Taman Nasional Kayan Mentarang pada tahun 2009, disiapkan sebagai dokumen untuk penggalangan dana (fund raising) guna mendukung operasionalisasi pengelolaan kolaboratif yang telah disepakati para pihak. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program FORCLIME-GTZ, kerjasama Indonesia-Jerman, komponen 3, sub-komponen Taman Nasional Kayan Mentarang, yang diimplementasikan oleh WWF Indonesia.

pengelolaan TNKM yang dirujuk dari Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang 25 tahun (2002 – 2027) dan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah 5 tahun (2007-2011) yang dikonversi ke dalam rencana pembiayaan pengelolaan dalam periode waktu tertentu, serta mengatasi kesenjangan pembiayaan (financial gap) melalui berbagai kegiatan yang memungkinkan dan relevan dengan kaidah pengelolaan kawasan konservasi. Sehingga kesinambungan dukungan dana dapat berkelanjutan demi berjalannya pengelolaan kolaborasi yang ideal.

Tujuan Bisnis TNKM

Rencana Bisnis yang direncanakan di TNKM bertujuan untuk memperoleh pembiayaan pengelolaan berdasarkan fungsi dan manfaat taman nasional bagi lingkungan lokal, regional dan global dengan cara membangun kelembagaan yang kredibel dan akuntabel yang mampu memanfaatkan potensi-potensi pendanaan konservasi.

Kawasan Strategis TNKM

Letak strategis Taman Nasional Kayan Mentarang yang berada di tengah pulau Borneo, menjadikan kawasan taman nasional ini sebagai unsur pemersatu visi tiga negara (Indonesia, Malaysia dan Brunei) dalam konservasi keanekaragaman hayati dalam sebuah program multinasional “Heart of Borneo”. Program ini menjadikan posisi Taman Nasional Kayan Mentarang semakin penting, bukan hanya pada skala nasional, tetapi juga internasional. Implikasinya, perhatian berbagai lembaga internasional maupun individual juga semakin besar

Menyadari semakin besarnya peluang dan tantangan dalam pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) dengan berbagai kendala yang dihadapi, maka penting sekali dikembangkan perencanaan pembiayaan yang dituangkan dalam rencana bisnis (bisnis plan). Dokumen Rencana Bisnis TNKM yang telah ditulis pada tahun 2009, pada hakekatnya berisi uraian tentang kegiatan

Gambar 1. Potensi alam di salah satu kawasan TNKM

Page 2: Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutanforclime.org/documents/publications/forclime/Kayan_Mentarang/Bri… · Forests and Climate Change Briefing Paper No. 9:

Karakteristik Bisnis di Kawasan Konservasi

Pengembangan bisnis dalam pengelolaan taman nasional berbeda dengan pengembangan bisnis berbasis komoditas di luar kawasan konservasi. Hal ini karena bisnis di dalam taman nasional memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Keberlanjutan fungsi kawasan konservasi merupakan orientasi pokok (core business) yang menjadi tujuan utama pengelolaannya.

b) Orientasi pengelolaannya adalah pada kegiatan yang bersifat non-direct use, pengembangan intangible benefits, dan memberikan kontribusi pengembangan ekonomi bagi masyarakat dan daerah.

c) Kegiatan pemanfaatan fisik harus mempertimbangkan keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam hayati beserta ekosistem yang dimanfaatkannya.

d) Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah merupakan trade off pengelolaan kawasan terhadap kerusakan yang diperkirakan akan terjadi.

e) Taman nasional dikelola secara kolaboratif, sehingga implikasi terhadap benefit sharing (pembagian manfaat) harus jelas, transparan, adil, dan akuntabel. Kekurangtepatan dalam pembagian manfaat ini dapat menimbulkan konflik pengelolaan yang melibatkan banyak pihak.

f) Pengembalian biaya investasi (return of investment) sulit untuk dihitung akibat keterbatasan kegiatan usaha bisnis yang dapat ditawarkan, sehingga kurang menarik bagi investor, khususnya lembaga perbankan.

Mengingat karakteristik bisnis di kawasan konservasi cenderung tidak menarik bagi investor, maka dalam

Catatan: *) Antara 2006-2009, GTZ mendukung TNKM melalui Proyek Manajemen TNKM, yang menjadi bagian dari program FORCLIME tahun 2010.

Tabel 1.Total Alokasi Anggaran (existing) terkait Pengelolaan TNKM

pengembangan rencana bisnis di taman nasional atau kawasan konservasi lainnya harus mencari terobosan (break through) yang secara legal tidak melanggar regulasi yang berlaku, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dapat diterima oleh para pihak, dan secara teknis dapat dikelola berkelanjutan.

Kesenjangan Pembiayaan Pengelolaan TNKM

Penghitungan gap ini dilakukan dengan mengurangi total kebutuhan anggaran pengelolaan TNKM secara kolaboratif dalam setahun dengan total alokasi anggaran yang dikontribusikan para pihak dalam pengelolaan kolaboratif TNKM.

Total Alokasi Anggaran

Total alokasi anggaran ini merupakan penjumlahan dari kontribusi para pihak dalam konteks pengelolaan TNKM secara kolaboratif. Rincian total alokasi anggaran terkain pengelolaan TNKM bisa dilihat pada Tabel 1 di atas.

Kebutuhan Anggaran Untuk Melakukan Kegiatan Pengelolaan TNKM

Berdasarkan Renstra TNKM 2007-2011, maka total anggaran yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan pengelolaan TNKM selama 5 tahun adalah Rp 214.958.500.000,-, atau rata-rata per tahun sebesar Rp 42.991.700.000,-

Dari seluruh anggaran tsb., maka anggaran untuk pengembangan sarana adalah yang terbesar, yaitu

No Sumber Anggaran Rataan Alokasi

Anggaran per Tahun (Rp)

Keterangan

1. DIPA Departemen Kehutanan (Balai TNKM)

3.528.801.000 Hasil rataan alokasi anggaran 2007 dan 2008

2. Dewan Pembina dan Pengendali Pengelolaan Kolaboratif – TNKM

0 Kontribusi selama ini bersifat in kind berupa tenaga dasn pemikiran

3. GTZ 4.410.000.000*) Dijabarkan ke dalam 5 (lima) output yang diimplementasikan oleh WWF

4. Program Gerbangdema Kabupaten Malinau (Program Pengembangan Daerah Penyangga)

3.150.000.000 Tidak semua kecamatan dan desa terletak di daerah penyangga. Diasumsikan hanya 30% dari seluruh desa di Kab Malinau masuk sebagai penyangga TNKM. Oleh karenanya, alokasi anggaran untuk pengembangan desa penyangga adalah Rp. 3.150.000.000,-

5. Program Pengembangan Daerah Penyangga Kabupaten Nunukan

0 Data belum terkumpul, terutama alokasi anggaran untuk pengembangan Kecamatan Krayan Induk dan Krayan Selatan.

Total Alokasi Anggaran per tahun

11.088.801.000 Total alokasi anggaran ini belum termasuk kontribusi DP3K dan Pemerintah Kabupaten Nunukan.

Page 3: Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutanforclime.org/documents/publications/forclime/Kayan_Mentarang/Bri… · Forests and Climate Change Briefing Paper No. 9:

mencakup 34%, untuk pengembangan kelembagaan sebesar 18%, untuk pengelolaan sumberdaya alam 4%, penataan kawasan 3%. Sementara itu anggaran untuk partisipasi masyarakat sebesar 7%, dan untuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar 10%. Distribusi anggaran 2007-2011 bisa dilihat pada Gambar 2.

Kesenjangan Pembiayaan Pengelolaan TNKMMerujuk pada total alokasi anggaran terkait pengelolaan TNKM secara kolaboratif dan kebutuhan anggarannya di atas, maka terdapat gap (kesenjangan) yang cukup besar. Gap yang terjadi adalah Rp. 42.991.700.000,- – Rp. 11.088.801.000,- = Rp. 31.902.899.000,- (Tiga puluh satu milyar sembilan ratus dua juta delapan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah). Gap sebesar ini harus dicarikan sumber pembiayaan alternatif di luar skema yang ada.

Strategi PendanaanKebutuhan pendanaan secara ideal untuk pengelolaan TNKM didasarkan atas perhitungan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dan dana yang dialokasikan pemerintah daerah melalui program Gerbangdema dalam mendukung pengembangan buffer zone TNKM.Strategi pendanaan rencana bisnis TNKM adalah dengan

Gambar 2. Distribusi Anggaran TNKM tahun 2007-20111

Gambar 3. Pertemuan DP3K TNKM

cara mempertahankan sumber-sumber pendanaan rutin dan sumber-sumber pendanaan yang selama ini sudah berjalan serta mengembangkan fund raising yang berasal sumber-sumber pendanaan dari pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap konservasi secara tidak mengikat dan menangkap pendanaan internasional dari mekanisme-mekanisme pendanaan yang terkait dengan isu-isu global konservasi. Strategi pendanaan yang bersumber dari pihak-pihak yang selama ini sudah berjalan dilakukan sebagai strategi jangka pendek pendanaan untuk melengkapi dana rutin pemerintah yang dialokasikan untuk pengelolaan TNKM. Sedangkan pengembangan strategi pendanaan jangka panjang dilakukan dengan menangkap dana-dana publik dan privat yang konsern dengan konservasi dimana profit yang dihasilkan dari pengelolaan ini selanjutnya dijadikan dana abadi pengelolaan TNKM. Dana abadi pengelolaan TNKM adalah dana yang dihimpun untuk pendanaan konservasi TNKM jangka panjang dan menjamin keberlanjutannya. Dana abadi dihimpun melalui strategi investasi yang diarahkan untuk meningkatkan kontribusi pemerintah dan swasta dalam pengelolaan TNKM. Untuk dapat mengembangkan kontribusi pemerintah, khususnya pemerintah daerah, dan swasta ini tentunya pengembangan manfaat dari pengelolaan TNKM ini harus bisa berdampak positif terhadap pembangunan masyarakat dan daerah.

Sumber PendanaanBerdasarkan strategi pendanaan yang direncanakan, maka pengelolaan TNKM yang dapat dilakukan dalam jangka 5 tahun ke depan (s/d 2014), yaitu bersumber pada:

1. Komitmen penambahan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), mulai 2011, dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), mulai 2012 yang masih dapat ditingkatkan.

2. Dana hibah, terutama dari GTZ dan/atau HOB, perlu dipertahankan dan ditingkatkan, serta penggunaannya diefisienkan sesuai fokus prioritas

3. Dana Kemitraan dengan perusahaan yang peduli kelestarian lingkungan.

Pendanaan aktual pengelolaan TNKM adalah bersumber dari: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA BTNKM), APBD I dan APBD II sebagai dana pendamping, Dana Alokasi Khusus (DAK) non Dana Reboisasi (DR), kontribusi dana operasional GTZ, WWF-Jerman dan “in-kind” dari DP3K. Dengan akan berhentinya sistem pendanaan langsung yang bersumber program GTZ dan WWF, maka ke depan diperlukan pengembangan sumber pendanaan dari sumber-sumber alternatif seperti: trust fund, Corporate Social Responsibility (CSR) program, mitra TNKM (pengusaha), dan lain-lain potensial. Adapun beberapa sumber pendanaan yang dapat dimunculkan (Table 2).

Rencana bisnis menguraikan ‘road map’ bagaimana untuk mengamankan dana tambahan untuk taman nasional. Dokumen ini tersedia untuk umum dan akan dikirim berdasarkan permintaan.

Sumber: Anonim. 2009. Rencana Bisnis (Business Plan) Taman N a s i o n a l K a y a n M e n t a r a n g K a l i m a n t a n T i m u r . Kerjasama Departemen Kehutanan, GTZ, WWF Indonesia. Malinau. (Tabel 8, halaman 42, data diolah)

1

Page 4: Briefing Paper No. 9: Pembiayaan Taman Nasional Berkelanjutanforclime.org/documents/publications/forclime/Kayan_Mentarang/Bri… · Forests and Climate Change Briefing Paper No. 9:

BALAI TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANGKantor (sementara):Jl. Pusat Pemerintahan Komplek Perumahan DPRDTj. Belimbing, Malinau - Kalimantan TimurTelp/Fax : (0553) 20 22 757Telp : (0553) 20 22 758Email : [email protected]

FOREST AND CLIMATE CHANGE PROGRAMME (FORCLIME)Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbHManggala Wanabakti Building, Block VII, 6th FloorJln. Jenderal Gatot SubrotoJakarta 10270, IndonesiaEmail : [email protected]

WWF Indonesia, Kayan Mentarang National Park ProgramJln. Raja Pandhita No. 89 RT. 07Tj. Belimbing, Malinau KotaKalimantan Timur - 77554Telp : 0553 - 215 23Email: [email protected]

Gambar 4. Daya tarik budaya di Desa Long Berini, salah satu desa yang berada di zona penyangga kawasanTNKM

Tabel 2.Identifikasi Sumber Pendanaan dan Mekanisme Pendanaan

No. Sumber Dana

Mekanisme Pendanaan

Keterangan Intansi Pemerintah

Pusat

Instansi Pemerintah

Daerah

Pengelola Taman

Nasional

Swasta/ Konsultan

LSM Organisasi/ Kelompok

Masyarakat

Grant Making

Institution 1. Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN)

v v v v Dana rutin dan terbatas

2. Dana Dekonsentrasi v Belum ada standar, tergantung pada kementrian/lembaga. Umumnya fokus pada bidang konservasi lemah.

3. Dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD)

v v v v Dana rutin dan terbatas, fokus pada bidang konservasi lemah.

4. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

v v v Alokasinya tergantung pada besarnya penerimaan dari sektor terkait

5. Dana Hibah (Grant) v v v v v v v Ditawarkan oleh negara atau lembaga donor melalui mekanisme bilateral atau multi-lateral. Tergantung pada kekuatan lobi dan kapasitas pengelola dan mitra

6. Loan v Diperlukan mekanisme khusus, diper lukan dana pendamping dari Pemerintah. Biasanya melalui mekanisme kerjasama bilateral atau multi-lateral.

7. Dana Kemitraan v v v v v v Bersifat sukarela dan responsibility pihak sumber dana, diperlukan upaya-upaya untuk memunculkan keberpihakan terhadap konservasi

8. Dana Publik Lain (GEF dsb.)

v v v v v Diarahkan dengan cara menawarkan program atau melalui mekanisme trustfund

9. Dana Privat v v v v v Bersifat sukarela, dapat dikemas melalui program kemitraan atau phillantrophy atau mekanisme trustfund.