Blok 12 Ppt

30
Merie Octavia 10.2009.020 A3

description

ppt presentasi blok 12 infeksi imunitas

Transcript of Blok 12 Ppt

Merie Octavia10.2009.020

A3

1. Definisi

• Penyakit endemik di Indonesia

• Penyakit menular

• Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat

pada saluran pencernaan dengan gejala demam

yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran

pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran.

2. Epidemiologi

• Demam tifoid merupakan salah satu penyakit

infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin

termasuk Indonesia.

• Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di

seluruh propinsi dengan insidensi di daerah

pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di

daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun

Jalur penularan

1.Dapat melalui makanan atau minuman yang

terkontaminasi kuman, lingkungan kotor

2.Melalui penularan aktif dari manusia

3.Melalui carrier

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella

typhi atau Salmonella paratyphi

3. Etiologi

• Bakteri-bakteri Salmonella (gram

negatif bacillus dari

famili Enterobacteriaceae)

• Motil, berflagel dan tidak berspora

• Memiliki 3 macam antigen :

Antigen O, H, dan Vi

- Antigen O = antigen somatik

- Antigen H = antigen flagella

- Antigen Vi = Kapsul

Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob.

Kuman ini mati pada suhu 56ºC dan pada keadaan kering. Di

dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur

pada medium yang mengandung garam empedu.

4.

PATOFISIOLOGI

Kuman Salmonella typhi , Salmonella paratyphi masuk ke saluran cerna

Sebagian masuk usus halusSebagian dimusnahkan asam lambung

Di ileum terminalis membentuklimfoid plaque peyeri

Sebagian hidup dan Menetap

Perdarahan

Perforasi

Masuk aliran limfe

Masuk dalam kelenjar limfeMesentrial

Menembus dan masuk aliran darah

Masuk dan bersarang dihati dan limpa

Hepata megali, Splenomegali

Infeksi Salmonella typhi,Paratyphi dan Endotoksin

Dilepasnya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang

DEMAM TIFOID

Gangguan rasa nyaman : Panas

peningkatan suhu badan

PERITONITIS

Nyeri TekanGangguan rasa nyaman =nyeri

Peningkatan asam lambung

Mual, muntah

Intake kurang ( madequat )

Gangguan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh

5. Anamnesis

• Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai

penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit

kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit

perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan

pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan

menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari.

• Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam

yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit

kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah /terkupas,

lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya

kemerahan dan tremor, pembesaran hati dan limpa dan

timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Terlihat seperti

sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan ,letak

tidur pasif, acuh tak acuh

(apati) sampai yang berat (delier,koma) .

• Biasanya demam pada minggu ke-3 akan turun dan berangsur-

angsur normal kembali

Kesimpulan : 3 point gangguan yaitu demam, gangguan

pencernaan, dan gangguan kesadaran

Gejala lainnya adalah tubuh menggigil, denyut jantung lemah

(bradycardia), badan lemah (“weakness”), nyeri otot myalgia, pada

kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (“rose spots”),

serta nyeri ulu hati dan lambung.

6. Pemeriksaan fisik

• Febris (suhu), kesadaran terganggu, bradikardia relative

(peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi

8x/menit)

• Lidah berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta

tremor), hepatomegali, splenomegali, dan nyeri abdomen.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi

• Sering ditemukan leukopenia, dapat terjadi pula kadar leukosit

normal atau leukositosis

• Anemia ringan dan trombositopenia

• Pemeriksaan hitung jenis leukosit, dapat terjadi aneosinofilia

maupun limfositosis relatif/limfopenia

• LED dapat meningkat

• SGOT dan SGPT seringkali meningkat , tidak perlu penanganan

khusus.

Pemeriksaan serologi

1.Uji Widal

• Deteksi antibodi terhadap kuman S.typhi

• Terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen S.typhi dengan

antibodi yang disebut aglutinin

• Tujuan : menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita

• Dari ketiga aglutinin yang ada, hanya aglutinin O dan H yang

digunakan untuk diagnosis demam tifoid

• Semakin tinggi titer, semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman

ini.

• Uji Widal bukan untuk mentukan kesembuhan penyakit

•Beberapa faktor yang mempengaruhi : pengobatan dini dengan

antibiotik, gangguan pembentukan Ab dan pemberian

kortikosteroid, waktu pemgambilan darah, daerah endemik atau

bukan, riwayat vaksinasi, reaksi anamnestik, dan faktor teknik

pemeriksaan antar lab.

Penelitian oleh Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya

mendapatkan hasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89%

penderita.

2. Uji Tubex

• Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif

yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit)

• Menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan

sensitivitas

• Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang

benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup

D.

• Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya

mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG

dalam waktu beberapa menit

3. Uji Typhidot

• Metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap

antigen OMP 50 kD S. typhi.

• IgG teraktivasi berlebihan sehingga IgM sulit terdeteksi

• IgG saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi

akut dengan kasus reinfeksi atau konvalesen pada kasus infeksi

primer

• Untuk itu, uji ini dimodifikasi dengan menginaktivasi total IgG

pada serum = Uji Typhidot M

4. Uji IgM Dipstick

• Mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S.

typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang

mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan

antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol.

• Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah

distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat

digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium

yang lengkap.

Uji Kultur Bakteri

• Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan

bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses,

sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.

• Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan

lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada

awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam

urine dan feses.

• Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh

keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan

antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah,

volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu pengambilan

spesimen yang tidak tepat

•Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai

sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu

yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk

identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk

dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita.

Pemeriksaan lain : PCR

8. Diagnosis

1.Working Diagnose (WD) : berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

2. Differential Diagnose (DD) / diagnosis banding :

Sesuai dengan perjalanan penyakit tifoid maka permulaan

sakit harus dibedakan dengan bronkitis, influenza,

bronkopneumonia

Pada stadium selanjutnya harus dibedakan dengan demam

paratifoid, malaria, TBC milier, mielitis, meningitis,

bakterial endokarditis, ricketsia.

Pada stadium toksik harus dibedakan dengan leukemia,

limfoma, penyakit Hodgkin.

3. Diagnosis pasti : Diagnosis pasti ditegakkan dengan

ditemukannya kuman pada salah satu biakan.

9. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

-Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk

mencegah komplikasi.

- Mengatur asupan makanan

- Menjaga higienis makanan, minuman, lingkungan, diri sendiri

Medikamentosa

1. Kloramfenikol . Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan

obat pilihan utama. Dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan

secara peroral atau intravena sampai 7 hari bebas panas.

2. Tiamfenikol : Dosis 4x500 mg, menurunkan demam rata-rata hari

ke-5 sampai ke-6

3. Kotrimoksazol : Dosis untuk orang dewasa adalah 2x2 tablet

selama 2 minggu

4. Ampisilin dan amoksisilin :dosis yang dianjurkan 50-150 mg/kgbb

selama 2 minggu

5.Sefalosporin generasi ke-3 = seftriakson

6. Golongan Flurokuinolon.

- Norfloksasin dosis 2x 400 mg/ hari selama 14 hari.

- Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari

- Ofloksasin dosis 2x 400 mg/ hari selama 7 hari.

- Peflosaksin dan fleroksasin

7. Azitromisin

8. Dengan kombinasi

9. Pemberian obat pada wanita hamil harus lebih diperhatikan.

10. Komplikasi

•Komplikasi intestinal

Perdarahan usus

Perforasi usus

Ileus paralitik

• Komplikasi ekstraintestinal

Komplikasi kardiovaskular

Komplikasi darah

Komplikasi paru

Komplikasi hepar dan kandung kemih

Komplikasi ginjal

Komplikasi tulang

Komplikasi neuropsikiatrik

11. Prognosis

- Hiperpireksia atau febris kontinua.

- Kesadaran menurun.

- Malnutrisi.

- Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,

peritonitis, bronkopneumonie, dll.

12. Pencegahan

1.Identifikasi atau penyaringan pengidap kuman S.typhi

2.Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi kuman akut maupun carier

3.Proteksi pada orang yang beresiko tinggi tertular dan terinfeksi = vaksinasi

4.Menjaga sanitasi lingkungan, air, higienis makanan-minuman