bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat...

107
KATA PENGANTAR Modul Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyelenggaraan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD), pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan Modul Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman ini disusun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, Penanganan Drainase Lingkungan Permukiman, serta Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat. Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun/penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman. Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman I

Transcript of bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat...

Page 1: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

KATA PENGANTAR

Modul Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyelenggaraan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD), pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan

Modul Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman ini disusun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, Penanganan Drainase Lingkungan Permukiman, serta Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun/penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman.

Semarang, Juli 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman I

Page 2: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................IDAFTAR ISI............................................................................................................IIDAFTAR TABEL.....................................................................................................IVDAFTAR GAMBAR.................................................................................................VPETUNJUK PENGGUNAAN MODUL......................................................................VI

A.Deskripsi..............................................................................................viB.Persyaratan..........................................................................................viC.Metode................................................................................................viD.Alat Bantu/Media................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1A.Latar Belakang......................................................................................2B.Deskripsi Singkat...................................................................................7C.Tujuan Pembelajaran............................................................................7D.Materi dan Submateri Pokok................................................................8E.Estimasi Waktu.....................................................................................8

BAB 2 SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK......................................9A.Indikator keberhasilan........................................................................10B.Latar Belakang....................................................................................10C.Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik......11D.Pengenalan SPAL Domestik Setempat dan Terpusat..........................12E.Perencanaan SPAL Domestik..............................................................17F.Latihan................................................................................................20G.Rangkuman........................................................................................21

BAB 3 PENGELOLAAN PERSAMPAHAN............................................................23A.Indikator Keberhasilan........................................................................24B.Latar Belakang....................................................................................24C.Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan.............................25D.Tantangan Pengelolaan Persampahan...............................................27E.Perencanaan Pengelolaan Persampahan............................................27F.Latihan................................................................................................31G.Rangkuman........................................................................................32

ii Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 3: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 4 PENANGANAN DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN.......................33A.Indikator Keberhasilan........................................................................34B.Latar Belakang....................................................................................34C.Pengertian Drainase...........................................................................36D.Proses Terjadinya Genangan dan Banjir.............................................43E.Penanganan Drainase.........................................................................44F.Perencanaan Drainase Lingkungan.....................................................48G.Latihan................................................................................................59H.Rangkuman.........................................................................................60

BAB 5 PENUTUP..................................................................................................61DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................64GLOSARIUM........................................................................................................65BAHAN TAYANG..................................................................................................67

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman III

Page 4: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Langkah-langkah Penyusunan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman....................................................................................55

iv Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 5: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sistem Drainase Kota......................................................................39Gambar 2 WIlayah Penanganan Drainase Direktorat Pengembangan PLP......46Gambar 3 Sistem Drainase Kota yang ditangani..............................................47Gambar 4. Penanganan jaringan drainase di kawasan lingkungan...................48

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman V

Page 6: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Deskripsi

Modul Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyelenggaraan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD), pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan.

Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari materi dalam modul ini.

B. Persyaratan

Dalam mempelajari modul ini peserta diklat perlu dilengkapi dengan peraturan perundang-undangan serta pedoman terkait penyelenggaraan penyehatan lingkungan permukiman.

C. Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber), adanya kesempatan tanya jawab, bahkan diskusi.

D. Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan alat bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu :

1. LCD/projector 2. Laptop 3. Papan tulis atau whiteboard

vi Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 7: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

4. Flip chart 5. Bahan tayang

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman VII

Page 8: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

viii Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 9: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 1

PENDAHULUAN

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman1

Page 10: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Pendahuluan

A. Latar Belakang

1. Kondisi Umum Infrastruktur Permukiman

Untuk dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, perlu adanya dukungan penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta Karya/Permukiman yang handal.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 mengamanatkan terpenuhinya (i) ketersediaan infrastruktur sesuai dengan tata ruang, (ii) berkembangnya jaringan transportasi, (iii) terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien, (iv) mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik, (v) terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum dan kebutuhan dasar, (vi) pengembangan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian, (vii) pemenuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang, serta (viii) terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

Berdasarkan RPJPN Tahun 2005 - 2025, pembangunan Bidang Cipta Karya berperan dalam peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, antara lain dengan :

a. Mewujudkan kota tanpa permukiman kumuhb. Mewujudkan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan

kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat

c. Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam dekade terakhir telah melaksanakan tugasnya dalam merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis bidang Cipta Karya.

2 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 11: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Berbagai program dan kegiatan telah diselenggarakan, bahkan sebagian diantaranya telah melebihi target output pada RPJMN dan Renstra PU 2010-2014.

Baiknya kinerja Ditjen Cipta Karya disertai dukungan para pemangku kepentingan, menyebabkan cakupan pelayanan infrastruktur Cipta Karya yang terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya cakupan pelayanan air minum layak dari 47,7% pada tahun 2009 menjadi 68,36% pada tahun 2014. Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi yang layak juga mengalami peningkatan dari 51% pada tahun 2009 menjadi 61,06% pada tahun 2014. Di samping itu, luas permukiman kumuh juga mengalami penurunan yang signifikan dari 57.800 Ha pada tahun 2009 menjadi 38.431 Ha pada tahun 2014. Kondisi ini menunjukan bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya telah menunjukan kemajuan dalam hal kualitas lingkungan permukiman di Tanah Air menuju kondisi permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Pembangunan infrastruktur permukiman pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja

c. Meningkatkan kualitas lingkungan, untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman.

Untuk itu, pembangunan infrastruktur permukiman juga diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional lainnya seperti penanggulangan kemiskinan, pengembangan kota hijau, dan penataan kawasan strategis. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dengan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas), dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), serta Program Pro Rakyat Klaster 4 sesuai dengan Direktif

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman3

Page 12: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Presiden RI. Dalam hal pengembangan Kota Hijau, Ditjen Cipta Karya turut berperan dengan menginisasi penyelenggaraan Green Waste (TPA Sanitary landfill dan TPST 3R), Green Water (IPA Reverse Osmosis dan Pamsimas), Green Building dan Green Open Space (Revitalisasi Kawasan). Ditjen Cipta Karya juga mendapatkan mandat membangun infrastruktur permukiman pada Kawasan Strategis seperti daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Pada kawasan tersebut telah dilaksanakan peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta pembangunan prasarana air minum dan sanitasi.

Dalam mendukung pembangunan infrastruktur permukiman, telah dilakukan upaya pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan infrastruktur permukiman untuk memastikan keterpaduan dan keberlanjutan infrastruktur terbangun. Dalam periode 2010-2014, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dalam perumusan Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan Undang-undang No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun dan peraturan pelaksananya, serta terlibat dalam perumusan berbagai peraturan turunan Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan, dan Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Upaya pembinaan dilakukan melalui pendampingan pemerintah daerah dalam merumuskan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) daerah serta menyusun dokumen perencanaan seperti Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Untuk fungsi pengawasan, Ditjen Cipta Karya terus melakukan monitoring secara berkala melalui pengembangan sistem informasi (e-Monitoring) dan melakukan evaluasi tahunan dengan menyusun Laporan Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Dalam upaya mewujudkan amanat RPJPN dimaksud, sasaran antara sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-III Tahun 2015 – 2019 - yang terkait penyelenggaraan kawasan permukiman - adalah: (a) tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen, (b) tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia, (c) optimalisasi penyediaan layanan air minum, (d)

4 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 13: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

peningkatan efisiensi layanan air minum yang dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional, (e) penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung, (f) meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar, serta (g) meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

2. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman5

Page 14: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karyag. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga (3) strategi pendekatan yaitu: (i) membangun sistem, (ii) memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta (iii) memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkungan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestikb. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

6 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 15: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

c. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan Permukiman

Hingga saat ini, pencapaian akses penduduk terhadap sanitasi masih belum memadai sebagai mana diindikasikan dari hasil survei BPS Tahun 2014 untuk pengelolaan air limbah yang baru mencapai 61,06% dan akses masyarakat terhadap saluran drainase sebesar 57,90%. Adapun pelayanan pengelolaan sampah sudah mencapai sekitar 86,73% berdasarkan hasil Riskesdas, Kementerian Kesehatan, Tahun 2014.

Untuk mewujudkan Akses Universal Sanitasi Tahun 2019, telah disusun program yang bersifat holistik dan harus dilaksanakan secara sinergi dan terpadu oeh masyarakat dan dunia usaha, pemerintah daerah dan Pusat. Program tersebut mencakup kegiatan Fisik dan Non-fisik yang harus dilaksanakan secara sinergistik oleh semua pelaku pembangunan Sanitasi.

Disadari bahwa tantangan untuk mewujudkan Akses Universal Sanitasi tidak kecil. Hasil evaluasi terhadap pembangunan Sanitasi selama ini dapat diidentifikasi kendala yang harus diatasi, diantaranya: (i) terdapat gap yang besar antara capaian pembangunan eksisting dengan target yang akan dicapai dalam jangka waktu yang relative pendek, (ii) perlunya peningkatan terhadap kegiatan pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam rangka mendorong Pemerintah Daerah dalam mencapai Akses Universal di wilayahnya, (iii) usulan Pemda dalam dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) untuk pembangunan Sanitasi masih jauh di bawah estimasi kebutuhan pencapaian Akses Universal, (iv) perlunya peningkatan kualitas dokumen perencanaan strategis santasi (SSK, MPS), serta masih minimnya kesiapan daerah dalam implementasi pembangunan sanitasi, seperti ketersediaan dokumen perencanaan, kesiapan lahan, dan institusi pengelola.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyelenggaraan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD), pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan kepada peserta melalui ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi dan latihan soal

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman7

Page 16: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pelatihan mata diklat ini peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang penyelenggaraan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang mencakup proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan operasi pemeliharaan, baik untuk sistem pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan drainase lingkungan dan pengelolaan persampahan.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:

a. Memahami dan menjelaskan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

b. Memahami dan Menjelaskan Pengelolaan Persampahan

c. Memahami dan menjelasakan penanganan drainase lingkungan permukiman

D. Materi dan Submateri Pokok

Materi dan submateri pokok dalam mata diklat ini adalah:1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

a. Latar Belakangb. Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestikc. Pengenalan SPAL Domestik Setempat dan Terpusatd. Perencanaan SPAL Domestik

2. Pengelolaan Persampahan

a. Latar Belakang b. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahanc. Tantangan Pengelolaan Persampahan d. Perencanaan Pengelolaan Persampahan

3. Penanganan Drainase Lingkungan Permukiman

a. Latar Belakangb. Pengertian Drainasec. Proses Terjadinya Genangan dan Banjir d. Penanganan Drainase

8 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 17: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

e. Perencanaan Drainase Lingkungan

E. Estimasi Waktu

Untuk mempelajari mata Diklat Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman pada Diklat PISK 1 Bidang Permukiman, dialokasikan waktu sebanyak 10 JP @ 45 Menit (450 menit).

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman9

Page 18: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

10 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 19: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 2

SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman11

Page 20: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

A. Indikator keberhasilan

Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan memahami dan menjelaskan SPAL Domestik

B. Latar Belakang

Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Domestik merupakan pelayanan publik yang bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan air limbah yang aman dan berkelanjutan serta menjaga sumber air dari pencemaran air limbah domestik. Peningkatan akses pelayanan air limbah tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu tercapainya universal akses sanitasi pada tahun 2019. Hal ini berarti pelayan air limbah dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Data BPS pada akhir tahun 2014 menunjukkan bahwa akses pelayanan air limbah baru mencapai 61,06%. Dalam rangka mendukung upaya pencapaian universal akses tersebut, penyelenggaraan SPAL Domestik dilakukan melalui serangkaian tahapan yang komprehensif, dmulai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi. Selain itu, dilakukan intervensi melalui kegiatan fisik berupa pembangunan infrastruktur dan, yang tidak kalah pentingnya adalah, kegiatan non-fisik untuk meningkatkan kapasitas dan peran aktif stakeholders.

Pertumbuhan permukiman dan kegiatan ekonomi masyarakat dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tidak dapat dihindari, dampak ikutan dari pertumbuhan ini adalah juga terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Kegiatan ekonomi penduduk perkotaan ini akan menghasilkan produk baik yang diinginkan maupun hasil samping yang tidak diinginkan yaitu berupa limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang keberadaannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

12 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 21: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair yang berasal dari permukiman. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan dapat terjadi apabila kita semua tidak lagi peduli terhadap permasalahan tersebut.

Sungai merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan. Hal ini tentu berbeda apabila sungai telah tercemar berat. Bagi beberapa anggota masyarakat yang mengabaikan bahaya limbah, air sungai masih dimanfaatkan untuk mencuci, mandi, bahkan memasak. Ikan–ikan yang hidup dalam sungai tersebut juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan protein mereka. Padahal jika sungai tersebut mengandung limbah, ikan maupun organisma air lainnya yang mereka konsumsi berpotensi besar menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apalagi di daerah perkotaan, limbah memang menjadi masalah yang serius. Aktivitas masyarakat setiap hari menimbulkan limbah rumah tangga yang sangat besar.

Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Berdasarkan permasalahan itulah, pemerintah serius melaksanakan program untuk mengelola air limbah.

Pengelolaan air limbah domestik dapat dilakukan dengan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Setempat maupun Terpusat, yang penerapannya bergantung pada pertimbangan kepadatan penduduk, kedalaman muka air tanah, kemiringan tanah dan permeabilitas tanah.

C. Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Dalam implementasi konsep pengelolaan air limbah domestik, diterapkan strategi dengan pendekatan bertahap secara bijak (stepwise approach) dalam rangka mencapai Akses Universal bidang air limbah:

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman13

Page 22: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

1. Optimalisasi SPALD Setempat melalui peningkatan jumlah tangki septik individual, mendorong pembangunan tangi septik melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Hibah Sanitasi, serta optimalisasi dan pembangunan IPLT baru.

2. Pengembangan selektif SPALD Terpusat melalui pembangunan baru SPALD Terpusat skala komunal, kawasan, kota dan regional, serta peningkatan kapasitas dan rehabilitasi SPALD Terpusat skala komunal, kawasan, kota dan regional eksisiting.

3. Pengembangan agresif SPALD Terpusat melalui pengembangan SPALD Terpusat skala kota dan regional, serta peningkatan skala penanganan SPALD Terpusat skala komunal dan kawasan.

4. Pengembangan teknologi melalui penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan SPALD Terpusat skala kota, kawasan dan komunal.

D. Pengenalan SPAL Domestik Setempat dan Terpusat

1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Setempat.

Pada saat ini mayoritas penduduk Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, masih menggunakan sistem pengolahan air limbah domestik setempat (atau on-site disposal) yang berupa tangki septik atau cubluk. Pengolahan ini dipilih karena pengolahan air limbah secara terpusat (sewerage system) masih belum banyak diterapkan, dan masih dianggap mahal, di Indonesia.

Selain itu, pembangunan dan pemeliharaan SPALD Setempat juga tidak memerlukan biaya yang besar jika dibandingkan dengan SPALD Terpusat. Penerapan SPALD Terpusat di Indonesia belum mencapai 5%, dan merupakan salah satu terendah di antara negara-negara berpenghasilan menengah. Baik biaya pembangunan SPALD Setempat maupun operasional masih dapat ditanggung oleh para pemakainya. Pelaksanaan dan pengoperasian SPALD Setempat juga lebih sederhana sehingga dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara individual untuk satu unit rumah tinggal, ataupun sekelompok masyarakat (komunal) untuk dua sampai dengan sepuluh unit rumah tinggal atau berupa sarana Mandi Cuci Kakus (MCK).

14 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 23: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Ditinjau berdasarkan komponen sistem, SPALD Setempat dibagi atas sub sistem pengolahan setempat, sub sistem pengangkutan, sub sistem pengolahan lumpur tinja dan sub sistem pembuangan:

a. Sub sistem pengolahan setempat merupakan prasarana dan sarana untuk mengumpulkan dan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, dapat berupa tangki septik dengan sistem resapan, atau unit pengolahan air limbah domestik fabrikasi. Sistem resapan pada tangki septik dapat berupa bidang resapan, sumur resapan atau kolam sanitasi.

b. Sub sistem pengangkutan merupakan sarana untuk memindahkan lumpur hasil pengolahan dari sub sistem pengolahan setempat ke sub sistem pengolahan lumpur tinja. Sub sistem pengangkutan dapat berupa truk tinja, gerobak atau motor roda tiga.

c. Sub sistem pengolahan lumpur tinja merupakan prasarana dan sarana untuk mengolah lumpur tinja, berupa instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang terdiri atas fasilitas utama berupa unit penyaring, unit pemekatan, unit stabilisasi dan unit pengering lumpur; fasilitas pendukung berupa platform/dumping station, kantor, gudang dan bengkel kerja, laboratorium, infrastruktur jalan, sumur pantau, fasilitas air bersih, pagar pembatas dan generator; dan zona penyangga.

d. Sub sistem pembuangan akhir merupakan prasarana dan sarana pembuangan hasil pengolahan sub sistem pengolahan lumpur tinja (IPLT), atau sub sistem pengolahan terpusat (dalam hal ini, instalasi pengolahan air limbah domestik, atau IPALD), ke lingkungan. Sub sistem pembuangan akhir dilengkapi dengan (i) pembuangan efluen, dan (ii) penampungan sementara lumpur hasil pengolahan. Prasarana dan sarana pembuangan efluen berupa sistem perpipaan yang berfungsi untuik menyalurkan hasil olahan ke dalam badan air penerima, sedangkan prasarana dan sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan berupa bangunan atau wadah penampungan lumpur sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.

Teknologi pengolahan air limbah domestik individual yang biasa digunakan adalah tangki septik (septic tank). Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air yang terdiri dari kompartemen ruang yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman15

Page 24: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

yang sangat lambat untuk memberi kesempatan terjadinya pengendapan terhadap benda-benda padat tersuspensi dan dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba anaerobik. Proses ini berjalan secara alamiah untuk memisahkan antara padatan – berupa lumpur yang lebih stabil - serta cairan (supernatan). Proses anaerobik yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan.

Cairan yang terolah akan keluar dari tangki septik sebagai efluen sedangkan gas yang terbentuk akan dilepas melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang (stabil) akan mengendap di dasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-3 tahun, bergantung pada perencanaan dan pengoperasiannya. Efluen dari tangki septik masih memerlukan pengolahan lebih lanjut karena masih tingginya kadar pencemar organik di dalamnya.

Pengolahan lanjutan terhadap supernatan berupa sumur resapan atau bidang resapan.

Adapun pengolahan air limbah domestik secara komunal digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah hasil dari pemetaan masyarakat yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi sumber air dan akses terhadap sarana sanitasi yang tersedia. Pemetaan masyarakat ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana klasifikasi kesejahteraan masyarakat terkait dengan calon pengguna sarana sanitasi yang akan direncanakan. Pertimbangan lainnya dalam pemilihan teknologi sanitasi yang akan digunakan seperti kondisi/karakter permukiman, kebiasaan/perilaku, kelayakan teknis di lapangan, prediksi perkembangan lingkungan permukiman dan prediksi peningkatan sosial ekonomi masyarakat untuk 5 (lima) tahun ke depan serta jumlah calon penerima manfaat.

Pada sistem komunal, air limbah yang diolah adalah air limbah domestik yang tercampur antara air limbah dari kegiatan dapur, cuci dan masak (greywater) dengan lumpur tinja dari kakus (blackwater).

Ada beberapa kelebihan SPALD Setempat sehingga hingga saat ini masih banyak digunakan di daerah perkotaan sekalipun, diantaranya adalah:

a. Menggunakan teknologi sederhana

16 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 25: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

b. Memerlukan biaya yang rendahc. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakannya sendirid. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakate. Manfaat dapat dirasakan secara langsung.

Namun demikian, perlu juga diperhatikan beberapa kekurangan yang ada, yakni:

a. Tidak dapat diterapkan pada semua daerah (antara lain tergantung permeabilitas tanah, tingkat kepadatan dan lain-lain)

b. Fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia saja (blackwater) dan tidak menerima limbah kamar mandi dan air limbah bekas mencuci (greywater)

c. Operasi dan Pemeliharaan sulit dimonitor.

Pemilihan SPAL Domestik Setempat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: (i) Kepadatan <150 jiwa/ha, (ii) Jarak sumur air bersih dengan bidang resapan tangki septik atau cubluk > 10 m, (iii) harus dilengkapi dengan Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Terpusat

Sistem jaringan perpipaan diperlukan untuk mengumpulkan air limbah dari tiap rumah dan bangunan di daerah pelayanan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) terpusat. Perencanaan yang komprehensif ini sangat penting mengingat kaitannya dengan masalah kebijakan tata guna lahan, pembangunan, pembiayaan, opaerasional dan pemeliharaan, keberlanjutan penggunaan fasilitas dan secara umum akan berpengaruh juga pada perencanaan infrastruktur daerah layanan. Perencanaan sistem perpipaan ini akan menyangkut dua hal penting yakni perencananaan jaringan perpipaan dan perencanaan perpipaannya sendiri. Berdasarkan cakupan layanannya, SPAL Domestik Terpusat mencakup: (i) Skala kawasan tertentu, misalnya: kawasan komersil, rumah susun, pertokoan, pusat perbelanjaan dan perkantoran; (ii) Skala permukiman untuk melayani sekitar 50 ribu sampai 20 ribu orang; dan (iii) Skala perkotaan melayani 20 ribu orang atau lebih.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman17

Page 26: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Berdasarkan komponennya, SPAL Domestik Terpusat terdiri atas sub sistem pelayanan, sub sistem pengumpulan, sub sistem pengolahan terpusat dan sub sistem pembuangan akhir.

a. Sub sistem pelayanan, terdiri atas: pipa tinja, pipa non tinja, bak pengendap lemak dan minyak dari dapur, dan bak kontrol akhir.

b. Sub sistem pengumpulan, terdiri atas: pipa retikulasi yaitu pipa lateral yang berfungsi sebagai saluran pengumpul air limbah dari sambungan rumah ke pipa servis sebagai saluran pengumpul air limbah dari pipa lateral ke pipa induk, pipa induk berfungsi mengumpulkan air limbah dari pipa servis dan menyalurkan ke sub sistem pengolahan dan bak kontrol akhir. Selain itu juga terdapat bangunan pelengkap yang berfungsi untuk mendukung penyaluran air limbah domestik dari sumber ke sub sistem pengolahan, berupa: lubang control (manhole), bangunan penggelontor, terminal pembersihan (clean out), pipa perlintasan (syphon), dan stasiun pompa.

c. Sub sistem pengolahan terpusat berupa prasarana dan sarana untuk mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari sumber melalui sub sistem pelayanan dan sub sistem pengumpulan. Pengolahan dilakukan di instalasi pengolahan air limbah domestik (IPALD). Prasarana dan sarana IPALD terdiri atas: fasilitas utama, fasilitas pendukung, dan zona penyangga.

Pemakaian SPAL Domestik Terpusat di banyak negara diakui memberi manfaat lebih:

a. Menyediakan pelayanan yang terbaikb. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggic. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindarid. Memiliki masa guna lebih lamae. Menampung semua air limbah (blackwater dan greywater)

Namun demikian, sistem tersebut juga memiliki kekurangan, diantaranya:

a. Memerlukan biaya investasi, serta operasi dan pemeliharaan yang tinggib. Menggunakan teknologi yang tinggic. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangand. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjange. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan

18 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 27: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

f. Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik

Penerapan Sistem Terpusat memerlukan pertimbangan tertentu seperti:

a. Kepadatan penduduk lebih dari 150 jiwa/hab. Bagi kawasan yang berpenghasilan rendah dapat menggunakan sistem

tangki septik komunal dan pengaliran dengan konsep perpipaan shallow sewer, atau dapat juga melalui sistem kota/modular bila ada subsidi tarif.

c. Bagi kawasan yang terbatas untuk pelayanan 500-1000 sambungan rumah disarankan menggunakan basis modul.

Pengelolaan air limbah sistem terpusat terutama bertujuan untuk menurunkan kadar pencemar di dalam air limbah. Ada beberapa tingkat pengolahan yang umumnya dilakukan untuk mengolah air limbah agar tidak berbahaya bagi lingkungan, yaitu:

a. Pengolahan fisik seperti: penyaringan sampah dari aliran, pengendapan pasir, pengendapan partikel diskrit

b. Pengolahan biologis yang dapat terdiri dari proses anaerobik dan/atau proses aerobik, serta pengendapan flok hasil proses sintesa oleh bakteri

c. Pengolahan secara kimia dengan pembubuhan desinfektan untuk mengontrol bakteri fekal dari efluen hasil pengolahan sebelumnya

d. Di bagian bawah dari pengolahan air limbah adalah sisa lumpur yang terbentuk dan harus dikendalikan serta diolah sehingga aman terhadap lingkungan

E. Perencanaan SPAL Domestik

1. Rencana Induk atau Master Plan SPALD merupakan suatu dokumen perencanaan dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dengan demikian gambaran arah pengembangan, strategi penembangan dan prioritas pengembangan prasarana dan sarana air limbah 20 tahun ke depan masing-masing Kabupaten/Kota terformulasikan melalui perencanaan tersebut. Rencana induk SPALD tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan oleh instansi yang berwenang dalam penyusunan program pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah. Program 5 tahun atau Renstra Unit Penyelenggara Sarana dan

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman19

Page 28: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Prasarana Air Limbah tersebut, merupakan penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis program pengembangan sebagai berikut:a. Pengembangan Prasaranab. Pengembangan Kelembagaanc. Pengembangan Pengaturand. Pengembangan Pemberdayaan Masyarakate. Pengembangan Peran Serta Masyarakatf. Pengembangan Public Campaign

Disamping sebagai acuan dalam penyusunan program 5 tahun, rencana induk SPAL Domestik digunakan sebagai acuan dalam memadukan program-program yang terkait seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan, dan drainase sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, dan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Master Plan atau Rencana Induk adalah: identifikasi permasalahan, ketersediaan data, reliability data, pengolahan dan analisa data, pilihan arah pengembangan, pembagian zona perencanaan dan penetapan zona prioritas, penetapan arah pengembangan, serta sistematika penyusunan laporan.

2. Dokumen Studi Kelayakan SPAL Domestik merupakan suatu dokumen kelayakan ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang terdapat dalam suatu rencana induk. Studi kelayakan proyek SPAL Dometik ini terdiri atas tiga (3) dokumen kelayakan proyek yaitu:a. Dokumen kelayakan ekonomib. Dokumen kelayakan keuanganc. Dokumen kelayakan lingkunganDengan demikian keputusan prioritas pembangunan atau investasi dari suatu program pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah ditetapkan berdasarkan hasil kajian ke tiga (3) jenis kelayakan proyek tersebut di atas. Hasil studi kelayakan ekonomi akan memberi gambaran mengenai manfaat/benefit baik yang bersifat tangible

20 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 29: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

maupun intangible dari suatu investasi prasarana air limbah yang direncanakan.

Hasil studi kelayakan keuangan (financial feasibility) akan memberi gambaran mengenai besaran tarif/retribusi yang akan dibebankan kepada pelanggan yang mendapat pelayanan. Besaran perhitungan tarif/retribusi tersebut dapat dianalisa lebih lanjut apakah tarif tersebut cukup wajar dibanding pendapatan (income) para calon pelanggannya. Sementara dari sisi pengelola, hasil studi kelayakan keuangan tersebut, akan memberi gambaran apakah pendapatan operasional dari retribusi pelayanan Air Limbah tersebut dapat menutup biaya O/M (operational expenses, OpEx) dan biaya pengembalian modal (capital expenses, CapEx) serta apakah menghasilkan laba. Selanjutnya informasi studi kelayakan keuangan ini merupakan suatu informasi penting tentang bagaimana bentuk kelembagaan pengelola yang sesuai, baik yang berbasis lembaga maupun yang berbasis masyarakat untuk mengelola sarana dan prasara terbangun tersebut. Sedangkan hasil studi kelayakan lingkungan akan memberi gambaran mengenai bagaimana mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) atau Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat (IPAL) termasuk konsekuensi biaya yang ditimbulkan dari upaya pengendalian dampak tersebut.

3. Rencana Rinci disiapkan dalam rangka implementasi hasil Rencana Induk dan setelah adanya justifikasi kelayakan infrastruktur SPALD. Pada tahap awal perencanaan SPAL Domestik adalah penyusunan Detailed Engineering Design (DED) atau Rencana Rinci, adapun syarat-syarat penyusunan DED yang harus dipenuhi (readiness criteria) yaitu: surat minat dari bupati/walikota, ketersediaan perencanaan, ketersediaan lahan (yang ditunjukkan dengan sertifikat tanah), institusi pengelola pasca konstruksi, surat pernyataan bersedia menerima asset, bersedia untuk pendanaan pemasangan sambungan rumah (dalam hal implementasi SPALD Terpusat), dan untuk IPLT (SPALD Setempat) jarak maksimal dari pusat pelayanan tidak lebih dari 10 kmAda beberapa contoh kesalahan umum dalam Penyusunan dan Perhitungan DED yang perlu mendapat perhatian: Kesalahan dalam penentuan periode pelayanan dan persentase pelayanan sehingga

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman21

Page 30: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

mempengaruhi perhitungan debit air limbah atau lumpur tinja yang akan diolah akan sangat berpengaruh pada dimensi IPAL/IPLT, kesalahan dalam pemilihan kriteria desain (waktu detensi, volumetric loading), asumsi efisiensi penyisihan unit pengolahan terlalu tinggi, serta tidak menggunakan hasil soil investigation sebagai dasar perhitungan struktur bangunanAdapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengolahan air limbah adalah:a. Kepadatan Penduduk: kepadatan sangat tinggi>300 jiwa/ha,

kepadatan tinggi 200-300 jiwa/ha, kepadatan sedang 100-200 jiwa /ha, kepadatan rendah <100 jiwa/ha

b. Penyediaan Air Bersih: berasal dari sistem perpipaan atau non-perpipaan

c. Kedalaman Air Tanah harus lebih dari 1,5 m untuk penggunaan SPALD Setempat, karena pada daerah yang muka air tanahnya tinggi berpotensi terjadi pencemaran terhadap air tanah

d. Kemiringan tanah direkomendasikan di atas 2% untuk penggunaan sistem sewerage konvensional, karena akan sangat mahal jika kemiringan tanah kurang dari 2%. Sedangkan untuk penggunaan sistem shallow sewer sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai kemiringan kurang dari 2%

e. Permeabilitas Tanah sangat mempengaruhi penentuan sistem penanganan air buangan domestik khususnya untuk penerapan sistem setempat.

f. Kemampuan Membangun: Faktor ini tergantung pada kemampuan setiap daerah untuk membangun teknologi yang dipilih. Ada kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat diterapkan karena ketidakmampuan tenaga kerja setempat untuk membangun

g. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat: Faktor ini penting dalam suatu pemilihan sistem. Bergantung pada faktor sosial masyarakat untuk menerimanya, karena biaya yang diperlukan untuk setiap teknologi yang terpilih relatif mahal dibandingkan dengan alternatif lain

22 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 31: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

F. Latihan

1. Diskusikan tentang permasalahan sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD) yang dihadapi daerah perkotaan di Indonesia. Bagaimana dengan daerah perdesaan?

2. Jelaskan tentang pengembangan SPALD Setempat dan Terpusat di suatu daerah perkotaan. Uraikan arah pengembangan SPALD!

G. Rangkuman

Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Domestik terbagi menjadi dua, yaitu SPALD Setempat (on-site disposal) dan SPALD Terpusat (off-site disposal)

1. SPALD Setempat adalah sistem Pengelolaan Air Limbah secara individual atau komunal melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat. Contoh SPALD Setempat yaitu:

a. Sistem individu satu rumah (Septik Tank individu)

b. MCK (Mandi, Cuci, Kakus)

c. Sistem Komunal 2-10 rumah dengan tangki septik bersama

2. SPALD Terpusat adalah sistem Pengelolaan Air Limbah secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat. Contoh SPALD Terpusat yaitu:

a. Skala permukiman (komplek perumahan, dikelola masyarakat)

b. Skala Kawasan (komersial, perumahan, dikelola swasta/Pemda)

c. Skala perkotaan (IPAL, pipa primer, sekunder, tersier, stasiun pompa, pengolahan lumpur, dikelola pemerintah)

SPALD Setempat dan SPALD Terpusat juga memiliki kelebihan dan kekurangan Rangkuman

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman23

Page 32: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 3

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

24 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 33: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Pengelolaan Persampahan

A. Indikator Keberhasilan

Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami dan menjelaskan pengelolaan persampahan

H. Latar Belakang

Istilah sampah sudah tidak asing lagi di telinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah padat yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Setiap aktifitas manusia pada umumnya akan menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah non organik. Namun apabila sampah tidak dikelola dengan baik (dibuang secara sembarangan), maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius.

Dasar Kebijakan pengelolaan persampahan telah diatur dalam Undang-undang No.18 Tahun 2008 yang membahas tentang pengurangan sampah dan monitoring lingkungan. Selain itu Peraturan Pemeintah No. 81 Tahun 2012 bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Secara operasional dijabarkan dalam Peraturan Menteri PU No.03 Tahun 2013.

Cakupan pelayanan bidang Persampahan pada tahun 2014 berada pada tingkat 86.73%. Meskipun pada tahun 2010-2014 Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan TPA di 210 kabupaten/kota, namun kondisi ini belum sebanding dengan laju pertumbuhan timbulan sampah dari penduduk perkotaan. Untuk membangun TPA baru, kendala utama yang dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan lahan. Sedangkan, beberapa TPA yang ada sudah tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan penduduk. Terlebih lagi

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman25

Page 34: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

kondisi Tempat Pemrosesan Akhir yang tidak dikelola dengan baik, masih menggunakan sistem open dumping, menyebabkan kerusakan lingkungan karena menghasilkan air lindi (leachate) dan gas metana. Upaya pengurangan sampah dengan pembangunan tempat pengelolaan sampah terpadu 3R (reduce, reuse, recycle) terus dikembangkan meskipun masih terbatas dan memerlukan upaya berkelanjutan. Tantangan lainnya adalah belum seluruh kabupaten/kota memiliki kelembagaan pengelola sampah, baik sebagai regulator maupun sebagai operator.

I. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

Kebijakan dan strategi pengelolaan persampahan mencakup:

1. Kebijakan 1: Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-Reuse-Recycle)

b. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R

c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

2. Kebijakan 2: Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mencapai target akses universal bidang persampahan.Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:

a. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahanb. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

pelayananc. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

pelayanand. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill

26 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 35: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

e. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regionalf. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan

berwawasan lingkungan.3. Kebijakan 3: Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra

pengelolaan. Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan.

Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu:

a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum

c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah

d. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.4. Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelolab. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahanc. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operatord. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku

kepentingan laine. Meningkatkan kualitas SDMf. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan

persampahan skala regional.5. Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

a. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman27

Page 36: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

b. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

J. Tantangan Pengelolaan Persampahan

Tantangan pengelolaan persampahan di Indonesia, diantaranya:

1. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan di tahun 2019: presentase pengurangan sampah di perkotaan sebesar 20%, presentase pengangkutan sampah perkotaan: 70%, dan presentase pengoperasian tempat pemrosesan akhir sampah: 70%perkotaan

2. Peningkatan kelembagaan, mencakup dukungan SDM yang memadai, peningkatan kerjasama regional dan pemisahan antara operator dan regulator

3. Pencarian sumber dana alternatif4. Rehabilitasi TPA yang dioperasikan secara Open Dumping5. Penggalakan program 3R berbasis masyarakat maupun institusi6. Inovasi teknologi dalam pengelolaan persampahan, mencakup teknologi

pengolahan sampah ramah lingkungan, dan pengolahan lindi dan pemanfaatan gas di TPA

7. Penegakan hukum.

K. Perencanaan Pengelolaan Persampahan

1. Kriteria Teknis Penyusunan Rencana Induk, mencakup:a. Periode perencanaan minimal 10 tahunb. Sasaran dan prioritas penanganan: daerah pelayaan saat ini,

berkepadatan tinggi, kawasan strategis, serta daerah pengembang an sesuai arahan Rencana Induk kota

c. Strategi penanganan: kondisi pelayanan eksisting, keberadaan TPA dan masalah pencemaran; urgensi penutupan dan rehabilitasi TPA, pemilihan lokasi TPA baru skala kota, lintas kabupaten/kota/lintas provinsi (regional); komposisi dan karakteristik sampah; mengurangi jumlah sampah diangkut dan ditimbun di TPA bertahap; pemanfaatan 3R melibatkan masyarakat, pemilahan sampah di sumber dan pola insentif ”bank sampah”; pemanfaatan gas bio di TPA; pengembangan pelayanan penanganan sampah; penegakkan peraturan; serta peningkatan manajemen operasi dan pemeliharaan.

28 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 37: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

d. Kebutuhan pelayanan: proyeksi penduduk dan timbulan sampah, kebutuhan lahan TPA, sarana dan prasarana persampahan.

2. Pelaksanaan Studi KelayakanDokumen studi kelayakan bidang persampahan, merupakan suatu dokumen kelayakan ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan prasarana dan sarana persampahan yang terdapat dalam suatu rencana induk. Studi kelayakan proyek persampahan ini terdiri atas 3 dokumen kelayakan proyek yaitu: dokumen kelayakan ekonomi, dokumen kelayakan keuangan dan dokumen kelayakan lingkungan. Dengan demikian keputusan prioritas pembangunan atau investasi dari suatu program pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan sampah ditetapkan berdasarkan hasil kajian ketiga jenis kelayakan proyek tersebut. Hasil studi kelayakan ekonomi akan memberi gambaran mengenai manfaat/benefit baik yang bersifat tangible maupun intangible dari suatu investasi prasarana persampahan yang direncanakan.

Hasil studi kelayakan keuangan (financial feasibility) akan memberi gambaran mengenai besaran tarif/retribusi yang akan dibebankan kepada pelanggan yang mendapat pelayanan. Besaran perhitungan tarif/retribusi tersebut dapat dianalisis lebih lanjut apakah tarif tersebut cukup wajar dibanding pendapatan (income) para pelanggannya. Sementara dari sisi pengelola, hasil studi kelayakan keuangan tersebut, akan memberi gambaran apakah pendapatan operasional dari retribusi pelayanan Persampahan tersebut dapat menutup biaya O/M (OpEx) dan biaya pengembalian modal (CapEx) serta apakah menghasilkan laba. Selanjutnya informasi studi kelayakan keuangan ini merupakan suatu informasi penting tentang bagaimana bentuk kelembagaan pengelola yang sesuai, baik yang berbasis lembaga maupun yang berbasis masyarakat untuk mengelola sarana dan prasarana terbangun tersebut. Sedangkan hasil studi kelayakan lingkungan akan memberi gambaran mengenai bagaimana mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana pembangunan sarana prasarana persampahan termasuk konsekuensi biaya yang ditimbulkan dari upaya pengendalian dampak tersebut.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman29

Page 38: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Studi kelayakan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan wajib disusun berdasarkan:

a. Rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang telah ditetapkan

b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuanganc. Kajian lingkungan, sosial, hukum, dan kelembagaan

Studi kelayakan memuat data atau informasi, berupa:

a. Perencanaan prasarana dan sarana persampahan yang ada: penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan mengikuti rencana induk yang ada. Sasaran pelayanan yang akan dikaji ditunjukan pada daerah yang memiliki potensi ekonomi dan secara teknis dapat dilakukan. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

b. Perkiraan timbulan sampah: Perkiraan laju timbulan sampah ditentukan berdasarkan: Proyeksi penduduk dan perkiraan pengembangan aktivitas non domestik dilakukan sesuai dengan besaran rencana pengembangan, dan Besaran timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dan karakteristik kota

c. Kondisi sosial dan ekonomi (berdasarkan survey kebutuhan nyata): Kondisi-kondisi yang harus diperhatikan dalam penetapan wilayah survey adalah sebagai berikut: Fungsi dan nilai daerah, Kepadatan penduduk, Daerah pelayanan, Kondisi lingkungan, Tingkat pendapatan penduduk, Kelembagaan (Pembentukan kelembagaan disesuaikan dengan besaran kegiatan dan peraturan terkait kelembagaan).

d. Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan.

e. Program pengembangan dan strategi pelaksanaanf. Analisis mengenai dampak lingkungan atau UKL/UPLg. Aktivitas penyelenggaran prasarana dan sarana persampahan

memperhatikan kelayakan lingkungan, yang meliputi: Identifikasi kegiatan yang akan dilakukan dan berpotensi dapat mempengaruhi rona lingkungan, Identifikasi dampak besar dan dampak penting

30 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 39: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

dari kegiatan, Perkiraan perubahan rona lingkungan sebaga dampak aktivitas penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan, Merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

h. Rencana pengoperasian dan pemeliharaan: Rencana pengoperasian dan pemeliharaan, meliput rencana operasi/pengelolaan, rencana pemeliharaan, pemantauan lingkungan dari kegiatan pengoperasian.

i. Perkiraan biaya proyek dan pemeliharaan, terdiri dari: Biaya investasi, Biaya operasional, Biaya umum dan adminstrasi, dan Perkiraan pendapatan. Perkiraan pendapatan berasal dari retribusi yang dibayarkan oleh masyarakat dan dana pemerintah.

j. Kajian sumber pembiayaan dan sistem pembiayaan meliput alternatif sumber pembiayaan dan sisten pendanaan yang disepakati oleh masing-masing pihak terkait.

3. Pelaksanaan Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan

Pada kegiatan perencanaan pengelolaan sampah untuk kota sedang dan kecil, diharuskan untuk menyusun Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP). PTMP merupakan bentuk sederhana dari rencana induk dan dokumen studi kelayakan. Lingkup kegiatan perencanaan yang tertuang dalam PTMP hampir sama dengan lingkup perencanaan pada dokumen rencana induk dan dokumen studi kelayakan, yang membedakan adalah tingkat kedalaman substansi kajiannya serta kebutuhan sumber datanya.

PTMP sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: Gambaran umum kondisi kota/kawasan; Wilayah dan tingkat pelayanan; Program dan kegiatan penanganan sampah; Rencana penanganan sampah yang telah memuat unsur-unsur kelayakan teknis, sosial, ekonomi, keuangan, dan lingkungan; Program prioritas; Tahapan pelaksanaan; Aspek pengaturan dan kelembagaan; Pembiayaan; dan Peran serta masyarakat dan swasta.

Kriteria umum dari PTMP mencakup: Tersedianya dokumen teknis penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan, mencakup gambar rencana detail, rencana anggaran biaya, SOP dan kebutuhan

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman31

Page 40: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

prasarana dan sarana persampahan; Tersedianya perencanaan dan mekanisme peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan; dan Analisis tingkat investasi dan manfaat dari penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan.

Persyaratan teknis dari PTMP adalah sebagai berikut:

a. Tersedianya konsep perencanaan teknis dan manajemen pengelolaan persampahan

b. Tersedianya rencana teknis kebutuhan dengan mengantisipasi pertumbuhan timbulan sampah

c. Terintegrasinya konsep intensifikasi kebersihan berupa konsep reduksi sampah, penggunaan kembali, dan daur ulang sampah (3R)

d. Tersedianya opsi konsep manajemen multi institusi pengelolaan kebersihan

e. Teridentifikasinya kebutuhan materi pengaturan untuk bahan masukan Perda

f. Tersedianya konsep rancangan kebutuhan dana investasi dan operasional selama lima tahun ke depan berikut konsep perhitungan tarif retribusi yang perlu dibayar masyarakat

g. Tersedianya konsep jenis, bentuk, dan pola peran serta masyarakat, berikut teknik, metode, dan materi penyuluhan serta pendidikan masyarakat.

L. Latihan

1. Jelaskan hal-hal yang minimal harus dimuat dalam penyusunan Rencana Induk Persampahan!

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kriteria kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan dalam menyusun studi kelayakan!

3. Jelaskan muatan yang ada dalam studi kelayakan!4. Jelaskan muatan yang ada dalam PTMP!5. Jelaskan data primer apa saja yang diperlukan dalam penyusunan

PTMP!6. Jelaskan metode sampling timbulan, klasifikasi, dan karakteristik

sampah!

32 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 41: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

M. Rangkuman

Kebijakan dan strategi pengelolaan persampahan mencakup: Kebijakan 1: Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya, Kebijakan 2: Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan, kebijakan 3: Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan, Kebijakan 4 Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan, Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

Dokumen studi kelayakan bidang persampahan, merupakan suatu dokumen kelayakan ekonomi, keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan prasarana dan sarana persampahan yang terdapat dalam suatu rencana induk.

Pada kegiatan perencanaan pengelolaan sampah untuk kota sedang dan kecil, diharuskan untuk menyusun Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP). PTMP merupakan bentuk sederhana dari rencana induk dan dokumen studi kelayakan. Lingkup kegiatan perencanaan yang tertuang dalam PTMP hampir sama dengan lingkup perencanaan pada dokumen rencana induk dan dokumen studi kelayakan, yang membedakan adalah tingkat kedalaman substansi kajiannya serta kebutuhan sumber datanya.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman33

Page 42: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

34 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 43: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 4

PENANGANAN DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman35

Page 44: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Penanganan Drainase Lingkungan Permukiman

A. Indikator Keberhasilan

Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami dan menjelaskan pengelolaan drainase lingkungan

N. Latar Belakang

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan, drainase juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan dimana kawasan perkotaan tersebut merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, baik sosial, budaya dan terlebih untuk aktifitas perekonomian. Oleh karena itu untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya diperlukan prasarana dan sarana sanitasi yang memadai, seperti drainase. Dengan adanya drainase tersebut, maka genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari. Dengan demikian diharapkan aktivitas masyarakat di kawasan tersebut tidak akan terganggu. Selain itu, dengan adanya drainase maka dampak gangguan kesehatan pada masyarakat akibat genangan air atau banjir dapat dihilangkan.

Pada waktu sekarang ini, seiring dengan pertumbuhan penduduk di perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase semakin meningkat, yang pada umumnya melampaui kemampuan penyediaan prasarana dan sarana yang ada. Akibatnya permasalahan banjir atau genangan semakin meningkat pula. Pada umumnya penanganan sistem drainase di Indonesia masih bersifat parsial, baik di kawasan kota ataupun lingkungan permukiman, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase tersebut seyogyanya harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu pada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Land Acquisation (pembebasan lahan), Construction (konstruksi), Operation (operasi) dan Maintenance (pemeliharaan), serta

36 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 45: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

ditunjang dengan ketersediaan pengaturan, peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan. Agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus menerus dengan sebaik-baiknya.

Secara umum sebagai suatu sistem, komponen infrastruktur yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu kawasan (perkotaan), terdiri dari 12 komponen, diantaranya adalah:

1. Sistem air bersih, termasuk bendungan, waduk, transmisi, instalasi pengolah air, dan fasilitas distribusinya.

2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, pengolah, pembuangan (disposal), dan sistem pakai ulang (reuse).

3. Fasilitas manajemen limbah padat atau persampahan.4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, rel kereta api, dan lapangan

terbang.5. Sistem transit publik.6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusinya.7. Fasilitas gas alam.8. Fasilitas drainase/pengendalian banjir.9. Bangunan umum, seperti pasar, sekolahan, rumah sakit, kantor polisi,

dan fasilitas pemadam kebakaran.10. Fasilitas perumahan.11. Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion.12. Fasilitas telekomunikasi.

Dari berbagai komponen infrastruktur tersebut di atas, fasilitas drainase/pengendalian banjir merupakan bentuk prasarana dan sarana dasar yang harus dibangun di kawasan untuk keperluan pengendalian air permukaan suatu kawasan.

Mengingat cakupan fasilitas drainase adalah sangat luas, maka dalam pembahasan di sini memfokuskan hanya pada Prinsip-Prinsip Perencanaan Drainase yang dibatasi pada lingkup Drainase Lingkungan Permukiman.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman37

Page 46: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

O. Pengertian Drainase

Jika ingin melihat suatu sistem drainase di lingkungan permukiman, kita tidak bisa lepas dari gambaran sistem drainase yang lebih luas kawasannya, oleh karena itu untuk memahami pengertian drainase suatu lingkungan permukiman, maka kita harus juga memahami sistem drainase yang dalam skala besarnya yaitu sistem drainase perkotaan.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan suatu kawasan, khususnya dalam perencanaan prasarana dan sarana umum di kawasan tersebut.

Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat baik di perkotaan ataupun di perdesaan, dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir, sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih aman, nyaman, bersih, dan sehat.

38 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 47: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

1. Drainase Perkotaan

Sistem drainase perkotaan adalah sistem drainase yang ada di wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan. Secara umum, drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota. Sehingga drainase perkotaan adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air di wilayah perkotaan yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.

Fungsi utama dari drainase perkotaan adalah:

a. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak menimbulkan genangan yang dapat merugikan masyarakat.

b. Mengeringkan wilayah kota yang mempunyai elevasi yang lebih rendah sehingga mengurangi dampak negatif kerusakan infrastruktur kota dan masyarakat.

c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai persediaan dan kehidupan akuatik.

d. Membantu meresapkan air permukaan ke dalam tanah untuk menjaga stabilitas kelestarian air tanah.

Drainase perkotaan, terdiri dari beberapa sistem drainase lingkungan, diantaranya adalah:

a. Sistem Drainase Lingkungan Kawasan Hunian adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani kawasan Hunian.

b. Sistem Drainase Lingkungan Kawasan Industri adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani kawasan Industri.

c. Sistem Drainase Jalan adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani Jalan.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman39

Page 48: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

d. Sistem Drainase Lingkungan Kawasan Komersil adalah bagian dari sistem drainase perkotaan yang melayani kawasan Komersial.

Berdasarkan pembagian kewenangannya pengelolaan dan fungsi pelayanan untuk sistem drainase perkotaan menggunakan istilah sebagai berikut :

a. Sistem Drainase Utama (Mayor), yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Sistem Jaringan Utama (major urban drainage) secara struktur terdiri dari saluran primer yang menampung aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran tersier. Saluran tersier menampung aliran dari Daerah Alirannya masing-masing.

b. Sistem Drainase Lokal (Mikro), adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah komersial, perkantoran, kawasan industri, pasar dan kawasan pariwisata. Sistem drainase mikro ini berupa sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.

Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang atau instansi pada kawasan masing-masing. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase lokal (mikro).

c. Pengendalian Banjir (flood control), adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam sungai maupun dalam badan air yang lainnya agar tidak meluap serta melimpas atau menggenangi daerah perkotaan. Pengendalian banjir merupakan tanggung jawab pemerintah Propinsi atau Pemerintah Pusat. Konstruksi atau bangunan air pada sistem flood control antara lain berupa: Tanggul, Bangunan Bagi, Pintu Air dan Saluran Flood Way.

40 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 49: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Sebagai gambaran dari sistem drainase perkotaan adalah seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1 Sistem Drainase Kota

Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier dengan rincian sebagai berikut:

Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air.

Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman41

Page 50: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

2. Drainase Lingkungan Permukiman

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsinya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Permukiman ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan (Kamus Tata Ruang Tahun 1997). Permukiman adalah tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap (Kamus Tata Ruang 1997).

Permukiman di dalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian yaitu:

a. Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

b. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.

42 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 51: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Dengan berbagai definisi tentang pengertian permukiman tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan lingkungan permukiman adalah tempat tinggalnya sekelompok masyarakat sebagai wadah perikehidupan baik secara ekonomi, sosial dan budaya.

Dalam mendukung kehidupan manusia yang hidup berkelompok dalam suatu ruang yang terbatas tersebut, diperlukan prasarana dan sarana agar masyarakat yang bermukim di dalamnya dapat merasa nyaman, dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya. Salah satu prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam membangun kehidupan manusia di suatu kawasan permukiman tersebut adalah drainase lingkungan.

Terminologi drainase lingkungan mulai digunakan berdasarkan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dimana pada pasal 3 tentang Fungsi Kementerian dan pasal 15 tentang lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya disebutkan diantaranya "perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan". Sementara untuk lingkup drainase kota, dapat ditafsirkan ke dalam lingkup tugas Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (pasal 10) yang disebutkan diantaranya "pengendalian daya rusak air pada sumber air permukaan", yang diatur lebih lanjut oleh Peraturan Menteri PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.

Dengan berdasar pada pengertian sistem drainase perkotaan seperti terlihat pada Gambar 1, maka dapat dijelaskan mengenai pemahaman dari drainase lingkungan permukiman. Drainase lingkungan permukiman adalah:

a. bagian dari sistem drainase yang ada di perkotaan,

b. merupakan sistem drainase dari suatu kawasan yang ada di perkotaan,

c. sistem drainase lokal yang merupakan bagian dari sistem drainase utama yang berada di perkotaan.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman43

Page 52: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa drainase lingkungan perrmukiman, adalah:

a. sistem drainase yang berada di salah satu kawasan yang berada di daerah perkotaan, terutama di lingkungan permukiman yang menjadi bagian dari sistem drainase perkotaan tersebut.

b. Sistem drainase lingkungan permukiman ini melayani salah satu kawasan atau beberapa kawasan lingkungan permukiman yang berada di daerah perkotaan.

c. Drainase lingkungan adalah drainase di wilayah kawasan yang berfungsi mengendalikan air permukaan, sehingga tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu masyarakat, serta dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia.

Fungsi dari drainase lingkungan permukiman, adalah:

a. Mengeringkan bagian wilayah permukiman dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur lingkungan dan harta benda milik masyarakat.

b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke jaringan utama perkotaan

c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah

3. Drainase Berwawasan Lingkungan (Eco-Drainage)

Drainase berwawasan lingkungan (Eco-Drainage) adalah sistem drainase yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak akan merugikan bagi lingkungan di sekitarnya. Adanya paradigma baru dalam penanganan drainase yaitu mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan aquatik dengan meresapkan air permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (mempertimbangkan konservasi air).

Agar dapat mengurangi kerusakan lingkungan, drainase berwawasan lingkungan menggunakan dua pola prinsip, yaitu Pola Detensi (menampung air sementara), yaitu menampung dan menahan air limpasan permukaan

44 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 53: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

sementara untuk kemudian mengalirkannya ke badan air misalnya dengan membuat kolam penampungan sementara untuk menjaga keseimbangan tata air. Dan yang kedua adalah Pola Retensi (meresapkan), yaitu menampung dan menahan air limpasan permukaan dan memberikan kesempatan air tersebut untuk dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan membuat bidang resapan (lahan resapan) untuk menunjang kegiatan konservasi air tanah.

P. Proses Terjadinya Genangan dan Banjir

Secara umum proses terjadinya banjir diakibatkan oleh faktor kondisi alam dan oleh intervensi manusia:

1. Kondisi Alam (Statis) terdiri atas faktor geografi, kondisi topografi dan geometri alur sungai:

Faktor Geografi

a. Apabila kota dibangun di daerah pegunungan akan menyebabkan lahan resapan air akan tertutup oleh bangunan dan infrastruktur kota dan akan meningkatan debit banjir yang akan mengancam kota yang ada di bagian hilir.

b. Apabila kota dibangun di tepi pantai, pengaruh pasang laut akan menyebabkan sebagian aliran tidak dapat mengalir secara gravitasi, dan akan dapat menyebabkan genangan. Aliran air dalam sungai akan mengalami kenaikan akibat back water curve yang dapat menyebabkan over toping dan dapat menyebabkan banjir di dalam kota.

Kondisi Topografi

a. Kondisi topografi yang bergelombang, maka untuk kota yang berada pada bagian yang rendah akan rawan terkena bajir dan genangan.

Geometri Alur Sungai

a. Kemiringan dasar sungai yang terlalu besar akan menimbulkan gerusan dasar sungai. Hal semacam ini akan menyebabkan konsentrasi sedimentasi pada bagian hilir meningkat sehingga menyebabkan saluran/sungai cepat menjadi dangkal.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman45

Page 54: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

b. Meandering (aliran sungai berkelok kelok) umumnya terjadi pada alur sungai yang disebut dalam morfologi sungai sebagai sungai tua, dimana kemiringan alur sungai sudah berkurang. Sedimentasi akan mengendap pada bagian yang kecepatan alirannya menurun. Endapan sedimentasi tersebut dapat membelokkan arah aliran ke kanan atau kekiri sehingga sungai menjadi berkelok-kelok.

2. Kondisi Alam (Dinamis)

a. Curah Hujan dengan intensitasnya yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya banjir dan genangan.

b. Tingginya pasang surut laut merupakan faktor penyebab banjir untuk kota di daerah pantai.

3. Kegiatan / Intervensi Manusia (Dinamis)

a. Penyimpangan RUTR pada bantaran banjir dan di Daerah Aliran Sungai yang tidak sesuai dengan peruntukan.

b. Permukiman di bantaran sungai dan di atas saluran drainase.

c. Pengambilan air tanah yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya penurunan lahan.

d. Pembuangan sampah oleh masyarakat ke dalam saluran drainase.

e. Bangunan persilangan yang tidak terencana dengan baik seperti adanya pipa PDAM, pipa telepon dan listrik yang melintang di penampang basah saluran.

f. Pemeliharaan rutin yang terabaikan menyebabkan saluran cepat menjadi dangkal.

Q. Penanganan Drainase

Penanganan drainase dalam Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, diamanatkan:

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan

46 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 55: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman terkait.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;

2. penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;

3. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan penyehatan lingkungan permukiman terkait serta fasilitasi penyediaan tanah;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;

5. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait;

6. fasilitasi dan pemberdayaan kelembagaan di bidang sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan serta penyehatan lingkungan permukiman terkait; dan

7. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

Dengan demikian dalam pelaksanaan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang sistem drainase lingkungan menjadi tanggung jawab dari Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Dalam gambar berikut ini dijelaskan tentang wilayah penanganan drainase dan sistem drainase yang diamanatkan dalam permen tersebut di atas.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman47

Page 56: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Gambar 2 WIlayah Penanganan Drainase Direktorat Pengembangan PLP

Gambar 3 Sistem Drainase Kota yang ditangani

48 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 57: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Dengan melihat Gambar 2 dan Gambar 3 tersebut dapat dilihat bahwa wilayah penanganan dan sistem drainase yang ditangani oleh Direktorat Pengembangan PLP, adalah drainase lingkungan yang berada di wilayah kawasan permukiman dengan ruang lingkup antara lain:

1. Normalisasi saluran drainase lingkungan

2. Membuat saluran drainase lingkungan baru

3. Membuat kolam retensi/storage memanjang

4. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan membuat saluran tipe resapan/sumur resapan atau bangunan resapan

5. Sistem polder kawasan (skala kawasan)

Dengan melihat batasan-batasan wilayah penanganan dan sistem drainase yang ditangani oleh Direktorat Pengembangan PLP tersebut, maka diharapkan dalam pembangunan prasarana dan sarana di lingkungan wilayah perkotaan khususnya di kawasan permukiman tidak tumpang tindih dengan wilayah yang ditangani oleh Direktorat Sumber Daya Air (SDA).

Namun demikian di dalam kawasan lingkungan permukiman sendiri, terdapat 2 (dua) macam saluran, yaitu :

1. Saluran drainase rumah, dengan daerah tangkapan air seluas rumah (sering disebut saluran depan rumah). Saluran ini tanggung jawab pemilik rumah.

2. Saluran drainase lingkungan adalah saluran pengumpul (kolektor) dari saluran drainase rumah yang ada di kawasan permukiman. Saluran lingkungan berakhir di saluran drainase utama perkotaan (saluran primer/sekunder) atau badan air lainnya (sungai, danau atau bidang resapan) dan merupakan tanggung jawab Pemda Kota/Kabupaten dengan Direktorat PPLP sebagai pembina.

/

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman49

Page 58: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

R. Perencanaan Drainase Lingkungan

Ruang lingkup yang menjadi batasan dalam penyusunan perencanaan drainase lingkungan, adala: (a) Ruang lingkup wilayah, adalah batasan wilayah yang akan dikaji dan disusun perencanaan drainasenya, yaitu hanya terbatas pada kawasan lingkungan permukiman; dan (b) Ruang lingkup kegiatan, adalah batasan kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan drainase lingkungan.

1. Ruang lingkup wilayah

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa ruang lingkup wilayah dalam mata diklat Drainase Lingkungan Permukiman terbatas hanya pada sistem drainase di kawasan lingkungan permukiman. Dalam perencanaan umum drainase lingkungan permukiman ini, materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan adalah:

a. Prinsip-Prinsip Drainase Lingkungan Permukiman

b. Perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman

c. Perencanaan Teknis Rinci Drainase Lingkungan Permukiman

50 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Gambar 4. Penanganan Jaringan Drainase di Kawasan Lingkungan

Page 59: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa lingkup wilayah kajian dalam perencanaan drainase lingkungan adalah hanya terbatas pada lingkungan permukiman, dimana wilayah tersebut adalah menjadi bagian dari sistem drainase perkotaan, demikian juga dalam kegiatan outline plan drainase juga terbatas pada beberapa kawasan lingkungan permukiman, dimana luasan wilayah kajian berkisar 5 - 10 Ha.

2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan dalam perencanaan drainase lingkungan terutama dalam penyusunan outline plan drainase, adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman

Secara umum prinsip utama dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman, adalah:

1) Dasar perencanaan drainase lingkungan mengacu pada Rencana Induk (Master Plan) drainase perkotaan.

2) Sistem drainase lingkungan mengacu pada sistem yg telah direncanakan pada Rencana Induk (Master Plan) drainase perkotaan.

3) Bench Mark pengukuran pada Rencana Induk (Master Plan) drainase kota menjadi acuan dalam pengukuran Outline Plan Drainase Lingkungan.

4) Zero Delta Q (▲ Q = 0)

Sedangkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman, adalah:

1) Rencana Induk (Master Plan) Sistem Drainase Kota

Sistem Drainase yang diusulkan di wilayah kajian.

Posisi dan Elevasi Outlet dan Elevasi Banjir di wilayah kajian

2) Nota Perhitungan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Kota

Data Hidrologi

Intensitas hujan ( I )

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman51

Page 60: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Koefisien pengaliran ( C )

3) Peta – Peta

Peta Situasi Skala 1 : 5000

Peta prasarana dan sarana perkotaan di kawasan

Dengan melihat pada prinsip utama dan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman sangat tergantung pada Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaannya. Oleh karena itu dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman dibagi dalam beberapa kondisi, antara lain:

1) Bila sudah ada perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan

2) Bila perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaannya sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini.

3) Bila belum ada perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan

b. Bila sudah ada perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan

Dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman dimana wilayah kajiannya adalah bagian dari wilayah perkotaan dan dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan sudah ada dan masih sesuai dengan kondisi saat ini, maka dalam hal ini penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman tidak mendapatkan kesulitan, dikarenakan data-data yang dibutuhkan sebagian sudah ada dalam dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) drainase perkotaan tersebut.

Data-data dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) perkotaan yang digunakan dalam penyusunan outline plan, adalah:

1) Sistem drainase yang diusulkan di dalam wilayah kajian sudah tercantum di dalam dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan), sehingga sistem drainase di lingkungan permukiman nantinya

52 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 61: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

mengikuti sistem drainase arahan dari Rencana Induk (Master Plan) tersebut yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

2) Arah outlet atau arah aliran pembuangan sistem drainase lingkungan permukiman diarahkan sesuai dengan posisi dan elevasi outlet serta elevasi banjir yang ada di dalam Rencana Induk (Master Plan).

3) Data hidrologi yang digunakan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman diambil dari data hidrologi yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) yang diperbaruhi (pemutahiran data) dengan kondisi data hidrologi saat ini, yaitu 2 (dua) tahun terakhir.

4) Intensitas hujan (I) yang digunakan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman diambil dari data intensitas hujan hasil perhitungan yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) sebagai bahan pertimbangan yang disesuaikan dengan kondisi data curah hujan saat ini.

5) Koefisien pengaliran (C) yang digunakan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman diambil dari data koefisien pengaliran hasil perhitungan yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) yang disesuaikan dengan kondisi wilayah saat ini.

6) Peta situasi skala 1:5000 yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) bisa digunakan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman yang disesuaikan dengan kondisi situasi saat ini.

7) Peta prasarana dan sarana perkotaan di kawasan yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) perkotaan digunakan dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman yang disesuaikan dengan kondisi prasarana dan sarana saat ini.

Dengan demikian sebagian data-data yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) dapat digunakan sebagai data awal dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman seperti tersebut di atas.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman53

Page 62: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

c. Bila perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaannya sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini

Bila dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaannya sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, maka tentunya langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman adalah dengan melakukan review terhadap dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) yang telah ada terlebih dahulu, terutama pada kawasan lingkungan yang akan dikaji dalam proses penyusunan outline plannya, dengan melakukan pemutahiran data, baik data administrasi maupun data teknis sesuai dengan kondisi saat ini.

Dalam melakukan review Rencana Induk (Master Plan) tersebut, data-data yang perlu diperbaruhi, adalah:

1) Sistem drainase yang diusulkan di dalam wilayah kajian diperbaruhi dan disesuaikan dengan kondisi saat ini, apakah ada perubahan secara menyeluruh atau sebagian saja, sehingga untuk membangun sistem drainase di lingkungan permukiman dalam penyusunan outline plan harus mengikuti sistem drainase Rencana Induk (Master Plan) yang baru.

2) Posisi dan elevasi outlet dan elevasi banjir di wilayah kajian yang tercantum dalam Rencana Induk (Master Plan) lama, perlu diperbaruhi sesuai dengan kondisi eksisting saat ini, apakah tetap atau berubah, sehingga arah outlet atau arah aliran pembuangan sistem drainase lingkungan permukiman di wilayah kajian dalam penyusunan outline plan diarahkan sesuai dengan arah aliran pembuangan yang baru.

3) Data hidrologi yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) harus diperbaruhi (pemutahiran data) dengan data hidrologi saat ini, misal data curah hujan 2 (dua) tahun terakhir disesuaikan dengan hasil review Rencana Induk (Master Plan).

4) Perhitungan intensitas hujan ( I ) yang dalam review perencanaan Rencana Induk (Master Plan) disesuaikan dengan data hidrologi saat ini.

54 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 63: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

5) Koefisien pengaliran ( C ) dalam review perencanaan Rencana Induk (Master Plan) disesuaikan dengan kondisi wilayah eksisting saat ini, apakah telah terjadi perubahan secara keseluruhan atau sebagian.

6) Peta situasi skala 1:5000 yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) lama diperbaruhi sesuai dengan kondisi situasi eksisting saat ini.

7) Peta prasarana dan sarana perkotaan di kawasan yang ada dalam perencanaan Rencana Induk (Master Plan) diperbaruhi sesuai dengan perkembangan prasarana dan sarana saat ini.

Dengan demikian setelah Rencana Induk (Master Plan) lama telah direview, maka hasil kajian yang baru dapat digunakan sebagai data dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman. Sebaliknya Perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman dibuat sebagai dasar usulan perubahan/review Master Plan Drainase Perkotaan.

d. Bila belum ada perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan

Dokumen Rencana Induk (Master Plan) perkotaan adalah menjadi prinsip utama dalam penyusunan outline plan drainase lingkungan permukiman, maka bila dokumen perencanaan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan tidak ada atau belum disusun, maka kondisi seperti ini menjadi kendala dalam penyusunan perencanaan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman pada kawasan yang akan direncanakan, sehingga perlu melakukan pendataan secara detail tidak hanya di wilayah kajian perencanaan saja, namun juga di wilayah sekitarnya dan juga memperkirakan rencana sistem drainase secara keseluruhan, terutama dalam menentukan titik outlet sebagai tempat saluran pembuangan dari sistem drainase lingkungan permukiman yang akan dikaji.

Oleh karena itu dalam melakukan penyusunan outline plan drainase lingkungan permukiman, data-data yang perlu dianalisa, adalah:

1) Sistem drainase yang diusulkan di wilayah kajian dan juga sistem drainase di sekitar wilayah kajian, yang nantinya menjadi bagian dari

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman55

Page 64: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

sistem drainase perkotaan dengan berdasar kepada kondisi eksisting jaringan drainase yang ada.

2) Posisi dan elevasi outlet dan elevasi banjir di wilayah kajian harus disesuaikan dengan hasil kajian dari perkiraan sistem drainase yang telah disusun di nomor 1) tersebut, dimana posisi outlet atau lokasi pembuangan akhir diusahakan disalurkan ke arah drainase alam di wilayah sekitarnya.

3) Data hidrologi yang digunakan adalah data curah hujan 2 (dua) tahun terakhir disesuaikan dengan waktu penyusunan outline plan saat ini.

4) Perhitungan intensitas hujan ( I ) berdasarkan pada data hidrologi saat ini.

5) Koefisien pengaliran ( C ) dalam perencanaan outline plan berdasarkan pada kondisi wilayah eksisting saat ini.

6) Peta situasi skala 1:5000 dibuat sesuai dengan kondisi situasi eksisting saat ini.

7) Peta prasarana dan sarana di seluruh kawasan perkotaan dibuat sesuai dengan kondisi prasarana dan sarana saat ini.

Selanjutnya langkah-langkah penyusunan Outline Plan drainase lingkungan permukiman dalam ketiga kondisi tersebut di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1 Langkah-langkah Penyusunan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman

No Kebutuhan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Outline Plan Drainase LIngkungan Permukiman

Bila Ada Dok Rencana Induk (Master Plan)

Perkotaan

Bila Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan Sudah Tidak Sesuai

Bila Belum Ada Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan

1 Sistem drainase yang diusulkan di wilayah kajian

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan perkembangan kondisi eksisting

Disusun dan dibuat berdasarkan pada kondisi eksisting

56 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 65: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

No Kebutuhan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Outline Plan Drainase LIngkungan Permukiman

Bila Ada Dok Rencana Induk (Master Plan)

Perkotaan

Bila Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan Sudah Tidak Sesuai

Bila Belum Ada Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan

saat ini saat ini

2 Posisi dan Elevasi Outlet dan Elevasi Banjir di wilayah kajian

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan perkembangan kondisi eksisting saat ini

Ditentukan berdasarkan pada kondisi eksisting saat ini

3 Data Hidrologi Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan data hidrologi saat ini

Dihitung dan dikaji berdasarkan pada data hidrologi saat ini

4 Intensitas hujan ( I )

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan data hidrologi saat ini

Dihitung dan dikaji berdasarkan pada data hidrologi saat ini

5 Koefisien pengaliran

( C )

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan perkembangan kondisi eksisting saat ini

Disusun dan dibuat berdasarkan pada kondisi eksisting saat ini

6 Peta Situasi Skala

1 : 5000

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan perkembangan kondisi eksisting saat ini

Disusun dan dibuat berdasarkan pada kondisi eksisting saat ini

7 Peta prasarana dan sarana perkotaan di kawasan

Digunakan (disesuaikan dengan kondisi saat ini)

Data diperbaruhi sesuai dengan perkembangan kondisi eksisting

Disusun dan dibuat berdasarkan pada kondisi eksisting

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman57

Page 66: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

No Kebutuhan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Outline Plan Drainase LIngkungan Permukiman

Bila Ada Dok Rencana Induk (Master Plan)

Perkotaan

Bila Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan Sudah Tidak Sesuai

Bila Belum Ada Dok Rencana Induk (Master

Plan) Perkotaan

saat ini saat ini

e. Kedudukan Rencana Induk (Master Plan) Drainase Perkotaan terhadap Outline Plan Drainase Kawasan Lingkungan Permukiman

Rencana Induk (Master Plan) Sistem Drainase Perkotaan atau dikenal dengan Rencana Induk Drainase Perkotaan adalah perencanaan dasar yang menyeluruh pada suatu kawasan untuk jangka panjang dengan luas kawasan lebih besar dari 10 Ha. Perencanaan Rencana Induk (Master Plan) ini mencakup seluruh wilayah perkotaan.

Dalam penyusunan Rencana Induk (Master Plan) disini, data-data yang diperlukan cukup banyak, seperti data hidrologi, data hidrolika, peta topografi, peta arah aliran sungai, peta tata guna lahan, kondisi prasarana dan sarana eksisting dan sebagainya. Dikarenakan luas wilayah yang direncanakan adalah cukup besar (wilayah perkotaan), maka diperlukan waktu yang cukup lama dan tim (tenaga ahli) yang cukup banyak dan lintas sektor, sehingga diperlukan biaya yang cukup besar pula.

Sedangkan Outline Plan Drainase Lingkungan Permukiman adalah perencanaan dasar yang menyeluruh pada suatu kawasan untuk jangka panjang, khususnya pada kawasan dengan luasan 5 - 10 Ha yang merupakan bagian dari sistem drainase perkotaan. Dalam penyusunan outline plan drainase lingkungan permukiman, data-data yang digunakan sebagian diambil dari dokumen Rencana Induk (Master Plan) drainase yang telah dibuat, sehingga tenaga ahli yang diperlukan tidak sebanyak pada penyusunan Rencana Induk (Master Plan), begitu juga dengan waktu pelaksanaan dalam penyusunan juga menjadi lebih cepat daripada penyusunan Rencana Induk (Master Plan), dengan demikian biaya penyusunan outline plan menjadi relatif lebih sedikit.

58 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 67: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Seperti dijelaskan pada Gambar 5, dimana ruang lingkup wilayah kajian sistem drainase pada penyusunan Rencana Induk (Master Plan) adalah kawasan perkotaan, sedangkan pada penyusunan outline plan sistem drainasenya merupakan bagian dari kawasan perkotaan tersebut, oleh sebab itu penyusunan outline plan selalu mengacu pada dokumen Rencana Induk (Master Plan) yang telah ada.

Rencana Induk (Master Plan) dan atau Outline Plan merupakan dokumen perencanaan yang mencakup perencanaan jangka panjang (10 hingga 20 tahun), yang dibagi dalam perencanaan 5 tahunan. Dokumen Outline Plan akan direview dan direvisi setiap 5 tahun sekali. Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) dan atau Outline Plan mengacu pada dokumen perencanan spasial/tata ruang wilayah, dimana pengembangannya akan mengikuti arahan/rencana tata ruang wilayah/pengembangan wilayah. Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) dan atau Outline Plan mengacu pada prinsip pengembangan wilayah; RUTRW/K, RPJPN maupun perundang-undangan yang berlaku, dimana fungsi dari rencana tata ruang tersebut adalah sebagai petunjuk teknis dalam penyusunan strategi pembangunan per kawasan, serta mempengaruhi rencana program investasi infrastruktur.

Dengan demikian kedudukan Rencana Induk (Master Plan) dalam penyusunan Outline Plan adalah sebagai petunjuk dan arahan dalam penyusunan perencanaan kawasan baik teknis maupun non teknis (administratif).

f. Faktor-faktor yang Berpengaruh Dalam Sistem Drainase Perkotaan 1) Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah derasnya hujan yang jatuh pada luas daerah tadah hujan tertentu. Ukuran deras hujan yaitu akumulasi tinggi hujan pada jangka waktu (menit) tertentu dinyatakan dalam satuan mm per menit.

Data curah hujan di Indonesia dikumpulkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Jika dikaitkan dengan perencanaan drainase, maka penggunaan data curah hujan adalah untuk perhitungan dimensi saluran drainase, dan perhitungan dimensi bangunan-bangunan drainase

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman59

Page 68: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, menguap dan sebagian lagi dialirkan ke permukaan yang lebih rendah. Hal ini tergantung dari porositas tanah tadah hujannya (kondisi geologi setempat), disamping kerapatan vegetasi/tanaman. Besarnya aliran dinyatakan dalam istilah debit air (Q) dalam satuan volume per satuan waktu.

2) Catchment Area atau daerah tangkapan air adalah kesatuan area dimana air permukaannya mengalir ke badan air yang sama baik berupa sungai atau danau, mengikuti arah kontur topografi area tersebut.

3) Pertumbuhan Daerah Perkotaana) Pertumbuhan fisik kota: Pertumbuhan fisik kota dipengaruhi oleh

laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan lahan. Makin sempitnya ruang terbuka menyebabkan makin besarnya pengaliran (koefisien run-off) air permukaan sehingga beban sistem drainase perkotaan semakin berat. Dengan demikian pembangunan sistem drainase perkotaan harus mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk, sejalan dengan arahan Rencana Tata Ruang Kota maupun pentahapan pelaksanaannya.

b) Keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota: Pertumbuhan suatu kota harus didukung oleh daerah belakang yang menunjang pertumbuhan kota tersebut. Pertumbuhan daerah belakang yang tidak terkendali atau tidak sesuai dengan peruntukannya dapat mengakibatkan bertambahnya potensi banjir dan genangan di wilayah perkotaan, karena penurunan fungsi daerah tersebut sebagai daerah resapan air. Sebagai contoh adalah pertumbuhan kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) yang tidak terkendali telah mengakibatkan banjir kiriman di kota Jakarta.

g. Faktor sosial ekonomi budaya: Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan dapat menimbulkan permasalahan dalam pembangunan drainase. Sebagai contoh adalah masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran, atau kecenderungan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membuat bangunan hunian dalam garis sempadan sungai atau saluran. Hal tersebut

60 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 69: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

menyebabkan penyempitan saluran disamping menghambat pembangunan sistem drainase.

Penerapan peraturan serta perkuatan aspek hukum sangat diperlukan, agar lahan sepanjang sungai atau saluran dapat dibebaskan dari hunian penduduk sehingga memudahkan untuk pelebaran atau peningkatan kapasitas saluran di masa mendatang dan kegiatan operasi dan pemeliharaan saluran.

h. Faktor Medan dan Lingkungan1) Topografi: Pembangunan sistem drainase harus memperhatikan

topografi, keberadaan jaringan saluran drainase, jalan, sawah, perkampungan dan keberadaan badan air. Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem aliran dan ketersediaan air penggelontor untuk mengatasi kemungkinan pengendapan dan pencemaran.

2) Kestabilan tanah: Pembangunan drainase di daerah lereng pegunungan harus memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan dan karakteristik air tanah.

3) Pengempangan: Pada daerah yang terkena pengaruh pengempangan dari waduk atau laut perlu memperhatikan pembendungan atau pengempangan yang diakibatkan oleh aliran balik (backwater).

S. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan drainase perkotaan dan drainase lingkungan?

2. Genangan yang diakibatkan apa saja yang perlu ditangani oleh drainase lingkungan maupun perkotaan?

T. Rangkuman

Pengenalan Drainase Lingkungan terdiri dari: paradigma baru penanganan drainase, konsep penanganan berbasis entitas, deskripsi Drainase Perkotaan dan Drainase Lingkungan.

Drainase Perkotaan adalah Drainase di wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi mengelola/ mengendalikan air permukaan,

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman61

Page 70: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia.

Keluaran perencanaan drainase perkotaan berupa Rencana Induk Drainase Perkotaan dimana terdapat saluran primer dan sekunder yang mengalirkan air permukaan sampai badan air.

Drainase Lingkungan adalah drainase yang berfungsi mengendalikan air permukaan di wilayah kawasan, sehingga tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu masyarakat serta dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Drainase lingkungan merupakan kolektor drainase permukiman dan selanjutnya dialirkan ke sistem drainase perkotaan.

Konsep paradigma baru penanganan drainase: air limpasan ditampung, dan diresapkan terlebih dahulu kemudian kelebihan air dialirkan ke badan air penerima dengan memelihara kualitasnya.

62 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 71: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAB 5

PENUTUP/

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman63

Page 72: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

Penutup

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan permukiman diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No.15/ PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Adapun tugas Direktorat Pengembangan PLP adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin-Was) serta fasilitasi pembangunan sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan, dan drainase lingkungan sebagai stimulus bagi pemerintah daerah.

Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Berdasarkan permasalahan itulah, pemerintah serius melaksanakan program untuk mengelola air limbah..

Pengelolaan air limbah domestik dapat dilakukan dengan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) setempat maupun terpusat, yang penerapannya bergantung pada petimbangan kepadatan penduduk, kedalaman muka air tanah, kemiringan tanah dan permeabilitas tanah.

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, merupakan acuan bagi pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan persampahan, khususnya pada tingkat nasional untuk mencapai akses universal pada tahun 2019.

Pemerintah Daerah dapat menyusun kebijakan dan strategi dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan di wilayahnya dengan

64 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 73: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

memperhatikan karakteristik, kondisi serta permasalahan dari masing-masing wilayah.

Kebijakan dan strategi nasional pengelolaan persampahan ini perlu dijabarkan lebih lanjut oleh masing-masing instansi teknis terkait sebagai panduan dalam operasionalisasi kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan persampahan.

Drainase lingkungan merupakan bagian dari sistem drainase perkotaan yang berfungsi untuk mengeringkan bagian wilayah permukiman, mengalirkan kelebihan air permukaan ke jaringan utama perkotaan, mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan dan meresapkan air permukaan. Dalam melakukan perencanaan Outline Plan drainase lingkungan permukiman, perencana diharuskan mengacu kepada Rencana Induk (Master Plan) drainase perkotaan dengan menggunakan prinsip Zero Delta Q (▲Q = 0) agar terbangun sistem drainase lingkungan terintegrasi dan berkelanjutan.

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman65

Page 74: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.4 Tahun 2017 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019

Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005-2025

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

66 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 75: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

GLOSARIUMDaerah genangan Kawasan yang tergenang air akibat tidak berfungsinya

sistem drainase.

Daerah pengaliran

Daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam saluran.

Drainase Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan/atau ke bangunan resapan buatan.

Drainase Lingkungan

Drainase di wilayah kawasan yang berfungsi mengendalikan air permukaan, sehingga tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu masyarakat, serta dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.

Detail Engineering Design (DED)

Produk dari konsultan perencana yang biasa digunakan dalam membuat sebuah perencanaan detail bangunan sipil seperti gedung, jalan, jembatan, bendungan, dsb

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman67

Page 76: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

68 Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Page 77: bpsdm.pu.go.id · Web view2019/08/04  · Data sumber sampah: Data timbulan sampah yang dapat diperoleh dari rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan. Program

BAHAN TAYANG

/

Pengantar Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman69