Blok 13 LapTut 5 Psikosis Dx Skizofrenia
-
Upload
uwi-ugik-wijayanti -
Category
Documents
-
view
247 -
download
2
description
Transcript of Blok 13 LapTut 5 Psikosis Dx Skizofrenia
SKENARIO 5 ” PSIKOSIS “
Seorang ibu datang ke RSJ untuk mengantar putrinya yang berumur 16
tahun, karena selama 5 bulan terakhir menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak
biasa yaitu menjadi pendiam, minder, susah makan, kalau mandi harus disuruh,
tidak mau sekolah, dan sering tengah malam bangun untuk mengambil air wudhu
dan berdiam diri di mushola dalam keadaan gelap sampai pagi. Dan apabila di
larang menjadi marah dan berteriak. Dan yang lebih membuat ibu tersebut sedih
adalah anaknya tersebut tidak mau mengakuinya sebagai ibunya. Setelah
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan ditemukan kesadaran dan orientasi anak
tersebut baik, tapi sering mendengar suara yang memaksanya melakukan
perbuatan aneh tersebut di luar kemauannya. Oleh dokter disarankan untuk rawat
inap di RSJ.
Step 1
1. Psikosis 2, 3, 5
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikosis ialah gangguan jiwa
yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa
menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.
W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikosis adalah suatu
gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan
seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan,
pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita
tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat
dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita
sebagai orang gila.
Sedangkan menurut kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical
Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik PPDGJ- III
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Psikosis merupakan
gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang
menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi
orang psikosis tersebut
2. Orientasi : kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya,serta
hubungan dengan waktu, ruang terhadap dirinya serta orang lain.2
Step 2
1. Mengapa anak tersebut selama 5 bulan terakhir menunjukkan perilaku
aneh seperti :
- Pendiam - Kalau mandi harus disuruh
- Minder - Tidak mau sekolah
- Susah makan - Sering bangun tengah malem untuk wudu
Kalau dilarang menjadi marah dan berteriak dan dia tidak mengakui
ibunya sebagai ibu ?
2. Mengapa anak tersebut sering mendengar suara yang memaksanya untuk
melakukan perbuatan aneh tersebut?
Step 3
1. Pendiam, minder & tidak mau sekolah
Sifat pendiam (bisa bawaan) 2, 4
Sifat ini bisa disebabkan karena suatu peristiwa yang tidak
mengenakkan
contohnya :
- Pernah mendapat hukuman/ sanksi dari gurunya
- Lingkungan keluarga yang tidak harmonis
- pengalaman tidak enak dari teman-temannya seperti dicuekin di
lingkungan bermain, dan tidak diterima dikelompoknya
Karena hal itu bisa saja anak berfikir lebih baik diam dari pada dimusuhi
oleh teman – temannya. Hal diatas menyebabkan seorang anak bisa saja
tidak mau lagi berangkat sekolah karena mungkin takut mendapatkan
hukuman dari guru/ dijauhi oleh teman – temannya.
Minder 2
Anak minder biasanya memiliki pola sebagai berikut :
1. Merasa bodoh, tidak mampu, tidak pantas dll
2. Kesulitan bergaul, sulit memperoleh teman baru
3. Kurang nyaman jika didekati orang
4. Demam panggung
5. Cemas dan takut masuk ke lingkungan baru
6. Tidak berani mengawali percakapan
7. Lebih suka menyendiri
8. Sering murung & mudah sedih
9. Sering melamun
Penyebab minder :
- Pengaruh Lingkungan
Seseorang bisa menjadi minder jika selalu dilarang, disalahkan,
tidak dipercaya & diremehkan
- Pola Asuh orang tua
Karena sering melarang & membatasi setiap aktivitas/ kegiatan
anak
- Kurang kasih sayang, penghargaan & pujian dari keluarga
- Trauma tenggelam pada masa lalu
- Trauma dipermalukan didepan umum perlakuan
Sulit makan 4
Faktor seorang anak sulit makan :
Faktor fisik : terjadi gangguan pada organ pencernaan/ terdapat infeksi
di mulut
Faktor Psikis : Ganggaun psokologis seperti kondisi keluarga yang
bermasalah suasana makan yang kurang mengenaskan, jarang/bahkan
tidak pernah santap makan bersama dengan keluarga atau karen orangtua
yang memaksa anaknya untuk mengkonsumsi/ makan makanan yang tidak
sesuai
Atau bisa jadi adanya faktor lain misalnya :
- Hilangnya nafsu makan : bisa karena faktor penyajian makan/
menu tidak bervariasi
- Gangguan makan dimulut : bisa karena sariawan, radang
tenggorokan, gigi berlubang
- Pengaruh psikologis : Trauma saat makan menyebabkan tidak
nyaman setelah makan
Selain hal-hal diatas kelainan pada struktur otak dan neurotransmitter juga dapat
menimbulkan keluhan-keluhan tersebut.
Kelainan pada paraserebral korteks, sangat penting untuk embuat
keputusan dan berfikir tingkat tinggi seperti penalaran abstrak
Sistem limbik, terlibat dalam mengatur perilaku, emosional, memori dan
pembelajaran.
Ganglia basal, beberapa diantaranya mengkoordinasikan gerakan
Hipotalamus, yang mengatur hormon diseluruh tubuh dan perilaku seperti
makan, minum dan seks.
Lokus seruleus, yang memproduksi neuron, yang mengatur tidur dan
terlibat dalam perilaku suasana hati.
Substansia nigra, yang memproduksi dopamin sel yang terlibat dalam
pengendalian gereakan yang kompleks, berfikir dan respon emosional.
Gangguan pada neurotransmitter, khususnya dopamin :
Hiperaktifitas dopaminergik
Mesolimbik :
- Khayalan
- Halusinasi
- Perilaku aneh
- Bicara tidak teratur
- Ilusi
Hiperaktifitas serotonergik
Sistem mesocortis
- Alogia
- Perasaan/ emosi menjadi tumpul
- Avolition (kehilangan motivasi)
- Anhedonia
Jalur dopaminergik saraf 4
1. Jalur nigrostriatal : dari substantia nigra ke basal ganglia -> fungsi
gerakan, EPS
2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik ->
memori, sikap, kesadaran, proses stimulus
3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex ->
kognisi, fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress
4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary->
pelepasan prolaktin
2. Halusisani 1, 4
Yaitu suatu persepsi sensori yang salah tanpa rangsangan dari yang
sebenarnya, mungkin karena gangguan emosi/stress (rx histerik, deprivasi
sensorik), psikosa fungsionla, keracunan (obat, alkohol, kolus logam) dan
terjadi pada setiap indra
Yang sering terjadi : halusinasi auditorik (pendengar)
Tahapan halusinasi :
- Tahap comforting : timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian ,
perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan dengan coping
imajinasi sehingga mereka senang dan terhindar dari ancaman
- Tahap condeming : timbul kecemasan moderate, cemas meningkat, klien
merasa mendengar sesuatu , merasa takut apabila orang lain mendengar
apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri.
- Tahap controling : timbul kecemasan berat, klien berusaha tidak
mendengar suara yang timbul ntetapi suara terus mengikuti sehingga
menyebabkan klien susah berhubungan dengan dunia luar. Apabila suara
hilang klien akan merasa kesepian.
- Tahap conquering : klien merasa panik, suara atau ide yang datang bersifat
mengancam, dan apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat
merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Step 4
remaja 16 tahun RSJ Anamnesis :
KU RPS RPD RPK R.Pribadi
Pemeriksaan :
Fisik Diagnostik Status Mental Lab Radiologik Evaluasi Psikologik
Diagnosis :
Aksis I : gangguan jiwa Aksis II : gangguan
kepribadian Aksis III : keadaan medis
umum Aksis IV : stressor Aksis V : GAF
Terapi dan tindakan lanjut
Step 5
1. Skizofren
2. DD
Step 6
Belajar mandiri
Step 7
SASBEL
SKIZOFRENIA
Definisi
1. Skizofren adalah sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan
negatif : ketidakmampuan dalam fungsi sosia, pekerjaan atau
hubungan antar pribadi dan menunjukkan terus gejala-gajala ini selama
paling tidak 6 bulan. (DSM IV) 5
2. Skizofren adalah sekelompok gangguan psikosis fungsional yang
ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas,
Afek yang tidak wajar atau tumpul, kesadaran yang jernih,
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (PPDGJ
III) 3
Etiologi 1, 2, 4
1. Teori Somatogenik:
a. Keturunan / genetik :
Populasi umum - 1%
Kembar monozygote- 40-50%
Kembar dizigot- 10%
Saudara kandung skiz. 10%
Orang tua- 5%
Anak dari salah sat OT. Skiz. 10-15%
Anak dari ke-2 OT. Skiz. 30-40%
b. Endokrine: sering timbul skizofrenia pada waktu pubertas,
kehamilan dan puerperium
c. Metabolisme: mungkin disebabkan kesalahan metabolism,
penderita skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung
extremitas agak sianotis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun.
d. Susunan saraf pusat: diduga kelainan SSP dapat menyebabkan
gangguan neurotransmiter pada tempat tertentu di otak, pelebaran
ventrikel lateral dan III, ggn perkembangan neuron awal dan
perubahan metabolisme serebral
2. Teori psikogenik
a. Adolf Meyer: suatu mal adaptasi
b. Sigmund Freud: kelemahan ego
c. E.Bleuler: jiwa yang terpecah belah atau disharmoni
d. Stres psikologi:
1. Persaingan antara saudara kandung
2. Hubungan yang kurang baik dalam keluarga.
Pekerjaan dan masyarakat; ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga.
3. Teori sosiogenik:
Keadaan sosial ekonomi, pengaruh keagamaan, nilai-nilai moral, bulan
kelahiran(berhubungan dengan musim di negara barat, infeksi
prenatal), industrialisasi, perbedaan kultur, dll.
4. Infeksi
5. Malnutrisi
Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama yang bila terjadi pada
trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan gangguan
perkembangan struktur sistem saraf pusat. Yang mana pada akhirnya
hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia. Menurut Dr.
Jack McClellan seorang professor psikiatri dari University of
Washington, asam folat mempunyai peranan besar dalam proses
transkripsi gen dan regulasi, serta replikasi DNA. Kekurangan zat ini
pada janin akan menyebabkan mutasi ini dapat menyebabkan
ketidaknormalan fungsi otak yang dapat berkembang menjadi
skizofrenia.
6. Kelainan anatomi
pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di
korteks prefrontal penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak
tertentu atrofi serebri
Patofisiologi 4
1. Patofisiologi skizoprenia melibatkan system dopaminergik dan
serotonergik (more recently : glutamat).
2. Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizoprenia :
a. Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem
dopaminergi.
b. Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik -> berkaitan
dengan gejala positif.
c. Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal ->
bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala
ekstrapiramidal.
3. Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2) ->
dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien
skizoprenia.
4. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik ->
bertanggungjawab terhadap gejala positif.
Gejala positif :
- Delision (khayalan)
- Halusinasi
- Perilaku aneh, tidak terorganisir
- Bicara tidak teratur, topik meloncat-loncat tidak terararh
- Ilusi,pencuriga.
5. Peningkatan aktivitas serotonergik -> menurunkan aktivitas
dopaminergik pada sistem mesocortis -> bertanggung-jawab terhadap
gejala negatif.
Gejala negatif :
- Alogia (kehilangan kemampuan bicara atau berpikir)
- Perasaan atau emosi tumpul
- Avotion (kehilangan motivasi)
- Anhedonia atau asosiality (kurangnya kemampuan untuk
merasakan kesenangan, mengisolasi dari kehidupan sosial)
- Tidak mampu berkonsentrasi.
Manifestasi Klinik 1, 2, 3
1. Gangguan pikiran:
a. Gangguan proses pikir :
- Asosiasi longgar
- Inkoherensi
- Neologisme
- Bloking
- Ekolali
- Miskin isi pembicaraan (alogia)
- Circumstansial
- Konkritisasi : sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya
b. Gangguan isi piker
Waham
- Waham kejar
- Waham kebesaran
- Waham rujukan
- Waham penyiaran pikiran
- Waham penyisipan pikiran
2. Gangguan persepsi
- Halusinasi
- Ilusi
- Depersonalisasi
- Derealisasi
3. Gangguan emosi
- Afek tumpul/ datar
- Afek tak serabi
- Afek labil
4. Gangguan perilaku
- Perilaku tak sesuai atau aneh : gerakan tubuh aneh, perilaku
ritual, ketolol tololan, menyeringai, agresif, katalepsi,
katapleksi, stereotipi
- Perilaku seksual yang tidak pantas
5. Tilikan
Pasien skizofrenia sering mengalami pengurangan tilikan yaitu
pasien tidak menyadari penyakitnya.
6. Kemauan(volition): inisiatif, aktivitas yang bertujuan, dorongan dan
interest yang kurang, tidak mampu menyelesaikan aktivitas,
ambivalensi.
7. Hubungan dengan dunia luar: menarik diri dari dunia luar kedalam
egosentrik, dan fantasi/ ide yang tak logis, autistik
8. Perilaku motorik: motorik spontan berkurang (stupor katatonik),
fleksibilitas serea, katapleksi, gerakan monoton dan konstan, agresif
( katatonia agitasi).
Menurut Crow, 1980 : dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala positif disebut type I:
- disebabkan gangguan regulasi dopamin
- Gejala onset akut
- Potensial reversibel
- Fungsi intelektual normal
- Respon dengan antipsikotika baik
- Gejala-gejala berupa halusinasi, waham, berbagai bentuk
gangguan proses pikir, perilaku aneh
b. Gejala negatif disebut type II:
- Disebabkan abnormalitas struktur otak
- Dengan gejala kemiskinan pembicaraan/ide dan proses pikir
(alogia), keterbatasan afek dan emosi, hilangnya kemauan
dan dorongan sosial serta perawatan diri, hilangnya
kemampuan untuk menikmati kesenangan (anhedonia –
asosialisasi) dan kurangnya perhatian.
Klasifikasi 3
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
2. Skizofrenia Hebefrenik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada
usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
c. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
menentukan diagnosis.
d. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya
diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya,
untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang
benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk
selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau
perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-
absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner),
tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak
menentu (rambling) serta inkoheren.
e. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses
pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada
tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions
and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku
penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi
gambaran klinis :
- stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap
lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau
mutisme (tidak berbicara):
- Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
- Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela
mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tidak wajar atau aneh);
- Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan,
atau pergerakkan kearah yang berlawanan);
- Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya);
- Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan
anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk
dari luar); dan
- Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan
secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-
kata serta kalimat-kalimat.
4. Skizofrenia Tak Terinci (undifferentiated)
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
paranoid, hebefrenik, atau katatonik.
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau
depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi pasca skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
- Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria
diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
- Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya); dan
- Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi
paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada
dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis
menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih
jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe
skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini
harus dipenuhi semua :
- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal
yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk;
- Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di
masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofenia;
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom “negative” dari skizofrenia;
- Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak
organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat
menjelaskan disabilitas negative tersebut
7. Skizofrenia simplek
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan
karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan
perlahan dan progresif dari :
- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain
dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia tak tergolongkan
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Identitas : perempuan, 16 tahun
Keluhan Utama
Onset : 5 bulan terakhir
Kronologi : -
Gejala Prodromal : pendiam, minder, susah makan dan mandi,
tidak mau sekolah, bangun tengah malam untuk wudhu dan
berdiam diri, tidak menganggap ibunya, halusinasi auditorik.
Faktor pencetus : -
Tindakan yang telah dilakukan : -
Riwayat Perjalanan penyakit : -
Riwayat penyakit dahulu : -
Riwayat Penyakit keluarga : -
Riwayat Pribadi : -
Riwayat perkembangan seksual : -
Fantasi, impian dan nilai-nilai : -
MULTIAKSIAL 3
Aksis I : F20 Skizofren
Aksis II : F60 Gangguan kepribadian khas
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Tidak ada
Aksis V : GAF 40-31Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
Pemeriksaan Status mental 1, 2, 4
Kesan umum : sikap dan penampilan
Pembicaraan : logore, bloking, mutisme
Perilaku dan aktivitas psikomotot : hiperaktif, stereotipik,
agitasi,ekopraksi
Mood dan Afek
Mood : disforik, eutimik, iritable, euphori
Afek : appropiate, inappropiate, tumpul, datar
Berpikir
Bentuk pikir : non realistik atau realistik, autistik
Isi pikir : waham
Persepsi
Halusinasi : auditorik, visual, taktil, penciuman
Ilusi
Sensori dan fungsi intelektual
Kesadaran
Orientasi dan memori
Konsentrasi dan perhatian
Pemikiran abstrak
Informasi dan intelegensi
Daya nilai : daya niala penderita terhadap lingkungan sosial
Insight atau tilikan
Diagnosis Banding 1
Perbe
daan
Schizofren Gangguan bipolar
dengan gejala
psikotoik
Gangguan psikotik yang diinduksi alkohol
defini
si
Gangguan psikosis fungsional yang di tandai
Distorsi pikiran dan persepsi
Afek yang tidak wajar atau tumpul
Gangguan jiwa yang
bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala
manik, depresi, yang
biasanya rekuren serta
berlangsung seumur
Gangguan
jiwa berat
akibat adanya
penggunaan
alkohol yang
lama
Kesadaran yang jernih,kemampuan intelektual yang tetap atau menurun
hidup
Etiolo
gi
Genetik Gangguan
neurotransmitter
Stressor
psikososial
Genetik Gangguan
neurotransmitter
Stressor
psikososial
Karena
adanya
alkohol
Manifestasi klinis
Gejala positif (delusi atau waham,halusinasi,gangguan proses pikir,gaduh gelisah,agresif)
Gejala negatif
(afek tumpul
dan datar,
menarik diri
dari
lingkungan,
sukar diajak
bicara,
pendiam, pasif,
apatis,
stereotip,
anhedonia)
Episode manik
(keadaan mood yang meninggi)
grandositosis (percaya diri berlebihan)
tidur ↓ cepat
dan banyak pembicaraan
hiperaktivitas psikomotor dan ↑energi
depersi (keadaan mood yang menurun)
mood depresif atau hilangnya minat
Adanya gejala putus zat berupa
Tremor halus
Irritable
Rasa taukut akan sesuatu yang akan terjadi
Untuk
pengidap
yang berat
terjadi ± 3
hari setelah
berhenti
minum,dan
dapat hilang
gejalanya ± 1
minggu
agitasi atau retardasi psikomotor
↓ harga diri
Fatig atau berkurangnya tenaga
Ide ide tentang rasa bersalah,ragu ragu,dan menurunnya konsentrasi
Terjadi perubahan mood secara ekstream dari mani ke depresi
Terapi Antipsikotik atipikal → manfaat untuk gejala positif dan negatif(clozapine,risperidon,quetiapin)
Antipsikotik tipikal → hanya untuk mengontrol gejala positif (fenotiazin,butirofenon)
Mood stabilizer (lithium, valproat, lamotrigin)
Antipsikotik atipikal (risperidon,olanzapine,quetiapin)
Anti depresan
(jika
dibutuhkan)
Antipsikotik
Anti depresan
Pengu
ranga
n
pengg
unaan
alkoh
ol
*berdasarkan keluhan utama dan halusinasi auditorik yang menonjol
Pemeriksaan penunjang 1, 2, 4
1. Brain imaging
Ct scan
Atrofi kortikal ( 10 smapai 35 % pasien ). Pembesaran
ventrikel III dan lateral ( 10 smapai 50 % ), atrofi vermis
serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak.
Positron Emission Tomography
Turunnya metabolisme lobus frontal dan parietal, metabolisme
posterior tinggi dan lateralitas abnormal.
Cerebral Blood Flow
Kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik
dan aliran darah keseluruhan turun.
2. EEG
Pada umumnya gambaran EEG pada pasien skizofren memiliki
gambaran normal, tetapi sebagian menunjukkan turunnya aktivitas
alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta.
3. Evoked Potensial
Hipersensivitas awal terhadap stimulasi sensorik dengan
penumpulan kompensatorik lebih jauh pada pemrosesan informasi
di tingkat korteks lebih tinggi.
4. Endrokrinologik
Turunnya kadar LH dan FSH. Turunnya pelepasan prolaktin dan
GH bila dirangsang oleh gonadotropin atau tiotropin.
5. Neuropsikologik
Halstead Reitan Battery : menunjukkan atensi dan intelegensi
terganggu, turunnya waktu retensi dan gangguan pemecahan
masalah.
Diagnosis 3, 5
Menurut PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
a. Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asingdari
luar masuk kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan
Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dati luar; atau
delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ‘dirinya”:
secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang mauupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social
dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadai (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria diagnosis menurut DSM IV
a. Terdapat 2 gejala atau lebih gejala karakteristik yang masing-
masing ditemukan untuk sebagian waktu yang bermakan selam
perioe 1 bulan ( atau kurang bila berhasil diobati ). Gejala
karakteristik tersebut adalah :
Waham
Halusinasi
Bicara terdisorganisasi
Perilaku terdiosrganisasi atau katatonik yang jelas
Gejala negative
Catatan : hanya 1 gejala kriteria A yabg dibutuhkan jika
waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang
terus-menerus mengomentari perilaku pasien, atau 2 atau lebih
suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
b. Disfungsi sosial atau pekrjaan untuk bagian waktu yang bermakna
sejak onset gangguan satu atau lebih fungsi utama seperti pekrjaan,
hubungan interpersonal atau perawatan diri adalah jelas dibawah
tingkat yang dicapai sebelum onset.
c. Durasi tanda gangguan terus-menerus selam sekurang-kurangnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan
gejala ( atau kurang jika diobati dengan berhasil ) yang memenuhi
kriteria A dan mungkin termasuk gejala prodromal atau residual,
tanda gangguan mungkin di manifestasikan hanya oleh gejala
negatif atau 2 atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A
dalam bentuk yang diperlemah.
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan suasana
perasaan.
e. Penyingkiran zat atau kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan perkembangan pervesif.
Kriteria diagnosis menurut Kurt Schneider
1. Gejala tingkat pertama ( untuk diagnosis perlu 1 gejala A dan 1
gejala B )
a. Halusinasi auditorik , berupa :
Pikiran yang dapat didengar sendiri
Suara yang sedang bertengkar
Suara yang mengomentari perilaku pasien.
b. Gangguan batas ego, berupa :
Somatic passivity : Tubuh dan gerakannya seakan-akan
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar.
Thought withdrawl : Pikiran penderita seperti disedot keluar.
Thought insertion : Isi pikiran seperti disisipkan atau
dipengaruhi orang lain.
Thought broadcasting : Pikiran seperti disiarkan kepada orang-
orang sekitarnya atau isi pikirannya dapat dibaca orang lain.
Made feeling’made : Perasaannya seperti dilihat orang lain.
Made volitional acts : Kemauan atau tindakannya seperti
dipengaruhi orang lain.
Delusional : Persepsi yang dipengaruhi waham.
2. Gejala tingkat kedua
Gangguan persepsi lain
Gagasan yang bersifat waham yang tiba-tiba
Kebingungan
Perubahan mood disfori dan euforik
Perasaan kemiskinan emosional
Kriteria diagnosis menurut Eugen Bleuler
a. Gejala primer ( 4A )
Asosiasi terganggu : Proses pikir yang terganggu berupa ide
yang belum jelas diutarakan sudah muncul ide lain sehingga
pembicaraan menjadi tidak dapat diikuti dan dimengerti.
Autisme : Suatu kecenderungan untuk menarik diri dari
kehidupan sosial.
Afek terganggu : Ketidaksesuaian anatara afek dengan suasana
perasaan, dapat berupa afek tumpul, datar atau tidak serasi.
Ambivalensi : Dua hal yang berlawanan dapat timbul pada saat
bersamaan pada objek yang sama.
b. Gejala sekunder
Waham : Keyakinan patologis yang tidak dapat dikoreksi,
meskipun telah dibuktikan bahwa keyakinan tersebut salah.
Halusinasi : Munculnya suatu persepsi baru dari panca indera
yang salah tanpa adanya rangsangan atau objek dari luar.
Ilusi : Suatu persepsi baru dari panca indera yang salah akibat
adanya suatu rangsangan atau objek dari luar.
Depersonalisasi : Suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
mengenali dirinya sendiri.
Negativisme : Sikap yang menolak atau berlawanan dengan
yang diperintahkan tanpa suatu alasan.
Automatisasi : Pekerjaan yang dilakukan dengan sendirinya
tanpa adanya pengaruh dari luar dan tanpa tujuan.
Ekolali : Secara spontan menirukan ucapan, bunyi atau suara
dari orang lain.
Manerisme : Tindakan mengulang-ulang peruatan tertentu
secara eksesif, biasanya dilakukan secara ritual.
Stereotipik : Tindakan mengulang suatu pekerjaan atau
perbuatan tanpa tujuan yang jelas dan terus menerus.
Fleksibilitas cerea : Sikap, bentuk atau posisi yang
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Benommenheit : Intelektual atau perkembangan mental yang
terlambat atau terbatas.
Penetalaksanaan 4,1
1. Non-farmakologi :
- program rehabilitasi : living skills, social skills, basic
education, work program,supported housing
- Psikoterapi
Untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi
suportif
Agar penderita dapat bersosialisasi
- Family education
2. Farmakologi : menggunakan obat antipsikotik
ANTIPSIKOTIK
TIPIKAL ATIPIKAL
Klorpromazin Clozapin
Tioridazin Risperidon
Mesoridazin Olanzapin
Flufenazin Quetiapin
Perfenazin Ziprasidon
Thiotixene Aripiprazol
Haloperidol
Loxapin
Molindon
Mekanisme kerja APG I (Tipikal)
Menurunkan aktivtas dopamine
Sebagai dopamine antagonis
Afinitas yang kuat terhadap D2
APG I yang potensi rendah lebih bersifat sedasi àefektif
untuk pasien agitatif.
APG I yang potensi tinggià non sedasi, efektif untuk pasien
menarik diri
Mekanisme kerja APG II (Atipikal)
Bermanfaat untuk gejala positif maupun negativ
Blokade serotonin (5-HT2) dan terhadap reseptor dopamin tipe 2
(D2) (lebih tinggi)
Algoritma terapi skizoprenia 4
bila tidak ada respon
bila tidak ada respon
bila tidak ada respon
bila tidak ada respon
Tahap 1:Coba SGA tunggal: Aripiprazol,olanzapin,queti
apin, risperidon, atau ziprasidon
Tahap 3Coba FGA atau SGA yg lain
Tahap 2ACoba FGA atau SGA yg lain
Tahap 4Klozapin
Tahap 5Coba satu obatFGA atau SGAyg belum dicoba
Tahap 6Terapi kombinasiSGA + FGA, kombinasi SGA,(FGA atau SGA) + ECT,(FGA atau SGA) + agen lain
Tahap 2:Coba SGA tunggal yang lain selainyang dipakai pada tahap 1
Kesembuhan
- Kesembuhan total (total recovery): mungkin sembuh
seterusnya, mungkin kambuh 1-2 kali
- Kesembuhan sosial (social recovery)
- Keadaan kronis yang stabil(stable chronicity)
Prognosis 4,5
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
- Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
- Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
- Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih
baik.
- Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
- Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
- Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
- Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred
lebih jelek.
- Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Prognosis baik Prognosis buruk
- Onset lambat
- Faktor pencetus yang
jelas
- Onset akut
- Riwayat sosial, seksual
dan pekerjaan
premorbid yang baik
- Onset muda
- Tidak ada factor
pencetus
- Onset tidak jelas
- Riwayat social dan
pekerjaan premorbid
yang buruk
- Gejala gangguan mood
(terutama gangguan
depresif)
- Menikah
- Riwayat keluarga
gangguan mood
- Sistem pendukung yang
baik
- Gejala positif
- Prilaku menarik diri
atau autistic
- Tidak menikah,
bercerai atau janda/
duda
- Sistem pendukung yang
buruk
- Gejala negatif
- Tanda dan gejala
neurologist
- Riwayat trauma
perinatal
- Tidak ada remisi dalam
3 tahun
- Banyak relaps
- Riwayat penyerangan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock: ”Skizofrenia” dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7,
Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997
2. Maramis,WF,Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,Airlangga University
press ,Surabaya,1980
3. Maslim.Rusdi.2003. PPDGJ III. Jakarta. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK
unika atmajaya
4. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan
Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003
5. American Psychiatric Associates. Diagnostic criteria from DSM IV.
Skizofrenia and other psychotic disorders. Washington : 2000