bloom.pdf

download bloom.pdf

of 8

description

kkjkklk

Transcript of bloom.pdf

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    PROFIL PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA SMP JENJANG MENCIPTAKAN PADA

    MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

    Alvita Wulansari Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya,

    Email: alvita.wulansari @yahoo.co.id

    Abdul Haris RosyidiPendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya,

    Email: [email protected] m

    AbstrakPengetahuan konseptual perlu dibelajarkan di setiap jenjang proses kognitif untuk mengembangkan

    pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa. Jenjang tertinggi pada dimensi proses kognitif adalah menciptakan, namun jenjang tersebut kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran. Profil pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan perlu diungkap sebagai referensi saat memilih materi, instrumen penilaian, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai.

    Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil pengetahuan konseptual siswa SMP di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Subjek penelitian, 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan berkemampuan matematika sedang, kelas VIII SMPN 3 Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara berbasis tugas. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui pereduksian data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

    Terdapat perbedaan pengetahuan konseptual subjek laki-laki dan perempuan di jenjang menciptakan. Satu subjek laki-laki dan satu subjek perempuan dapat menentukan keterkaitan bangun segitiga dan bangun jajargenjang. Namun, subjek laki-laki tersebut tidak dapat menciptakan strategi pengaitan elemen-elemen pembentuk kedua bangun, sedangkan subjek perempuan dapat melakukannya, tetapi tidak dapat menggunakan keterkaitan tersebut untuk menentukan keterkaitan luas daerah kedua bangun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan konseptual subjek perempuan lebih baik daripada subjek laki-laki di jenjang menciptakan.

    Kata Kunci: jenis kelamin, menciptakan, pengetahuan konseptual, segi empat dan segitiga.

    Abstract

    Conceptual knowledge is required to be taught in every stage of cognitive process to improve students knowledge and thinking skill. The uppermost dimension of cognitive process is creating, yet less attention is given to that stage. The profile of conceptual knowledge in creating stage is essential to be clarified as a reference to choose appropriate material, assessment instruments, and learning approach.

    This study aims to describe the profile of the junior high school students cognitive process in creating stage of quadrilateral and triangle material based on sex difference. Two male students and two female students in seventh grade of State Junior High School 3 Waru Sidoarjo year 2013/ 2014 with average mathematics ability are the subject of this study. The researcher employed test and interview guide as the instruments of the study. Data collection is conducted through task based interview. Data analysis is done qualitatively descriptive by reducing the data, presenting the data, and drawing the conclusion.

    There is a difference of conceptual knowledge between male and female subjects in creating stage. A male and a female subject were able to determine the relationship of triangle and parallelogram. The male subject, however, could not create a strategy to connect the elements of which builds the two planes, while the female could do it, even though she could not use the relationship to define the connection of both planes area. It showed that female subject's conceptual knowledge is better than the male's in creating stage.

    Keywords: sex difference, creating, conceptual knowledge, quadrilateral and triangle.

    26

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya penting untuk

    mengembangkan potensi diri dalam penguasaan ilmu (Fety, 2012:24). Ada beberapa pengklasifikasian tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh ahli psikologi dan ahli pendidikan. Satu di antaranya adalah Taksonomi Bloom, yang kemudian direvisi menjadi Taksonomi Bloom revisi, dari satu dimensi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Taksonomi Bloom revisi berfungsi sebagai acuan dalam perumusan tujuan pembelajaran secara rinci. Meskipun Taksonomi Bloom telah direvisi, pada penerapan di lapangan masih banyak ditemukan penggunaan Taksonomi Bloom yang lama (Devi, 2011:6). Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan Taksonomi Bloom revisi sampai saat ini belum maksimal.

    Satu di antara jenis pengetahuan pada Taksonomi Bloom revisi ialah pengetahuan konseptual. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang kompleks dan diorganisasikan dari beberapa bentuk pengetahuan. Pengetahuan konseptual perlu ditanamkan pada siswa secara mendalam, khususnya pada mata pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Pengetahuan konseptual merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika, seperti yang dinyatakan oleh Zulkardi (dalam Rohana, 2009:92) bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep.

    Dimensi proses kognitif pada Taksonomi Bloom revisi merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Jenjang tertinggi pada dimensi proses kognitif tersebut adalah jenjang menciptakan, namun jenjang tersebut kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran, sementara kemampuan di setiap jenjang proses kognitif memiliki pengaruh penting terhadap kemampuan berpikir dan keberhasilan belajar siswa.

    Krutetski (dalam Nafian, 2011:573-574) menjelaskan bahwa kemampuan matematika laki-laki lebih baik daripada perempuan. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini didasarkan pula pada perbedaan jenis kelamin, untuk mengetahui profil pengetahuan konseptual siswa di jenjang menciptakan berdasarkan jenis kelamin.

    Pendeskripsian profil pengetahuan konseptual siswa SMP di jenjang menciptakan berdasarkan jenis kelamin dapat dijadikan referensi saat memilih materi, menentukan instrumen penilaian, dan memilih

    pendekatan pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul PROFIL PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA SMP JENJANG MENCIPTAKAN PADA MATERI SEGI EMPAT DAN SEGITIGA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

    KAJIAN PUSTAKA Taksonomi Bloom Revisi

    Taksonomi Bloom revisi adalah kategorisasi tujuan pendidikan ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan (Anderson, Krathwohl et.al, 2001: 27). Dimensi proses kognitif meliputi enam kategori, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan, sedangkan dimensi pengetahuan meliputi empat kategori, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

    Jenjang Menciptakan pada Taksonomi Bloom RevisiAnderson, Krathwohl et.al (2001: 68).

    menjelaskan bahwa nenciptakan adalah menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, serta mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru. Menciptakan merupakan jenjang tertinggi pada dimensi proses kognitif Taksonomi Bloom revisi. Untuk dapat menciptakan, siswa harus dapat mengolah dan memanfaatkan setiap informasi relevan yang dimiliki sebagai dasar untuk membuat suatu pengetahuan yang baru.

    Pengetahuan Konseptual pada Dimensi Pengetahuan Taksonomi Bloom Revisi

    Anderson, Krathwohl, et.al (2001:48) mengemukakan bahwa pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih kompleks dan diorganisasikan dari beberapa pengetahuan faktual. Pengetahuan konseptual dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang menunjukkan keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih luas dan semuanya berfungsi bersama.

    Pengetahuan Konseptual di Jenjang MenciptakanMenciptakan pengetahuan konseptual berarti

    menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama

    27

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    untuk membangun pengetahuan tentang hubungan antara unsur-unsur dasar yang memungkinkan berfungsi secara bersama-sama, dalam suatu pola atau struktur yang baru. Dengan menciptakan pengetahuan konseptual dengan baik menunjukkan bahwa pengetahuan konseptual siswa di jenjang menciptakan juga baik.

    Kemampuan Matematika Ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin

    Perbedaan jenis kelamin adalah perbedaan secara biologis, yakni laki-laki atau perempuan. Krutetski (dalam Nafian, 2011:573-574) menjelaskan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam belajar matematika sebagai berikut:

    1. Laki-laki lebih unggul dalam penalaran, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan kesaksamaan berpikir.

    2. Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik daripada perempuan, perbedaan ini tidak tampak pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi tampak lebih jelas pada tingkat yang lebih tinggi.

    Fredman (dalam Hatip, 2008: 4) menjelaskan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan dalam bidang aljabar, geometri, dan penalaran.

    Profil Pengetahuan KoseptualMenurut Saiman (2012), profil adalah gambaran

    utuh dan alami yang sesuai dengan keadaan sebenarnya mengenai subjek yang diteliti dalam menyelesaikan masalah. Profil pengetahuan konseptual adalah gambaran alami pengetahuan konseptual siswa yang diungkap dengan deskripsi berupa kata-kata.

    METODEJenis penelitian ini kualitatif deskriptif, bertujuan

    mendeskripsikan profil pengetahuan konseptual siswa SMP di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berdasarkan jenis kelamin dan data yang akan diambil berupa keterangan berbentuk kata-kata. Penelitian dilaksanakan dari Agustus 2013 sampai dengan Desember 2013. Subjek penelitian, 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan kelas VIII SMPN 3 Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014 berkemampuan matematika sedang. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes dan pedoman wawancara. Digunakan metode pengumpulan data melalui wawancara berbasis tugas.

    Analisis data dilakukan melalui tahap pereduksian data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

    Berikut instrumen soal tes yang digunakan dalam penelitian ini:

    Perhatikan gambar jajargenjang dan segitiga di bawah ini.

    t = ?

    a = ?

    t cm

    a cm

    Bila panjang alas jajargenjang adalah a cm dan tinggi jajargenjang adalah t cm, lalu bagaimana caramu menentukan panjang alas dan tinggi segitiga agar luas daerah segitiga sama dengan luas daerah jajargenjang? Jelaskan!

    Soal ini mengukur pengetahuan konseptual siswa di jenjang menciptakan tipe merencanakan karena menuntut siswa untuk menguraikan masalah, yakni mengaitkan rumus luas daerah jajargenjang dengan rumus luas daerah segitiga atau dengan mengaitkan model keduanya dalam bentuk gambar, kemudian membuat suatu rancangan atau strategi untuk menentukan alas dan tinggi segitiga sesuai kriteria yang diminta. Pengetahuan konseptual dalam hal ini termasuk ke dalam jenis pengetahuan tentang teori, model, dan struktur, karena mencakup pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi yakni luas daerah jajargenjang dan luas daerah segitiga, serta keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks berupa hubungan luas daerah dua bangun datar yang berbeda

    Berikut indikator pencapaian pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan pada penelitian ini:

    1. Menguraikan masalah, yaitu mengaitkan bangun segitiga dengan jajargenjang.

    2. Mengatur elemen-elemen pembentuk pengetahuan konseptual ke dalam pola atau struktur yang baru, yaitu membuat suatu strategi dalam mengaitkan alas dan tinggi segitiga dengan alas dan tinggi jajargenjang.

    3. Mengolah dan memanfaatkan setiap informasi relevan yang dimiliki sebagai dasar untuk membuat suatu pengetahuan yang logis dan fungsional, yaitu menggunakan keterkaitan alas dan tinggi segitiga dengan alas dan tinggi jajargenjang untuk menentukan keterkaitan luas daerah kedua bangun tersebut.

    28

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    Berikut kriteria penilaian pengetahuan konseptual

    siswa di jenjang menciptakan:1. Baik, bila siswa dapat memenuhi ketiga indikator.2. Sedang, bila siswa dapat memenuhi satu atau dua

    indikator dengan indikator (2) terpenuhi.3. Kurang, bila siswa tidak dapat memenuhi

    indikator (2).

    HASIL DAN PEMBAHASANSetelah pengerjaan tes, peneliti melakukan tanya

    jawab singkat dengan subjek penelitian mengenai soal yang diujikan. Diperoleh bahwa subjek penelitian masih asing terhadap jenis soal tes jenjang menciptakan. Terdapat perbedaan pada pengetahuan konseptual subjek laki-laki dan perempuan di jenjang menciptakan. Kedua subjek laki-laki berkategori kurang sedangkan kedua subjek perempuan berturut-turut berkategori kurang dan sedang. Satu subjek laki-laki (S2) dan satu subjek perempuan (S4) dapat menggunakan penalarannya dalam menguraikan masalah sedangkan subjek yang lainnya tidak dapat melakukannya. Selanjutnya, S2 tidak dapat mengatur elemen-elemen pembentuk pengetahuan konseptual ke dalam pola atau struktur yang baru, sedangkan S4 dapat melakukannya namun tidak dapat mengolah dan memanfaatkan setiap informasi relevan yang dimiliki sebagai dasar pembuatan pengetahuan yang logis dan fungsional.

    Analisis dan pembahasan profil pengetahuan konseptual subjek laki-laki 1 (S1) di jenjang menciptakan

    Berikut jawaban S1 saat tes tulis:

    Gambar 1. Jawaban tes tulis S1Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S1 untuk

    menggali pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan:

    P1 601 :Hubungkan sama ini, jika alas jajargenjang itu a cm, dan tingginya t cm!

    S1 601 :Ininya diperbesar (memperbesar jajargenjang).

    P1 602 :Terus jadi bangun apa itu? ini katanya segitiganya yang diperbesar.

    S1 602 :Ya.P1 603 :Diperbesar gimana?S1 603 :Bingung.

    Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara, dalam menguraikan masalah, S1 mengaitkan pemodelan bangun jajargenjang dan segitiga yang disajikan pada soal sebagai dasar untuk menentukan keterkaitan luas daerah keduanya. Dengan menggunakan pemodelan masing- masing bangun dalam bentuk yang terpisah (bukan pemodelan bangun jajargenjang yang dipartisi menjadi beberapa bangun segitiga), S1 tidak dapat menentukan elemen-elemen yang perlu diperhatikan pada penentuan hubungan luas daerah segitiga dan jajargenjang, yaitu elemen alas (a) segitiga yang merupakan sisi-sisi sejajar pada bangun jajargenjang dan elemen tinggi (t) segitiga yang juga merupakan tinggi jajargenjang. Hal ini menunjukkan bahwa S1 tidak dapat menguraikan masalah dengan baik.

    Dalam hal pengaitan elemen, awalnya S1 memperbesar jajargenjang (S1 601). Kemudian S1 mengubah strateginya yaitu dengan mengubah ukuran segitiga (S1 602). Namun, S1 tidak dapat melanjutkan strategi yang dibuat dan S1 berhenti mengerjakan (S1 603). S1 merancang strategi dengan mengonstruksi segitiga yang lebih besar. Pernyataan S1 logis, namun tidak jelas karena tidak secara detail memberikan keterangan mengenai elemen pada segitiga yang diperbesar dan skala pembesarannya. S1 tidak dapat menentukan alas dan tinggi segitiga. Hal ini menunjukkan bahwa S1 tidak dapat mengaitkan elemen-elemen pembentuk segitiga dan elemen-elemen pembentuk jajargenjang ke dalam pola atau struktur yang baru.

    Dalam hal pengolahan informasi, S1 tidak dapat mengolah informasi yang dimiliki untuk membuat pengetahuan yang logis dan fungsional. S1 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang, misalnya luas daerah segitiga adalah setengah dari luas daerah jajargenjang (dengan alas dan tinggi yang sama).

    Analisis dan pembahasan profil pengetahuan konseptual subjek laki-laki 2 (S2) di jenjang menciptakan

    Berikut jawaban S2 saat tes tulis:

    Gambar 2. Jawaban tes tulis S2 Berikut merupakan sketsa S2 ketika mengaitkan

    bangun jajargenjang dan bangun segitiga saat wawancara:

    29

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    Gambar 3. Sketsa S2Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S2 untuk

    menggali pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan:

    P2 601 :Diperbesar berapa?S2 601 :Empat (memartisi jajargenjang

    menjadi dua buah segitiga).P2 602 :Segitiga ini sama segitiga ini

    (menunjuk segitiga-segitiga partisi trapesium), sama?

    S2 602 :Sama.P2 603 :Tinggi segitiga yang ini mana?

    (menunjuk segitiga partisi trapesium pertama).

    S2 603 :Ini (membuat garis tinggi dengan alas diagonal jajargenjang).

    P2 604 :Apakah tinggi segitiga dan jajargenjang ini maknanya sama?

    S2 604 :Beda.P2 605 :Alasnya?S2 605 :Sama.

    Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara, S2 menjawab bahwa tinggi jarak dan segitiga harus tidak sama, dan tinggi segitiga diperbesar 0 kali daripada jajargenjang agar kedua bangun berluas sama (gambar 2). Dalam menguraikan masalah, S2 membagi jajargenjang menjadi dua buah segitiga (S2 601). S2 mengidentifikasi bahwa alas segitiga bermakna sama dengan alas jajargenjang (S2 605) namun S2 tidak dapat menentukan tinggi segitiga pembentuk jajargenjang yang sesuai (S2 603). S2 dapat menguraikan masalah, yakni dengan mengaitkan pemodelan bangun jajargenjang dan segitiga. S2 menggunakan pemodelan bangun jajargenjang yang dipartisi menjadi beberapa bangun segitiga sebagai dasar untuk menentukan keterkaitan luas daerah kedua bangun tersebut. S2 membagi jajargenjang menjadi dua buah segitiga yang kongruen, yakni tepat pada diagonal jajargenjang. Namun S2 tidak dapat menentukan tinggi segitiga pembentuk jajargenjang yang sesuai untuk dapat mempermudah penentuan strategi agar luas daerah kedua bangun sama. S2 mengidentifikasi bahwa tinggi segitiga adalah sebuah ruas garis dari salah satu sudut segitiga memotong tegak lurus diagonal jajargenjang. Hal itu berarti yang menjadi alas-alas segitiga-segitiga pembentuk jajargenjang adalah diagonal jajargenjang. S2 tidak dapat mengaitkan informasi yang disajikan dengan tepat dalam penyelesaian masalah. Telah disajikan informasi pada soal

    bahwa yang diketahui adalah alas dan tinggi jajargenjang, tanpa keterangan mengenai diagonal-diagoanal jajargenjang sehingga akan tepat bila tinggi segitiga-segitiga pembentuk jajargenjang ditetapkan sama dengan tinggi jajargenjang dan alas-alas segitiga sama dengan sisi-sisi sejajar pada bangun jajargenjang. Meskipun demikian, S2 telah dapat menentukan elemen-elemen yang perlu diperhatikan pada penentuan hubungan luas daerah segitiga dan jajargenjang, yaitu elemen alas (a) dan elemen tinggi (t).

    Dalam hal pengaitan elemen, awalnya S2 menggunakan strategi dengan membagi jajargenjang menjadi dua buah segitiga (S2 601) dan mengetahui bahwa kedua segitiga tersebut kongruen (S2 602). Dengan mengetahui bahwa jajargenjang dapat dipartisi menjadi dua buah segitiga yang kongruen dan dengan penentuan elemen-elemen pembentuk segitiga (alas dan tinggi) yang tepat, maka seharusnya cukup memberikan strategi dengan mengalikan satu di antara elemen pembentuk segitiga dengan 2 agar kedua bangun tersebut berluas sama. Namun S2 tidak dapat menentukan elemen tinggi segitiga dengan tepat sehingga menyebabkan S2 tidak dapat mengaitkan elemen-elemen pembentuk bangun segitiga dengan elemen-elemen pembentuk jajargenjang. S2 tidak dapat menentukan alas dan tinggi segitiga dengan benar Hal ini menunjukkan bahwa S2 tidak dapat mengatur elemen-elemen pembentuk kedua bangun ke dalam pola atau struktur yang baru.

    Dalam hal pengolahan informasi, S2 tidak dapat mengolah informasi yang dimiliki untuk membuat pengetahuan yang logis dan fungsional. S2 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang, misalnya luas daerah segitiga adalah setengah dari luas daerah jajargenjang (dengan alas dan tinggi yang sama).

    Analisis dan pembahasan profil pengetahuan konseptual subjek perempuan 1 (S3) di jenjang menciptakan

    Berikut jawaban S3 saat tes tulis:

    Gambar 4. Jawaban tes tulis S3

    Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S3 untuk menggali pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan:

    30

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    P3 601 :Gimana cara menentukan tinggi dan

    alasnya segitiga? S3 601 :Gak tahu.P3 602 :Kamu tahu rumus luasnya

    jajargenjang apa?S3 602 :a.tP3 603 :Kalau yang ini (menunjuk segitiga)?

    S3 603 : .a.t

    P3 604 :Bedanya ini sama ini apa? (menunjuk rumus luas daerah jajargenjang dan rumus luas daerah segitiga)

    S3 604 :Setengahnya.Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara, dalam

    menguraikan masalah, S3 mengetahui rumus luas daerah segitiga (S3 603) dan rumus luas daerah jajargenjang (S3 602), namun S3 tidak dapat menggunakan keterkaitan rumus luas daerah kedua bangun tersebut sebagai dasar untuk menentukan keterkaitan luas daerah keduanya. S3 juga dapat menyatakan bahwa pembeda kedua rumus

    tersebut adalah nilai (S3 604), namun S3 tidak dapat

    menggunakan informasi tersebut untuk menentukan elemen-elemen yang perlu diperhatikan pada penentuan hubungan luas daerah bangun segitiga dan luas daerah bangun jajargenjang. Hal ini menunjukkan bahwa S3 tidak dapat menguraikan masalah dengan baik.

    Dalam hal pengaitan elemen, S3 membuat strategi yaitu mengonstruksi suatu segitiga dengan panjang alas dan tingginya berbeda lalu luas daerah segitiga dikali 2 dan dibagi 2 (gambar 4). Strategi S3 tidak logis dan tidak jelas karena tidak secara detail memberikan keterangan mengenai ukuran panjang alas dan tinggi segitiga. S3 juga tidak menjelaskan keterkaitan ukuran alas dan tinggi segitiga dengan luas daerah segitiga. Selain itu, ketika suatu luas daerah segitiga dikali 2 kemudian dibagi 2, maka luas daerah segitiga tersebut akan tetap, artinya strategi yang diberikan oleh S3 tidak memberikan pengaruh pada luas daerah segitiga. S3 tidak dapat menentukan alas dan tinggi segitiga. Hal ini menunjukkan bahwa S3 tidak dapat mengaitkan elemen-elemen pembentuk segitiga dan elemen-elemen pembentuk jajargenjang ke dalam pola atau struktur yang baru.

    Dalam pengolahan informasi, S3 tidak dapat mengolah informasi yang dimiliki untuk membuat pengetahuan yang logis dan fungsional. S3 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang, misalnya luas daerah segitiga adalah setengah dari luas daerah jajargenjang (dengan alas dan tinggi yang sama).

    Analisis dan pembahasan profil pengetahuan konseptual subjek perempuan 2 (S4) di jenjang menciptakan

    Berikut jawaban S4 saat tes tulis:

    Gambar 5. Jawaban tes tulis S4Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan S4 untuk

    menggali pengetahuan konseptual di jenjang menciptakan:

    P4 601 :Ini jawaban Adek alas segitiga dan jajargenjang disamakan, berarti kalau alas jajargenjang a cm, maka alas segitiga juga a cm?

    S4 601 :Ya.P4 602 :Kalau ini (menunjuk tinggi

    jajargenjang) 5, berarti tinggi segitiga?

    S4 602 :10.P4 603 :Kalau 3?S4 603 :6.P4 604 :Ini tadi misal tinggi jajargenjang 10,

    Adek buat segitiga yang tingginya 20 cm, untuk jadi 20 cm, Adek apakan?

    S4 604 :Kalikan.P4 605 :Kalikan berapa?S4 605 :Dua.P6 606 :Berarti kalau x, biar luasnya sama,

    tingginya berapa?S6 606 :x2.

    Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara, dalam menguraikan masalah, S4 mengonstruksi bangun segitiga dan jajargenjang dengan panjang alas keduanya sama namun segitiga dikonstruksi lebih tinggi daripada jajargenjang (gambar 5). S4 dapat menguraikan masalah, yakni dengan mengonstruksi bangun jajargenjang dan bangun segitiga sesuai dengan kriteria yang diminta pada soal. Dengan menyatakan bahwa panjang alas kedua bangun dibuat sama dan tinggi segitiga dikonstruksi lebih tinggi daripada tinggi jajargenjang, menunjukkan bahwa S4 dapat menentukan elemen-elemen yang perlu diperhatikan pada penentuan hubungan luas daerah kedua bangun yaitu alas (a) dan tinggi (t).

    Dalam pengaitan elemen, S4 mengaitkan elemen-elemen kedua bangun yaitu alas segitiga yang panjangnya dikonstruksi sama dengan alas jajargenjang (S4 601) dan tinggi segitiga yang dikonstruksi dua kali tinggi jajargenjang (S4 605). Strategi yang diajukan S4 benar. S4 dapat mengaitkan elemen-elemen pembentuk bangun

    31

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    segitiga dengan elemen-elemen pembentuk jajargenjang. S4 dapat menentukan alas dan tinggi segitiga dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa S4 dapat mengatur elemen-elemen pembentuk kedua bangun ke dalam pola atau struktur yang baru.

    Dalam pengolahan informasi, S4 tidak dapat mengolah informasi yang dimiliki untuk membuat pengetahuan yang logis dan fungsional (S4 606). S4 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang. S4 tidak dapat menggeneralisasikan jawabannya dalam bentuk pengetahuan yang logis dan fungsional. Hal ini nampak pada saat wawancara, subjek hanya dapat menentukan ukuran tinggi segitiga bila diberikan masalah dalam bentuk khusus (ukuran tertentu pada tinggi jajargenjang). Hal ini dikarenakan strategi yang diajukan oleh S4 didasarkan pada perhitungan sesuai dengan rumus luas daerah kedua bangun sehingga S4 kesulitan bila ukuran tinggi jajargenjang diubah dalam bentuk simbol. S4 tidak dapat menentukan ukuran alas dan tinggi segitiga yang sesuai.

    Uraian di atas menunjukkan bahwa subjek perempuan memiliki keterampilan ketepatan yang lebih baik daripada subjek laki-laki dalam hal penentuan ukuran alas dan tinggi segitiga dengan tepat bila dikaitkan dengan elemen-elemen pembentuk jajargenjang. Perbedaan tersebut sesuai dengan pendapat Krutetski yang menyatakan bahwa perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan kesaksamaan berpikir.

    PENUTUPSimpulan

    1.1 Profil pengetahuan konseptual S1 di jenjang menciptakan sebagai berikut:a. S1 tidak dapat menentukan hubungan

    bangun segitiga dan bangun jajargenjang.b. S1 tidak dapat menentukan hubungan

    elemenelemen pembentuk bangun segitiga dan elemen-elemen pembentuk bangun jajargenjang.

    c. S1 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang.

    Dengan demikian pengetahuan konseptual S1 di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berkategori kurang.

    1.2 Profil pengetahuan konseptual S2 di jenjang menciptakan sebagai berikut:

    a. S2 dapat menentukan hubungan bangun segitiga dan bangun jajargenjang dari pemodelan kedua bangun.

    b. S2 tidak dapat menentukan hubungan elemenelemen pembentuk bangun segitiga dan elemen-elemen pembentuk bangun jajargenjang.

    c. S2 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang.

    Dengan demikian pengetahuan konseptual S2 di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berkategori kurang.

    1.3 Profil pengetahuan konseptual S3 di jenjang menciptakan sebagai berikut:a. S3 tidak dapat menentukan hubungan

    bangun segitiga dan bangun jajargenjang.b. S3 tidak dapat menentukan hubungan

    elemenelemen pembentuk bangun segitiga dan elemen-elemen pembentuk bangun jajargenjang.

    c. S3 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang.

    Dengan demikian pengetahuan konseptual S3 di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berkategori kurang.

    1.4 Profil pengetahuan konseptual S4 di jenjang menciptakan sebagai berikut:a. S4 dapat menentukan hubungan bangun

    segitiga dan bangun jajargenjang dari pengonstruksian kedua bangun.

    b. S4 dapat menentukan hubungan elemenelemen pembentuk bangun segitiga dan elemen-elemen pembentuk bangun jajargenjang.

    c. S4 tidak dapat merumuskan hubungan luas daerah segitiga dengan luas daerah jajargenjang.

    Dengan demikian pengetahuan konseptual S4 di jenjang menciptakan pada materi segi empat dan segitiga berkategori sedang.

    SaranPengetahuan konseptual subjek penelitian di jenjang menciptakan cenderung masih rendah. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh ketidakmampuan subjek dalam menggunakan kemampuan penalarannya secara maksimal, tetapi juga disebabkan minimalnya intensitas

    32

  • MATHEdunesaJurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 1 Tahun 2014

    subjek dalam menghadapi jenis soal jenjang proses kognitif tingkat tinggi, jenjang menciptakan. Dengan demikian, guru sebaiknya lebih mengembangkan keterlibatan setiap jenjang proses kognitif pada taksonomi Bloom revisi, termasuk jenjang menciptakan pada pembelajaran pengetahuan konseptual dalam pembelajaran.DAFTAR PUSTAKA

    Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching and assessing:A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives:Abridged edition. New York:Longman

    Devi, K.P. 2009. Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam Pembelajaran IPA SMP/MTS, (online), (http://docjax.com/document/view.shtml?id=589241&title=PENGEMBANGAN%20SOAL%20%E2%80%9CHIGHER%20ORDER%20THINKING%20SKILL%20...., diakses 1 Agustus 2013).

    Fety Indah, Primanti. 2012. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Ilmu Gizi Siswa Melalui Pembelajaran dengan Bantuan Tutor Sebaya di SMK N 3 Wonosari. Tesis. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

    Hatip, Ahmad. 2008. Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal-Soal Faktorisasi Suku Aljabar ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

    Nafian, M. I. 2011. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Gender di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Yogyakarta. pp:571-577.

    Rohana; Yusuf H; Purwoko. 2009. Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3. pp:92

    Saiman. 2012. Profil Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Siswa SMA dalam Nugrahaningsih, Theresia Kriswiand. 2011. Profil Metakognisi Siswa Kelas Akselerasi dan Non Akselerasi SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gender. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya.

    33