blora, jawatengah

85
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLORA 2.1. Kondisi Fisik WIlayah 2.1.1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan. Secara administratif terletak di wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) disisi timur Provinsi Jawa Tengah. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 57 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan 58 km. Kabupaten Blora memiliki luas wilayah administrasi 1820,59 km² (182058,797 ha). 2.1.2. Letak Administrasi Untuk batas wilayah secara administratif Kabupaten Blora adalah sebagai berikut: Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati Timur : Kabupaten Tuban dan Bojonegoro Provinsi Jawa Timur Selatan : Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur Barat : Kabupaten Grobogan Kabupaten Blora terdiri dari 16 kecamatan meliputi 271 desa dan 24 kelurahan dengan rincian seperti tabel berikut : Tabel 2.1. Pembagian Daerah Administratif Kabupaten Blora No Kecamatan Luas Daerah (Km 2 ) Jumlah Desa/Kel. 1 Jati 183,62 12/0 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-1

description

geohazard

Transcript of blora, jawatengah

Page 1: blora, jawatengah

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLORA

2.1. Kondisi Fisik WIlayah

2.1.1. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur

Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan. Secara administratif terletak di

wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) disisi timur Provinsi Jawa Tengah.

Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 57 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan 58

km. Kabupaten Blora memiliki luas wilayah administrasi 1820,59 km² (182058,797 ha).

2.1.2. Letak Administrasi

Untuk batas wilayah secara administratif Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati

Timur : Kabupaten Tuban dan Bojonegoro Provinsi Jawa Timur

Selatan : Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur

Barat : Kabupaten Grobogan

Kabupaten Blora terdiri dari 16 kecamatan meliputi 271 desa dan 24 kelurahan

dengan rincian seperti tabel berikut :

Tabel 2.1. Pembagian Daerah Administratif Kabupaten BloraNo Kecamatan Luas Daerah (Km2) Jumlah Desa/Kel.12345678910111213141516

JatiRandublatungKradenanKedungtubanCepuSambongJikenBloraJeponTunjunganBogorejoBanjarejoNgawenKunduranTodananJapah

183,62211,13109,51106,8649,1588,75168,17107,7249,8079,79101,82103,62100,98103,05127,98128,74

12/016/210/017/011/610/011/016/1224/115/014/020/027/225/125/018/0

Jumlah 1.820,59 271/24Sumber Data : Blora dalam Angka, Tahun 2010

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-1

Page 2: blora, jawatengah

Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-2

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMANPENYUSUNAN BUKU PUTIH SANITASI

Page 3: blora, jawatengah

Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-3

Page 4: blora, jawatengah

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-4

Page 5: blora, jawatengah

2.1.3. Topografi

Topografi Kabupaten Blora datar sampai bergelombang, pada bagian Utara

membujur Pegunungan Kendeng Utara dari arah Barat ke Timur, sedangkan di sebelah

Selatan membujur Pegunungan Kendeng Selatan yang membujur dari Barat ke Timur.

Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Blora terbagi dalam empat bagian yaitu:

- Ketinggian 25 - 40 m dari permukaan laut, terdapat di daerah Kunduran, Jati,

Randublatung dan Cepu.

- Ketinggian 40 - 100 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Kradenan dan

Kedungtuban.

- Ketinggian 100 - 500 m dari permukaan air laut, terdapat di derah Todanan, Japah,

Ngawen, Tunjungan, Bogorejo, Jiken dan Sambong.

- Ketinggian lebih dari 500 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Blora, Jepon

dan Banjarejo.

Berdasarkan kondisi topografi yang demikian maka rata-rata ketinggian wilayah

Kabupaten Blora berbeda-beda, dengan posisi wilayah terendah di daerah Cepu yaitu 31 m

dari permukaan air laut dan tertinggi di daerah Japah (280 m). Kondisi topografi

Kabupaten Blora seperti terlihat pada peta berikut Sedangkan ditinjau dari kemiringan

wilayah Kabupaten Blora dikelompok dalam empat kelas yaitu:

- Kelas lereng 1 (kemiringan 0-2%) meliputi daerah seluas 567,46 km2 atau 31,7%.

- Kelas lereng 2 (kemiringan 2-15%) melipiti daerah seluas 750,30 km2 atau 41,21%.

- Kelas lereng 3 (kemiringan 15-40%) meliputi daerah seluas 500,20 km2 atau 27,47%.

- Kelas lereng 4 (kemiringan > 40%) meliputi daerah seluas 261,00 km2 atau 0,14%.

:

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-5

Page 6: blora, jawatengah

Peta 2.3. Topografi Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-6

Page 7: blora, jawatengah

2.1.4. Kondisi Hidrologi

Wilayah Kabupaten Blora termasuk dalam wilayah aliran Daerah Aliran Sungai

(DAS) Jratun Seluna, sub DAS Lusi dan Sub DAS Juana serta DAS Bengawan Solo. Sub

DAS Lusi meliputi Kecamatan Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Ngawen,

Kunduran danTodanan bagian selatan. Sub DAS Juana meliputi Kecamatan Todanan

bagian Utara. Sedangkan DAS Bengawan Solo meliputi Kecamatan Sambong, Cepu,

Kedungtuban, Kradenan, Randublatung dan Jati.

Ketiga DAS tersebut dengan sub-sub DAS-nya adalah sebagai berikut:

Daerah Aliran Sungai (DAS) LUSIa) Sub DAS Medangb) Sub DAS Sanggrahanc) Sub DAS Ingas Jajar d) Sub DAS Lusi hulu

e) Sub DAS Geger Sapif) Sub DAS Sambongsarig) Sub DAS Kedung Waru

Daerah Aliran Sungai (DAS) JUANA

Daerah Aliran Sungai (DAS) BENGAWAN SOLO

h) Terdiri dari Sub DAS Juana i) Terdiri dari Sub DAS Wulung

Keberadaan DAS yang ada di Kabupaten Blora ini sangat potensial sebagai sumber

air permukaan yang bermanfaat bagi pertanian, sedangkan penggunaan air permukaan bagi

kepentingan pertanian secara langsung adalah melalui sistem irigasi teknis maupun ½

teknis dan irigasi sederhana dan non teknis.

2.1.5. Klimatologi

Banyaknya hari hujan di Kabupaten Blora selama tahun 2009 relatif lebih rendah

dibanding dengan tahun sebelumnya. Sedang hari hujan terbanyak tercatat pada bulan

Januari, Pebruari dan Maret masing-masing 12 hari, 15 hari, dan 12 hari dalam sebulan.

Untuk rata-rata curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kunduran sebanyak 2.087 mm

selama setahun. Terdapat 16 dari 16 Kecamatan yang ada, alat pengukur curah hujan

mengalami kerusakan, yaitu: Cepu dan Banjarejo. Hal ini mengakibatkan data di

Kecamatan tersebut tidak dapat tercatat. Rata-rata banyaknya curah hujan tertinggi tercatat

di bulan Pebruari yaitu sebanyak 220 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-

tabel berikut:

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-7

Page 8: blora, jawatengah

Tabel 2.2. Banyaknya Hari Hujan di Kabupaten Blora Tahun 2009

No

KecamatanBulan

JumlahJa

nFeb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sept

Okt

Nop

Des

1 Jati 8 14 8 7 8 0 1 4 0 9 4 10 73

2Randublatung 15 21 20 10 13 0 0 3 0 7 5 11 105

3 Kradenan 6 13 14 11 13 0 0 0 2 6 10 8 83

4Kedungtuban 12 20 16 19 12 7 6 0 0 0 8 10 110

5 Cepu 13 0 0 0 0 0 0 0 0 * 0 0 136 Sambong 17 20 15 10 8 4 3 0 0 6 10 14 1077 Jiken 15 21 14 13 12 4 2 0 1 3 11 12 1088 Bogorejo 15 14 10 10 9 5 1 1 1 0 6 8 809 Jepon 14 15 6 8 11 5 2 1 3 0 5 8 7810 Blora 19 18 11 13 7 1 2 7 2 3 6 8 9711 Banjarejo 7 16 12 0 * * * * * * * * 3512 Tunjungan 12 17 13 9 6 1 1 0 1 3 8 8 7913 Japah 12 14 11 5 11 0 1 2 2 3 4 4 6914 Ngawen 10 13 9 9 8 3 1 2 2 4 5 5 7115 Kunduran 15 14 14 18 14 4 4 3 4 9 11 12 12216 Todanan 7 15 12 4 9 3 1 1 2 2 10 9 75Rata - rata 2009 12 12 15 12 9 9 2 2 2 1 4 7 8

2008 7 12 16 14 9 5 1 0 1 2 8 10 122007 15 7 10 11 15 5 6 1 1 2 4 9 16

Sumber: Blora dalam Angka, Tahun 2010 Keterangan : * = alat rusak

Tabel 2.3. Curah Hujan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Blora Tahun 2009 (mm)

No

KecamatanBulan

JumlahJa

nFeb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agt

Sept

Okt

Nop

Des

1 Jati 258

292

174

133

130 0 32 18 0

184

115

309 1645

2Randublatung

191

252

268

112

142 0 0 96 0

119 62

240 1482

3 Kradenan 49249

283

168

166 0 0 0 23 41

176

296 1449

4Kedungtuban

210

206

115

195

175

120

120 0 0 0

111

183 1435

5 Cepu 428 0 0 0 0 0 0 0 0 * 0 0 428

6 Sambong 153

338

330

120

241 29 22 0 0 92

236

190 1751

7 Jiken 168

332

270

128

162 23 7 0 19 43

260

218 1630

8 Bogorejo 179

169

179

143 76 40 24 24 5 0 63

163 1065

9 Jepon 226

115 92

171 32 5 2 3 7 0 81 48 782

10 Blora 217

216

349

170

107 6 3 7 18 32

108 84 1317

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-8

Page 9: blora, jawatengah

No

KecamatanBulan

Jumlah

11 Banjarejo 91139

187 0 * * * * * * * * 417

12 Tunjungan 118 90

129 83 73 5 20 0 8 24 73 73 696

13 Japah 189

218

163 25 81 0 5 5 11 16 15 18 746

14 Ngawen 221

258

256

202

142 32 22 52 140 71

139

194 1729

15 Kunduran 206

357

344

153

155 90 21 24 106

141

232

258 2087

16 Todanan 151

286

307 61

108 19 2 4 55 20

123 76 1212

Rata - rata 2009191

220

215

116

119 25 19 16 26 56

119

157 1279

2008174

271

217

142 77 13 0 7 19

145

123

147 1336

2007130

183

174

269 53

100 15 9 20 70

174

284 1471

Sumber: Blora dalam Angka, Tahun 2010, Keterangan : * = alat rusak2.1.6. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di suatu wilayah dapat digunakan sebagai salah satu dasar

pemantauan dan pengembagan wilayah lebih lanjut, khususnya dalam pengembagan

produksi pertanian dalam skala luas, seperti pertanian dalam skala luas, seperti pertanian,

perkebunan, tegalan, kehutanan.

Berdasarkan teksturnya tanah di Kabupaten Blora dibedakan menjadi halus,

sedang, dan kasar. Komposisi terbesar adalah tekstur sedang yaitu seluas 152.626,44 Ha

(84,10%), kemudian tekstur halus 28.480,36 Ha (15,39%), sedangkan untuk tekstur kasar

hanya seluas 952,00 Ha (0,15%) dan terdapat di Kecamatan Todanan. Kondisi jenis tanah

ini di wilayah Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan menjadi seperti dibawah ini dan

ditampilkan pada Peta 3.4. JenisTanah Kabupaten Blora:

1. Tanah Grumosol (56,00%)

Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang. Pemanfaatannya untuk

pertanian dan perkebunan, warna tanah ini adalah kelabu sampai hitam. Daerah

yang mengandung jenis tanah ini terdapat di seluruh wilayah kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Blora.

2. Tanah Mediteran (39,00%)

Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang sampai tinggi. Pemanfaatanya

untuk tanah sawah, tegalan, perkebunan dan kehutanan. Warna tanah ini adalah

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-9

Page 10: blora, jawatengah

merah kecoklatan, seluruh wilayah kecamatan mengandung tanah jenis mediteran

ini.

3. Tanah Alluvial (5,00%)

Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang sampai tinggi. Tanah ini

sangat baik untuk pertanian warnanya bermacam-macam, ada yang kelabu, coklat

dan hitam. Daerah yang mengandung tanah ini terdapat di bagian wilayah

Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Blora.

2.1.7. Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman tanah di Kabupaten Blora berdasarkan data Kabupaten Blora Dalam

Angka 2010 terbagi kedalam 4 kelompok, yaitu: 0 - 30 cm, 31 - 60 cm, 61 - 90 cm, dan >

90 cm. Kedalaman efektif tanah > 90 cm terdapat di seluruh kecamatan Kabupaten Blora,

sedangkan untuk kedalaman efektif tanah antara 61 - 90 cm juga terdapat di seluruh

kecamatan kecuali di Kecamatan Cepu dan Jepon.

Kedalaman efektif tanah antara 31 – 60 cm hampir terdapat di seluruh kecamatan

kecuali Kecamatan Cepu, Banjarejo, dan Ngawen. Untuk kedalaman efektif tanah antara 0

– 30 cm hanya terdapat sebagian dari seluruh kecamatan di Kabupaten Blora, yaitu

Kecamatan: Jati, Kradenan, Sambong, Bogorejo, Blora, Tunjungan, Kunduran, dan

Todanan. Tabel dibawah ini menampilkan kedalaman efektif tanah tiap kecamatan

Kabupaten Blora.

Tabel 2.4.Kedalaman Efektif Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009

Kecamatan 0 - 30 cm 31 - 60 cm 61 - 90 cm > 90 cm Jumlah1. Jati 76 1,152.00 12,108.17 5,025.88 18,362.052. Randublatung 0 203.25 2,456.00 18,453.85 21,113.103. Kradenan 338.065 221 7,481.78 2,910.00 10,950.844. Kedungtuban 0 56 851 9,778.81 10,685.815. Cepu 0 0 0 4,914.54 4,914.546. Sambong 175 654 6,944.61 1,101.40 8,875.017. Jiken 0 2,516.54 2,189.45 12,110.67 16,816.668. Bogorejo 453 735.382 362 3,430.10 4,980.489. Jepon 0 36.502 0 10,735.88 10,772.3810. Blora 38.143 649 2,047.96 5,243.50 7,978.6111. Banjarejo 0 0 1,843.22 8,509.00 10,352.2212. Tunjungan 453 2,503.26 362 6,863.27 10,181.5213. Japah 0 519.94 3,987.93 5,797.33 10,305.19

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-10

Page 11: blora, jawatengah

Kecamatan 0 - 30 cm 31 - 60 cm 61 - 90 cm > 90 cm Jumlah

14. Ngawen 0 0 4,208.02 5,890.18 10,098.1915. Kunduran 119.26 50 1,652.00 10,977.03 12,798.2916. Todanan 227 1,100.00 8,325.92 3,221.00 12,873.92

Jumlah 2009 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.802008 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.802007 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.80

Sumber: Blora dalam Angka, 2010

2.1.8. Tekstur Tanah

Tekstur tanah terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: halus, sedang, dan kasar.

Kecamatan – kecamatan yang memiliki tekstur tanah halus meliputi Kecamatan: Jepon,

Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan dengan jumlah luas

28.480,361 Ha, tekstur tanah kasar hanya terdapat di Kecamatan Todanan seluas 952 Ha

dan sedangkan untuk tekstur tanah sedang terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten

Blora dengan jumlah seluruhnya adalah 152.626,436 Ha. Sebaran tekstur tanah di

Kabupaten Blora di tiap kecamatan ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.5.Tekstur Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009

Kecamatan Halus Sedang Kasar Jumlah1. Jati 0 18,362.05 0 18,362.052. Randublatung 0 21,113.10 0 21,113.103. Kradenan 0 10,950.84 0 10,950.844. Kedungtuban 0 10,685.81 0 10,685.815. Cepu 0 4,914.54 0 4,914.546. Sambong 0 8,875.01 0 8,875.017. Jiken 0 16,816.66 0 16,816.668. Bogorejo 0 4,980.48 0 4,980.489. Jepon 4,251.00 6,521.38 0 10,772.3810. Blora 856 7,122.61 0 7,978.6111. Banjarejo 1,911.00 8,441.22 0 10,352.2212. Tunjungan 1,211.00 8,970.52 0 10,181.5213. Japah 5,513.94 4,791.25 0 10,305.1914. Ngawen 1,262.50 8,835.69 0 10,098.1915. Kunduran 3,356.00 9,442.29 0 12,798.2916. Todanan 10,118.92 1,803.00 952 12,873.92

Jumlah 2009 28,480.36 152,626.44 952 182,058.802008 28,480.36 152,626.44 952 182,058.80

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-11

Page 12: blora, jawatengah

Kecamatan Halus Sedang Kasar Jumlah2007 28,480.36 152,626.44 952 182,058.80

Sumber: Blora dalam Angka, 2010

2.1.9.Geologi

Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

- Alluvium. Jenis ini terdiri atas tanah lempung, lanau, pasir dan kerikil. Wilayah yang

mengandung jenis tanah ini adalah Kecamatan Kunduran, Banjarejo, Ngawen, Blora,

Jati, Randublatung, Kradenan, dan Kedungtuban.

- Endapan Lunak. Jenis ini terdiri atas batu pasir dan konglongmerat. Wilayah yang

mengandung jenis ini kecamatan Kradenan.

- Formasi Tambak Kromo. Jenis terdiri atas batu lempung, rapal dan batu gamping.

Wilayah yang termasuk dalam jenis ini adalah semua kecamatan di Kabupaten Blora

kecuali Kecamatan Todanan dan Kecamatan Kradenan.

- Formasi Salerejo. Jenis ini terdiri atas batu lempung dan batu gamping. Wilayah yang

termasuk dalam jenis ini adalah Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, dan Banjarejo.

- Formasi Mundu. Jenis ini atas tanah napal. Wilayah yang termasuk dalam jenis ini

adalah semua kecamatan di Kabupaten Blora kecuali di Kecamatan Kedungtuban dan

Cepu.

- Formasi Kalibeng. Jenis ini terdiri atas Napal, dan batu pasir. Wilayah yang termasuk

dalam jenis ini adalah Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan , Todanan, dan

Ngawen.

- Formasi Kerek. Jenis ini terdiri atas tanah napal batu lempung, batu pasir dan

gamping. Wilayah yang termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Jati,

Randublatung dan Kradenan.

- Formasi Ledok. Jenis ini terdiri atas batu gamping dan batu glukonit. Wilayah termasuk

dalam formasi ini meliputi Kecamatan Jiken, Jepon, Banjarejo, dan Kunduran.

- Formasi Wonocolo. Jenis ini terdiri atas napal dan batu gamping. Wilayah ini yang

termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan dan Tunjungan.

- Formasi Madura. Jenis ini terdiri dari gamping dan karal. Wilayah yang termasuk

dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan.

- Formasi Tuban. jenis ini terdiri dari lempung, pasir kuarsa, napal dan gamping.Wilayah

yang termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-12

Page 13: blora, jawatengah

Sedangkan berdasarkan tinggkat erosi, kondisi Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga) yaitu erosi ringan, erosi sedang dan erosi berat sekali dengan distribusi

sebagai berikut :

- Tingkat erosi ringan. tingkat erosi ini menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Blora

kecuali Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Sambong dan Jiken.

- Tingkat erosi sedang. Tingkat erosi ini berada di daratan Kecamatan Jati, Jepon , Blora,

dan, Todanan.

- Tingkat erosi berat dan berat sekali. Tingkat erosi ini terdapat di dataran Todanan

bagian Barat dan Utara, Kecamatan Jepon Bagian Utara yang berbatasan dengan

Kabupaten Rembang.

2.1.10. Penggunaan Lahan

Kabupaten Blora dengan luas wilayah 182.059,797 Ha, terbesar penggunaan

arealnya adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, yakni

90.416,52 Ha, tanah sawah 46.078,236 Ha dan sisanya sebesar 45.565,047 Ha digunakan

sebagai pekarangan, tegalan, waduk, perkebunan rakyat dan lain-lain. Luas penggunaan

tanah sawah terbesar adalah Kecamatan Kunduran (5553,777 Ha) dan Kecamatan

Kedungtuban (4672,371 Ha) yang selama ini memang dikenal sebagai lumbung padinya

Kabupaten Blora.

Sedangkan kecamatan dengan areal hutan paling luas adalah Kecamatan

Randublatung, Jiken dan Jati, masing-masing melebihi 13 ribu Ha. Untuk jenis pengairan

di Kabupaten Blora, 12 kecamatan telah memiliki saluran irigasi teknis, kecuali

Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, dan Kecamatan Japah yang masing-masing

memiliki saluran irigasi setengah teknis dan tradisional.

Wilayah kecamatan di Kabupaten Blora yang paling luas adalah Kecamatan

Randublatung, yaitu seluas 211.131 Ha dan Kecamatan yang mempunyai luasan wilayah

paling sedikit adalah Kecamatan Cepu, yaitu 49.145 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten

Blora secara umum merupakan areal hutan dan lahan sawah.

Tabel 2.6.Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2009 (Ha)

No

KecamatanLahan sawah

Bangunan/ Pekarangan

TegalanWadu

k

1 Jati 2670,944 1450,773 934,856 0,0002 Randublatung 3497,755 1559,295 2024,602 0,000

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-13

Page 14: blora, jawatengah

3 Kradenan 2269,694 1078,769 1022,089 0,0004 Kedungtuban 4672,371 1183,109 1086,846 0,0005 Cepu 2049,652 1046,615 930,882 0,0006 Sambong 1277,620 523,270 1032,713 0,0007 Jiken 1611,263 724,504 961,653 0,0008 Bogorejo 1307,856 529,591 1844,305 0,0009 Jepon 2544,721 1181,305 2182,612 0,000

10 Blora 2856,260 1707,974 2018,391 18,30011 Banjarejo 2731,830 1311,075 2167,291 0,00012 Tunjungan 2839,329 877,200 1842,405 35,53713 Japah 2101,291 512,842 1969,502 0,00014 Ngawen 4038,243 1012,363 2017,202 0,00015 Kunduran 5553,777 1121,184 2149,318 0,00016 Todanan 4055,630 1065,224 2044,802 3,125

Jumlah 2009 46078,236 16885,09326229,46

9 56,962

2008 46089,224 16863,88426240,70

6 56,962

2007 46104,869 16138,75426256,44

5 56,962

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-14

Page 15: blora, jawatengah

Lanjutan Tabel

No Kecamatan HutanPerkebunan

RakyatLain-lain Jumlah

1 Jati 13195,757 0,000 109,719 18362,0492 Randublatung 13869,155 0,000 162,290 21113,0973 Kradenan 6483,485 0,000 96,805 10950,8424 Kedungtuban 3559,427 0,000 184,060 10685,8135 Cepu 477,607 0,000 409,779 4914,5356 Sambong 5898,963 0,000 142,441 8875,0077 Jiken 13445,386 0,000 75,853 16818,6598 Bogorejo 1201,608 0,000 97,119 4980,4799 Jepon 4768,915 0,000 94,830 10772,383

10 Blora 1178,600 0,000 199,080 7978,60511 Banjarejo 4061,390 0,000 80,629 8352,21512 Tunjungan 4372,928 4,000 210,123 10181,52213 Japah 5598,956 0,000 122,601 10305,19214 Ngawen 2902,176 0,000 128,208 10098,19215 Kunduran 3768,639 0,000 205,370 12798,28816 Todanan 5633,528 0,000 71,610 12873,919

Jumlah 2009 90416,520 4,000 2388,517 182058,7972008 90416,520 4,000 2387,501 182058,7972007 90416,520 4,000 2384,410 182058,797

Sumber: Blora dalam Angka, 2010

2.2. Kependudukan2.2.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk

Pembahasan kondisi sosial kependudukan meliputi jumlah dan perkembangan

penduduk, penyebaran dan kepadatan, komposisi, adat istiadat dan kelembagaan.

Penduduk memiliki peranan penting dalam pembangunan, karena memiliki potensi

sumber daya yang dapat mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat. Jumlah total

penduduk di Kabupaten Blora tahun 2009 adalah 858.874 jiwa yang tersebar di 16

kecamatan. Data mengenai perkembangan jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir

ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 2.7.Jumlah Penduduk di Kabupaten Blora tahun 2005 - 2009

No

Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jati 48.981 49.091 49.336 49.736 50.077

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-15

Page 16: blora, jawatengah

No

Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009

2 Randublatung 72.585 72.635 72.695 73.285 73.8003 Kradenan 38.433 38.385 38.425 38.739 39.0014 Kedungtuban 54.895 54.942 54.953 55.397 55.7805 Cepu 75.808 76.972 77.255 77.880 78.4146 Sambong 26.705 26.724 26.755 26.971 27.1587 Jiken 37.312 37.496 37.640 37.947 38.2118 Bogorejo 23.867 23.878 23.966 24.160 24.2969 Jepon 59.279 59.618 59.900 60.385 60.801

10 Blora 87.508 87.185 87.261 87.970 88.57311 Banjarejo 55.619 55.546 55.589 56.041 56.37012 Tunjungan 43.308 43.239 43.301 43.651 43.95513 Japah 33.678 33.705 33.827 34.099 34.32914 Ngawen 60.776 60.984 61.151 61.646 62.03015 Kunduran 64.411 64.430 6.450 65.030 65.45016 Todanan 59.509 59.660 59.750 60.226 60.629

Jumlah 838.592 842.674 844.490 853.163 858.874 Sumber: Blora Dalam Angka, 2010

Jumlah penduduk di Kabupaten Blora mengalami peningkatan dari tahun

ketahunnya yang disebabkan karena jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan

juga bertambah. Jumlah penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Blora dengan

jumlah penduduk 88.573 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah

Kecamatan Bogorejo dengan jumlah penduduk sebesar 24.296 jiwa.

Bila dilihat dari perkembangan penduduk Kabupaten Blora selama 5 tahun terakhir

(tahun 2005 – 2009) diketahui bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana

pada tahun 2005 penduduknya berjumlah 838.592 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah

menjadi 858.874 jiwa.

Hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Blora berdasarkan RTRW Kabupaten

Blora Tahun 2011 – 2031 secara keseluruhan untuk tahun 2016 adalah 887.206 jiwa.

Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, jumlah penduduk terbesar tahun 2016 adalah

Kecamatan Blora sebesar 88.750 Jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Bogorejo

dengan jumlah penduduk sebesar 24.560 jiwa). Secara lebih lengkap mengenai proyeksi

jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora hingga 2031

ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-16

Page 17: blora, jawatengah

Tabel 2.8.Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2011–2031

No

KecamatanPenduduk (Jiwa)

rProyeksi Penduduk

2000 2007 2009 2011 2016 2021 2026 2031

1 Jati 47,896 49,336 50,077 0.004 50,452 51,401 52,369 53,354 54,358

2Randublatung

72,171 72,695 73,800 0.001 73,942 74,299 74,657 75,017 75,379

3 Kradenan 38,203 38,425 39,001 0.001 39,057 39,199 39,340 39,483 39,625

4 Kedungtuban 54,064 54,953 55,780 0.002 55,995 56,536 57,082 57,633 58,189

5 Cepu 73,904 77,255 78,414 0.005 79,255 81,397 83,597 85,857 88,177

6 Sambong 26,402 26,755 27,158 0.002 27,241 27,449 27,659 27,870 28,083

7 Jiken 35,963 37,640 38,211 0.003 38,417 38,936 39,461 39,994 40,535

8 Bogorejo 23,577 23,966 24,296 0.002 24,371 24,560 24,750 24,942 25,136

9 Jepon 57,485 59,900 60,801 0.005 61,386 62,873 64,396 65,956 67,554

10 Blora 87,042 87,261 88,573 0.0003 88,624 88,750 88,877 89,004 89,131

11 Banjarejo 55,575 55,589 56,3700.0000

556,376 56,390 56,404 56,418 56,432

12 Tunjungan 43,035 43,301 43,955 0.001 44,032 44,225 44,419 44,613 44,809

13 Japah 32,659 33,827 34,329 0.004 34,601 35,292 35,996 36,714 37,447

14 Ngawen 58,974 61,151 62,030 0.004 62,582 63,984 65,417 66,882 68,381

15 Kunduran 62,872 64,506 65,450 0.002 65,708 66,357 67,013 67,675 68,343

16 Todanan 56,407 59,750 60,629 0.007 61,441 63,518 65,665 67,884 70,179

Jumlah826,22

9846,31

0858,87

40.0026

865,490

877,180

889,123

901,323

913,789

Sumber : RTRW Kab. Blora 2011-2031

2.2.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Blora, yaitu sebanyak 88.573

jiwa jiwa dengan luas wilayah 79,79 km2 dan luas pekarangan 17,08 km2, sehingga

kepadatan bruto-nya adalah sebesar 1.110 jiwa/km2 dan kepadatan netto sebesar 5.186

jiwa/km2. Tabel dibawah ini menampilkan kepadatan penduduk bruto dan netto tiap

kecamatan di Kabupaten Blora tahun 2009.

Tabel 2.9. Kepadatan Penduduk masing-masing Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009 (Jiwa/ Km2)

No

KecamatanLuas Wilayah

Bangunan Pekarangan

2009

(Ha) Km2 (Ha) Km2 Jumlah Penduduk

KepadatanBruto Netto

1 Jati18.362,0

5183,62

1.450,77 14,51 50.077

273 3.452 2 Randublatun 21.113,1 211,13 1.559,30 15,59 73.800 350 4.733

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-17

Page 18: blora, jawatengah

No

KecamatanLuas Wilayah

Bangunan Pekarangan

2009

(Ha) Km2 (Ha) Km2 Jumlah Penduduk

KepadatanBruto Netto

g 0

3 Kradenan10.950,8

4109,51

1.078,77 10,79 39.001

356 3.615

4 Kedungtuban10.685,8

1106,86

1.183,11 11,83 55.780

522 4.715 5 Cepu 4.914,54 49,15 1.046,62 10,47 78.414 1.595 7.492 6 Sambong 8.875,01 88,75 523,27 5,23 27.158 306 5.190

7 Jiken16.816,6

6168,17

724,50 7,25 38.211

227 5.274 8 Bogorejo 4.980,48 49,80 529,59 5,30 24.296 488 4.588

9 Jepon10.772,3

8107,72

1.181,31 11,81 60.801

564 5.147 10

Blora 7.978,61 79,791.707,97 17,08

88.5731.110 5.186

11

Banjarejo10.352,2

2103,52

1.311,08 13,11 56.370

545 4.300 12

Tunjungan10.181,5

2101,82

877,20 8,77 43.955

432 5.011 13

Japah10.305,1

9103,05

512,84 5,13 34.329

333 6.694 14

Ngawen10.098,1

9100,98

1.012,36 10,12 62.030

614 6.127 15

Kunduran12.798,2

9127,98

1.121,18 11,21 65.450

511 5.838 16

Todanan12.873,9

2128,74

1.065,22 10,65 60.629

471 5.692

Jumlah182.058,

801.820,59 16.885,09

168,85 858.874 472 5.087

Sumber : RTRW Kab. Blora 2011-2031

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan

Bogorejo dengan jumlah penduduk sebesar 24.296 jiwa dengan luas wilayah keseluruhan

49,80 km2 dan luas lahan terbangun 5,30 km2 sehingga kepadatan bruto untuk kecamatan

tersebut adalah 488 jiwa/km2 dan kepadatan netto-nya adalah sebesar 4.588 jiwa/km2.

Namun untuk kepadatan bruto terbesar adalah di Kecamatan Cepu yaitu sebesar 1.595

jiwa/km2 dan untuk kepadatan netto terbesar adalah juga di Kecamatan Cepu yaitu sebesar

7.492 jiwa/km2.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-18

Page 19: blora, jawatengah

Perkembangan kepadatan penduduk selama 5 tahun terakhir menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 kepadatan penduduk rata – rata

mencapai 463 jiwa/Km2 dan pada tahun 2009 mencapai 472 jiwa/Km2. Selama 5 tahun

tersebut Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu tetap menjadi kecamatan dengan

kepadatan penduduk tertinggi di Kabuaten Blora.

2.3. Pendidikan2.3.1. Fasilitas Pendidikan

Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tingkat pendidikan memegang

peranan penting, sehingga diperlukan fasilitas pendidikan yang memadai. Kabupaten Blora

sendiri secara keseluruhan sudah memadai dan memiliki sarana dan prasana pendidikan

untuk masing-masing tingkatan, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Jumlah fasilitas

pendidikan yang paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Blora adalah SD/MI dengan

jumlah keseluruhan sebanyak 696 buah yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

Sedangkan untuk TK/RA sebanyak 510 buah, SLTP/MTs sebanyak 124 buah, SMU/MA

sebanyak 63 buah, dan Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 4 buah. Namun untuk

fasilitas pendidikan setingkat SMU/MA dan pendidikan tinggi sebagian besar memusat di

Kecamatan Cepu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Ditinjau secara keseluruhan di Kabupaten Blora selama 3 (tiga) tahun terakhir

jumlah pendidikan mengalami peningkatan kuantitas, meskipun hanya sedikit.

Peningkatan tersebut merata pada semua jenis tingkatan sarana pendidikan, kecuali untuk

sarana pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi yang tetap berjumlah 4 (empat) buah dan

SD/MI mengalami penurunan sebanyak 12 (dua belas) buah. Selengkapnya mengenai

fasilitas pendidikan di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Blora

No Kecamatan TK/RA SD/MISLTP/MTs

SLTA/MA

AK/PT

1 Jati 24 38 7 3 02 Randublatung 43 63 12 8 03 Kradenan 19 36 5 1 04 Kedungtuban 49 50 10 5 05 Cepu 44 50 15 15 26 Sambong 11 28 3 0 07 Jiken 12 32 6 3 0

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-19

Page 20: blora, jawatengah

8 Bogorejo 13 24 3 0 09 Jepon 45 48 5 1 0

10 Blora 62 66 14 12 211 Banjarejo 25 48 6 1 012 Tunjungan 27 34 5 5 013 Japah 20 30 3 0 014 Ngawen 44 45 10 4 015 Kunduran 41 49 9 3 016 Todanan 31 55 11 2 0

Jumlah 2009 510 696 124 63 4Jumlah 2008 488 699 121 61 4Jumlah 2007 487 708 123 56 4

Sumber : Blora Dalam Angka, 2010

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-20

Page 21: blora, jawatengah

2.3.2. Tingkat Pendidikan

Angka Partisipasi Kasar (APK) dalam kurun waktu 5 tahun (TA 2005/2006 –

2009/2010) menunjukkan peningkatan, baik pada jenjang PAUD, SD/MI, SMP/MTs

maupun SMA/SMK/MA. APK PAUD masih tergolong rendah, sampai dengan tahun 2009

baru mencapai 25,49%, begitu pula pada jenjang SMA/SMK/MA yang baru mencapai

58,81% (tahun 2009). APK SD/MI tergolong tinggi namun cenderung menurun menjadi

104,29% pada tahun 2009, sedangkan APK SMP/MTs cenderung meningkat menjadi

96,06% (tahun 2009). Jika dilihat kesesuaian usia anak sekolah, tingkat partisipasi sekolah

pada masing-masing jenjang masih rendah. Pada tahun ajaran 2009/2010 APM SD/MI

baru mencapai 88,43%, APM SMP/MTs baru mencapai 67,78%, dan APM

SMA/SMK/MA baru mencapai 38,41%. Penurunan angka APM di Kabupaten Blora

disebabkan sekarang ini semakin banyak anak yang berusia kurang dari 7 tahun sudah

masuk ke SD, sehingga mengurangi angka pembilang. Perkembangan APK dan APM

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11.Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Blora

Tahun 2005-2009

No Indikator Satuan 2005/ 2006

2006/ 2007

2007/ 2008

2008/ 2009

2009/ 2010

1 Angka Partisipasi Kasar (APK)PAUD % 24,15 24,75 25,49

SD/MI %119,4

9110,43 107,87 105,17 104,29

SMP/MTs % 89,49 90,48 91,45 94,29 96,06SMA/SMK/MA % 51,02 57,12 46,84 48,88 58,81

2 Angka Partisipasi Murni (APM)SD/MI % 97,95 89,96 88,77 88,43 88,43SMP/MTs % 64,92 65,88 66,86 67,11 67,78SMA/SMK/MA % 35,59 38,92 32,35 33,67 38,41

3 Angka pendidikan yang ditamatkan

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)

2.4. Kesehatan

Dalam rangka menuju masyarakat yang sehat di Kabupaten Blora telah tersedia

berbagai fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, Balai Pengobatan,

Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Bersalin. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-21

Page 22: blora, jawatengah

secara umum memliki jumlah dan sebaran yang cukup bagus. Masing-masing di wilayah

kecamatan di Kabupaten Blora terdapat sarana kesehatan yaitu Puskesmas minimal 1 buah.

Selain itu, masing-masing kecamatan tersebut juga sudah dilengkapi dengan puskesmas

pembantu dengan jumlah minimal 2 buah.

Berdasarkan tabel jumlah fasilitas kesehatan secara sekilas dapat dirangkum jumlah

dari sarana kesehatan adalah puskesmas 26 buah, puskesmas pembantu 57 buah, Balai

Pengobatan 14 buah, Rumah Sakit 6 buah dan Rumah Sakit Bersalin 9 buah.

Tabel 2.12.Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Blora

No KecamatanPuskesm

as

Puskesmas

Balai Pengobatan Rumah Sakit

Rumah Bersalin

Pembantu

Pemerintah

Swasta

Pemerintah

Swasta

Pemerintah

Swasta

1 Jati 2 5 0 0 0 0 0 0

2Randublatung 2 6 0 3 0 0

0 3

3 Kradenan 1 3 0 0 0 0 0 0

4Kedungtuban 2 3 0 0 0 0

0 0

5 Cepu 3 2 0 6 1 1 0 36 Sambong 1 1 0 0 0 0 0 07 Jiken 1 4 0 0 0 0 0 08 Bogorejo 1 3 0 0 0 0 0 09 Jepon 2 4 0 1 0 0 0 110 Blora 2 5 0 2 2 2

0 1

11 Banjarejo 1 3 0 0 0 0

0 0

12 Tunjungan 1 2 0 0 0 0

0 0

13 Japah 1 3 0 0 0 0

0 0

14 Ngawen 2 4 0 0 0 0

0 0

15 Kunduran 2 4 0 2 0 0

0 1

16 Todanan 2 5 0 0 0 0

0 0

Jumlah 2009 26 57 0 14 3 3 0 9

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-22

Page 23: blora, jawatengah

No KecamatanPuskesm

as

Puskesmas

Balai Pengobatan Rumah Sakit

Rumah Bersalin

Pembantu

Pemerintah

Swasta

Pemerintah

Swasta

Pemerintah

Swasta

Jumlah 2008 26 56 0 12 3 2 0 10Jumlah 2007 26 56 0 12 3 2 0 8

Sumber : Blora Dalam Angka, 2010

2.5. Sosial Masyarakat2.5.1. Komposisi Pendduk

Komposisi penduduk menurut pemeluk agama di Kabupaten Blora paling dominan

penduduk menganut agama Islam sebanyak 873.373 jiwa atau 98,45 % dari jumlah

pemeluk agama di Kabupaten Blora, penganut agama yang lain adalah agama Katolik

sebanyak 3.230 jiwa, Kristen sebanyak 8.443 jiwa, Budha sebanyak 317 jiwa, Hindhu

sebanyak 91 jiwa, dan Konghuchu sebanyak 15 jiwa.

Fasilitas peribadatan di Kabupaten Blora antara lain Masjid, Langgar, Mushola,

Gereja Prostestan, Gereja Katholik, Klenteng dan Vihara. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya ketersediaan fasilitas peribadatan yang bervariasi berkaitan erat dengan penganut

agama yang ada di Kabupaten Blora juga bervariasi. Adapun jumlah dan jenis fasilitas

peribadatan yang ada di Kabupaten Blora adalah masjid sebanyak 845 unit, gereja

Prorestan 54 unit, gereja Katolik 14 unit, pura 1 unit, klenteng 1 unit dan vihara 3 unit.

2.5.2. Persentase penduduk dibawah garis kemiskinan

Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan

mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin

sulit untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang.

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora ditunjukkan pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2.13.Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Blora

Tahun 2005 – 2009No

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jumlah Penduduk 842.67 844.49 846.31 853.16 858.87

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-23

Page 24: blora, jawatengah

4 0 0 3 4

2 Penduduk Miskin163.36

5182.24

1181.61

8160.30

9150.30

3Persentase (%) Penduduk Miskin 19,39 21,58 21,46 18,79 17,50

Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)

Data terakhir pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 17,50% (150.303

jiwa), mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 (18,79%), tahun 2007 (21,46%),

tahun 2006 (21,58%) dan tahun 2005 (19,39%). Angka tersebut menunjukkan bahwa

jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora sudah mengalami penurunan selama kurun

waktu 5 tahun.

2.5.3. Tenaga Kerja

Pada bidang ketenagakerjaan dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) tingkat

partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan dari sebesar

68,6% (tahun 2005) menjadi 82,2% (tahun 2009). Namun demikian rasio penduduk yang

bekerja mengalami penurunan dari sebanyak 94,18% pada tahun 2005 menjadi 93,53%

pada tahun 2009. Perkembangan TPAK dan rasio penduduk yang bekerja dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.14TPAK, dan Rasio Penduduk yang bekerja

Kabupaten Blora Tahun 2005-2009No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 20091 Tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK)% 68,6 89,7 85,8 84,9 82,2

2 Rasio penduduk yang bekerja

% 94,18 94,28 93,94 93,61 93,53

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009).

2.6. Perekonomian2.6.1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Blora akan mampu

memberikan kondisi/ gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu. Berdasarkan

kondisi tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan acuan oleh pengguna data untuk

membuat alat monitoring, evaluasi/ kajian, perencanaan serta keputusan yang lebih

bermanfaat dan tepat sasaran.Kondisi perekonomian nasional yang secara umum

menunjukkan arah yang positif, ternyata juga berimbas positif di tingkat regional

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-24

Page 25: blora, jawatengah

Kabupaten Blora. Pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%, menurun jika

dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 5,09%. Secara umum kondisi perekonomian

wilayah Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan baik dari segi nilai produksi maupun

dari segi pertumbuhan sektoral. Nilai PDRB Kabupaten Blora Tahun 2009 berdasarkan

harga berlaku adalah Rp. 3.993.824.000.000,- nilai meningkat dibanding nilai PDRB

Kabupaten Blora Tahun 2008 berdasarkan harga berlaku yaitu Rp. 3.636.796.000.000,-.

Sehingga terjadi kenaikan sebesar 8,94%. Pertumbuhan ekonomi sebesar 8,94% tersebut

belum mencerminkan pertumbuhan yang riil/ sebenarnya karena masih terpengaruh adanya

factor kenaikan harga. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati dengan

keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada pertumbuhan atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan nilai PDRB ini dipengaruhi oleh kenaikan yang pesat pada sektor –

sektor unggulan pada sistem perekonomian Kabupaten Blora yaitu sektor pertanian, sektor

pertambangan dan energi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor – sektor lain

juga mengalami kenaikan namun nilainya secara keseluruhan masih terlalu kecil untuk

meningkatkan nilai PDRB secara agregat.

Secara riil atau berdasarkan harga konstan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Blora untuk tahun 2009 mencapai angka sebesar 4,97%, lebih rendah apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan tahun 2008 yang mengalami kenaikan sebesar 5,09%. Kondisi ini

disebabkan antara lain adanya peningkatan laju pertumbuhan pada seluruh sektor jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan terkecil adalah

sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,98%. Hal ini disebabkan karena belum

adanya pengaturan wilayah pertambangan sehingga ijin pembukaan pertambangan tidak

dapat maksimal dilakukan.

Pertumbuhan tertinggi menurut harga berlaku terjadi pada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan yakni mencapai 13,23%, kemudian disusul oleh sektor

bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing mengalami

pertumbuhan sebesar 13,16% dan 12,92% selanjutnya urutan keempat pertumbuhan

tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa sebesar 12,56%.

Sedangkan pertumbuhan tertinggi menurut harga konstan terjadi pada sektor jasa-

jasa yakni sebesar 6,35%, kemudian urutan kedua dialami oleh sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,28% disusul kemudian oleh sektor bangunan

yakni mencapai sebesar 5,45%. Sebagai gambaran nilai PDRB di wilayah Kabupaten

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-25

Page 26: blora, jawatengah

Blora baik berdasarkan harga berlaku dan harga konstan tahun 2007 dapat dijelaskan

melalui tabel berikut:

Tabel 2.15.Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Blora, Tahun 2005-2009 (Juta Rp)No

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009

1

Pertanian1.330.2

491.496.7

461.624.6

301.878.0

302.036.4

45

a. Tanaman Bahan Makanan 759.120 876.675 979.0481.122.1

491.233.19

7

b. Tanaman Perkebunan 130.596 135.232 144.575 165.880 180.858

c. Peternakan 67.696 73.368 71.353 79.913 87.218

d. Kehutanan 370.277 408.698 426.642 506.631 531.464

e. Perikanan 2.560 2.773 3.011 3.457 3.708

2 Pertambangan & Penggalian 104.079 132.724 171.825 158.247 168.322

3 Industri pegolahan 149.736 168.189 184.896 215.692 230.778

4 Listrik, Gas, Air Bersih 28.301 30.835 32.884 35.877 38.541

5 Bangunan 88.729 99.729 95.294 110.803 125.383

6Perdagangan, Hotel dan Restoran 376.023 421.989 463.382 539.762

609.525

7Pengangkutan & Komunikasi 82.594 90.622 99.489 117.645

129.159

8Keu, Persewaan & Jasa Perus. 193.672 218.403 260.351 296.890

336.170

9 Jasa - jasa 201.848 214.490 248.840 283.852 319.500

  PDRB2.555.2

322.873.7

183.181.5

913.636.7

983.993.8

24

Sumber: Blora Dalam Angka, 2010

Tabel 2.16.Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Blora, Th 2005-2009 (Juta Rp)No

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009

1 Pertanian 941.882 970.593 1.011.027

1.070.289

1.122.395

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-26

Page 27: blora, jawatengah

No

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009

a. Tanaman Bahan Makanan 526.187 548.559 601.369 634.536 674.801

b. Tanaman Perkebunan 97.653 95.483 98.472 106.616 110.560

c. Peternakan 50.220 51.124 46.507 48.864 50.592

d. Kehutanan 265.890 273.415 262.644 278.147 284.241

e. Perikanan 1.931 2.011 2.035 2.125 2.201

2 Pertambangan & Penggalian 57.656 65.252 76.320 70.522 71.918

3 Industri pegolahan 106.826 112.852 119.311 126.589 131.884

4 Listrik, Gas, Air Bersih 9.074 9.485 9.687 10.098 10.426

5 Bangunan 67.908 71.553 62.807 66.232 69.843

6Perdagangan, Hotel dan Restoran 248.815 261.674 274.250 288.283

302.934

7 Pengangkutan & Komunikasi 51.631 53.289 55.819 59.232 62.035

8Keu, Persewaan & Jasa Perus. 116.662 124.165 134.765 142.452

151.395

9 Jasa - jasa 130.992 134.307 139.673 145.930 155.203

  PDRB1.731.3

761.803.1

691.883.6

581.979.6

272.078.0

31

Sumber: Blora Dalam Angka, 2010

2.6.2. Fasilitas Perekonomian

Fasilitas perekonomian merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam memenuhi dan melayani kebutuhan hidup

sehari-sehari penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora, telah tersedia

beberapa fasilitas perekonomian berupa pasar yang terbagi kedalam jenis pasar umum,

pasar desa, pasar hewan, pasar sepeda, dan pasar buah.

Jumlah dari masing-masing pasar tersebut diatas adalah pasar umum 13 buah, pasar

desa 43 buah, pasar hewan 12 buah, dan pasar buah 1 buah. Lebih jelasnya untuk

mengetahui gambaran jumlah, jenis dan banyaknya pasar pada masing-masing kecamatan

di Kabupaten Blora dapat dilihat pada dibawah ini.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-27

Page 28: blora, jawatengah

Tabel 2.17.Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Blora

No Kecamatan Umum Desa Hewan Sepeda Buah Jumlah

1 Jati 1 1 1 0 0 32 Randublatung 2 3 1 0 0 63 Kradenan 0 3 1 0 0 44 Kedungtuban 0 3 2 0 0 55 Cepu 2 3 0 0 0 56 Sambong 0 4 0 0 0 47 Jiken 0 3 0 0 0 38 Bogorejo 0 2 0 0 0 29 Jepon 1 3 1 0 0 5

10 Blora 3 2 1 0 1 711 Banjarejo 1 3 1 0 0 512 Tunjungan 0 2 0 0 0 213 Japah 0 2 1 0 0 314 Ngawen 1 4 1 0 0 615 Kunduran 1 1 1 0 0 316 Todanan 1 4 1 0 0 5

Jumlah 2009 13 43 12 0 1 682008 14 29 14 2 2 612007 14 29 14 2 2 61

Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka, 2010

2.6.3. Industri

Industri di Kabupaten Blora didominasi industri rumah tangga. Jumlah industri

rumah tangga dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) menunjukkan peningkatan, dari

sebanyak 7.875 unit pada tahun 2005 menjadi 9,877 unit pada tahun 2009. Jumlah industri

kecil di Kabupaten Blora dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan kecenderungan

mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah industri kecil di Kabupaten Blora

sebanyak 1.140 unit menjadi 1.103 unit pada tahun 2009. Jumlah industri besar/sedang di

Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan, dari sebanyak 22 unit pada tahun 2005

menjadi 26 unit pada tahun 2009.

Secara rinci perkembangan jumlah perusahaan, tenaga kerja dan nilai produksi

industri rumah tangga, industri kecil dan industri sedang/besar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.18.Banyaknya Perusahaan, Pekerja dan Nilai Produksi

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-28

Page 29: blora, jawatengah

Industri Rumah Tangga, Kecil, dan Sedang/Besar Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

No Keterangan 2005 2006 2007 2008 20091 Industri Rumah

Tangga (unit)7.875 10.10

4 9.783 9.877 9.877

2 Industri Kecil (unit)

1.140 1.175 1.234 1.115 1.103

3 Industri Sedang/ Besar (unit)

22 25

25 24 26

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-29

Page 30: blora, jawatengah

2.6.4. Prasarana Perhubungan

Rencana jaringan prasarana lalu lintas darat adalah pengembangan terminal

penumpang seperti tabel berikut :

Tabel 2.19.Rencana Terminal dan Sub Terminal Angkutan Umum

No

Kota Lokasi Terminal

Fungsi Terminal

1. Blora

Terminal penumpang Tipe B, untuk :- angkutan jarak jauh (AKAP dan AKDP)- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

2. Cepu

Terminal penumpang Tipe A, untuk :- angkutan jarak jauh (AKAP dan AKDP)- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

3. KunduranTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

4. RandublatungTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

5. NgawenTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

6 TodananTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

7 BogorejoTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat

Sumber: Tatrawil 2009

2.6.5. Sarana Prasarana Perekonomian Lainnya

Sarana dan prasarana perkonomian lain di Kabupaten Blora yang banyak

keterkaitan dengan sanitasi diantaranya adalah bengkel las dan bubut besi/cat yang

berjumlah 189 unit, bengkel mobil sebanyak 68 unit dan bengkel motor sebanyak 455 unit.

Di samping itu adalah tempat cucian mobil/motor tersebar di seluruh kecamatan. Rumah

potong hewan sebanyak 2 tempat terdapat di Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-30

Page 31: blora, jawatengah

2.7. Visi dan Misi Kabupaten Blora2.7.1. Visi Kabupaten Blora

Visi adalah rumusan keadaan masa depan yang ingin dicapai dengan mendasarkan

pada situasi dan kondisi yang ada. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Blora

tahun 2010-2015 adalah “Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju

Masyarakat Blora yang Sejahtera”

Berdasarkan visi jangka menengah tersebut, diharapkan seluruh unsur pemerintah

daerah Kabupaten Blora dapat mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk

mewujudkan pemerintahan yang bersih dan masyarakat yang sejahtera.

Penjelasan visi jangka menengah Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:

1. Pemerintahan yang bersih, mengandung maksud bahwa penyelenggaraan pemerintahan

dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)

ditandai pemerintahan yang bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),

sumber daya aparatur yang berkualitas dan profesional, mengedepankan pelayanan

publik secara optimal, adanya jaminan kebebasan berpendapat,

2. Masyarakat yang sejahtera, mengandung maksud bahwa seluruh masyarakat

Kabupaten Blora telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya meliputi sandang,

pangan, papan, pendidikan dan kesehatan secara layak. Kondisi ini ditandai tingginya

pendapatan per kapita penduduk, pemerataan pendidikan bagi masyarakat, tingginya

derajat kesehatan masyarakat, menurunnya jumlah penduduk miskin, terciptanya iklim

investasi, meningkatnya jumlah lapangan kerja di berbagai sektor usaha, ketersediaan

infrastruktur dasar dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup.

2.7.2. Misi Kabupaten Blora

Sesuai dengan harapan “Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih Menuju

Masyarakat Blora yang Sejahtera”, maka ditetapkan misi pembangunan jangka menengah

Kabupaten Blora tahun 2010-2015 sebagai upaya untuk mewujudkan visi, yaitu sebagai

berikut:

1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih,

bebas KKN, berdaya dan berhasil guna disemua bidang pemerintahan dalam

rangka meningkatkan pelayanan publik.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-31

Page 32: blora, jawatengah

2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur sampai tingkat perdesaan.

3. Mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian beserta pemasaran hasilnya

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.

4. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan lapangan kerja yang

luas bagi masyarakat.

5. Mewujudkan pendidikan gratis di tingkat SD / MI dan SMP / MTs serta murah

ditingkat SMA / MA.

6. Mewujudkan kesehatan gratis untuk semua jenis pelayanan di puskesmas dan

jenis pelayanan sampai klas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono

Blora dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.

7. Mewujudkan peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan

pasar tradisional.

8. Mewujudkan perlindungan terhadap kelestarian alam.

9. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.

2.8. Institusi dan Organisasi Pemda

Institusi dan organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora terdiri atas 11 Dinas, 11

Lembaga Teknis Daerah dan Satpol PP.

Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Blora, terdapat tiga institusi yaitu

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Staf Ahli. Sekretariat Daerah mempunyai tugas

pokok membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Staf Ahli,

Sekretariat DPRD, Bupati, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, Kecamatan

dan Kelurahan. Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan

fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh

DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Tugas dan fungsi staf ahli ditetapkan

oleh Bupati di luar tugas dan fungsi perangkat daerah.

Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Blora, maka Lembaga Teknis di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Blora sebagai berikut :

1. Inspektorat;

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-32

Page 33: blora, jawatengah

3. Badan Kepegawaian Daerah;

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana;

5. Badan Lingkungan Hidup;

6. Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perijinan;

7. Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik;

8. Kantor Ketahanan Pangan;

9. Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah;

10. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora; dan

11. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.

Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-

Dinas Daerah Kabupaten Blora, maka Dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Blora sebagai berkut :

1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;

2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan;

4. Dinas Kehutanan;

5. Dinas Pekerjaan Umum;

6. Dinas Perhubungan,Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi Dan Informatika;

7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dan Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah;

8. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Sosial;

9. Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral;

10. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil; dan

11. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah.

Berdasarkan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Blora, terdapat 16 Kecamatan dengan tugas pokok

melaksanakan pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani

sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, dan 24

Kelurahan dengan tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan dan melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan

oleh Bupati yang disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip

efisiensi dan peningkatan akuntabilitas

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-33

Page 34: blora, jawatengah

Berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Blora, dibentuk Satpol PP dengan tugas pokok

menegakkan Peraturan Daerah serta menyelenggarakan ketertiban umum, ketentraman

masyarakat, perlindungan masyarakat dan penanggulangan bencana.

2.9. Tata Ruang Wilayah

Tinjauan mengenai tata ruang wilayah didasarkan pada Perda Kabupaten Blora No. 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora Tahun 2011-2031. Dalam tinjauan tata ruang wilayah ini dijelaskan mengenai Rencana Struktur Ruang yang terdiri dari sistem pusat kegiatan (Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan) dan Sistem Jaringan Prasarana serta dijelaskan juga mengenai Rencana Pola Ruang Kabupaten Blora.

2.9.1. Rencana Struktur Ruang2.9.1.1. Sistem Pusat Kegiatan

Rencana Sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Blora diarahkan membentuk struktur jenjang kota sebagai berikut:

1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) untuk melayani kegiatan skala propinsi atau beberapa kabupaten adalah Perkotaan Cepu dengan fungsi pelayanan sebagai pusat kawasan perdagangan, perhubungan, pendidikan, pengetahuan teknologi, industri, dan permukiman;

2. PKL (Pusat Kegiatan Lingkungan) sebagai pusat wilayah (regional centre) juga sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Blora adalah Perkotaan Blora yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan tingkat kabupaten, pusat perdagangan regional, pendidikan, perdagangan dan jasa, dan permukiman;

3. PKLp (Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi), derah yang termasuk dengan PKLp adalah Perkotaan Randublatung dengan fungsi perhubungan, perdagangan, pertanian, dan permukiman; dan Perkotaan Kunduran dengan fungsi agro industri, agro forestry dan agro bisnis;

4. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa. PPK Kabupaten Blora antara lain:

a. Todanan dengan fungsi agro industri, pertambangan, perhubungan, dan pemukiman

b. Japah dengan fungsi perdagangan, pertanian industri, dan pemukimanc. Tunjungan dengan fungsi kegiatan industri, pertanian, dan pemukimand. Jepon dengan fungsi perdagangan industri menengah, dan pemukimane. Bogorejo dengan fungsi pertanian, pertambangan, dan pemukimanf. Sambong dengan fungsi pertanian, industri, dan pemukimang. Kradenan dengan fungsi pertanian, industri, migas dan pemukimanh. Jati dengan fungsi pertanian, industri, migas dan pemukimani. Kedungtuban dengan fungsi perdagangan, industri dan pertanian dan pemukiman

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-34

Page 35: blora, jawatengah

j. Banjarejo dengan fungsi pertanian, perkebunan dan pemukimank. Ngawen dengan fungsi pertanian, industri menengah dan pemukimanl. Jiken dengan fungsi pertanian, perkebunan dan pemukiman

Rencana sistem perdesaan di Kabupaten Blora, ditetapkan 22 desa yang berpotensi

menjadi pusat antar desa atau beberapa desa yang selanjutnya disebut Desa Pusat

Pertumbuhan (DPP). Menurut Keputusan Menteri PU No. 16 Tahun 2009, DPP tersebut

melayani Kegiatan pada Desa yang disebut Pusat Pelayanan Lokal (PPL), masing-masing

DPP atau PPL melayani 3 – 7 desa. PPL berfungsi sebagai fungsi pusat pelayanan antar

desa.

PPL (Pusat Pelayanan Lokal) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala antar desa. Terdapat 22 PPL di Kabupaten Blora antara lain:

1. PPL 1, dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di Desa Jegong, yang terdiri dari

Desa: Pelem, Kepoh, Gempol dan Bangklean. Desa – Desa tersebut seluruhnya

berada di Kecamatan Jati.

2. PPL 2, dengan DPP di Desa Kradenan, yang terdiri dari Desa: Nglebak, Nginggil,

Megeri (Kecamatan Kradenan), dan Desa Tlogotuwung dan Bodeh (Kecamatan

Randublatung)

3. PPL 3, dengan DPP di Desa Kalisari, yang terdiri dari Desa: Tanggel dan Nglirom

(Kecamatan Randublatung) dan Jatiklampok dan Jatisari (Kecamatan Banjarejo)

4. PPL 4, dengan DPP di Desa Kemantren, yang terdiri dari Desa: Gondel, Sidorejo,

Jimbung, Panolan, dan Ketuwan (Kecamatan Kedungtuban).

5. PPL 5, dengan DPP di Desa Ngloram, yang terdiri dari Desa: Gadon, Kapuan,

Jipang dan Cabean (Kecamatan Cepu).

6. PPL 6, dengan DPP di Desa Semanggi, yang terdiri dari Desa: Blungun

(Kecamatan Jepon), Desa Galuk, dan Temenggeng (Kecamatan Sambong), dan

Nglobo (Kecamatan Jiken)

7. PPL 7, dengan DPP di Desa Nglebur, yang terdiri dari Desa: Janjang dan Bleboh

(Kecamatan Jiken)

8. PPL 8, dengan DPP di Desa Sendangrejo, yang terdiri dari Desa: Gayam dan

Gandu (Kecamatan Bogorejo)

9. PPL 9, dengan DPP di Desa Karang, yang terdiri dari Desa: Gombang, Prantaan,

Sarirejo, Karanganyar, Nglengkir dan Jurangjero (Kecamatan Bogorejo)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-35

Page 36: blora, jawatengah

10. PPL 10, dengan DPP di Desa Jatirejo, yang terdiri dari Desa: Bacem, Soko dan

Waru (Kecamatan Jepon) dan Tempuran dan Platungan (Kecamatan Blora)

11. PPL 11, dengan DPP di Desa Sitirejo, yang terdiri dari Desa: Nglangitan dan Keser

(Kecamatan Tunjungan), dan Ngampel dan Ngadipurwo (Kecamatan Blora)

12. PPL 12, dengan DPP di Desa Ngampon, yang terdiri dari Desa: Jomblang dan

Bangsri (Kecamatan Jepon), dan Purworejo dan Jepangrejo (Kecamatan Blora)

13. PPL 13, dengan DPP di Desa Klopoduwur, yang terdiri dari Desa: Sumberagung

dan Sidomulyo (Kecamatan Banjarejo)

14. PPL 14, dengan DPP di Desa Bacem, yang terdiri dari Desa: Balongsari,

Wonosemi, Sambonganyar dan Jetakwanger (Kecamatan Ngawen)

15. PPL 15, dengan DPP di Desa Plumbon, yang terdiri dari Desa: Bergolo, Gedebeg,

Kendayaan, Kedungsatrian dan Talokwohmojo (Kecamatan Ngawen)

16. PPL 16, dengan DPP di Desa Kemiri, yang terdiri dari Desa: Kodokan, Sonokidul,

Botoreco, Buloh (Kecamatan Kunduran) dan Rowobungkul (Kecamatan Ngawen)

17. PPL 17, dengan DPP di Desa Ngawenombo, yang terdiri dari Desa: Kedungwaru

dan Balong (Kecamatan Kunduran, Srigading dan Karangjong (Kecamatan

Ngawen), dan Tinapan (Kecamatan Todanan)

18. PPL 18, dengan DPP di Desa Ngapus, yang terdiri dari Desa: Dologan (Kecamatan

Japah) dan Gunungan, Kajengan, Dringo, Gondoriyo, dan Kembang (Kecamatan

Todanan)

19. PPL 19 dengan DPP di Desa Kalinanas, yang terdiri dari Desa: Gaplokan

(Kecamatan Japah) dan Kedungbacin, Ledok, dan Bedingin (Kecamatan Todanan)

20. PPL 20, dengan DPP di Desa Sumberejo, yang terdiri dari Desa: Wotbakah,

Bogorejo, dan Ngiyono (Kecamatan Japah)

21. PPL 21, dengan DPP di Desa Karanganyar, yang terdiri dari Desa: Candisari,

Wukirsari, Bicak dan Sendang (Kecamatan Todanan)

22. PPL 22, dengan DPP di Desa Ngumbul, yang terdiri dari Desa: Sonokulon,

Sambeng, Prigi, Pelemsengir, dan Kacangan (Kecamatan Todanan)

2.9.1.2. Sistem Jaringan Prasarana

A. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pengembangan sistem wilayah sungai di Kabupaten Blora berupa pengelolaan

Wilayah Sungai Bengawan Solo yang merupakan wilayah sungai antar provinsi.

Kewenangan pengelolaan merupakan kewenangan Pemerintah Pusat sehingga

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-36

Page 37: blora, jawatengah

pengelolaannya mengacu pada pola dan rencana pengelolaan wilayah sungai yang

ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Selain itu pengembangan sistem sungai yang

lain berupa pengelolaan Wilayah Sungai Lusi dan Sungai Juana yang merupakan wilayah

sungai antar kabupaten. Kewenangan pengelolaan merupakan kewenangan Pemerintah

Provinsi.

Pada tahun 2021 ditargetkan 50% dari seluruh penduduk akan terlayani, yaitu sebesar

529.574 jiwa. Sehingga sambungan rumah yang akan terlayani adalah sebesar

57.193.998,37 liter/hari. Untuk sambungan kran umum diasumsikan sekitar 20% dari

sambungan rumah, yaitu sebesar 11.438.799,67 liter/hari. Kebutuhan non domestik dan

perkiraan kehilangan air masing – masing sekitar 20%, yaitu sebesar 11.438.799,67

liter/hari. Maka selanjutnya dapat diketahui total kebutuhan air adalah sebesar

91.510.397,39 liter/hari. Pada tahun 2031 ditargetkan 50% dari seluruh penduduk akan

terlayani, yaitu sebesar 548.849 jiwa. Sehingga sambungan rumah yang akan terlayani

adalah sebesar 59.275.643,52 liter/hari. Untuk sambungan kran umum diasumsikan sekitar

20% dari sambungan rumah, yaitu sebesar 11.855.128,70 liter/hari. Kebutuhan non

domestik dan perkiraan kehilangan air masing – masing sekitar 20%, yaitu sebesar

11.855.128,70 liter/hari. Maka selanjutnya dapat diketahui total kebutuhan air adalah

sebesar 94.841.029,64 liter/hari.

Saat ini di Kabupaten Blora hanya 8 (delapan) Kecamatan saja yang tersedia

jaringan air bersih, yaitu: Blora, Cepu, Todanan, Ngawen, Kunduran, Randublatung,

Kedungtuban dan Kradenan. Baru 35 % saja dari penduduk Kabupaten Blora yang dapat

menikmati pelayanan PDAM, sedangkan selebihnya 65% masih menggunakan sumur gali.

Hal tersebut diperburuk dengan kondisi wilayah yang dipastikan mengalami kekeringan

pada musim kemarau, yaitu antara Bulan Juni hingga Oktober.

Keberadaan instalasi air bersih saat ini sudah tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan air bersih dari masyarakat Kabupaten Blora, untuk itu diusulkan adanya:

1) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari Waduk Greneng di

Kecamatan Tunjungan dengan kapasitas 2.299.870 m3 seluas 63 Ha.

2) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari Waduk Bentolo di

Kecamatan Todanan dengan debit ± 150 liter / detik yang lokasinya berada pada

kawasan hutan Perhutani.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-37

Page 38: blora, jawatengah

3) Pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan di Kabupaten

Blora

4) Pemanfaatan Sungai Bengawan Solo sebagai sumber air baku dengan kapasitas debit

± 200 liter/detik, dengan sasaran pelayanan, yaitu kecamatan: Cepu, Sambong, Jiken,

dan Jepon.

5) Pengambilan air baku sumur dalam dari wilayah Kecamatan Randublatung untuk

melayani Kecamatan Jati/Doplang dengan debit sebesar ± 25 liter/detik.

6) Pengambilan air bersih dari embung Jegong di kecamatan Jati dan embung

Gembyungan kecamatan Randublatung

7) Pembangunan Waduk Randugunting di alur sungai Banyuasin di Desa Kalinanas,

Kecamatan Japah.

Tinggi bendungan/waduk Randugunting direncanakan ± 29,50 m dengan luas

genangan sebesar 250 ha dan kapasitas tampungan total waduk sebesar 13 juta m3.

Tata guna lahan di rencana daerah genangan adalah hutan (65,70%), lading/tegalan

(19%) dan sawah tadah hujan (15,3%). Waduk Randugunting ini difungsikan sebagai

pengendali banjir, penyedia air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman dan

produktivitas tanaman dari lahan yang ada, serta memenuhi kebutuhan air baku untuk

kebutuhan domestic dan indutri dengan proyeksi kebutuhan air sampai dengan tahun

2055 adalah 90 liter/detik. Sedangkan dampak positif secara tidak langsung dari

pembangunan Waduk Randugunting adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat

petani melalui peningkatan indeks pertanaman serta usaha peternakan, meningkatkan

taraf hidup masyarakat sekitar Waduk melalui pengembangan perikanan air tawar,

serta mendukung pengembangan sektor pariwisata dan terbukanya lapangan kerja

yang baru di bidang pariwisata bagi masyarakat di sekitar waduk.

8) Rencana pembangunan embung, meliputi:

1. Embung Suruhan di Kecamatan Jiken

2. Embung Kedungwungu di Kecamatan Todanan.

3. Embung Sambong di Kecamatan Sambong

4. Embung Kalisari di Kecamatan Randublatung

5. Embung Bangsri II di Kecamatan Jepon

6. Embung Tlogowungu 2 di Kecamatan Japah

7. Embung Kedungmulyo di Kecamatan Todanan

8. Embung Semanggi di Kecamatan Jepon

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-38

Page 39: blora, jawatengah

9. Embung Polaman Alt 2 di Kecamatan Blora

10. Embung Polaman Alt 1 di Kecamatan Blora

11. Embung Jurangjero di Kecamatan Banjarejo

12. Embung Tlogowungu 1 di Kecamatan Japah

13. Embung Bedingin di Kecamatan Todanan

14. Embung Karangjong Kecamatan Todanan

15. Embung Klopoduwur di Kecamatan Banjarejo

16. Embung Jomblang di Kecamatan Jepon

17. Embung Wonosemi di Kecamatan Banjarejo

18. Embung Dologan di Kecamatan Japah

19. Embung Dringo di Kecamatan Todanan

20. Embung Gembol di Kecamatan Bogorejo

21. Embung Sumberejo di Kecamatan Ngawen

22. Embung Nglengkir di Kecamatan Bogorejo

23. Embung Soko di Kecamatan Jepon

24. Embung Nglangitan di Kecamatan Tunjungan

25. Embung Tunjungan di Kecamatan Tunjungan

26. Embung Kembang di Kecamatan Todanan

27. Embung Blimbing di Kecamatan Bogorejo

28. Embung Singonegoro di Kecamatan Jiken

29. Embung Jaga di Kecamatan Randublatung;

30. Embung Jegong di Kecamatan Jati;

31. Embung Pengkok di Kecamatan Sambong;

32. Embung Ngawenan di Kecamatan Sambong;

33. Embung Blungun di Kecamatan Jepon;

34. Embung Karangnongko di Kecamatan Kradenan;

35. Embung Jatisari di Kecamatan Banjarejo;

36. Embung Kendang di Kecamatan Randublatung

37. Embung Pucang di Kecamatan Kedungtuban.

Target yang ingin dicapai dengan membangun embung-embung ditas adalah:

1) Memaksimalkan pemanfaatan air permukaan di Kabupaten Blora dengan membangun

embung-embung guna menampng air di musim hujan untuk kesejahteraan rakyat untuk

mencukupi kebutuhan air di musim kemarauyaitu untuk irigasi, air minum dan bila

dimungkinkan untuk mencukupi kebutuhan industri yang ada di Kabupaten Blora.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-39

Page 40: blora, jawatengah

2) Mengurangi dan mengendalikan daya rusak air dengan menahan dan menampung air

hujan di musim hujan.

Pengembangan waduk dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan

sumber daya air akan dikembangkan dengan mempertimbangkan faktor kondisi

lingkungan di sekitarnya. Faktor tersebut antara lain:

1) daya dukung sumber daya air

2) kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat

3) kemampuan pembiayaan

4) kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.

Dengan pemenuhan faktor tersebut maka pembangunan prasarana pengelolaan air

bersih tidak akan mengganggu kondisi yang ada di sekitarnya. Untuk areal lahan yang

memiliki penggunaan lahan sebagai lahan yang beririgasi teknis akan tetap dipertahankan.

Hal itu dilakukan agar tidak merubah fungsi peruntukan areal tersebut. Jika memang harus

dilakukan perubahan fungsi lahan maka harus disediakan lahan atau areal baru untuk

menggantikan lahan yang beririgasi teknis yang berubah gunalahannya. Lahan pengganti

tersebut harus memiliki luas minimal sama dengan luas lahan yang diubah gunalahannya

ditambah dengan biaya investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.

B. Pengembangan sarana dan prasarana persampahan

Untuk analisis jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kabupaten Blora setiap harinya

dapat digunakan perhitungan standar sebagai berikut:

Sampah rumah tangga : 2 liter/orang/hari

Sampah domestik : 50 % sampah rumah tangga

Kapasitas tong sampah : daya tampung sampah 30 – 50 liter

Kapasitas armada sampah: gerobak/becak sampah 2.000 liter/hari, truk sampah 24.000

liter/hari

Di Kabupaten Blora pada tahun 2031 diproyeksikan memiliki potensi timbulan

sampah sebanyak 4.435,51 m3/hr dengan target pelayanan sebesar 40 % dari seluruh

penduduk maka sampah yang terlayani adalah sebesar 1.774,20 m3. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut diatas selanjutnya dapat diketahui kebutuhan sarana pengumpul dan

pengangkut sampah, berupa:

Tong sampah dengan kapasitas 40 liter sebanyak 44.355 unit

Gerobak sampah dengan kapasitas 0,8 m3 sebanyak 2.216 unit

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-40

Page 41: blora, jawatengah

Transfer depo dengan kapasitas 10 m3 sebanyak 177 unit

Dump truck dengan kapasitas 6 m3 per rit dan 2 rit per hari sebanyak 148 unit.

Tabel 3.9.Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Sampah 2021

No KecamatanJumlah

Penduduk(Jiwa)

PotensiTimbulan Sampah(5 lt/jw/hr)=m3/hr

Sarana Pengumpul dan pengangkut

Tong Sampah

40lt

Gerobak Sampah(0,8 m3)

Tranfer depo

(10 m3)

Dump Truk

(6 m3 per hari) /rit

1 hari(2 rit)

1 Jati 52.369 261,85 2.618 131 10 17 92 Randublatung 74.657 373,29 3.733 187 15 25 123 Kradenan 39.340 196,70 1.967 98 8 13 74 Kedungtuban 57.082 285,41 2.854 143 11 19 105 Cepu 83.597 417,99 4.180 209 17 28 146 Sambong 27.659 138,30 1.383 69 6 9 57 Jiken 39.461 197,31 1.973 99 8 13 78 Bogorejo 24.750 123,75 1.238 62 5 8 49 Jepon 64.396 321,98 3.220 161 13 21 1110 Blora 88.877 444,39 4.444 222 18 30 1511 Banjarejo 56.404 282,02 2.820 141 11 19 912 Tunjungan 44.419 222,10 2.221 111 9 15 713 Japah 35.996 179,98 1.800 90 7 12 614 Ngawen 65.417 327,09 3.271 164 13 22 1115 Kunduran 67.013 335,07 3.351 168 13 22 1116 Todanan 65.665 328,33 3.283 164 13 22 11

Jumlah 889.123 4.435,51 44.355

2.218 177 296 148

Pada tahun 2031 diproyeksikan memiliki potensi timbulan sampah sebanyak

4.558,79 m3/hr dengan target pelayanan sebesar 40 % dari seluruh penduduk maka

sampah yang terlayani adalah sebesar 1.823,52 m3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut

diatas selanjutnya dapat diketahui kebutuhan sarana pengumpul dan pengangkut sampah,

berupa:

Tong sampah dengan kapasitas 40 liter sebanyak 45.588 unit

Gerobak sampah dengan kapasitas 0,8 m3 sebanyak 2.279 unit

Transfer depo dengan kapasitas 10 m3 sebanyak 182 unit

Dump truck dengan kapasitas 6 m3 per rit dan 2 rit per hari sebanyak 152 unit.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-41

Page 42: blora, jawatengah

Tabel 3.10.Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Sampah 2031

No KecamatanJumlah

Penduduk(Jiwa)

PotensiTimbulan Sampah

(5 lt/jw/hr) =m3/hr

Sarana Pengumpul dan pengangkut

Tong Sampah

40lt

Gerobak Sampah(0,8 m3)

Tranfer depo

(10 m3)

Dump Truk(6 m3 per hari) /rit

1 hari(2 rit)

1 Jati 54.358 271,79 2.718 136 11 18 92 Randublatung 75.379 376,90 3.769 188 15 25 133 Kradenan 39.625 198,13 1.981 99 8 13 74 Kedungtuban 58.189 290,95 2.909 145 12 19 105 Cepu 88.177 440,89 4.409 220 18 29 156 Sambong 28.083 140,42 1.404 70 6 9 57 Jiken 40.535 202,68 2.027 101 8 14 78 Bogorejo 25.136 125,68 1.257 63 5 8 49 Jepon 67.554 337,77 3.378 169 14 23 1110 Blora 89.131 445,66 4.457 223 18 30 1511 Banjarejo 56.432 282,16 2.822 141 11 19 912 Tunjungan 44.809 224,05 2.240 112 9 15 713 Japah 37.447 187,24 1.872 94 7 12 614 Ngawen 68.381 341,91 3.419 171 14 23 1115 Kunduran 68.343 341,72 3.417 171 14 23 1116 Todanan 70.179 350,90 3.509 175 14 23 12

Jumlah 913.789 4.558,7945.588

2.279 182 304 152

Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah saat ini yang berada di Kecamatan Blora

dan Cepu untuk melayani hingga akhir tahun perencanaan (2031) diperlukan adanya

penambahan yang lebih tepat ditempatkan di Kecamatan Randublatung dan Kecamatan

Todanan. Dengan demikian sampah yang dihasilkan masyarakat dapat terbagi menjadi 4

(empat) titik pembuangan akhir, yaitu: barat (Kecamatan Todanan), utara (Kecamatan

Blora), selatan (Kecamatan Randublatung) dan timur (Kecamatan Cepu)

Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Blora menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah Kabupaten Blora serta masyarakat setempat. Selama ini pengelolaan sampah yang

dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, terutama dilakukan di kawasan

perkotaan yang meliputi yaitu pengumpulan dari rumah tangga – tong sampah – gerobak

sampah – TPS – Truk pengangkut – TPA.

Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan

sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan

pemukiman atau kota.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-42

Page 43: blora, jawatengah

1) Penanganan Setempat

Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh

penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan

cara lain yang masih dapat dibenarkan.

Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya

tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.

2) Pengelolaan Terpusat

Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan

penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota.

Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena

cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek – aspek tersebut dikelompokkan dalam 5

aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan

retribusi serta aspek peran serta masyarakat.

Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan

pembuangan akhir.

a. Pewadahan

Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampah

sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola

dan atau swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan

operasionalnya, tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada

pemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering.

Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali

sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.

b. Pengumpulan

Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan alat

angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan

lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk

daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak

teratur)

Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,

pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-43

Page 44: blora, jawatengah

c. Pemindahan

Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk)

dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi

pengangkutan

Lokasi pemindahan haru dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m

Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA

lebih besar dari 25 km

d. Pengangkutan

Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah

pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah

pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika

dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh

pengguna jasa

Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time

motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.

Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan

membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat

Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan

kemampuan pemeliharaan

Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang

harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana

dan sarana persampahan

Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,

pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),

pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas

metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant

mechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca

yang berpengaruh pada iklim global.

Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota

dan skala regional.

Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana,

SDM dan kemudahan operasional.

e. Pembuangan akhir

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-44

Page 45: blora, jawatengah

Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata

Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari

lingkungan, maka jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan

terdekat > 500 m, ke airport 1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m

(untuk pesawat jet). Selain itu muka air tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung

dengan nilai K < 10-6 cm/det.

Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill

(untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar dan

metropolitan) dengan “sistem sel”

Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase

keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone)

Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar

kedap air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring

atau landfill gas extraction untuk mngurangi emisi gas.

Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer,

excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup

Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkala

dengan ketebalan 20-30 cm

Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidak

dapat dilakukan secara harian dan penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai

dengan peruntukan lahan bekas TPA

Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah

ditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi

sampah menjadi gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah

penutupan TPA

Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan

membutuhkan tenaga terdidik yang memadai

Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan terbuka

hijau.

Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana persampahan dapat dilakukan

secara sendiri atau terpadu oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Swasta dan

masyarakat. Kegiatan pengelolaan sampah yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat,

menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-45

Page 46: blora, jawatengah

Timbulan sampah di TPA biasanya tidak seluruhnya dapat terangkut setiap

harinya. Jika hal ini tidak diantisipasi maka akan menimbulkan penimbunan sampah kota

dalam jumlah besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah kota

adalah dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Maksud dari

pengelolaan sampah 3R adalah:

1) Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah

di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah

dihasilkan.

2) Reuse (R2)

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi

sampah (tanpa melalui proses pengolahan)

3)  Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah)

menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan. 

Dalam pengelolaan sampah 3R ini memfokuskan pada peran serta masyarakat

sebagai pelaku dalam mengelola sampah yang dihasilkan masing-masing rumah tangga.

Masyarakat diharapkan dapat memilah-nilah sendiri sampah yang dihasilkan, mana

sampah yang dapat digunakan kembali ataupun di daur ulang.

C. Pengembangan Sarana dan Prasarana Limbah

Pengelolaan sarana dan prasarana limbah di Kabupaten Blora dilakukan sebagai berikut :

1. pengembangan saluran pembuangan air limbah secara komunal;

2. pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebar diseluruh

kecamatan;

3. pengembangan instalasi pengolah air limbah (IPAL) tersebar diseluruh kecamatan;

pengembangan instalasi pengolah limbah tinja (IPLT) di Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu.

D. Pengembangan Prasarana Drainase

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-46

Page 47: blora, jawatengah

Kondisi wilayah Kabupaten Blora mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari

dataran tinggi, perbukitan, dataran rendah dengan pola aliran air menuju ke 2 (dua) sungai

utama, yaitu Sungai Lusi dan Sungai Bengawan Solo. Kondisi tersebut sangat rawan

terhadap bahaya banjir, terutama pada wilayah di sekitar sungai tersebut. Selain itu,

apabila banyak dilakukan pembangunan dengan perkerasan yang semakin mengurangi

daerah tangkapan serta pendangkalan sungai akan semakin memperbesar kemungkinan

terjadinya banjir. Jaringan drainase di Kabupaten Blora direncanakan dikembangkan

melalui dua model, yaitu sistem konvensional dan sistem ekodrainase.

1) Sistem Konvensional

Jaringan drainase di Kabupaten Blora secara konvensional direncanakan terdiri dari

jaringan drainase primer, sekunder dan tersier. Jaringan drainase primer direncanakan

meliputi sungai-sungai di Kabupaten Blora. Pengembangan jaringan drainase sekunder

dilakukan pada saluran-saluran tepi jalan utama dan beberapa saluran tepi jalan yang

dialirkan menuju ke saluran primer, sedangkan untuk saluran tersier dikembangkan

pada saluran-saluran dari rumah tangga menuju ke saluran tepi jalan.

Rencana perbaikan saluran drainase di Kabupaten Blora perlu dikembangkan melalui

perkerasan, terutama pada saluran tepi jalan. Pola terasering pada penyusunan dan

pembangunan saluran drainase diperlukan mengingat Kabupaten Blora memiliki

kondisi topografi berbukit-bukit dengan pola aliran air dan koefisien run off cukup

tinggi.

Gambar 3.2.Pola Aliran Jaringan Drainase

2) Sistem Ekodrainase

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-47

Page 48: blora, jawatengah

Konsep pengembangan sistem ekodrainase dapat disebut sebagai konsep

pengembangan drainase ramah lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya

mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah

secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai

sebelumnya. Konsep drainase ramah lingkungan dilakukan agar air kelebihan pada

musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai,

namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah

untuk cadangan pada musim kemarau.

Tujuan dari penerapan sistem ekodrainase di Kabupaten Blora dilakukan sebagai

upaya untuk menanggulangi proses pembuangan air genangan secara cepat dari

saluran tersier ke saluran sekunder dan menuju ke saluran primer pada sistem drainase

konvensional. Pengaliran air secara cepat menuju ke saluran-saluran primer akan

menyebabkan penurunan kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini akan

berdampak pada pengurangan cadangan air tanah, kekeringan pada musim kemarau,

tanah longsor dan penumpukan beban air pada daerah hilir (saluran primer) yang

meyebabkan terjadinya banjir terutama pada musim penghujan.

Rencana pengembangan drainase melalui konsep sistem ekodrainase di Kabupaten

Blora dilakukan melalui pembuatan kolam konservasi, metode sumur resapan, metode

river side polder, dan metode pengembangan areal perlindungan air tanah (ground

water protection area).

Metode Kolam Konservasi

Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam air, baik di

daerah perkotaan, permukiman, pertanian, atau perkebunan di Kabupaten Blora.

Kolam konservasi dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu, diresapkan

dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan. Kolam konservasi

dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah bertopografi rendah, daerah bekas

galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan menggali

suatu areal tertentu. Kolam konservasi dapat berupa rawa, danau kecil, telaga,

kolam dan sebagainya.

Rencana jaringan drainase dengan metode kolam konservasi dilakukan melalui

proses pemeliharaan dan pengalokasian kolam konservasi pada beberapa tempat

tertentu.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-48

Page 49: blora, jawatengah

Pengembangan konsep ekodrainase untuk areal pertanian dan hutan di Kabupaten

Blora tentunya perlu direncanakan melalui pembuatan parit-parit (kolam)

konservasi air hujan. Parit ini sangat penting untuk cadangan air musim kemarau

sekaligus meningkatkan konservasi air hujan di daerah hulu, serta meningkatkan

daya dukung ekologi daerah setempat. Konstruksi parit cukup sederhana, berupa

galian tanah memanjang atau membujur di beberapa tempat tanpa pasangan. Pada

parit tersebut sekaligus bisa dijadikan tempat budidaya ikan dan lain-lain.

Metode Sumur Resapan

Pengembangan metode sumur resapan merupakan rencana praktis dengan cara

membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap

perumahan atau kawasan di Kabupaten Blora. Sumur resapan dapat dikembangkan

pada areal olahraga dan wisata, sedangkan konstruksi dan kedalaman sumur

resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Sumur resapan hanya

dikhususkan untuk air hujan, sehingga tidak diizinkan memasukkan air limbah

rumah tangga ke dalam sumur resapan.

Metode River Side Polder

Rencana penerapan metode river side polder di Kabupaten Blora dilakukan untuk

menahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan (hujan) di sepanjang

bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir sungai-sungai di Kabupaten Blora

dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat secara selektif

di sepanjang sungai. Lokasi polder, sejauh mungkin dikembangkan mendekati

kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan

tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik (banjir),

sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga

banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-49

Page 50: blora, jawatengah

Metode Areal Perlindungan Air Tanah

Metode areal perlindungan air tanah dilakukan dengan cara menetapkan kawasan

lindung untuk air tanah, dimana pada kawasan tersebut dikhususkan untuk

meresapkan air hujan ke dalam tanah. Di Kabupaten Blora perlu sesegara mungkin

dicari lokasi-lokasi yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai areal untuk

recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian penting dari

komponen drainase kawasan. Pengadaan tanaman yang membantu penyerapan

pada kawasan resapan air sangat diperlukan keberadaannya. Pengembangan areal

perlindungan air tanah dapat dilakukan dengan memperhatikan rencana

pengembangan dan kondisi eksisting kawasan lindung di Kabupaten Blora,

khususnya kawasan lindung untuk resapan air dan kawasan sekitar mata air.

Pengembangan konsep ekodrainase dalam penyusunan rencana jaringan drainase di

Kabupaten Blora, melalui pembuatan kolam konservasi, sumur resapan, river side

polder dan areal perlindungan tanah perlu dilakukan mengingat urgensi dari

penerapan konsep ekodrainase dalam meminimalisasi permasalahan banjir,

kekeringan dan tanah longsor serta sebagai balance dalam penerapan konsep

pengembangan drainase dengan sistem konvensional, selain itu kondisi topografi

wilayah di Kabupaten Blora yang berbukit-bukit dan merupakan daerah

pegunungan dengan koefisien run off aliran air cukup tinggi terutama pada musim

penghujan, sangat mendukung sekali diterapkannya konsep sistem ekodrainase.

Namun pengembangan tersebut memerlukan studi lebih lanjut mengenai penentuan

dan kelayakan lokasi, pemilihan metode yang relevan dengan kondisi eksisting,

dampak positif maupun negatif dari penerapan konsep tersebut, konstruksi, desain,

kebutuhan dana, persepsi dan preferensi masyarakat serta sistem manajemen dan

pengelolaan maupun operasional maintain.

Rencana struktur ruang Kabupaten Blora dapat dilihat pada peta 2.4. Rencana

Struktur Ruang Kabupaten Blora.

2.9.2. Rencana Pola Ruang

2.9.2.1.Rencana Kawasan Lindung

a. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan

lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-50

Page 51: blora, jawatengah

alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya, dan kawasan lindung lainnya,

serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.

b. Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah:

Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa, serta

nilai budaya dan sejarah bangsa;

Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan

alam.

Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.

Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.

Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan.

Mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan sejarah bangsa.

Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.

Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.

Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan.

Luas tiap kawasan lindung yang terdapat di kawasan Kabupaten Blora adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Blora

No

Jenis Kawasan Lindung Tipe Kawasan LindungLuas Lahan

(Ha)

1Kawasan Perlindungan Bawahannya

Kawasan Resapan Air 14.296

2Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Sempadan Sungai , waduk dan embung

15.493

3Kawasan Perlindungan Setempat

Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

2.470

4 Kawasan Suaka Alam Kawasan cagar alam 555 Kawasan Lindung Geologi Kawasan sempadan mata air 6.1946 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Landasan Pacu 227 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Sutet 1.2208 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Kereta Api 3.394

Sumber : Buku Data dan Analisa RTRW Kabupaten Blora2011-2031

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-51

Page 52: blora, jawatengah

2.9.2.2.Rencana Kawasan Budidaya

Meliputi segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di

luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya dianggap potensial

untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem.

Tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan budidaya:

a. Pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil

guna pemanfaatan ruang dan sumber daya untuk menyerasikan pemanfaatan ruang dan

kelestarian lingkungan hidup.

b. Sasaran pengelolaan kawasan budi daya adalah:

Terwujudnya pemanfaatan ruang dan sumber daya alam untuk kesejahteraan

masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;

Terhindarkannya konflik pemanfaatan sumber daya dengan pengertian

pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan

yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat;

Terwujudnya sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor.

Berikut adalah luas dari tiap-tiap kawasan Budidaya yang terdapat di Kabupaten Blora:

Tabel 4.6Luas Kawasan Budidaya

NO

GUNALAHAN LUAS (HA)

1 Hutan Produksi 55.4292 Industri 10.2303 Perdagangan dan jasa 20.0194 Perkebunan 24.9585 Permukiman 15.6086 Pertanian 55.814  Total Luas Lahan 182.058

Sumber : Buku Data dan Analisa RTRW Kabupaten Blora2011-2031

Rencana pola ruang Kabupaten Blora dapat dilihat pada peta 2.5. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Blora.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-52

Page 53: blora, jawatengah

Peta 2.4 Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-53

Page 54: blora, jawatengah

Peta 2.5. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Blora

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-54

Page 55: blora, jawatengah

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-55