BPSD
-
Upload
muhammadsyauqi -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of BPSD
KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Presentasi Kasus: Augustus 2015
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARATNama: Nor Ain Syafiqah binti SholehudinNIM: 11.2012.110
Dr. Pembimbing: dr. Susi Wijayanti, SpKJNOMOR REKAM MEDIS:
Nama Pasien
: Tn. ANama Dokter yang merawat: dr. Dhian, SpKJMasuk RS pada tanggal: 5 Augustus 2015Pasien diantar keluarga
Riwayat perawatan: -
I. IDENTITASNama (inisial): Tn AS
Tempat & tanggal lahir: Garut, 5 Maret 1974
Jenis kelamin: laki-laki
Suku bangsa: Sunda
Agama: Islam
Pendidikan: SLTP
Pekerjaan: tidak bekerja
Status perkawinan: tidak bekerja
Alamat: Blok Kramat, RT 008 RW02, Kel. Cikupa, Kab. Kuningan.RIWAYAT PSIKIATRIKAutoanamnesis : 21/8/2015 jam 9:00 Alloanamnesis : 16/7/2014 jam 14.00 terhadap suami dari adik pasienA. Keluhan Utama
Pasien marah sejak 1 bulan SMRSB. Riwayat Gangguan Sekarang
Sejak 3 tahun tahun yang lalu, pasien mulai sering melamun (autistik), tertawa sendiri (eforia), dan pergi-pergian ke luar rumah dan sampai tidak pulang ke rumah (hiperaktivitas, autistik) setelah pasien putus cinta. Pasien juga mengamuk apabila keluarga berusaha membawanya pulang ke rumah (negativisme). Setelah itu, pasien mulai sering mengamuk sendiri, di mana ketika mengamuk, pasien merusak barang-barang bahkan juga dapat sampai memukul orang (agresifitas motorik). 7 tahun lalu pasien bahkan pernah memukul polisi yang sedang bertugas di dekat rumahnya (agresifitas motorik). Hal ini menyebabkan pasien mulai dijauhi oleh keluarganya dan dan orang-orang di sekitar rumahnya karena takut disakiti oleh pasien, dimana pasien juga kerap kali dikuncikan oleh keluarganya di dalam kamarnya dan hanya diizikan keluar dari kamar pada waktu jam makan. Bila gejala mengamuk pasien sedang mereda, pasien kerapkali hanya tiduran saja di kamar (abulia, hipoaktivitas), tertawa sendiri (eforia) dan tepuk tangan sendiri (hiperaktivitas), dan tidak suka berbicara dengan keluarga maupun orang-orang sekitarnya (mutisme). Gejala mengamuk pasien kerap kali kambuh dalam jangka waktu yang kerapkali tidak menentu, di mana paling sering setiap 2 minggu sekali, tanpa pemicu yang jelas, dan dapat berlangsung hingga 1-3 hari. Namun, menurut pengakuan keluarga pasien, gejala yang dialami pasien tidak semakin memburuk seiring dengan berjalannya waktu, justru dirasa semakin membaik, dalam artian pasien masih mengamuk namun tidak separah dulu.
Untuk aktivitas sehari-harinya, pasien masih dapat makan sendiri meskipun agak berantakan, BAK dan BAB di kamar kecil, merokok, menggambar dengan pensil, namun tidak dapat mandi sendiri, dimana pasien biasanya hanya bisa mencuci muka saja (fungsi kegiatan sehari-hari agak terganggu). Pasien belum pernah dibawa berobat medis namun sempat dibawa ke dukun dan dirasa tidak ada perbaikan.
Sejak 2 minggu SMRS, pasien mulai mengamuk kembali tanpa sebab yang jelas. Pasien mengamuk dengan melempar gelas, memecahkan kaca, menonjok adiknya (agresifitas motorik), bicara sendiri (logorea), tertawa sendiri (eforia), dan mondar-mandir (hiperaktivitas). Keluarga pasien akhirnya memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ Provinsi Jawa Barat.Dari anamnesa dengan pasien diperoleh bahwa pasien dapat mengingat namanya dengan benar, namun tidak dapat mengingat usianya dengan baik maupun mengetahui tahun saat ini (memori jangka panjang kurang baik). Pasien juga memiliki fungsi kalkulasi yang buruk karena tidak mampu menjumlahkan 72+20 dengan tepat, asosiasi longgar karena terkadang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan sesuai konteks pertanyaannya, perseverasi di mana pasien menjawab pertanyaan yang berbeda dengan jawaban yang sama, tilikan yang buruk karena pasien menyangkal dirinya sakit. Di luar dari itu, pada pasien tidak ditemukan gangguan orientasi tempat dan waktu, gangguan dalam memori jangka pendek, waham, halusinasi, maupun uji daya nilai dan daya nilai sosial.C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatrik
Sebelum mulai mengalami gejala-gejala gangguan jiwa 20 tahun yang lalu, pasien dikatakan tidak pernah menunjukkan perilaku aneh maupun mengamuk hebat tanpa sebab yang jelas.2. Riwayat Gangguan Medik
Darah tinggi, kencing manis, penyakit kuning, riwayat trauma maupun kecelakaan, riwayat gangguan kesadaran, riwayat kejang, dan riwayat opname di rumah sakit disangkal.3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang, riwayat konsumsi alkohol disangkal
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya (grafik)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Perkembangan Fisik
Pasien lahir normal, cukup bulan dalam kondisi baik di rumah sakit tanpa cacat bawaan maupun gangguan saat masih dalam kandungan. Pasien juga tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak-anak seusianya. Pasien juga tidak pernah mengalami kejang, kecelakaan, operasi, maupun dirawat di rumah sakit atas indikasi tertentu.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa kanak-kanak: pasien merupakan anak yang aktif, sering bermain dengan anak-anak seusianya dan tidak suka berkelahi
b. Masa remaja: pasien memiliki banyak teman di sekolahnya, juga tidak pernah berkelahi.
c. Masa dewasa: pasien pernah berpacaran dengan seorang gadis yang ia sukai namun tidak mendapat restu dari orangtua pihak si gadis sehingga akhirnya mereka berpisah.3. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tingkat SLTP, dimana pasien berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Selama di sekolah pasien memiliki banyak teman dan dapat berteman dengan baik, dimana pasien juga tidak pernah memiliki masalah dalam studinya dan selalu naik kelas.4. Riwayat Pekerjaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah memiliki pekerjaan sebelumnya namun pasien mengaku bahwa ia pernah bekerja membantu mengangkut barang-barang di terminal.5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Sebelum mengalami gangguan, pasien rajin beribadah dan membaca kitab suci. Namun sejak mulai mengalami gang guan, pasien mulai tidak beribadah dan hanya membaca kitab suci yang pada saat ini sudah tidak lagi dilakukannya
6. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Hampir semua keluarga pasien menjauhi dan tidak memperdulikan pasien karena takut disakiti oleh pasien. Hanya ibu pasien yang masih memperlakukan pasien seperti biasa. Selain dijauhi oleh keluarganya, pasien juga dijauhi oleh orang-orang di sekitar rumahnya. Pasien pernah berpacaran namun tidak berlanjut karena tidak mendapat restu dari orangtua kekasihnya. Riwayat berhubungan seksual tidak diketahui.
E. Riwayat Keluarga
Skema pohon keluarga
F. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang
Pasien tinggal di lingkungan yang agak kurang padat penduduk, dimana letak rumah pasien tinggal saat ini cukup berjauhan dengan rumah tetangga-tetangganya. Pasien tinggal bersama ibu dan ketiga adik perempuannya beserta keluarga dari adik-adiknya tersebut. Pencari nafkah utama di keluarga adalah suami dari adik-adiknya.II. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Raut wajah: biasa, tidak terlihat senang, sedih maupun marahCara berpakaian: biasa, tidak terbalik maupun terlihat berantakanPostur: biasa, tidak membungkukRambut tubuh: rambut kepala gondrong dan tampak berantakan, rambut wajah tampak tercukur
Hygiene: kurang baik, kulit pasien tampak kusamPenampakan berdasar usia: sekitar 35 tahun (sedikit lebih muda dari usia biologisnya)
2. Kesadarana. Kesadaran neurologis: kompos mentis
b. Kesadaran psikiatrik: tampak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara: tenang, pasien sedang berbaring ke sampingb. Saat wawancara: tenang, pasien tetap berbaring ke samping sambil mengobrol, tidak berubah posisi dan hanya menoleh ke arah suarac. Setelah wawancara: tenang, pasien kembali berbaring4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif namun pasif, di mana pasien mau diajak bekerja sama dengan menjawab pertanyaan namun tanpa inisiatif dan hanya menurut saja.5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: spontan, lambat, lemah
b. Gangguan berbicara : disartria
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Suasana Perasaan (Mood): stabil, kosong2. Afek Ekspresi Afektif
a. Arus: lambat
b. Stabilisasi: stabil, respon emosi menetapc. Kedalaman: dangkal, respon emosi sedikit sajad. Skala diferensiasi: sempit, respon emosi terbatase. Keserasian: tidak serasi, pasien tidak menunjukkan rasa sedih ketika ia menceritakan bahwa ia berhenti sekolahf. Pengendalian Impuls: kuat, tidak iritabelg. Ekspresi: tumpul, irama suara monoton dan bahasa tubuh sangat terbatash. Dramatisasi: tidak ada
i. Empati: tidak diperiksaC. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi: tidak ditemukan
2. Ilusi: tidak ditemukan
3. Depersonalisasi: tidak ditemukan
4. Derealisasi: tidak ditemukan
D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf Pendidikan: SLTP
2. Pengetahuan Umum: kurang, pasien menjawab bahwa presiden Indonesia saat ini adalah Soeharto
3. Kecerdasan: di bawah rata-rata
4. Konsentrasi & Kalkulasi: kurang baik, pasien tidak dapat menjumlahkan 72+205. Orientasi
a. Waktu: baik, pasien dapat membedakan waktu siang dengan malam
b. Tempat: baik, pasien mengetahui dirinya berada di rumah sakit jiwa
c. Orang: baik, pasien dapat menerka-nerka siapa pemeriksa dan orang di sekitarnyad. Situasi: baik, pasien dapat menyesuaikan diri dengan waktu makan siang
6. Daya Ingat
a. Tingkat
Jangka panjang: kurang baik, pasien tidak dapat mengingat usianya, tahun kelahirannya, dan tempat tinggalnya dengan baik Jangka pendek: baik, pasien dapat mengingat menu makanan besar yang ia makan beberapa jam sebelumnya
Segera: tidak diperiksab. Gangguan: tidak ditemukan7. Pikiran Abstraktif: kurang baik, pasien tidak mengetahui tempat pangkalan pesawat meskipun telah dibandingkan dengan tempat pangkalan bus dan kereta8. Visuospatial: baik, pada follow up pasien dapat menggambarkan pukul 09.30 dengan tepat9. Bakat Kreatif: pasien gemar menggambar, terutama menggambar gunung10. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: baik, pasien dapat makan, minum, BAK-BAB, dan mandi sendiriE. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas: terbatas, pasien hanya menjawab seperlunya bila ditanya
b. Kontinuitas: kadang-kadang terdapat asosiasi longgar di mana pasien tidak menjawab pertanyaan sesuai konteksnya, dan terdapat perseverasi di mana pasien menjawab dengan jawaban yang sama untuk pertanyaan yang berbedac. Hendaya Bahasa: tidak ditemukan
2. Isi Pikira. Preokupasi dalam pikiran: tidak ditemukan
b. Waham: tidak ditemukan
c. Obsesi: tidak ditemukan
Fobia: tidak ditemukan
d. Gagasan rujukan: tidak ditemukane. Gagasan pengaruh: tidak ditemukanF. Pengendalian Impuls
Kurang baik, berdasarkan kesimpulan dari pengakuan keluarganya bahwa bila sedang mengamuk pasien dapat memecahkan kaca dan menonjok adiknyaG. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial: cukup baik, pasien dapat menilai bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik2. Uji Daya Nilai: cukup baik, pasien dapat menilai tindakan yang ia lakukan pada suatu situasi imajiner tertentu misalnya mencuci tangan sebelum makan, makan menggunakan sendok, bila tidak punya uang maka harus bekerja.3. Daya Nilai Realitas: agak terganggu, pada pasien tidak ditemukan halusinasi, delusi, katatonia namun ditemukan asosiasi longgarH. Tilikan
Tilikan derajat 1, dimana pasien menyangkal dirinya sakit.I. Reliabilitas
Kurang baik, karena pasien tidak dapat mempertahankan jawabannya akan beberapa hal.III. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Internus
1. Keadaan Umum: tampak sakit ringan2. Kesadaran: compos mentis3. Tensi: 140/90 mmHg4. Nadi: 82x/menit5. Suhu Badan: afebris6. Frekuensi Pernafasan: 18x/menit7. Bentuk Tubuh: habitus picnicus
8. Sistem Kardiovaskular: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
9. Sistem Respiratorius: BN vesikular, ronki -/-, wheezing -/-
10. Sistem Gastrointestinal: Supel, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
11. Sistem Muskuloskeletal: deformitas (-), nyeri gerak (-), krepitasi (-)
12. Sistem Urogenital: nyeri ketok CVA -/-, nyeri tekan suprapubik (-)
B. Status Neurologik
1. Saraf Kranial (I-XII):
2. Gejala Rangsang Meningeal: kaku kuduk (-), Lasegue (-), Kernig (-)
3. Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
4. Pupil: isokor, diameter 3 mm, reflex cahaya +/+5. Oftalmoskopi: tidak dilakukan6. Motorik: normotoni, normotrofi
kekuatan motorik
7. Sensibilitas: 8. Sistem Saraf Vegetatif/Otonom: dalam batas normal9. Fungsi Luhur: dalam batas normal10. Gangguan Khusus: tidak ditemukanIV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil laboratorium tanggal 17 Juli 2014
Hb 17,8 g/dL
Leukosit 10.000/L
Segmen 63%
Limfosit 35%
Monosit 2%
LED 1 jam 7 mm/jam
SGOT 77,5 U/LSGPT 79,2 U/L
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPasien laki-laki berinisial AS, usia 40 tahun, belum menikah, tidak bekerja, dibawa keluarga ke RSJ Provinsi Jawa Barat karena mengamuk dan menunjukkan adanya agresifitas motorik yang disertai gejala logorea, eforia, dan hiperaktivitas. Pasien sebelumnya dikatakan sudah mulai menderita gangguan jiwa sejak 20 tahun silam, yang tampak dari gejala autistik, eforia, hiperaktivitas, negativisme dimana pencetusnya diduga adalah akibat pasien putus cinta. Sejak saat itu pasien mulai sering mengamuk tanpa sebab yang jelas dengan gejala agresivitas motorik, hilang timbul dan seringkali kambuh dalam jangka waktu yang tidak menentu, namun lebih sering terjadi dalam waktu 2 minggu selama 2-3 hari dan mereda dengan sendirinya, dimana pada periode bebas amukan ini, pasien menunjukkan gejala abulia, hipoaktivitas, eforia, hiperaktivitas, mutisme. 7 tahun silam, pasien pernah menonjok polisi, yang menyebabkan pasien ditakuti oleh keluarga dan orang sekitar bahkan sampai dikuncikan di dalam kamar. Namun menurut pengakuan keluarga pasien, amukan pasien semakin lama semakin menurun intensitasnya. Fungsi hidup sehari-hari agak terganggu dimana pasien masih bisa makan, minum, memasak, BAK-BAB, menggambar dengan pensil namun tidak bisa mandi sendiri dan biasanya hanya mencuci muka saja. Gangguan jiwa yang dialami oleh pasien tersebut tidak pernah diterapi baik secara psikologik maupun medis, dimana pasien hanya pernah dibawa berobat ke dukun dan dirasa tidak ada perbaikan. Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan penampilan umum pasien berambut gondrong dengan hygiene yang kurang baik; kesadaran psikiatrik tampak terganggu; sikap sebelum, selama dan sesudah wawancara tenang namun pasif dimana pasien tetap mempertahankan posisi berbaring ke kiri sambil menjawab pertanyaan; cara berbicara lambat dan lemah dengan gangguan berupa disartria; mood stabil dan kosong dengan afek yang lambat, dangkal, sempit, tidak serasi, ekspresi tumpul; persepsi tidak terganggu; pengetahuan umum, kecerdasan dan fungsi kalkulasi yang kurang baik; tidak ditemukan gangguan orientasi; terdapat gangguan dalam memori jangka panjang maupun pikiran abstraktif; tidak terdapat gangguan dalam aktivitas hidup sehari-hari; arus pikir terbatas dengan asosiasi longgar dan perseverasi; tidak ditemukan gangguan isi pikiran; pengendalian impuls yang kurang baik; daya nilai realitas yang agak terganggu dalam hal adanya asosiasi longgar; tilikan derajat 1 karena tidak mengakui dirinya sakit; reliabilitas yang kurang karena pasien tidak memberikan jawaban yang konsisten untuk beberapa pertanyaan yang diajukan.Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, lain-lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar SGOT dan SGPT yang sedikit meningkat yaitu 77,5 dan 79,2 U/L.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
A. Axis IBerdasarkan iktisar penemuan bermakna, pasien pada kasus ini dapat dinyatakan mengalami:
1. Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada pikiran, perasaan dan perilaku yang menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari (hendaya)
2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik/GMNO, karena tidak terdapat gangguan kesadaran neurologik, orientasi dan daya ingat, maupun gangguan organic yang diduga bersangkutan dengan gangguan jiwanya.3. GMNO ini termasuk golongan psikosis karena terdapat adanya asosiasi longgar
4. Menurut PPDGJ-III, GMNO psikosis ini termasuk skizofrenia hebefrenik karena memenuhi kriteria:
a. Memenuhi kriteria skizofrenia yaitu inkoherensi (asosiasi longgar), gejala negatif (emosi tumpul, penurunan kinerja sosial), perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari aspek perilaku perorangan (penarikan diri secara sosial) yang terjadi sejak lebih dari 1 bulan (pada kasus ini, 20 tahun)b. Perilaku tidak bertanggung jawab yang tidak dapat diramalkan (agresifitas motorik), kecenderungan menyendiri, perilaku hampa tujuan hampa perasaan (mutisme, negativisme)
c. Afek dangkal, tumpul disertai tertawa sendiri
d. Disorganisasi proses pikir berupa asosiasi longgar
5. Skizofrenia hebefrenik ini termasuk dalam episodik berulangDiagnosa banding dari kasus ini adalah
1. Skizofrenia residual
Atas dasar adanya gejala negatif skizofrenia yang menonjol, misalnya aktivitas menurun, afek menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin kuantitas dan isi pembicaraan, komunikasi non-verbal buruk (ekpresi muka, modulasi suara datar, posisi tubuh tidak berubah selama pemeriksaan), perawatan diri buruk (rambut gondrong, hygiene kurang), kinerja sosial buruk (tidak mau memulai komunikasi dengan orang lain). Selain itu juga sudah melampaui kurun waktu setahun, dan tidak terdapat gangguan organik yang menyebabkan gejala negatif tersebut. Namun pada kasus ini tidak jelas didapatkan waham maupun halusinasi, selain itu pada kasus ini juga terdapat episode gejala positif berupa agresifitas motorik dan asosiasi longgar.
2. Skizofrenia simpleks
Atas dasar adanya gejala negatif khas dari skizofrenia residual (lihat di diagnosis banding sebelumnya, skizofrenia residual), tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau katatonia, namun pada kasus ini didapatkan adanya inkoherensi berupa asosiasi longgar dan perilaku kacau (agresifitas motorik, hiper & hipoaktivitas)B. Axis IITidak ditemukan gangguan kepribadian maupun retardasi mental
C. Axis IIISuspek hipertensi derajat I, atas dasar adanya tekanan darah 140/90 mmHg, dimana hal ini masih harus dipastikan kembali dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah ulangan dalam waktu yang berbeda dengan kondisi fisik tenang 10 menit sebelumnya.
D. Axis IVProblem psikososial kasus ini adalah berkaitan dengan lingkungan sosial (putus cinta, dikucilkan oleh warga sekitar) dan primary support group (dikucilkan oleh keluarga)
E. Axis VBerdasarkan skala GAF, kasus ini saat dievaluasi memiliki skala GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang) karena terdapat episode mengamuk yang menyebabkan pasien dibawa ke RSJ
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Axis I: F 20.13 Skizofrenia hebefrenik episodik berulangB. Axis II: tidak ada (none)C. Axis III: suspek hipertensi grade ID. Axis IV: putus cinta, dikucilkan keluarga dan warga sekitarE. Axis V: GAF 60-51VIII. PROGNOSIS
Ad vitam: ad bonam, selama pasien tidak melakukan perbuatan yang mengarah ke tentamentum suicidumAd functionam: dubia ad bonam, karena pasien ternyata dapat melakukan fungsi hidup sehari-hari secara mandiri, namun belum dapat berkomunikasi secara sosial dengan baikAd sanationam: dubia ad malam, karena pasien memiliki gejala negative yang relative lebih sukar diobati, dan muncul pada usia muda.Faktor yang mendukung prognosis:
BaikBuruk
Presipitasi jelasMuncul pada usia muda
Riwayat hubungan sosial premorbid baikOnset insidious
Riwayat keluarga non afektifGejala autistik, menarik diri
Gejala positifBelum menikah
Gejala negatif
Sering relaps
IX. DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik: suspek hipertensi grade I
B. Psikiatri: agresifitas motorik, logorea, eforia, hiperaktivitas, abulia, hipoaktivitas, mutisme, asosiasi longgar, perseverasi, afek tumpul, gangguan memori jangka panjang, tilikan derajat 1C. Psikososial: putus cinta, dikucilkan keluarga dan warga sekitarX. TERAPI
A. FarmakoterapiR/ Risperidone tab 2 mg No. XIV
S 2 dd tab 1-------------------------------------------------Pro: Tn. AS
Antihipertensi belum perlu, diupayakan lifestyle modification terlebih dahulu.
B. Psikoterapi
Psikoterapi supotif: persuasi (meyakinkan pasien bahwa tidak ada gunanya lagi terus mengingat-ingat putus cintanya), reassurance (meyakinkan pasien bahwa ia bisa melanjutkan kembali hidupnya) dan bimbingan (memberi bimbingan cara berhubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja, belajar)C. Terapi sosial
Manipulasi lingkungan dengan tidak mengucilkan pasien dan mengatai pasien gila, dan komunitas terapeutik dengan mengikut sertakan pasien dalam kegiatan terapeutikD. Edukasi
Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien
Edukasi keluarga agar belajar menerima kondisi pasien dan tidak mengucilkan pasien
Edukasi minum obat teratur dan kontrol teratur bila sudah lepas rawat
XI. FOLLOW UP
Follow up 17/7/2014S: pasien merasa biasa saja, dan mengakui dirinya suka menggambar. Pasien masih tidak bisa menghitung dengan benar berapakah 72+20
O: Roman muka: biasa
Persepsi: halusinasi (-)
Kontak/rapport: (+)/inadekuatPikiran
: autistik, waham (-)
Kesadaran : compos mentisEmosi
: stabil, afek datar
Orientasi : cukup
TL/bicara: hipoaktivitas
A: skizofrenia hebefrenik episodik berulang
P: terapi lanjut
Follow up 18/7/2014
S: pasien merasa biasa saja. Pasien masih belum bisa menghitung 72+20. Pasien menggambar bunga, buah, dan gunung. Pasien mengatakan ingin memberikan bunga tsb kepada kekasihnya dan ia sayang kekasihnya
O: Roman muka: biasa
Persepsi: halusinasi (-)
Kontak/rapport: (+)/inadekuatPikiran
: autistik, waham (-)
Kesadaran : compos mentisEmosi
: stabil, afek datar
Orientasi : cukup
TL/bicara: hipoaktivitas
A: skizofrenia hebefrenik episode berulang
P: terapi lanjut
7