Booklet 2010

18
Kata Pengantar Budaya tradisional Indonesia adalah salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga kelestariannya dari ancaman kepunahan dan pengaruh buruk budaya luar. Oleh karena itu, kami sebagai generasi muda, khususnya generasi muda Bali mencoba untuk menjaga budaya Bali utamanya tari Bali untuk tetap lestari dengan mengadakan pembinaan di Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati ini. Pentas Massal 2010 yang kami adakan ini bertujuan sebagai ajang unjuk gigi siswi-siswi kami yang sudah dibina sekian lama. Program ini juga sebagai evaluasi hasil bina kami untuk kemajuan kedepannya. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran sangat kami terima untuk perkembangan Githa Saraswati kedepannya dalam melestarikan budaya Bali. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu kami sehingga program ini dapat berjalan sesuai rencana. Bandung, 20 Maret 2010 Panitia Pentas Massal 2010 Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati Sambutan Ketua Panitia Om Swastiastu Sesepuh Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati, orangtua siswi, Ketua Dewan Kuratur Yayasan Pusat Kebudayaan, para undangan, serta para hadirin yang kami hormati. Atas anugerah Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorong oleh semangat berkesenian yang tinggi, rasa pengabdian yang tulus, serta penuh rasa

description

ex

Transcript of Booklet 2010

Page 1: Booklet 2010

Kata Pengantar

Budaya tradisional Indonesia adalah salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga kelestariannya dari ancaman kepunahan dan pengaruh buruk budaya luar. Oleh karena itu, kami sebagai generasi muda, khususnya generasi muda Bali mencoba untuk menjaga budaya Bali utamanya tari Bali untuk tetap lestari dengan mengadakan pembinaan di Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati ini.

Pentas Massal 2010 yang kami adakan ini bertujuan sebagai ajang unjuk gigi siswi-siswi kami yang sudah dibina sekian lama. Program ini juga sebagai evaluasi hasil bina kami untuk kemajuan kedepannya.

Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran sangat kami terima untuk perkembangan Githa Saraswati kedepannya dalam melestarikan budaya Bali. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu kami sehingga program ini dapat berjalan sesuai rencana.

Bandung, 20 Maret 2010Panitia Pentas Massal 2010

Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati

Sambutan Ketua Panitia

Om SwastiastuSesepuh Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati, orangtua siswi,

Ketua Dewan Kuratur Yayasan Pusat Kebudayaan, para undangan, serta para hadirin yang kami hormati. Atas anugerah Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorong oleh semangat berkesenian yang tinggi, rasa pengabdian yang tulus, serta penuh rasa tanggung jawab dari seluruh anggota panitia, maka Malam Pentas Massal Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati dapat kita saksikan pada malam yang berbahagia ini.

Pagelaran Pentas Massal ini merupakan salah satu program kami, dengan tujuan antara lain untuk menjaga kelestarian kebudayaan tradisional Indonesia umumnya dan seni tari Bali khususnya, menumbuhkan generasi muda yang sadar dan bertanggung jawab terhadap masa depan kebudayaan bangsanya dengan menanamkan rasa cinta kebudayaan Indonesia dan mengaktualisasikannya secara langsung, sebagai sarana pengukur tingkat keberhasilan dalam pengajaran dari para pelatih kepada siswi, menumbuhkan sikap atau motivasi para siswi untuk bisa menampilkan kesenian/ budaya daerah khususnya dan budaya

Page 2: Booklet 2010

nasional pada umumnya, serta mencoba menampilkan siswi-siswi kami setelah menempa diri dengan latihan kesehariannya.

Terlaksananya pementasan malam ini tak lepas dari dukungan serta perhatian dari berbagai pihak sehingga layak kiranya kami sampaikan terimakasih yang tulus atas partisipasinya. Atas usaha, dukungan, serta perhatian dari para dermawan, segenap pendukung serta partisipan yang tak sempat kami sebutkan satu per satu, kami atas nama panitia menyampaikan rasa terimakasih. Secara pribadi saya sampaikan salam kompak kepada rekan-rekan panitia atas kerjasamanya. Mudah-mudahan kerjasama ini dapat kita pertahankan dan tingkatkan pada masa-masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga apa yang kami sajikan pada malam ini dapat membawa kebahagiaan di hati hadirin sekalian. Semoga apa yang dipersembahkan siswi-siswi kami lewat tariannya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orangtuanya, masyarakat Indonesia, dan terutama bagi dirinya sendiri sejalan dengan keikutsertaannya mengemban tugas mulia dalam usaha melestarikan warisan budaya leluhur yang kita cintai.

Pada kesempatan berbahagia ini pula, kami atas nama panitia memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaan itikad baik kami terdapat kekurangan dan kesalahan yang kami perbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Akhir kata kami ucapkan selamat menonton acara yang kami suguhkan. Semoga apa yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi pengembangan kebudayaan kita. Tak lupa saya pribadi mengucapkan terimakasih kepada seluruh rekan panitia yang telah bekerja keras sejak dari persiapan sampai terselenggaranya Malam Pentas Massal ini.Om Ҫanti Ҫanti Ҫanti Om

Bandung, Maret 2010Ketua Panitia Pentas Massal 2010

Gede Doko Harikusuma

Sambutan Ketua Githa Saraswati

Om Swastiastu.Sebelumnya perkenankan saya untuk menghaturkan puja dan

puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah Beliau kita dapat berkumpul disini dengan keadaan sehat walafiat. Tak luput juga saya

Page 3: Booklet 2010

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segala pihak yang telah mendukung keberlangsungan acara ini, teman-teman Asrama Mahasiswa Bali Viyata Tirthagangga,para pelatih dan sesepuh, orang tua siswi, dan pihak-pihak lain yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesuksesan kepada kita semua dalam segala aktifitas yang kita lakukan.

Tak terasa sudah dua tahun lamanya kita tidak melaksanakan pegelaran sebesar ini. Terakhir, pada tahun 2008 kita telah melaksanakan kegiatan serupa. Waktu dua tahun yang sangat lama ini telah kita gunakan bersama-sama untuk berbenah diri, melakukan perombakan ulang terhadap Githa Saraswati yang sempat meredup. Berbagai usaha telah dilakukan mulai dari mengundang para sesepuh serta para pelatih-pelatih terdahulu untuk bersama-sama merumuskan kembali Githa Saraswati, hingga pelaksanaan Pelatihan Tari Bali yang sempat dilakukan pada bulan Juli 2008. Dengan semangat gotong royong dan tulus ikhlas, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Bali akhirnya hasil kerja keras kita telah membuahkan hasil. Bersama-sama kita telah membangun pondasi untuk Githa Saraswati yang lebih maju dan berkembang di masa yang akan datang.

Pentas massal 2010 ini merupakan salah satu bentuk evaluasi siswi-siswi kami dalam bentuk pementasan. Selain untuk menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswi-siswi kami, pementasan ini adalah sarana untuk belajar menumbuhkan apresiasi kami terhadap kesenian Bali. Layaknya sebuah lukisan tidak akan berharga jika tidak ada yang memandangnya, begitu pula tarian tidak akan berharga jika tidak pernah dipentaskan. Pementasan ini juga akan menumbuhkan semangat mencintai kebudayaan Indonesia, yang memang sangat penting untuk ditanamkan secara dini kepada adik-adik kita, generasi penerus bangsa ini.

Akhir kata, saya ucapkan kepada para tamu undangan yang telah menyempatkan diri untuk hadir di acara ini. Semoga acara ini dapat berkenan, dan dapat memberikan inspirasi bagi kita semua bahwa bangsa ini kuat karena keberagaman kebudayaanya dan rasa semangat untuk menghargai perbedaan yang ada.Om Shanti Shanti Shanti Om.

Bandung, Maret 2010Ketua Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati

Ida Bagus Gita Pradnyana

Page 4: Booklet 2010

Sambutan Sesepuh Githa Saraswati

Om Swastiastu,Puji syukur kehadapan Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa, malam

ini Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati boleh menampilkan Pentas Massal, dan kita semua diberi kesehatan sehingga bisa menyaksikan Pentas Massal Githa Saraswati.

Malam ini, saya ditunjuk oleh Panitia mewakili Sesepuh untuk menyampaikan sesuatu. Saya merasa terhormat, dan mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa mewakili sesepuh lainnya yang seusia dan lebih muda dari saya, dan terutama sesepuh yang lebih sepuh dari saya.

Saya bergabung dengan Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati tahun 1982. Dengan latar belakang sebagai orang Bali yang tidak bisa menabuh dan menari, saya bergabung sebagai pengurus dan memulai belajar gamelan dari alat yang paling mudah, Kempluk. Selanjutnya, Gong, Jublag, Kantil, Gangsa, dan Ugal. Sampai sekarang saya tidak bisa memainkan Kendang, Reong, dan Suling. Dari sisi pengurus, saya mulai sebagai Sekretaris, Ketua Panitia Pentas Massal, Ketua Githa Saraswati. Sekarang status saya Sesepuh, dan juga Orang Tua Siswi.

Dari segi usia, Githa Saraswati sekarang sudah berkepala empat, 46 tahun. Usia yang senior, sepuh. Sebuah organisasi bisa mencapai seusia itu, Kita boleh bangga. Melihat usia itu tentu banyak orang menganggap pengurus Githa Saraswati pastilah profesional dan sudah berpengalaman. Benarkah Githa Saraswati demikian?

Berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, Kursus Tari Bali Githa Saraswati terbentuk pada Hari Saraswati, tahun 1964. (26 September 1964), dipelopori oleh Bapak Gde Raka, Bapak Djoni Gingsir, Bapak Ngurah Alit, dan Bapak Mertha Suteja. Karena pengurusnya berstatus mahasiswa, maka kepengurusan silih berganti setiap tahun, seiring dengan pergantian Mahasiswa Bali yang ada di Bandung, khususnya yang tinggal di Asrama Viyata Tirta Gangga. Dengan pola kepengurusan seperti itu, tentu pengurus Githa Saraswati tidak seperti pengurus organisasi profesional lainnya. Lalu, apa yang menyebabkan Githa Saraswati bisa menapak sampai usia sekarang?

Ada yang menarik dari Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati. Pengurus, Penghuni Asrama, Pelatih, Penabuh, Siswi, Orang tua Siswi, dan Sesepuh, memiliki kedekatan emosional yang baik dan erat. Kekeluargaan, seperti nama yang diusung, Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati. Keluarga ini memiliki Semangat yang tinggi dan tulus untuk melestarikan sekaligus mengembangkan budaya bangsa. Kekeluargaan dan Semangat

Page 5: Booklet 2010

kebersamaan inilah yang ada di Githa Saraswati, sehingga Githa Saraswati masih ada sampai sekarang, dan akan TETAP ada.

Sebagai bagian dari Keluarga, tentu kami berharap Githa Saraswati tetap ada, tumbuh, dan berkembang. Tantangan kedepan membutuhkan cara kelola yang lebih baik, tanpa meninggalkan nilai-nilai kekeluargaan yang penuh semangat. Kita perlu menemukan itu. Segera.

Saya yakin, Kekeluargaan yang penuh semangat ini pulalah yang menjadikan Pentas Massal kali ini bisa terwujud. Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat. Semoga pementasan ini berjalan lancar dari awal hingga akhir pementasan.Om Shanti Shanti Shanti Om.

I Nyoman Taktik

Selayang Pandang Githa Saraswati

Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati (disingkat KKB Githa Saraswati) lahir pada tanggal 26 September 1964 atas prakarsa Bapak Ida I Dewa Gede Raka, Bapak Ngurah Alit, Bapak Mertha Sutedja, dan Bapak Djoni Gingsir dengan dasar pemikiran untuk :

Mengembangkan kebudayaan tradisional Indonesia umumnya dan seni tari Bali khusunya.

Regenerasi dengan pembentukan kader-kader tari dan tabuh (karawitan).

Meningkatkan mutu dan turut serta mengisi khasanah kebudayaan di negeri tercinta ini

Walaupun Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati pada awal berdirinya telah resmi mempunyai siswi tari dan tempat latihan, tetapi sarana berupa gamelan belum dimiliki. Hal ini membuat semua pengurus serta siswi tari merasa sangat perlu melengkapi sarana vital dalam organisasi. Oleh karena itu, pengurus mulai mengumpulkan dana melalui sumbangan-sumbangan dari Pemerintah Daerah Bali, Dept. P dan K Jakarta dan Bandung. Dana yang terkumpul hanya sebagian kecil saja sehingga untuk mencukupi dana, mereka memperoleh tambahan dari pementasan-pementasan yang mereka lakukan dan dari beberapa donatur. Akhirnya mulai tanggal 21 Maret 1971 Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati telah memiliki fasilitas berupa gamelan.

Awal tahun 1978 untuk pertama kalinya Keluarga kesenian Bali Githa Saraswati mengadakan pentas massal yang melibatkan seluruh siswinya. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi tolok ukur baik bagi pengurus

Page 6: Booklet 2010

KKB Githa Saraswati maupun bagi para siswinya dalam meningkatkan kemampuannya untuk dapat meraih jenjang kualitas yang lebih mapan sesuai dengan perkembangan dunia seni tari Bali.

Demikianlah sejarah singkat berdirinya Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati yang mempunyai cerita panjang dalam keberlangsungan seni tari Bali di Bandung. Semoga Githa Saraswati dapat membawakan misinya sampai kapan pun.

Terima kasih

Susunan Acara

1. Pembukaan- Video pembukaan- Tari Pendet

2. Pembukaan oleh MC3. Sambutan – sambutan

- Sambutan Ketua Panitia- Sambutan Ketua Githa Saraswati- Sambutan dari perwakilan orang tua- Sambutan Sesepuh

4. Tari Puspanjali5. Tari Kidang Kencana6. Tari Legong Keraton7. Tari Panji Semirang8. Penyerahan Plakat :

- Untuk MGG- Untuk Penabuh- Untuk Perwakilan Gedung YPK

9. Tari Sekar Jagat10. Tari Margapati11. Tari Manuk Rawa12. Tari Truna Jaya12. Penyerahan Plakat :

- Siswi terbaik- Pelatih- Dewan Pembina

13. Tari Garuda Wisnu

Page 7: Booklet 2010

Daftar Tarian :1. Tari Pendet Tari pendet adalah tari pemujaan yang ditarikan di pura-pura. Tarian ini menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-dewa ke Marcapada (dunia fana ini). Lama-kelaman tari ini disalin oleh para seniman sehingga dapat dijadikan tari pertunjukan yang fungsinya sama dengan tari Panyembrama. Meskipun demikian, tarian aslinya masih mengandung fungsi yang religius.Penari :- Indira Tamaya - Narda A.- Marshannon Aurelia - Fildza N.- Adisti Mauliani Z. - A.P. Putri Pradnya- Anissa Yasmin - Avini M.- Azza Aulia Z. - Khafifah Herawati- Amanda K. - Benanda Gracia

2. Tari Puspanjali Puspanjali (puspa= bunga, anjali= menghormat) merupakan sebuah tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri (biasanya antara 5-7 orang ). Menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian upacara Rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka. Tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989.Penari :- Fitri Lestari - Muti F.S- Yustina Juzen - Akiko P.- Emeralda Aisha - Made Indira T.- Gilang Puspita - Isyanti Rahamaya- Sarah - Wiwi- Cindy - Florence

3. Tari Kidang Kencana Sebuah konsep tari kreasi yang mengisahkan sekelompok kidang sedang bercengkrama dengan kawan-kawannya di hutan belantara yang sangat indah. Suatu saat ada kesalahpahaman dan salah satunya bertingkah. Yang lain bersepakat untuk mencelakainya. Akhir cerita, kerukunan bertambah erat dan bersama kembali. Penata Tari I Gst. A. Ngr. Supartha, S. ST, Penata Tabuh Wayan Beratha dan Penata Gerong I Gst. B. Arsaja, S. ST.

Page 8: Booklet 2010

Penari : - Josephine Cecilia - Made Febrylia- Made Ayu Saraswati - Jasmine Anastasya- A. A. Putri Athira - I. G. A. Made Bhatari Aditama

4. Tari Legong Keraton Tari ini merupakan salah satu tarian keraton yang dahulu tumbuh subur di bawah perlindungan raja-raja dan bangsawan. Tarian ini dibawakan oleh 3 (tiga) orang penari dimana gerakan-gerakannya sangat dinamis, indah, dan abstrak sehingga di balik itu tersembunyi sifat dramatis tentang cerita Prabu Lasem. Tarian ini dimulai dengan tampilnya condong yang membawa peran seorang pelayan, condong mempersiapkan alat-alat untuk berhias yang disimbolkan dengan kipas yang kemudian dipersembahkan kepada penari legong. Kedua penari legong ini, seseorang memerankan penari laki-laki (Prabu Lasem) dan seorang lagi berperan seorang perempuan (Langkesari). Setelah condongmempersembahkan kipas, ia segera meninggalkan pentas dan keluar untuk kedua kalinya sebagai burung Garuda yang memperingatkan Prabu Lasem supaya menghentikan menggoda Langkesari. Peringatan itu tampaknya tidak digubris oleh Prabu Lasem sehingga akhirnya terjadilah pertengkaran antara Prabu Lasem dengan Garuda sampai terjadi perang. Siapa yang menciptakan dan menggubah tarian ini sampai sekarang belum diketahui.Penari :- Gusti Ayu Vidjaretha- Patricia Margaretha- Nabila Shafira

5. Tari Panji Semirang Tari ini mengambil tema dari cerita Pandji, melukiskan gerak-gerik yang halus dari tokoh Candra Kirana dalam penyamarannya sebagai laki-laki untuk mencari kekasihnya yang tercinta, Raden Inu Kertapati. Tari ini diciptakan oleh almarhum Nyoman Kaler tahun 1942.Penari :- Agustina Christiani - Hasna Rahagi Sampurno- Indriani Sekar Arum - Andita Abiyyuna- Danella Jasmine - Shyrlin Suryajaya- Vanessa Alvita - Ayasha Jasmine Az-Zahra

Page 9: Booklet 2010

6. Sekar JagatTarian ini merupakan garapan kelompok yang ditarikan sejumlah penari putri (biasanya antara 5 sampai 7 orang) yang masing-masing membawa canangsari. Tarian penyambutan ini menggambarkan kegembiraan para penari dalam menyambut para tamu yang hadir. Kegembiraan ini diungkapkan melalui keindahan gerak. Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busananya) pada tahun 1993 dalam rangka pembukaan Pameran Wastra Bali di Jakarta. Penata iringannya adalah I Nyoman Windha. Tarian ini diilhami oleh tarian upacara, Rejang dan Pendet dari daerah Asak (Karangasem).Penari:- Dinda - Dzulie Fathiranie- Melda Levisa - Duwita Ferranusa

7. Tari Margapati Kata Marga berasal dari kata Nrega yang berarti binatang, sedangkan pati (pathi) berarti mati. Ekspresi dari tari ini diilhami oleh gambaran gerak-gerik seekor raja hutan (singa) dibawakan dengan penuh semangat dan gagah berani dan sigap menjadi padu dengan gending pengiringnya yang dinamis. Penciptanya adalah almarhum Nyoman Kaler tahun 1942.Penari:- Eka Mahtra Khoirunisa - Anita Theresia- Anggindita Diah W. - F. Cecilia

8. Tari Manukrawa Manuk artinya burung, sedangkan rawa bisa berarti tempat yang berair (rawa-rawa) ataupun terbang. Tarian ini menggambarkan sekelompok burung yang suka terbang/bermain-main di air, sedang bercanda sambil membasuh tubuhnya dengan air kibasan sayapnya yang indah. Tarian ini termasuk jenis tarian kreasi baru, diciptakan oleh Bapak Wayan Dibia.Penari :- Jihan Maulidiya - Yanitha Desiana- Alberani W. - Raisa Inaya- Wina Antonia 9. Tari Trunajaya Tari ini adalah tarian yang berasal dari daerah Bali Utara (Buleleng) yang melukiskan gerak-gerak seorang pemuda yang menginjak dewasa, sangat emosional, tingkah serta ulahnya senantiasa untuk menarik/ memikat hati wanita. Tari Trunajaya termasuk tari putra keras yang biasanya ditarikan

Page 10: Booklet 2010

oleh penari putri. Tari ini semula ciptaan Pan Wandres dalam bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gde Manik.Penari :- E. Ratri Dian Jati

10. Tari Garuda Wisnu Garuda Wisnu adalah sebuah tari garapan baru yang menggambarkan perjalanan Dewa Wisnu, dewa kesuburan, untuk mencari tirta amerta. Dalam usaha mendapat tirta ini Dewa Wisnu dibantu oleh burung Garuda. Dalam tarian ini juga dilukiskan pertemuan Dewa Wisnu dengan saktinya, Dewi Laksmi, dan kegagahan Hyang Wisnu dalam memainkan senjata cakranya. Dibawakan oleh 3 penari putra (sebagai burung Garuda) dan 2 penari putri (sebagai Dewi Laksmi dan Dewi Wisnu). Ditampilkan pertama-kali dalam Peksiminas 1997 di Bandung dan PKB XX 1998 di Bali. Tari ini ditata oleh I Nyoman Cerita (koreografer) dan I Gde Arya Sugiartha (komposer).Penari :- Gede Abdi Dharma Pribadi - Ni Putu Amanda Nitidara- I Gusti Ngurah Pandu Wijaya - Paulina S. S. Suling- Putu Heldi Sukma Fiardian - Dhinda Desinta Putri

PenabuhSekehe Gong Paguyuban Ksatria Jaya

Kendang : - I Nyoman Nyana- I Gede Sudiana

Ugal : - I Ketut Catur WGangsa : - I Kadek Ariawan

- Agus Cahya- Ketut Tangkas- I Ketut Surata

Kantil : - I Made Bagiarta- I Nyoman Janarica- I Made Pica Yasa- I Kadek Tastrawan

Reong : - I Ketut Nurija- I Gusti Ngurah Kresnada

Jublag : - Mangku Made Sudarsana

Page 11: Booklet 2010

- I Wayan MustikaJegog : - I Nyoman Widiana

- I Dewa Gede PutraGong : - I Ketut BudanaKempluk : - I Nyoman WitaraCengceng : - I Nyoman SukartaKetua Paguyuban : I Nyoman WarnataPerlengkapan : Putu Sukarma

Susunan Kepanitiaan

Pembina : Dr. Ir. I Wayan SuwecaPenanggung Jawab : Ketua Kesenian Bali Githa Saraswati

Ida Bagus Gita PradnyanaKetua : Gede Doko HarikusumaSekretaris : Agus Nyoman AstikaBendahara : Dewa Gede Natha DarmikaDivisi Acara : - Gede Abdi Dharma Pribadi

- Ketut Gunarta - Ida Putu Agus Sumiarta

Divisi Humas dan Publikasi : - Gede Suryana Saptawirawan- Komang Astika- Kadek Juliana Parwanta

Divisi Keamanan : Wayan RastaDivisi Dekorasi : Putu Agus Aditya PramanaDivisi Perlengkapan : - I Komang Wastranu

- Wayan Lovayana- Ade Purnama M.- Wayan Putra

Divisi Pakaian Tari dan Danus : - Made Edwin Wiraputra- Ida Bagus Hendra Prastiawan- Ketut Wijaya- Putu Adi Sembara

Divisi Transportasi dan Dokumentasi : - Putu Arya Kencana- Putu Sucita Maiva Utama

Divisi Konsumsi : - Made Toni Sanjaya

Page 12: Booklet 2010

Susunan pengurus Keluarga Kesenian Bali Githa Saraswati

Dewan Penasihat : Sesepuh Githa Saraswati eks. Aktivis Githa Saraswati

Pelindung : Ketua Asrama Mahasiswa Bali ‘Viyata Tirthagangga’ Gede Suryana saptawirawan

Ketua : Ida Bagus Gita PradnyanaSie Administrasi dan Keuangan : Gede Doko Harikusuma

Agus Nyoman AstikaSie Pendidikan : Gede Abdi Dharma PribadiSub-sie Pelatihan Tabuh : Putu Agus Aditya PramanaSub-sie Latihan dan Piket : Ida Bagus Hendra PrastiawanSub-sie Kurikulum dan Sanggar: Staff Pelatih dan AsistenSie Inventaris dan Logistik : I Komang Astika

Komang WastranuSie Humas dan Pementasan : Dewa Gede Natha Darmika

Made Edwin Wiraputra Putu Adi Sembarajaya

Ucapan terima kasih

1. Tuhan Yang Maha Esa2. Seluruh Orang Tua Siswi3. Dewan Pembina4. Asrama mahasiswa bali Viyata Tirthagangga5. Pengurus Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan6. Unit Kesenian Bali Maha Gotra Ganesha ITB7. Sekeha Gong Paguyuban Ksatria Jaya beserta para pendukungnya8. UKM Bali Widyacana Murti ITT9. dan segenap pihak yang telah membantu acara ini

Page 13: Booklet 2010