blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM...

126
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh: Kelompok G2

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR

DAN JATIKERTO

Disusun Oleh: Kelompok G2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI / AGRIBISNIS

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2014

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Oleh : KELOMPOK G2

No Nama NIM Nilai 1 WIRDHA AYU D 145040101111133 2 ASMAYANI AHSYAR 145040101111146 3 PUTRI DEBBIE P 145040101111147 4 ANNISA 145040101111148 5 I GUSTI AYU K 145040101111150 6 DOA NASTUTI Y 145040101111151 7 BAROROH NUR J 145040101111152 8 AZHARI RAHMAN 145040101111153 9 DINI ANGELA A 145040101111154 10 ROKHMAD R 145040101111155 11 YUNI FRANSISCA S 145040101111156 12 ELFIRA ROSA P 145040101111157 13 ISNA AMALIA 145040101111158 14 AHMAD SADHALI 145040101111159

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Asisten : MUHAMMAD NAUFAL

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI / AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Tanggal Pengesahan : 12 Desember 2014

.115040201111049

Muhammad Naufal

Asisten,

:Mengesahkan

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan akhir yang berjudul

“Laporan Akhir Praktikum Ekologi Pertanian : Studi Lapang di 2 Tempat yang

Berbeda ( Jatikerto dan Cangar )”.

Laporan akhir praktikum ini membahas tentang analisis vegetasi maupun

keragaman arthropoda dan faktor abiotik yang berpengaruh di kedua tempat

pengamatan yang berbeda.

Laporan ini berguna sebagai syarat pemenuhan untuk ujian akhir praktikum

mata kuliah Ekologi Pertanian pada program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Brawijaya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-

pihak yang terkait dalam penyusunan dan penyelesaian laporan tugas akhir ini,

diantaranya kepada Muhammad Naufal selaku Asisten Praktikum Kelas.

Demikian laporan tugas akhir ini dibuat. Penulis mengharapkan laporan tugas

akhir ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi para pembacanya.

Malang, Desember 2014

Penulis

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

DAFTAR ISI

Lembar Data Anggota ...........................................................................................i

Lembar Pengesahan ..............................................................................................ii

Lembar Saran dan Kritik.......................................................................................iii

Kata Pengantar.......................................................................................................iv

Daftar Isi................................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................vi

Daftar Gambar.......................................................................................................vii

Daftar Lampiran....................................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................2

1.4 Manfaat dan Hasil Penulisan............................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian.......................................4

2.2 Pengertian Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan.......................5

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

2.3 Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman............6

2.4 Faktor Abitok dan Biotik Tanah......................................................8

2.5 Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem............................................12

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik (Budidaa Pertanian...............15

3.1.1 Analisa Vegetasi.....................................................................15

3.2 Tanah................................................................................................19

3.2.1 Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah).......................................19

3.2.2 Faktor Biotik Tanah................................................................20

3.2.3 Tinggi Tanaman......................................................................22

3.3 Arthropoda.......................................................................................24

3.3.1 Sweepnet.................................................................................24

3.3.2 Pitfall......................................................................................26

3.3.3 Yellowtrap...............................................................................27

3.4 Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman...........................29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan.............................................................................32

4.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik.....................................32

4.1.2 Tanah......................................................................................39

4.1.3 Arthropoda + Interpretasi.......................................................41

4.1.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman..................................53

4.2 Pembahasan......................................................................................58

4.2.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abitok......................................58

4.2.2 Faktor Abiotik dan Biotik Tanah............................................63

4.2.3 Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem..................................64

4.2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman..................71

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran......................................................................74

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................76

LAMPIRAN......... ................................................................................................78

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian telah memainkan peranan penting di dalam pembangunan sosial

dan ekonomi Indonesia. Kurang lebih 18% dari penduduk di Indonesia bekerja di

sektor pertanian, sebagian besar dalam skala sangat kecil. Pertanian yang kita ketahui

sendiri adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia

untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta

untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati

yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau

bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak.

Di sektor pertanian terdapat lingkungan yang harus kita atur. Proses pengaturan

lingkungan itu diatur dalam salah satu ilmu yang disebut ilmu ekologi pertanian.

Ekologi pertanian sangat di butuhkan karena untuk meningkatkan pemahaman kita

dalam melakukan budidaya pertanian. Dalam ekologi kita dapat mempelajari

interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan juga mempelajari makhluk

hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.Pembahasan ekologi tidak

lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu

faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan

topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,

hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-

tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang

saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Secara sederhana ekologi pertanian dapatdiartikan sebagai ilmu yang

mempelajari hubungan antar makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dan

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

lingkungan. Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami

interaksi terhadap lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maupun dengan

lingkungan sekitarnya, termasuk hewan dan serangga. Interaksi inilah yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan lingkungan sekitarnya dan membuat suatu

siklus yang selalu berkesinambungan. Oleh karena itu dalam ekologi pertanian,

dipelajari studi iklim mikro yang mencakup tentang suhu dan kelembaban tanah,

pengukuran biomassa pohon, analisis vegetasi, dan keanekaragaman arthropoda.

Agroekosistem merupakan komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan

dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia

untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya

yang dibutuhkan manusia.Di dalam agroekosistem terdapat ekosistem yang menjadi

tempat interaksi antar faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotikadalahfaktortakhidup

yang meliputifaktorfisik dan faktor kimia. Faktor fisik yang mempengaruhi

ekosistemadalahsuhu, sinarmatahari, air, tanah, ketinggian, angin.Faktorbiotik adalah

faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara faktor biotik dengan

faktor abiotik terhadap pertumbuhan tanaman dalam agroekosistem yang berbeda

yakni di Cangar agroekosistem dataran tinggi dan di Jatikerto agroekosistem dataran

rendah. Selain itu laporan ini juga menjelaskan mengenai penjelasan terkait

pengamatan langsung pengaruh faktor abiotik (cahaya dan air) terhadap pertumbuhan

tanaman. Harapannya laporan ini mampu berguna bagipembaca agar dapat

mengetahui tentang kondisi dan analisa vegetasi di Cangar dan Jatikerto.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan di bahas di laporan ini adalah:

1. Bagaimana perbedaan dan analisis vegetasi faktor abiotik antara Cangar dan

Jatikerto?

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

2. Bagaimana perbedaan factor biotic dan abiotik tanah yang terdapat di daerah

Cangar dan Jatikerto?

3. Bagaimana keragaman spesies arthropoda beserta peranannya terhadap

agroekosistem yang terdapat di Cangar dan Jatikerto?

4. Bagaimana pengaruh faktor abiotik (cahaya dan air) terhadap pertumbuhan

tanaman selada air dan jagung?

5. Bagaimana perbandingan interaksi faktor biotik dan abiotik anatara

agroekosistem Cangar dan Jatikerto?

1.3 Tujuan

Tujuan yang akan dibahas di laporan ini adalah:

1. Untuk mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik.

2. Untuk mengetahui factorbiotikdanabiotictanah.

3. Untuk mengetahui peranan arthropoda yang berada di CangardanJatikerto.

4. Untuk mengetahui faktorabiotik (cahayadan air) pada tanaman selada air dan

jagung.

5. Untuk mengetahui faktor biotik dan abiotik pada agroekosistem di Cangar dan

Jatikerto.

1.4 Manfaat

Manfaat dari laporan ini adalah:

1. Pembaca atau mahasiswa dapat mengetahui perbedaan vegetasi faktor biotik

dan abiotik agroekosistem yang terdapat di Cangar dan Jatikerto.

2. Harapannya agar mahasiswa dapat memperoleh informasi tentang kondisi

agroekosistem di Cangar dan Jatikerto.

3. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan memperluas

wawasan terkait ilmu pengetahuan yang di dapatkan di bangku perkuliahan

pada malasah yang ada sehingga mampu memberikan solusi-solusi yang

leokimian dan bersifatnya solutif.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian

Ekologi

Di dalam kehidupan terdapat suatu interaksi antara makhluk hidup dengan

lingkungannya yang di pelajari dalam ilmu ekologi. Ekologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang hubungan makhluk hidup dengan lingkungn sekitarnya.

Istilah Ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yang berasal dari

bahasa Yunani, yaitu : Oikos = Tempat Tinggal (rumah) dan Logos = Ilmu, telaah.

Kemudian Odum menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi yang mempelajari

struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam.

Dalam bukunya, Dwijoseputro (1990) mengatakan bahwa ekologi adalah

hubungan makhluk hidup khususnya makhluk hidup dengan lingkungan.

Sedangkan dalam bukunya, Irwan (2010) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu

yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang

mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya

dan dengan komponen di sekitarnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ekologi

adalah suatu ulmu tentang hubungan antar makhluk hidup dan hubungan antar

makhluk hidup dengan lingkungannya.

Ekologi Pertanian

Pertanian bisa diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam pada lingkungan

tertentu. Menurut Soetriono (2006) pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi

berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan menurut

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

AT. Mosher, pertanian adalah segala proses untuk produksi yang berkaitan dengan

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan juga hewan.

Sehingga berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari sistem pertanian dengan

menggunakan kaidah-kaidah ekologi. Sebagai contoh penerapan ekologi di bidang

pertanian diantaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk mengendalikan

populasi hama, guna meningkatkan produktivitas. 

2.2 Pengertian Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan

Ekosistem merupakan kesatuan yang menyeluruh dan saling mempengaruhi

yang membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan

hidup.Ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi antara komponen-

komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi. Ekosistem dalam ekologi

tidak hanya melibatkan suatu sistem antara tingkah laku (behavior) dari faktor-

faktor biotik dan non biotik, tetapi melibatkan berbagai sistem dalam aliran energi

dan siklus materi (Begon et al., 2006).

Ekosistem Alami

Ekosistem Alami (Natural Ecosystem) merupakan ekosistem yang terbentuk

secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Contoh ekosistem alami antara

lain : Ekosistem Hutan Tropis, Danau, Mangrove, dan Savana

(Resosoedarmo,2001).

Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada campur tangan

manusia, contohnya hutan belantara di Sumatera, Kalimantan, Irian dan Sulawesi.

Komponen-komponennya lebih lengkap, tidak memerlukan pemeliharaan atau

subsidi energi karena dapat memelihara dan memenuhi sendiri, dan selalu dalam

keseimbangan. Ekosistem ini lebih mantap, tidak mudah terganggu, tidak mudah

tercemar, kecuali jika ada bencana alam (Irwan, 2010).

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Ekosistem Buatan

Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang terbentuk dari hasil rekayasa

manusia untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup penduduk yang

jumlahnya terus meningkat (Resosoedarmo,2001).

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak dipengaruhi manusia

misalnya danau buatan, sawah atau ekosistem pertanian, waduk, bendungan, hutan

produksi, kebun dan lain-lain. Komponen-komponen biasanya kurang lengkap,

memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan atau perawatan, mudah

terganggu, dan mudah tercemar. Ekosistem buatan lebih rentan terhadap

perubahan atau tidak mantap (Irwan, 2010).

2.3 Pengaruh Faktor Abiotik terhadap Pertumbuhan Tanaman

Faktor abiotik merupakan faktor yang bersifat tak hidup (non hayati). Faktor

abiotik yang berpengaruh terhadap tanaman meliputi radiasi matahari (cahaya),

suhu, air, kelembaban, tanah, iklim, dan angin.

Pengaruh radiasi matahari terhadap tanaman

Radiasi matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses

thermonuklir yang terjadi di matahari. Radiasi matahari merupakan faktor utama

diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebgai sumber energi primer tetapi

karena berpengaruh terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti suhu,

kelembapan dan angin. Pengaruh radiasi matahari terhadap tanaman diantaranya

laju fotosintesis, laju transpirasi, pertumbuhan memanjang dan pertumbuhan

menuju kearah datangnya sinar matahari, serta perkecambahan benih. (Sugito,

2012).

Pengaruh suhu terhadap tanaman

Suhu adalah besaran yang menunjukkan derajat panas suatu benda. Pengertian

suhu mencakup dua aspek, yaitu derajat dan insolasi. Inslasi menujukkan energi

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

panas dari mtahari dengan satuan gram kalori/cm2/jam. Satu gra kalori adalah

sejumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 (satu) gram air sebesar

1oC. Pengaruh suhu terhadap tanaman diantaranya laju pertumbuhan, pembungan,

pertumbuhan buah dan pendewasaan/pematangan jaringan atau organ tanaman.

(Sugito, 2012)

Pengaruh air terhadap tanaman

Air sangat penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai: (a) bahan baku

(sumber hidrogen dalam poses fotosintesis (b) penyusunan protoplasma yang

sekaligus memelihara turgor sel (c) bahan atau edia dalam proses transpirasi (d)

pelarut unsur hara dalam tanah dan dalam tubh tanamanan serta sebagai media

translokasi unsur hara dari dlam tanah ke akar unuk selanjutnya dikirim ke daun.

(Sugito, 2012).

Pengaruh tanah terhadap tanaman

Tanah sebagai salah satu faktor dalam lingkungan tumbuh tanaman, tidak

hanya berfungsi sebagai tempat berpijak akr tanaman namun yang lebih penting

adalah sebagai meia diana akar tanaman dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen.

(Sugito, 2012)

Kemasaman (pH) tanah menunukkan konsentrasi ion H+ pada larutan tanah. Tanah

pertanian pada umumnya memiliki pH antara 4 sampai 8. Pengaruh kemasaman

tanah terhadap tanaman terkait dengan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Selain itu, pada tanah yang sangat masam, pertumbuhan tanaman terhambat karena

keracunan aluminium(Al). (Sugito, 2012)

Pengaruh iklim terhadap tanaman

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu daerah yang luas dalam jangka

waktu yang lama. Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi

tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam usaha

pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat.

Pengaruh angin terhadap tanaman

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga

karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.Angin merupakan unsur

penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur penguapan atau temperature,

membantu penyerbukan, membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk,

dan membawa gas – gas yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hal–hal tersebut

ditinjau dari keuntungannya, tetapi dari segi kerugiannya adalah tanaman bisa

terbakar karena angin, penyerbukan karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni

sehingga tanaman perlu diisolasi, dapat menyebarluaskan gulma, membawa

serangga tertentu kemana-mana, dan angin yang kencang dapat merobohkan

tanaman.

Pengaruh kelembaban terhadap tanaman

Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Kelembapan ada kaitannya

dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait dengan laju

pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kondisi lembap dapat dipertahankan

maka banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi

ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai

ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar.

2.4 Faktor Biotik dan Faktor Abiotik Tanah

Faktor Biotik Tanah

Faktor biotik merupakan faktor yang bersifat hidup. Faktor biotik terdiri dari

berbagai jenis mikroorganisme dan flora tanah (fungi, algae, dan bakteri). Setiap

komponen biotik memiliki cara hidup sendiri yang akan menentukan interaksi

dengan komponen biotik lainnya dan komponen abiotik. Misalnya tumbuhan hijau

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

melakukan fotosintesis untuk memperoleh makan, herbivora memakan tumbuhan,

dan mikroorganisme menguraikan sisa-sisa tumbuhan serta hewan untuk

memperoleh energi. Komponen biotik dapat dibedakan atas:

Produsen adalah makhluk hidup yang menyusun senyawa organik atau membuat

makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Makhluk hidup yang

tergolong produsen, meliputi makhluk hidup yang melakukan fotosintesis

(tumbuhan, bakteri fotosintesis, ganggang hijau, ganggang hijau-biru) (Irwan,

2010).

Konsumen, organisme heterotropik terutama bakteri dan jamur yang merombak

senyawa-senyawa kompleks daripada protoplasma mati. Menghisap beberapa dari

hasil perombakan dan melepaskan bahan makanan inorganik yang dapat

digunakan oleh produsen. Menghasilkan senyawa organik sebagai sumber energi

yang dapat menghambat atau merangsang komponen biotik yang lainnya dalam

tanah (dekomposer atau detritivora atau pengurai) (Irwan, 2010).

Dekomposer memiliki peranan yang sangat penting dalam proses dekomposisi

terutama di tanah. Kotoran atau feases dari hewan dapat mengakibatkan

pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan dipermukaan

tanah dapat mematikan atau memperlambat pertumbuhan tanaman rumput, serta

menyebabkan tanaman di sekitarnya kurang disukai ternak sapi. Selain itu kotoran

atau tinja tersebut dapat pula sebagai tempat meletakan telur bagi vektor pembawa

penyakit, dan merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada saluran pencernaan

ruminansia. Namun dengan keberadaan beberapa spesies dekomposer

pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et al.,

2005).

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Faktor Abiotik Tanah

Faktor abiotik tanah merupakan faktor yang bersifat tidak hidup (non hayati),

meliputi faktor-faktor iklim atau klimatik (suhu, kelembaban), dan faktor-faktor

tanah atau edafik (jenis tanah, kandungan unsur hara dan air, ). Masing-masing

faktor tersebut dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup.

Faktor abiotik bersifat saling berkaitan dan tidak satu pun bekerja sendiri-sendiri.

Suhu

Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas

adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara, tanah, dan

air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi

kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh

makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu

tertentu. Suhu juga mempengaruhi perkembangbiakan makhluk hidup. Contohnya,

beberapa jenis burung akan melakukan migrasi menuju ke daerah yang suhunya

sesuai untuk berkembang biak . (Notohadiprawiro, 2003).

Air dan Kelembaban

Air merupakan pelarut mineral-mineral tanah sangat penting bagi tumbuhan

dan keperluan dalam tubuh hewan, serta sebagai medium bagi makhluk hidup

hidup. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di alam, air dapat berbentuk

padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta berbentuk gas berupa uap air. Dalam

kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian besar

tubuhnya mengandung air. Sedangkan kelembaban merupakan salah satu

komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembaban di udara berarti kandungan uap

air di udara, sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah.

Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering

karena penguapan. Kelembaban yang diperlukan setiap maklhuk hidup berbeda-

beda. Sebagai contoh, cendawan dan cacing memerlukan habitat yang sangat

lembab (Notohadiprawiro, 2003).

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Unsur Hara

Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen, fosfat, sulfur, kalsium, dan

natrium. Komposisi garam-garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air.

Contohnya kandungan ion-ion hydrogen menentukan tingkat keasaman, sedangkan

kandungan ion natrium dan klorida di air menentukan tingkat salinitas (kadar

garam). Tumbuhan mengambil garam-garam mineral (unsur hara) dari tanah dan

air untuk proses fotosintesis (Notohadiprawiro, 2003).

Tanah

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau

lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan

kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh

makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh

dengan baik pada tanah yang subur. Setiap makhluk hidup dalam ekosistem

menempati suatu tempat yang spesifik. Tempat hidup tersebut antara lain di dasar

perairan, di bawah bebatuan, atau di dalam tubuh makhluk lainnya. Itulah

sebabnya pada tempat-tempat tertentu kita dapat menemukan makhluk hidup yang

khas dan tidak dijumpai di tempat lainnya. Tempat hidup yang spesifik dikenal

dengan istilah habitat (Notohadiprawiro, 2003).

Bahan Organik

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur

ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan

oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan

penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami

pelapukan dan pembentukan kembali. Tanah menyediakan kebutuhan edafon

berupa bahan organik sebagai sumber energi. Humus merupakan bagian terbesar

bahan organik tanah mineral. Akar berada di urutan kedua dan edafon merupakan

bagian terkecil. Meskipun jumlahnya sedikit namun peranan edafon dalam proses-

proses tanah sangat besar, khususnya dalam pelapukan mineral dan dekomposisi

bahan organik (Notohadiprawiro, 2003).

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

2.5 Peran Arthropoda dalam Ekosistem

Arthropoda adalah hewan tak bertulang belakang yang memiliki tubuh beruas-

ruas atau bersegmen dan kaki yang bersendi. Arthropoda berasal dari Bahasa Yunani,

yaitu arthros (sendi atau ruas) dan podos (kaki).

Menurut Meglithsch, Arthropoda merupakan phylum terbesar dalam kingdom

Animalia dan kelompok terbesar dalam phylum itu adalah Insekta. Berikut ini adalah

klasifasi Arthropoda. Arthropoda memeiliki beberapa peran. Peran Arthropoda dalam

ekosistem antara lain:

Gambar 1

Hama

Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang

karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian

ekonomi bagi manusia (De-mar, 2012). Arthropoda hama adalah Arthropoda atau

sekelompok Arthropoda yang pada tingkat populasi tertentu menyerang tanaman

budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun

kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Anggota dari filum Arthropoda yang

mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida

(tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga) (Pandito, 2011).

Predator

Arthropoda predator adalah jenis Arthropoda yang memburu, menangkap,

dan memakan organisme lain. Predator Dalam kehidupan di suatu ekosistem,

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

serangga juga berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi.

Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa,

bahkan sesama serangga lain. Terdapat sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat

Jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo

yang berada dalam lubang tebu dan menghisap cairan haemolimpnya sampai mati

kering. Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa serangga serangga predator

sangat membantu atau berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem

(Santoso, 2007).

Parasitoid

Aarthropoda parasitoid adalah serangga yang memarasit pada organisme lain

(Modul Praktikum Ekologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,

2012). Contoh: Diadegma insulare (tawon parasitoid) yang merupakan parasitoid

telur dari Plutella xylostela (ulat kubis). Apabila telur yang terparasit sudah

menetas maka Diadegma insulare akan muncul.

Vektor

Arthropoda vektor adalah Arthropoda yang berperan menularkan agen

penyakit dari suatu arthropoda ke arthropoda ataupun hewan lain. Vektor dapat

merugikan manusia dan merusak lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu,

adanya vektor harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin kita

membasmi vektor tersebut sampai ke akar-akarnya, melainkan kita hanya mampu

berusaha mengurangi atau menurunkan populasi vektor tersebut ke tingkat tertentu

yang tidak mengganggu atau membahayakan kehidupan manusia. Nyamuk

merupakan salah satu jenis vektor yang dapat mengganggu kesehatan manusia

(Depkes RI, 2000).

Polinator

Arthropoda polinator dalah Arthropoda yang memiliki peranan dalam

membantu penyerbukan (polinasi). Keberadaan hewan yang berperan sebagai

polinator sangat menguntungkan, baik dalam ekosistem alami maupun ekosistem

pertanian. Dimana peranan tersebut sangat terkait dengan jumlah populasi dan

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

keragamannya dalam suatu ekosistem. Contohnya semut yang berperan sebagai

polinator tumbuhan kopi (Agnestika, 2012) .

Dekomposer

Arthropoda dekomposer memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

dekomposisi terutama di tanah. Kotoran atau feases dari hewan dapat

mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan

dipermukaan tanah dapat mematikan atau memperlambat pertumbuhan tanaman

rumput, serta menyebabkan tanaman di sekitarnya kurang disukai ternak sapi.

Selain itu kotoran atau tinja tersebut dapat pula sebagai tempat meletakan telur

bagi vektor pembawa penyakit, dan merupakan tempat hidup bagi larva parasit

pada saluran pencernaan ruminansia. Namun dengan keberadaan beberapa spesies

kumbang pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir

(Shahabuddin, et al., 2005).

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Analisa Vegetasi dan Faktor abiotik (Budidaya Pertanian)

3.1.1 Analisa Vegetasi

a. Alat, Bahan dan fungsinya

Alat :

1. Meteran : untuk alat ukur

2. Penggaris : untuk mengukur D1 dan D2

3. gunting : untuk memotong tali rafia,

4. kamera : untuk dokumentasi kegiatan

5. Tongkatkayu (Ajir) : untuk pembatas ujung-ujung plot

6. Form pengamatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

7. Spidol Permanent : untuk menulis keterangan sampel vegetasi

atau arthropoda yang belum diketahui pada

label.

Bahan :

1. Vegetasi : sebagai objek pengamatan.

2. Tali Raffia : untuk membuat plot dan subplotnya.

3. Plastik : untuk meletakkan vegetasi yang belum diketahui

identitasnya.

4. Label : untuk pemberian nama pada vegetasi.

b. Metode (Diagram alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat plot sesuai ketentuan pada gambar 1.1

Membagi plot menjadi subplot yang terdapat pada gambar 1.1

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Mengidentifikasi vegetasi dengan cara mencatat nama-nama vegetasi

dimasing-masing subplot yang terdapat dalam plot

Mengambil vegetasi tanaman yang belum diidentifikasi

Menghitung jumlah vegetasi yang ada di masing-masing subplot dan

mengukur D1 serta D2

Mencatat hasil pengamatan pada form pengamatan

Mendokumentasikan kegiatan penelitian tersebut

Melakukan analisis kegiatan vegetasi yang didampingi oleh asisten

Menghitung SDR(Summed Dominance Rasio)

c. Analisa perlakuan

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

terlebih dahulu. Membuat plot dengan ukuran yang telah ditentukan pada

gambar 1.1 . Membagi plot menjadi 5 subplot untuk memudahkan

mengitung vegetasi, setelah itu mengidentifikasi vegetasi dengan mencatat

nama-nama vegetasi yang terdapat diplot yang berukuran 5mx5m.

Mengambil vegetasi yang belum diidentifikasi dan masukan pada plastik

yang disediakan, serta beri label pada plastik tersebut. Menghitung vegetasi

yang ada di masing-masing subplot serta,menghitung d1 dan d2. Mencatat

hasil pengamatan kedalam form pengamatan dan selanjutanya praktikan

mendokumentasikan kegiatan penelitian yang dilakukan tersebut.

Melakukan analisis kegiatan yang didampingi oleh asisten lalu praktikan

menghitung SDR(Summed Dominance Rasio).

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Gambar 2

Keterangan ukuran subplot :

1. Sublot 1 berukuran 2.5m x 5m

2. Subplot2 berukuran 2.5m x 2.5m

3. Subplot 3 berukuran 2.5m x 1.25m

4. Subplot 4 berukuran 1.25m x 1.25m

5. Subplot 5 berukuran 1.25m x 1.25m

3.1.1 Faktor Abiotik

a. Alat, Bahan dan fungsinya

Alat :

1. Luxmeter : untuk mengukur intensitas radiasi matahari

2. Thermohigrometer : untuk mengukur suhu udara dan kelembaban udara

3. Kamera : untuk mendokumentasikan setiap kegiatan

4. Alat tulis : untuk menulis hasil penelitian

5. Form pengamatan : untuk mencatat hasil pengamatan

Bahan :

1. Udara : sebagai objek pengamatan

b. Metode ( Diagram Alir)

Luxmeter :

Menyiapkan alat dan bahan

Mengatur rangce pada luxmeter

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Membuka tutup luxmeter

Letakan luxmeter ditempat yang akan diukur intensitas cahayanya

Tunggu sebentar, baca hasil pengukuran

Catat hasil pengamatan pada form pengamatan

Dokumentasikan kegiatan penelitian

Analisis penelitian yang di dampingi dengan asisten

Thermo-hygrometer :

Menyiapkan alat dan bahan

Atur rangce pada thermo-hygrometer

Letakan thermo-hygrometer di tempat yang akan diukur kelembabannya

Tunggu sebentar, baca skala yang ditunjukan pada thermo-hygrometer

Dokumentasikan kegiatan penelitian

Analisa kegiatan penelitian dengan didampingi oleh asisten

Mencatat hasil pengamatan pada form pengamatan

c. Analisa perlakuan

Luxmeter :

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

terlebih dahulu. Atur rangce pada luxmeter. Setelah itu membuka tutup

luxmeter, dan tekan tombol on pada luxmeter untuk menyalakan. Selanjutnya

letakan luxmeter pada tempat yang akan diukur intensitas cahayanya. Tunggu

sebentar, baca hasil pengukuran. Catat hasil pengamatan pada form

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

pengamatan. Mendokumntasikan setiap kegiatan penelitian. Selanjutnya

analisa kegiatan didampingi dengan asisten

Thermo-hygrometer:

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

terlebih dahulu. Atur rangce yang terdapat pada thermo-hygrometer.

Pengukuran terdapat dua skala yaitu menujukan kelembabab dan menunjukan

themperatur. Kemudian letakan thermo-hygrometer ditempat atau tahan yang

akan diukur kelembapannya. Selanjutnya tunggu sebentar, baca skala yang

ditunjukan pada alat thermo-hygrometer . Dan catat hasil pengamatan pada

form pengamatan. Mendokumentasikan setiap kegiatan penelitian. Lalu

analisis kegiatan penelitian dengan didampingi asisten.

3.2 TANAH

3.2.1 Faktor Abiotik Tanah (Suhu Tanah)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Thermometer Tanah : untuk mengukur suhu tanah.

2. Kamera : untuk dokumentasi pengamatan fieldtrip.

3. Form pengamatan : digunakan untuk mencatat data penting

ketika pengamatan.

4. Alat tulis : untuk menulis data pengamatan.

Bahan :

1. Tanah : Sebagai objek yang mau diamati.

b. Metode (Diagram Alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Mengatur pengukuran thermometer dengan cara membuka

tutupnya, on kan dan kemudian menancapkan ke tanah

Mengukur suhu tanah menggunakan thermometer tanah

ditempat ternaungi dan tidak ternaungi

Dokumentasi setiap kegiatan

Catat data hasil pengamatan kedalam form

Mengindentifikasi dan analisis data dibimbing oleh asisten

c. Analisa Perlakuan

Langkah pertama siapkan alat dan bahan. Kemudian lakukan

pengamatan suhu tanah di tempat ternaungi dan tidak ternaugi. Lakukan

dengan menggunakan alat pengukur suhu tanah yaitu thermometer tanah

dengan cara buka tutupnya setelah itu on kan thermometer tersebut dan

mulai menancapkan alat tersebut kedalam tanah dengan skala Fo / Co.

Langkah terakhir lakukan dokumentasi setiap kegiatan pengamatan, catat

data hasil pengamatan kedalam form dan analisis data yang dibimbing oleh

asisten.

3.2.2 Faktor Biotik Tanah (Biota Tanah dan Seresah)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Penggaris : untuk mengukur ketebalan seresah.

2. Tali rafia : untuk membuat frame pengamatan.

3. Gunting : untuk memotong tali rafia sesuai ukuran.

4. Cetok : untuk menggali tanah.

5. Kamera : sebagai dokumentasi pengamatan fieldtrip.

6. Form pengamatan : untuk mencatat data penting ketika pengamatan.

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

7. Alat tulis : alat untuk menulis data pengamatan.

Bahan :

1. Seresah : sebagai objek yang diamati.

b. Metode (Diagram Alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Lakukan pembuat frame sesuai sketsa pengamatan seresah

dengan ukuran 50x50 cm seperti gambar 1.1

Mengukur ketebalan seresah 5x di 5 titik dengan

menggunakan frame seresah

Lakukan penggalian biota tanah

Mengamati biota tanah yang terdapat dalam frame di 3 titik

sampai dengan kedalaman 30cm

Dokumentasi setiap kegiatan

Catat data hasil pengamatan kedalam form

Mengindentifikasi dan analisis data dibimbing oleh

asistent

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

c. Analisa Perlakuan

Gambar 3

Ket :

1. Kotak berwarna hitam : merupakan frame seresah.

2. Titik berwarna merah : merupakan titik pengamatan seresah.

3. Kotak : merupakan plot pengamatan.

Langkah pertama siapkan alat dan bahan. Kemudian pengamat

membuat frame pengamatan sepeti gambar 1.1. Lalu ukur ketebalan

seresah yang terdapat didalam plot tersebut dengan menekan seresah dan

kemudian ukur ketebalan seresah menggunakan alat penggaris. Lalu, gali

plot tersebut dengan menggunakan alat bantu cetok. Amati biota tanah

yang terdapat didalam plot tersebut, dan langkah terakhir dokumentasikan

setiap kegiatan pengamatan, catat data hasil pengamatan kedalam form

dan dan analisis data yang dibimbing oleh asisten.

3.2.3 Tinggi Tanaman (Tahunan)

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Busur modifikasi : untuk mengetahui tinggi sebuah tanaman.

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

2. Meteran : untuk mengukur jarak tanaman terhadap

pengamat.

3. Tali rafia : untuk membuat plot pengamatan.

4. Kamera : sebagai dokumentasi pengamatan fieldtrip.

5. Form pengamatan : untuk mencatat data penting ketika pengamatan.

6. Alat tulis : alat untuk menulis data pengamatan.

Bahan :

1. Pohon : Sebagai objek yang diamati.

b. Metode (Diagram Alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Mengukur DBH (diameter at breast height) pohon

Mengukur tinggi pengamat dari kaki ke mata

Mengatur jarak dari pohon ke pengamat hingga terlihat ujung

pohon dan lakukan pengamatan dengan busur modifikasi

Dokumentasi setiap kegiatan

Catat data hasil pengamatan kedalam form.

Mengindentifikasi dan analisis data dibimbing oleh

asisten

c. AnalisaPerlakuan

Langkah pertama adalah praktikan mengukur diameter pohon dengan

menggunakan DBH (diameter as breast height). Selanjutnya mengukur

tinggi pengamat dari kaki hingga ke mata. Lalu mengatur jarak dari pohon

Page 32: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

ke pengamat hingga terlihat ujung pohon tersebut dan lakukan pengamatan

dengan dengan menggunakan alat bantu busur modifikasi. Langkah

terakhir lakukan dokumentasi setiap pengamatan, catat data hasil

pengamatan ke dalam form dan analisis data dibimbing oleh asisten.

3.3 Arthropoda (HPT)

3.3.1 Sweepnet

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Sweepnet : untuk menangkap serangga

2. Spidol permanent : untuk menulis nama pada serangga yang belum

diketahui pada label

3. Kamera : untuk mendokumentasikan serangga

4. Kapas : untuk membantu membius serangga

5. Form pengamatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

Bahan :

1. Plastik : untuk menyimpan serangga yang telah ditangkap

2. Alkohol 70 % : untuk membius serangga yang telah didapatkan

3. Label : untuk memberi nama serangga yang telah didapatkan

dan ditempelkan pada plastik.

b. Metode (Diagram Alir)

Mempersiapkan alat dan bahan

Satu orang Masuk kedalam plot dengan membawa sweepnet

Menangkap serangga menggunakan sweepnet tersebut dengan metode

triple atau 3 kali ayunan dalam satu langkah dengan alur membentuk U

bolak-balik

Page 33: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Mengambil serangga yang terperangkap dalam sweepnet dari bagian

bawah

Menyimpan serangga kedalam plastik yang telah berisikan kapas dan

alkohol lalu diidentifikasi dan diberi nama dengan menggunakan label

Mendokumentasikan setiap kegiatan

Mencatat hasil pengamatan kedalam form pengamatan dan menganalisa

dengan didampingi oleh asisten

c. Analisa Perlakukan

Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan.

Kemudian satu orang masuk kedalam plot untuk menangkap serangga

menggunakan sweepnet dengan metode triple atau 3 kali ayunan dalam satu

langkah dengan alur membentuk U bolak-balik tepat. Setelah itu mengambil

serangga yang telah tertangkap oleh sweepnet dengan menggunakan tangan

dengan membuka resleting bagian bawah sweepnet hal ini dilakukan agar

serangga tidak keluar dari sweepnet, lalu menyimpan serangga tersebut

kedalam plastik yang telah berisikan kapas dan alkohol lalu diidentifikasikan

serangga yang tertangkap dan diberi nama dengan menggunakan spidol

permanet label tersebut. Dokumentasikan setiap kegiatan dan catatlah hasil

pengamatan kedalam form pengamatan dan lakukan analisis terhadap peran

masing-masing serangga yang telah didapatkan dengan didampingi oleh

asisten

3.3.2 Pitfall

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Gelas Aqua : untuk digunakan sebagai pitfall

Page 34: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

2. Spidol permanent : untuk menulis keterangan sampel vegetasi atau

arthropoda pada label

3. Kamera : untuk mendokumentasikan serangga

4. Kapas : untuk membantu membius serangga

5. Form pengamatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

Bahan :

1. Air detergent : untuk menghilangkan tegangan air permukaan

2. Plastik : untuk menyimpan serangga dari pitfall

3. Label : untuk memberi nama serangga yang telah didapatkan

dan ditempelkan pada plastik

b. Metode (Diagram Alir)

Mempersiapkan alat dan bahan

Mengambil pitfall yang sudah diletakkan oleh asisten sehari sebelum

pengamatan

Mengambil serangga yang terdapat dalam pitfall lalu disimpan ke

kapas, kemudian dimasukkan kedalam plastik, lalu diberi label dan

tulislah nama serangga tersebut dengan menggunakan spidol

permanent

Mendokumentasikan setiap kegiatan

Mencatat hasil pengamatan pada form pengamatan dan menganalisa

dengan didampingi asisten

Page 35: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

c. Analisa Perlakuan

Setelah pengamatan dengan menggunakan sweepnet dilakukan, pengamatan

selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Pitfall. Langkah

pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan, setelah itu

mengambil pitfall yang sudah diletakkan sehari sebelum pengamatan.

Diletakkan sehari sebelum pengamatan agar serang-serangga yang akan diamati

dapat terperangkap kedalam pitfall tersebut. Kemudian Mengambil serangga

yang terdapat dalam pitfall lalu disimpan ke kapas, kemudian dimasukkan

kedalam plastik, lalu diberi label dan tulislah nama serangga yang didapat

dengan menggunakan spidol permanent pada label tersebut. Dokumentasikan

serangga dan setiap kegiatan. catatlah hasil pengamatan kedalam form

pengamatan dan lakukan analisis terhadap peran masing-masing serangga yang

telah didapatkan dengan didampingi oleh asisten.

3.3.3 Yellowtrap

a. Alat, Bahan, dan Fungsi

Alat :

1. Yellowtrap : untuk sebagai perangkap serangga

2. Spidol permanent : untuk menulis keterangan sampel vegetasi atau

arthropoda yang belum diketahui pada label.

3. Kamera : untuk mendokumentasikan serangga

4. Kapas : untuk membantu membius serangga

5. Form pengamatan : untuk mencatat hasil pengamatan.

Bahan :

1. Plastik : untuk menyimpan arthropoda yang telah ditangkap

2. Label : untuk memberi nama serangga yang telah didapatkan

dan ditempelkan pada plastik.

3. Alkohol 70 % : untuk membius serangga yang telah

didapatkan

Page 36: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

b. Metode (Diagram Alir)

Mempersiapkan alat dan bahan

Masukkan yellowtrap beserta serangga kedalam plastik, diberi label, lalu tulislah

nama serangga tersebut pada label dengan menggunakan spidol permanent

Mendokumentasikan setiap kegiatan

Mencatat hasil pengamatan pada form pengamatan dan

menganilisa dengan didampingi oleh asisten

c. Analisa Perlakuan

Setelah pengamatan dengan menggunakan pitfall dilakukan,

pengamatan selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan menggunakan

yellowtrap. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan

bahan, setelah itu mengambil yellowtrap yang sudah diletakkan sehari

sebelum pengamatan. Diletakkan sehari sebelum pengamatan agar serang-

serangga yang akan diamati dapat terperangkap. Masukkan yellowtrap beserta

serangga tersebut kedalam plastik. Setelah dimasukkan kedalam plastik, diberi

label dan tulislah nama serangga tersebut dengan menggunakan spidol

permanent pada label tersebut. Dokumentasilah setiap kegiatan. Catatlah hasil

pengamatan pada form pengamatan dan lakukan analisis terhadap peran

masing-masing serangga yang telah didapatkan dengan didampingi oleh

asisten.

3.4 Pengaruh faktor lingkungan terhadap tanaman (polybag)

a. Alat, Bahan dan Fungsi

Alat :

1. Cetok : untuk mempermudah dalam pengambilan tanah

2. Botol plastic : sebagai wadah untuk menyiram

3. Polybag : untuk meletakkan benih

Page 37: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

4. Glass house : ruangan untuk menerapkan perlakuan ternaungi

Bahan :

1. Tanah : sebagai media tanam

2. Pupuk kompos : sebagai bahan tambahan untuk penyubur tanah

3. Sekam : sebagai bahan tambahan untuk penyubur tanah

4. Benih jagung & selada air : sebagai objek yang ditanam

5. Air : untuk menyiram tanaman

b. Metode (Diagram Alir)

Menyiapkan alat dan bahan

Mencampur tanah, pupuk kompos, dan sekam. Dengan perbandingan 3 : 1 :1

Masukkan campuran tanah, pupuk kompos, dan sekam ke dalam polybag

sampai dengan ¾ bagian

Membuat lubang pada tanah dengan menggunakan jari sebanyak 3 lubang

pada tiap polybag untuk tanaman jagung dan 5 lubang untuk tanaman selada

air

Tanam benih selada air dan jagung, pada tiap polybag. Pada masing-masing

lubang diisi 2-3 benih. Jumlah polybag pada masing-masing tanaman

berjumlah 8

Melakukan perlakuan sebagai berikut

Cahaya Cahaya Air Air

Jagung Jagung Selada Air Selada Air

Ternaungi Tidak ternaungi Diberi air 300 ml Diberi air 600 ml

Page 38: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Diletakkan di nerseri Diletakkan di glass house Diletakkan di nerseri Diletakkan di glass house

Tunggu selama satu minggu agar tanaman tumbuh terlebih dahulu

Amati indikator pertumbuhan yakni tinggi dan jumlah daun selama 5 minggu

setelahnya

Dokumentasikan, serta catat data yang diperoleh setiap minggu

Lakukan analisis data dengan didampingi oleh asisten

c. Analisa perlakuan

Langkah pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan. Kemudian, campurkan

tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 3 : 1 : 1. Hal tersebut

karena tanaman telah mendapatkan nutrisi dari tanah sebagai media utama

penanaman sehingga penggunaan pupuk dan sekam tidak melebihi penggunaan

tanah agar tidak terjadi kelebihan nutrisi pada tanaman. Lalu masukkan ke dalam

polybag sebanyak ¾ bagian agar tidak luber saat dilakukan penyiraman. Buatlah

lubang pada tanah sebanyak dua sampai tiga buah untuk tanaman jagung dan

lima buah lubang untuk tanaman selada air dengan satu jari yang sama pada

masing-masing polybag. Untuk tanaman jagung tidak perlu terlalu dalam, hanya

sekitar 2,5 cm. Sedangkan untuk tanaman selada air agak dalam, sekitar 5 cm.

Perbedaan tersebut dikarenakan jagung dan selada air memiliki jenis akar yang

berbeda. Isi lubang tersebut dengan benih, baik benih jagung maupun selada air

pada masing-masing lubang. Pada masing-masing tanaman dilakukan perlakuan

sebagai berikut:

1. Jagung dengan perlakuan cahaya ternaungi diletakkan di nerseri

2. Jagung dengan perlakuan cahaya tidak ternaungi dietakkan di glass house

Page 39: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

3. Selada air dengan perlakuan air disiram dengan air sebanyak 300 ml

4. Selada air dengan perlakuan air disiram dengan air sebanyak 600 ml

Amati pertumbuhan tanaman selama 5 minggu, pengamatan dilakukan

paling tidak dua kali dalam satu hari. Jangan lupa untuk mendokumentasikan

serta catat data yang diperoleh setiap minggunya. Dalam satu minggu, data yang

diperoleh dari empat polybag kemudian dirata-rata. Lakukan analisis data

dengan didampingi oleh asisten.

Page 40: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik a. Analisa Vegetasi + Interpretasi Tiap Tabel

Cangar

Dari hasil pengamatan di petak lahan pertanian di daerah Cangar

dengan ukuran 5m x 5m, bahwa petak tersebut terdapat beberapa spesies

tanaman diantaranya wortel, krokot, rumput belulang, temu wiyang,

ajeran, dan bribil. Dimana tanaman utamanya adalah wortel dengan

No Spesies Jumlah

1 Wortel 608

2 Krokot 2

3 Rumput Belulang 57

4 Temu Wiyang 9

5 Ajeran 21

6 Bribil 10

Page 41: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

jumlah 608 tanaman. Untuk spesies lainnya seperti krokot berjumlah 2,

rumput belulang berjumlah 57, temu wiyang berjumlah 9, ajeran

berjumlah 21, dan tanaman bribil berjumlah 10.

Jatikerto

No Spesies Jumlah

1 Singkong 22

2 Alang-alang 31

3 Daun sendok 16

Di daerah Jatikerto derngan lahan juga terdapat beberapa spesies

tanaman yaitu singkong, daun sendok dan juga alang-alang. Tanaman

utamanya ialah singkong. Di mana jumlah singkong tersebut berjumlah

22 tanaman. Alang-alang berjumlah 31 tanaman dan daun sendok

berjumlah 16 tanaman

b. Analisa Vegetasi (Semusim) + Interpretasi Tiap Tabel Cangar (Tabel Semusim)

NO SpesiesD1

(cm)

D2

(cm)

Petak Contoh ke-

1 2 3 4 5

1 Wortel 33 23 271 130 97 45 65

2 Rumput Belulang 28 16 35 12 4 5 -

3 Krokot 13 8 - - 1 1 -

4 Temu Wiyang (Emilia sancifolia)

47 36 4 - 3 - 2

Page 42: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

5 Ajeran 29 12 11 1 1 5 3

6 Bribil 30 10 3 2 - 2 3

Dari data tabel di atas bisa di lihat bahwa petak lahan dibagi menjadi 5

bagian/plot. Pada Cangar D1 dan D2 yang paling besar adalah temu

wiyang dengan D1 sebesar 47 cm dan D2 seber 36 cm. itu berarti canopy

temu wiyang lebar,sedangkan jumlah tanaman masing-masing plot yaitu

plot 1 sebanyak 4, plot 2 dan plot 4 tidak terdapat tanaman, plot 3

sebanyak 3, dan plot 5 sebanyak 2. Tanaman wortel memiliki D1 dan D2

sebesar 33 dan 23 cm dengan jumlah tanaman masing-masing plot yaitu

plot 1 sebanyak 271, plot 2 sebanyak 130, plot 3 sebanyak 97, plot 4

sebanyak 45, dan plot 5 sebanyak 65. Untuk rumput belulang D1 dan D2

nya adalah 28 cm dan 16 cm dengan jumlah tanaman masing-masing plot

yaitu plot 1 sebanyak 35, plot 2 sebanyak 12, plot 3 sebanyak 4, plot 4

sebanyak 5, dan plot 5 tidak terdapat rumput belulang. Selanjutnya untuk

tanaman Krokot memiliki D1 dan D2 sebesar 13 cm dan 8 cm dengan

rincian jumlah tanaman yaitu plot 1, plot 2, dan plot 5 tidak terdapat

tanaman sama sekali, plot 3 dan plot 4 terdapat masing-masing 1

tanaman. Untuk yang berikutnya adalah tanaman Ajeran yang

mempunyai D1 dan D2 sebesar 21 cm dan 12 cm dengan jumlah tanaman

masing-masing plot yaitu plot 1 sebanyak 11, plot 2 sebanyak 1, plot 3

sebanyak 1, plot 4 sebanyak 5, dan plot 5 sebanyak 3. Sedangkan untuk

tanaman bribilmempunyai D1 dan D2 sebesar 30 cm dan 10 cm dengan

jumlah tanaman masing-masing plot yaitu plot 1 sebanyak 3, plot 2

sebanyak 2, plot 3 sebanyak 1tidak terdapat tanaman, plot 4 sebanyak 2,

dan plot 5 sebanyak 3.

Jumlah spesies tanaman tertinggi pada lahan di Cangar adalah tanaman

wortel. Sedangkan jumlah spesies tanaman terendahnya adalah tanaman

Page 43: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

krokot. Perbedaan jumlah pada kedua tanaman disebabkan karena pada

lahan di Cangar dilakukan penyiangan, dimana adanya perawatan pada

tanaman utamanya, yaitu tanaman wortel dan adanya pencabutan tanaman

selain tanaman wortel.

Jatikerto (Tabel Semusim)

No Spesies D1(cm)

D2(cm)

Petak contoh ke-

1 2 3 4 5

1 Singkong 39 10 12 7 1 2 -

2 Daun sendok 19 8 7 6 1 - 2

3 Alang-alang 31 9 14 4 2 6 5

Jatikerto di mana singkong menjadi komoditas utama, sedangkan

daun sendok dan alang-alang menjadi gulma di lahan tersebut. Untuk

singkong memiliki D1 sebesar 39 cm dan D2 sebesar 10 cm. pada plot

pertama ada 12 tanaman singkong, plot ke 2 ada 2 pohon, plot ke 3 ada 1

pohon, plot ke 4 ada 2 pohon, dan untuk plot ke 5 tidak terdapat pohon

singkong.

Untuk daun sendok memiliki D1 sebesar 19 cm dan D2 sebesar 8

cm. pada plot pertama ada 7 daun sendok, plot ke 2 ada 6 daun sendok,

plot ke 3 ada 1 daun sendok, plot ke 4 ada tidak terdapat daun sendok,

dan untuk plot ke 5 ada 2 daun sendok.

Page 44: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Sedangkan untuk alang-alangnya memiliki D1 sebesar 31 cm dan

D2 sebesar 9 cm. pada plot pertama ada 14 alang-alang, plot ke 2 ada 4

alang-alang, plot ke 3 ada 2 alang-alang, plot ke 4 ada 6 alang-alang, dan

untuk plot ke 5 ada 5 alang-alang.

Tabel perhitungan SDR

No. Spesies

Kerapatan Frekuensi

LBA

DominansiIV

(%)

SDR

(%)MutlakNisbi

(%)Mutlak

Nisbi

(%)Mutlak

Nisbi

(%)

1 Wortel 121,6 75 1 21.2 120,85 4,83 20,77 116,97 38,99

2Rumput

Belulang31,4 19,4 0,8 17 71,33 2,85 12,25 48,65 16,21

3 Krokot 0,4 0,24 0.4 10,63 16,56 0,66 2,84 13,31 4,44

4Temu

Wiyang1,8 1,11 0.6 12,7 269,42 10,78 46,37 60,19 20,06

5 Ajeran 4,2 2,6 1 21,2 55,41 2,22 9,55 33,36 11,12

6 Bribil 2 1,2 0.8 17 47,77 1,91 8,22 26,46 8,82

Cangar

Pada daerah Cangar Kerapatan paling tinggi terdapat pada tanaman wortel

dengan kerapatan nisbinya 75%. Untuk kerapatan paling rendah terdapat pada

tanaman krokot dengan kerapatan nisbinya 0,24%. Sedangkan tanaman

lainnya seperti rumput belulang memiliki kerapatan nisbi sebesar 19,4%,

Tempu wiyang 1,11%, ajeran 2,6% dan bribil sebesar 1,2 %. Untuk frekuensi

nisbi sendiri tanaman yang memiliki frekuensi nisbi terbesar adalah tanaman

wortel dan ajeran dengan 21,2%. Tanaman lainnya seperti rumput eki dan

bribil memiliki frekuensi nisbi yang sama yaitu 17% serta tempu wiyang

dengan 12,7% dan yang terkecil adalah krokot dengan 10,63%. Tanaman

wortel memiliki SDR yang tinggi yaitu 38,99% dan yang terendah adalah

Page 45: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

krokot dengan 4,44%. dengan jumlah SDR total sebesar 99,67% itu

menunjukkan kalau SDR <99,90% dan belum valid datanya.

Jatikerto

No Spesies

Kerapatan Frekuensi

LBA

DominasiIV (%)

SDR (%)Mutla

kNisbi (%) mutlak Nisbi

(%) mutlak Nisbi (%)

1 Singkong 4,4 31,88 0,8 30,76 62,07 2,48 47,60 110,24 36,74

2 Daun sendok 3,2 23,18 0,8 30,76 24,19 0,96 18,42 72,36 24,12

3 Alang-alang 6,2 44,92 1 38.46 44,40 1,77 33,97 117.35 39.11

Pada daerah Jatikerto kerapatan nisbi paling tinggi adalah alang-alang

dengan 44,92% dan yang terendah adalah daun sendok dengan 23,18 %.

Frekuensi nisbi paling tinggi ada pada alang-alang dengan 38.46 %. Untuk

singkong dan daun sendok memiliki frekuensi nisbi yang sama yaitu 30,76 %.

Untuk persentase SDR yang paling tinggi terdapat pada Alang-alang dengan

persentase 39,11%. Lalu persentase paling rendah ada di daun sendok dengan

persentase 24,12 %. Sedangkan singkong sebagai tanaman utaman hanya

memiliki SDR sebesar 36,74%. Hal itu terjadi karena kurangnya penyiangan

sehingga alang-alang memiliki SDR lebih besar daripada tanaman utamanya.

dan SDR totalnya sebesar 99,97% itut berarti SDR tersebut valid adanya.

c. Klasifikasi Vegetasi

Cangar

Page 46: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Jatikerto

Klasifikasi

Nama tanaman

Temu Wiyang AjeranBlibir

Galinsoga Parviflora

Kingdom Plantae Plantae Plantae

Divisi Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida

Ordo Asterales Asterales Asterales

Famili Asteraceae Asteraceae Asteraceae

Genus Emilia Bidens Galinsoga

Spesies Sonchifolia (L.) DC

Bidens Pilosa L.

Galinsoga Parviflora Cav.

Klasifikasi

Nama tanaman

Singkong Daun Sendok Alang-alang

Kingdom Plantae Plantae Plantae

Divisi Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida Magnoliopsida Liliopsida

Ordo Euphorbiales Plantaginales Poales

Famili Euphorbiaceae Plantaginaceae Poaceae

Genus Manihot Plantago Imperata

Spesies Manihot esculenta Plantago Major L. Imperata Cylindrica

Page 47: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

d. Faktor Abiotik

LokasiSuhu Udara

(ͦC)

RH

(%)

IRM

(Lux)

TernaungiTidak

Ternaungi

Cangar 20.05 60 887 -

Jatikerto 32.01 32 - 1048

Pada Cangar suhu udara yang diukur dengan termohighrometer

sekitar 20.05ͦ̊C dengan kelembapannya adalah 60% sedangkan di Jatikerto

suhu udara yang diukur sebesar 32.01̊C dengan kelembapan sebesar 32%

. Untuk Intensitas Radiasi Matahari di Tempat ternanungi pada Cangar

terdapat 887 lux, sedangkan untuk tidak ternanungi tidak ada. Pada

Jatikerto, tidak ada yang dapat di amati pada kondisi ternaungi karena

tidak adanya pohon besar di tempat tersebut. Tetapi untuk tidak ternaungi

terdapat 1048 lux.

4.1.2 Tanah a. Faktor Abiotik + Interpretasi

No LokasiSuhu tanah (̊C)

Ternaungi Tidak Ternaungi

1. Cangar 19,1 20.01

2. Jatikerto 32,5 33,5

Page 48: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Hasil pengukuran suhu tanah di Cangar dan Jatikerto untuk

yang ternaungi suhu tertingginya adalah di Jatikerto dengan suhu 32,5ͦ°C

dan yang terendah adalah cangar dengan 19,1°C. Sedangkan untuk suhu

yang tidak ternaungi suhu yang tertinggi ada pada Jatikerto dengan suhu

33,5ͦ°C sedangkan untuk yang terendah adalah cangar dengan suhu

20,01°C. Hal ini dikarenakan suhu udara di Jatikerto yang cenderung

lebih panas daripada cangar.

b. Faktor Biotik Tanah Biota Tanah + interpretasi

No Lokasi Spesies Jumlah Peran

1. Cangar Kepinding 2 Parasitoid

2. Jatikerto - - -

Dari hasil pengamatan di Cangar terdapat biota tanah seperti

kepinding yang berjumlah 2 ekor yang perannya sebagai hama bagi

tanaman.Sedangkan Jatikerto tidak ada biota tanah yang terlihat

dikarenakan keadaan tanah kering. Hal ini disebabkan oleh suhu yang

tinggi maka tingkat kelembapan ditanah menjadi rendah. dan sebab

lainnya tidak di temukannya biota tanah di Jatikerto adalah kurangnya

kedalaman penggalian tanah. mungkin harus lebih dalam dari 30cm

penggaliannya.

Ketebalan Seresah + Interpretasi

Page 49: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

No Lokasi Titik PengamatanKetebalan Seresah

1. Jatikerto

Plot 1 0,4 cm

Plot 2 0,8 cm

Plot 3 0,5 cm

Plot 4 0,2 cm

Plot 5 0,6 cm

2. Cangar

Plot 1 0,1 cm

Plot 2 0,3 cm

Plot 3 0,3 cm

Plot 4 0,2 cm

Plot 5 0,4 cm

Page 50: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Pada hasil pengamatan seresah di daerah Cangar pada 5 sub-plot yang

ada, seresah dengan ketebalan paling tebal berada di plot 5 yaitu 0,4 cm.

sedangkan di plot 1 hanya 0,1 cm, plot 2 0,3 cm, plot 3 0,3 cm dan di plot

4 sebesar 0,2 cm, serta plot 5 sebesar 0,4 cm. Di Jatikerto di mana

dilakukan pengamatan ketebalan seresah di 5 sub plot memiliki ketebalan

seresah yang berbeda. Di mana pada sub plot 1 sebesar 0,4 cm, plot 2 0,8

cm, plot 3 0,5 cm, plot 4 0,2 cm, dan plot 5 0,6 cm. dari kelima sub-plot

tersebut paling tebal sebesar 0,8 cm pada plot 2.

4.1.3 Arthropoda + Interpretasia. Tabel Pengamatan Arthropoda

Cangar

Jenis Perangkap Nama SpesiesJumlah

SpesiesPeranan

Pitfall

Semut hitam kecil

(Monomorium minimum

Buckley)

2 Parasitoid

Kepinding tanah

(Scotinophora coarctata)1 Parasitoid

Yellow trap

Semut hitam kecil

(Monomorium minimum

Buckley)

12 Parasitoid

Sweepnet

Larva 1 Parasitoid

Semut hitam kecil

(Monomorium minimum

Buckley)

3 Parasitoid

Page 51: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Di lahan di Cangar yang memiliki vegetasi semusin, terdapat berbgai

jenis arthropoda yang terperangkap pada tiga perangkap yang berbeda jenis.

Pada perangkap pertama, yakni pitfall, terdapat spesies semut hiyam kecil

sejumlah 2 dan kepinding sejumlah 1. Pada perangkap kedua yakni yellow

trap terdapat spesies semut hitam kecil sejumlah 12. Dan pada perangkap

ketiga yaitu sweepnet, terdapat spesies berupa larva sejumlah 1 dan semut

kecil hitam sejumlah 3. Dan yang terbanyak adalah semut hitam kecil

dengan 12 dan yang terendah adalah kepinding dengan 1 ekor.

Jatikerto

Jatikerto

Jenis Perangkap Nama SpesiesJumlah

SpesiesPeran

PitfallSemut Hitam (Dolichoderus

bituberculatus)5

Penyerbuk,

parasitoid,

dan predator

Yellow Trap

Kupu-kupu

(Borbo cinnara)1

Membantu

penyerbukan

Lalat

(Musca domestica)1 Predator

Semut Hitam

(Dolichoderus

bituberculatus)

1Parasitoid dan

predator

Sweep net

Kumbang Koksi

(Henosepilachna

vigintioctopunctata)

1

Predator dan

hama

pengganggu

tanaman

Semut hitam

(Dolichoderus bituberculatus)1

Parasitoid dan

predator

Belalang Kayu

( Valanga nigricornis)1

Hama Bagi

Tanaman

Page 52: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Di daerah Jatikerto terdapat banyak serangga yang tertangkap melalui 3

cara yaitu, Pitfall,Yellow trap dan juga Sweepnet. Dari serangga yang

tertangkap oleh ketiga cara tersebut, yang terbanyak adalah Dolichoderus

bituberculatus dengan 5 jumlahnya. Untuk belalang kayu atau Valanga

nigricornis terdapat 2 ekor saja. Sedangkan serangga yang lain hanya terdapat

1 ekor saja.

Pengaruh dari keragaman spesies serangga dalam ekosistem yaitu

dimana serangga tersebut di uraikan atau di bagi ke dalam 4 bagian yaitu

Hama, Predator, parasitoid dan polinator. Yang mana dapat dijelaskan bahwa

hama merupakan binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat

populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan

produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis

merugikan. Contohnya yaitu serangga tikus pada tanaman padi yang

menyebabkan gagal panen. Pada praktikum lapang telah menemukan hama

yaitu belalang hijau dan juga belalang kayu. Predator merupakan organisme

Page 53: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Predator

bisa disebut juga dengan musuh alami. Contohnya Jangkrik (Gryllus assimilis)

yang memangsa kutu daun (Aphid sp).Pada praktikum lapang

menemukan Jangrkik, Dolichoderus bituberculatus dan juga kumbang koksi.

Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang

arthropoda lain. Contohnya Diadegma insulare yang merupakan parasitoid

telur dari Plutella xylostela. Pada praktikum tidak menemukan Parasitoid.

Polinator bias disebut sebagai hewan yang membantu penyerbukan. Pada

praktikum lapang di jatikerto serangga yang berperan sebagai pollinator

adalah Borbo cinnara atau kupu-kupu.

b. Klasifikasi Arthropoda dan Bioekologi Serangga

Cangar

Siklus hidup semut hitam kecil

Page 54: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Gambar 4

Klasifikasi semut hitam kecil

Kingdom :Animalia

-Phylum :Arthropoda

Subphylum :Hexapoda

-Class :Insecta

Subclass :Pterygota

Infraclass Neoptera

-Ordo :Hymenoptera

-Family :Formicidae

-Genus :MonomoriumMayr

-Species :Monomorium minimum Buckle

Klasifikasi Serangga di Pitfall

Klasifikasi Dolichoderus bituberculatus

Kingdom Animalia

Filum Arthropoda

Kelas Insecta

Ordo Hymenoptera

Family Formicidae

Genus Delichoderus

Spesies Dolichoderus bituberculatus

Daur Bioekologi Serangga di pitfall

Page 55: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

a. Dolichoderus bituberculatus (Semut Hitam)

Siklus Hidup

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah

dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan

(haploid). Semut adalah holometabolism, yaitu tumbuh melalui

metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan

pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa

Peran

Merupakan gangguan bagi manusia, tetapi dapat berperan sebagai

detritifor bagi bangkai. Merupakan tentara pemburu di beberapa

spesies.

Habitat

Secara ekologi, sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-

pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2400 m. Sarang semut

paling banyak ditemukan di padang rumput dan jarang ditemukan di

hutan tropis dataran rendah, namun lebih banyak ditemukan di hutan

dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m. Ia

banyak ditemukan menempel pada beberapa pohon, umumnya di

pohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech, tetapi

jarang pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti

Eucalyptus. Sarang semut juga tumbuh pada dataran tanpa pohon

dengan nutrisi rendah dan di atas ketinggian pohon.

Klasifikasi Serangga di Yellow trap

Klasifikasi Borbo cinnara Dolichoderus bituberculatus

Musca domestica

Kingdom Animalia Animalia Animalia

Filum Arthropoda Arthropoda Arthropoda

Page 56: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Kelas Insecta insecta Hexapoda

Ordo Lepidoptera Hymenoptera Diptera

Family Hesperiidae Formicidae Muscidae

Genus Borbo Dolichoderus Musca

spesies Borbo cinnara Dolichoderus bituberculatus

Musca Domestika

Daur bioekologi pada yellow trap

1) Borbo Cinnara

Siklus Hidup

Telur ulat kepompong kupu-kupu

Peran

Larva lepi bersifat sebagai hama tanaman. Dewasanya pemakan sari

bunga dan polinator.

Habitat dan perilaku

Diberbagai pertanaman. Perilaku kupu-kupu borbo cinnara dapat

terbang di siang hari. Betina mengeluar bau mewangi untuk menarik

jantan jelang perkawinan.

2) Musca Domestika

Siklus Hidup

Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat

betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval

dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150

telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium

pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada

suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-

Page 57: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil

memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu

berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang terlalu

panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi

pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih

kering.

Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah

coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering

atau di dalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3

hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat

dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah,

kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering

dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai

15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat

setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah

keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup

lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.

Habitat

Genus musca adalah spesies yang sering terdapat di sekitar rumah

dan di dalam rumah, adapun tanda-tanda dari lalat rumah (Musca

domestica)

3) Dolichoderus bituberculatus

Siklus Hidup

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah

dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan

(haploid). Semut adalah holometabolism, yaitu tumbuh melalui

Page 58: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan

pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa

Peran

Merupakan gangguan bagi manusia, tetapi dapat berperan sebagai

detritifor bagi bangkai. Merupakan tentara pemburu di beberapa

spesies.

Habitat

Secara ekologi, sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-

pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2400 m. Sarang semut

paling banyak ditemukan di padang rumput dan jarang ditemukan di

hutan tropis dataran rendah, namun lebih banyak ditemukan di hutan

dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m. Ia

banyak ditemukan menempel pada beberapa pohon, umumnya di

pohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech, tetapi

jarang pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti

Eucalyptus. Sarang semut juga tumbuh pada dataran tanpa pohon

dengan nutrisi rendah dan di atas ketinggian pohon

Klasifikasi Serangga di sweep net

Klasifikasi Henosepilachna vigintioctopunctata

Dolichoderus bituberculatus

Valanga nigricornis

Kingdom Animalia Animalia Animalia

Filum Arthropoda Arthropoda Arthropoda

Kelas Insecta Insecta Insecta

Page 59: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Ordo Coleoptera Hymenoptera Orthoptera

Famili Coccinellidae Formicidae Acrididae

Genus Henosepilachna Delichoderus Valanga

spesies Henosepilachna vigintioctopunctata

Delichoderus bituberculatus

Valanga nigricornis

a) Kumbang koksi (Henosepilachna vigintioctopunctata)

Siklus Hidup

Kumbang koksi Henosepilachna vigintioctopunctata merupakan

salah satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna

dimana siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa atau

kepompong dan akhirnya menjadi seranga dewasa (imago).

Setelah melakukan perkawinan, kumbang koksi Henosepilachna

vigintioctopunctata betina akan mulai bertelur (atas). Beberapa hari

kemudian, telur-telurnya yang berwarna kuning dengan panjang

sekitar 1,5 mm tersebut akan mulai menetas (bawah).

Larva kumbang koksi Henosepilachna vigintioctopunctata akan

memakan jaringan lembut dari daun pare (atas, kiri) dan akan

mencapai ukuran maksimal dalam waktu sekitar 1-2 minggu.

Setelah itu larva akan mencari tempat untuk menjadi pupa atau

kepompong (atas, kanan). Setelah sekitar seharian berdiam diri,

akhirnya larva akan berubah menjadi kepompong (bawah, kiri).

Beberapa hari kemudian kumbang koksi Henosepilachna

vigintioctopunctata dewasa akan menetas dari kepompong tersebut

(bawah, kanan). Saat menjadi larva, kumbang koksi

Page 60: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Henosepilachna vigintioctopunctata akan memakan jaringan daun

dari bagian bawah, sementara ketika sudah menjadi dewasa,

kumbang koksi Henosepilachna vigintioctopunctata akan memakan

jaringan daun dari bagian atas.

Saat baru menetas, sayap elitra kumbang koksi Henosepilachna

vigintioctopunctata berwarna kuning dan pola titik-titik hitamnya

belum tampak. Dalam beberapa jam kemudian barulah warna

sayapnya itu perlahan-lahan akan berubah dan pola titik-titik

hitamnya pun akan muncul. Kumbang koksi Henosepilachna

vigintioctopunctata dewasa mempunyai ukuran panjang sekitar 7-8

mm dengan 13 titik hitam pada masing-masing sayap elitranya dan

sisa titik hitam lainnya terdapat pada bagian thoraknya.

Peran

Pembasmi Hama dan juga menjadi hama penganggu tanaman

karena biasa memakan daun tanaman.

Habitat

Habitat dari kumbang ini tersebar di seluruh dunia (selagi wilayah

tersebut menyediakan tanaman yang dapat dikonsumsi oleh

kumbang koksi). Terdapat lebih kurang 5.000 spesies dari kumbang

koksi. Panjang tubuh terpanjangnya bisa mencapai 1 cm.

b) Dolichoderus bituberculatus

Siklus Hidup

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah

dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan

Page 61: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

(haploid). Semut adalah holometabolism, yaitu tumbuh melalui

metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan

pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa

Peran

Merupakan gangguan bagi manusia, tetapi dapat berperan sebagai

detritifor bagi bangkai. Merupakan tentara pemburu di beberapa

spesies.

Habitat

Secara ekologi, sarang semut tersebar dari hutan bakau dan pohon-

pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2400 m. Sarang semut

paling banyak ditemukan di padang rumput dan jarang ditemukan di

hutan tropis dataran rendah, namun lebih banyak ditemukan di

hutan dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600

m. Ia banyak ditemukan menempel pada beberapa pohon, umumnya

di pohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech, tetapi

jarang pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti

Eucalyptus. Sarang semut juga tumbuh pada dataran tanpa pohon

dengan nutrisi rendah dan di atas ketinggian pohon.

c) Valanga nigricornis

Siklus Hidup

Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok

metamorfosis tidak sempurna. Pada kondisi laboratorium

(temperatur 28 °C dan kelembapan 80 % RH) daur hidup dapat

mencapai 6,5 bulan sampai 8,5 bulan. Fekunditas rata-ratanya

mencapai 158 butir. Keadaan yang ramai dan padat akan

Page 62: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

memperlambat proses kematangan gonad dan akan mengurangi

fekunditas (Kok, 1971).

Metamorfosa sederhana (paurometabola) dengan perkembangan

melalui tiga stadia yaitu telur, nimfa, dan dewasa (imago). Bentuk

nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran

sayap serta ukuran tubuhnya.

Peran

Belalang adalah beberapa jenis -bertanduk belalang singkat dari

keluarga Acrididae yang besar kadang-kadang membentuk

kelompok sangat (kawanan) ini dapat sangat merusak dan

bermigrasi dalam kurang terkoordinasi cara atau lebih. kawanan

Locust dapat menyebabkan kerusakan besar untuk tanaman.

Habitat

Kebanyakan belalang hidup di pepohonan dan semak belukar.

Belalang aktif di siang hari dan jika melompat tiba-tiba terganggu

dengan bantuan hindlegs besar mereka. Mereka juga dapat

merangkak perlahan-lahan dengan menggunakan kaki depan

mereka

4.1.4 Faktor Lingkungan Terhadap Tanaman (polybag)a. Tabel Pengamatan

Tinggi Tanaman

No Perlakuan Tanaman Pengamatan ke-1 2 3 4 5

1. Naungan Jagung 38.32 40,05 43.03 46 48,75

2. Tanpa naungan Jagung 34 37.75 39.62 42 44,92

3. Kapasitas lapang Selada Air 3.25 4.75 7 9,5 11

Page 63: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

air 100 %

4. Kapasitas lapang air 50 % Selada Air 4 5.4 8.95 10 12,25

Dari hasil pengamatan kami tentang tinggi tanaman yang di

pengaruhi oleh intensitas cahaya dan kapasitas lapang air pada tanaman

jagung dan selada air. pada jagung yang di taruh di tempat ternaungi dan

tidak ternaungi yang paling rendah adalah yang tanpa naungan dengan

tinggi tanaman 44,92cm. sedangkan yang tertinggi adalah yang ada

naungannya yaiitu 48,75cm. sehingga pertumbuhan lebih cepat terjadi

ketika jagung di tempati di tempat yang ada naungannya.

Pada tanaman selada air dengan perlakuan kapasitas lapang air

100% dan 50% pertumbuhan tinggi paling cepat terjadi ketika kapasitas

lapang air 50% dengan tinggi 12,25cm sedangkan kapasitas lapang air

100% hanya 11cm. Hal ini di karenakan selada air memiliki kadar air

optimum dan kebanyakan pemberian air pada tanaman menyebabkan

pertumbuhan tanaman terhambat.

Jumlah Daun

No Perlakuan TanamanPengamatan ke-

1 2 3 4 5

1. Naungan Jagung 9 13 16 18 20

Tanpa naungan Jagung 8 12 15 17 19

Kapasitas lapang air 100 %a

Selada Air 4 10 19 27 31

Kapsitas lapang air 50 % Selada Air 5 11 20 28 32

Page 64: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Dari hasil pengamatan kami tentang banyaknya jumlah daun yang

di pengaruhi oleh intensitas cahaya dan kapasitas lapang air pada tanaman

jagung dan selada air. jumlah daun terbanyak yang muncul di antara

jagung yang ada naungannya dengan jagung yang tidak ternaungi adalah

jagung yang ada naungannya yaitu sebanyak 20 helai. sedangkan yang

terendah adalah 19 helai.

selada air dengan kapasitas lapang air 50% mempunyai jumlah daun

terbanyak yaitu 32 helai, sedangkan kapasitas lapang air 50% sebanyak

31 helai.

b. Grafik Hasil Pengamatan

Tinggitanaman

Page 65: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

1 2 3 4 50

10

20

30

40

50

60

Perlakuan Cahaya

Jagung Ternaungi Jagung Tanpa naungan

Gambar 5

Dari grafik diatas dapat di ketahui bahwa besarnya intensitas

cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman yang

ternaungi maupun tidak ternaungi perbedaannya sangat minim, namun

dapat dilihat dari ketinggian tanamannya. karena faktor abiotik cahaya

berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan itu dapat dilihat

dari grafik di atas.

Tinggi Tanaman

Pengamatan Ke-

Page 66: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

1 2 3 4 50

2

4

6

8

10

12

14

Perlakuan Air

Selada Air Kapasitas 100 % Selada Air Kapasitas 50 %

Gambar 6

Dari grafik diatas dapat di lihat selada air kapasitas lapang air

100% pertumbuhannya cenderung konstan, sedangkan selada air yang

kapasitas lapang air 50% pertumbuhan rata-ratanya cenderung naik,

meskipun perbedaan yang terlihat sangat tipis namun dapat di lihat dari

tinggi tanamannya. sehingga kapasitas lapang air sedikit berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman.

Tinggi Tanaman

Pengamatan Ke-

Page 67: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Jumlah Daun

1 2 3 4 50

5

10

15

20

25

Perlakuan Cahaya

Jagung Ternaungi Jagung Tanpa naungan

Gambar 7

Dari grafik diatas bisa di lihat bahwa jumlah daun pada tanaman jagung yang ternaungi lebih banyak daripada jumlah daun tanaman yang tidak ternaungi meskipun keduanya rata-rata jumlah daun naik namun tetap ada perbedaan dalam hal jumlah daunnya. sehingga dapat di ketahui bahwa intensitas cahaya sedikit berpengaruh pada banyaknya jumlah daun pada suatu tanaman.

Jumlah Daun

Pengamatan Ke-

Page 68: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

1 2 3 4 50

5

10

15

20

25

30

35

Perlakuan air

Selada Air Kapasitas 100 % Selada Air Kapasitas 50 %

Gambar 8

Berdasarkan grafik bisa di lihat bahwa laju pertumbuhan jumlah daun

antara tanaman yang berkapasitas lapang air 100% dengan tanaman

berkapasitas lapang air 50% pertumbuhan daunnya sama yaitu selalu naik

tetapi jumlah daun tanaman berkapasitas lapang air 50% lebih banyak.

Karena kelebihan air akan menghambat laju pertumbuhan jumlah daun.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik

a. Analisis Vegetasi

Data yang didapatkan dari pengamatan vegetasi di Cangar dan

Jatikerto dilihat dari biodiversitasnya berbeda hal ini dapat terlihat dari

pengamatan di Cangar menemukan beberapa spesies yakni sebagai berikut:

Pengamatan Ke-

Jumlah Daun

Page 69: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

1. Wortel (Daucus Carrota L),

Tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih

dengan tekstur serupa kayu.Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah

bagian umbi atau akarnya.

2. Krokot (Potilaca oleracea)

Herba 1 tahun, terlentang atau naik ke atas, bercabang, berair, dan

berdaging. Batang bukat, panjang 0,1-0,5 m, ruas tua tanpa rambut. Daun

sebagian tersebar, sebagian berhadapan, bertangkai pendek, ujung melekuk ke

dalam, membulat atau yumpul, panjang 0,2-4 cm. bunga 2-6 berkelompok, di

ujung di dalam daun pembalut dari ndaun batang.

3. Tempu Wiyang

Herba tegak tinggi ± 40 cm, batang bulat, bercabang. Daun tunggal, tulang

daun menyirip, panjang 3-14 cm, lebar 2-3,5 cm, bertangkai hijau. Bunga

mejemuk, mahkota terdiri dari 5 kelopak bunga berwarna ungu kemerahan.

Akar tunggang, putih.

4. Ajeran

Termasuk rumput liar yang banyak ditemui di pinggir jalan. Batangnya

berwarna hijau dan tingginya dapat mencapai 150 cm. Pinggiran daun bergerigi,

bunganya memilki tangkai yang panjang dan kelopak bunganya berwarna putih.

5. Rumput Belulang

Akarnya merupakan akr serabut, tinggi batangnya bisa mencapai 15-85 cm.

Batangnya dapat membentuk rumpun yang koookoh dan berakar lebat, kadang

tegak kadang merambat. Daunnya berupa helaian panjang berbentuk

garis.Merupakan herba menahun dengan tinggi antara 0,1-0,8 m. Batangnya

Page 70: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

tumpul sampai persegi tiga tajam. Daunnya sekitar 4-10 helai, berjejal pada

pangkal batang.

Sedangkan di Jatikerto vegetasi yang dapat di temukan antara lain :

1. Singkong (Manihot esculenta Crantz)

Perdu yang tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7 m. Batang

dengan tanda berkas daun yang bertonjolan.Umbi akar besar, memanjang

dengan kulit berwarna coklat suram.Tangkai daun6-35 cm; helaian daun sampai

dekat pangkal berbagi menjari 3-9 (daun yang tertinggi kerapkali bertepi rata).

2. Daun sendok (Plantago major L.)

Terna menahun, tumbuh tegak, tinggi 15 - 20 cm. Daun tunggal, bertangkai

panjang, tersusun dalam roset akar. Bentuk daun bundar telur sampai lanset

melebar, tepi rata atau bergerigi kasar tidak teratur, permukaan licin atau sedikit

berambut, pertulangan melengkung, panjang 5 - 10 cm, lebar 4 - 9 cm,

perbanyakan dengan biji, warnanya hijau. Daun muda bisa dimasak sebagai

sayuran

3. Alang-alang (Imperata cylindrical).

Tanaman yang termasuk kedalam rumput-rumputan yang merayap.Alang-

alang mempunyai tinggi sekitar 30-180 cm. Memiliki batang yang rimpang dan

merayap di bawah tanah.Batangnya tegak dan membentuk satu perbungaan.

Biodiversitas di lahan Cangar beragam dengan jumlah tanaman yang lebih

banyak daripada Jatikerto.Hal ini dikarenakan tanah di Cangar lebih subur dan

lebih cocok untuk menanam tanaman.sedangkan di Jatikerto tanah yang ada

tidak bisa untuk menanam tanaman yang beragam karena tanah di sana kering.

Page 71: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Di lihat dari perhitungan SDRnya, lahan Jatikerto dengan tanaman

budidaya utamananya yaitu singkong. Begitu pula di lahan Cangar tanaman

budidaya wortel, tetap menjadi tanaman utamanya.. Berdasarkan perhitungan

SDR yang telah valid, karena hasilnya mendekati 100% atau lebih dari

99,90%,besar SDR lahan di Cangar mencapai 99,64% hal ini dikatakan belum

begitu valid datanya sedangkan di Jatikerto mencapai 99,97%.Padalahan di

Cangar tanaman wortel yang berperan sebagai tanaman utama memiliki

perhitungan SDR sebesa 38,99%, dan tanaman-tanaman gulma yang ada di

dalam lahan tersebut seperti rumput belulang sebesar 16,21%, krokot sebesar

4,44%, tempuh wiyang sebesar 20,06%, ajeran sebesar 11,12%, dan bribil

sebesar 8,82%. Pada lahan di Jatikerto perhitungan SDR untuk tanaman

singkong sebesar 36,74%, tanaman daun sendok sebesar 24,12%, dan tanaman

alang-alang sebesar 39,11%

Berdasarkan perhitungan SDR yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa lahan di Cangar cukup baik, karena tanaman utamanya lebih banyak

dibanding tanaman-tanaman yang lain Dengan kondisi lahan yang demikian,

maka disarankan untuk tetap melakukan penyiangan agar lahan tersebut tetap

terawat dan tanaman wortel tetap menjadi tanaman utama di lahan

tersebut.Sedangkan pada lahan di Jatikerto kondisi lahannya kurang

baik.Karena jumlah gulma lebih banyak dari pada tanaman utamanya. Bisa

dikatakan bahwa lahan di jatikerto kurang mendapatkan perawatan.

Penyiangan harus dilakukan agar lahan tersebut semakin produktif, dengan kata

lain tanaman singkong bisa tetap menjadi tanaman utamanya di lahan tersebut.

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa lahan di Cangar memiliki

keragaman tanaman lebih banyak dibandingkan lahan di Jatikerto. Pada lahan

di Cangar terdapat tanaman wortel, rumput belulang, krokot, ajeran, temu

wiyang dan bribil. Sedangkan pada lahan Jatikerto hanya terdapat tanaman

singkong, daun sendok, dan alang-alang.hal ini juga di sebabkan oleh faktor

abiotik suhu. Di lahan Cangar dengan suhu rendah dan tanah yang subur

Page 72: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

menjadikan Cangar lebih beragam. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah

kelembapan dan air, karena 2 faktor tersebut menjadi faktor pembatas

pertumbuhan tanaman

b. Faktor Abiotik

Cangar dan Jatikerto merupakan dua tempat yang menjadi tujuan

fieldtrip kami, memiliki perbedaan ketinggian tempat, radiasi matahari, suhu

dan juga tingkat kelembapan serta ketebalan seresah. Di daerah Cangar yang

termasuk dataran tinggi memiliki intensitas radiasi matahari yang ternaungi

sebesar 887 lux dan suhu 20.05̊ C. Rendahnya suhu mengakibatkan tingginya

tingkat kelembapan dilahan. Sedangkan di Jatikerto yang termasuk dataran

rendah memiliki intensitas radiasi matahari yang tidak ternaungi sebesar 1048

dan suhu sekitar 32.01̊.C. tingginya suhu menyebabkan tingkat kelembapan di

lahan Jatikerto rendah.

Dengan perbedaan tempat, faktor abiotik yang ada juga berbeda dan

berbeda pula jenis tanaman yang dapat tumbuh. Perbedaan topografi antara

kedua tempat yang menjadi tujuan tempat fieldtrip kita menyebabkan

berbedanya intensitas radiasi matahari. Pada lahan di Cangar, tanaman yang

dapat tumbuh adalah tanaman sejenis sayur-sayuran, seperti wortel. Hal ini

disebabkan habitat tanaman wortel sesuai dengan suhu dan kelembapan yang

ada di lahan Cangar. Sedangkan pada lahan di Jatikerto, tanaman yang dapat

tumbuh adalah tanaman berkayu seperti tanaman singkong. Perbedaan tanaman

ini menyebabkan adanya perbedaan ketebalan seresah. Maka rata-rata ketebalan

seresah di Cangar pada plot satu hingga plot lima yaitu 0,026 cm dan rata-rata

ketebalan seresah yang ada di lahan Jatikerto sebesar 0,5 cm.

Dari kedua lahan yang ada disana, faktor abiotik suhu dan kelembapan

mempengaruhi keberagaman tanaman yang ada. karena kedua faktor tersebut

berfungsi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Fakor pembaas suatu

organisme mencakup kisaran minimum atau maksimum dari faktor abioik suatu

ekosistem. Misal suhu, cahaya, pH dan kelembapan (yudi, 2013)

Page 73: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

4.2.2 Faktor Abiotik dan Biotik Tanah

a. Faktor Abiotik

Jatikerto merupakan tempat dengan suhu tinggi sehingga di daerah

tersebut panas dan menyebabkan tekstur tanah menjadi keras dan kering. Suhu

tanah daerah Jatikerto yang diukur dengan termometer tanah sebesar 32,5 ̊ C

pada tempat yang ternaungi atau bias dibilang di bawah vegetasi yang ada.

Sedangkan untuk yang tidak ternaungi suhu yang terukur sebesar 33.5 ̊ C dan

diukur diluar vegetasi yang ada. Sedangkan untuk daerah Cangar, dengan

dataran tinggi dengan suhu 19,1̊.C untuh yang ternaungi sedangkan untuk yang

ternanungi suhu yang terukur sebesar 20.01̊C Sangat cocok dengan tanaman

semusim sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh selayaknya. Hal yang

membedakan tekstur tanah antara kedua lahan tersebut dikarenakan perbedaan

ketinggian tempat, bahan induk yang menjadi penyusun utama, organisme yang

hidup dalam tanah, dan iklim pada lahan tersebut. Untuk perbedaan warna

tanah pada lahan dikarenakan kandungan bahan organik yang berbeda pada

setiap lahan, semakin banyak bahan organik yang dikandung tanah tersebut

maka warnanya semakin gelap.

Ketebalan seresah di Cangar pada plot 1 sebesar 0,1 cm, pada plot 2

sebesar 0,3 cm, pada plot 3 sebesar 0,3 cm, pada plot 4 sebesar 0,2 cm, dan

pada plot 5 sebesar 0,4 cm. Pada lahan di Jatikerto ketebalan seresah di plot 1

sebesar 0,4 cm, pada plot 2 sebesar 0,8 cm, pada plot 3 sebesar 0,5 cm, pada

plot 4 sebesar 0,2 cm, dan pada plot 5 sebessar 0,6 cm.

b. Faktor biotik tanah

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang

berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah

juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama

tumbuhan. (Sainsone, 2008). Pada ekosistem Jatikerto yang terletak di dataran

rendah mempunyai struktur tanah yang kering, kadar air yang sedikit dan

Page 74: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

kelembaban yang rendah. Hal itu disebabkan di daerah Jatikerto suhu udaranya

tinggi sehingga tidak cocok untuk aktivitas organisme dalam tanah. Organisme

tanah bermanfaat dalam dekomposisi , siklus hara, menjaga struktur tanah,

maupun menjaga keseimbangan organisme tanah, termasuk hama tanaman

( Moore dan Walter, 1998).

Pada daerah Cangar dengan kondisi tanah berwarna hitam dan

bertekstur lempung berdebu, karena tanah di sini sangat remah dan cukup

mudah hancur, biota tanah yang di temukan pada lahan di cangar adalah

kepinding tanah. Kepinding tanah berperan ssebagai parasitoid pada lahan di

Cangar.Semua stadia tanaman sejak bibi, stadia vegetatif, berbunga, dan

bermalai di serangnya. Serangga ini menghisap cairan tanaman pada bagian

batang padi, sehingga pada populasi tinggi menyebabkan tanaman menjadi

kuning atau merah kecoklatan, akhirnya layu dan mati (saleh, dkk,. 1999)

Dari kedua lahan tersebut dengan biota tanah yang sedikit perlu

diadakan pengolahan tanah yang lebih sehingga lebih banyak di temukan biota

tanah di kedua lahan tersebut.

4.2.3 Peran Arthropoda Terhadap Ekosistem + Literature

Pada kebun percobaan jatikerto ada ditemui banyak jenis arthropoda. Pada

lahan yang diamati yaitu lahan semusim singkong ada arthropoda yang

berperan sebagai hama, predator, vektor dan polinator bagi tanaman. Yang

mana pengambilan dilakukan dengan menggunakan sweepnet, yellow trap,

dan pitfall. Berikut dijelaskan peran dari berbagai arthropoda yang ada

disana.

Page 75: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Cangar

a. Semut Hitam Bersayap (Monomorium minimum)

GAMBAR LITERATUR

(Kelompok Studi Entimologi, 2012)

Gambar 9

Semut hitam bersayap ini terperangkap di yellow trap. Adanya semut ini dilahan bisa mempengaruhi dinamika populasi kutu daun dan dapat meningkatkan atau menurunkan populasi kutu melalui stimulasi, predasi, atau perlindugan. Namun selain itu bagi rumah tangga semut ini bersifat parasitoid

b. ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)

GAMBAR LITERATUR

(Tim Plasmanutfah Stroberi, 2014)

Gambar 10

Ulat yang masih berbentuk larva ini terperangkap saat kami

melaksanakan pengamatan menggunakan alat sweepnet. Ulat ini berperan

sebagai hama, karena larva yang masih muda menyerang daun dari tanaman

Page 76: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

pangan, sayuran maupun buah-buahan dengan meninggalkan lapisan

epidermis daun sehingga daun nampak transparan. Larva bersembunyi pada

bagian bawah daun pada siang hari dan menyerang pada malam hari atau pada

intensitas cahaya matahari yang rendah

c. Kepinding

GAMBAR LITERATUR

(Harno Malik, 2012)

Gambar 11

Hama yang banyak menyerang pertanaman padi di lahan pasang surut adalah: tikus, Orong-orong, Kepinding tanah (lembing batu), Walang sangit, Wereng coklat. Sedangkah penyakit utama di lahan pasang surut adalah bias.

Jatikerto

a. Dolichoderus bituberculatus ( Semut merah)

Page 77: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Gambar Literatur

(Uhanbio,2013)

Gambar 12

Dalam ekosistem terutama pada tanaman singkong semut merah

berperan sebagai penyerbuk, parasitoid, dan predator. Contohnya seperti

semut mempunyai peran ekologis membantu tumbuhan dalam menyebarkan

biji-bijian (dispersal), menggemburkan tanah, predator atau pemangsa

serangga lain (Schultz and McGlyinn, 2000; Dun, 2005; Sitthicharoenchai,

2006).Selain itu yang paling diharapkan adalah semut juga membantu

mengendalikan hama pertanian (Mele and Cuc, 2004)

b. Dolichoderus bituberculatus (Semut hitam)

Page 78: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Gambar Literatur

(Uhanbio,2013)

Gambar 13

Semut hitam mempunyai peran ekologis yaitu sebagai parasitoid dan

predator juga membantu tumbuhan dalam menyebarkan biji-bijian (dispersal),

menggemburkan tanah, predator atau pemangsa serangga lain (Schultz and

McGlyinn, 2000; Dun, 2005; Sitthicharoenchai, 2006).Selain itu yang paling

diharapkan adalah semut juga membantu mengendalikan hamapertanian

(Mele and Cuc, 2004).

c. Lalat (Musca Domestika)

Gambar Literatur

(Panca rachmad,2012)

Gambar 14

Page 79: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Lalat berperan sebagai predator pada ekosistem. Terutama pada

tumbuhan singkong lalat tidak terlalu berpengaruh, karena jikalau ada pun

lalat yang hinggap misalnya didaun singkong itu hanya sekedar hinggap tidak

berdampak yang cukup besar terhadap tumbuhan singkong.

Ekosistem lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai

predator, parasit pada serangga, sebagai polinator (Byrd, 2001), penyebab

myasis (David, 2004) dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran

pencernaan seperti kolera, typhus, disentri (Santi, 2001). Lalat juga dapat

membawa bakteri patogen, Protozoa, telur serta larva cacing (Chandra, 2005).

d. Borbo cinnara( kupu-kupu)

Gambar Literatur

(doddy estiara,2012)

Gambar 15

Kupu-kupu berperan penting di dalam ekosistem, yaitu sebagai bagian

darirantai makanan, serangga penyerbuk, dan sebagai sumber makanan bagi

berbagaipredator, seperti Rodentia, serangga predator, berbagai burung,

amfibi, bahkan manusia.Peran kupu-kupu yang tidak kalah penting dalam

ekosistem adalah sebagai indikator perubahan lingkungan (Davies & Butler

2008)

Page 80: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

e. Henosepilachna vigintioctopunctata (Kumbang koksi)

Gambar Literatur

(Roni hanafiah,2012)

Gambar 16

Kumbang koksi berperan sebagai Predator dan hama pengganggu

tanaman.Saat menjadi larva, kumbang koksi

Henosepilachnavigintioctopunctata akan memakan jaringan daun dari bagian

bawah, sementara ketika sudah menjadi dewasa, kumbang koksi

Henosepilachna vigintioctopunctata akan memakan jaringan daun dari bagian

atas. Hama ini dapat menyerang dan mengganggu tanaman singkong,

contohnya seperti memakan daun dari tumbuhan singkong itu sendiri.

f. Valanga nigricornis (Belalang coklat/ belalang kayu)

Gambar Literatur

Page 81: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

(doddy estiara,2013) Gambar 17

Belalang kayu berperan sebagai Hama Bagi Tanaman, contohnya jika

pada tanaman singkong bewan ini biasanya akan menggigiti daun singkong,

sehingga tidak sedikit singkong akan kehilangan daunnya karena digigit oleh

belalang.

Belalang adalah beberapa jenis -bertanduk belalang singkat dari

keluarga Acrididae yang besar kadang-kadang membentuk kelompok sangat

(kawanan) ini dapat sangat merusak dan bermigrasi dalam kurang

terkoordinasi cara atau lebih. Termasuk belalang cokelat kawanan Locust

dapat menyebabkan kerusakan besar untuk tanaman.

4.2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap tanaman (polybag)

a. Perlakuan Cahaya

jagung pada kondisi perlakuan cahaya ternaungi dan tidak ternaungi, seperti

penjabaran diatas akan lebih optimum pada yang tidak ternaungi. Karena

tanaman jagung tidak ternaungi mendapat cahaya lebih banyak dan langsung

dari matahari sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimum. Dilihat dari data

yang ada pada minggu terakhir tanaman jagung ternanugi memilki tinggi

tanaman 48,75 dan itu lebih tinggi daripada tanaman jagung yang tidak

ternaungi dengan tinggi tanaman 44,92. Untuk jumlah daun tanaman jagung

yang ternaungi lebih banyak yaitu berjumlah 20 sedangkan untuk yang tidak

ternaungi hanya berjumlah 19.

Pertamawati (2010), menyatakan bahwa laju fotosintesis akan berjalan

maksimum bila terdapat banyak cahaya. Dalam percobaan terlihat bahwa

eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya yang tinggi

daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam

Page 82: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan

dalam intensitas cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan (bahan

tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya rendah.

Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang

tinggi menyebabkan batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih

sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal tetapi ukurannya

lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Beberapa efek dari

cahaya matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum akan dapat

menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi kondisi

tersebut cenderung mempertinggi daya tahan tanaman (Lukitasari, 2005).

A. Perlakuan Air + Literatur

Pada tanaman selada dengan perlakuan air yang berbeda memiliki dampak

berbeda bisa dilihat dari analisis data yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya. Untuk tanaman selada dengan kapasitas air 100% memiliki

tinggi tanaman dan jumlah daun yaitu 11 cm dan 31. Sedangkan untuk

tanaman selada air dengan kapasitas air 50% memiliki tinggi dan jumlah daun

yang lebih banyak yaitu 12,25 cm dan 32. Selada air hanya bisa optimum

pada kapasitas air tertentu dan akan lebih cepat pertumbuhannya. Dan itu

terbukti dimana pada kapasitas 50% perumbuhan tanaman selada air

Tanaman selada air yang di amati dengan kapasitas air 50% dan 100% jelas

memiliki pengaruh yang berbeda ke tanaman selada air tersebut. Kekurangan

atau kelebihan air pada setiap fase tumbuh akan mengakibatkan tidak

normalnya pertumbuhan dan merosotnya hasil tanaman (rifin, 1990). Pada

tanaman selada kapasitas air maksimumnya jelas pada kapasitas 50% dimana

tanaman tersebut bisa memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dan jumlah

daun yang lebih banyak. Kelebihan kapasitas air akan menyebabkan

pertumbuhan menjadi lambat dan tidak optimum. Sedangkan jika terjadi

kekurangan air akan mengakibatkan terganggunya proses fisiologis dan

Page 83: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

morfologis tanaman (jumin, 1989). Pada keadaan cukup air perkembangan

akar akan lebih baik dan dapat menyerap unsur hara yang tersedia (utomo dan

islami, 1995

BAB V

Page 84: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari analisis diatas adalah vegetasi yang tumbuh di Cangar dan

Jatikerto itu berbeda walaupun tanaman yang tumbuh di kedua tempat itu sama-

sama tanaman musiman. Vegetasi yang tumbuh di Cangar lebih beragam dari

vegetasi yang tumbuh di Jatikerto.Kemudian faktor abiotik dan biotk yang ada di

kedua tempat tersebut juga memilki perbadaan. Suhu udara di Cangar lebih

rendah daripada Jatikerto. Begitu juga dari segi tanah. Suhu tanah di Cangar

lebih rendah daripada suhu tanah yang ada di Jatikerto.Untuk faktor biotiknya

dilihat dari biota tanah Cangar memiliki biota tanah yang lebih banyak

dibandingkan dengan Jatikerto hal ini dibuktikan Cangar memiliki biota tanah

contohnya kepinding tanah yang berperan sebagai parasit, sedangkan di Jatikerto

tidak ada biota tanahnya sama sekali. Ketebalan seresah Cangar lebih kecil

dibandingkan dengan seresah yang ada di Jatikerto. Kemudian untuk keragaman

Arthropoda di Cangar lebih sedikit dibandingkan dengan Jatikerto. Dan

kebanyakan dari mereka memiliki peran sebagai parasitoid.

Cahaya dan air sangat mempengaruhi pertumbuhan selada dan juga jagung.

Hal ini terbukti dari tanaman jagung yang ternaungi tumbuh lebih tinggi daripada

jagung yang tidak ternaungi. Dan untuk selada juga memiliki kapasitas air untuk

pertumbuhan maksimumnya yaitu 50%. Karena Cangar dan Jatikerto memiliki

karakteristik faktor abiotic dan biotik yang berbeda sehingga tanaman yang

tumbuh di kedua tempat ini juga berbeda karena ada interaksi daiantara

keduanya.

5.2 Saran

Setelah mengetahui keadaan yang sesungguhnya di lapang kami

menyarankan agar kedepannya lahan di Jatikerto ini dilakukan penyiangan agar

tanaman selain tanaman utama tidak tumbuh subur dan menggangu pertumbuhan

dari tanaaman utama sehingga produktivitas dar tanaman utama bisa maksimal.

Kemudian untuk lahan di Cangar tetap diolah tanahnya agar produktivitasnya

tidak menurun dan juga kelestarian keberadaan Arthropoda juga harus

Page 85: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

diperhatikan. Hama tidak harus dimusnahkan akan tetapi kita cukup menjaga

populasinya di alam agar tidak melebihi yang semestinya. Hal ini karena

keberadaan hama berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem.

DAFTAR GAMBAR

Page 86: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

Gambar 1. Klasifikasi Arthropoda....................................................................................12

Gambar 2. Pembagian Subplot..........................................................................................17

Gambar 3. Pembagian Plot Seresah..................................................................................22

Gambar 4. Siklus Hidup Semut.........................................................................................44

Gambar 5. Perlakuan Cahaya Terhadap Polybag..............................................................55

Gambar 6. Perlakuan Air Terhadap Polybag....................................................................56

Gambar 7. Jumlah Daun Jagung dalam Polybag..............................................................57

Gambar 8. Jumlah Daun Selada Air dalam Polybag.........................................................58

Gambar 9. Semut Hitam Bersayap....................................................................................65

Gambar 10. Ulat Grayak...................................................................................................65

Gambar 11. Kepinding......................................................................................................66

Gambar 12. Semut Merah.................................................................................................67

Gambar 13. Semut Hitam..................................................................................................68

Gambar 14. Lalat...............................................................................................................68

Gambar 15. Kupu-kupu.....................................................................................................69

Gambar 16. Kumbang Koksi............................................................................................70

Gambar 17. Belalang Coklat.............................................................................................71

Page 87: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan SDR..........................................................................................78

Lampiran 2. Dokumentasi.................................................................................................90

Page 88: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/diniangeli/files/2015/04/ISI.docx · Web viewLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAANCANGAR DAN JATIKERTO Disusun Oleh:

DAFTAR PUSTAKA

Andre. 2009. Analisis Vegetasi.

http://analisis-vegetasi.blogspot.com/2009/11/analisis-vegetasi.html

(diakses 18 November 2012).

Anonymousa. 2011. Definisi Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik. http://pengertian-

definisi.blogspot.com/2010/10/analisis-vegetasi.html (diakses 18

November 2012).

Anonymousc. 2011. Klasifikasi Arthropoda. http://id.wikipedia.org/wiki/klasifikasi_

arthropoda. (diakses 18 November 2012).

Anonymousd. 2011. Peran Insekta dalam ekosistem.

http://dewaarka.wordpress.com/2009/ 04/10/peran-insekta-dalam-

ekosistem.html. (diakses 18 November 2012).

Cahyono, D. S. 2011. Alat Perangkap Hama, Model dan Cara Kerja. http://www .

pabriksawitcom.blogspot.com/2012/01/mengenal-belalang-locusta-

migratoria.html (diakses 30 November 2012).

Hairiah, K., dkk.2009. Modul Praktikum Ekologi Pertanian. Malang: Universitas

Brawijaya.

Irwan. 2010. Pengertian Ekologi. Malang : Universitas Brawijaya

Soerjani, 2007. Pengertian Ekologi. Malang : Universitas Brawijaya

Sahabuddin 2005. Dekomposer. --