BPTP JAWA BARAT -...

LAPORAN TAHUNAN

BPTP JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN - 2008

Penanggung Jawab :

KASDI SUBAGYONO (Kepala BPTP Jawa Barat)

Tim Penyusun :

Eriawan Bekti Dian Firdaus

Nandang Sunandar Hasmi Bandjar Idzhar Yedih

Eden A Ruhiat

Layout/Design cover : Bambang Unggul PS

Diterbitkan Oleh :

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Alamat: JL. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391 Telp/Fax: (022) 2786238

E-mail: [email protected] http://jabar.litbang.deptan.go.id

ii

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat TA. 2008 merupakan salah satu

bagian dari kegiatan penyampaian informasi kepada masyarakat yang dilandasi kepada peran BPTP Jawa Barat sebagai institusi pengkajian, dimana hasil yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan merupakan aset yang harus disampaikan kepada masyarakat, khususnya kepada petani dan pelaku agribisnis. Diharapkan dari semua aspek yang dilaporkan seperti: 1) Aspek organisasi dan keragaan sumberdaya ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan dan laboratorium; 2) Aspek Program penelitian/pengkajian dan diseminasi TA. 2008; dan 3) Ringkasan hasil pengkajian dan diseminasi, dapat memberikan gambaran secara komprehensif kepada berbagai pihak tentang capaian kinerja pengembangan BPTP Jawa Barat pada TA. 2008.

Kiranya, dari laporan yang disusun dengan sederhana ini dapat dipetik informasi dan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang, khususnya bagi pengembangan pembangunan pertanian di Jawa Barat.

Ucapan terima kasih serta penghargaan kepada Tim Penyusun yang telah meluangkan waktu, sehingga laporan tahunan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kepada seluruh pelaksana kegiatan dan pihak lain yang terlibat diucapkan terima kasih. Semoga apa yang telah dilakukan dapat menjadi kebaikan bagi kita semua. Lembang, Januari 2009 Kepala BPTP Jawa Barat, Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc. NIP. 080 101 651

iiii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………..…. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………. ii DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………………... iv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………………….. v PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………….. 1 ORGANISASI DAN KERAGAAN SUMBERDAYA ............................................... 2

A. Organisasi ..................................................................................... 2 B. Tugas dan Fungsi .......................................................................... 4 C. Visi dan Misi ................................................................................... 4 D. Sumberdaya Manusia ..................................................................... 5 E. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 11 F. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Padi.............................................. 15 G. Keuangan (Anggaran) ..................................................................... 16 H. Perpustakaan ................................................................................. 19 I. Laboratorium ................................................................................. 28

PROGRAM LITKAJI 2008 ............................................................................. 32 PROGRAM LITKAJI 2009 ............................................................................. 34 HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN DAN DISEMINASI .................................... 37

1. Diseminasi, Informasi, dan Komunikasi Teknologi Pertania di Jawa Barat ……………………………………………………………………………….

37

2. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Sumedang.....................................................................................

40 3. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi

Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Subang ……………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Ciamis ……………………………………………………………………..


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kota Banjar …………………………………………………………………………………..

47

6. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Kuningan…………………………………………………………………………………..


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Purwakarta.....................................................................................

52

iiiiii

8. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Majalengka…………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Cianjur………………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Bandung…………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Ciamis ……………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Garut………………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Rendah di Kota Tasikmalaya ……………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Bogor …………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Sukabumi ………………………………………………………………


Teknologi Pertanian (Prima Tani) Lahan Sawah Semi Intensif di Kabupaten Indramayu …………………………………………………………………

75 17. Kegiatan Pemantauan Peningkatan Produksi Beras Nasional

(P2BN) ………………………………………………………………………………………

77 18. Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Padi ....................................... 79 19. Plot Demontrasi Pengembangan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu Padi ..........................................................................

82 20. Pengkajian Indikator Pembangunan Ekonomi Pedesaaan di

Jawa Barat ..................................................................................

84 21. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian, Kebijakan

Pengembangan Produksi Kedelai …………………………………………….......

87 22. Ringkasan laporan Akhir Tahun 2008 Analisis Kebijakan

Pembangunan Pertanian Kebijakan Pengembangan Produksi Kedelai di Jawa Barat .....................................................................

90

iivv

Tabel Halaman 1. Penyebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 31 Desember

2008. ……………………………………………………………………………………

5 2. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan per 31

Desember 2008. ………………………………………………………………………

6 3. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Jabatan

per 31 Desember 2007. …………………………………………………………….

6 4. Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat per 31

Desember 2008.…………………………………………………………………………………..

7 5. Keragaan Peneliti dan Penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat

Berdasarkan Disiplin Ilmu, 2008 ……………………………………………

7 6. Realisasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Fungsional BPTP

Jawa Barat, 2008 …………………………………………………………..

8 7. Pegawai BPTP Jawa Barat yang mengikuti Latihan Pra Jabatan

tahun 2008 ……………………………………………………………………………

9 8. Pegawai BPTP Jawa Barat yang mengikuti latihan dalam

jabatan (in service trainning) tahun 2008………………………………………………..

10 9. Luasan Sarana/Prasarana BPTP Jawa Barat, 2008 ………………………. 12 10. Fasilitas Bangunan Gedung Kantor BPTP Jawa Barat, 2008 ………….. 12 11. Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat, 2008 …………… 12 12. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor yang Dimiliki BPTP Jawa

Barat, 2008 …………………………………………………………………………….

13 13. Pengadaan Peralatan dan Mesin BPTP Jawa Barat, 2008 ……………… 14 14. Anggaran BPTP Jawa Barat Tahun Anggaran 2008 …………………….. 17 15. Keragaan Pustaka/Publikasi Elektronik Terbitan Instansi Lain di

Perpustakaan BPTP Jawa Barat, 2008 ………………………………………

20 16. Personil Penyelenggara Laboratorium Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Jawa Barat .............................................

31 17. Susunan Tim Inti Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Barat ...........................................................

32 18. Pengembangan/replikasi pada Prima Tani Sumedang ................. 41 19. Rekomendasi teknologi kedelai untuk lahan kering ………………….... 88 20. Rekomendasi teknologi kedelai untuk lahan sawah .................. 89

vv

Gambar Halaman

1. Struktur Organisasi Internal BPTP Jawa Barat , 2007 ………………….. 3

2. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan, per 31 Desember 2008 ……………………………………………………………..

5

3. Susunan Organisasi Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat ............................................................

29

11

Visi Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Propinsi Termaju

di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara”, harus mendapat dukungan dari segenap komponen masyarakat Jawa Barat, dimana salah satu ukuran keberhasilan pencapaian visi tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 80 pada 2010 yang merupakan indikator komposit yang digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan manusia dari aspek pendidikan, kesehatan dan kemampuan ekonomi atau daya beli masyarakat. Dengan demikian, ke depan diperlukan upaya-upaya yang lebih keras, cerdas dan terarah melalui percepatan pembangunan di bidang-bidang tersebut.

Sejalan Program Misi 2 Jawa Barat, yaitu mengembangkan struktur perekonomian regional yang tangguh, Jawa Barat telah menetapkan kebijakan pengembangan ekonomi daerah melalui pengembangan 6 core business berdasarkan potensi lokal untuk mengurangi disparitas kesejahteraan antar wilayah dan antar golongan, 2 diantara 6 core business sangat erat kaitannya dengan pembangunan pertanian, yaitu: 1) Program Pengembangan Agribisnis dan 2) Peningkatan Ketahanan Pangan.

Menginisiasi kebutuhan tersebut, maka arah program pengembangan BPTP Jawa Barat pun terus dikembangkan pada setiap tahunnya. Selain untuk melaksanakan mandat Unit Pelayanan Teknis Pusat yang ada di Jawa Barat, juga untuk melaksanakan kebutuhan daerah melalui pengembangan 2 core business yang erat kaitannya dengan pembangunan sektor pertanian. Sejalan dengan itu, sejak tahun 2005 program BPTP Jawa Barat telah merintis model pengembangan kepada pendukungan Program Misi 2 Jawa Barat, yaitu: 1) Program Pengembangan Agribisnis dan 2) Peningkatan Ketahanan Pangan, melalui Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) sebagai upaya percepatan penyampaian teknologi pertanian unggulan yang telah dihasilkan kepada masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya.

Mengingat permintaan pengembangan PRIMA TANI di daerah pada setiap tahunnya meningkat, maka pada tahun 2008 Badan Litbang Pertanian telah mengantisipasi kebutuhan tersebut dengan menginisiasi penambahan lokasi PRIMA TANI di Jawa Barat dari 17 lokasi pengembangan menjadi 18 lokasi/desa di 14 kabupaten dan 3 kota. Pelaksanaan Prima Tani ditetapkan berdasarkan kebutuhan untuk mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat pertanian dan diharapkan

22

dapat memberikan solusi bagi peningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat khususnya keluarga.

A. Organisasi

Pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian RI Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, BPTP Lembang berdiri dengan wilayah kerjanya meliputi 11 instalasi penelitian/pengkajian teknologi pertanian (IP2TP) yang berada di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001, nama BPTP Lembang diubah menjadi BPTP Jawa Barat dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Barat dan hanya membawahi 1 Kebun Percobaan yang terletak di Cipaku-Bogor. Pembentukan BPTP selain bertujuan untuk desetralisasi dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi pertanian juga sebagai media akselerasi adopsi teknologi dalam mendukung pembangunan pertanian serta mengoptimalisasikan pemamfaatan sumberdaya pertanian wilayah, melalui: 1) akselerasi adopsi teknologi, 2) mendekatkan pelayanan pengkajian kepada maysarakat, dan 3) menjaga kesinambungan penelitian, pengkajian, dan penyuluhan. Struktur organisasi BPTP Jawa Barat disajikan pada Gambar 1.

Berdasarkan struktur eselon BPTP Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Eselon III-A di bidang penelitian dan pengembangan pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Kepala BPTP Jawa Barat membawahi 2 Eselon IV-A dan kelompok jabatan fungsional yaitu: 1) Sub Bagian Tata Usaha, 2) Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, dan 3) Kelompok jabatan fungsional: Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis. Selain membawahi 2 Eselon IV-A dan kelompok jabatan fungsional, Kepala BPTP Jawa Barat membawahi juga Kepala Kebun Percobaan (KP) Cipaku, yang berlokasi di Cipaku, Bogor.

33

Keterangan : KELJI = Kelompok Pengkaji MTHP = Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian SOSEK = Sosial Ekonomi Pertanian UPTP = Unit Pelayanan Teknologi Pertanian = Garis Komando = Garis Koordinasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Internal BPTP Jawa Barat , 2007.

KEPALA BALAI

KELJI BUDIDAYA

KELJI SUMBERDAYA KELJI SOSEK KELJI MTHP

Program

UPTP

Sub Bagian Tata Usaha Seksi Kerjasama dan

Pelayanan Pengkajian

Urusan Kepegawaian dan

Perlengkapan

Urusan Kerjasama

Urusan Keuangan Urusan Pelayanan Pengkajian

44

B. Tugas dan Fungsi

BPTP Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan pengkajian,

perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BPTP menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi; b. pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi; c. pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian

serta perakitan materi penyuluhan; d. penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan

dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

e. pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

C. Visi dan Misi

BPTP Jawa Barat menjadi lembaga pengkajian teknologi pertanian

spesifik lokasi yang terkemuka dan profesional. Berdasarkan visi tersebut, misi BPTP Jawa Barat adalah sebagai

berikut: a. Mendukung pengembangan pertanian berorientasi pemanfaatan

sumberdaya pertanian secara optimal; b. Menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi; c. Menghasilkan pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi; d. Melaksanakan pendampingan penerapan model pengembangan

teknologi pertanian spesifik lokasi skala agribisnis dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.

55

D. Sumberdaya Manusia

Pegawai BPTP Jawa Barat tersebar di 2 lokasi, yaitu di Lembang,

Bandung dan Cipaku, Bogor. Sampai dengan 31 Desember 2008 pegawai BPTP Jawa Barat berjumlah 151 orang, terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil (PNS) 131 orang dan tenaga kontrak 20 orang. Jumlah dan status pegawai BPTP Jawa Barat tahun 2008 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2008.

No. Unit Kerja Status Kepegawaian Jumlah PNS Kontrak

1. BPTP Jawa Barat 120 19 139 2. KP. Cipaku 11 1 12 Jumlah 131 20 151

Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan per Desember 2008 terdiri dari: Doktor: 3 orang (2,3%); Magister: 22 orang (16,8%); Sarjana: 36 orang (27,5%); Sarjana Muda: 2 orang (1,5%), Diploma 3: 13 orang (9,9%), SLTA: 44 orang (33,6%), SLTP: 3 orang (2,3%) dan SD: 8 orang (6,1%). Sedangkan tenaga kontrak lingkup BPTP Jawa Barat pada tahun 2008 berjumlah 20 orang.

Gambar 2. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan tingkat pendidikan, per 31 Desember 2008.

Berdasarkan golongan pegawai, dari 131 orang PNS, 15 orang

(11,5%) adalah pegawai golongan IV; 74 orang (56,5%) pegawai golongan III; 32 orang (24,4%) pegawai golongan II; dan 10 orang (7,6%) pegawai Golongan I. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan Golongan per Desember 2008 seperti pada Tabel 2.

3 0

22

0

36

513

0

55

15

0102030405060

Jum

lah

(Ora

ng)

S3 S2 S1 D3 S0

Tingkat Pendidikan

JUMLAH PEGAWAI BPTP JAWA BARAT

PNS Tenaga Kontrak

66

Tabel 2. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan per 31 Desember 2008.

No. Unit Kerja Golongan (orang) Jumlah IV III II I 1. BPTP Jawa Barat 15 70 29 6 120 2. KP. Cipaku - 4 3 4 11

Jumlah 15 74 32 10 131 Persentase (%) 11,5 56,5 24,4 7,6 100

Berdasarkan kelompok jabatan, pegawai BPTP Jawa Barat dapat dibagi dalam kelompok struktural: 3 orang (2,3%), tenaga administrasi: 63 orang (48,1%), dan pejabat fungsional: 65 orang (49,6%) terdiri dari: peneliti, penyuluh pertanian, teknisi litkayasa, pustakawan dan arsiparis. Tenaga administrasi dan kelompok jabatan fungsional peneliti merupakan kelompok jabatan yang memiliki jumlah anggota paling banyak dibandingkan kelompok jabatan lainnya.

Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Jabatan per

31 Desember 2007.

No. Jabatan Lokasi

Jumlah Lembang Cipaku

1. Struktural 3 - 3 2. Tenaga Administrasi 54 9 63 3. Tenaga Fungsional1 :

Peneliti 32 1 33 Penyuluh 16 - 16 Litkayasa 13 1 14 Pustakawan 1 - 1 Arsiparis 1 - 1

Jumlah 120 11 131 1 Termasuk tenaga fungsional non klas.

Dari 32 orang tenaga peneliti, 26 orang sudah memiliki jabatan fungsional peneliti dan 6 orang lainnya berstatus peneliti non kelas. Penyuluh Pertanian berjumlah 16 orang sudah memiliki jabatan fungsional dan 2 orang lainnya berstatus penyuluh non kelas. Selain peneliti dan penyuluh pertanian, pejabat fungsional lainnya adalah Teknisi Litkayasa, Arsiparis, dan Pustakawan.

77

Tabel 4. Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2008.

Jabatan Fungsional Jumlah (orang) Peneliti 1. Peneliti Madya 7 2. Peneliti Muda 8 3. Peneliti Pertama 11 4. Peneliti Non Klasifikasi 6

Jumlah 32 Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Madya 7 2. Penyuluh Pertanian Muda 6 3. Penyuluh Pertanian Pertama 1 4. Penyuluh Non Klasifikasi 2

Jumlah 16 Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 1 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 2 4. Teknisi Litkayasa Non Klasifikasi 9

Jumlah 14 Arsiparis terampil pelaksana lanjutan 1 Pustakawan Pelaksana 1 Jumlah Total 64

Peneliti dan penyuluh pertanian BPTP Jawa Barat memiliki gelar akademis dan disiplin ilmu beragam. Jumlah peneliti dan penyuluh pertanian sebanyak 48 orang terdiri dari 24 orang berpendidikan sarjana, 21 orang Magister dan 3 orang Doktor. Keadaan ini pada setiap tahun terus dikembangkan dan disesuaikan melalui program pendidikan jangka panjang Magister dan Doktor. Keragaan peneliti dan penyuluh pertanian berdasarkan disiplin ilmu disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Keragaan Peneliti dan Penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat Berdasarkan Disiplin Ilmu, 2008.

Disiplin Ilmu Tingkat Pendidikan (orang) Jumlah Sarjana Magister Doktor 1. Biologi 2 - - 1 2. Budidaya Tanaman 5 6 - 10 3. Budidaya Ternak 2 - - 1 4. Ekonomi Pertanian 3 3 - 5 5. Hama dan Penyakit Tanaman 1 2 - 2 6. Hidrologi dan Konservasi Tanah 1 - 1 1 8. Pemuliaan dan Genetika Tanaman 1 1 - 2 9. Produksi Ternak 2 1 - 2 10. Sistem Usaha Pertanian 4 3 2 8 11. Sosek Pertanian 2 1 - 3 12. Sosial Ekonomi 1 - - 1 13. Teknologi Pascapanen - 3 - 3

Jumlah 24 21 3 48

88

Kenaikan pangkat reguler dan fungsional dilaksanakan setiap bulan April dan Oktober. Pada tahun 2008 PNS BPTP Jawa Barat yang naik pangkat reguler dan pangkat fungsional sebanyak 8 orang , yaitu terdiri dari: 1 orang peneliti, 2 orang penyuluh pertanian dan 1 orang teknisi litkayasa pelaksana. Sesuai dengan pasal 12 ayat 1 PP nomor 3 tahun 1980, PNS yang menduduki jabatan fungsional kenaikan pangkatnya disamping harus memenuhi angka kredit juga harus memenuhi syarat lainnya yang telah ditetapkan. Kenaikan pangkat reguler dan fungsional disajikan pada Tabel.6.

Tabel 6. Realisasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2008.

No. Kenaikan Pangkat Golongan Ruang Waktu Realisasi (orang) Jumlah (orang) Lama Baru April Oktober

1. Reguler II/c II/d - 1 1 II/d III/a - 1 1 III/b III/c - 1 1 III/d IV/a 1 - 1

2. Fungsional Peneliti IV/a IV/b - 1 1 3. Fungsional Penyuluh IV/a IV/b - 1 1 4 Fungsional Penyuluh III/d IV/a 1 - 1 5. Fungsional Litkayasa II/c II/d 1 - 1

Jumlah 3 5 8

Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) melalui pelatihan

jangka pendek tetap menjadi prioritas BPTP Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan: 1) meningkatkan keahlian, keterampilan atau profesionalisme pejabat fungsional dan staf administrasi; 2) meningkatkan eksistensi dan akuntabilitas BPTP Jawa Barat; serta 3) meningkatkan kualitas kerja individu maupun kerjasama tim. Kegiatan pengembangan SDM dilaksanakan dengan 2 metoda yaitu in house training dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian maupun pelatihan yang diselenggarakan institusi/lembaga lainnya yang kompeten dalam pengembangan SDM dan kinerja instansi. Kegiatan dan pengembangan SDM yang dilaksanakan pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

99

Tabel 7. Pegawai BPTP Jawa Barat yang mengikuti Latihan Pra Jabatan tahun 2008

No. Nama/NIP Topik Pelatihan Pelaksana Lama (hari)

1. Ahmad Wahyudin Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

19

2. Rosita Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan I

BBMKP Ciawi Bogor

17

3. Ocid Suherman Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan I

BBMKP Ciawi Bogor

17

4. Beni Marlia Gunawan

Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

5. IGA.Putu Sulastri Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

6. Iwan Rahmawan Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan I

BBMKP Ciawi Bogor

17

7. Mahpudin Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

8. Ani Maryani Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

9. Agus Sutiawan Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan I

BBMKP Ciawi Bogor

17

10. Jaka Sumantri Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan I

BBMKP Ciawi Bogor

17

11. Sunjaya Putra, SP Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III

BBMKP Ciawi Bogor

22

12. Mulyani, SPT Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III

BBMKP Ciawi Bogor

22

13. Tedy Sumarno, SPT

Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III

BBMKP Ciawi Bogor

22

14. Yeli Sarvina, SSi Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan III

BBMKP Ciawi Bogor

22

15. Dika Kadarwati, A.Md

Pelatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

16. Soejarwati, A.Md P elatihan Prajabatan CPNS Golongan II

BBMKP Ciawi Bogor

17

1100

Tabel 8. Pegawai BPTP Jawa Barat yang mengikuti latihan dalam jabatan (in service trainning) tahun 2008


1. Yati Herdayati, A.Md 080 124 977

Apresiasi dan Ujian Sertifikasi pengadaan barang/jasa

Badan Litbang Pertanian

3

2. Ir. Hasmi Bandjar, M.Si 080 079 015

Training Emotional Spritual Quontien (ESQ)

Departemen Pertanian

3

3. Ir. Sukmaya, M.Si 080 072 268

Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian

Badan SDM Deptan 1

4. Ir. Koko Winarka 080 026 609

Magang tentang perbenihan, hama penyakit dan pasca panen dalam rangka memasuki masa purna bakti

BB Padi Sukamandi 5

5. Drs. Dadang Sulaeman 080 049 959

Pelatihan Agribisnis bagi pegawai yang akan memasuki masa purna bakti


3

6. Bambang Susanto, SP 080 126 044

Koordinasi Lembaga Uji efektivitas pupuk

Pusat Perijinan dan Investasi

2

7. Bambang Susanto, SP 080 126 044

Audit Internal Laboratorium dan validasi metode serta estimasi ketidakpastian pengukuran

BB Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian

3

8. Irma Noviana, SP -

Audit Internal Laboratorium dan validasi metode serta estimasi ketidakpastian pengukuran

BB Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian

3


Diklatpim Tk.IV PPMKP Ciawi 32

10. IGA.Sulastri 080 137 610

Diklat Subtantif Spesialisasi Bendahara Penerimaan

Balai Diklat Departemen Keunagan di Cimahi

3

11. Eden Agus Ruhiat 080 046 065

Sosialisasi Jabatan Fungsional Pranata Komputer dan Statistik


1

12. Nadimin, S.Si 080 062 916

Sosialisasi Jabatan Fungsional Pranata Komputer dan Statistik


1

13. Ahmad Suarsa, S.Sos,MM

Apresiasi Sistem Akuntansi dan


2

1111


080 113 910 Verifikasi dana DK,TP dan KD


Apresiasi Sistem Akuntansi dan Verifikasi dana DK,TP dan KD


2


Apersiasi Keprotokolan Departemen Pertanian

2


Apersiasi Keprotokolan Departemen Pertanian

2

17. Idzhar Yedih, SP 080 073 897

Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Nasional Keahlian Pengadan Barang dan Jasa


2

18. Eden Agus Ruhiat 080 046 065



2




2

20. Ujat Ruhiyat 080 130 540



2


Seminar dan Sosialisasi Wilayah bebas korupsi

Inpektur Jenderal Deptan

1


Apresiasi Manajemen SDM


3

E. Sarana dan Prasarana

Seperti halnya pegawai, sarana dan prasarana BPTP Jawa Barat

juga tersebar di 2 lokasi yaitu di Lembang dan di KP. Cipaku, terdiri dari: 1) Tanah (Lahan); 2) Bangunan; 3) Kendaraan (alat angkut darat); 4) Mesin lapangan; 5) Alat dokumentasi/komunikasi; 6) Alat kantor.

BPTP Jawa Barat memiliki sarana seluas 15.779 m2 di Lembang dan 35,720 m2 di KP. Cipaku-Bogor. Lahan di Lembang diperuntukkan sebagai gedung kantor, laboratorium, infrastruktur, rumah kaca, workshop dan goest house. Sedangkan lahan di KP. Cipaku diperuntukkan sebagai gedung kantor dan kebun plasmanutfah buah-buahan.

1122

Tabel 9. Luasan Sarana/Prasarana BPTP Jawa Barat, 2008.

Jenis sarana/Prasarana Lokasi (m2) Jumlah Lembang Cipaku

1. Bangunan Gedung 3.314 213 3.527 2. Emplasemen Kantor 6.686 3000 9.686 3. Rumah Dinas 5.605 - 5.605 4. Kebun Plasmanutfah - 32.507 32.507 5. Bangunan Prosesing Benih padi 174 - 174 Jumlah 15.779 35.720 51.499

Fasilitas bangunan gedung kantor BPTP Jawa Barat di Lembang,

terdiri dari: 1) Ruang kerja, 2) Perpustakaan, 3) Ruang rapat, 4) Ruang kerja fungsional, 5) Workshop, 6) Green house/rumah kaca, 7) Pool kendaraan, 8) Laboratorium, 9) Garasi kendaraan, 10) Lantai jemur, 11) Wisma tamu/guest house, dan 12) Bangunan prosesing benih padi. Tabel 10. Fasilitas Bangunan Gedung Kantor BPTP Jawa Barat, 2008.

Fasilitas Bangunan Gedung Kantor Luas (m2)

1. Ruang Kerja Lt. I dan II 1.909 2. Perpustakaan 116 3. Ruang Rapat 68 4. Ruang Kerja Fungsional 350 5. Workshop 50 6. Green House 243 7. Pool Kendaraan 50 8. Laboratorium 314 9. Garasi 60 10. Lantai Jemur 100 11. Wisma Tamu (Guest House) 280 12. Bangunan Prosesing Benih 174 13. Lain-lain (infrastruktur, dan halaman kantor, selter kendaraan bermotor roda dua) 5.408

Selain fasilitas bangunan gedung kantor, BPTP Jawa Barat memiliki 10 buah rumah dinas permanen terdiri dari: 4 buah rumah dinas type C, 5 buah rumah dinas type B, dan 1 buah rumah dinas type A. Tabel 11. Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat, 2008.

Rumah Dinas Jumlah (unit)

Luas (m2)

1. Type C 4 192 2. Type B 5 315 3. Type A 1 105 Jumlah 10 612

Kendaraan yang dimiliki BPTP Jawa Barat terdiri dari kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat terdiri dari: 5

1133

buah mobil mini bus Toyota Kijang. Sedangkan kendaraan roda dua yaitu 34 buah sepeda motor. Kendaraan roda dua yang dimilki BPTP Jawa Barat sampai saat ini dirasakan cukup karena ada pembelian sebanyak 17 unit. Jumlah kendaraan roda empat saat ini perlu mendapat perhatian, karena mobilitas pengkaji cukup tinggi dan pengkajian tersebar di wilayah kabupaten/kota. Tabel 12. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor yang Dimiliki BPTP Jawa

Barat, 2008. Jenis Kendaraan Nomor Polisi Jumlah Kondisi

A. Kendaraan Roda Dua 1. Suzuki Econos A 100 B 3117 MQ 1 unit Baik 2. Suzuki Econos A 100 B 4910 MQ 1 unit Baik 3. Suzuki Econos A 100 B 4341 LQ 1 unit Baik 4. Suzuki Econos A 100 B 4339 LQ 1 unit Baik 5. Suzuki Econos A 100 B 4591 MQ 1 unit Baik 6. Suzuki Econos A 100 Super B 5969 MQ 1 unit Baik 7. Suzuki Econos A 100 Super B 4575 MQ 1 unit Baik 8. Suzuki Trail TS 125 B 4901 MQ 1 unit Baik 9. Yamaha RX Spesial D 2525 S 1 unit Baik 10. Yamaha RX D 4143 S 1 unit Baik 11. Yamaha RX D 4926 S 1 unit Baik 12. Yamaha YT D 4146 S 1 unit Baik 13. Yamaha Crypton T 105 D 2954 S 1 unit Baik 14. Honda Astrea Grand D 2254 S 1 unit Baik 15. Suzuki Shogun D 5260 S 1 unit Baik 16. Honda GL Max B 8688 PBQ 1 unit Baik 17 Suzuki Thunder 125 D. 2001 1 unit Baik 18 Suzuki Thunder 125 D. 2002 1 unit Baik 19 Suzuki Thunder 125 D. 2003 1 unit Baik 21 Suzuki Thunder 125 D. 2004 1 unit Baik 22 Suzuki Thunder 125 D. 2005 1 unit Baik 23 Suzuki Thunder 125 D. 2007 1 unit Baik 24 Suzuki Thunder 125 D. 2008 1 unit Baik 25 Suzuki Thunder 125 D. 2009 1 unit Baik 26 Suzuki Thunder 125 D. 2011 1 unit Baik 27 Suzuki Thunder 125 D. 2012 1 unit Baik 28 Suzuki Thunder 125 D. 2013 1 unit Baik 29 Suzuki Thunder 125 D. 2014 1 unit Baik 30 Suzuki Thunder 125 D. 2015 1 unit Baik 31 Suzuki Thunder 125 D. 2016 1 unit Baik 32 Suzuki Thunder 125 D. 2017 1 unit Baik 33 Suzuki Thunder 125 D. 2018 1 unit Baik 34 Suzuki Thunder 125 D. 2019 1 unit Baik

B. Kendaraan Roda empat 1. Toyota Kijang LSX B 1380 MQ 1 unit Baik 2. Toyota Kijang D 1176 S 1 unit Baik 3. Toyota Kijang LSX D 1786 S 1 unit Baik 4. Toyota Kijang Grand D 1715 S 1 unit Baik 5. Toyota Kijang LSX B 1388 MQ 1 unit Baik

1144

Peralatan merupakan salah satu sarana yang diperlukan untuk mendukung kinerja Balai. Pemenuhan kebutuhan peralatan BPTP Jawa Barat diupayakan melalui pengadaan dan pemeliharaan peralatan yang lama. Pemenuhan kebutuhan peralatan sangat ditentukan oleh ketersediaan anggaran, oleh karenanya pemenuhannya dilakukan secara bertahap sesuai prioritas kebutuhan Balai. Pada tahun 2008 pengadaan peralatan masih sangat terbatas, jika dibandingkan dengan tuntutan atau kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kinerja Balai yang semakin pesat perkembangannya.

Tabel 13. Pengadaan Peralatan dan Mesin BPTP Jawa Barat, 2008 Nomor Kelompok Barang Jumlah Unit Nilai (Rp)

1. Mesin diesel 1 unit 10,000,000 2. Mesin Gerinda Tangan 2 buah 675,000 3. Mesin Bor Tangan 1 buah 850,000 4. Kunci Pas 2 buah 825,000 5. Thermohygrometer 2 buah 700,000 6. Traffo 1000 Watt 1 buah 6,000,000 7. Alat Pengukur Keadaan Alam

Lainnya 1 buah 69,800,000

8. Traktor Tangan dengan Perlengkapannya

4 buah 88,000,000

9. Penyemprot Mesin (Power Sprayer) 4 buah 18,600,000 10. Penyemprot Tangan (Hand Sprayer) 38 buah 20,900,000 11. Alat Perontokan (Thresser Pedal) 2 buah 6,000,000 12. Alat Pengasapan 1 buah 3,500,000 13. Alat Pencacah Hijauan 2 buah 17,500,000 14. Mesin Ketik Manual Langewagon

(18-27 inci) 1 buah 1,650,000

15. Lemari Es 1 buah 2,000,000 16. Kompor Gas 5 buah 9,250,000 17. Mesin Parutan Kelapa 2 buah 2,000,000 18. Alat Dapur Lainnya 1 buah 400,000 19. Timbangan Barang 1 buah 2,750,000 20. Handycam 1 buah 10,500,000 21. Alat Rumah Tangga (Home Use) 3 buah 14,545,000 22. Uninterruptible Power Suplay (UPS) 1 buah 3,200,000 23. Kamera Digital 1 buah 9,500,000 24. Mesin Press 1 buah 2,000,000 25. Handy Talky (HT) 3 buah 6,000,000 26. Dehumidifier 1 buah 49,500,000 27. Gunting Lurus 2 buah 1,000,000 28. Pisau Operasi (Scapel) 4 buah 1,200,000 29. Gunting Gips 2 buah 600,000 30. Drying Oven 1 buah 11,900,000 31. Vacum Coating 7 buah 35,000,000

1155

Nomor Kelompok Barang Jumlah Unit Nilai (Rp)

32. Blender 1 buah 1,850,000 33. Oven/Hot Air Sterilizer 1 buah 16,400,000 34. Alat Pembuat Pelet 1 buah 22,000,000 35. Reaktor Anaerobic 4 buah 20,500,000 36. Slicer 1 buah 3,000,000 37. Mesin Penuyalut (Coating) 18 buah 12,600,000 38. Mesin Pengering 1 buah 5,500,000 39. Pompa Airasil 9 buah 36,900,000 40. Beater Unit (Mesin Penggiling) 3 buah 18,750,000 41. Atomic Absorption

Spectrophotometer (AAS) 1 buah 834,500,000

42. Hot Plate 10 buah 71,200,000 43. Kompor Gas 1 buah 2,000,000 44. Polarimeter 1 buah 210,000,000 45. Seed Divider 1 buah 10,500,000 46. Uv-Vis Spectrophotometer 1 buah 158,500,000 47. Filling Sealing 1 buah 3,700,000 48. Gas Chromatography 1 buah 705,400,000 49. Disk Mill 4 buah 31,500,000 50. PC unit 5 buah 36,500,000 51. Lap Top 1 buah 12,500,000 52. Printer 5 buah 14,190,000 53. Scanner 1 buah 1,650,000 54. Server 1 buah 30,300,000 55. Router 1 buah 6,500,000 56. Hub 1 buah 2,000,000

JARINGAN 0 57. Instalasi Lain-lain 2 buah 39,750,000

ASET TETAP LAINNYA 0 58. Umum 5 buah 138,598,000 59. Buku Cakupan 405 buah 10,829,050

TOTAL buah 2,863,962,050

F. UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER (UPBS) PADI

Kontribusi varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi telah terbukti sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk bila varietas tersebut ditanam dalam skala luas yang ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk mendistribusikan benih bermutu (pembawa potensi genetik) sampai ke petani secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul sangat strategis karena menjadi tumpuan utama pencapaian program-

1166

program peningkatan produksi, seperti program peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Perbanyakan Benih Sumber Padi dilakukan melalui pendekatan Penangkaran Benih Partisipatif, yakni dilaksanakan pada lahan petani melalui kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan.

Hasil kegiatan tahun 2008 adalah: 1. Varietas Gilirang sebanyak 692,35 kg (kadar air 12,75%); 2. Varietas Ciapus 1.044,52 kg (kadar air 13,70%); 3. Varietas Bondoyudo 670,00 kg (kadar air 14,00%); 4. Varietas Luk Ulo 726,00 kg (kadar air 13,80%); 5. Varietas Situ Patenggang 535,00 kg (kadar air 12,75%); 6. Varietas Situ Bagendit 140, 00 kg (kadar air 14,50%); 7. Varietas Tukad Balian 299,00 kg (kadar air 13,40%); dan 8. Varietas Conde 869,89 kg (kadar air 13,12%).

Untuk percepatan pengenalan dan adopsi varietas unggul padi hasil Badan Litbang Pertanian, maka hasil perbanyakan benih padi tersebut akan diditribusikan (sampai laporan ini disusun masih dalam proses) ke beberapa kabupaten/kota terutama sentra produksi padi yang termasuk wilayah sasaran program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di Jawa Barat, yaitu di 16 kabupaten dan 2 kota. Disamping itu guna mendukung percepatan diseminasi inovasi (promosi) varietas unggul padi hasil Badan Litbang Pertanian didistribusikan pula deskripsi varietas dan teknologi rekomendasi dalam Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).

G. Keuangan (Anggaran)

Tahun 2008 merupakan tahun keempat diterapkannya sistem penganggaran terpadu (Unified budgeting system) yang berbasis kinerja. Implementasi penganggaran berbasis kinerja tersebut merujuk pada UU No. 17/2003 mengenai keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 25/2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional. Dalam kerangka opersional, rencana kerja dan anggaran baik eks rutin maupun pembangunan termasuk target penerimaan (PNBP) dituangkan secara terintegrasi dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL). Perubahan pola penganggaran tersebut dimaksudkan untuk mempermudah mewujudkan pencapaian sasaran program pembangunan nasional, termasuk pembangunan pertanian secara efektif, efisien, akuntabel dan terukur.

Penyusunan anggaran berbasis kinerja mengklasifikasikan rincian belanja Negara menurut fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja serta

1177

lebih menekankan pada pengukuran hasil kinerja. Dalam RKA-KL Tahun 2008 kegiatan BPTP Jawa Barat termasuk dalam fungsi ekonomi, sub fungsi pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, selanjutnya kegiatam BPTP Jawa Barat terakomodasi pada dua program pembangunan ekonomi, yaitu: 1. Program Pengembangan Agribisnis (1503) 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (1504)

Mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2005-2009. kegiatan BPTP Jawa Barat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : Penelitian dan Pengembangan Komoditas (5030), Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian (5052), Penyelenggaraan Kegiatan yang dibiayai PNBP (6670),

Jumlah anggaran BPTP Jawa Barat tahun anggaran 2008 adalah sebesar Rp. 17.465.287.000.- terdiri dari Rp. 16.741.362.000,- yang tercantum dalam DIPA 2008 dan Rp. 723.925.000,- merupakan anggaran Surat Kuasa Penggunaan Anggaran (SKPA) untuk mendukung kegiatan Program Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Dari anggaran sebesar Rp. 16.741.362.000,- yang tercantum dalam DIPA, sebesar Rp. 5.435.750.000,- merupakan anggaran kerjasama dengan Pusat Penelitian The dan Kina (PPTK) Gambung. Sumber anggaran BPTP Jawa Barat TA 2008, selain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), juga terdapat anggaran bersumber dari pinjaman luar negeri sebesar Rp. 639.719.000,- untuk kegiatan FEATI.

Realisasi anggaran BPTP Jawa Barat sampai dengan akhir tahun anggaran 31 Desember 2008 sebesar Rp. 15.581.472.132 ( 89,21)%. Tabel 14. Anggaran BPTP Jawa Barat Tahun Anggaran 2008.

Kegiatan Pagu Anggaran

(Rp.) Realisasi (Rp.) Persentase (%)

Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan

6.001.956.000 5.113.113.140 85,19

Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran

764.000.000 555.998.682 72,77

Poliklinik/obat-obatan 11.000.000 0 0 Pengadaan pakaian dinas pegawai 32.950.000 31.210.000 97,68 Penyelenggaraan laboratorium 15.000.000 15.000.000 100 Perawatan gedung kantor 147.460.000 120.661.000 81,83 Perawatan alat besar/alat bantu 152.390.000 109.835.258 72,08 Pengadaan perlengkapan kantor 85.600.000 70.968.350 82,91 Penataan manajemen kelembagaan 86.400.000 77.678.950 89,91 Langgananan daya dan jasa 178.200.000 93.487.439 52,46 Akreditasi laboratorium 56.000.000 37.157.685 66,35 Pengembangan sumberdaya informasi 814.524.000 388.201.342 47,66

1188

Kegiatan Pagu Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Persentase

(%) IPTEK, diseminasi dan penjaringan umpan balik Penyuluhan dan penyebaran informasi 288.498.000 50.707 17,58 Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan

39.292.000 26.187.279 66,65

Pengkajian kebijakan difusi teknologi 42.265.000 17.348.182 41,05 Pengembangan sumberdaya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik

444.469.000 293.958.726 66,14

Penelitian dan percepatan diseminasi inovasi pertanaian mendukung pengembangan agribisnis

9.160.882.000 8.854.693.728 96,66

Administrasi kegiatan 212.463.000 193.889.300 91,26 Pengadaan buku perpustakaan 11.000.000 10.829.050 98,45 Evaluasi/laporan kegiatan 40.503.000 30.929.900 98,59 Kerjasama antar instansi pemerintah/swasta/lembaga terkait

5.435.750.000 5.287.939.000 97,28

Penyelenggaraan perpustakaan/kearsipan/dokukmentasi

63.000.000 59.410.000 97,28

Operasional dan pemeliharaan laboratorium 23.517.000 23.517.000 100 Pengadaan alat pengolah data 58.500.000 58.500.000 100 Pengadaan alat stodio dan komunikasi 26.000.000 26.000.000 100 Pengadaan kendaraan bermotor roda-2 15.000.000 15.000.000 0 Teknologi pengembangan agribisnis pertanian terpadu

2.247.691.000 2.193.458.401 97,59

Prima Tani lahan sawah intensif 1.060.421.000 1.030.902.751 Prima Tani lahan kering dataran rendah 683.161.000 668.628.541 97,87 Prima Tani lahan kering dataran tinggi 343.080.000 339.941.494 99,09 Prima Tani lahan sawah semi intensif 115.029.000 116.172.525 101 Koordinator kegiatan Prima Tani 46.000.000 37.812.990 82,2 Perbanyakan benih 277.633.000 271.196.640 97,68 Penelitian dan pengembangan sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

103.315.000 100.830.330 97,06

Analisis kebijakan pembangunan pertanian 51.690.000 49.890.200 96,52 Indikator ekonomi pedesaan 51.625.000 50.940.130 98,67 Pengembang litbang pertanian 247.510.000 219.345.010 88,62 Pengembangan manajemen SDM 38.950.000 37.949.390 97,43 Penyusunan rencana teknis 80.410.000 68.915.650 85,71 Komisi teknologi pertanian 38.000.000 35.381.880 93,11 Database sumberdaya dan program penelitian (SIM)

68.400.000 56.856.980 83,12

Pelaporan 21.750.000 20.241.110 93,06 Survey dan koordinasi pengembangan usaha agribisnis pedesaan

399.000.000 369.649.097 92,69

SKPA PUAP 723.925.000 669.465.260 92,48 Jumlah 17.465.287.000 15.581.472.152 89,21

1199

H. Perpustakaan

Pelayanan perpustakaan BPTP Jawa Barat di arahkan kepada pemenuhan kebutuhan tenaga fungsional untuk dapat mengakses sumber informasi ilmiah secara cepat, tepat, dan mudah dengan memanfaatkan teknologi informasi. Perpustakaan BPTP Jawa Barat sedang mengubah sistem pelayanan manual menyeluruh (fully manual system) ke

digital perpustakaan. Dalam perubahan tersebut, peningkatan kapasitas perangkat keras, perangkat lunak, jenis media, dan SDM secara bertahap dilakukan. Di masa depan, pengelola perpustakaan dituntut untuk memiliki kompetensi keilmuan (perpustakaan), kompetensi kebahasaan, dan kompetensi penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Pengelolaan perpustakaan tidak hanya terbatatas pada administrasi simpan pinjam pustaka, tetapi akan melingkupi perencanaan pengembangan dan evaluasi sistem.

Aset Perpustakaan

Koleksi pustaka pada tahun 2008, tercatat 1854 eksemplar judul buku, 458 jurnal penelitian ilmiah, dan 20 tesis/disertasi. Pada Tahun 2008, Perpustakaan menerima 78 eksemplar jurnal baru berasal hasil hibah, dan 287 eksemplar buku.

Informasi koleksi pustaka disusun dalam suatu web katalog yang dapat diakses melalui intra net, yaitu http://10.1.1.167/igloo. Sistem ini dikembangkan dari grand design perpustakaan dijital oleh PUSTAKA, Departemen Pertanian. Tampilan dan menu web hasil modifikasi diadaptasikan dengan kebutuhan BPTP Jawa Barat, meliputi koneksi dengan e-journal (current publication): ProQuest Agricultural Online Journals, e-journal:Science Direct, aplikasi bibliografi jurnal TEEAL, web katalog online Pustaka: www.pustaka-deptan.go.id., jurnal ilmiah yang terdapat dalam publikasi Science Direct, ProQuest Online, Journals, dan

2200

TEEAL (format pdf), daftar buku/jurnal terbaru, dan counting/statistik pengunjung.

Tersedia juga lembar informasi pertanian (Liptan), dan brosur terbitan BPTP Jawa Barat dan Instansi lainnya. Selain itu tersedia juga koleksi elektronik/digital (CD-Video dan CD-Rom) terbitan instansi lain dan BPTP Jawa Barat (Tabel 17). Koleksi ini didapat dari peserta pelatihan dan pemberian instansi lain. Koleksi semacam ini keragaannya diusahakan akan terus ditambah sehingga dapat membantu wawasan Iptek staf BPTP Jawa Barat dan menambah daya tarik dan minat pengunjung perpustakaan BPTP Jawa Barat. Tabel 15. Keragaan Pustaka/Publikasi Elektronik Terbitan Instansi Lain di

Perpustakaan BPTP Jawa Barat, 2008.

No. Judul Penerbit Jumlah Tahun Terbit

1. Prosiding “Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa”

BBP2TP Bogor 4 2007

2. Jurnal “Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian”

BBP2TP Bogor 5 2007

3. Jurnal “Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian”

BBP2TP Bogor 5 2007

4. Prosiding “Seminar on Networking of The Agricultural Technology Trnsfer and Training”

ITT&T 1 2005

5. Statistik Penelitian Pertanian Badan Litbang Pertanian

1 2007

6. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah Badan Litbang Pertanian

1 2007

7. Membangun Kemampuan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


1 2007

8. Informatika Pertanian 1 Badan Litbang Pertanian

1 2007

9. Informatika Pertanian 2 Badan Litbang Pertanian

1 2007

10. Mri Membangun Desa dengn Primatani

BBP2TP Bogor

10 2007

11. Integrated Watershed Management for Land and Water Concervation and Sustainable Agricultural Production in Asia

ADB-ICRISAT-IWMI

1 2003

12. Majalah Trubus Bulan Januari- Desember 2008

12 2008

13. Prosiding ”workshop Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Primatani


1 2006

2211


Bengkulu 14. Laporan Tahunan 2006 BBP2TP Bogor 5 2006 15. Pupuk Organik dan Hayati BBP2TP Bogor 1 2006 16. Rice Today IRRI 1 2008 17. Majalah Sni Valuasi 1, 2, 3 3 2007 18. Pedoman Umum Budidaya Pertanian

Pada Lahan Pengunungan Badan Litbang Pertanian

1 2006

19. Juknis ”Teknologi Konservasi Tanah dan Air

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

20. Juknis “Teknologi Pengendalian Longsor


1 2007

21. Warta “ Sumberdaya Lahan” Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

22. Multifungsi “Pertanian Indonesia” Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

23. Balai Penelitian Tanah Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

24. Jurnal “Sumberdaya Lahan” Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

25. Jurnal “ Tanah dan Iklim” Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

1 2007

26. Prtosiding “ Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian”


1 2006

27. Sifat Fisik Tanah dan Metoda Analisanya


1 2006

28. Juknis “Pengamatan Tanah” Balai Penelitian Tanah

1 2004

29. Ilmu Unggas Air Gajah Mada University Press

1 2008

30. Ilmu ternak itik

Gramedia` 1 2008

2222


31. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan kering Berlereng

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Agroklimat

1 2004

32. Buletin “Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4 2007

33. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatnya

Balitnakdan Balitbangtan

1 2007

34. Warta “Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Riset Kelautan dan Perikanan

1 2007

35. Buletin “Pusair (Media Informasi Kegiatan Penelitian Keairan)

Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air

1 2007

36. Jurnal Sumberdaya Air DPU Balitbang, Puslitbang Sumberdaya Air

1 2007

37. Penyuluh dan Komunikasi Pembangunan (PKP)

Sekolah Pasca Sarjana (UGM)

1 2007

38. Buletin Pus Air DPU Balitbang, Puslitbang Sumberdaya Air

1 2006

39. Jurnal Sumberdaya Air DPU Balitbang, Puslitbang Sumberdaya Air

1 2006

40. Liptan: Budidaya Padi sawah Bukaan Baru; Bertanam Jeruk Sehat; mengenal Tanaman Jarak Pagar; Dinamika Kelompok Tani; Bertanam Jahe di Karung Plastik; Integrasi Tanaman Pangan dan Sapi Pesisir.

BPTP Sumatra Barat

6 2006

41. Agro Socioeconomic Published by the Indonesia Center for Agriculture Socioeconomic and policy studies

1 2007

42. Warta “Penelitian dan Pengembangan Pertanian”

Balit Tanaman Tembakau dan Serat

1 2007

43. Annual Report 2006 Jircas/Japan 1 200/2007 44. JARQ Jircas/Japan 1 2008 45. Prosiding “Seminar Nasional Pertanian

Lahan Rawa” BPTP Kab. Kapuas Kalteng

2 2007

46. News Letter “for International Collaboration”

Jircas 1 2008

2233


47. Buletin Ristek Balitbangda Balitbangda 1 2005 48. Peningkatan Kesuburan Tanah dan

Pemupukan Berimbang Balai Penelitian Tanah

1 2007

49. Teknik Konservasi Tanah untuk Lahan Usahatani Berbasis Tanaman Sayuran


1 2007

50. Menuju Pertanian Lahan Kering Lestari

Balai Penelitian Tanah

1 2007

51. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Hara terpadu untuk Bawang Merah di Donggala


1 2007

52. Kompos manfaat dan cara Membuatnya


1 2007

53. Jurnal “Penelitiann Industri”2,3,4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

3 2007

54. Perspektif , 1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

2 2007

55. Warta “Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri”

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

1 2007

56. Senarai ”Standar Nasional Indonesia Badan Standarisasi Nasional

1 2007

57. Majalah “Standardisasi Nasional Badan Standarisasi Nasional

2 2008

58. Laporan Akhir Primatani 2007 Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LKRI)

1 2007

59. Info Agroklimat Hidrologi Balai Penenlitian Agroklimat dan Hidrologi

1 2008

60. News Letter Jircas 1 2008 61. Jircas Working Report Jircas 1 2008 62. JARQ Jircas 1 2008 63. Ripple IRRC 1 2007 64. Rice Today IRRC 1 2008 65. Prosiding “Temu Teknis Nasional

Pejabat Fungsional Non Peneliti” Badan Libang Pertanian

1 2007

66. Managing Agricultural Genetic Resorces In Indonesia

Kabiograd 1 2007

67. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kabiograd 1 2008

2244


68. Warta Biogen B.B. Biogen Bogor 1 2008 69. Ripple IRRC 1 2008 70. Jurnal “Penelitian dan Pengembangan

Pertanian B.B. Biogen 1 2008

71. Buletin Teknik Pertanian Badan Litbang Pertanian

2 2008

72. Buletin Plasma Nutfah Badan Litbang Pertanian

1 2008

73. Rice Today IRRI 1 2008 74. Pemanfaatan Pulau2 Kecil untuk

Pengembangan Usahtani Sapi Potong Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

1 2007

75. Upaya Peningkatan Populasi Sapi Betina Produktif di Indonesia

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

1 2008

76. Jurnal “Penelitian Pascapanen Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

1 2007

77. Laporan Tahunan 2007 Badan Litbang Pertanian

1 2007

78. Petunjuk Praktis Budidaya Kedelai di Lahan Bekas Tsunami

BPTP NAD dan ACIAR

4 2008

79. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah

BPTP NAD dan ACIAR

4 2008

80. Prosiding “Temu Teknis nasional Tenaga Fungsional Pertanian”

Puslitbangnak 1 2006

81. Prosiding “Status Teknologi Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

1 2006

82. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3,4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

2 2006

83. Menara Perkebunan 1,2 Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia

4 2006

84. Menara Perkebunan 1 Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia

2 2007

85. Rice Today 4 IRRI 1 2008

2255


86. JARQ JIRCAS 1 2008 87. News Letter JIRCAS 1 2008 88. Fruits for Better Life JIRCAS 1 2008 89. Profil Tanaman Hias Direktorat

Budidaya Tanaman Hias

1 2006

90. Acuan Standar Mutu Anggrek Tanaman Pot dan Bunga Potong

Direktorat Budidaya Tanaman Hias

1 2006

91. Acuan Standar Mutu Sedap Malam Direktorat Budidaya Tanaman Hias

1 2007

92. Standar Prosedur Operasional Zingiberaceal

Direktorat Budidaya Tanaman Hias

1 2006

93. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian

BPTP Bali 1 2008

94. SNI Valuasi/Majalah BSN 1 2008 95. Majalah Valuasi BSN 1 2008 96. Profil Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

1 2007

97. Laporan Tahunan 2007 Balai Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

1 2007

98. Majalah Media Tani Merdeka

2 2008

99. Warta Inovasi BPTP Jawa Tengah

2 2008

100. Warta 3 Badan Litbang Pertanian

2 2008

101. Warta 4 Badan Litbang Pertanian

2 2008

102. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2


1 2008

103. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3


1 2008

104. Indonesian journal of Agricultural Science

IJAS 1 2008

105. Jurnal “Sumberdaya Air” 1 Pusat Penelitian Pengambangan Sumberdaya Air

1 2008

106. Jurnal “Sumberdaya Air” 5 Pusat Penelitian Pengambangan

1 2008

2266


Sumberdaya Air 107. Buletin Pusair Pusat Penelitian

Pengambangan Sumberdaya Air

1 2007

108. Pelita Perkebunan 1 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

1 2006

109. Pelita Perkebunan 3 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

1 2007

110. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

1 2006

Sistem pelayanaan di perpustakaan BPTP Jawa Barat terus

mengalami perkembangan sesuai tuntutan dan kebutuhan khalayak. Pada saat ini dilaksanakan dengan sistem pelayanan terbuka (open access) dimana khalayak pengguna dapat menelusur langsung bahan pustaka/publikasi yang diinginkan. Sistem ini diberlakukan untuk mengantisipasi keterbatasan sumberdaya manusia pengelola perpustakaan dan semakin tingginya frekuensi pengunjung perpustakaan, namun kedepan sebagai kontrol dari sistem ini akan diberlakukan pengisian buku tamu elektronik.

Pelayanan Jasa Perpustakaan

Pelayanan perpustakaan BPTP Jawa Barat, berupa pelayanan tamu, penelusuran pustaka melalui e-mail, dan penyebarluasan informasi melalui Warta Pustaka. Pengunjung perpustakaan yang meminjam bahan pustaka pada tahun 2008, yaitu 58 orang fungsional (peneliti, penyuluh pertanian dan litkayasa serta fungsional lainnya) dan 33 orang non fungsional BPTP Jawa Barat, 23 peneliti dari luar BPTP Jawa Barat, 89 mahasiswa, 78 pelajar, dan 15 orang dari swasta. Sedangkan pengunjung melalui e-mail tercatat 12 orang dan pengunjung perpustakaan online sekitar 60 orang. Topik literatur yang banyak dicai mengenai tanaman pangan seperti padi, kedelai, jagung, umbi-umbian serta tanaman hias. Sedangkan subjek yang banyak dicari antara lain hama dan penyakit, bioteknologi, kultur jaringan, enzim, rekayasa genetik, insektisida, biologi molekuler, biologi kontrol, data statistik dan penganganan benih.

Penyampaian informasi terbaru pustaka dilakukan melalui e-mail. Pelayanan melalui pengiriman e-mail kepada tenaga fungsional berupa penyampaian informasi keberadaan pustaka baru dan pengiriman makalah atas dasar permintaan tenaga fungsional. Informasi koleksi buku/jurnal baru, informasi alamat e-book dan e-journal, serta informasi fulltext versi

2277

offline dikirim Perpustakaan melalui e-mail kepada tenaga fungsional. Warta Pustaka merupakan media komunikasi internal antara Perpustakaan dengan tenaga fungsional dan staf administrasi di BPTP Jawa Barat.

Untuk membantu pengguna yang membutuhkan dokumen yang tidak tersedia di perpustakaan BPTP Jawa Barat, dapat dilakukan layanan pengiriman dokumen (decument delivery service). Layanan ini membantu pengguna mendapatkan dokumen yang tidak tersedia pada perpustakaan BPTP Jawa Barat, tetapi tersedia di perpustakaan atau lembaga-lembaga pengelola informasi, baik di dalam negeri atau di luar negeri. Layanan ini membantu pengguna membutuhkan jenis-jenis dokumen yang terbatas dipublikasikan, seperti: makalah dalam seminar, prosiding, laporan penelitian atau artikel-artikel dalam jurnal internasional yang tidak atau belum tersedia di dalam negeri.

Untuk membantu pengguna menemukan koleksi informasi yang dibutuhkan, tersedia on-line public access catalogue (OPAC). Katalog on-line atau OPAC merupakan sistem kalalog perpustakaan menggunakan komputer. Katalog ini memberikan informasi bibliografis dan letak koleksinya. Penggunaan jaringan dalam OPAC memberikan keuntungan, yaitu penelusuran katalog lebih cepat sehingga waktu untuk penemuan kembali bahan pustaka yang dicari lebih efisien, serta pengguna dapat langsung mengakses koleksi data, melalukan download data bibliografi, abstrak, artikel lengkap, dan informasi lain yang tersedia.

Untuk mengakses bahan-bahan digital yang terdapat pada berbagai digital library di seluruh dunia, perpustakaan BPTP Jawa Barat menyediakan e-journal seperti ProQuest, Science Direct dan TEEAL.

Pengelolaan Perpustakaan 1. Bibliografis Buku dan Artikel Jurnal Ilmiah Pemutakhiran katalog dijital dilakukan dengan memasukan data abstrak dan bibliografi, antara lain mencakup judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan kata kunci dari berbagai sumber, antara lain pengkajian yang telah dikaukan BPTP Jawa Barat secara time series, koleksi buku/textbook, artikel dalam jurnal ilmiah/prosiding dalam pangkalan data WINISIS. Jumlah artikel yang sudah masuk dalam pangkalan data pada tahun 2008 sebanyak 380 artikel dari jurnal ilmiah dan prosiding serta 120 textbook/reference.

2288

2. Penyusunan Artikel dan CD-ROM Sebagai upaya efisiensi dan antisipasi terhadap kendala waktu, maka Perpustakaan BPTP Jawa Barat, mengambil inisiatif membuat versi offline data bibliografi dan artikel-artikel dalam bentuk CD-ROM dari jurnal-jurnal luar negeri yang dilanggan secara online oleh Pustaka. Selanjutnya data bibliografi dari artikel yang sesuai dengan mandat BPTP Jawa Barat, akan diinput ke dalam database WINISIS. Pada tahun 2008, sudah dihasilkan 100 judul artikel dalam bentuk pdf.

I. Laboratorium

Sejak bulan Agustus 2008, laboratorium BPTP Jawa Barat dipersiapkan untuk akreditasi laboratorium.. Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat mempunyai tugas melakukan pengujian tanah dan mutu hasil pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPTP Jawa Barat Nomor: 893/Kpb/OT.220/I.10.10/8/2008 tanggal 11 Agustus 2008, susunan Organisasi Laboratorium BPTP Jawa Barat terdiri dari (Gambar 2): 1) Manajer Puncak 2) Manajer Mutu 3) Deputi Manajer Mutu 4) Manajer Adiministrasi 5) Deputi Manajer Administrasi 6) Manajer Teknis 7) Penyelia 8) Analis Tugas dan tanggung jawab petugas Laboratorium BPTP Jawa Barat sebagai berikut: 1) Manajer Puncak mempunyai tugas dan bertanggung jawab terhadap

kegiatan secara keseluruhan, baik teknis maupun administrastif atas penerapan dan pelaksanaan sistem mutu, mengupayakan pengadaan peralatan, sarana, dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan, melakukan teguran dan peringatan, mengatur dan memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan profesi, kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi jalannya pengujian.

2299

Gambar 3. Susunan Organisasi Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Barat

2) Manajer Mutu bertanggung jawab kepada Manajer Puncak mempunyai

tugas dalam menetapkan sistem mutu dan mensosialisasikan dokumen mutu serta memutakhirkan panduan mutu, mengkoordinasikan audit internal, merencanakan pembinaan SDM dan kaji ulang manajemen secara berkala, mengatur personil, menerima masukan dan saran dari pihak lain, bersama Manajer Administrasi melakukan pengendalian pada dokumen sistem mutu.

3) Deputi Manajer Mutu bertanggung jawab kepada Manajer Mutu mempunyai tugas dalam membantu Manajer Mutu untuk mensosialisasikan sistem manajemen, menyusun dan merumuskan sistem manajemen, mengidentifikasi dan mendistribusikan dokumen

Manajer Teknis Lab. Mutu Benih

Penguji/Analis

Manajer Mutu Manajer Administrasi

Manajer Puncak

Penyelia

Deputi Manajer Mutu

Manajer Teknis Lab. Pengolahan

Hasil

Manajer Teknis Lab. Tanah

Penyelia Penyelia

Penguji/Analis Penguji/Analis

Deputi Manajer Adm.

3300

sistem manajemen, membuat jadwal rencana kegiatan audit dan membuat surat tugas, mengevaluasi dan menyampaikan laporan hasil audit kepada Manajer Mutu, menyampaikan ketidaksesuaian pelaksanaan sistem manajemen kepada Manajer Mutu, menyiapkan dan melaporkan penjelasan ketidaksesuaian kepada Manajer Mutu, menyiapkan dokumen sistem manajemen yang akan dikaji ulang, mengusulkan rencana pelatihan personil dan merekomendasikan personil, menginventarisasi keluhan/pengaduan customers dan melaporkannya kepada Manajer Mutu, melaksanakan audit dan mencatat semua hasil audit, menyampaikan surat tanda pemberitahuan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan audit internal, dan membantu Manajer Mutu untuk membuat laporan hasil audit kepada Manajer Puncak.

4) Manajer Teknis bertanggung jawab kepada Manajer Puncak mempunyai

tugas dalam memutakhirkan metode pengujian; merencanakan validasi metode dan kalibrasi alat secara berkala, memastikan dilakukannya pengujian menandatangani hasil pengujian, menangani keluhan customers, mengkoordinir dan mengusulkan personil dan mengawasi pelaksanaan audit dan kalibrasi internal, mengusulkan peningkatan SDM dan fasilitas laboratorium, merekam pelaksanaan teknis sistem mutu, menerima saran dan masukan dari pihak lain.

5) Manajer Administrasi bertanggung jawab kepada Manajer Puncak mempunyai tugas menginformasikan lingkup pengujian kepada pihak luar, menerima permohonan/paket sampel dari customers dan memprosesnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan serta menyerahkannya kepada Manajer Teknis, menyerahkan laporan hasil uji kepada customers, menerima masukan/saran dari pihak lain, merekam semua dokumen yang bersifat administratif, bersama Manajer Mutu melakukan pengendalian sistem mutu.

6) Penyelia bertanggung jawab kepada Manajer Teknis mempunyai tugas untuk melaksanakan, mengawasi dan memberi saran atas kegiatan pengujian yang dilakukan para analis, serta memeriksa data hasil pengujian, membantu penyelia untuk memperlancar pekerjaan analisis, bertanggung jawab atas tertib teknis dan administrasi laboratorium, bersama Manajer Teknis menangani keluhan customers, mengusulkan peningkatan SDM dan fasilitas laboratorium, dan menerima saran dari pihak lain.

3311

7) Kelompok Analis bertanggung jawab kepada Manajer Teknis mempunyai tugas melakukan kegiatan pengujian dan mencatat data pengujian serta menyampaikannya kepada Penyelia, melakukan perlakuan lain yang dibutuhkan terhadap sampel uji yang diterima, melakukan tertib teknis dan administrasi laboratorium sesuai dengan peraturan internal laboratorium uji yang bersangkutan.

Nama dan jabatan personil Laboratorium BPTP Jawa Barat disajikan pada Tabel 16 dan susunan Tim Inti Laboratorium BPTP Jawa Barat disajikan pada Tabel 17

Tabel 16. Personil Penyelenggara Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

No. Nama Jabatan

1. Dr. Ir. Kasdi Subagyono, MSc Manajer Puncak 2. Drs. M. Iskandar Ishaq, MP Manajer Mutu 3. Bambang Susanto, SP Deputi Manajer Mutu/Manajer Teknis

Uji Tanah 4. Ir. Dian Histifarina, MSi Manajer Teknis Uji Pengolahan Hasil 5. Susi Ramdhaniati, SP Manajer Teknis/Analis Uji Mutu

Benih 6. Ir. Eriawan Bekti, MP Manajer Administrasi 7. I.G.A. Putu Sulastri, SE Deputi Manajer Administrasi 8. Irma Noviana, SP Penyelia/Analis Uji Tanah 9. Mulyani, SPt Penyelia/Analis Uji Pengolahan Hasil 10. Tri Hastini, SP Penyelia/Analis Uji Mutu Benih 11. Soejarwati, AMd Analis Uji Tanah 12. Yaya Sukarya, AMd Analis Uji Mutu Benih 13. Dika Kadarwati, AMd Analis Uji Pengolahan Hasil 14. Wawan Wahyudin Analis Uji Pengolahan Hasil 15. Aep Suparman Analis Uji Tanah

3322

Tabel 17. Susunan Tim Inti Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

No. Nama Jabatan

1. Dr. Ir. Kasdi Subagyono, MSc Manajer Puncak 2. Drs. M. Iskandar Ishaq, MP Manajer Mutu 3. Bambang Susanto, SP Deputi Manajer Mutu/Manajer Teknis

Uji Tanah 4. Ir. Dian Histifarina, MSi Manajer Teknis Uji Pengolahan Hasil 5. Susi Ramdhaniati, SP Manajer Teknis/Analis Uji Mutu Benih 6. Ir. Eriawan Bekti, MP Manajer Administrasi

No. Judul RPTP/RDHP/PROPOSAL Penanggung Jawab

A. KEGIATAN FEATI 1. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Ir. Anna Sinaga, M.Si. 2. Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi Ir. Budiman 3. Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa

Barat Dr. Ir. Oswald Marbun, M.Sc.

B. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN - Monitoring dan Evaluasi Ir. Titiek Maryati S, M.Si.

C. TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Jawa

Barat

1. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Karawang

Ir. Mochamad Noch

2. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Purwakarta

Ir. Karsidi Permadi, MS

3. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Subang

Darojat Prawiranegara, SP

4. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Sumedang

Ir. Bebet Nurbaeti

5. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Cirebon

Drs. Agus Nurawan, MP

6. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Kuningan

Ir. Susi Mindarti, MP

7. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kota Banjar

Ir. Hendi Supriyadi, MSi

8. Prima Tani pada Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Ciamis

Ir. Muhammad

Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Jawa Barat 1. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di

Kabupaten Sukabumi Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP

2. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kota Depok

Ir. Olyndriani Dewi

3333

No. Judul RPTP/RDHP/PROPOSAL Penanggung Jawab

3. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Bogor

Ir. Sukmaya, MSi.

4. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Garut

Ir. Endjang Sujitno, MP

5. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kota Tasikmalaya

Ir. Agus Ruswandi, MSi

6. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Ciamis

Dr. Ir. Saeful Bachrein, MSc

Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Jawa Barat 1. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran

Tinggi di Kabupaten Majalengka Ir. Trisna Subarna, MM

2. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Bandung

Ir. Hasmi Bandjar, MSi

3. Prima Tani pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Cianjur

Ir. Euis Rokayah, MP

Prima Tani pada Lahan Sawah Semi Intensif di Jawa Barat

Prima Tani pada Lahan Sawah Semi Intensif di Wilayah Kabupaten Indramayu

Ir. Dedi Sugandi, MP

D.KOORDINASI KEGIATAN PRIMA TANI Dr. Ir. Saeful Bachrein, MSc E. PERBANYAKAN BENIH/BIBIT

1. Perbanyakan Benih Sumber Padi Drs. M. Iskandar Ishaq, MP 2. Pemantauan Program Peningkatan Produksi

Beras Nasional Dra. Indah Nurhati

3. Plot Demonstrasi Pengembangan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi

Dra. Sri Murtiani

F. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

1. Pengkajian Dinamika Indikator Pembangunan Wilayah Pedesaan Jawa Barat

Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc.

2. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Beras di Jawa Barat

Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc.

G. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN LITBANG PERTANIAN Penyusunan Rencana Program

1. Bimbingan Litkaji Ir. Hasmi Bandjar, M.Si. 2. Penyusunan Rencana Teknis Dr. Ir. Oswald Marbun, MSc 3. Komisi Teknologi Pertanian Ir. Eriawan Bekti, MP 4. Database Sumberdaya dan Program

Penelitian (SIM) Eden Agus Ruhiat

5. Pelaporan Ir. Eriawan Bekti, MP H SUPERVISI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA

INFORMASI IPT DAN KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

Ir. Trisna Subarna, M.M.

3344

APBN Judul Kegiatan Penanggung Jawab

1 Primatani Pada Lahan sawah Intensif (8 Lokasi) Ir. Karsidi Permadi, MP

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Karawang Meksy Dianawati, M.Si

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Kuningan Ir. Susi Mindarti,M.Si

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Banjar Ir. Hendi Supriyadi, M.Si

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Cirebon Ir. Agus Nurawan

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Sumedang Ir. Bebet Nurbaeti

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Subang Dra. Sri Murtiani

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Purwakarta Ir. Karsidi Permadi, MP

Primatani Pada Lahan sawah Intensif di Kabupaten Ciamis (Kawali) Ir. Muhamad

2 Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah (6 Lokasi) Ir. Endjang Sujitno, MP

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Garut Ir. Endjang Sujitno, MP

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Sukabumi Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kota Depok Ir. Sri Olyndriana Dewi

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Bogor Ir. Sukmaya, M.Si

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kota Tasik Malaya Ir. Ahmad Hanafiah

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Ciamis Ir. Titiek Maryati, MS

3 Primatani Pada Lahan Kering Dataran Tinggi (2 Lokasi) Ir. IGP Alit Diratmaja

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Cianjur Ir. Euis Rokayah, MP

Primatani Pada Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Majalengka Ir. IGP Alit Diratmaja

4 Primatani Pada Lahan Sawah Semi Intensif Di Jabar (1 Lokasi) Ir. Dedi Sugandi, MP

Primatani Pada Lahan Sawah Semi Intensif

3355

APBN Judul Kegiatan Penanggung Jawab Di Kabupaten Indramayu

5 Koordinasi Prima Tani Ir. Dedi Sugandi, MP 6 Perbanyakan Benih/Bibit Ir. Iskandar Ishaq, MP 7 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di

Jawa Barat Dr.Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc 8 Pengkajian Valuasi Ekonomi PTT Padi Sawah

untuk Ir. Ikin Sadikin 9 Peningkatan Efesiensi dan Efektivitas

Implementasinya 10 Pengkajian Formulasi & Pemanfaatan Pupuk

NPK Ir. Ruli Hardianto Alternatif Berbahan Baku Kotoran Ternak,

Jerami dan Sekam Untuk Peningkatan Efesiensi Pupuk

NPK 25% 11 Pengkajian Pengembangan Alat Pembuat Bio

Gas Untuk Ir. Dian Histifarina, M.Si Peningkatan Ketersediaan Energi Alternatif

20% 12 Karakterisasi, Inventarisasi dan Delineasi

Wilayah Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP Pengembangan Sapi Beranak Kembar di

Jawa Barat 13 Pengkajian Teknologi Pembibitan Spesifik

Lokasi Untuk Ir. Alan Rahmat Peningkatan Kualitas Jeruk Garut 25% Pengkajian Pengembangan Teknologi Panen

Air dan Ir. Endjang Sujitno Irigasi Hemat Air Untuk Peningkatan

Efesiensi Penggunaan Air 30% dan Peningkatan Luas Tanam

Jagung 25% 14 Pengkajian Pengendalian Hama Penggerek

Batang Padi Meksy Dianawati, M.Si (PBP) Spesifik Lokasi Untuk Mengurangi

Resiko Gagal Panen Padi 20%

15 Uji Multi Lokasi dan Adaptasi Padi Gogo Untuk Peningkatan Ir. Bebet Nurbaeti,

Ketersediaan Calon Varietas Padi Gogo 3-5 Genotipe

16 Pengkajian Pengembangan Teknologi Puree Pisang Ir. Euis Rokayah, MP

3366

APBN Judul Kegiatan Penanggung Jawab Spesifik Lokasi Untuk Peningkatan Nilai

Tambah Ekonomi 20% PENGKAJIAN DAN DISEMINASI

TEKNOLOGI SPESIFIKASI Ir. Eriawan Bekti, MP A Display Teknologi Peningkatan Kualitas Buah

Jambu, Ir. Basuno Belimbing dan Manggis

B. Pameran Teknologi Pertanian Hasil Pengkajian BPTP Ir. Djoko Sediono

Jawa Barat C. Website BPTP Jawa Barat Nadimin, S.Si

SINTA 1

Gelar Teknologi Varietas Baru Padi Sawah dan Padi Gogo Ir. Eriawan Bekti, MP

di Jawa Barat Selatan 2 Pendampingan Teknologi Tanaman

Hortikultura Ir. Anna Sinaga, M.Si 3 4 System Tanam Padi Di Lahan Sawah

Dengan Produksi Total Diatas 30 Ton Per Hektar Per Tahun di Jawa Barat

Dra. Indah Nurhati

5 Peningkatan peran kelompok tani dalam menghasilkan benih padi, jagung dan kedelai bermutu di Jawa Barat

Ir. Susi Mindarti

6 Uji Multilokasi Padi Sawah (10 t/ha), kedelai (3 t/ha) dan Jagung umur genjah (+ 80 hari) toleran kekeringan (11 t/ha) di Jawa Barat

Ir. Iskandar Ishaq

7 Kaji terap penggunaan power threser pada saat pemanenan padi dalam upaya menekan angka kehilangan hasil di Jawa barat

Ir. Dian Histifarina, Msi

Disain Model Komunikasi dan Metode Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi dalam Pelaksanaan IP Padi 400 di Jawa Barat

Ir. Anna Sinaga, M.Si

Pengkajian Ternak Unggulan Lokal Jawa Barat (ayam petelur lokal dengan produktivitas 250 butir/tahun, domba komposit lepas sapih 60 kg, dan produksi susu kambing 3-4 liter/hari)

Ir. Ahmad Hanafiah

Pengkajian Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik dari Batang/Tongkol Jagung di Jawa Barat

Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP

3377

DISEMINASI, INFORMASI, DAN KOMUNIKASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI JAWA BARAT (FEATI)

(Penanggung jawab: Dr. Ir. Oswald Marbun, M.Sc.)

Dengan diberlakukannya pasar bebas, maka produk-produk pertanian dari negara luar akan mudah memasuki pasar Indonesia. Untuk mengimbanginya produk pertanian dalam negeri harus mampu bersaing dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau. Selama ini produk pertanian di Indonesia belum banyak yang mampu menembus pasar luar negeri, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri masih harus mengimpor dari luar negeri. Hal ini disebabkan sistem dan usaha tani yang dikelola oleh petani masih banyak bersifat konvensional. Untuk itu diperlukan teknologi-teknologi terobosan yang mampu meningkatkan produksi dengan kualitas yang baik. Badan Litbang Pertanian melalui BPTP telah banyak menghasilkan teknologi, namun banyak hasil penelitian yang belum sampai kepada khalayak pengguna. Selain itu, diperlukan juga upaya diseminasi inovasi teknologi pertanian yang cepat sampai dan diadopsi oleh pengguna.

Agar teknologi bisa cepat diadopsi oleh pengguna sesuai dengan kebutuhannya, diperlukan berbagai upaya pemberdayaan petani. Pendekatan yang digunakan dalam upaya pemberdayaan petani tersebut dilakukan dengan perbaikan pada semua komponen penyuluhan yang ada, penyempurnaan dan penguatan keberadaan kelembagaan yang terkait dengan penerapan teknologi serta sistem informasi pertanian. BPTP adalah pelaksana Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI) yang terkait dengan pelaksanaan Komponen C (Perbaikan Pengkajian dan Diseminasi Teknologi). P3TIP merupakan kegiatan diseminasi inovasi teknologi bagi BPTP dan dapat dijadikan titik tolak awal dalam membenahi berbagai pembaharuan dalam kegiatan diseminasi yang dilakukan selama ini. P3TIP dilaksanakan melalui kegiatan Diseminasi, Informasi, dan Komunikasi Teknologi Pertanian dalam bentuk: (1) peragaan dan penerapan teknologi yang terdiri dari kaji terap, demonstrasi, dan gelar teknologi, (2) pertemuan petugas dan kelompok tani dalam bentuk kegiatan lokakarya dan pertemuan partisipatif, dan (3) pengembangan informasi melalui media cetak dan terproyeksi.

3388

Kegiatan Diseminasi, Informasi, dan Komunikasi Teknologi Pertanian dilaksanakan di wilayah Jawa Barat dan tempat lainnya, dengan khalayak pengguna terdiri dari dinas/instansi tingkat propinsi, tingkat kabupaten (delapan kabupaten: Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Garut, Karawang, dan Sukabumi), kecamatan, desa, petugas lapangan, KTNA, anggota kelompok tani, gabungan kelompok tani, perusahaan swasta, dan masyarakat pertanian secara keseluruhan. Pada tahun 2008, kegiatan ini dibangun oleh tiga kegiatan, yaitu (1) Pengkajian Metodologi Diseminasi Inovasi Teknologi, (2) Penyuluhan dan Penyebaran Informasi, dan (3) Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian di Jawa Barat.

Pengkajian Metodologi Diseminasi Inovasi Teknologi dilakukan di wilayah utara dan selatan Jawa Barat dengan responden adalah penyuluh pertanian dan petani. Hasil pengkajian menyatakan bahwa pengukuran tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi sangat diperlukan oleh penyuluh pertanian karena berkaitan dengan hasil kinerja penyuluh di lapangan yang berprospek pada kinerja penyuluh pada masa yang akan datang, mudah dilaksanakan, namun perlu berbagai perbaikan. Rendahnya pengetahuan dan sumberdaya petani dalam pemahaman terhadap kuesioner menjadi kendala dalam penggalian umpan balik. Sosialisasi akan parameter instrument dan rekomendasi teknologi sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian yang dilakukan oleh penyuluh lapangan. Keseringan dan efektivitas penggunaan media informasi oleh penyuluh bervariasi antara penyuluh yang berada di Jawa Barat bagian utara dengan selatan, begitu pula terhadap informasi yang diperlukan bagi penyuluh di wilayah utara dan selatan maupun penyuluh yang berada di wilayah sawah berpengairan teknis maupun non-teknis. Musyawarah kelompok merupakan metodologi yang sering digunakan di wilayah sawah berpengairan teknis dan non teknis. Media informasi yang paling efektif digunakan di wilayah utara adalah Dem Farm, sedangkan di wilayah selatan adalah Demplot. Teknis budidaya merupakan informasi yang paling dibutuhkan baik di wilayah utara maupun selatan dengan informasi komoditas yang paling dibutuhkan adalah padi dan palawija.

Hasil kegiatan Penyuluhan dan Penyebaran Informasi pada tahun 2008 adalah a) rumusan kebutuhan teknologi bagi FMA secara keseluruhan adalah SLPTT padi, pembuatan pupuk organik (kompos), dan aneka pengolahan pangan, b) pengembangan jalinan komunikasi peneliti penyuluh masih terbatas pada tingkat kabupaten atau kecamatan melalui berbagai pertemuan seperti partisipasi pada pelatihan Tim Pemandu Lapangan, penyuluh swadaya, pengelola FMA, penyampaian hasil PRA, dan temu teknologi dengan FMA dalam rangka perencanaan dan bimbingan penerapan teknologi bagi FMA/Gapoktan, c) analisis kebutuhan teknologi

3399

dimulai dengan koordinasi tingkat provinsi, koordinasi tingkat kabupaten, partisipasi pada berbagai pelatihan petugas FEATI, pertemuan partisipatif bagi petani, pengumpulan data profil FMA, penyampaian hasil PRA, dan analisis usahatani (keragaan usahatani), serta rumusan kebutuhan teknologi, d) sosialisasi rekomendasi teknologi dilaksanakan melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian tingkat provinsi, BP4K/instansi penyuluhan tingkat kabupaten, dan pertemuan partisipatif tingkat kecamatan atau BPP, serta pertemuan tingkat desa/pengelola FMA, e) proposal penerapan teknologi diajukan oleh pengelola FMA pada akhir bulan Desember 2008, sehingga bimbingan penerapan teknologi dilakukan pada tahun 2009, dan f) diperlukan koordinasi yang lebih optimal antara BPTP dengan Dinas Pertanian tingkat provinsi, sinkronisasi program FEATI antara BPTP dengan tingkat kabupaten, dan jaringan bimbingan penerapan teknologi tingkat FMA.

Kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian yang telah dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu: a) melaksanakan lokakarya implementasi FSA tingkat provinsi dan telah ditindaklanjuti dengan sosialisasi FSA di delapan kabupaten lokasi FEATI (Cirebon, Garut, Indramayu, Majalengka, Karawang, Kuningan, Subang, dan Sukabumi); b) bimbingan inovasi teknologi pada gapoktan atau pengelola FMA lokasi terpilih telah dilakukan di beberapa kabupaten (Majalengka, Garut, Kuningan), sedangkan persiapan penerapan teknologi dilakukan pada kabupaten lainnya; c) peragaan teknologi melalui kegiatan kaji terap pembuatan kompos telah dilaksanakan di Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, dan telah ditindaklanjuti dengan penggunaannya pada musim hujan, d) gelar teknologi pengolahan bawang merah, mangga, dan jagung manis telah dilaksanakan di Kabupaten Cirebon dan akan ditindaklanjuti dengan mengembangkan produk olahan bawang goreng, dodol mangga dan jagung manis oleh kelompok wanita tani, e) gelar teknologi pengolahan mangga telah dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan akan ditindaklanjuti dengan mengaplikasikan teknologi pengolahan mangga (dodol, gum drop, sari buah, manisan mangga kering, dan sirup), dan f) penyebaran informasi hasil pertanian yang telah dilakukan meliputi berbagai metoda, seperti kaji terap dan gelar teknologi, pencetakan bahan informasi poster, penyebaran leaflet, dan pertemuan dengan pengelola FMA.

Program FEATI dilaksanakan dengan mengikuti alur pikir FEATI dan kesepakatan pelaksanaan di BPTP dan kabupaten. Untuk masa yang akan datang disarankan kegiatan FEATI pada tingkat provinsi dan kabupaten lebih terintegrasi dan sinkron, dengan cara tetap menjaga komunikasi

4400

antara pengelola FEATI tingkat provinsi (BPTP dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura) dengan para pengelola FEATI tingkat kabupaten.

PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN SUMEDANG

(Penanggung jawab: Ir. Bebet Nurbaiti) Kegiatan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi

Teknologi Pertanian (Prima Tani) pada lahan Sawah Intensif di Jawa Barat pada tahun 2008 dilaksanakan di 8 Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Sumedang. Prima Tani di Kabupaten Sumedang dilaksanakan di Desa Cibeureum Wetan dan Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka.

Tujuan Kegiatan tahun 2008 adalah: 1) Menerapkan dan memantapkan model sistem dan usaha agribisnis pada lahan sawah intensif di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, 2) Meningkatkan kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis serta meningkatkan jaringan kerja sama antar lembaga agribisnis pada lahan sawah intensif di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, dan 3) Menguatkan klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, diseminasi dan informasi. Sedangkan keluaran yang diharapkan adalah: 1) Model sistem dan usaha agribisnis diterapkan pada lahan sawah intensif di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, 2) Kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis serta kerja sama antar lembaga agribisnis pada lahan sawah intensif Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang meningkat, dan 3) Klinik agribisnis tumbuh lebih kuat dan dimanfaatkan sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, diseminasi dan informasi di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu adalah mencakup aspek inovasi teknis, kelembagaan dan diseminasi.

Hasil yang diperoleh adalah: 1) Model sistem dan usaha agribisnis yang diwujudkan dalam bentuk Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) yang ditunjang oleh model pengembangan komoditas melalui Sistem Usahatani intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) pada lahan sawah intensif di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sudah mulai terbentuk dan diterapkan khususnya untuk komoditas padi dan ternak, akan tetapi masih memerlukan penyempurnaan dan peningkatan kinerja dari masing-masing sub sistem pendukungnya, 2) Kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis dan jaringan kerjasama antar lembaga agribisnis lahan sawah intensif Desa Cibeureum Wetan dan Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka telah mulai meningkat. Seperti adanya

4411

peningkatan kinerja kelompoktani khususnya kelompoktani penangkar sebagai lembaga in put produksi serta terjadinya kemitraan pemasaran benih padi, susu kambing dan dodol tomat, 3) Klinik Agribisnis yang berfungsi sebagai salah satu lembaga pelayanan jasa konsultasi dan informasi sudah operasional dan dimanfaatkan oleh pengguna, baik diwilayah Prima Tani maupun di luar wilayah Prima Tani, 4) Dampak dari kegiatan Prima Tani adalah adopsi komponen teknologi model PTT padi dan peningkatan pendapatan petani kooperator dari usahatani yang dikelolanya sebesar 41,58%.

Pengembangan Prima Tani di Kabupaten Sumedang baru berdasarkan komponen teknologi (dampak). Komponen teknologi tersebut diterapkan di lokasi di luar Desa Cibeureum Wetan yaitu Cibeureum Kulon, dan Desa Genere Kecamatan Buah Dua (Tabel 18).

Tabel 18 Pengembangan/replikasi pada Prima Tani Sumedang

No Komoditas/Inovasi Teknologi 2008

Desa Areal (ha)

Petani (orang)

A Model Prima Tani (Replikasi)

B Komponen Teknologi; Model PTT:

2 55 148

VUB (Ciherang, Cigeulis, Situ Bagendit, Sarinah, Conde)

Pemupukan: Urea dengan BWD, P dan K dengan PuTs

Bahan organik: kompos jerami 1,5 t/ha

Cara tanam Legowo 2 dan 4 jajar Bibit muda < 20 hss, tanam 1-3 batang Konsep PHT

Pengolahan kompos jerami dengan bioaktivator biodec

1 10 4

Dalam rangka pengembangan dan persiapan transfer Prima Tani

Kabupaten Sumedang ke Pemerintah Daerah, maka hal yang perlu dipersiapkan adalah: 1) meningkatkan koordinasi dengan Pemda melalui Dinas Instansi terkait sehingga kegiatan Prima Tani menjadi program utuh dari Pemda, 2) menyempurnakan model AIP dan SUID sehingga dapat dijadikan kebijakan program pertanian di Kabupaten Sumedang.

4422

PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN SAWAH

INTENSIF DI KABUPATEN SUBANG (Penanggung jawab: Dra. Sri Murtiani)

Banyak inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian, tetapi penyebaran inovasi teknologi tersebut di tingkat petani masih lamban. Guna mengakselerasi penyampaian teknologi ke petani, pada tahun 2008, program Primatani di Propinsi Jawa Barat dilaksanakan di 17 kabupaten salah satu diantara lokasi terpilih adalah Kabupaten Subang, yang mewakili Zona Agroekosistem lahan sawah intensif. Pelaksanaan Prima Tani di Kabupaten Subang dilaksanakan di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang yang mempunyai luas lahan 600.65 ha dengan luas lahan sawah 364.5 ha. Hasil PRA (Partisipatory Rural Aprraisal) komoditas unggulan yang dikembangkan di Prima Tani Kabupaten Subang adalah: padi, kacang tanah dan ternak domba.

Tujuan Prima Tani Kabupaten Subang pada tahun 2008 adalah: 1) Mengembangkan fungsi klinik agribisnis di laboratorium lahan sawah intensif, 2) Mengimplementasikan dan mengembangkan teknologi spesifik lokasi, 3) Menumbuhkan partisipasi kelembagaan pendukung sistem usahatani yang ada di wilayah laboratorium agribisnis lahan sawah intensif, dan 4) Mendapatkan umpan balik perbaikan inovasi teknologi dan kelembagaan sebagai bahan penyempurnaan program.

Prima Tani Kabupaten Subang telah membina 10 kelompok tani (Lampegan, Jaha-1, Jaha-2, Pasirwangi, Nanggela, Cileles, kelompok penangkar benih padi Prima Lestari, Kelompok Ternak Domba Cileles, Kelompok Ternak Sapi Potong Jaha I, dan Kelompok Wanita Tani Lespa Harapan Jaya) dan1 Gapoktan Tani Jaya.

Pengembangan PTT padi Prima Tani Kabupaten Subang pada MH dan MK I sudah diadopsi di 6 kelompok tani di Desa Sindanglaya dengan luasan kurang lebih 155 ha dari awal masuknya Program Prima Tani yaitu 50 ha dengan produktivitas dari 5,2 ton/ha menjadi 6,75 ton/ha atau meningkat 30%, dan PTT juga sudah diadopsi se Kecamatan Tanjungsiang (11 desa) seluas 350 ha melalui Program SLPTT. Dari hasil ubinan di beberapa lokasi, produksi rata-rata petani yang melaksanakan PTT adalah 8,5 t/ha GKP (7,2 t/ha GKG) sedangkan petani Non PTT 6,4 t/ha GKP (5,4 t/ha GKG). Dengan demikian melalui pengembangan model PTT, produktivitas padi dapat ditingkatkan 2,1 t/ha GKP.

Selain menangani 3 komoditas utama (padi, kacang tanah dan ternak domba), tim Prima Tani Kabupaten Subang bekerjasama dengan Kantor Penyuluhan (KP3) Subang, juga membina pasca panen komoditas

4433

dari ketela pohon atau singkong, yaitu pengolahan singkong menjadi gitrek melalui Pelatihan SL-UBA yang sampai akhir Desember 2008 produksinya telah mencapai 20 kg per hari. Kemitraan lain yang telah dibina dengan KP3 Subang adalah dalam kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang menyediakan modal sebagai usaha agribisnis petani dan FEATI, yang merupakan kegiatan pempelajaran usahatani bagi kelompok/gapoktan. Juga pelaksanaan kegiatan demplot Kaji Terap beberapa varietas unggul padi diantaranya: Varietas Mekongga, Sarinah, Angke, Situ Bagendit, Cibogo, dan Cigeulis. Hasil ubinan ukuran 2,5 x 2,5 m2, varietas unggul padi yang paling sesuai dan berdaya hasil tinggi di lokasi pengkajian adalah Situ Bagendit dengan produksi 5,7 kg atau 9,1 ton/ha GKP.

Dalam rangka mendukung pengembangan padi Hibrida, BPTP Jawa Barat bekerjasama dengan Balai Besar Tanaman Padi (Balitpa), Sukamandi melakukan kaji terap pada MK I 2008 terhadap 11 varietas padi Hibrida dengan Ciherang sebagai pembanding di lokasi Prima Tani Kabupaten Subang. Adapun ke-11 varietas padi Hibrida tersebut yaitu: 1) Rokan, 2) Maro, 3) Mappan (PO2), 4) Hiperindo, 5) Intani 2, 6) Hipa-3, 7) Hipa-4, 8) Hipa-5, 9) Hipa-6, 10) Pioner-1, dan 11) Pioner-2. Sebenarnya ada 13 varietas yang diintroduksikan, namun 2 varietas tidak tumbuh yaitu Batang Camo, dan SHS 8 (Sang Hyang Sri). Hasil kaji terap/uji adaptasi Di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang menguatkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Balitpa, Sukamandi, bahwa tingkat produktivitas padi hibrida lebih tinggi sekitar 15-20 % dibandingkan dengan inbrida Varietas IR-64 atau Ciherang (sebagai pembanding di lokasi Prima Tani Subang) yang hasil riilnya 61 kg/100 m2 atau sekitar 6,1 ton/ha.

Pada MK II 2008, dilaksanakan kegiatan SL PTT Kacang Tanah yang diikuti oleh 25 orang petani kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Subang. Berdasarkan hasil ubinan, hasil panen Varietas Domba adalah 7,2 kg/10 m2, sehingga perkiraan produksi bila dilaksanakan pada lahan 1 (satu) Ha setelah dipotong pematang adalah sekitar 5,2 ton/ha polong basah atau 3,1 ton/ha polong kering (potensi hasil 2,6 ton/ha). Diharapkan dengan inovasi teknologi yang diawali dengan uji varietas dan dilanjutkan dengan SL PTT, petani dapat mengadopsi teknologi budidaya kacang tanah, sehingga hasil produksi yang diperoleh tinggi dan dapat membuka kerjasama atau kemitraan dengan pihak swasta. Berdasarkan hasil analisis usahatani, tingkat pendapatan yang diterima adalah Rp. 16.908.000,- (Tabel 17). Secara ekonomi, diperoleh nilai R/C (return cost) ratio sebesar 4,26 (R/C > 1), yang berarti bahwa budidaya kacang tanah dengan menerapkan model PTT layak untuk diusahakan dan lebih menguntungkan (B/C ratio > 1). Introduksi teknologi kacang tanah, juga meningkatkan

4444

produktivitas dari 1 ton/ha pada tahun 2007 menjadi 1,8 ton/ha pada tahun 2008.

Klinik agribisnis pada lokasi Prima Tani Kabupaten Subang didirikan di Desa Sindanglaya menempati salah satu ruangan Kantor Desa. Ruangan klinik telah dilengkapi dengan peralatan kantor, rak buku, buku-buku, brosur, poster, majalah, leaflet dan koran. Fungsi klinik agribisnis di lokasi Primatani Lahan Sawah Intensif Kabupaten Subang berkembang sebagai tempat pertemuan Gapoktan dan pelatihan-pelatihan maupun tempat magang, juga tempat menerima kunjungan tamu. Tetapi kurang berkembang sebagai tempat konsultasi bagi petani, karena letaknya di ruang Desa Sindanglaya.

Hasil tahun 2008 telah sesuai dengan keluaran yang diharapkan pada tahun 2008 yaitu: (1) Berfungsinya klinik agribisnis sebagai lembaga jasa konsultasi/pertemuan, pelatihan, diseminasi, dan informasi pertanian di lokasi lahan sawah intensif di Kabupaten Subang. (2) teknologi yang diterapkan telah sesuai dengan kondisi setempat. (3) Berjalannya kelembagaan pendukung sistem usahatani yang ada di wilayah lahan intensif di Kabupaten Subang sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga dapat mendukung kelompok tani. (4) Adanya umpan balik perbaikan inovasi teknologi dan kelembagaan sebagai bahan penyempurnaan program. Dengan adanya Prima Tani pendapatan on farm petani per KK meningkat sebesar 56%, yaitu dari Rp. 14.388.756,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 22.526.048,- pada tahun 2008.


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN CIAMIS

(Penanggung jawab: Ir. Muhammad)

Salah satu program untuk mempercepat proses penyampaian dan adopsi teknologi pertanian pada Lahan Sawah Intensif (LSI) adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Pendekatan yang ditempuh dalam program ini adalah membangun Laboratorium Agribisnis yang merupakan model percontohan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) berbasis inovasi teknologi dan kelembagaan pedesaan (Badan Litbang Pertanian, 2004a). Di dalam Laboratorium Agribisnis dikembangkan interaksi langsung antara kegiatan Penelitian-Penyuluhan-Agribisnis-Pelayanan pendukung. Selain itu, para peneliti, penyuluh pertanian, petani, praktisi agribisnis dan pengelola lembaga pelayanan pendukung agribisnis dapat berinteraksi langsung dalam mengembangkan dan mewujudkan AIP di lokasi kegiatan Prima

4455

Tani. Upaya tersebut diharapkan dapat tercapai melalui: 1) penerapan sistem dan usaha agribisnis terpadu berdasarkan agroekosistem, potensi pasar dan kondisi sosial ekonomi, 2) pembinaan petani dalam kerjasama kelompok untuk menerapkan pola usahatani yang berorientasi pasar, dan 3) peningkatan keterpaduan antara seluruh subsistem yang terkait dalam sistem agribisnis pertanian.

Tujuan Tahun 2008: a) Identifikasi dan karakterisasi wilayah pengembangan sebagai dasar dalam penyusunan rancangan model sistem dan usaha agribisnis yang sesuai dengan kondisi setempat. b) Merintis pembentukan (inisiasi) dan penguatan kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis yang ada di wilayah pengembangan (laboratorium agribisnis) c) Merintis pembentukan (inisiasi) klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, advokasi, diseminasi dan informasi. d) Merancang pembentukan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis yang didukung oleh seluruh lembaga/instansi terkait melalui program terpadu. e) Mendapatkan umpan balik perbaikan model percontohan sistem dan usaha agribisnis sebagai bahan penyempurnaan program

Keluaran Tahun 2008 a) Diperoleh data dan informasi mengenai potensi, masalah dan peluang pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan program jangka pendek (3-5 tahun) dan jangka panjang. b) Terbentuk dan atau berfungsinya kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribinis yang ada di wilayah pengembangan (laboratorium agribinis). c) Terbentuk dan berfungsinya klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, diseminasi dan informasi. d) Terciptanya kerangka model percontohan sistem dan usaha agribisnis di wilayah pengembangan (laboratorium agribinis). e) Tersedianya umpan balik penerapan model percontohan sistem dan usaha agribisnis sebagai bahan untuk penyempurnaan program.

Kegiatan Prima Tani lahan sawah beririgasi yang ramah lingkungan dilaksanakan pada skala komersial (laboratorium agribinis) melalui beberapa pendekatan, antara lain: (1) sistem dan usaha agribisnis berbasis industri pedesaan (agribinis industrial pedesaan/AIP) yang berarti bahwa dalam implementasinya memperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan sarana produksi, usahatani (on-farm), panen dan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran dalam satu sistem yang lengkap dan terpadu.

Pada tahap awal (Tahun 2008) pelaksanaan Prima Tani pada lahan sawah beririgasi yang ramah lingkungan di kabupaten Ciamis diawali dengan kegiatan pemahaman pedesaan secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal/PRA). Tahap selanjutnya dilakukan survey pendasaran

4466

(baseline survey) yang hasilnya merupakan alat/metode untuk membandingkan kondisi awal/sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan (exante vs expost analysis). Dengan mengetahui dan memahami kondisi awal pada variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kegiatan agribisnis dan sistem agribisnis pedesaan, maka dapat diketahui bagaimana perubahan variabel-variabel tersebut setelah dilakukan kegiatan. Implementasi Inovasi

Inovasi yang dikembangkan dalam pelaksanaan Prima Tani terdiri dari dua jenis inovasi yaitu: inovasi teknis dan inovasi kelembagaan.

Inovasi teknologi yang dikembangkan pada lahan sawah beririgasi di Kabupaten Ciamis mencakup peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani secara berkelanjutan. Komoditas dan teknologi yang diintroduksikan adalah PTT padi yang ramah lingkungan menuju pertanian organik merupakan komoditas dan teknologi yang sesuai dengan kondisi biofisik lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya setempat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan kaidah-kaidah optimalisasi dan konservasi lahan dalam sistem usahatani terpadu, dan terintegrasi antara tanaman dan ternak.

Agar seluruh komponen lembaga AIP dapat berjalan dalam satu managemen AIP, maka perlu dibentuk model struktur organisasi AIP yang akan disusun secara bertahap selama 3 tahun (2008-2011).

Dalam pembentukan model AIP di mulai dari pengembangan masing-masing komponen lembaga AIP yang akan kerjakan secara bertahap. Sehingga pada tahun 2011 diharapkan sudah dapat terbangun model AIP secara lengkap.

Diseminasi merupakan salah satu bagian kegiatan Prima Tani untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan inovasi teknologi kepada pengguna. Dengan demikian penyampaian inovasi teknologi dan kelembagaan dapat dipercepat dan diterapkan secara luas serta tepat oleh pengguna. Beberapa kegiatan diseminasi, adalah: meningkatkan pemahaman dan keterlibatan dari dinas/instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan Prima Tani.

Pelatihan Petugas dan Kelompoktani/Gabungan Kelompoktani. Pelatihan dilakukan untuk membekali petugas yang akan menjadi pendamping dalam kegiatan Prima Tani. Materi yang diberikan adalah berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan agribisnis yang akan diintroduksikan/dikembangkan, sehingga para petugas diharapkan mampu memberikan bimbingan kepada para kelompoktani binaannya. Selain itu pelatihanpun diberikan anggota-anggota kelompoktani dalam bentuk kursus yang dilakukan baik di dalam ruangan maupun di lapangan. Dalam pembinaan penerapan teknologi diterapkan model sekolah lapang, dimana

4477

petani diajak untuk mampu mengamati dan menganalisis sendiri terhadap masalah-masalah yang terjadi dan pemecahannya dalam penerapan teknologi di lapangan. Pembinaan kelompok dilakukan dari mulai penumbuhan/ penyegaran kelompok sampai aplikasi teknologi. Pembinaan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang disepakati oleh semua anggota kelompok dalam suatu musyawarah. Materi pembinaan disesuaikan dengan kondisi lapangan dari mulai dinamika kelompok, manajemen kelompok, teknis penerapan teknologi, kelembagaan, pemasaran dan lain-lain sesuai kebutuhan. Narasumber yang akan memberikan materi dalam pembinaan adalah penyuluh/peneliti BPTP, Petugas Kantor Penyuluhan, Dinas Teknis terkait Kabupaten, Kecamatan, dan Balit Komoditas.. Kegiatan ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja inovasi teknologi yang dikaji dan menyebarluaskan teknologi bagi pengguna. Temu lapang diikuti oleh petani sebagai pengguna akhir dari teknologi, dan dinas/instansi terkait baik dari pemerintah maupun swasta. Pada saat temu lapang, tanggapan dari peserta terhadap kinerja teknologi dihimpun sebagai bahan masukan atau umpan balik untuk Balai Komoditas sebagai sumber teknologi maupun BPTP sebagai pengkaji ditingkat lapangan.

Pelayanan informasi melalui klinik agribisnis dilakukan dengan tiga kegiatan utama yakni: 1) penyebaran informasi secara tertulis maupun lisan; 2) pemberian jasa konsultasi usahatani dan 3) pelayanan pemecahan masalah di lapangan usahatani. Materi yang akan didesiminasikan dirancang dan disusun dengan rinci dan disesuaikan dengan kebutuhan petani. Materi disajikan dengan menggunakan multimedia dan multimetoda.

Penetapan materi: materi klinik disesuaikan berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang ada di lapangan, disesuaikan dengan kebutuhan, mencakup kegiatan keseluruhan proses agribisnis dari hulu (on-farm) sampai hilir (off-farm).


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN SAWAH INTENSIF DI KOTA BANJAR

(Penanggung jawab: Ir. Hendi Supriyadi, M.Si)

Badan Libang Pertanian berperan dalam pembangunan pertanian melalui inovasi teknologi. Upaya mempercepat adopsi teknologi perlu dilakukan melalui metode diseminasi yang tepat. Salah satu metode diseminasi adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Model Prima Tani yang diterapkan di

4488

Kota Banjar adalah model renovasi yang merupakan penyempurnaan dari model usaha agribisnis yang telah ada yang berbasis tanaman padi, sehingga mencerminkan revitalisasi inovasi yang ada pada sistem dan usaha agribisnis.

Kegiatan Prima Tani menggunakan pendekatan agroekosistem, agribisnis, wilayah, kelembagaan, dan kesejahteraan. Kegiatan Prima Tani diawali dengan PRA dan selanjutnya implementasi inovasi teknologi. Dalam penerapannya petani didorong melakukan usahatani on farm dann off farm. Untuk mengetahui pengaruh penerapan inovasi teknologi dicatat dalam Farm Record Keeping (FRK). Kegiatan Prima Tani tahun 2008 meliputi advokasi dengan instansi terkait dan implementasi inovasi teknologi.

Prima Tani di Kota Banjar dilaksanakan di Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari. Tahun 2008 merupakan tahun ke-2 kegiatan Prima Tani di Kota Banjar.

Prima Tani di Kota Banjar diimplementasikan dalam model Laboratorium Agribisnis yang dikembangkan dalam jangka waktu tiga tahun (2007-2009). Kegiatan tahun 2008 adalah penerapan dan pemantapan Model Laboratorium Agribisnis yang mencakup kegiatan implementasi inovasi teknologi, kelembagaan, dan diseminasi.

Komoditas yang dikembangkan padi sawah, jagung, sapi potong dan kambing PE dengan penerapan pola integritas. Pendapatan petani dari padi, jagung, kambing PE, dan sapi potong. Hasil ikutan (limbah) dijadikan pupuk organik. Kelembagaan agribisnis mengarah pada implementasi AIP meliputi kelembagaan hulu sampai hilir. Sawah di Kelurahan Muktisari berpengairan sepanjang tahun bersumber dari Sungai Citanduy. Sebagian besar petani (70%) menerapkan pola IP-200 (pola tanam padi-padi-bera) dan 30% menerapkan pola IP-300 (pola tanam padi-padi-sayuran/palawija).

Petani di Kelurahan Muktisari sudah melaksanakan beberapa komponen PTT padi sawah. Tim Prima Tani mengembangkan kegiatan inovasi teknologi PTT padi sawah dan hasilnya cukup memuaskan dengan dampak penyebaran ke beberapa wilayah.

Aplikasi inovasi teknologi padi organik dilakukan di Kelompok Tani Mitra Sejahtera berupa demplot seluas 1 ha. Teknologi yang diterapkan adalah konsep PTT padi dengan komponen varietas unggul (Varietas Ciherang), sistem tanam Legowo, (3) tanam bibit muda dan 1-2 batang/rumpun, (4) pupuk organik (9 t/ha), (5) aplikasi konsep PHT, dan (6) penanganan panen0. Berdasarkan ubinan diperoleh hasil 7-9 t GKP/ha.

4499

Kegiatan pembuatan pupuk organik dilakukan di Kelompok Tani Mitra Saluyu, Waringin Sidodadi, dan Karya Sadar dengan bahan baku kotoran kambing.

Budidaya kambing PE di Kelompok Tani Mitra Saluyu, Waringin Sidodadi, dan Karya Sadar, sedangkan budidaya sapi potong di Kelompok Tani Karya Sadar dan Mitra Sejahtera. Dilakukan pembinaan pemberian pakan, air minum, dan kebersihan kandang.

Pemberdayaan kelompok tani dilakukan melalui pendekatan individu dan kelompok. Dilengkapi petunjuk teknis ke tiga komponen teknologi introduksi. Gapoktan Hegar Mukti mulai berperan dalam mengkoordinasikan kegiatan kelompok tani.

Lembaga pengolahan dan pemasaran beras sudah berfungsi dalam peningkatan pendapatan petani. Hubungan lembaga pengolahan dengan petani juga berperan dalam pemasaran hasil sehingga petani memperoleh keuntungan dari usahataninya.

Terdapat empat lumbung pangan (di Kelompok Tani Karya Sadar, Mitra Saluyu, Mitra Sejahtera, dan Mitra Karya). Tahun 2008, Dinas Pertanian Kota Banjar membangun 1 unit bangunan Lumbung Pangan di Kelompok Tani Mitra Karya. Tahun 2009 direncanakan membangun 2 unit yaitu Kelompok Tani Waringin Sidodadi dan Sukamukti.

Klinik Agribisnis berlokasi di Kantor BPP Kecamatan Langensari. Keberadaannya telah memberikan kontribusi terhadap para petani yang telah memanfaatkan Klinik Agribisnis sebagai tempat konsultasi mengenai usaha agribisnis yang mereka lakukan.

Pertemuan partisipatif dilakukan terhadap kelompok tani dan Gapoktan, dimana secara spesifik dilakukan diseminasi berbagai inovasi teknologi yang diperlukan.

Tujuan temu lapang adalah diseminasi kegiatan kepada petani kooperator maupun petani sekitar wilayah kegiatan Prima Tani. Kegiatan temu lapang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: (1) pada saat panen padi hibrida dan (2) pada saat panen padi organik.

Pameran yang diikuti adalah pada HKP Harganas Tingkat Kota Banjar (23-25 Juni 2008). Tujuan keikutsertaan dalam pameran adalah untuk menyebarluaskan program Prima Tani kepada masyarakat petani lingkup Kota Banjar.

Beberapa komponen teknologi dalam PTT padi sawah, seperti sistem tanam Legowo, penggunaan varietas unggul, dll sudah menyebar selain ke petani di wilayah Laboratorium Agribisnis juga ke wilayah desa/kelurahan lain di Kecamatan Langensari. Berdasarkan model SUID dan AIP yang dikembangkan di wilayah Laboratorium Agribisnis Kelurahan Muktisari, maka setelah dua tahun pelaksanaan Prima Tani di wilayah

5500

tersebut, telah diperoleh peningkatan pendapatan dari sebelum adanya Prima Tani.


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN KUNINGAN

(Penanggung jawab: Ir. Susi Mindarti, M.P)

Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2005 membuat suatu program untuk mempercepat proses adopsi teknologi di tingkat petani. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian bersama dengan Balit, Puslit lingkup Badan Litbang Pertanian sudah melaksanakan kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Kuningan pada tahun 2007. Luaran Prima Tani Kabupaten Kuningan adalah: (1) peningkatan pendapatan petani; (2) penerapan model pengembangan dan pemasyarakatan inovasi AIP; (3) umpan balik perbaikan inovasi teknologi sebagai bahan penyempurnaan program. Kegiatan Prima Tani di Kabupaten Kuningan tahun 2008 yang telah dilakukan: (1) koordinasi dengan SKPD Kabupaten Kuningan; (2) perbenihan padi dan ubi jalar; (3) pengelolaan ternak domba dengan sistem koloni; (4) pembuatan kompos dari bahan kotoran ternak domba; (5) diversipikasi produk olahan; (6) kelembagaan agribisnis; (7) study banding; dan (8) pelatihan petani dan petugas. Hasil kegiatan Prima Tani di Kabupaten Kuningan sampai dengan akhir tahun 2008 adalah: (1) konsolidasi dan koordinasi baik di tingkat lapangan maupun kabupaten berjalan baik, namun demikian masih perlu dimantapkan kembali; (2) usaha agribisnis Gapoktan Karya Bakti sudah berjalan dengan baik diantaranya pengadaan pupuk, pestisida, penjualan beras murni dan penjualan stik ubi jalar; (3) peningkatan produksi padi dengan pendekatan model PTT pada MH 2007/2008 mencapai 3,2% dibanding MK I 2007 yaitu dari 6,2 t/ha menjadi 6,4 t/ha; (4) sarana pendukung dari Dinas PSDA berupa perbaikan saluran irigasi sepanjang 300 meter sangat membantu kegiatan usahatani di Desa Pancalang; (5) kelembagaan mitra cai dapat meningkatkan kinerja petani dalam pengelolaan air irigasi; (6) penangkaran benih di Desa Pancalang Kecamatan Pancalang Kabupaten Kuningan seluas 7 hektar dengan dua Varietas, yaitu Mekongga dan Situ Bagendit; (7) displey varietas padi hibrida dengan 13 varietas, dan varietas yang paling tinggi hasilnya adalah Hipa-3 yaitu 12,43 ton/ha dan Hipa-5 12,29 ton/ha, sedangkan yang memiliki hasil paling rendah adalah Hibrida R1 yaitu 7,58 ton/ha; (8) tanggapan petani terhadap inovasi teknologi model PTT padi sangat positif dengan semakin berkembangnya penerapan teknologi PTT di

5511

Desa Pancalang yaitu di 3 Kecamtan (Pancalang, Mandirancan, dan Pasawahan) dan 22 desa dengan luas hamparan 549,5 hektar.

Lokasi Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kuningan dilaksanakan di Desa Pancalang, Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan. Luas wilayah Laboratorium Agribisnis berdasarkan batas administrasi desa dari kecamatan yang bersangkutan, yaitu seluas 215,7 hektar dengan luas lahan sawah 141 hektar dengan 6 kelompoktani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Karya Bakti. Tahapan kegiatan Prima Tani, diantaranya: Pelaksanaan Program Prima Tani Lahan Sawah Intensif Kabupaten Kuningan dilakukan melalui pendekatan yang menekankan pada keperluan pengguna inovasi (user oriented), yaitu: (1) pendekatan sistem dan usaha agribisnis dalam arti bahwa implementasi Prima Tani memperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input output usahatani, pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran dalam satu sistem, bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk yang mencakup pengembangan sistem dan usaha agribisnis lengkap dan terpadu dalam satu unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP); (2) agroekosistem; bahwa pengembangan sistem dan usaha agribisnis dilaksanakan pada (berbasis) agroekosistem lahan sawah intensif dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi biofisik lahan sawah intensif yang meliputi aspek sumberdaya lahan, air, wilayah komoditas dan komoditas dominan; (3) pendekatan wilayah; berarti model inovasi yang dikembangkan merupakan inovasi untuk memanfaatkan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah administrasi (desa atau kecamatan), salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama, sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam kaitannya dengan nilai ekonomis; (4) pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup aspek modal, sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani dan mengutamakan keterlibatan masyarakat pedesaan; dan (5)berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan; inovasi yang diperkenalkan merupakan inovasi yang mampu meningkatkan pendapatan secara nyata dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan.

Perkiraan dampak dari kegiatan ini diantaranya adalah: (1) Kegiatan Prima Tani di Desa Pancalang mampu meningkatkan wawasan dan kinerja kelompoktani, (2) bila dari satu hektar sawah pada MK-I tahun 2008 rata-rata meningkat 3,2% yaitu dari 6,2 t/ha menjadi 6,4 t/Ha (naik 0,2t/ha) maka dari 141 ha lahan sawah yang terhampar di Pancalang menghasilkan

5522

gabah sebanyak 28,2 ton, (3) peningkatan nilai tambah padi menjadi beras maka pendapatan petani meningkat menjadi Rp. 200,-/kg gabah. Untuk luasan 141 ha dengan hasil rata-rata 6,4 t/ha pendapatan petani bertambah Rp. 5.120.000,-, dan (4) Penangkaran benih padi seluas 7 ha dapat memenuhi kebutuhan benih bukan saja di Kecamatan Pancalang tetapi dapat memenuhi kebutuhan benih di Kabupaten Kuningan sebanyak 21 ton atau kebutuhan sawah seluas 840 ha, dan (5) diversifikasi olahan ubi jalar menjadi Stik Ubi Jalar yang telah dipasarkan ke outlet oleh-oleh di Kabupaten Kuningan dapat meningkatkan Kinerja dan pendapatan Kelompok Wanita Tani.


INTENSIF DI KABUPATEN PURWAKARTA (Penanggung jawab: Ir. Karsidi Permana, M.P.)

Salah satu misi Kabupaten Purwakarta adalah mengembangkan

ekonomi kerakyatan berbasis pertanian dan industri. Arah kebijakan pembangunan di bidang pertanian diantaranya mengembangkan pertanian ke arah agribisnis dengan memperkuat sub sistem hulu tengah (pertanian dalam arti luas) dan hilir, mendorong berkembangnya industri pasca panen, meningkatkan program pengembangan pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan melalui intensifikasi dan diversifikasi dan pemberdayaan usaha pertanian rakyat serta upaya lain yang dapat menunjang kinerja produksi pertanian di daerah.

Salah satu cara untuk melaksanakan percepatan adopsi dan inovasi teknologi hingga sampai kepada pengguna adalah melalui Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau disingkat “Prima Tani” yang telah dilaksanakan mulai tahun 2007.

Hasil kegiatan tahun 2007, diantaranya adalah tingkat penerapan teknologi padi seluas 34 ha. Pelaksanaan PTT Padi Sawah menghasilkan rata-rata 7,31 t/ha dengan nilai B/C ratio 2,26. Untuk PTT cabai memperoleh rata-rata hasil sebesar 17,86 ton dengan nilai B/C sekitar 4,22. Sedangkan pendekatan PTT ubi jalar produktivitasnya mencapai hasil 26,98 t/ha dengan nilai B/C 4,72. Pendapatan petani dengan penerapan teknologi meningkat untuk padi 63,27%, cabai merah 158% dan ubi jalar 193%. Pada ternak domba dilakukan inventarisasi dan benah kelompok serta pemberian obat-obatan untuk kesehatan dan penambahan pejantan untuk perbaikan kualitas keturunan, serta pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas.

5533

Kegiatan Prima Tani lahan sawah intensif dilaksanakan di Desa Wanasari, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Sebagai acuan dalam menentukan langkah pelaksanaan kegiatan Prima Tani dibuat Road map yang memuat tujuan, peningkatan pendapatan, indikator progres, dan tahapan kegiatan utama selama 3 tahun dari tahun 2007 hingga 2009. Selain itu dilakukan Farm Record Keeping (FRK) melalui pengamatan/pendataan berkala. Kegiatan tersebut untuk mengetahui perkembangan dari teknologi inovasi, sistem dan usaha agribisnis dari Prima Tani.

Kegiatan pada Tahun 2008 mencakup kegiatan pemantapan kelembagaan berdasarkan prioritas masalah dan meningkatkan pembinaan serta merintis jaringan kerjasama kelembagaan pendukung setiap subsistem agribisnis, kegiatan diseminasi diarahkan kepada peningkatan advokasi dan peningkatan opersionalisasi klinik agribisnis, kegiatan implementasi teknologi dengan prinsip LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture).

Kegiatan Prima Tani dalam mewujudkan kelembagaan AIP melibatkan Balai Penelitian Komoditas, Dinas terkait dan Perguruan Tinggi. Dukungan dana yang disalurkan sampai tahun 2008 sebanyak 973.000.000 berasal dari APBD dan APBN melalui BPTP, PSDA dan Dinas Pertanian Kabupaten.

Keterkaitan antar lembaga agribisnis belum seluruhnya berjalan dengan baik. Sebagian elemen kelembagaan AIP sudah berfungsi dengan baik dan terintegrasi seperti lembaga produksi, lembaga alsintan, lembaga saprodi terutama kios yang ada dan lembaga permodalan. Penguatan kelembagaan dilakukan pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan kelompok tani-ternak sebagai lembaga produksi. Kegiatan yang dilakukan secara rutin melalui kegiatan penyuluhan teknis dan non teknis, pelatihan dan keterampilan serta pembinaan administrasi kelompok. Penguatan permodalan yang berasal dari dana PUAP disalurkan oleh Gapoktan pada akhir 2008.

Perbaikan saluran irigasi teknis dan setengah teknis telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (Cipta Karya). Untuk memperlancar irigasi telah dilakukan pengerukan Situ Wanayasa pada akhir tahun 2007 dan pengerukan Situ Cibeber menggunakan alat berat pada bulan Juli 2008 oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Propinsi Jawa Barat. Sedangkan perbaikan saluran irigasi sederhana atau saluran irigasi desa sudah dilakukan melalui Program Jaringan Irigasi Desa (JIDES) atau Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT). Selain itu, pada tahun 2007 telah diupayakan usulan pembangunan Kantor BPP di Desa Wanasari dengan tujuan agar pelayanan terhadap petani semakin dekat dan mudah

5544

terjangkau. Pembangunan gedung telah terealisasi pada akhir tahun 2008 dan diharapkan terjadinya peningkatan pelayan terhadap petani.

Kegiatan kerjasama antara lain pengiriman perwakilan petani untuk magang di kelompok tani yang sudah maju sehingga terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan kerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran telah dilaksanakan berupa pembuatan pakan awetan dan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Teknologi pembuatan kompos dibimbing oleh instruktur/ narasumber dari Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

Klinik agribisnis telah dijadikan tempat berkonsultasi petani, peternak, penyuluh dan petugas dari wilayah lain. Klinik agribisnis juga dijadikan sebagai tempat pertemuan rutin Gapoktan serta pertemuan-pertemuan yang lain. Media informasi berupa poster, banner serta-leaflet-leaflet telah ada di dalam klinik agribisnis. Sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan Prima Tani terus dilakukan untuk mendukung berjalannya pengembangan inovasi teknologi di tingkat petani seperti Bapeda, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

SUID pada tanaman padi, ternak domba, cabai merah dan ubi jalar sudah mulai terbentuk. Intensifikasi tanaman padi, ubi jalar dan cabai merah ditempuh melalui model PTT, sedangkan pada ternak domba diintensifkan sistem pemeliharaan, manajemen kandang, pakan, sanitasi dan kesehatan ternak.

Implementasi Model PTT Padi sawah pada tahun 2008 diarahkan kepada pengembangan luas areal maupun pemantapan komponen teknologi. Hasil panen pada MK I 2008 rata-rata 7,564 t/ha. Untuk penghematan pupuk, sosialisasi PuPS telah dilaksanakan di BPP Kiarapedes dan diikuti oleh seluruh penyuluh dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kiarapedes, Wanayasa, Pondoksalam, Pasawahan dan Bojong. Selain itu telah dilaksanakan display hibrida pada MH 2007/2008 di sawah petani. Pengembangan pada skala luas penerapan inovasi teknologi telah diadopsi oleh Dinas Pertanian melalui program SLPTT dimana pada masing-masing kecamatan dilakukan pada lahan seluas 15 hektar dan 1 hektar sebagai laboratorium lapang untuk padi hibrida serta 25 hektar untuk SLPTT padi inbrida.

Implementasi Model PTT Cabai Merah diarahkan kepada penggunaan bibit unggul, penggunaan mulsa plastik hitam perak, penggunaan pupuk kandang, perlakuan benih, persemaian dengan plastik dan tidak dilepas pada saat tanam (untuk pengendalian ulat tanah), pengendalian hama penyakit secara PHT yaitu penggunaan tanaman border jagung dan tagetes dan penggunaan perangkap kuning serta sex

5555

feromon. Sedangkan luas penanaman cabai mengalami peningkatan 44 % pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007.

Implementasi Model PTT Ubi jalar baru pada penggunaan varietas unggul. Luas penanaman ubi jalar pada MK I tahun 2008 terdapat peningkatan 12,5% dari musim tanam sebelumnya. Pada MK II 2008, luas penanaman ubi jalar meningkat sebesar 105,5% dibanding MK I 2008. Sedangkan inovasi teknologi pasca panen ubi jalar dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Kesimpulan dari pelaksanaan Prima Tani adalah kinerja kelembagaan mulai berjalan di Desa Wanasari melalui pembinaan dan diseminasi. Dalam kegiatan teknis telah terjadi peningkatan produksi dan keuntungan dari sebelum pelaksanaan Prima Tani pada tahun 2006, yaitu untuk produksi meningkat 44,9% dan keuntungan meningkat 65%. Keuntungan usahatani cabai merah sebesar 158.45% pada tahun 2007 dan 23.47 % pada tahun 2008. Sedangkan pada ubi jalar, terjadi peningkatan keuntungan sebesar 192,52% pada tahun 2007 dan meningkat 29,32% pada tahun 2008.

PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING

DATARAN TINGGI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Penanggung jawab: Ir. IGP Alit Diratmaja)

Wilayah AEZ lahan kering dataran tinggi di Jawa Barat pada

umumnya berlahan subur, dengan komoditas yang diusahakan sayuran, buah-buahan, tanaman hias, jagung, dan ternak terutama sapi perah. Pengusahaan komoditas tersebut telah berorientasi pasar, pemilihan komoditas mempertimbangkan harga jual. Masalah pada pelaksanaan program agribisnis adalah koordinasi, sinkronosasi, dan keterkaitan antar intansi. Keterpaduan program dan instansi pemerintah saat ini belum jelas sehingga pengembangan komoditas unggulan belum berjalan dengan baik.

Tahapan Kegiatan Prima tani akan dilaksanakan selama kurun waktu tiga tahun (2007-2009) diharapkan pada tahun ke 3 embrio sistim usahatani intensifikasi diversifikasi (SUID) dari agribisnis industrial pedesaan (AIP) telah terbentuk. Tahapan kegiatan prima tani adalah sebagai berikut: setting lokasi, setting komoditas unggulan, setting teknologi dan kelembagaan, dan implementasi program.

Pada sub sistem produksi masih terdapat yield gap antara potensi produksi (menurut hasil penelitian) dan kondisi riil di lapangan. Terjadinya yield gap antara potensi dan keadaan dilapangan disebabkan belum digunakannya teknologi oleh petani, sebagai akibat dari lambatnya inovasi

5566

teknologi. Terjadinya yield gap disebabkan oleh (a) belum adanya keterkaitan antara komponen penelitian, penyuluhan, pelaku agribisnis, dan lembaga jasa layanan pendukung, (2) belum ada model tahapan sistem inovasi pertanian, dan (c) belum terjadinya keterkaitan antar sub-sistem dalam pengembangan sistem agribisnis. Berdasarkan masalah tersebut di atas, diperlukan upaya mempercepat penyampaian inovasi teknologi dan peningkatan pendapatan petani melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang bermuatan teknologi dan kelembagaan unggul dan mutahir.

Untuk itu diperlukan upaya khusus yang memadukan sistem inovasi dengan sistem aribisnis, upaya ini disebut program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian (Prima Tani). Prima Tani merupakan program rintisan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian, yang di rancang untuk mencapai keluaran akhir terbentuknya Unit Agribisnis Industrial (UAI) dan sistem usahatani intensifikasi dan diverifikasi (SUID). Keluaran tersebut merupakan representasi Industri pertanian berbaris iptek.

Kesimpulan sementara di desa Sangiang belum terbentuk unit agribisnis industrial pedesaan (AIP) dan sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu dan teknologi di kawasan pengembangan komoditas unggulan lahan kering dataran tinggi sesuai harapan Prima Tani. Produktivitas dan efesiensi usahatani meningkat, gabungan kelompok tani dan koperasi berfungsi sudah mulai nampak hasilnya. Peningkatan pendapatan melalui pengolahan hasil dan efisiensi lembaga input produksi, sudah mulai dirasakan oleh sebagian petani. Terjalinnya kemitraan dalam pemasaran hasil masih perlu penanganan, karena berhubungan antar personal yang memerlukan saling percaya satu sama lainnya.

Dampak kegiatan untuk pemerintah daerah adalah: Klinik agribisnis diadopsi oleh BPP Talaga; Metoda pembinaan kelompok yang mengaitkan kepala desa dan kepala dusun diadopsi oleh PPL/BPP Talaga, Bantarujeg; PRA dan rancang bangun, diadopsi oleh Dinas Pertanian; Satu kali pelatihan PPL se Wilayah Banjaran, Cikijing, Talaga dan Bantarujeg.

Dampak gegiatan untuk petani adalah: Peningkatan produktivitas jagung 2-5 persen; Cara pemupukan dengan cara ditugal atau langsung dilakukan pembumbunan setelah pemupukan dapat meningkatkan produktivitas pada tanaman kentang dan kubis; Pada tanaman kentang peningkatan produktivitasnya bisa mencapai 20% dari 16-18 t/ha menjadi 19-24 t/ha; Pada tanaman kubis peningkatan produktivitasnya bisa mencapai 30% dari 20-25 t/ha menjadi 25-30 t/ha; Ketersediaan sarana produksi lancar dengan adanya kelembagaan sarana produksi dan kredit

5577

SP3; Hasil jagung sebagian besar ditampung koperasi; Total pendapatan setelah Prima Tani meningkat 16% tahun 2007 dan 23% tahun 2008.


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING DATARAN TINGGI DI KABUPATEN CIANJUR (Penanggung jawab: Ir. Euis Rokayah, M.P.)

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi teknologi

Pertanian (Prima Tani) Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Cianjur. Kegiatan Prima Tani dimulai tahun 2007 dan akan berakhir tahun 2009. Kegiatan tahun 2008 merupakan lanjutan dari kegiatan tahun 2007, adapun luaran yang ingin dicapai adalah: (1) Memasyarakatnya Prima Tani pada wilayah Laboratorium Agribisnis lahan kering dataran tinggi; (2) Meningkatnya sumberdaya manusia (petugas dan petani) dalam pelaksanaan kegiatan pada wilayah Prima Tani lahan kering dataran tinggi, sehingga dapat berperan aktif pada pelaksanaan kegiatan; (3) Tumbuh kembangnya kelembagaan yang ada di wilayah Prima Tani lahan kering dataran tinggi; (4) Penguatan (inisiasi) klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultasi, diseminasi dan informasi. Dengan berjalannya waktu Prima Tani lahan kering dataran tinggi telah memasyarakat pada wilayah Laboratorium Agribisnis hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya kelompok yang semula hanya satu kelompok, banyak anggota masyarakat khususnya petani yang ingin bergabung menjadi anggota kelompok, saat ini telah tumbuh 8 kelompok tani satu diantaranya di luar desa yang menjadi Laboratorium Agribisnis. Pelaksanaan Sistem Usaha Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) di Desa Talaga mulai dari pengelolaan pisang secara on farrn sampai dengan off farm telah meningkatkan sumberdaya manusia pada wilayah Laboratorium Agribisnis. Saat ini Komponen-komponen lembaga agribisnis (klinik agribisnis, saprodi, produksi, pascapanen, pemasaran) telah membentuk satu kesatuan organisasi dalam kerangka model kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP), walaupun dalam operasionalnya belum optimal. Melalui Asosiasi Petani Pisang Cugenang produk Prima Tani khususnya pisang segar telah dipasarkan Care Foore dan Matahari di Jakarta, kripik pisang dipasarkan melalui Toko Manisan Mekar Sari di Cianjur, sedangkan produk lainnya (sale, dodol dan kue basah dari pisang) pemasaran baru berdasarkan pesanan. Dengan berperannya AIP dan implementasi berbagai inovasi pada pelaksanaan SUID telah membawa pengaruh dalam peningkatan pendapatan petani di Desa Talaga Kecamatan Cugenang sebagai Laboratorium Agribisnis.

5588

Program Prima tani di Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur membantu program daerah sampai tahun 2009, Melalui sinergisitas Prima Tani dengan SKPD terkait. Namun tidak menutup kemungkinan apabila masih diminta oleh daerah untuk terus dilanjutkan sampai program ini dirasakan berhasil dan pemerintah daerah siap untuk menerima transfer.

Replikasi dimulai dari kesamaam program yaitu “Pengembangan Budidaya Pisang Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)“. Lokasi PMUK di Kecamatan Cugenang berada di 3 (tiga) Desa yaitu: Sarampad, Padaluyu dan Cirumput, lokasi ke-3 Desa tersebut berdekatan dengan Lokasi Prima Tani Desa Talaga sebagai Laboratorium Agribisnis. Dalam Penerapan inovasi teknologi budidaya pisang Desa Talaga dijadikan model untuk ke – 3 desa tersebut diatas. Sehingga tidaklah heran bila pertemuan di Desa Talaga selalu dihadiri oleh ke – 3 desa tersebut diatas. Bahkan Gapoktan dari ke – 3 desa ini bersama Gapoktan Desa Talaga membentuk satu ikatan yang utuh dalam tataniaga perpisangan melalui Asosiasi Petani Pisang Cugenang (APCC).

Dengan adanya Prima Tani selain memberikan dampak intern juga memberikan dampak ekstern dengan adanya program dari Pusat Pembiayaan Sekjen Deptan. Melalui kegiatan penumbuhan Lembaga Keuangan Mikro (LKM yaitu kegiatan yang menangani permodalan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja petani anggota kelompok. Pelaksanaan LKM-A dilaksanakan di Desa Sarampad Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, lokasi ini berdekatan dengan Desa Talaga. Melalui pemilihan dan musyawarah peserta maka terbentuk LKM-A dengan nama “Barokah Amaliah”. LKM-A ini dikelola oleh 3 orang pengurus dan 3 orang pengelola, serta seksi yang terdiri dari: penggalangan dana, pembinaan anggota, pembiayaan, pembukuan. Pada tanggal 4 Desember 2008 LKM-A “Berkah Amaliah” telah resmi dibuka.

Melalui berbagai kegiatan sebagai hasil dari sinergisitas program dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Prima Tani telah memasyarakat tidak saja di Desa Talaga sebagai Laboratorium Agribisnis tetapi di desa yang berdekatan yaitu di Desa Sarampad, Padaluyu, dan Cirumput. Implementasi program yang dimulai dari Rancangan & Rintisan, Penerapan & Pemantapan, Pengembangan, dan Penyerahan Model Laboratorium Agribisnis, telah membawa perubahan baik pada Agribisnis Industrial Pedesaan maupun pada Sistem Usaha intensifikasi dan Deversifikasi yang dilaksanakan di Desa Talaga, keadaan ini dengan sendirinya berpengaruh pada peningkatan sumberdaya manusia baik pada petugas maupun petani terkait. Melalui berbagai bimbingan terhadap petugas lapang dan pembinaan kelompok tani telah berhasil menumbuh-

5599

kembangkan kelembagaan yang ada di wilayah Prima Tani lahan kering dataran tinggi

Klinik Agribisnis merupakan lembaga pelayanan informasi dan konsultasi,, dengan adanya sinergisitas program antara Prima Tani dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur mewujudkan Gedung Klinik Agribisnis. Saat ini Klinik Agribisnis belum beroperasinal secara optimal karena dalam tahap penguatan yaitu dengan melengkapi bahan informasi atau teknologi yang terkait dengan komoditas yang ada di wilayah Laboratorium Agribisnis, namun setiap pertemuan Gapoktan dan Asosiasi dilaksanakan di Klinik Agribisnis.


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING DATARAN TINGGI DI KABUPATEN BANDUNG

(Penanggung jawab: Drs. Alan Rahmat)

Prima Tani sebagai strategi baru dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Litbang Pertanian pada intinya adalah membangun laboratorium agribisnis yang merupakan model percontohan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) berbasis inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian. Dengan demikian Prima Tani sangat potensial dijadikan salah satu instrumen implementasi visi pembangunan pertanian khususnya di Kabupaten Bandung. Pelaksanaan Prima Tani sejalan dengan visi pembangunan pertanian Kabupaten Bandung yaitu menjadikan pertanian sebagai fasilitator handal dalam mensejahterakan masyarakat petani di pedesaan melalui pembangunan pertanian yang modern, efisien, lestari dan terpadu dengan pembangunan wilayah menuju ketahanan pangan dan agribisnis yang tangguh, dinamis dan berwawasan lingkungan tahun 2010. Secara ekonomi regional, pada Tahun 2007 sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bandung sebesar 7,48 persen.

Prima Tani Kabupaten Bandung dilaksanakan di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg dengan komoditas utama jagung serta komoditas pendukung padi, sayuran dan ternak. Penentuan komoditas utama tersebut didasarkan atas hasil PRA (Participatory Rural Appraisal) serta koordinasi dan konsultasi dengan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.

Dari hasil PRA diketahui bahwa Desa Citaman memiliki potensi lahan kering seluas 252,25 ha dan lahan sawah seluas 151,60 ha. Sektor pertanian menjadi mata pencaharian pokok, yaitu sebanyak 8,73 persen dari total jumlah penduduk desa berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Pengembangan komoditas jagung diarahkan pada sistem usaha agribisnis

6600

dengan memadukan berbagai subsistem pendukungnya yang diaplikasikan dalam suatu model ”Laboratorium Agribisnis”.

Hasil kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan telah menunjukkan adanya simpul keterkaitan antar komponen kelembagaan yang dikembangkan melalui kelompok penangkar benih jagung dan padi unggul. Bibit jagung komposit varietas Sukmaraga dan Srikandi Kuning-1 untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok tani di Desa Citaman dan sekitarnya telah dapat dipenuhi oleh kelompok penangkar benih Citaman Mekar. Usaha penangkaran benih jagung seluas 5,51 ha menghasilkan benih varietas Sukmaraga sebanyak 10,74 ton dan Srikandi Kuning-1 sebanyak 1,7 ton. Penangkaran benih padi di kelompok tani Saluyu seluas 1,27 ha menghasilkan benih varietas Situ Bagendit sebanyak 4,56 ton serta varietas Sarinah pada lahan seluas 0,20 ha dengan hasil benih sebanyak 0,65 ton.

Perkembangan luas areal pertanaman jagung komposit (Sukmaraga dan Srikandi Kuning-1) tidak terlepas dari tersedianya benih pada saat diperlukan dengan harga yang terjangkau. Luas areal tanam jagung komposit terus meningkat sehingga pada akhir tahun 2008 mencapai 50 ha. Kegiatan pembinaan dan penumbuhan kelompok dapat memicu peningkatan aktivitas anggota serta penambahan jumlah kelompok tani dari 8 menjadi 12 kelompok dan 1 kelompok wanita tani (KWT). Kegiatan KWT lebih diarahkan kepada pengembangan usaha diversifikasi makanan olahan dengan bahan baku utama jagung. Pembinaan secara intensif dan pelatihan wanita tani untuk menumbuhkembangkan industri rumah tangga dengan memproduksi keripik jagung dan dodol jagung. Pengembangan produk olahan telah memberikan kontribusi terhadap pedapatan anggota KWT dari keuntungan penjualan produk olahan antara RP 5.000 - Rp 7.500 per kg.

Gapoktan Desa Citaman yang dibentuk pada awal tahun 2008 sudah membenahi kelompok tani dan keanggotaannya serta merancang usaha-usaha sesuai dengan kebutuhan anggota dan potensi yang ada, baik di sektor hulu (on-farm) maupun di hilir (off-farm). Usaha-usaha produktif di sektor hilir (off-farm) mendapat dukungan permodalan dari program PUAP sebesar Rp 100 juta. Dalam cakupan wilayah yang masih terbatas, kegiatan Prima Tani sampai tahun 2008 memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani, khususnya dari sektor pertanian rata-rata sebesar 30,09 persen. Peran aparat desa dalam memfasilitasi kegiatan penumbuhan dan pembinaan kelompok tani telah berdampak positif terhadap peningkatan aktivitas kelompok tani pada sektor pertanian.

6611


DATARAN RENDAH DI KABUPATEN CIAMIS (Penanggung jawab: Ir. Titiek Maryati, M.Si)

Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2005 membuat suatu program untuk mempercepat proses adopsi teknologi di tingkat petani. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian bersama dengan Balit, Puslit lingkup Badan Litbang Pertanian sudah melaksanakan kegiatan Prima Tani Lahan Kering dataran rendah di Kabupaten Ciamis pada tahun 2007. Luaran Prima Tani Kabupaten Ciamis adalah: (1) Diterapkannya inovasi teknologi komoditas unggulan (jagung, kakao, dan sapi potong) secara luas di tingkat petani; (2) Menguatnya kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis yang ada di wilayah Desa Margaharja dan Desa lainnya di wilayah Kecamatan Sukadana dalam kerangka sistem dan usaha agribisnis; (3) Dimanfaatkannya klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, advokasi, diseminasi dan informasi; (4) Diperoleh umpan balik perbaikan model percontohan sistem dan usaha agribisnis sebagai bahan penyempurnaan program. Kegiatan Prima Tani di Kabupaten Ciamis tahun 2008 yang telah dilakukan: (1) Sosialisasi dan koordinasi (advokasi) pelaksanaan Prima Tani, melalui pertemuan formal dan informal di tingkat provinsi, tingkat kabupaten, dan tingkat kecamatan/desa dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis; (2) Fasilitasi Penguatan Pelayanan Penyuluhan dan Diseminasi; (3) Fasilitasi Pembinaan/Pemberdayaan Kelompoktani; (4) Fasilitasi Penyediaan Sarana Produksi, Kemitraan dan Pemasaran; (5) Fasilitasi Pengolahan Hasil; (6) Fasilitasi Penyediaan Modal; (7) Kelembagaan Jaringan Usaha Jagung; (8) Klinik Agribisnis; (9) Studi banding; dan (10) Pelatihan petani dan petugas. Hasil kegiatan Prima Tani di Kabupaten Ciamis sampai dengan akhir tahun 2008 adalah: (1) Konsolidasi dan koordinasi baik di tingkat lapangan maupun kabupaten berjalan baik, namun demikian masih perlu dimantapkan kembali; (2) Pelayanan penyuluhan dan diseminasi inovasi teknologi diperkuat melalui beberapa strategi/kegiatan, yaitu: Penyediaan Buku Pegangan Petugas Lapang dan Pelatihan dan Studi banding bagi petani/kelompoktani dan petugas lapang, serta Pemanfaatan ”Klinik Agribisnis” sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai lembaga pelayanan jasa konsultasi, diseminasi/penyuluhan, dan informasi yang mendukung pengembangan agribisnis (Agribisnis Industrial Perdesaan/ AIP); (3) Pembinaan kelompoktani/Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) Bangkelung Desa Margaharja; (4) Pada pertanaman jagung MH 2007/2008 telah dilakukan kemitraan antara kelompoktani dengan CV

6622

Karya Mulya dan CV Sani Putra, sebagai salah satu distributor PT. Petrokimia Gresik yang dilakukan secara partisipatif seluas 125 ha yang terdiri atas 100 ha untuk tanaman jagung dan 25 ha dengan total nilai Rp. 86.900.000,- secara yarnen (bayar setelah panen). Pada MK 2008 juga dilakukan kemitraan dengan CV Sani Putra untuk tanaman jagung seluas 40 ha. Demikian pula pada MH 2008/2009 kemitraan ini tetap diteruskan oleh pihak PT Petrokimia Gresik. Kemitraan dengan PT. Petrokimia melalui CV. Saniputra pada pertanaman MH 2008/2009 direncanakan seluas 307 ha untuk Kecamatan Sukadana meliputi komoditas jagung dan padi sawah, sedangkan untuk Desa Margaharja direncanakan seluas 65 ha pada kelompoktani Bangkelung III, V dan IX; (5) Pengolahan hasil (agroindustri) jagung dilakukan melalui ”Silo” yang merupakan mesin pemberi nilai tambah (added value) yang utama dalam agribisnis jagung pada umumnya dan bagi petani pada khususnya yang berada di Desa Margajaya, Kecamatan Sukadana; (6) Fasilitasi Penyediaan Modal telah dilakukan sosialisasi SP3 di tingkat Kecamatan Sukadana oleh bank Bukopin dan pembentukan lembaga Keungan Mikro (LKM) dibawah Gapoktan Bangkelung Desa Margaharja melalui dana BLM-PUAP; (7) Klinik agribisnis telah berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya yang ditunjukkan dengan adanya pengunjung yang memanfaatkan informasi yang tersedia di klinik (buku, leaflet, dll.) baik petani, petugas, mahasiswa Unwim yang melakukan Paktik Kerja dan Pengabdian Masyarakat (PKPM) dan pihak lainnya; (8) Sistem Usaha Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) melalui komoditas jagung, ternak sapi potong dan kakao. Peningkatan produksi jagung dengan pendekatan model PTT pada MH 2007/2008 relatif baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya yaitu 4.5 t/ha jagung pipilan kering untuk varietas hibrida dan 5 t/ha untuk varietas jagung komposit Sukmaraga, sedangkan pada MK II 2008 6,5 t/ha untuk varietas jagung Sukmaraga.Telah dilakukan pengolahan limbah tanaman dan ternak (kompos dan biogas) dan pengendalian hama PBK pada tanaman kakao dengan menggunakan kombinasi insektisida/ fungisida Fyfanon 40EC dengan Nordox 56WP (bekerjasama dengan PT Tritama Wirakarsa) pada lahan seluas sekitar 1,6 ha,

Lokasi Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah di Ciamis dilaksanakan di Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Luas wilayah Laboratorium Agribisnis berdasarkan batas administrasi desa dari kecamatan yang bersangkutan, yaitu seluas 1.188,9 ha didominasi dengan luas lahan kering yang mencapai luas 884,7 ha (74,4% dari total luas wilayah), dengan delapan kelompoktani dan dua Kelompok wanitatani (KWT) yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Bangkelung Desa Margaharja.

6633

Pelaksanaan Program Prima Tani LKDR Kabupaten Ciamis dilakukan melalui pendekatan yang menekankan pada keperluan pengguna inovasi (user oriented), yaitu: (1) Agribisnis berbasis industri perdesaan (agribinis industrial perdesaan/AIP) yang berarti bahwa dalam implementasinya memperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan sarana produksi, usahatani (on-farm), panen dan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran dalam satu sistem yang lengkap dan terpadu. Selain itu, penerapan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial, norma dan aturan yang berlaku, serta mengutamakan keterlibatan masyarakat perdesaan; (2) Agroekosistem yang berarti bahwa inovasi teknologi dan kelembagaan agribisnis yang dikembangkan mencerminkan kondisi wilayah; (3) Wilayah yang berarti model inovasi yang dikembangkan merupakan inovasi untuk memanfaatkan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah administrasi (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama, sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam kaitannya dengan resiko ekonomi (harga), dan (4) Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masayarakat perdesaan, sehingga inovasi yang diintroduksikan/diterapkan merupakan inovasi yang mampu meningkatkan pendapatan secara nyata dan berkelanjutan dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Kesimpulan - Peningkatan inovasi teknologi komoditas unggulan (jagung, kakao, dan

sapi potong) melalui PTT Jagung, Pengendalian PBK, Fermentasi kulit kakao untuk pakan ternak dan Perbaikan populasi tanaman (pemangkasan), dan teknologi pengelolaan usaha ternak sapi. Hasil yang diperoleh komoditas jagung relatif baik/meningkat dibandingkan dengan hasil sebelumnya, yang ditunjukkan dengan analisis jagung pada MH 2007/2008 dengan varietas Hibrida Bisi 9 B/C ratio sebesar 1,9 sedangkan menggunakan varietas Sukmaraga B/C ratio sebesar 2,3 dan pada MK 2008 dengan varietas Sukmaraga B/C ratio sebesar 2,93.

- Menguatnya kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis yang ada di wilayah Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana

- Untuk mendukung permodalan di petani telah terbentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Bangkelung, yang oprasionalnya dibawah kordinasi Gapoktan Bangkelung Desa Margaharja.

- Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani sebesar 24,3 persen/tahun.

- Penyempurnaan sarana klinik agribisnis dengan berbagai fasilitas diseminasi inovasi teknologi pertanian terkini dan ruang pertemuan

6644

yang memadai; serta dimanfaatkannya klinik sebagai pusat informasi dan konsultasi serta sebagai pusat edukasi.

Perkiraan Dampak: 1) Penerapan secara luas inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan terkini terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian melalui pendekatan sistem dan usaha agribisnis, 2) Peningkatan efisiensi sistem produksi, perdagangan dan nilai tambah usaha pertanian, 3) Peningkatan akuntabilitas BPTP Jawa Barat sebagai penghasil inovasi teknologi pertanian melalui percepatan penyebaran dan penerapan inovasi teknologi pertanian oleh pengguna, dan 4) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani.


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI KABUPATEN GARUT

(Penanggung jawab: Ir. Endjang Sujitno, M.P. )

Provinsi Jawa Barat mempunyai luas lahan kering 3.214.484 ha, sehingga memiliki potensi yang cukup besar dalam menunjang pembangunan pertanian di Jawa Barat khususnya dan umumnya pembangunan pertanian nasional. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dan meningkatkan kesejahteraan petaninya, perlu suatu strategi program yang didukung oleh teknologi tepat guna. Tujuan Prima Tani tahun 2008 adalah: 1) mengembangkan model sistem dan usaha agribisnis pada lahan kering dataran rendah iklim basah, 2) meningkatkan kinerja kelembagaan pendukung sistem dan usaha agribisnis serta meningkatkan jalinan kerjasama antar lembaga agribisnis pada lahan kering dataran rendah iklim basah, 3) meningkatkan kinerja klinik agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, diseminasi dan informasi dan 4) mengetahui kebutuhan dan tingkat adopsi oleh pengguna teknologi.

Kegiatan Prima Tani dilaksanakan dengan beberapa pendekatan, yaitu: 1) pendekatan sistem dan usaha agribisnis terpadu dalam satu unit agribisnis industrial pedesaan (AIP), 2) agroekosistem; bahwa pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis pada agroekosistem 3) wilayah administrasi; bahwa model inovasi yang dikembangkan merupakan inovasi untuk memanfaatkan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah administrasi, 4) partisipasi masyarakat; bahwa sistem agribisnis yang akan dibangun mengutamakan keterlibatan masyarakat pedesaan, dan 5) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masayarakat pedesaan.

Hasil sampai tahun 2008 adalah Pengembangan model sistem dan usaha agribisnis di Desa Jatiwangi dirakit dan dilaksanakan melalui

6655

penerapan model SUID, yang dilaksanakan dengan memperhatikan kaidah optimalisasi dan konservasi lahan. Usahatani padi gogo yang dilaksanakan dalam 3 musim tanam terakhir terjadi peningkatan produksi dari rata-rata 1,27 ton/ha menjadi 3,32 ton/ha. Untuk tanaman palawija dlam hal ini tanaman kacang tanah dan kedelai, dalam 3 tahun terakhir terjadi peningkatan produksi untuk kacang tanah dari 0,9 ton/ha menjadi 1,63 ton/ha dan untuk kedelai terjadi peningkatan dari 0,7 ton/ha menjadi 1,6 ton/ha. Pada usahaternak domba, terjadi peningkatan produktivitas reproduksi dari 0,75 menjadi 1,82.

Pelaksanaan model SUID telah berkembang terlihat dari hubungan antar element yang terdapat dalam kegiatan usahatani maupun usahaternak telah terjalin mulai dari kegiatan teknis di lapangan sampai dengan kegiatan pemasaran. Pengembangan kelembagaan pendukung usahatani di wilayah laboratorium agribisnis diwadahi dalam bentuk sistem Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) yang di dalamnya meliputi berbagai kelembagaan diantaranya kelembagaan kelompoktani, Gapoktan, pascapanen, lembaga permodalan kelompok serta lembaga-lembaga lain yang mendukung dalam pengembangan model sistem dan usaha agribisnis.

Pengembangan tanaman padi gogo di wilayah laboratorium agribisnis semakin berkembang terus, luas tanam padi gogo di Desa Jatiwangi sudah mencapai sekitar 118 ha. di luar Desa Jatiwangi (masih Kecamatan Pakenjeng) luas tanam padi gogo diperkirakan mencapai 185 ha.

Klinik agribsinis di Desa Jatiwangi telah didukung oleh peneliti/ penyuluh BPTP, staf dinas dan PPL. yang siap melayani kebutuhan teknologi dan mendampingi petani dalam memecahkan permasalahannya. Agar pelayanan kepada pengguna dan sinergisme kegiatan semakin optimum, tahun 2009 Klinik Agribisnis akan ditempatkan di BPP model Kecamatan Pakenjeng yang sudah selesai dibangun.

Dari hasil pengamatan dan analisis ternyata model Prima Tani yang dikembangkan di Desa Jatiwangi dapat meningkatkan pendapatan petani meskipun masih belum bisa mencapai target. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi pendapatan yang cukup besar terhadap total pendapatan keluarga, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup para petani di wilayah yang berbasis lahan kering mengandalkan juga dari sektor non farm (dagang, pegawai tetap, berburuh di luar pertanian).

Pada tahun 2009 model kegiatan Prima Tani akan di replikasikan ke kecamatan lain yaitu kecamatan Malangbong sesuai dengan permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan serta Kantor Pengembangan Sumber Daya

6666

Manusia Pertanian-Ketahanan Pangan, replikasi diarahkan ke Desa Baru Dua yang merupakan desa dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama masyarakatnya. Dengan adanya replikasi model kegiatan Prima Tani ke lokasi Desa Baru Dua akan mempercepat diseminasi informasi teknologi.

Dari hasil pelaksanaan kegiatan Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah di Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut tahun 2008, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Model sistem dan usaha agribisnis di Desa Jatiwangi dirakit dan

dilaksanakan melalui penerapan model SUID, yang dilaksanakan dengan memperhatikan kaidah optimalisasi dan konservasi lahan.

2. Kelembagaan pendukung usahatani di wilayah laboratorium agribisnis diwadahi dalam bentuk sistem Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP).

3. Pengembangan padi gogo bukan hanya di Kecamatan Pakenjeng saja tetapi juga berkembang ke wilayah kecamatan-kecamatan yang ada di Garut bagian selatan diantaranya kecamatan Bungbulang, Mekar Mukti, dan kecamatan Caringin.

4. Klinik Agribisnis yang merupakan salah satu lembaga jasa konsultasi, diseminasi dan informasi inovasi teknologi, dengan cara memberdayakan peran kelompoktani lebih besar dalam mengelola klinik agribisnis. Agar pelayanan kepada pengguna dan sinergisme kegiatan semakin optimum.

5. Model Prima Tani yang dikembangkan di Desa Jatiwangi dapat meningkatkan pendapatan petani meskipun masih belum bisa mencapai target.

6. Pada tahun 2009 model kegiatan Prima Tani akan di replikasikan ke kecamatan lain yaitu kecamatan Malangbong, replikasi diarahkan ke desa Baru Dua.

Pencapaian luaran yang diharapkan dari kegiatan tahun 2008 adalah: 1) Berkembangnya model sistem dan usaha agribisnis melalui pelaksanaan Sistem Usaha Intensifikasi dan Diversifikasi usahatani (SUID) yang dimplementasikan dalam kerangka Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) di Desa Jatiwangi di wilayah sekitarnya.2) Meningkatnya kinerja serta jalinan kerjasama antar lembaga-lembaga pendukung dalam pelaksanaan sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan dalam kerangka AIP. 3) Meningkatnya kinerja Klinik Agribisnis sebagai salah satu lembaga jasa konsultan, diseminasi dan informasi. 3) Teradopsinya inovasi teknologi pertanian oleh petani, serta meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penerapan teknologi yang dikembangkan untuk mendukung pengelolaan usahataninya.

6677


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI KOTA TASIKMALAYA

(Penanggung jawab: Ir. Hanafiah) Kegiatan Prima Tani di Kota Tasikmalaya direncanakan selama 3

(tiga) tahun yaitu mulai tahun 2007-2009. Kegiatan berlokasi di Kelurahan Setiawargi, Mugarsari dan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Kegiatan Prima Tani di Kota Tasikmalaya dilaksanakan pada agroekologi lahan kering dataran rendah.

Tujuan: 1). Melakukan pendampingan teknologi dalam meningkatkan produktivitas lahan melalui terciptanya sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi (SUID); 2). Perintisan terciptanya Agribisnis Industrial Perdesaan (AIP), sebagai representasi dari sistem agribisnis perdesaan yang komprehensif.; 3). Membangun laboratorium agribisnis sebagai kawasan implementasi SUID dan AIP.

Pendekatan: 1) pendekatan sistem dan usaha agribisnis terpadu dalam satu unit agribisnis industrial pedesaan (AIP), 2) agroekosistem; bahwa pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis pada agroekosistem 3) pendekatan wilayah administrasi, 4) partisipatif, dan 5) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masayarakat pedesaan.

Untuk mewujudkan kelembagaan AIP yang operasional di Kecamatan Tamansari maka dilakukan serangkaian kegiatan penetaan dan pemantapan kelembagaan secara bertahap dari kelembagaan kelompok tani sampai kelembagaan agribisnis.

Perkembangan Kelembagaan Input Produksi (Kios Saprodi)

Pada tahun 2008 telah terbentuk kios saprodi milik Kelompoktani Karya Mukti. Kios saprodi ini sudah dapat melayani kebutuhan anggota maupun konsumen diluar kelompok. sarana produksi yang tersedia adalah pupuk urea, SP-36, KCl dan ZA. Kios saprodi Karya Mukti juga dapat menampung hasil-hasil pertanian berupa benih padi, kacang banten dan kacang tanah hasil penangkaran petani yang dibina oleh Tim Prima Tani pada Tahun 2007.

Penumbuhan Lembaga Usaha Produktif Kelompok

Sudah terbentuk beberapa kelompok usaha bersama yaitu usaha penangkaran bibit padi, usaha pengadaan saprodi, usaha ternak domba, usaha pengolahan pupuk kompos, usaha penangkaran bibit lada, usaha ternak sapi, usaha pupuk organik, usaha kios saprodi.

6688

Peningkatan Fungsi Klinik Agribisnis Klinik Agribisnis merupakan salah satu lembaga jasa konsultasi,

diseminasi dan informasi inovasi teknologi. Sebagai sarana informasi,di laboratorium agribisnis telah dilengkapi dengan buku-buku, leaflet, poster, kompor biji jarak dan minyak jarak serta koleksi beberapa varietas unggul baru padi, kacang tanah dan kedelai. Model Intensifikasi yang dibangun di laboratorium agribisnis bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan melalui efisiensi saprodi dengan menerapkan teknologi yang direkomendasikan. Sedangkan model diversifikasi yang diterapkan adalah model integrasi tanaman-ternak dan model vertikal yaitu pengolahan kotoran ternak (domba dan sapi) menjadi pupuk organik.

Perbaikan Pengelolaan Usahaternak

Untuk memperbaiki produktivitas usahaternak domba, dilakukan upaya perbaikan teknologi yang lebih menitikberatkan pada feeding (pakan) dan management (tata laksana pemeliharaan). Untuk meningkatkan nilai tambah dari usahaternak, dilaksanakan pengelolaan kotoran ternak menjadi pupuk organik Dari hasil penjualan kotoran dapat meningkatkan penghasilan petani hingga Rp. 45.000/ekor/tahun

Pengolahan Pupuk Organik Untuk meningkatkan nilai tambah usahaternak, dan sebagai upaya

mengatasi kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk, maka kelompok-kelompokm tani telah dilatih dan diberi fasilitas untuk mengolah pupuk kandang menjadi pupuk organik yang siap pakai dengan menggunakan teknologi dekomposer.

Mulai Bulan Oktober 2008 unit pengolahan pupuk organik sudah menghasilkan pupuk organik 10.890 Kg, dengan harga jual rata-rata adalah Rp 600/Kg. Penggunaan mesin penggiling ini pada proses pengomposan dapat mempercepat proses penguraian mikroorganisme yang mengakibatkan terjadinya penurunan C/N rasio.

Perbaikan Budidaya Tanaman Pisang

Pada tanaman pisang telah dilakukan perbaikan jarak tanam melalui gerakan tanam pisang. Pemberongsongan buah pisang juga sudah dilakukan pada beberapa petani untuk memperoleh buah pisang yang lebih bagus dan terhindar dari serangan lalat buah. Namun dalam hal budidaya tanaman pisang penerapan teknologi lebih dititikberatkan pada penanggulangan hama dan penyakit yang sudah menjadi endemis yaitu penyakit layu fusarium dan bunchytop.

6699

Dari hasil pelaksanaan kegiatan Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya tahun 2008, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Beberapa inovasi yang telah diintroduksikan baik teknis maupun

kelembagaan, mendapat respon yang cukup baik dari petani maupun instansi lingkup Pemda, serta KTNA di Kota Tasikmalaya.

Konsep AIP dan SUID yang direncanakan sebagian sudah terbentuk, namun tugas dan fungsinya belum berjalan lancar sehingga masih memerlukan pembinaan

Implementasi inovasi teknologi yang diterapkan mampu meningkatkan produksi padi gogo dan pisang melalui penggunaan varietas unggul baru, penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk sesuai dengan rekomendasi serta penanganan hama dan penyakit tanaman serta peningkatan produktivitas ternak sebagai dampak dari penerapan budidaya ternak dalam bentuk pemeliharaan kesehatan ternak

Implementasi inovasi kelembagaan melalui penguatan kelompok tani dan gapoktan, mampu memotivasi petani untuk berorganisasi dan memajukan kelompoknya sehingga terjadi perubahan di dalam kelembagaan kelompok/gapoktan seperti peningkatan jumlah kelompok tani, berdirinya kios saprodi, timbulnya kelembagaan penangkar benih, pasca panen (pengolah kotoran ternak menjadi pupuk organik) dan klinik agribisnis


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI KABUPATEN BOGOR

(Penanggung jawab: Ir. Sukmaya, M.Si.)

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian, beserta umpan baliknya. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi.

Salah satu lokasi pengkajian Prima Tani di Jawa Barat yaitu Desa Babakan Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor dengan agroekosistem lahan kering dataran rendah. Berdasarkan hasil PRA ditetapkan komoditas unggulan di Desa Babakan Sadeng yaitu jambu biji, mentimun, kacang panjang, jagung manis dan ternak domba.

7700

Tujuan Prima Tani tahun 2008 adalah: 1) Mendapatkan alternatif model usaha pertanian di laboratorium agribisnis pada lahan kering dataran rendah, 2) Menumbuhkan partisipasi petani serta kelembagaan pendukung sistem usahatani yang ada di wilayah laboratorium agribisnis lahan kering dataran rendah, seperti kelompok tani dan kios sarana produksi, 3) Pembentukan dan penumbuhan klinik agribisnis di laboratorium lahan kering dataran rendah dan 4) Mendapatkan umpan balik perbaikan inovasi teknologi sebagai bahan penyempurnaan program.

Pada tahun 2008, pelaksanaan kegiatan Prima Tani merupakan tahap penerapan dan pemantapan model laboratorium agribisnis. Pada tahap ini pengembangan sistem agribisnis sudah membangun keterkaitan antar sub sistem hulu, sisi (penunjang) dan hilir.

Pada tahap selanjutnya model sistem dan usaha agribisnis akan merupakan model percontohan Agribisnis Industrial Pedesaan. Model ini akan dibentuk secara bertahap selama 3 tahun melalui tahapan penerapan inovasi teknologi, baik teknis maupun kelembagaan dan kegiatan diseminasi.

Penumbuhan keterkaitan elemen kelembagaan AIP dalam sistem agribisnis pedesaan seperti kelompok tani, gapoktan, kios, koperasi pertanian, lembaga keuangan mikro (LKM), pedagang besar, pengusaha pengolahan dan pemasaran dilakukan secara bertahap dimulai dari tahap rintisan penumbuhan, penumbuhan dan pemantapan serta pengembangan seiring dengan tahapan inovasi teknologi.

Setelah keterkaitan antar elemen dalam sistem agribisnis mantap, pengembangan kelembagaan dalam sistem agribisnis sudah menuju tahapan terbentuknya Sistem Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi (SUID). Model kelembagaan dalam sistem AIP dan SUID siap dikembangkan secara lebih luas atau direplikasikan ke desa lain.

Untuk menuju tahapan terbentuknya Sistem Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi (SUID), kegiatan Prima Tani Kabupaten Bogor mengarah pada pembentukan dan pemantapan elemen-elemen kelembagaan AIP dalam sistem agribisnis pedesaan serta menciptakan keterkaitan antar elemen. Untuk itu pada tahun 2008 kegiatan Prima Tani di Kabupaten Bogor melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Pembentukan lembaga input produksi dengan membuat kios saprodi

gapoktan b. Peningkatan kinerja kelompok tani dan gapoktan sebagai lembaga

produksi melalui pelatihan-pelatihan seperti teknik budidaya jambu biji yaitu pemangkasan, pengendalian lalat buah dan teknik sambung

7711

pucuk, pembuatan kompos dari kotoran ternak domba, pengolahan jambu biji, serta melakukan studi banding ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Industri (Balitri), dan kunjungan kebun percobaan tanaman jambu kristal dan aneka sayuran ICDF Taiwan.

c. Merintis jaringan pemasaran jambu biji keluar Desa Babakan Sadeng dengan membentuk unit usaha pemasaran gapoktan, sehingga akan mengurangi ketergantungan petani kepada tengkulak.

d. Peningkatan Fungsi klinik agribisnis dari hanya sebagai tempat konsultasi masalah pertanian dan perpustakaan, saat ini sudah dimanfaatkan juga untuk kegiatan-kegiatan pelatihan bagi petani dan wanita tani serta wahana belajar bagi mahasiswa (STPP Bogor dan IPB) yang melakukan KKN di Desa Babakan Sadeng.

Beberapa kegiatan teknis yang telah dilaksanakan di lokasi prima tani kabupaten Bogor untuk mengarah pada terbentuknya Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi (SUID) yaitu: a. Pemeliharaan kebun display teknologi jambu biji serta pemanfaatan

lahan disela-sela tanaman jambu biji dengan menanam tanaman kangkung darat, kacang tanah dan padi gogo.

b. Pengembangan tanaman jambu biji varietas getas merah seluas 5 Ha di Desa Babakan Sadeng bantuan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bogor

c. Peningkatan produktivitas ternak domba yang mengarah pada usaha pembibitan dengan perbaikan perkandangan, perbaikan manajemen pakan dengan penanaman rumput pakan ternak dan penanganan penyakit

d. Pembuatan demplot varietas untuk jambu kristal, pepaya red lady dan pepaya IPB 6

Dalam rangka mempersiapkan transfer program Prima Tani ke Pemda, BPTP mengembangkan kegiatan Prima Tani ke tiga desa lain dengan pendanaan dan pengelolaan sepenuhnya dari Pemda. Namun BPTP masih terlibat dalam perencanaan dan pembinaan.

Perkembangan AIP di Desa Babakan Sadeng pada tahun 2008 ditunjukkan dengan sudah terbentuknya beberapa kelembagaan agribisnis yang berakar dari gapoktan seperti terbentuknya kios saprodi, lembaga permodalan, lembaga pengolahan hasil pertanian dan lembaga pemasaran. Kegiatan Prima Tani di Babakan Sadeng telah memberikan dampak positif terutama bagi petani yang terlibat, diantaranya terjadi peningkatan pada produksi dan luasan pertanaman jambu biji, populasi dan produktivitas ternak domba, peningkatan kinerja kelompok tani dan pembentukan beberapa kelembagaan agribisnis pendukung usaha tani seperti kios saprodi dan unit usaha pengolahan hasil.

7722

Mengacu pada tujuan prima tani yang tercantum dalam proposal, beberapa luaran yang telah berhasil dicapai pada tahun 2008 ini diantaranya: a. Meningkatnya peran dan keterlibatan petani di Desa Babakan Sadeng

baik dalam kegiatan yang dikelola oleh kelompok tani maupun gapoktan melalui kegiatan pertemuan rutin kelompok, pengelolaan kebun kelompok dan kegiatan simpan pinjam di kelompok

b. Berkembangnya kios saprodi gapoktan diindikasikan dengan adanya penambahan jumlah petani yang memanfaatkan kios tersebut baik anggota kelompok maupun luar kelompok

c. Meningkatnya Fungsi klinik agribisnis dari hanya sebagai tempat konsultasi masalah pertanian dan perpustakaan, saat ini sudah dimanfaatkan juga untuk kegiatan-kegiatan pelatihan bagi petani dan wanita tani serta wahana belajar bagi mahasiswa (STPP Bogor dan IPB) yang melakukan KKN di Desa Babakan Sadeng.

d. Meningkatnya jumlah petani yang mengimplementasikan teknik pemangkasan, pembungkusan buah dan pengendalian lalat buah sebagai umpan balik dari perbaikan inovasi teknologi yang telah diajarkan kepada petani


DATARAN RENDAH DI KABUPATEN SUKABUMI (Penanggung jawab: Dr. Ir. Nandang Sunandar, M.P.)

Prima Tani LKDR di Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar,

Kabupaten Sukabumi dilaksanakan berkaitan erat dengan Program Pendanaan Kompetitif Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) Kabupaten Sukabumi Tahun 2007. Pelaksanaan Prima Tani diharapkan dapat menjadi satu contoh pengentasan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi (Prima Tani) diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery sistem) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi, juga menjadi titik awal difusi masal teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Pada akhirnya program ini diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani khususnya dan pembangunan pertanian Jawa Barat pada umumnya. Program Prima Tani pada tahun 2008 lebih diarahkan pada penerapan,

7733

pemantapan, dan pengembangan model laboratorium agribisnis melalui pemantapan inovasi teknis, kelembagaan dan diseminasi. Program Prima Tani Kabupaten Sukabumi dilaksanakan melalui beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan agroekosistem, wilayah, agribisnis, kelembagaan dan kesejahteraan. Keluaran dari kelima pendekatan tersebut diharapkan bermuara kepada terciptanya sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) dan suatu Unit Agribisnis Industrial Perdesaan (AIP) di lokasi Prima Tani. Metode yang digunakan adalah penelitian partisipatif (participatory research).

Sistem usahatani yang terbentuk dan dikembangkan di Desa Bojongkembar, Kabupaten Sukabumi, yaitu 1) sistem usahatani tanaman, dan 2) sistem usaha ternak. Kedua sistem usahatani tersebut dikemas kedalam suatu sistem usahatani terpadu tanaman-ternak dengan memperhatikan kaidah konservasi lahan. Sistem usahatani yang dikembangkan di Kabupaten Sukabumi adalah komoditas jagung, manggis, sapi potong dan kompos. Intensifikasi usahatani dilakukan pada komoditas jagung untuk meningkatkan produksi, dan komoditas manggis untuk memperbaiki kualitas buah. Diversifikasi usahatani dilakukan baik secara vertikal maupun horisontal. Diversifikasi usahatani secara horisontal dilakukan pada komoditas sapi potong. Sedangkan diversifikasi usahatani secara vertikal diarahkan pada pengolahan limbah ternak menjadi kompos.

Pengembangan inovasi teknologi komoditas jagung pada tahun 2008 diarahkan pada penataan pola tanam di lahan kering yaitu jagung-ubi kayu. Inovasi teknologi dilakukan melalui 1) introduksi varietas unggul baru jagung komposit, yaitu: Sukmaraga, Lamuru, dan Gumarang, dan 2) penerapan PTT jagung. Implementasi inovasi teknologi pada komoditas kacang panjang dan sayuran dataran rendah pada tahun 2008 dikaitkan dengan pola tanam pada MK untuk memperbaiki fluktuasi harga. Pengembangan inovasi teknologi pada komoditas pisang tidak berjalan dengan baik terutama karena faktor sosial, karena kebiasaan petani menganggap perbanyakan pisang secara anakan (konvensional) jauh lebih mudah dan efektif. Inovasi teknologi pada komoditas manggis adalah 1) teknik irigasi tetes untuk mengatasi getah kuning pada buah manggis, 2) pengendalian hama penyakit melalui pengasapan dan perangkap hama, dan 3) peningkatan mutu (size) buah melalui pemupukan. Pengembangan teknik irigasi tetes dan pemupukan pada tahun 2008 dilakukan di dilakukan sebanyak 2000 pohon dengan melibatkan 176 orang petani dari dua kelompoktani (Margamukti dan Padangerti). Perkembangan inovasi teknologi sapi potong pada tahun 2007 telah terjadi kelahiran anak sapi sebanyak 35 ekor, dengan jumlah kematian 29 ekor dan yang hidup sebanyak 6 ekor. Selama tahun 2008, jumlah kelahiran anak sapi sebanyak

7744

9 ekor. Sehingga keseluruhan anak sapi yang hidup pada tahun 2008 berjumlah 15 ekor. Dengan demikian, total populasi sapi Brahman pada tahun 2008 sebanyak 62 ekor. Diversifikasi usahatani diarahkan kepada pemanfaatan limbah ternak menjadi kompos. Pemasaran kompos masih dilakukan dalam jumlah yang terbatas dengan pengemasan sederhana (dalam karung). Pengembangan usaha pengolahan kompos dilakukan melalui teknologi mekanisasi menggunakan Alat Pengolah Organik (APO) bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.

Pada tahun 2008 telah terdapat keterkaitan hubungan, baik secara struktural maupun fungsional diantara kelembagaan agribisnis, yaitu antara lembaga produksi dengan lembaga pendukungnya seperti lembaga input, lembaga modal, lembaga teknologi, lembaga pengolahan hasil, dan lembaga pemasaran. Lembaga pendukung yang tidak berfungsi dengan baik adalah lembaga pelayanan jasa alsintan. Implementasi inovasi lembaga produksi dilakukan untuk penumbuhan dan penguatan kelompoktani/Gapoktan baik kelompok petani tanaman pangan/palawija, petani manggis, maupun peternak, serta membentuk aturan dan sistem yang dapat menciptakan hubungan struktural dan fungsional antara lembaga produksi dengan lembaga agribisnis lainnya. Inovasi lembaga sarana produksi dilakukan untuk menumbuhkan lembaga sarana produksi yang dapat dengan mudah diakses oleh petani dengan harga yang wajar, serta menciptakan hubungan struktural dan fungsional antara lembaga sarana produksi dengan lembaga agribisnis lainnya. Inovasi lembaga modal/LKMA pada tahun 2008 diarahkan untuk penumbuhan dan penguatan lembaga modal agar mampu memperluas cakupan pelayanan modal bagi petani. Inovasi lembaga pengolahan hasil diarahkan pada pembentukan lembaga pengolahan hasil yang sesuai dengan komoditas yang dikembangkan, dan terbentuk sistem yang menciptakan hubungan struktural dan fungsional antara lembaga pengolahan hasil dengan lembaga agribisnis lainnya. Inovasi lembaga pemasaran dilakukan melalui penumbuhan jalinan kemitraan yang seimbang dan berkeadilan. Inovasi lembaga teknologi dilakukan untuk memudahkan akses petani terhadap informasi dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia petani di bidang pertanian melalui penyelenggaraan pelatihan (Sekolah Lapang), pertemuan dan penyuluhan yang rutin di kelompok tani/Gapoktan. Pengembangan diseminasi dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dilakukan melalui kegiatan pelatihan, studi banding, dan diseminasi informasi teknologi melalui media elektronik. Pengembangan optimalisasi pelayanan klinik agribisnis pada tahun 2008 dilakukan dengan pelayanan satu atap antara klinik agribisnis, lembaga keuangan (LKMA

7755

Prima Jaya), dan lembaga sarana produksi yang dilaksanakan di Posko Prima Tani.


SEMI INTENSIF DI KABUPATEN INDRAMAYU (Penanggung jawab: Ir. Dedi Sugandi, M.P.)

Inovasi teknologi telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian, tetapi penyebaran inovasi teknologi di tingkat petani masih lambat. Berangkat dari permasalahan lambatnya adopsi teknologi ditingkat pengguna, maka pada tahun 2005 dirancang program Prima Tani (program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian) bertujuan untuk mempercepat adopsi teknologi melalui metode diseminasi yang tepat dan sesuai dengan inovasi teknologi yang akan dikembangkan agar produktivitas padi dan komoditas lainnya meningkat. Disamping itu, implementasi kelembagaan yang mendukung terwujudnya sistem dan usaha agribisnis untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Pada tahun 2007, penerapan Program Prima Tani di kembangkan pada 201 lokasi yang tersebar di seluruh propinsi, salah satu lokasi di Jawa Barat terdapat di Kabupaten Indramayu. Program Prima Tani di Kabupaten Indramayu dilakukan pada ekosistem lahan sawah tadah hujan dengan pengelolaan semi intensif. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi pada ekosistem tersebut adalah sebagai upaya bagi peningkatan produktifitasnya yang hingga saat ini dianggap belum optimal. Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Semi Intensif (LSSI) menggunakan pendekatan : (1) agro-ekosistem; (2) agribisnis; (3) wilayah; (4) kelembagaan, dan (5) peningkatan kesejahteraan (Suryana, 2004). Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2008 adalah penerapan inovasi teknologi hasil rancang bangun inovasi yang disusun berdasarkan hasil karakterisasi tahun sebelumnya.

Untuk mengetahui pengaruh penerapan inovasi teknologi terhadap perkembangan usahatani, dilakukan pendataan/pencatatan secara periodik yang dilakukan di tingkat petani baik harian, mingguan, maupun bulanan atau biasa disebut dengan Farm Record Keeping. Petani yang dimonitor adalah petani yang menjadi responden pada saat dilakukan baseline survey diawal tahun pertama pelaksanaan kegiatan Prima Tani.

Hasil yang telah dicapai pada tahun 2008 adalah: 1. Implementasi inovasi teknis meliputi peningkatan indeks pertanaman

(IP) pada lahan sawah Sebagai tindak lanjut dari Program IP 100 – 200 pada lahan sawah, Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah :

7766

Penerapan komponen PTT padi gogo rancah pada MH 2007/2008 seluas 20 ha, adaptasi 4 varietas gogo rancah, budidaya mentimun suri pada saat musim kering (MK I 2008), budidaya jamur merang, kegiatan pasca panen/pengolahan hasil pertanian, dan penerapan PTT padi gogo rancah pada musim tanam MH 2008/2009 seluas 78 ha, pengembangan padi toleran salinitas yang dilakukan dengan kegiatan uji adaptasi 2 varietas padi toleran salin, dan rehabilitasi lahan melalui penerapan teknologi dekomposer serta pemanfaatan pupuk kandang.

2. Implementasi inovasi kelembagaan dilakukan melalui penumbuhan peran kelembagaan dan rintisan pembentukan jaringan kerjasama kelembagaan agribisnis. Kegiatannya meliputi: (a) penumbuhan kelembagaan pengairan dengan melakukan koordinasi dengan pihak Dinas terkait, hasil yang telah dicapai adalah perbaikan saluran drainase sepanjang 370 m di Blok Cukup dan di Blok Taringkem, pengerasan jalan usaha tani sepanjang 450 m, dan jalan setapak sepanjang 360 m. (b) pembangunan sumur pantek melalui survey identifikasi potensi sumber daya air tanah, (c) pemberdayaan gapoktan (penyaluran sarana dan hasil pertanian), (d) peningkatan peran kelompok tani penangkar benih padi dengan melakukan penangkaran pada lahan seluas 20 ha (varietas Situ Bagendit) dan 1 ha (varietas Pepe, Towuti, Mekongga dan Cibogo), (e) pembentukan kelompok wanita tani (KWT), (f) rintisan pembentukan jaringan kerjasama kelembagaan agribisnis.

3. Implementasi inovasi diseminasi dilakukan melalui penumbuhan peran dan fungsi klinik agribisnis, kegiatan yang dilakukan adalah: (a) penguatan organisasi dengan melibatkan secara aktif dan intensif petugas-petugas lapangan (PPL, KCD Pertanian dan Peternakan), aparatur Desa dan Kecamatan, dan tokoh – tokoh masyarakat dalam setiap kegiatan di klinik Agribisnis, (b) penyusunan jadwal kegiatan klinik agribisnis, (c) fasilitasi peningkatan kinerja petani dan petugas melalui pelatihan budiaya jamur merang, dan pelatihan pengolahan produk pertanian.

Kesimpulan, (1) Rancang bangun model inovasi teknis maupun kelembagaan di lokasi Prima Tani lahan sawah semi intensif dapat dimantapkan sehingga diperoleh model SUID dan AIP yang lebih jelas dan mudah dipahami, (2) Peran kelembagaan Gapoktan dan KWT (Kelompok Wanita Tani)di lokasi Prima Tani lahan sawah semi intensif meningkat dalam pelayanan terhadap pengadaan sarana produksi maupun pemasaran hasil produk, (3) Jaringan kerjasama dalam kelembagaan agribisnis telah tumbuh dalam bentuk penyusunan komitmen dan pembentukan kelembagaan pelaku pengguna komitmen antara pelaku kelembagaan

7777

mulai dari kelembagaan off-farm hulu (penyediaan sarana produksi) dengan Gapoktan, (4) Peran dan fungsi klinik agribisnis telah tumbuh yang ditunjukan dengan adanya susunan jadwal kegiatan pertemuan, kunjungan pakar, bimbingan dan pelatihan. Ruangan klinik agribisnis telah dimanfaatkan pula sebagai tempat pertemuan BPP, KCD Pertanian dan Peternakan, KTNA, Gapoktan, dan KWT.

Hasil kegiatan yang dilakukan pada tahun 2008 telah sesuai dengan keluaran yang diharapkan pada tahun 2008 yaitu: (1) Termantapkannya rancang bangun model inovasi teknis dan kelembagaan di lokasi Prima Tani lahan sawah semi intensif. (2) Meningkatnya peran kelembagaan dan terbentuknya jejaring kerjasama antar lembaga agribisnis di lokasi Prima Tani lahan sawah semi intensif. (3) Tumbuhnya peran dan fungsi klinik agribisnis di lokasi Prima Tani lahan sawah semi intensif.

KEGIATAN PEMANTAUAN PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN)

(Penanggung jawab: Dra. Indah Nurhati)

Sejak tahun 2007 pemerintah melakukan upaya peningkatan produksi beras guna mewujudkan ketahanan pangan melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yaitu dengan cara meningkatkan produksi beras setara 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun sampai tahun 2009. Hal ini disebabkan karena kebutuhan beras nasional terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai lebih dari 236 juta penduduk.(BPS, 2007).

Departemen Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian pada tahun 2001 telah berhasil mengembangkan suatu pendekatan budidaya tanaman secara terpadu yaitu Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) yang memadukan beberapa komponen teknologi unggulan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi input produksi serta mengelola secara sinergis antara lahan, air, tanaman dan organisme pengganggu tanaman. Komponen teknologi yang dikembangkan di dalam pendekatan PTT adalah: (1) penerapan varietas unggul baru; (2) pemakaian benih bermutu dan bersertifikat; (3) pengelolaan hara spesifik lokasi melalui penerapan alat bantu seperti BWD, PUTS, petak omisi dan peta status hara tanah; (4) pengendalian hama berdasarkan konsep PHT; (5) bibit muda (umur 15-17 hss) dengan 1-3 bibit per lubang; (6) pengaturan populasi tanam dengan jarak tanam legowo; (7) penggunaan

7788

bahan organik; (8) pengaturan air secara Intermittent/gilir-giring; (9) pengelolaan panen dan pasca panen.

Kegiatan pemantauan Program P2BN di Jawa Barat dilaksanakan di 16 Kabupaten dan Kota. Dukungan teknologi dan sarana input produksi untuk mencapai target ini adalah pemberian benih bersertifikat untuk padi Inbrida (VUB) dan Hibrida kepada petani pelaksana di lapangan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain (1) pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), (2) penanaman padi hibrida dan (3) System of Rice Intensification (SRI).

Upaya lain untuk meningkatkan produksi adalah dengan penanaman padi hibrida, baik yang dihasilkan oleh Badan Litbang maupun pihak swasta. Keunggulan dari padi hibrida adalah mempunyai potensi hasil tinggi bila dikelola sesuai anjuran. Pemberian bantuan benih untuk lahan yang terkena bencana kekeringan dan kebanjiran.

Dukungan lain dalam Kegiatan P2BN adalah pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (SL-PTT), untuk petani dan dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat, Satu unit terdiri atas 25 ha dimana didalamnya terdapat Laboratorium Lapang sebagai sarana belajar peserta seluas 1 ha. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah benih bersertifikat untuk 25 ha dan bantuan pupuk untuk LL. Pendampingan teknologi dilakukan sebagai nara sumber pada pelatihan petugas di tingkat Kabupaten dan pada pelaksanaan SL-PTT bila diperlukan.

Pemantauan penerapan teknologi PTT untuk Inbrida dan Hibrida serta palaksanaan SL-PTT di lapangan dan pencapaian hasil pada program P2BN dilakukan secara langsung ke Dinas/Instansi terkait di kabupaten/ kota maupun lapangan dengan metoda survei.

Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah mengetahui pencapaian target peningkatan produksi padi dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Barat dengan tujuan antara: 1) mengetahui penerapan inovasi teknologi dalam mendukung Program peningkatan produksi Beras Nasional (P2BN), 2) mengetahui pencapaian target produksi dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan 3) pemantauan pelaksanaan SL-PTT di lapangan. Sehingga diharapkan akan diperoleh data pencapaian target peningkatan produksi padi dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Barat melalui: 1) data penerapan inovasi teknologi dalam mendukung Program peningkatan produksi Beras Nasional (P2BN), 2) data pencapaian target produksi dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan 3) data pelaksanaan SL-PTT.

7799

Pemantauan pencapaian target hasil pada Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan pelaksanaan SL-PTT dilakukan di 16 Kabupaten/Kota di Jawa Barat (15 Kabupaten dan 1 Kota). Kegiatan dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2008. Kegiatan dilakukan melalui tahapan: 1) koordinasi dengan Dinas terkait baik di tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota, 2) konsultasi dan koordinasi dengan Balai besar/Puslit/Balit lingkup Badan Litbang Pertanian, 3) sosialisasi teknologi dalam Pelatihan Petugas di Kabupaten dan sebagai nara sumber pada kegiatan SL-PTT dan 4) kegiatan lapang dengan melakukan survey/pemantauan.

Dari pemantauan kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan Pelaksanaan SL-PTT di Jawa Barat diperoleh hasil sebagai berikut: Realisasi luas tanam sudah melebihi dari rencana tanam. Varietas yang

dominan ditanam umumnya adalah varietas Ciherang dengan produksi rata-rata 6-7 ton/ha.

Rata-rata hasil dari tiap kabupaten adalah 5,78 ton/ha. Hasil produksi Jawa Barat 10,395 juta ton dari angka ramalan sebesar 10.107.865 ton, sehingga target pencapaian produksi dalam mempertahankan Ketahanan Pangan Nasional dapat tercapai.

Komponen teknologi PTT yang dominan diterapkan dilapangan adalah penggunaan varietas unggul baru dan benih bersertifikat sedang komponen lain yang digunakan adalah penambahan bahan organik dan cara tanam legowo.

Pelaksanaan SL-PTT sudah seluruhnya dilaksanakan pada MK I dan MK II tahun 2008, hambatan yang terjadi dilapangan umumnya bersifat non teknis.

KEGIATAN PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI (Penanggung jawab: Drs. Iskandar Ishaq, M.P.)

Sasaran peningkatan produksi padi di Jawa Barat pada tahun 2007

adalah 630.040 t GKG (6,9%) sehingga sasaran total produksi menjadi 10.048.922 t GKG dengan peningkatan produktivitas padi 6,85% dan peningkatan luas panen 0,38%. Sebagaimana diketahui bahwa kontribusi varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984, sedangkan dampak varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk hanya akan terasa bila varietas tersebut ditanam dalam skala luas yang ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih

8800

untuk mendistribusikan benih bermutu (pembawa potensi genetik) sampai ke petani secara efektif dan efisien. Tanpa sertifikasi sebagai sarana yang mampu menjamin keaslian varietas, maka keunggulan varietas baru yang dikembangkan oleh para pemulia tanaman (breeders) tidak akan dinikmati oleh petani. Dalam rangka peningkatan produktivitas dan produksi itu antara lain dapat dicapai melalui penggunaan benih bermutu dari varietas unggul. Oleh karena itu, ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul sangat strategis karena menjadi tumpuan utama pencapaian program-program peningkatan produksi, seperti program peningkatan produksi beras nasional (P2BN).

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah: 1) meningkatkan penggunaan benih bermutu di tingkat petani melalui pengembangan benih sumber varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan (Padi) dalam rangka peningkatan produktivitas hasil dan produksi secara regional dan 2) peningkatan produksi padi dan/atau beras serta peningkatan pendapatan petani secara berkelanjutan dengan tujuan antara: 1) memproduksi Benih Dasar (FS) dan Benih Pokok (SS) padi, dan 2) menyalurkan Benih Sumber (FS dan/atau SS) itu kepada pengguna (balai benih, petani penangkar, dan petani) meliputi padi varietas unggul, varietas unggul baru (VUB) dan padi tipe baru (PTB).

Diharapkan dari kegiatan ini akan diperoleh benih sumber padi bermutu dengan varietas yang sesuai dengan kondisi lokasi dan preferensi pengguna serta memperkenalkan beberapa varietas unggul baru (VUB) dan padi tipe baru (PTB) kepada pengguna dan penggunaan benih unggul bermutu padi dengan varietas yang sesuai dengan kondisi lokasi dan preferensi pengguna di Jawa Barat meningkat melalui perolehan Benih Dasar (FS) dan Benih Pokok (SS) padi sekitar 4 ton dengan varietas yang sesuai dengan preferensi pengguna dan lokasi di Jawa Barat, dan penyaluran benih sumber padi unggul baru (VUB) dan padi tipe baru (PTB) kepada petani penangkar dan pengguna lainnya yang ada di Jawa Barat.

Kegiatan Perbanyakan Benih Sumber Padi dilaksanakan di Desa Talagasari, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Ketinggian tempat dari permukaan laut + 700 m dpl, pada Musim Kemarau I (MK I).

Pelaksanaan kegiatan melibatkan berbagai institusi, baik lingkup Badan Litbang Pertanian (BB Padi, BPTP Jawa Barat) maupun institusi lain (BPSB, Diperta, UPTD/BBI/BBU/BBP).

Tahapan kegiatan perbanyakan benih sumber (FS dan SS) meliputi: a) Penentuan Varietas dan Benih Sumber (berdasarkan pertimbangan bahwa varietas itu merupakan varietas yang diminati/disukai petani tetapi ketersediaannya di pasaran relatif terbatas (rendah) karena tidak mampu dipasok oleh produsen benih baik milik pemerintah maupun swasta) atau

8811

varietas baru yang masih langka dijumpai di pasaran umum, tetapi berpotensi disukai petani, b) Identifikasi Lokasi dan Petani Pelaksana, dilakukan berdasarkan pertimbangan, diantaranya kesesuaian agroekosistem, peluang pengembangan varietas pada wilayah yang menjadi sasaran pengembangan (distribusi) dalam rangka peningkatan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul pada tingkat petani, ketersediaan fasilitas pengolahan benih, partisipasi petani, dan kemudahan akses dalam pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan pada efektivitas dan efisiensi produksi, c) Produksi Benih Sumber (FS dan SS), bertujuan untuk memperbanyak benih sumber agar dapat dipergunakan kembali untuk menghasilkan (produksi) benih sebar (BR)/Extension Seed (ES), baik bagi petani penangkar, kelompok tani penangkar (Ikatan Petani Penangkar dan Pedagang Benih/IPPB di tingkat kabupaten), Gabungan Petani Penangkar dan Pedagang Benih/GPPB di tingkat provinsi) maupun bagi produsen benih lain (BUMN dan Swasta), d) Penanganan Panen dan Pascapanen, Panen dilakukan dengan cara potong atas menggunakan sabit bergerigi, sedangkan penanganan pascapanen padi meliputi: perontokan, penjemuran/pengeringan, prosesing benih (pembersihan, pemilahan/ grading, dan perlakuan benih bila diperlukan), pengepakan dan penyimpanan dan e) Pengawasan dan Sertifikasi Benih, yang bertujuan: 1) menjamin kemurnian dan kebenaran varietas, dan 2) menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan.

Dari kegiatan perbanyakan benih sumber padi diketahui : Karakteristik kuantitatif varietas sebagai berikut : tinggi tanaman berkisar

64,5 cm (varietas Luk Ulo) sampai dengan 98,8 cm (varietas Situ Patenggang); umur awal berbunga berkisar 55 hst (varietas Tukad Balian dan Situ Bagendit) sampai dengan 59 hst (varietas Conde); jumlah anakan per tanaman berkisar 18 anakan per tanaman (var. Situ Patenggang) sampai dengan jumlah anakan per tanaman 32 anakan per tanaman (var. Luk Ulo).

Karakteristik kualitatif varietas yang paling mencolok dan mudah dibedakan dengan varietas lainnnya adalah varietas Situ Patenggang dengan perbedaan warna kaki, warna batang, warna telinga daun dan warna lidah daun yang terdapat warna ungu, sedangkan varietas lain umumnya berwarna hijau (hijau muda atau hijau tua).

Hasil perbanyakan benih berturut-turut, varietas Gilirang sebanyak 692,35 kg (kadar air 12,75%); Ciapus 1.044,52 kg (kadar air 13,70%); Bondoyudo 670,00 kg (kadar air 14,00%); Luk Ulo 726,00 kg (kadar air 13,80%); Situ Patenggang 535,00 kg (kadar air 12,75%); Situ Bagendit

8822

140, 00 kg (kadar air 14,50%); Tukad Balian 299,00 kg (kadar air 13,40%); dan varietas Conde 869,89 kg (kadar air 13,12%).

Untuk percepatan pengenalan dan adopsi varietas unggul padi hasil Badan Litbang Pertanian, maka hasil perbanyakan benih padi tersebut akan diditribusikan (sampai laporan ini disusun masih dalam proses) ke beberapa kabupaten/kota terutama sentra produksi padi yang termasuk wilayah sasaran program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di Jawa Barat, yaitu di 15 kabupaten dan 1 kota. Disamping itu guna mendukung percepatan diseminasi inovasi (promosi) varietas unggul padi hasil Badan Litbang Pertanian didistribusikan pula deskripsi varietas dan teknologi rekomendasi dalam Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).

PLOT DEMONSTRASI PENGEMBANGAN TANAMAN DAN

SUMBERDAYA TERPADU PADI (Penanggung jawab: Dra. Sri Murtiani)

Sampai dengan tahun 2007 ini Badan Litbang Pertanian telah

menghasilkan beberapa inovasi teknologi, inovasi teknologi yang telah berhasil meningkatkan produksi padi adalah teknik budidaya padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Pendekatan PTT merupakan alternatif pengelolaan padi secara intensif dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan produktivitas lahan sawah irigasi serta produktivitas padi. Pendekatan PTT mengutamakan sinergisme berbagai komponen teknologi dalam suatu paket teknologi agar mampu meningkatkan efisiensi penggunaan input dan sekaligus hasil panen. Pendekatan PTT juga memperhitungkan keterpaduan antara tanaman disatu pihak dan sumberdaya yang ada dipihak lain (Las, 2002). Hasil penelitian di 22 provinsi menunjukkan bahwa penerapan model PTT dapat meningkatkan hasil gabah kering panen (GKP) daripada teknologi petani (non-PTT) sebesar 18% atau sekitar 1,0 t/ha (Zaini et al., 2002; Budianto, 2003 dalam Saeful Bachrein, 2006)

Kegiatan Plot Demonstrasi Pengembangan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi ditujukan dalam rangka memecahkan kendala dalam diseminasi dan penyebarluasan teknologi PTT Padi dan peningkatan produktivitas lahan, kegiatan ini merupakan alternatif pengelolaan padi secara intensif dan holistik pada lahan sawah beririgasi, dengan mengintegrasikan komponen-komponen yang terlibat dalam sistem produksi tanaman. Hal ini juga sebagai upaya untuk menuju swasembada lestari pangan yang telah dicanangkan pemerintah untuk peningkatan produksi beras pada tahun 2007 sebanyak 2 juta ton dan tahun berikutnya hingga tahun 2009 produksinya ditargetkan naik 5%. Target ini perlu

8833

didukung oleh Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah, terutama daerah surplus beras seperti Propinsi Jawa Barat. Sehingga dengan adanya kegiatan Demonstrasi Plot ini diharapkan akan diperoleh model pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan petani dalam penerapan teknologi PTT Padi di lapangan.

Kegiatan Demonstrasi Plot PTT padi dilaksanakan di Desa Susukan, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur yang tergabung dalam kelompok tani Nusa Wangi dengan Ketua Kelompok Encub dengan luas lahan petani demplot 860 are (8600 m2 atau sekitar 0,9 ha), dan di Kabupaten Ciamis pada kelompok Wibawa Mukti III dengan ketua Ijun Ruslan, terletak di Desa Talagasari, Kecamatan Kawali dengan 10 orang pelaksana demplot dengan total luas 910 bata (sekitar 1,3 ha). Metoda kegiatan dilakukan melalui pembuatan demplot pada MK I 2008 (bulan April sampai bulan Juli 2008). Teknologi PTT Padi yang diintroduksikan antara lain yaitu: 1) penggunaan varietas unggul (Varietas Ciherang dan Sarinah); 2) cara tanam legowo; 3) penggunaan bibit muda (< 21 hss) sebanyak 1-3 batang per lubang tanam; 4) pemupukan sesuai dengan keadaan daya dukung lahan dan kebutuhan tanaman, yaitu dengan BWD untuk pemupukan N dan PUTS untuk pemberian pupuk P dan K, sistem tanam (legowo), 5) pengendalian hama berdasarkan konsep PHT sesuai dengan ambang kendali. Dalam pendekatan model PTT, petani yang tergabung dalam kelompok tani berpartisipasi aktif sejak perencanaan, menentukan paket yang sesuai, pelaksanaan dan evaluasi untuk memperoleh umpan balik.

Hasil Demplot yang telah dilaksanakan di Kabupaten Cianjur hasil rata-rata petani kooperator peserta Demplot PTT Padi (6 orang) adalah 7,23 ton/ha, sedangkan petani non kooperator (4 orang) 6,52 ton/ha, dari hasil ini menunjukkan dengan pendekatan Teknologi PTT Padi terjadi peningkatan hasil produksi sekitar 0,7 ton/ha atau 10.87%. Di Kabupaten Ciamis dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan cara petani 5,5%. Hasil Analisa Usahatani di Kabupaten Cianjur antara petani koperator dan non koperator, cara tanam dengan pendekatan PTT, RC cara petani 1,65 dan cara PTT 2,83. Di Kabupaten Ciamis, petani koperator dengan cara tanam legowo 4, RC 3,07 dan BC 2,07, sedang sistem tegel, RC 2,91 dan BC 1,91 dibandingkan cara petani/Non PTT, RC 2,88 dan BC 1,88. Sehingga hasil Analisa Usahatani dengan pendekatan PTT Padi, lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani non PTT baik di Kabupaten Cianjur dan Ciamis. Hal ini memperkuat hasil yang telah dilakukan oleh Zaini et al, 2002.

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan tanggapan peserta terhadap Demplot PTT, di Kabupaten Cianjur kepada peserta telah dibagikan kuesioner pada saat temu lapang, 80% peserta menyatakan

8844

sangat setuju dan setuju terhadap komponen teknologi PTT yang ditanyakan. Seperti dalam penggunaan varietas unggul dan penggunaan benih berlabel, 67,4% sangat setuju dan 28% menyatakan setuju. Cara tanam legowo dapat meningkatkan hasil dan bermaksud untuk mengaplikasikan cara tersebut pada musim yang akan datang. Cara tanam bibit muda dengan 2-3 bibit per rumpun dapat mengurangi kebutuhan benih (85% setuju). Sedangkan untuk penggunaan benih muda dengan umur kurang 21 hss (hari setelah semai) 80% setuju. Informasi tentang PTT Padi yang terbanyak diperoleh dari penyuluh (11 orang), petani (3 orang) dan KTNA/kontak tani (2 orang).

Di Kabupaten Ciamis responden sangat setuju (70,45%) dan setuju (27,27%) tentang pentingnya penggunaan varietas unggul baru, karena akan meningkatkan produksi, sedangkan untuk komponen PTT yang lain perimbangan jawaban antara sangat setuju dan setuju seimbang. Beberapa alasan antara lain: 1). untuk penggunaan bibit 1-3 batang/rumpun, akan menghemat jumlah bibit, 2). system tanam legowo 2, akan menambah jumlah rumpun/anakan, memudahkan penyiangan dan penyemprotan, 3). untuk penggunaan pupuk organik, akan mengembalikan unsur hara, kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah, 4). untuk pengairan berselang (intermitten), akan menghemat air dan padi bukan tanaman air, 5). pemupukan N berdasarkan BWD dan pemberian P dan K berdasarkan analisis tanah, akan mengemat pupuk dan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil Temu Lapang dan Evaluasi Demplot PTT Padi di Kabupaten Cianjur dan Ciamis, petani pelaksana Demplot PTT Padi dan petani sekitar lokasi, menyambut baik inovasi teknologi PTT Padi yang telah dilaksanakan dan akan terus melaksanakan sesuai dengan yang telah dianjurkan dan akan menyebarkannya ke wilayah sekitar. Petani mengharapkan pembinaan dapat dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh BPTP Jawa Barat, sehingga petani dan petugas lapangan dapat langsung mengetahui perkembangan kegiatan pertanian, juga kebijaksanaan dari pemerintah baik dari tingkat pusat maupun daerah.

PENGKAJIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI JAWA BARAT

(Penanggung jawab: DR. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc.)

Pembangunan pedesaan identik dengan pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan pertanian adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat/petani yang tercermin dari meningkatnya pendapatan petani, produktivitas tenaga kerja pertanian, berkurangnya penduduk miskin,

8855

meningkat-nya ketahanan pangan masyarakat, serta meningkatnya daya beli/nilai tukar petani. Permasalahan utama untuk mengetahui kinerja pembangunan pertanian saat ini adalah terbatasnya data/informasi spesifik lokasi. Padahal dalam merumuskan kebijakan pembangunan pedesaan ke depan diperlukan berbagai variabel indikator pembangunan pertanian. Karena itu dipandang penting untuk dilakukan pengkajian indikator ekonomi pembangunan pedesaan secara sinambung. Tujuannya adalah untuk: (a) Mengumpulkan dan mengidentifikasi peubah penjelas yang menentukan indikator pembangunan ekonomi pedesaan; (b) Menganalisis variabel indikator pembangunan ekonomi pedesaan; dan (c) Membuat bahan rumusan kebijakan pembangunan pedesaan berdasarkan hasil analisis indikator ekonomi pembangunan pedesaan. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari pengkajian ini adalah: (a) Terkumpul dan teridentifikasinya peubah penjelas indikator pembangunan ekonomi pedesaan; (b) Teranalisisnya indikator pembangunan ekonomi pedesaan; dan (c) Tersedianya bahan rumusan kebijakan pembangunan ekonomi pedesaan.

Metode pendekatan yang digunakan adalah survei di tingkat rumah tangga dan lembaga upah dan harga ditingkat desa yang dipandu melalui kuesioner terstruktur. Lokasi pengakjian dilakukan di 6 desa, masing-masing 2 desa di Kab. Karawang (agroekosistem lahan sawah), 2 desa di Kab. Garut (agroekosistem lahan kering dataran rendah), dan 2 desa di Kab. Bandung (agroekosistem lahan kering dataran tinggi). Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan statistik sederhana.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa hal penting sebagai berikut: 1. Kinerja pembangunan ekonomi pedesaan dapat diidentifikasi dengan

sembilan variabel indikator, yaitu: (a) tingkat pemakaian teknologi input usahatani, (b) tingkat produktivitas usahatani, (c) tingkat efisiensi usahatani, (d) tingkat efektivitas harga input dan harga output produksi, (e) tingkat pendapatan keluarga petani, (f) tingkat proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumahtangga, (g) tingkat ketahanan pangan keluarga, (h) tingkat daya beli, dan (i) nilai tukar petani.

2. Sektor pertanian diseluruh wilayah pedesaan yang dikaji masih menjadi andalan penting dalam perolehan pendapatan rumahtangga petani, yaitu mencapai sekitar 65,36-74,56 persen dari total pendapatann sekitar Rp.23,126 juta sampai Rp.35,75 juta per tahun; lebih tinggi 177,18 samapi 124,06 persen dari tingkat upah minimum regional Jawa Barat (UMR 2008) sebesar Rp.568.193,4/bulan).

8866

3. Dari aspek pemakaian teknologi input oleh petani dan efisiensi usahatani, khususnya padi sawah di Karawang nampak sudah cukup optimal dan sesuai dengan tingkat rekomendasi. Tingkat produksi yang diperoleh petani saat ini adalah 5,61-6,21 ton/ha, dan efisiensi usahatani tergolong baik (R/C rasio 1,67-2,32), dengan rataan biaya produksi hanya Rp.1.010/kg, sedangkan harga jual produksi mencapai Rp.2.136/kg GKP, diatas harga HPP (Rp.2.000/kg).

4. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga petani di seluruh wilayah desa lokasi kajian cukup baik, yaitu mencapai 36,56-48,53 persen dari nilai total pengeluaran. Meskipun di pedesaan kabupaten Garut dan Bandung tergolong relatif kurang baik dari pada di pedesaan kabupaten Karawang.

5. Indeks daya beli rumahtangga petani di seluruh wilayah desa lokasi kajian relatif cukup baik, sekitar 1,27 sampai 2,16.

6. Indikator ketahanan pangan keluarga petani (TKP) di lokasi desa kajian adalah termasuk cukup kuat/tinggi, yaitu mencapai sekitar 1,29 sampai 2,60. Oleh sebab itu tingkat kesejahteraan petani, khususnya di lokasi pedesaan Kabupaten Karawang termasuk relatif cukup baik.

7. Perkembangan indeks nilai tukar pendapatan petani (NTPP) terhadap total biaya produksi di semua desa lokasi kajian rata-rata mencapai 1,46-2,47, dan indeks nilai tukar petani (NTP) yang mencapai rata-rata 97,28 (terendah 91,40; Karawang sampai 106,84; Bandung).

8. Berdasarkan kinerja seluruh variabel indikator ekonomi yang dianalisis, kecuali NTP, nampak bahwa delapan indikator kesejahteraan petani di wilayah pedesaan yang dikaji, adalah tergolong relatif cukup baik. Hanya saja, NTP yang menjadi inti kunci, sekaligus penentu awal dan akhir dari semua tujuan pelaksanaan pembangunan pedesaan masih lemah/rendah. Hal itu mengidikasikan bahwa kinerja pembangunan di pedesaan saat ini telah berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Namun demikian, masih diperlukan peningkatan akselerasi, terutama terhadap faktor-faktor yang berkait dengan nilai tukar petani.

9. Setiap model pendekatan tidak luput dari sisi kelebihan dan kekurang, termasuk konsep NTP. Karena itu konsep NTP yang ada sekarang dipandang kurang sesuai untuk dijadikan pengukur indikator kesejahteraan masyarakat pedesaan. Sebab kinerja harga faktor dan hasil produksi pertanian di pedesaan kita masih belum sepenuhnya transparan. Karena itu model pendekatan nilai tukar petani faktorial (produksi) atau nilai tukar pendapatan (NTPP) nampak lebih sesuai untuk dijadikan alat penakar nilai tukar petani dan nilai tukar pertanian di pedesaan. Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus ini yang sekaligus

8877

menjadi bahan rumusan bagi penentu kebijakan adalah: perlu adanya suatu format/model mutakhir yang lebih tepat untuk dapat dijadikan pengukur kesejahteraan petani yang komprehen-sif sebagai indikator pembangunan pertanian di pedesaan.

ANALASIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PRODUKSI KEDELAI

DI JAWA BARAT (Penanggung jawab: DR. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc.)

Analisis kebijakan pembanguan pertanian dilakukan dalam rangka merespon isu aktual dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah yang terkait dengan pembangunan pertanian ke depan, merupakan kegiatan penelitian dengan topik kajian yang disesuaikan dengan isu aktual yang berkembang. Respon tersebut perlu dibuat untuk memberikan masukan bagi pembuat kebijakan agar kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat itu. Meningkatnya harga kedelai akhir-akhir ini menjadi topik utama kegiatan analisis kebijakan tahun 2008.

Meningkatnya harga kedelai dan semakin rendahnya produksi kedelai nasional perlu dianalisis agar Pemerintah Daerah Jawa Barat dapat meningkatkan produksi kedelai untuk mendukung produksi kedelai nasional. Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah desk study, survey semi terstruktur, dan diskusi partisipatif. Analisis data dilakukan dengan analisis secara persentase kemudian dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi, luas tanam, dan luas panen kedelai di Jawa Barat mengalami penurunan sejak 1999 yang sebelumnya meningkat. Namun demikian secara umum produktivitas kedelai meningkat dalam 10 tahun terakhir (1998-2007) dari 1,24 ton/ha pada tahu 1998 menjadi 1,42 ton/ha pada tahu 2007. Meskipun dalam beberapa tahun diantara tahun tersebut mengalami penurunan. Pemasaran kedelai oleh petani terkendala oleh fluktuasi harga dan posisi tawar petani rendah. Untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di Jawa Barat dengan mempertimbangkan analisis dan sintesis terhadap pasar, maka rekomendasi yang diusulkan adalah (a) rekomendasi sistem produksi kedelai, (b) rekomendasi pasar dan pemasaran, dan (c) rekomendasi kebijakan usahatani kedelai

Rekomendasi untuk mengatasi masalah kesulitan benih dan saprodi adalah perlu dilakukan kemitraan dengan pihak ketiga dalam hal penyediaan benih varietas unggul dan hendaknya aparat terkait mampu

8888

mengawasi distribusi saprodi dengan baik, dan mampu mengawasi jalannya pelaksanaan kegiatan di lapangan Sebagai solusi, diharapkan petani di sentra-sentra kedelai membina dan membentuk kelompok tani penangkar yang bekerjasama dengan Balai Penyediaan Sertifikasi Benih (BPSB). Kebijakan untuk pupuk anorganik, diharapkan petani lebih efisien menggunakan pupuk anorganik diantaranya dengan konversi sebagian dengan pupuk organik, atau penggunaan pupuk hayati/pupuk daun dan penggunaan bahan-bahan yang dapat membantu tanaman legium ini dapat lebih banyak menambat N, seperti penggunaan Rhizoplus, atau Nodulin Plus. Untuk dapat meningkatkan produksi, lebih dari 2 ton/ha, nampaknya introduksi varietas unggul sesuatu yang harus dilakukan. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan benih yang mempunyai potensi hasil yang tinggi, seperti Anjasmoro, Mahameru, Panderman, Sinabung, dll. Rekomendasi teknologi kedelai untuk Jawa Barat terbagi atas dua agroekosistem yaitu laha kering dan lahan sawah (Tabel 19 dan 20). Dalam pengembangan program peningkatan kedelai, hendaknya pemda mengidentifikasi lahan yang sesuai untuk kedelai.

Tabel. 19. Rekomendasi teknologi kedelai untuk lahan kering Uraian Rekomendasi teknologi

Pengolahan tanah Tanpa olah tanah (TOT)/awal kemarau Varietas Tanggamus, Sibayak, Nanti, Wilis

Kebutuhan benih : 45-50 kg/ha Penggunaan legin Nodulin plus Pengendalian OPT Konsep PHT Waktu Awal musim penghujan Jarak tanam 40 x 20 cm atau 40 x 15 cm Pemupukan 5 ton pupuk kandang, 25 kg urea, 50 kg sp-36 dan

50 kg KCL./ha Panen Daun rontok polong kuning, mengering

8899

Tabel 20. Rekomendasi teknologi kedelai untuk lahan sawah Uraian Rekomendasi teknologi

Pengolahan tanah Tanpa olah tanah (TOT) Varietas Kaba, Sinabung, Bromo, Argomulyo, Mahameru,

Anjasmoro. Kebutuhan benih : 45-50 kg/ha

Penggunaan legin Nodulin plus Pengendalian OPT Konsep PHT Waktu Akhir musim penghujan Jarak tanam 40 x 20 cm atau 40 x 15 cm Pemupukan Tanah vertisol, 50 kg urea, 50 kg sp-36 dan 100 kg

KCL./ha. Panen Daun rontok polong kuning, mengering

Berkaitan dengan varietas, tim peneliti Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) menemukan varietas baru kedelai hitam berukuran lebih besar, kandungan protein lebih tinggi dan kotiledon berwarna hijau (green kemel). Galur harapan tersebut 9837/K-D-185 memiliki potensi hasil panen 3,45 ton/ha. Galur ini diyakini menjadi kedelai hitam pertama yang berukuran biji besar seberat 14,87 gram per 100 biji, memiliki kadar protein 45,36 berat kering.

Untuk merangsang agar petani kedelai bersemangat untuk melakukan budidaya kedelai, sehingga produksi kedelai nasional dapat meningkat dengan signifikan, maka peran Bulog sangat diharapkan. Bulog dalam hal ini sebagai penstabil harga, sehingga petani kedelai ada kepastian harga. Secara nyata Bulog juga bisa langsung terjun ke lapangan untuk membeli kedelai dari petani sehingga ada jaminan pasar dalam bentuk jaminan harga dan jaminan pembelian barang.

Melihat ketergantungan impor kedelai yang sangat tinggi dan hambatan laju peningkatan produktivitas menunjukkan persoalan yang menghadang di depan adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi kedelai nasional secara berkelanjutan dalam rangka membangun kemandirian pangan di Indonesia.

Terdapat masalah internal dan eksternal yang harus terus menerus dibenahi agar agrbisnis kedelai mempunyai prospek yang cerah. Masalah internal yang menyebabkan agribisnis tidak pernah beranjak maju, yang perlu dibenahi meliputi: peningkatan produktivitas kedelai, peningkatan luas areal tanam, perbaikan tataniaga dan insentif usaha, peningkatan efisiensi input produksi, perbaikan kelembagaan, peningkatan kualitas

9900

produk, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah dan perbaikan akses pasar dan permodalan.

Adapun masalah eksternal yang perlu segera diatasi adalah: menghilangkan ketergantungan impor benih dan impor produk kedelai, peningkatan harga dasar kedelai yang menguntungkan petani, perbaikan kebijakan impor, dan membangun pemahaman terhadap pelaku agribisnis kedelai tentang perubahan iklim (lokal dan global), serta antsipasi terhadap perubahan iklim tersebut.

Untuk mendorong peningkatan produksi kedelai pada tahun 2008, harus segera dilaksanakan program dan aksi peningkatan produksi kedelai nasional tahun 2008 dengan sasaran produksi 1.064.000 ton dengan luas 800.000 ha. Sasaran produksi kedelai tahun 2008 akan dicapai melalui strategi yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi dan penguatan kelembagaan dan dukungan pembiayaan program

RINGKASAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2008 ANALASIS KEBIJAKAN PEMBANGUNA PERTANIAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PRODUKSI KEDELAI

DI JAWA BARAT Analisis kebijakan pembanguan pertanian dilakukan dalam rangka

merespon isu aktual dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah yang terkait dengan pembangunan pertanian ke depan, merupakan kegiatan penelitian dengan topik kajian yang disesuaikan dengan isu aktual yang berkembang. Respon tersebut perlu dibuat untuk memberikan masukan bagi pembuat kebijakan agar kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat itu. Meningkatnya harga kedelai akhir-akhir ini menjadi topik utama kegiatan analisis kebijakan tahun 2008.

Meningkatnya harga kedelai dan semakin rendahnya produksi kedelai nasional perlu dianalisis agar Pemerintah Daerah Jawa Barat dapat meningkatkan produksi kedelai untuk mendukung produksi kedelai nasional. Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah desk study, survey semi terstruktur, dan diskusi partisipatif. Analisis data dilakukan dengan analisis secara persentase kemudian dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi, luas tanam, dan luas panen kedelai di Jawa Barat mengalami penurunan sejak 1999 yang sebelumnya meningkat. Namun demikian secara umum produktivitas kedelai meningkat dalam 10 tahun terakhir (1998-2007) dari 1,24 ton/ha pada tahu 1998 menjadi 1,42 ton/ha pada tahu 2007. Meskipun dalam beberapa tahun diantara tahun tersebut mengalami penurunan. Pemasaran

9911

kedelai oleh petani terkendala oleh fluktuasi harga dan posisi tawar petani rendah. Untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai di Jawa Barat dengan mempertimbangkan analisis dan sintesis terhadap pasar, maka rekomendasi yang diusulkan adalah (a) rekomendasi sistem produksi kedelai, (b) rekomendasi pasar dan pemasaran, dan (c) rekomendasi kebijakan usahatani kedelai.

BPTP JAWA BARAT -...

Documents

Transcript of BPTP JAWA BARAT -...