BPJS.doc

23
Pengantar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Selasa 31 Desember 2013. Dalam sambutannya SBY menegaskan tidak ingin mendengar ada rumah sakit yang menolak pasien, karena alasan biaya. "Karena, BPJS Kesehatan adalah untuk memberikan perlindungan bagi rakyat miskin. Sekali lagi saya tekankan, rakyat miskin gratis berobat dan dijamin oleh BPJS," katanya. Peluncuran JKN didukung oleh peresmian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang berfungsi sebagai operator di lapangan. Program jaminan sosial ini merupakan amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Upaya ini sejalan dengan TAP MPR No X/MPR/2001 yaitu membentuk jaminan sosial nasional dalam rangka pemberian perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu. Siapa Saja Peserta Jaminan Kesehatan Nasional ? Sesuai ketentuan UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 24 : Wajib bagi seluruh penduduk Indonesia dan orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Lebih lanjut dalam pasal 6, Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk Indonesia. Diharapkan paling lambat tanggal 1 Januari 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan ini. Bagaimana dengan Karyawan Swasta / Buruh Pabrik? Selama ini banyak pekerja pabrik yang sudah menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) dari Jamsostek.

Transcript of BPJS.doc

Page 1: BPJS.doc

Pengantar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Selasa 31 Desember 2013. Dalam sambutannya SBY menegaskan tidak ingin mendengar ada rumah sakit yang menolak pasien, karena alasan biaya. "Karena, BPJS Kesehatan adalah untuk memberikan perlindungan bagi rakyat miskin. Sekali lagi saya tekankan, rakyat miskin gratis berobat dan dijamin oleh BPJS," katanya.Peluncuran JKN didukung oleh peresmian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang berfungsi sebagai operator di lapangan. Program jaminan sosial ini merupakan amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Upaya ini sejalan dengan TAP MPR No X/MPR/2001 yaitu membentuk jaminan sosial nasional dalam rangka pemberian perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu. 

Siapa Saja Peserta Jaminan Kesehatan Nasional ?Sesuai ketentuan UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 24 : Wajib bagi seluruh penduduk Indonesia dan orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Lebih lanjut dalam pasal 6, Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk Indonesia. Diharapkan paling lambat tanggal 1 Januari 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan ini.

Bagaimana dengan Karyawan Swasta / Buruh Pabrik?Selama ini banyak pekerja pabrik yang sudah menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) dari Jamsostek. Bagaimana mekanisme perubahan kepesertaan dari JPK Jamsostek ke BPJS Kesehatan sampai saat ini masih belum jelas. Banyak sekali karyawan swasta yang masih bingung. Sosialisasi dari pemerintah juga sangat minim. Apalagi selama ini masih banyak buruh pabrik yang belum menjadi peserta JPK Jamsostek. Bagaimana dengan nasib mereka?Untuk sedikit mengurangi kebingungan teman-teman pekerja, berikut saya share beberapa ketentuan mengenai BPJS Kesehatan semoga bias memberikan gambaran tentang BPJS Kesehatan khususnya bagi karyawan swasta.

Page 2: BPJS.doc

Peserta BPJS Kesehatan Secara garis besar peserta Jaminan Kesehatan ada 2 macam yaitu :a. PBI Jaminan Kesehatan; danb. bukan PBI Jaminan Kesehatan.

PBI adalah singkatan dari Penerima Bantuan Iuran. Jadi yang dimaksud peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud huruf a diatas adalah peserta Jaminan Kesehatan yang Iurannya ditanggung oleh Negara. Peserta PBI Jaminan Kesehatan ini meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan, sebagaimana dimaksud huruf b diatas terdiri atas:1). Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya;2). Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya; dan3). bukan Pekerja dan anggota keluarganya.1) Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 1) terdiri atas:a. Pegawai Negeri Sipil;b. Anggota TNI;c. Anggota Polri;d. Pejabat Negara;e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;f. pegawai swasta; dan

Page 3: BPJS.doc

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.2) Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 2) terdiri atas:a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; danb. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.3) Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 2) terdiri atas:a. investor;b. Pemberi Kerja;c. penerima pensiun;d. Veteran;e. Perintis Kemerdekaan; danf. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran.

Berapa besarnya Iuran BPJS Kesehatan untuk Karyawan Swasta?Karyawan swasta termasuk peserta Non PBI yaitu Pekerja Penerima Upah. Besarnya Iuran untuk Pekerja Penerima Upah sudah diatur dalam Pasal 16C Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 yang merupakan perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Besarnya Iurannya adalah sbb :Pasal 16C

(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah selain Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) yang dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan: a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; danb. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

(2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan:a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; danb. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

(3) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibayarkan secara langsung oleh Pemberi Kerja kepada BPJS Kesehatan.

Page 4: BPJS.doc

Keterangan : Upah Perbulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran bagi pekerja

swasta yaitu Upah Pokok + Tunjangan tetap ( Pasal 16E ayat (3). Tunjangan Tetap sebagaimana dimaksud pada Pasal 16E ayat (3)

merupakan tunjangan yang dibayarkan kepada Pekerja tanpa memperhitungkan kehadiran Pekerja.

Bagaimana Cara Pendaftarannya ?Menurut Direktur Kepesertaan PT Askes Sri Endang Tridarwati : Bagi karyawan swasta, Anda bisa mendaftar melalui perusahaan tempat Anda bekerja. Kemudian perusahaan mendaftarkan ke kantor Askes yang sekarang sudah berganti nama jadi BPJS Kesehatan. Bisa melalui kantor cabang yang ada di provinsi, kabupaten, maupun kota. 

Perusahaan kemudian membayar iuran sebesar yang sudah ditentukan pemerintah ke bank yang ditunjuk BPJS Kesehatan, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Setelah konfirmasi pembayaran, perusahaan akan mendapatkan kartu BPJS Kesehatan untuk karyawannya.

Sedangkan bagi pekerja bukan penerima upah, seperti wiraswasta, investor, petani, nelayan, pedagang keliling, dan lainnya, pendaftaran bisa dilakukan dengan langsung mendatangi kantor BPJS Kesehatan. Kemudian mengisi formulir dan menunjukkan salah satu kartu identitas, seperti KTP, SIM, KK, atau paspor.

Page 5: BPJS.doc

Nah mudah bukan? Bagi Anda yang selama ini sudah mengikuti program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK-Jamsostek), tunggu informasi lebih lanjut dari HRD tempat Anda bekerja. Yang jelas sesuai dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang BPJS setiap warga Negara Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Jadi untuk karyawan swasta dengan keluarganya.- See more at: http://kartonmedia.blogspot.co.id/2014/01/inilah-besarnya-iuran-bpjs-kesehatan_5.html#sthash.3j2zpVuK.dpuf

Page 6: BPJS.doc

Seluruh penduduk Indonesia wajib mengikuti program JKN.  Mereka wajib mendaftarkan diri dan membayar iuran berkala seumur hidup kepada BPJS Kesehatan. 

Berawal dari perbedaan kemampuan membayar iuran, penduduk negeri ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk yang mampu membayar iuran dan penduduk fakir miskin.  Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (PerPres JK) menamai kedua golongan tersebut masing-masing sebagai Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBIJK) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Bukan PBIJK). 

PBIJK dibebaskan dari kewajiban membayar iuran JKN.  Pemerintah mengambil alih tanggung jawab itu dan membayarkan iuran JKN dari dana APBN kepada BPJS Kesehatan.  Sebaliknya, penduduk tergolong Bukan PBIJK wajib menanggung iuran JKN dan membayarkannya secara mandiri kepada BPJS Kesehatan.

Selanjutnya, Perpres JK membagi penduduk ‘Bukan PBI’ menjadi tiga golongan.  Kali ini penggolongan berdasarkan karakteristik pekerjaan.  Bukan PBIJK terdiri dari ‘Pekerja Penerima Upah’, ‘Pekerja Bukan Penerima Upah’, dan ‘Bukan Pekerja’.

Alhasil, Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terbagi atas empat golongan. 

PBIJK terdiri dari penduduk yang terdaftar dalam Data Terpadu Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.  PP No. 101 Tahun 2012 menetapkan bahwa Data Terpadu ini ditetapkan enam bulan sekali dalam tahun anggaran berjalan oleh Menteri Sosial.

Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.  Penduduk yang tergolong kelompok ini adalah Pegawai Negeri Sipil, Prajurit TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, dan Pekerja lainnya yang menerima upah.

Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.  Penduduk yang tergolong kelompok ini adalah ‘Pekerja Di Luar Hubungan Kerja’ atau ‘Pekerja Mandiri’, dan Pekerja lainnya yang tidak menerima upah.

Bukan Pekerja tidak didefinisikan dalam PerPres JK.  Hanya daftar istilah yang ditetapkan.  Penduduk yang tergolong Bukan Pekerja adalah Investor, Pemberi Kerja, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan penduduk lainnya yang tidak bekerja dan mampu membayar iuran. 

Page 7: BPJS.doc

Penerima Pensiun tidak terbatas pada pekerja yang memperoleh dana pensiun, melainkan janda, duda, anak yatim piatu yang menerima pensiun.  Semua penerima pensiun wajib mendaftar dan membayar iuran JKN.

MENGAPA DIGOLONGKAN?

Manfaat JKN sama bagi semua penduduk, mengapa penduduk Indonesia dipecah menjadi empat golongan?

Klasifikasi peserta JKN semata-mata untuk memudahkan penghitungan besaran iuran dan pengumpulan iuran. Peserta JKN dipilah ke dalam kelompok yang homogen. Penduduk yang cara mendapatkan penghasilannya sama bergabung ke dalam satu golongan yang sejenis.  Setiap golongan penduduk berkarakter unik. 

Pekerja Penerima Upah menerima pendapatan tetap setiap bulan.  Iuran JKN dihitung proporsional terhadap pendapatan.  Iuran ditanggung bersama oleh Pekerja dan Pemberi Kerja yang biasa kita kenal sebagai pengusaha atau majikan.  Pemerintah juga berperan sebagai majikan bagi PNS, Prajurit TNI, Anggota POLRI.  Pemberi Kerja wajib memotong iuran dari penghasilan bulanan Pekerja lalu menambahkan bagian iuran yang menjadi tanggung jawab Pekerja untuk disetorkan setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.

Pekerja Bukan Penerima Upah memperoleh pendapatan berbeda dari hari ke hari.  Penghasilannya tergantung omset penjualan, hasil panen, atau banyaknya jasa, bahkan dipengaruhi pula oleh perubahan musim, cuaca, atau permintaan pasar.  Iuran JKN ditetapkan nominal yang dihitung dengan formula khusus yang mencerminkan kemampuan membayar.  Pekerja golongan ini wajib membayar sendiri atau secara berkelompok kepada BPJS Kesehatan.

Bukan Pekerja memperoleh pendapatan tanpa harus bekerja.  Investor memodali usaha dan memperoleh imbal hasil dari mitra usahanya. Penerima pensiun menerima penghasilan berkala dari hasil tabungan semasa produktif bekerja.  Ahli waris menerima santunan berkala dari dana pensiun suami/istri/orang tua.  Investor membayar iuran secara mandiri.  Penyelenggara program pensiun memotong sejumlah dana pensiun untuk iuran JKN dan disetorkan kepada BPJS Kesehatan.  Belum jelas metoda penghitungan besaran iuran bagi kelompok ini.

Pemerintah membayarkan sejumlah dana yang besarannya ditetapkan nominal per kepala untuk mensubsidi PBIJK.  Menteri Kesehatan mendaftarkan PBIJK kepada BPJS Kesehatan dan membayarkan iurannya sesuai tatacara penggunaan anggaran Negara.

Setelah penduduk dipilah ke dalam empat golongan, selanjutnya BPJS Kesehatan mengembangkan strategi pengumpulan iuran untuk masing-masing golongan peserta.  Strategi menuju cakupan semesta Jaminan Kesehatan Nasional.

Page 8: BPJS.doc

Program JKN

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan (Frequently Asked Questions/FAQ) terkait dengan Program JKN.

1. Apa Latar Belakang dan Tujuan JKN?Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta, serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran

Page 9: BPJS.doc

JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

2. Bagaimana Prinsip Pelaksanaan Program JKN?Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan Nasional dikelola dengan prinsip :

1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang miskin

2. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan mencari untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.

3. Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangan

4. Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta JKN

5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya demi kepentingan peserta.

7. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan peserta. 

3. Siapa saja yang menjadi peserta JKN?Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di atas, maka kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI).

Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa:

Page 10: BPJS.doc

1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik (BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data terpadu.

3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan

4. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang  memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk mengusulkan peserta pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta yang diganti. Adapun peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah meninggal, merupakan PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak diketahui keberadaannya, atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT.

Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)

Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari :

1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah

2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya

Page 11: BPJS.doc

3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah

4. Bagaimana dengan bayi baru lahir dari keluarga Peserta PBI JKN?Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, disebutkan pada pasal 11 ayat 1b bahwa ‘penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu’. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa ‘Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri.

Sementara itu, Menteri Kesehatan melalui Surat Edaran Nomor HK/Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasiitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2014 menjelaskan tentang Penjaminan terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan ketentuan:

1. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh fasilitas kesehatan untuk kepentingan rekonsiliasi data PBI

2. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja penerima upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan

3. Bayi baru lahir dari:

1)     Peserta pekerja bukan penerima upah;

2)     Peserta bukan pekerja; dan

3)     Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah, dijamin hingga hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya dan harus segera didaftarkan sebagai peserta.

1. Apabila bayi sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak didaftarkan hingga hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya, mulai hari ke-8 (delapan) bayi tersebut tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.

5. Apakah Kartu Peserta Jamkesmas 2013 masih berlaku?

Page 12: BPJS.doc

Ya. Kartu peserta Jamkesmas tahun 2013 masih berlaku saat berobat ke fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

6. Bagaimana Status Peserta Jamkesmas Lama yang tidak masuk ke dalam Daftar Peserta PBI JKN?Bagi peserta yang dahulu menjadi peserta Jamkesmas lama (sebelum tahun 2013) dan tidak lagi menjadi peserta PBI JKN dapat mendaftarkan diri dan keluarganya menjadi peserta JKN non PBI melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (dahulu PT Askes Persero) di kantor cabang terdekat atau secara online (http://bpjs-kesehatan.go.id/statis-17-pendaftaranpeserta.html). Apabila peserta tersebut masuk ke dalam kategori Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja, maka ada 3 (tiga) jenis iuran yang bisa dipilih disesuaikan dengan kemampuan keuangan keluarga.

Selain mendaftarkan diri sendiri dan keluarganya secara mandiri, dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 6A disebutkan bahwa ‘Penduduk yang belum termasuk sebagai Peserta Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota’. Pada pasal 16 lebih lanjut dijelaskan bahwa iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah. Sedangkan iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah.

7. Berapa Iuran yang harus dibayar dalam Program JKN?Sesuai dengan Perpres Nomor 111 Tahun 2013, terdapat besaran iuran per bulan tertentu yang harus dibayar sesuai dengan jenis kepesertaan masing-masing dalam JKN sebagai berikut:

Page 13: BPJS.doc

 

 

8. Apa saja Manfaat yang diperoleh Peserta JKN?Pelayanan yang dijamin bagi peserta adalah komprehensif sesuai kebutuhan medis yang meliputi:

ü  Pelayanan Kesehatan Tingkat I/Dasar, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:  

1. Administrasi pelayanan2. Pelayanan promotif dan preventif3. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi medis4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis7. Pemeriksaan penunjang diagnostik lab Tk. I8. Rawat Inap Tk. I sesuai dengan Indikasi Medis

ü  Pelayanan Kesehatan Tingkat II/Lanjutan, terdiri dari:

1. Rawat jalan, meliputi:1. Administrasi pelayanan2. Pemeriksaan, pengobatan & konsultasi spesialistik3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai5. Pelayanan alat kesehatan implant6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi

medis7. Rehabilitasi medis

Page 14: BPJS.doc

8. Pelayanan darah9. Pelayanan kedokteran forensik10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

1. Rawat Inap yang meliputi:1. Perawatan inap non intensif2. Perawatan inap di ruang intensif3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

Adapun Pelayanan yang TIDAK dijamin meliputi:

1. Pelayanan yang tidak mengikuti PROSEDUR2. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan3. Pelayanan untuk tujuan kosmetik/estetika4. General check up, pengobatan alternatif5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi6. Pelayanan kesehatan pada saat bencana7. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk

menyiksa diri sendiri/bunur diri/narkoba

9. Bagaimana Prosedur Berobat Peserta JKN?Prosedur pelayanan pasien JKN adalah, peserta harus berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) baik itu Puskesmas, Klinik Swasta, Dokter Praktek, Klinik TNI/POLRI yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan sesuai dengan tempat peserta terdaftar. Apabila penyakit yang diderita tidak dapat diselesaikan di FKTP, maka pasien diberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yakni Rumah Sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar wilayah FKTP tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

Hanya pasien dalam kondisi Gawat Darurat yang dapat langsung dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan. 

10. Bagaimana cara dan persyaratan mendaftar menjadi peserta JKN?Calon peserta dapat mendaftarkan diri dan keluarganya melalui beberapa cara, yakni:

Page 15: BPJS.doc

1. Melalui Kantor BPJS Kesehatan2. Melalui web

www.bpjs-kesehatan.go.id DIP elektronik

1. Melalui pihak ketiga -> channel Bank (Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI), PT POS, dll

Adapun berbagai dokumen yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pendaftaran adalah :

1. Kartu Tanda Penduduk (KTP)2. Kartu Keluarga (KK)3. Kartu NPWP4. Foto Ukuran 3x4

11. Apakah ada iur biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBI JKN?Pada prinsipnya tidak ada biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta PBI JKN sepanjang mengikuti prosedur dan obat – obatan yang diresepkan oleh dokter masuk ke dalam daftar Formularium Nasional

12. Apakah JKN menanggung biaya transportasi pengobatan?Dalam Peraturan Menteri Kesehatan N. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional pasal 29 dijelaskan mengenai Pelayanan Ambulan. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu untuk menjaga kestabilan kondisi pasien dan hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian pelayanan ambulan dapat dilihat lebih lengkap pada Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

13. Bagaimana pelayanan untuk peserta di wilayah yang tidak tersedia fasilitas kesehatan?Dalam buku Manual Pelaksanaan BPJS Kesehatan yang dimaksud dengan daerah tidak tersedia Faskes memenuhi syarat adalah sebuah kecamatan yang tidak

Page 16: BPJS.doc

terdapat Puskesmas, Dokter, Bidan atau Perawat. Penentuan daerah tersebut ditetapkan oleh dinas kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

Apabila peserta tinggal di daerah tersebut, maka BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi. Kompensasi untuk daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat diberikan dalam bentuk:

1. Penggantian uang tunai dengan mengikuti prosedur pengajuan klaim perorangan

2. Pengiriman tenaga kesehatan. Kompensasi pengiriman tenaga kesehatan bekerjasama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan

3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

13.Apakah Pemerintah Daerah tetap diperbolehkan mengelola Jamkesda?Masih diperbolehkan. Peningkatan kepesertaan JKN salah satunya adalah dengan pengembangan kepesertaan integrasi Jamkesda ke dalam JKN. Dalam Peta Jalan Menuju Kepesertaan Semesta (Universal Health Coverage), mulai tahun 2015 kegiatan BPJS Kesehatan akan dititikberatkan pada integrasi kepesertaan Jamkesda/PJKMU dan asuransi kesehatan komersial ke BPJS Kesehatan.

14. Apakah ada nomor kontak untuk bertanya atau mengadukan keluhan?Segala pertanyaan dan keluhan dapat melalui kontak berikut ini :

1. Halo Kemkes di nomor telepon 500 5672. Halo BPJS di nomor telepon 500 400

Informasi mengenai JKN dapat pula diketahui secara lebih lengkap di:

1. http://www.jkn.kemkes.go.id 2. http://bpjs-kesehatan.go.id

Sebagian isi FAQ diambil dari buku pegangan sosialisasi yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014, website BPJS Kesehatan, Manual Pelaksanaan JKN-BPJS Kesehatan dan sumber rujukan lainnya.