BPK Perwakilan Provinsi Papua | Leading by Example€¦ · Pemerintah Pusat dan Pem~rintahan Daerah...

16
'I ' ' I I ' I ==-=====-================· == === ==== PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA NOMOR \9 T AHUN 20'11 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAWIJAYA 1 bahwa untuk menindak-lanjuti ketentuan P'as-31 3 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah , maka perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan . 1. Undang·Undang Nomor 12 Tahun196 -9 Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi .lrian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesi a Tahun 1969 Nomor 4 7); 2. Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentan·g Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lemba ran Negara Republik In donesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lemba ran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Und ang·Und an g Nomor 19 Tahun 2000 tenta ng Perubahan Atas Undang·Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Pa ksa (Lemb aran Negara Republi k Indonesia Tahun 2000 Nomor 29, Tambahan Le mbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); 3. Unda ng-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua ( Lembaran Ne gara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Ta mbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) 1 sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Repu bl ik Indone s ia Tahun 2001 Nomor 112 , Tambahan Lembaran Negara Rep ubl ik Indonesia Nomo r 4884) ; 4. Und ang- Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengad ilan Pajak (Lembaran Negara Republ ik Indonesia T ahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lemb aran Negara Republi k In dones ia Nomor 4189) ; 5. Undang·Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pe mbentukan Peraturan Perunda ng· Undangan (Le mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom or 53 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) ; 7. Und ang-Undang Nomo r 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir de nga n Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tenta ng Peruba han Kedua Ala s Undang-Undang N0mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah an Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembar3n Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Transcript of BPK Perwakilan Provinsi Papua | Leading by Example€¦ · Pemerintah Pusat dan Pem~rintahan Daerah...

  • 'I

    ' '

    • I

    • I

    ' I

    ==-=====-================·== === ==== ==-=·=-===·===~===-:::!:=-========= =='!::~=====

    Menimb~mg

    PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA

    NOMOR \9 T AHUN 20'11 TENTANG

    TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK PE~ERANGAN JALAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI JAYAWIJAYA1

    bahwa untuk menindak-lanjuti ketentuan P'as-31 3 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, maka perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengelolaan Pajak Penerangan Jalan .

    1. Undang·Undang Nomor 12 Tahun196-9 t~nt'ang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi .lrian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 4 7);

    2. Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentan·g Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang·Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang·Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

    3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) 1 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

    4. Undang- Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

    5. Undang·Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;

    6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang·Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) ;

    7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Alas Undang-Undang N0mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembar3n Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

  • Menetapkan

    r

    2

    8. Undang-Undang Nomor 33 Ta~un 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pem~rintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a hun 2004 Nom or 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

    9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nom'Or 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) ;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keu·angan Daerah (Lembaran Negara Republik Indone-sia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) ;

    11 . Peratu·ran Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provin·si dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 200'8 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Jayawijaya (Lembaran Daerah Kabupaten Jayawijaya Tahun 2008 Nomor 5);

    13. Peraturan Daerah Nomar 7 Tahun 2008 tentang Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jayawijaya Tahun 2008 Nomor 7) ;

    14. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2'011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Jayawijaya Tahun 2011 Nomor 2) ;

    MEMUTUSKAN :

    PERATURAN BUPATI T'ENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN J.A:LAN

    BASI

    KETENTUAN UMUM ~

    P$al1

    Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud deTlgan :

    1. Daerah adalah Kabupaten Jayawijaya .

    2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

    3. Bupati adalah Bupati Jayawijaya.

    4. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangc:m dan Aset yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Dinas Pendapatan Penge1·o1a Keuangan dan Aset Kabupaten Jayawijaya.

    5. Perusahaan Umum Listrik Negara yan"Q selanjutnya disingkat PLN adalah Perusahaan Milik Negara (Persero) cabang Wamena.

    6. Pajak Penerangan Jalan yang selanjutnya disebut Pajak adalah pungutan daerah alas Penggunaan lis~ik .

    7.

    8.

    9.

    Listrik pra bayar ad alah sistem pemakaian tenaga listrik di mana pengguna listrik membeli terlebih dahulu voucher pemakaian tenaga listrik.

    Listrik pasca bayar adalah sistem pemakaian tenaga listrik di mana pengguna ,listrik memakai listrik terlebih dahulu kemudian membayar tagihan rekening listrik dalam periode tertentu setiap bulan sesuai besarnya pemakaian .

    Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

  • . \ ' . ' • 3

    10. Subjek Pajak adalah orang pribadi a taw bad an yang dapal dikenakan Pajak Daerah.

    11 . Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Ba'dan yang menurul ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah, diwajibkan untuk melakukan Pembayaran Pajak yang lerulang . Termasuk pemungut alau pemolong Pajak.

    12. Penanggung Pajak adalah Orang Pribadi ataw Badan yang bertanggung jawab atas Pembayaran Pajak, termasuk wakil yang menjalankan Hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurul ketenluan Peraturan Perpajakan Daerah.

    13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang ti'dak melakukan usaha yang meliputi Perseroan terbalas, Perseroan Komandi ter, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara alau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, dana pension , persatuan perkumpulan, Yayasan ·alau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha lelap serla benluk badan lainnya.

    14. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan lakwim alau jangka waklu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupali.

    15. r .ahun ~.ajak ~da l a h jangka waktu yang larnanya 1 (~atu) lahun takwim tcuali blia WaJtb P·aJak menggunakan lahun buku yang ttdak sama dengan tahun lakwim.

    16. Sural Pendaftaran Objek P

  • ... . . 3

    10. Subjek Pajak adal·ah orang pribadi atau bad an yang dapat dikenakan Pajak Daerah.

    11. • Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Bad·an yang rnenurut ke'tentuan Peraturan Perundang-Undangan Perp·ajakafl Daerah, diwajibkan untuk melakukan Pembayaran Pajak yang terutang . Termasuk pemungut atau pemotong Pajak.

    12. Penanggung Pajak adalah Oran·g Pribad·i ata·u Badan yang bertanggung jawab atas Pembayaran Pajak, termasuk wakil yang menjalankan Hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan Peraturan Perpajakan Daerah.

    13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan terbatas, Persero-an Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi , Koperasi, dana pension , persatuan perkumpulan , Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya.

    14. Masa Pajak adalah jangka waktu yang larnanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

    15. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

    16. Surat Penuaftaran Obje·k Pajak Daerah yang selanjutnya disebut SPOPD adalah surat yan·g digun

  • I

    0 ' '

    4

    24. Surat Tagihan Pajak Daerah yang lebih selanjutnya disebut STPD adalah surat untuk melakukan Tagihan Pajak dan/atau san ksi Administrasi berupa bunga dan/atau bunga dan/atau denda.

    25 . Pembayaran Pajak Daerah adalah bes:amya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak sesu ai dengan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan STPD ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan .

    26. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur un tuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal , penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan danpenyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

    27. Pemeriksaan adalah serangkaian kegi·atan menghimpun dan men'golah data, keterangan , dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangwundangan perpajakan daerah.

    28. Bon Penjualan atau Bill adalah dokumen bukti pembayaran atas pelayanan yang telah diberikan oleh Wajib Pajak/Peng·elola;

    29. Menghitung Pajak Sendiri (MPS)/Se/f Assesment, adalah cara pengh'itungan pajak yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk me~hitung dan menyetor sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

    30. Cara Taksasi (Non MPS)!Official Assesment, adalah cara penghitungan p·ajak, dimana jumlah pajak terutang setiap Wajib Pajak atau Penanggung Pajak ditetapkan langsung oleh Kepala DPPKA.

    BABII

    NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

    Pasal 2

    (1) Dengan Nama penerangan jalan dipungut pajak atas setiap penggunaan tenaga listrik; · · ·

    (2) Objek pajak adalah setiap pengguna tenaga listrik;

    (3) Ten aga listrik sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini adalah tenaga listrik yang bersumber dari PLN .

    (4) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Bad an yang dapat menggunakan tenaga listrik.

    BAB Ill

    RUANG LINGKUP

    Pas.al 3

    Peraturan Bupati ini mengatur hal-h

  • •' .. ' ' •

    5

    3) Tata Cara Pembayaran dan Penagihan;

    4) Keberatan dan Banding;

    5) Pembetulan, Pembatalan , Pengurangar; Ketetapan , Penghapu·san atau Pengurangan Sanksi Admin istrasi ;

    c. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak; d. Kedaluarsa Penagihan ;

    e. Pembukuan dan Pemeriksaan.

    BAB IV

    PEflAFT ARAN DAN PELAPORAN ·'

    Pasal4

    (1) PLN waj ib mendaftarkan usahanya dengan menggunakan SPOPD ke DPPKA.

    (2) SPOPD diambil sendiri oleh PLN di DPPKA atau dapat diantar oleh petugas DPPKA.

    (3) SPOPD harus diisi dengan tenar, jelas d:a-n lengkap dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di P~N .

    (4) Setelah melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PLN diberikan NPWPD, Surat Penunjukkan sebagai Wajib Pungut.

    (5) Kepala DPPKA dapat menerbitkan NPWPD s·ecara jabatan, apabila PLN tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ).

    Pasal 5

    (1) PLN wajib menyampaikan data rekapitulasi p-eng-gtmaan listrik yang bersumber dari PLN oleh Wajib Pajak ke DPPKA setiap bulan b3ik yang prabayar maupun pasca bayar.

    (2) Data sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) di atas sekurang·kurangnya meniuat jumlah wajib pajak, golongan pelanggan dan penggunaan listrik .

    (3) Penyampaian data rekapitu lasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di lakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhir masa pajak.

    (4) Data rekapitulasi dianggap tidak disampaikan, 9pabila tidak ditand·atangani oleh pejabat yang berwenang di PLN.

    Pasal 6

    (1) Bupati a tau Pejabat yang ditunjuk atas perrrrohcman PLN, dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian rekapitulasi data paling lama 2 (dua) bulan setelah akhir masa pajak.

    (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), diajukan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk., paling lambat sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian rekapitulasi data.

    Pas·al 7

    Penyampaian data rekapitulasi setelah tanggal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5 ayat (3), dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.

    Pasal 8

    (1) PLN dengan kemauan sendiri dapat membetulkan data rekapitulasi yang te lah ;4-disampaikan, dengan menyampaikan surat pemyataan tertul is kepada Bupati atau j Pejabat yang ditunjuk, dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sesudah

  • ' .. ' ' .. . 6

    berakhirnya masa Pajak, sepanjang DPPKA belum melakukan tindakan pemeriksaan.

    (2) Dalam hal PLN membetulkan s-endiri data mkapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , yang mengakibatkan hutan·g pajak menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak berakhirnya penyampaian data rekapitulasi sampai dengar. tanggal pembayaran karena

    pembetu lan data rekapitulasi .

    BAS V

    PEMUNGUTAN P.A.J-AK PENERANGA~ J.ALAN

    Bagian Kes-atw

    Tata Cara P·emungutan

    Pasa\9

    Pajak Penerangan Jalan dipungut dengan cara menghitung Pajak Sendiri (MPS)/Se/f

    Assesment.

    Bagian Kedua

    Surat Taglhan Paj'ak

    Pasal10

    (1) Penagihan Pajak dilakukan terhadap pajak yang terutang dalam SKPD, SPTPD, SKPDf(B, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan , Sural Keputusan

    Keberatan dan Putusan Pengadilan . (2) Penag ihan pajak sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1), dilakukan dengan

    terlebih dahulu memberikan surat teguran apabila telah melewati batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan.

    (3) Surat Teguran sekurang-kurangnya memoat: a. nama wajib pajak dan atau penanggung pajak;

    b. besamya hutang pajak;

    c. perintah untuk membayar;

    d. saat pelunasan hutang pajak.

    Bagian Ketiga Tata Cara Pembayaran dan P·emr•gihan

    Paragraf Kesatu Tata Cara Pembayaran

    Pasa\11

    ( 1) Pembayaran pajak dilakukan melalui Kas Daerah a tau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati dengan menggunakan media SPlPD SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sesuai waktu yang ditentukan dal:am SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT dan

    (2)

    ( 1)

    STPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas o·aerah paling lambat 1 X 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Walikot·a.

    Pasal 12 I

    Pembayaran' pajak harus dilakuf n sekaligus atau lunas.

    l - J

    I

  • 7

    (2) Bupati atcru Pejabat yang ditunjuk, atc.rs permohonan Wajib Pajak atau Penanggung P·ajak setelah memenuhi persyaratan yang dilentukan, dapat memberikan persetujuan u·ntuk mengarr~sur dan/atau menunda pajak dalam kurun waktu tertentu . · ·

    (3) Angsu ran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah paj'ak ya!lg belum atau kurang dibayar.

    (4) Bupati dapat memberikan persetujuan kep-ada Wajib Pajak untuk mengangsur dan/atau menunda pembayaran pajak s·ampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan denda berupa denda 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

    (5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan/atau menunda pembay·aran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) yaitu kegiatan usaha Wajib Pajak berdasarkan hasil p~meri ksaan men·galami kesulitan keuangan yang antara lain dibuktikan dengan perhitungan Acid Test Ratio/Quick Ratio kurang dari 1.

    Paragraf Kedua Tata Cara Penagihan

    Pasal13

    (1) Penagihan Pajak dapat dilakukan sek'etika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran, apabila berdasarkan laporan dari Wajib Pajak dan/atau instansi yang berwenang diketahui :

    a. akan meninggalkan lncones ia untuk selama-lamanya, atau bemiat untuk itu ;

    b. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka men-ghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia;

    c. diindikasikan terdapat tanda-tanda tJahwa Wajib Pajak atau Penanggung Pajak akan membubarkan usahanya, c:ftau menggabungkan usahanya, atau memindahtangankan perusaha(!n yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

    d. badan usaha akan dibubarkan oleh rregara;

    e. terjadi penyitaan atas barang wajib pajak atau penanggung pajak oleh pihak ketiga, atau terdapat tanda-tanda kepailitan .

    (2) Surat Perintah Penagihan Seke tika. dan Sekaligus, sekurang-kurangnya memuat :

    a. nama wajib pajak atau nama wajib pajak dan penanggung pajak;

    b. besarnya hutang pajak;

    c. perin tah untuk membayar; dan

    d. saat pelunasan pajak.

    (3) Sura! Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa.

    (4) Pelaksana~rn Penagihan seketika dan sekaligus, dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku .

    Pasal 14

    (1) Pajak yang teru tang berdasarkan SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, SrPD, Surat t.-, ~ Keputusan Pembetulan , Sural KeputuBan Keberatan, dan Putusan Banding r -

  • . ''

    (2)

    yang lidak alau kurang dibaya 1· oleh Waj ib Pajak pada waklunya, dapat ditagih dengan Sural Paksa.

    Sural Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbilkan , apabila:

    a. wajib pajak atau perianggung pajak tidak melunasi utang pajak (jan kepadanya telah diterbitkan sural leguran atau sural peringalan atau stfat lain yang sejenis sesua1 peraturan perundang~undangan yang berlaku atau;

    b. lerhadap wajib pajak alau penanggung paJak Ieiah dilaksanakan penagihan sekelika atau sekaligus atau;

    c. wajib pajak alau penangg·ung p·ajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam kepulusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

    Pasal 15

    (1) Sural Paks:a diberitahukan oleh Juru Sila Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salin an Sural Paksa, kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak.

    (2) Pemberitah uan Sural Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam Berita Acara, yang sekurang-kwrang-nya memuat : a. hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa; b. nama juru sila pajak; c. nama yang menerima; d. tempal pemberilahuan sural paksa.

    (3) Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Juru Sita Pajak kepada :

    a. wajib pajak atau penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempal lain yang memungkinkan;

    b. orang dewasa ya ng bertempat tinggal bersama alaupun yang bekerja di tempat usaha penanggung paj'ak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapal di jumpai ;

    c. salah seorang ahl i waris ·a tau pelaksana wasiat a tau yang mengurus harta peninggalannya, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan hart'a warisan belum dibagi ;

    d. para ahli waris , apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.

    (4) Sural Paksa lerhadap Badan Usaha diberitahukan oleh Juru Sita Pajak kepada:

    a. pengurus, kepala perwakilan , kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkuan, di tempat tinggal mereka, maupwn di tempat lain yang memungkinkan;

    b. pegawai tetap di tempat kedudukan atau temp·at usaha badan yang bersangkuta11, apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada huruf a.

    (5) Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan Pailit., Sural Paksa di beritahukan kepada Kuralor, Hakim Pengawas c:tau Balai Harta Peninggalan , dan dalam hal Wajib Pajak dinyalakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang alau Badan Usaha yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau Likuidalor.

    (6)~ Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seoran·g kuasa dengan Surat Kuasa Khusus u~tu~ menjalankan hak ~an kewaji~·an perpajakan, Surat Paksa dapat ~· · d1bentahukan kepada penenma kuasa d1maksud.

    /

  • 9

    (7) Apabila pemberitahuan Surat Paksa sebagaim-ana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak dapat dilaksanai

  • . ''

    10

    Pas-a! 18

    ( 1) Penyitaan dilaksanakan terhadap bararTg milik Wajib Pajak a tau Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan uang tertentu yang dapat berupa : a. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai , dan deposito

    berjangka, tabungan, saldo rekening, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu , obligasi saham, atau sural berharga laiMya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain ;

    b. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi tertentu.

    (2) Penyitaan terhadap Wajib Pajak atau Penan~gung Pajak 8adan dapat dilaksanakan terhadap barang milik Perus:ahaan, Pengurus, Kepala Perwakilan, Kepala Cabang , Penarrggung Jawab, PBmilik Modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, ditemp·crt tinggal mereka maupun ditempat lain.

    (3) Penyitaan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai bararTg yang disita diperkirakan cukup oleh Juru Sita Pajak untuk melunasi hutang pajak dan biaya penagihan pajak.

    (4) Pengajuan kebera'tan tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan.

    Pasal 19

    Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila : a. nilai barang yang disita nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan

    pajak dan hutang pajak ;

    b. hasil lelang barang yang telah disita tid ak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan hutang oajak.

    Pasal 20

    ( 1) Apabila hutang pajak dan/atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang Negara berdasarkan ketentuan yang berlaku .

    Pas-a! 2'1

    ( 1) Lelang tetap dapat dilaks.anakan walaupun k-eberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum memperoleh keputusan keberatan.

    (2) Lelan·g tetap dapat dilaksanakan tarlpa dihadiri Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak.

    (3) Lelang tidak dilaksarrakan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan, atau berdasarkan putusan pengadilan , atau putusan pengadilan pajak, 2tau objek lelang musnah.

    ( 1)

    (2)

    Pasal 22

    Daerah mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang·barang milik Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.

    Ketentuan hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputp-i pokok pajak, sanksi administrasi berupa kenaikan, bunga, bunga dan/atau .. denda, dan biaya penagihan pajak.

  • . ' ' . ..

    + . :./ -

    11

    (3) Hak mendahulu untl.Jk tagihan pajak me~bihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali :

    a. biaya perkara yang semata-mata diS'S:babkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang b'ergerak dan atau barang tidak bergerak;

    b. biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan barang· dimaksud ; c. biaya perkara , yang semata-mat"a disebabkan pelelangan; d. hak lain yang ditetapkan oleh Walikota.

    (4) Hak mendahulu itu hilang setelah melampau i waktu 2 tahun sejak tang-gal diterbitkan SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, dan surat keputusan Pembetulan, Surat Ke,putusan Keberatan , Putusan Banding, yang menyebabkan juml~h pa~k yang harus, dibayar bertambah, kecuali apabila dalam jangka waktu 2 t"ahun tersebut, Surat. Paksa untuk rrfembayar itu diberitahukan secara resmi, atau diberikan penundaan pembayaran .

    (5) Dalam hal Surat Paksa untuk membayar dfberitahukan secara resmi , jangka waktu 2 tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) , dih itung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa, atau dalam hal diberikan penundaan pembayaran, jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut ditambah dengan jangka waktu penundaan pembayaran.

    Bagian Keempat

    Keberatan dan Banding

    Pasal 23

    (1) Wajib Pajak d·apai mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati a tau Pejabat yang ditunjuk atas suatu : a. SKPDKB;

    b. SKPDKBT;

    c. SKPDLB;

    d. SKPDN /STPD;

    (2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, atau tanggal pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan alasan yang jelas, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keada an diluar kekuasaannya.

    (3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam waktl.J paling lama 12 (dua belas) bu lan sejak tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.

    (4) Apabila sudah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan permohonan keberatan dianggap dikabulkan.

    (5) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit 50% (lima puluh p-ersen) dari jumlah yang telah ditetapkan.

    Pasal24

    (1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak dalam jangka wakt"u 3 (tiga) bu lan setelah diterimanya keputusan keberatan.

    (2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), tidak menunda ~- £_ kewajiban membayar pajak. /(-,

  • . ..

    ..

    12

    Pasal 25

    Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaks-u-d dalam Pasal 23 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dil

  • 13

    (4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam- jangka waktu pa ling lama 12 bulan · sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana

    dimaksud pad a ayat (1 ), harus memberikan keputusan dan rnenetbitkan SKPDLB dalam jangka waktu paling lama 1 bu lan.

    (5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana d·imaksud pada ayat (4) Ielah dilampaui dan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu kepu tusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan, dan SKPDKB harus diterbitkan d.alam jangka waktu paling lama 1 bulan . \ .

    (6) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pc,:~fak yang sama atau utang pajak Oaerah lainnya, kelebihan pembayaran pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak ters-ebi~t .

    (7) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak.'dllakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLS dengan menerbitkan Sural Perinlah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

    (8) Apabila pengembalian kelebihan pembaYRran pajak dilakukan selelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak citerbitkannya ·SKPDLB, Bupali alau Pejabal yang dilunjuk memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan alas keterlambatan pembayaran ~elebihan pajak.

    Pasal 28

    Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhittrngkan dengan hutang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayal (6), pembayaran dilakukan dengan cara pemind ahbukuan yang juga berlaku sebagai bukti pembayaran .

    BAB Vll

    KEDALUARSA PENAGIHAN

    Pasa129

    (1) Hak urrtuk melakukan penagihan pajak, kadaluwarsa setelah melamp·aui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak s-aat Terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang Perpajakan Oaerah .

    (2) Kada luarsa Penag ihan Pajak sebagaimana di maksud pada ayat (1 ) tertangguhk·an apabila :

    a. diterbitkan Sura! Teguran dan Sura! Paksa, alau ; b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun lidak

    langsung .

    BA8 VIII

    PEMBUKUAN DAN PEMERII

  • .... 14

    b. memberikan kesempatan ur.tuk memas-u ki tempat atau mangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

    c. memberikan keterangan yang diperlukan .

    (3) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta keterangan yang diminta, . Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kevrajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ).

    Pa'S·al 31

    (1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dalam bentuk: a. pemeriksa

  • ' . . 15

    a. wajib pajak tidak memenuhi kewaj'iban seb'agaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2); atau

    b. wajib pajak memperlihatkan pemb'ukcran, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan.

    (2) Penyegelan sebagaimana dima~sud pad a ayat (1) dilakukan sesuai peraturan perundang·undangan yang berlaku.

    BAB IX

    KETENTUAN PENUTU'F>

    P·as.al 35

    Hal-hal yang belum cukup dalam Peraturan ini, sepanjang terkait teknis pelaksanaannya diatur lebih dengan Keputusan Bupati Jayawijaya.

    Pa-s·al 37

    Peratu ran Bupati ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

    Ag ar setiap orang mengetah·uinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Be rita Daerah Kabupaten Jayawijaya.

    ·· ~. ,. l