Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

29
SKENARIO 3 RETARDASI MENTAL FITRIA APRILIANI 1102009117 K ELOMPOK A12

Transcript of Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Page 1: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL

FITRIA APRILIANI1102009117

K ELOMPOK A12

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2011

Page 2: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

L.O.1 : Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

1.1 : Definisi

Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.

Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

o Fungsi intelektual umum dibawah normal

o Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial

o Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).

IQ adalah MA/CA x 100%

M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.

C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.

Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Page 3: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

1.2 : Etiologi dan Faktor Resiko

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

1. Non- organik Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis Faktor sosiokultural Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak

2. Organik 2.1. Faktor prakonsepsi

Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,dll)

Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic familial

2.2. Faktor pranatal Ganguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human

Immunodeficiency Virus) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll) Disfungsi plasenta Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll) Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria) Toksemia gravidarum Ibu malnutrisi

2.3. Faktor perinatal Sangat prematur Asfiksia neonatorum Trauma lahir : perdarahan intra kranial Meningitis Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

2.4. Faktor post natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neuro toksin, misalnya logam berat

Page 4: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

CVA (Cerebrovascular accident) Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik

Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher) Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.

Infeksi Meningitis, ensefalitis, dll Subakut sklerosing, panesefalitis

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.3. Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinik

Page 5: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudayaBiasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.4. Epidemiologi

Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

(sumber: http://www.scribd.com/doc/15689610/RETARDASI-MENTAL)

1.5. Manifestasi Klinis

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :

1. Kelainan pada mata :a. Katarak

- Sindrom Cockayne- Sindrom Lowe- Galactosemia - Sindrom Down- Kretin- Rubella Pranatal, dll.

b. Bintik cherry-merah pada daerah macula- Mukolipidosis- Penyakit Niemann-Pick- Penyakit Tay-Sachs

c. Korioretinitis- Lues congenital - Penyakit Sitomegalovirus

Page 6: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

- Rubella Pranatald. Kornea keruh

- Lues Congenital- Sindrom Hunter- Sindrom Hurler- Sindrom Lowe

2. Kejanga. Kejang umum tonik klonik

- Defisiensi glikogen sinthesa- Hipersilinemia- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI - Phenyl ketonuria- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.

b. Kejang pada masa neonatal- Arginosuccinic asiduria- Hiperammonemia I dan II- Laktik asidosis, dll.

3. Kelainan kulita. Bintik café-au-lait

- Atakasia-telengiektasia- Sindrom bloom- Neurofibromatosis- Tuberous selerosis

4. Kelainan rambuta. Rambut rontok

- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopatib. Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer- Ataksia telangiektasia- Sindrom malabsorbsi methionin

c. Rambut halus- Hipotiroid- Malnutrisi

5. Kepalaa. Mikrosefalib. Makrosefali

- Hidrosefalus- Neuropolisakaridase- Efusi subdural

6. Perawakan pendeka. Kretinb. Sindrom Prader-Willi

7. Distoniaa. Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis

Page 7: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedangKelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental beratSekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat beratKelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.6. Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan fisik : Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat

berubah Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping

melengkung ke atas, dll Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit

lebar/melengkung tinggi Geligi : odontogenesis yang tdk normal Telinga : keduanya letak rendah; dll Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk

dan lebar, klinodaktil, dll Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil

meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

(sumber: http://www.scribd.com/doc/33851729/Retardasi-Mental)

Page 8: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Pemeriksaan Penunjang:1. Kromosomal kariotipe

- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas- Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen- Terdapat beberapa kelainan kongenital- Genital abnormal

2. EEG (Elektro Ensefalogram)- Gejala kejang yang dicurigai- Kesulitan mengerti bahasa yang berat

3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)- Pemebesaran kepala yang progresif- Tuberous sklerosis- Dicurigai kelainan otak yang luas- Kejang lokal- Dicurigai adanya tumor intrakranial

4. Titer virus untuk infeksi kongenital- Kelainan pendengaran tipe sensorineural- Neonatal hepatosplenomegali- Petechie pada periode neonatal- Chorioretinitis- Mikroptalmia - Kalsifikasi intrakranial- Mikrosefali

5. Serum asam urat- Choreoatetosis - Gout - Sering mengamuk

6. Laktat dan piruvat darah- Asidosis metabolik - Kejang mioklonik- Kelemahan yang progresif- Ataksia- Degenerasi retina- Ophtalmoplegia- Episode seperti stroke yang berulang

7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang- Hepatomegali- Tuli- Kejang dini dan hipotonia- Degenerasi retina- Ophtalmoplegia- Kista pada ginjal

8. Serum seng (Zn)- Acrodermatitis

9. Logam berat dalam darah- Anamnesis adanya pika- Anemia

10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin- Gerakan involunter- Sirosis

Page 9: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

- Cincin Kayser-fleischer11. Serum asam amino atau asam organik

- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi- Gagal tumbuh- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit- Warna rambut yang tidak biasa- Mikrosefali- Asidodis yang tidak diketahui sebabnya

12. Plasma amonia- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik

13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif- Atrofi N. Optikus- Degenerasi retina- Sereberal ataksia yang berulang- Mioklonus - Hepatosplenomegali - Kulit yang kasar dan lepas-lepas- Kejang- Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun

14. Urin mukopolisakarida- Kiposis- Anggota gerak yang pendek- Badan yang pendek - Hepatosplenomegali- Kornea keruh- Gangguan pendengaran - Kekakuan pada sendi

15. Urin reducing substance- Katarak- Hepatomegali- Kejang

16. Urin ketoacid- Kejang- Rambut yang mudah putus

17. Urin asam vanililmandelik- Muntah-muntah- Isapan bayi pada saat menyusu lemah- Gejala disfungsi autonomik

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Diagnosis

Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan

Page 10: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1) Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.

2) Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

3) Onsetnya sebelum berusia 18 tahun Ciri-ciri Perkembangan penderita retardasi mental.

1.7. Diagnosis Banding

1. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli2. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan

perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia3. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil,

skizofrenia yang timbul pada masa anak.4. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental

yang ringan)

(sumber: http://www.scribd.com/doc/39522767/Retardasi-Mental)

1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

Page 11: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.9. Pencegahan

Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak

Page 12: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.10. Prognosis

Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

L.O.2 : Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja

2.1. Prinsip Gizi dan Kebutuhan Nutrisi Anak dan Remaja

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.

Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt :

- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun

- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.

Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.

Page 13: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

B. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja Dan Dewasa

Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa :

- Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi.

- Pekerjaan

Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).

Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 % dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg. selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan dan para wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.

C. Kebutuhan Gizi Seimbang

Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.

Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.

Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.

Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi.

Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.

Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan.

Page 14: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.

Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.

Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.

(sumber: http://www.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-remaja-dan-dewasa/)

Kebutuhan Gizi bagi bayi

• Kalori : 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal

• Protein : 1,5-2 gram per kilogram berat badan Bila berat badan bayi  8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram 

• Karbohidrat : 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram 

• Lemak : 20 persen dari total kalori Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram

Kebutuhan gizi pada balita :

• Beda orang dewasa dengan balita :

– Gula & Garam - lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau pun ia sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak garam atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna buatan. 

Page 15: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

– Porsi Makan - Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering. 

– Kebutuhan Energi & Nutrisi - Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari. 

– Susu Pertumbuhan – Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi pelengkap menu buah hati ibu.

– Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.

– Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarine.

Kebutuhan gizi remaja :

• Wait, dkk à kebutuhan energi dapat dihitung menurut TB à U 11-18 tahun = 13-23 kkal/cm (laki-laki); 10-19 kkal/cm (perempuan)

• Makanan harus seimbang à memenuhi menu gizi seimbang

• Kebutuhan energi remaja putra à 3470 kkal/hr (U 16 th); putri 2550 kkal/hr (U 12 th)

• Kebutuhan protein à 0,29-0,32 g/cm (putra); 0,27-0,29 g/cm (putri)(U 11-18 th)

• Mineral Fe & Ca à 800-1200 mg/hr

Page 16: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

2.2. Status Gizi Anak dan Remaja

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).

Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi makanan dalam tubuh seseorang.

Page 17: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Penyebab Langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

2. Penyebab tidak Langsung Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

o Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

o Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

o Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi. Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.

b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).

1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah

Page 18: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).

Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu : - Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum. - Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. - Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).

Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah : - Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema.- Memerlukan data umur yang akurat. - Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat penimbangan. - Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).

1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.

Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur. Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan kesalahan data umur.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu : - Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.- Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 1998).

1.3. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk., 2001).

Page 19: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah. Rumus IMT :

IMT = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :

Indeks BB/U : a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

c. Sangat Kurang : < -3 SD

Indeks TB/U : a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

c. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U : a. Sangat gemuk : > 3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

e. Sangat kurus : < -3 SD

(sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf )

Page 20: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

L.O.3 : Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dilihat dari Pandangan Islam

Pada suatu hari, seorang laki-laki datang menghadap Khalifah Umar bin Khattab, mengadu bahwa anaknya telah berlaku durhaka kepadanya. Keesokannya, Umar memanggil ayah dan anak tersebut. Kemudian Umar bertanya kepada sang anak: “ Mengapa engkau mendurhakai orang tua mu?”. Anak itu menjawab dengan berbalik bertanya : “ Wahai Amirul Mukminin, Apakah orang tua mempunyai kewajiban terhadap anaknya? Jawab Umar, : “ya, ada!”. Anak tersebut meminta agar kewajiban tersebut disebutkan, lalu Umar berkata “(1) memilih wanita yang baik untuk menjadi calon ibunya. (2) Menamakannya dengan nama yang baik, dan (3) mengajarkan Al-Qur’an untuknya”. Anak itu berkata lagi : “ Tapi orang tua saya tidak berbuat seperti itu; Ibu saya adalah tukang fitnah; nama yang diberikan untuk saya tukang tipu; dan ia tidak pernah mengajarkan saya satu huruf pun dari Al-Qur’an”. Lalu Umar berpaling kepada sang Ayah, seraya berkata: “Engkau datang kesini, mengeluh tentang kelakuan anakmu, mendurhakaimu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum berlaku durhaka terhadapmu”.

Dari riwayat di atas, ditambah dengan sejumlah hadist menyangkut dengan kewajiban orang tua terhadap anaknya, diketahui bahwa diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah:

1. Memilih istri/suami yang baik, minimalnya harus memenuhi 4 syarat, yaitu: rupawan, hartawan, bangsawan dan taat beragama. Dan yang disebutkan terakhir adalah yang lebih utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

2. Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa membaca : Bismillahi, Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana mimmaa razaqtanaa” setan akan akan ikut menjimaki sang istri. (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).

3. Mengazankan/mengiqamatkan pada telinga kanan/kiri bayi, langsung setelah lahir dan dimandikan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Asmaa binti Abu Bakar).

4. Memberikan nama yang baik untuk anak, karena di hari akhirat seorang akan dipanggil sesuai dengan nama yang diberikan orang tuanya. (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Jabir).

5. Menyembelih ‘aqiqah, karena, karena Rasulullah SAW bersabda : Anak-anak yang baru lahir masih tersandra dengan ‘aqiqah. Sebaiknya ‘aqiqah disembelih pada hari ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga dicukur rambut serta diberi nama (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dll dari Salmaan bin Aamir).

6. Melakukan penyunatan. Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan bagi anak perempuan (cf. H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin Aus).

7. Menyediakan pengasuh, pendidik dan/atau guru yang baik dan kuat beragama dan berakhlak mulia, kalau orang tuanya kurang mampu. Akan tetapi yang terafdhal bagi yang mampu adalah orang tuanya , disamping guru di sekolah dan Ustadz di pengajian. (cf. Alghazaaly, Ihyaau ‘Uluumiddin, Al-Halaby, Cairo, Jld 8, Hal 627).

Page 21: Blok Repro-skenario 3_retardasi Mental

8. Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an; memberikan pendidikan Jasmani (cf. H.R. baihaqi dari Ibnu Umar).

9. Memberikan makanan yang “halalaalan thayyiban” untuk anaknya. Rasulullah SAW pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan pada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah: ‘Selamat jalan ayah! Bertaqwalah kepada Allah!. Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan thayyib saja!, Kami mampu bersabar dari kelaparan, tapi tidak mampu menahan azab Allah SWT    (cf. H.R. Thabraani dalam Al-Ausaath).

10. Melatih mereka shalat selambat-lambatnya pada usia tujuh tahun dan sedikit lebih keras dikala sudah berusia sepuluh tahun. (cf. Ahmad dan Abu Daud dari ‘Amru bin Syu’ib).

11. Memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dengan anak perempuan, juga antara mereka dengan orang tuanya, bila usianya telah mencapai sepuluh tahun (cf. H.R. Bazzaar).

12. Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sehingga semua kelakuannya menjadi terpuji menurut Islam (cf. H.R. Turmuzy, dari Jaabir bin Samrah).

13. Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zhahiirah dan selepas shalat Isya. (cf. Alquran, Surat Annuur, ayat 59).

14. Berlaku kontinuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka. Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan, sehingga sang anak mampu berdikari (cf. H.R. Abu Daud dari abu Qalaabah).

15. Berlaku adil dalam memberi perhatian, washiyat, biaya dan cinta kasih kepada semua mereka (cf. h.R. Muslim dari Anas bin Maalik).

Anak adalah nikmat Allah SWT yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga. Tidak ada yang lebih tahu besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertaggung jawabannya, apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya” (Muttafaq ‘alaih).