Botulisme
Click here to load reader
-
Upload
lulu-nurlaila -
Category
Documents
-
view
158 -
download
0
Transcript of Botulisme
Botulisme
1. Identifikasi.
Ada 3 bentuk botulisme, yaitu yang di tularkankan
melalui makanan (bentuk klasik) dan yang ditularkan
melalui, luka dan saluran pencernaan (bayi dan dewasa).
Tempat produksi toksin berbeda untuk tiap bentuk, tetapi
semua bentuk memberikan gejala lumpuh layuh yang
diakibatkan oleh racun saraf botulinum. Botulisme saluran
pencernaan diusulkan sebagai identitas penyakit baru dari
apa yang sebelumnya disebut Botulisme bayi. Nama baru
secara resmi diterima pada pertengahan tahun 1999, dan
akan digunakan secara umum di bab ini sebagai pengganti
istilah botulisme bayi.
Foodborne botulism adalah keracunan berat yang
diakibatkan karena menelan racun yang terbentuk di dalam
makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini ditandai dengan
gangguan nervus cranialis bilateral akut dan melemahnya
anggota tubuh disertai kelumpuhan. Gangguan visual (kabur
dan dobel), disfagia dan mulut kering sering merupakan
keluhan pertama. Gejala-gejala ini bisa meluas berupa layuh
simetris pada orang yang waspada akan gejala-gejala ini.
Muntah dan konstipasi atau diare mungkin muncul pada
awalnya. Demam tidak terjadi bila tidak ada komplikasi
Infeksi lain. CFR di AS 5 – 10 %. Pemulihan bisa berlangsung
beberapa bulan.
Untuk jenis Botulisme luka, gambaran klinis yang
sama terlihat pada saat organisme penyebab
mengkontaminasi luka dalam kondisi anaerob. Sedangkan
botulisme saluran pencernaan (bayi) adalah bentuk
botulisme yang paling sering terjadi di AS; ini muncul akibat
menelan spora Clostridium botulinum kemudian tumbuh
berkembang dan memproduksi racun pada usus besar.
Botulisme saluran pencernaan ini secara spesifik menyerang
bayi dibawah 1 tahun, tetapi dapat juga menyerang orang
dewasa yang mempunyai kelainan anatomi saluran
pencernaan serta terjadinya perubahan flora usus. Gejala
klinis khas dimulai dengan konstipasi, diikuti dengan letargi,
tidak nafsu makan, listlessness, ptosis, susah menelan,
kehilangan kontrol gerakan kepala, hipotonia dan menjurus
kepada keadaan lemah secara menyeluruh (floppy baby) dan
pada beberapa kasus, terjadi kesulitan bernapas sampai
gagal nafas. Botulisme pada bayi mempunyai spektrum klinis
luas, mulai dari sakit ringan dengan onset bertahap hingga
kematian mendadak; beberapa penelitian menemukan
bahwa penyakit ini merupakan penyebab terjadinya 5%
sindroma kematian mendadak (Sudden Infant Death
Syndrome/SIDS). CFR dari penderita yang dirawat di rumah
sakit di AS kurang dari 1 %; sudah barang tentu penderita
tanpa akses ke Rumah Sakit dengan Unit Perawatan Intensif
Anak akan terjadi lebih banyak kematian.
Diagnosa dari botulisme yang ditularkan melalui makanan
ditegakkan dengan menemukan racun botulinum dalam
serum, tinja, cairan lambung atau makanan yang tercemar;
atau dari kultur C. botulinum cairan lambung atau tinja
penderita. Menemukan organisme dari makanan yang di
curigai cukup membantu, tetapi biasanya tidak punya nilai
diagnostik karena spora ada dimana-mana, menemukan
racun botulinum pada makanan yang terkontaminasi lebih
bermanfaat. Diagnosa bisa dipastikan apabila orang dengan
gejala klinis disertai dengan riwayat mengkonsumsi
makanan yang tercemar dan didukung dengan bukti hasil
pemeriksaan laboratorium. Botulisme luka didiagnosa
dengan ditemukannya racun pada serum atau hasil kultur
luka yang positif. Elektromiografi dengan rangsangan
pengulangan cepat dapat digunakan untuk mendukung
pencegahan diagnosa klinis untuk semua bentuk botulisme.
Diagnosa dari botulisme saluran pencernaan dapat di
tegakkan dengan menemukan organisme C. botulism dan
atau racun pada tinja penderita atau pada spesimenotopsi.
Racun jarang terdeteksi pada sera penderita.
2. Penyebab penyakit.
Botulisme yang ditularkan melalui makanan disebabkan oleh
racun yang diproduksi oleh Clostridium botulinum, spora
membentuk basil anaerob. Beberapa nanogram dari racun
dapat menyebabkan sakit. Kebanyakan KLB pada manusia
terjadi karena tipe A, B, E dan jarang karena tipe F. Tipe G
pernah diisolasi dari tanah dan dari specimen otopsi, tetapi
perannya sebagai penyebab botulisme belum jelas. KLB tipe
E biasanya berhubungan dengan konsumsi ikan, ikan laut
dan daging mamalia laut.
Racun diproduksi karena proses pengalengan yang tidak
tepat, makanan basa, makanan yang dipasturisasi dan
makanan yang diolah sembarangan dan disimpan tanpa
menggunakan pendingin, terutama dengan pengepakan
kedap udara. Racun dihancurkan dengan cara direbus, untuk
menonaktifkan spora dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
Racun tipe E dapat diproduksi pada suhu serendah 3oC
(37,4oF), suhu yang lebih rendah dari suhu lemari es.
Banyak kasus botulisme anak disebabkan karena tipe A atau
B. Beberapa kasus (racun tipe E dan F) dilaporkan berasal
dari spesies clostridium neurotoksigenik, seperti C.
butyricum dan C. baratii.
3. Distribusi penyakit :
Tersebar di seluruh dunia, secara sporadis. KLB yang terjadi
didalam keluarga dan masyarakat terutama terjadi karena
produk makanan dibuat dengan cara-cara yang tidak
menghancurkan spora dan memberi peluang terbentuknya
racun. Botulisme jarang diakibatkan oleh produk komersial;
KLB terjadi karena kontaminasi melalui kaleng yang rusak
selama proses pengalengan. Kasus botulisme saluran
pencernaan dilaporkan dari 5 benua; Asia, Australia, Eropa
dan Amerika Selatan dan Utara. Insidens yang pasti dan
penyebaran dari botulisme saluran pencernaan tidak
diketahui karena kesadaran para dokter yang masih rendah
dan fasilitas laboratorium untuk diagnostik sangat terbatas,
seperti yang dilaporkan dalam review, kasus botulisme
saluran pencernaan yang terjadi di California antara tahun
1976, dan awal tahun 1999. Dari 1700 total kasus secara
global, 1400 kasus terjadi di AS dengan hampir separuhnya
terjadi di California. Di seluruh dunia sekitar 150 kasus
dilaporkan dari di Argentina; kurang dari 20 kasus di
Australia dan Jepang; kurang dari 15 kasus di Kanada; dan
sekitar 30 kasus di Eropa (kebanyakan di Italia dan Inggris)
serta beberapa kasus tersebar di Chili, Cina, Israel dan
Yaman.
4. Reservoir
Spora tersebar di atas tanah di seluruh dunia, kadang-
kadang ditemukan pada produk pertanian termasuk madu.
Spora juga ditemukan pada lapisan sedimen di dasar laut
dan di saluran pencernaan binatang, termasuk ikan.
5. Cara penularan
Mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin botulinum
akan mengakibatkan Botulisme terutama karena makanan
tersebut tidak dimasak dengan suhu yang cukup tinggi
selama pengawetan atau tidak dimasak sebelum dikonsumsi.
Di AS keracunan kebanyakan terjadi karena mengkonsumsi
sayur dan buah-buahan yang dikalengkan dirumah; daging
jarang sebagai perantara penyakit ini. Beberapa KLB yang
baru-baru ini terjadi setelah mengkonsumsi ikan yang tidak
dibersihkan ususnya. Kasus botulisme juga pernah
dilaporkan terjadi sehabis makan kentang panggang dan
potpies yang tidak ditangani dengan baik. KLB yang terjadi
baru-baru ini dilaporkan sehabis memakan bawang merah,
dua lainnya adalah sehabis mengkonsumsi acar dan bawang
putih dalam minyak. Beberapa KLB bersumber dari restoran.
Sayuran lain seperti tomat, yang sebelumnya di anggap
terlalu asam untuk berkembang biaknya C. botulinum,
ternyata dapat menjadi ancaman sebagai sumber keracunan
makanan yang dikalengkan di rumah.
Di Kanada dan Alaska, KLB terjadi karena mengkonsumsi
daging anjing laut, salmon asap dan telur salmon yang
difermentasi. Di Eropa sebagian besar kasus terjadi karena
makan sosis dan daging panggang atau daging olahan; di
Jepang, karena ikan laut.
Perbedaan ini disebabkan sebagian karena perbedaan dalam
penggunaan natrium nitrit untuk mengawetkan daging di AS.
Kasus Botulisme luka kadang kala terjadi sebagai akibat dari
kontaminasi luka dengan tanah ketika merawat patah tulang
terbuka. Botulisme luka dilaporkan terjadi diantara para
pecandu Napza (terutama abses kulit akibat injeksi subkutan
dari pecandu heroin dan juga dari sinusitis para penghisap
kokain).
Botulisme saluran pencernaan terjadi karena seseorang
menelan spora botulinum yang kemudian tumbuh
berkembang di usus besar, bukan karena menelan racun
yang telah terbentuk. Sumber spora bagi anak-anak berasal
dari berbagai sumber termasuk makanan dan debu. Madu,
yang diberikan pada bayi, dapat mengandung spora C.
botulinum.
6. Masa inkubasi.
Gejala neurologis dari botulisme yang ditularkan oleh
makanan biasanya muncul dalam 12 – 36 jam, kadang-
kadang beberapa hari, sesudah mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi. Pada umumnya, semakin pendek masa
inkubasi, semakin berat penyakitnya dan semakin tinggi
CFR-nya. Masa inkubasi dari botulisme saluran pencernaan
pada bayi tidak diketahui, karena kapan saat bayi menelan
makanan yang terkontaminasi tidak diketahui.
7. Masa penularan.
Walaupun Racun C. botulisnum dan bakterinya dikeluarkan
bersama tinja pada kadar yang tinggi (ca. 106 organisme/g)
oleh pasien botulisme saluran pencernaan selama beberapa
minggu hingga berbulan-bulan sesudah onset penyakit,
namun tidak ada bukti terjadi penularan dari orang ke orang.
Pasien Botulisme yang ditularkan melalui makanan biasanya
mengeluarkan racun dan bakteri dalam jangka waktu yang
lebih pendek.
8. Kekebalan dan kerentanan.
Semua orang rentan. Hampir semua pasien dengan
botulisme pencernaan yang di rawat dirumah sakit berusia
antara 2 minggu dan 1 tahun; 94 % berusia kurang dari 6
bulan, dan median umur penderita adalah 13 minggu. Kasus
botulisme saluran pencernaan terjadi di semua ras dan
kelompok etnik. Orang dewasa yang mempunyai gangguan
buang air besar yang mengarah pada gangguan flora usus
(atau flora usus yang secara tidak sengaja terganggu karena
pengobatan antibiotik untuk tujuan lain) bisa rentan
mengidap botulisme saluran pencernaan.
9. Cara pemberantasan.
A.Tindakan pencegahan
1). Lakukan pengawasan yang ketat terhadap proses
pengolahan makanan dalam kaleng serta makanan
yang diawetkan lainnya.
2). Beri penyuluhan kepada mereka yang bekerja pada
proses pengolahan makanan, baik pengolahan
makanan kaleng rumah tangga maupun kepada mereka
yang bekerja pada proses pengawetan makanan. Materi
penyuluhan adalah tentang teknik pengolahan
makanan yang benar terutama berkaitan dengan
masalah waktu, tekanan dan suhu yang tepat untuk
menghancurkan spora.
Begitu pula materi penyuluhan berisi pengetahuan
tentang teknik penyimpanan makanan yang belum
diolah secara sempurna didalam lemari es dan cara-
cara memasak dan mengaduk dengan benar sayur-
sayuran yang akan dikalengkan sebagai industri rumah
tangga. Diperlukan waktu paling sedikit selama 10
menit untuk menghancurkan toksin botulinum.
3). C. botulinum kadang-kadang bisa atau tidak bisa
menyebabkan tutup kaleng menggembung dan
menimbulkan bau. Bahan pencemar lain juga dapat
menyebabkan tutup kaleng atau botol menggembung.
Wadah yang menggembung sebaiknya tidak dibuka,
dan makanan yang berbau sebaiknya tidak dimakan
atau dicicipi. Makanan kaleng yang sudah
menggembung sebaiknya dikembalikan ke penjualnya
tanpa dibuka.
4). Walaupun spora C. botulinum dapat dijumpai dimana
saja, makanan yang diketahui tercemar seperti madu,
sebaiknya tidak diberikan kepada bayi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan
sekitar.
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat. Kasus
pasti dan yang dicurigai wajib dilaporkan di kebanyakan
negara dan negara bagian, Kelas 2A (lihat tentang
pelaporan penyakit menular); diperlukan laporan segera
melalui telepon.
2). Isolasi: tidak diperlukan, tetapi cucilah tangan
sesudah menangani popok yang tercemar.
3). Disinfeksi serentak: makanan yang tercemar
sebaiknya di detoksifikasi dengan cara merebusnya
sebelum dibuang; atau wadahnya dihancurkan dan di
kubur dalam-dalam di dalam tanah untuk mencegah
makanan tersebut dimakan oleh binatang. Barang-
barang yang terkontaminasi sebaiknya disterilisasi
dengan cara merebus atau dengan disinkfeksi klorin
untuk menonaktifkan racun yang tersisa. Lakukan
pembuangan tinja yang saniter dari penderita bayi.
Pembersihan terminal.
4). Karantina : tidak ada
5). Manajemen kontak : tidak dilakukan untuk kontak
langsung biasa. Terhadap mereka yang diketahui telah
mengkonsumsi makanan yang tercemar harus diberi
pencahar, dilakukan lavage lambung dan enema tinggi
dan di observasi dengan ketat. Keputusan untuk
memberikan pengobatan presumptive dengan
antitoksin polyvalent (equine AB atau ABE) bagi orang
yang terpajan namun tidak menunjukkan gejala harus
dipertimbangkan benar : harus diperhitungkan manfaat
pemberian antitoksin di awal kejadian (dalam waktu 1 –
2 hari sesudah mengkonsumsi makanan tercemar)
terhadap risiko efek samping yang berat karena peka
terhadap serum kuda.
6). Investigasi kontak dan sumber racun: selidiki
makanan apa yang dikonsumsi oleh penderita,
kumpulkan semua makanan yang dicurigai untuk
pemeriksaan laboratorium yang semestinya dan
kemudian dimusnahkan dengan cara yang benar. Cari
kasus-kasus tambahan untuk memastikan bahwa telah
terjadi KLB botulisme yang ditularkan oleh makanan.
7). Pengobatan spesifik: jika terjadi botulisme berikan
sesegera mungkin 1 vial antiracun botulinum polyvalent
(AB atau ABE) intravena. Anti racun ini tersedia di CDC,
Atlanta, dan dapat diminta melalui departemen
kesehatan negara bagian sebagai bagian dari
pengobatan rutin (nomor telpon darurat di CDC untuk
botulisme pada jam kerja adalah: 404-639-2206 dan
sesudah jam kerja atau hari libur : 404-2888). Serum
sebaiknya diambil untuk mengidentifikasi toksin spesifik
sebelum anti toksin di berikan, namun anti toksin
sebaiknya jangan ditunda pemberiannya karena
menunggu hasil tes. Yang terpenting dilakukan adalah
akses secepatnya ke ICU untuk antisipasi kemungkinan
terjadinya kegagalan pernapasan, yang dapat
menyebabkan kematian, sehingga perlu ditangani
dengan cepat dan tepat. Untuk botulisme luka, selain
anti toksin, luka sebaiknya di bersihkan (debridemen)
dan atau di lakukan drainase, diberikan antibiotik yang
tepat (misalnya penisilin).
Pada botulisme saluran pencernaan, perawatan supportive
yang cermat sangat penting. Anti toksin botulinum serum
kuda tidak digunakan karena dikhawatirkan terjadi
renjatan anafilaksis. Imunoglobulin untuk botulisme
(Botulinal Immune, BIG) saat ini tersedia hanya untuk
botulismus pada bayi yang telah disetujui oleh FDA
dengan label Protokol penelitian penggunaan obat baru
dari Depertemen Kesehatan California.
Informasi tentang BIG untuk pengobatan empiris terhadap
mereka yang dicurigai menderita botulisme saluran
pencernaan bayi bisa diperoleh dari Departemen
Kesehatan melalui Saluran 24 jam pada nomor 510-540-
2646. Pemberian Antibiotik tidak berpengaruh pada
perjalanan penyakit dan pemberian aminoglikosid justru
bisa membuat keadaan lebih buruk oleh karena adanya
blokade neuromuskuler. Dengan demikian antibiotik
sebaiknya digunakan hanya untuk infeksi sekunder.
Bantuan pernafasan mungkin diperlukan.
C.Penanggulangan wabah.
Bila terjadi kasus botulisme, sebaiknya segera diteliti
apakah telah terjadi KLB yang menimpa keluarga atau
orang-orang lain yang mengkonsumsi makanan yang
sama. Makanan yang diawetkan dan dikalengkan dalam
industri rumah tangga dan dicurigai tercemar sebaiknya
disingkirkan. Walaupun makanan dari restoran atau
makanan olahan komersial yang didistribusikan secara
luas, kadang-kadang terbukti sebagai sumber keracunan,
dan ini jauh lebih mengancam kesehatan masyarakat.
Bahkan beberapa KLB yang dilaporkan terjadi baru-baru
ini melibatkan jenis makanan yang tidak biasa, dan secara
teoritis jenis makanan tersebut tidak mungkin sebagai
sumber KLB. Pada saat produk makanan tertentu terbukti
tercemar melalui pemeriksaan laboratorium atau melalui
penyelidikan epidemiologis, maka produk makanan
tersebut harus ditarik segera dan lacak orang-orang yang
mengkonsumsi makanan yang sama dan makanan yang
tersisa dari produk yang sama. Sisa makanan dari produk
yang sama mungkin tercemar, dan jika ditemukan harus
dikirim untuk pemeriksaan laboratorium. Kumpulan sera
dan cairan lambung serta tinja dari pasien, atau bila perlu
dari orang yang terpajan tetapi tidak sakit dan dikirim
segera ke laboratorium yang telah di tunjuk sebelum
orang-orang ini diberi antitoksin.
D.Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan internasional :
Produk komersial biasanya di pasarkan secara luas, oleh
karena itu perlu ada upaya internasional untuk
menemukan dan menguji makanan yang tercemar. KLB
Common Source lintas batas negara pernah terjadi oleh
karena distribusi produk makanan yang tercemar sangat
luas.
F. Tindakan bioterorisme :
Toksin botulinum dapat dengan mudah digunakan oleh
teroris, walaupun ancaman terbesar adalah melalui udara,
ancaman yang lebih mudah adalah melalui makanan dan
minuman. Kejadian keracunan botulisme, walaupun hanya
satu kasus, bila tidak ditemukan sumber yang jelas, yaitu
makanan yang tidak ditangani dengan baik, sebaiknya
dicurigai kemungkinan adanya penggunaan racun
botulinum secara sengaja. Semua kasus seperti ini harus
segera dilaporkan kepada pihak yang berwajib sehingga
investigasi yang tepat dapat dilakukan secepatnya.