BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending...

11
1 BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS VOCALISTA HARMONIC CHOIR INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA Tri Setyo Mutiara, 1 Endang Ismudiati, 2 Debora R Yuwono. 3 Program Studi S-1 Pendidikan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta; e-mail: [email protected] Abstrak Pentingnya blending dalam paduan suara memunculkan banyak penelitian untuk menemukan metode yang tepat dalam mencapai blending. Tak hanya peneliti yang melakukan kajian teoretis, para praktisi paduan suara seperti pelatih dan konduktor juga melakukan upaya serupa. Hal ini juga terjadi di Vocalista Harmonic Choir PSM ISI Yogyakarta. Masalah blending menjadi sebuah topik yang menarik mengingat PSM ISI Yogyakarta termasuk sebuah paduan suara yang memiliki anggota dengan keragaman yang tinggi dalam hal karakter suara dan keterampilan bernyanyi. Penelitian ini melakukan sebuah pendeka- tan kualitatif untuk mengetahu teknik blending yang dipraktikkan di PSM ISI Yogyakarta melalui wa- wancara terhadap pelatihnya, Athitya Diah Monica, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor pembentuk blending dan cara pelatihan paduan suara Vocalista Harmonic Choir dalam menyatukan suara (blending) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik blending di PSM ISI Yogyakarta meliputi penyesuian mode bernyanyi seperti timbre, vowel, forman, vibra, dan pengaturan aspek akustik seperti ja- rak dan formasi penyanyi. Kata kunci: blending, paduan suara, vocalista harmonic choir Abstrac The importance of blending technique in choir shows many research to found the right method to get the blending technique. Not only the research doing that theoritical review, the participants of the choir like the conductor also do the same thing. This thing is also happened in Vocalista Harmonic Choir ISI Yogya- karta. The problem of blending technique is being a very interesting topic while ISI Yogyakart student’s choir is a choir which singers got some differences character of singing, and singing ability. This research has been done with qualitative approaching in order to know how the blending technique has been prac- ticed by interviewing the conductor, Ms. Athitya Diah Monica. This research’s goal is to describe the fac- tors to make the blending technique and the training methods of Vocalista Harmonic Choir in uniting the sound (blending). The result of the research shows that blending technique in ISI Yogyakarta studen’s choir according to the adjustment of singing mode like timbre, vowel, forman, vibrato, and the accoustic setting aspect like distance and formation of the singer. Kyword: blending, choir, vocalista harmonic choir UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Transcript of BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending...

Page 1: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

1

BLENDING DALAM PADUAN SUARA

STUDI KASUS VOCALISTA HARMONIC CHOIR

INSTITUT SENI INDONESIA

YOGYAKARTA

Tri Setyo Mutiara,1 Endang Ismudiati,2 Debora R Yuwono.3

Program Studi S-1 Pendidikan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta; e-mail: [email protected]

Abstrak

Pentingnya blending dalam paduan suara memunculkan banyak penelitian untuk menemukan metode

yang tepat dalam mencapai blending. Tak hanya peneliti yang melakukan kajian teoretis, para praktisi

paduan suara seperti pelatih dan konduktor juga melakukan upaya serupa. Hal ini juga terjadi di Vocalista

Harmonic Choir PSM ISI Yogyakarta. Masalah blending menjadi sebuah topik yang menarik mengingat

PSM ISI Yogyakarta termasuk sebuah paduan suara yang memiliki anggota dengan keragaman yang

tinggi dalam hal karakter suara dan keterampilan bernyanyi. Penelitian ini melakukan sebuah pendeka-

tan kualitatif untuk mengetahu teknik blending yang dipraktikkan di PSM ISI Yogyakarta melalui wa-

wancara terhadap pelatihnya, Athitya Diah Monica, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

faktor pembentuk blending dan cara pelatihan paduan suara Vocalista Harmonic Choir dalam menyatukan

suara (blending) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik blending di PSM ISI Yogyakarta meliputi

penyesuian mode bernyanyi seperti timbre, vowel, forman, vibra, dan pengaturan aspek akustik seperti ja-

rak dan formasi penyanyi.

Kata kunci: blending, paduan suara, vocalista harmonic choir

Abstrac

The importance of blending technique in choir shows many research to found the right method to get the

blending technique. Not only the research doing that theoritical review, the participants of the choir like

the conductor also do the same thing. This thing is also happened in Vocalista Harmonic Choir ISI Yogya-

karta. The problem of blending technique is being a very interesting topic while ISI Yogyakart student’s

choir is a choir which singers got some differences character of singing, and singing ability. This research

has been done with qualitative approaching in order to know how the blending technique has been prac-

ticed by interviewing the conductor, Ms. Athitya Diah Monica. This research’s goal is to describe the fac-

tors to make the blending technique and the training methods of Vocalista Harmonic Choir in uniting the

sound (blending). The result of the research shows that blending technique in ISI Yogyakarta studen’s

choir according to the adjustment of singing mode like timbre, vowel, forman, vibrato, and the accoustic

setting aspect like distance and formation of the singer.

Kyword: blending, choir, vocalista harmonic choir

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

2

Pengantar

Blending sangat di perlukan dalam

sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan

sebagai capaian untuk membentuk suara

ansambel yang ideal. Blending dalam baha-

sa Inggris berarti membaur, sedangkan

menurut Ekholm seorang doktor musik

pendidikan di Mcgill University Montreal

mengatakan Blending adalah homogenitas

dalam paduan suara (Ekhom, 2000: 123).

Adapun menurut Backer paduan suara yang

baik adalah paduan suara yang bisa

terdengar padu dan tidak ada salah satu

karakter suara atau jenis suara yang menon-

jol (Backer, 2014: 27)

Paduan suara bisa dikatakan seke-

lompok orang yang bernyanyi bersama dan

terdiri dari dua atau lebih jenis suara dan

dipimpin oleh seorang dirigen. (Sitom-

pul,1999:1). Di dalam paduan suara terdapat

klasifikasi suara atara lain sopran, alto, ten-

or, bass (SATB). Di era sekarang, apresiasi

terhadap paduan suara cukup baik. Salah

satunya adanya festival maupun kompetisi

yang banyak diadakaan di berbagai penjuru

dunia. Selain kompetisi dan festival, apre-

siasi terhadap paduan suara juga ditunjukan

dengan melakukan kegiatan seperti konser

ataupun pergelaran. Kegiatan-kegiatan sep-

erti ini membuat paduan suara telah

mendapat tempat dihati masyarakat dan

subur perkembangannya. Mulai dari tingkat

sekolah, perguruan tinggi, organisasi-

organisasi masyarakat, hingga instansi

pemerintah maupun swasta telah memiliki

paduan suara. Setiap kelompok pasti mem-

iliki karakter dan prestasi yang berbeda-

beda, hal ini dikarenakan proses berlatih

dan kemampuan anggota yang beragam

dan dibutuhkan pelatih dengan metode

pengajaran yang baik dan beragam (Wa-

wancara Tjaroko dosen direksi koor ISI

Yogyakarta)

Vocalista Harmonic Choir (VHC)

merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Insti-

tut Seni Indonesia Yogyakarta yang ang-

gotanya berasal dari 3 Fakultas, yaitu

Fakultas Seni Pertunjukan, Fakultas Seni

Media Rekam, dan Fakultas Seni Rupa, yang

meliputi Jurusan tari, tv, dkv, theater, sen-

dratasik, fotogravi, animasi dan musik. Vo-

calista Harmonic Choir memiliki 48 anggota

aktif yang terdiri dari berbagai etnis di In-

donesia. Mayoritas anggota adalah maha-

siswa instrumen mayor vokal jurusan musik

yang dalam bidangnya diarahkan untuk

menjadi penyanyi solo dalam berbagai gaya

antara lain opera, pop dan jazz. Dalam pad-

uan suara dibutuhkan materi penyanyi yang

baik secara alami, hal ini memudahkan da-

lam mencapai blending. Kondisi yang terjadi

di Vocalista Harmonic Choir anggotanya

didominasi oleh mahasiswa mayor vokal

yang mengakibatkan mereka mendominasi

dengan karakter suara yang spesifik.

Hal ini terjadi karna secara psikis

mereka lebih mempunyai percaya diri da-

lam bernyanyi dibanding anggota diluar

mahasiswa mayor vokal. Hal ini merupakan

pekerjaan yang cukup serius bagi pelatih

untuk mendapatkan kesetaraan kualitas

suara hingga mencapai blending yang baik.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

3

Maka perlu dilakukan penelitian tentang

teknik blending yang digunakan pelatih

Paduan Suara Mahasiswa Vocalista Harmonic

Choir, guna mendeskripsikan gambaran

proses pencapaian blending.

Dari uraian latar belakang masalah,

maka dirumuskan pertanyaan sebagai beri-

kut : (1) Apa saja faktor yang

mempengaruhi pembentukan blending pada

paduan suara? (2) Bagaimana teknik pem-

bentukan blending pada Vocalista Harmonic

Choir?

Sebuah gagasan ilmiah membutuhkan

dukungan gagasan agar tulisan tidak ter-

lepas dari masalah yang akan dibahas,

maka perlu didukung oleh suatu studi

pustaka. Berikut kajian pustaka yang

mendukung gagasan pada penelitian ini :

Ekholm E. (2000). Journal of Rehersal in Music

Education. Jurnal ini membahas tentang efek

mode bernyanyi dan pengaturan formasi

pada paduan suara secara spesifik, yang

meliputi timbre, vowel, forman, vibra dan

pengaturan jarak antar penyanyi.

Daugherty, J. (1999). International Journal of

Research in Choral Singing. Jurnal ini mem-

bahas tentang penempatan ruang paduan

suara secra acak, sinergistik dan gender,

khusus placemen paduan suara.

Decker dan Herford (1988 : 12), Choral Con-

duting Symposium. Buku ini membahas ten-

tang bunyi dari sebuah paduan suara (choral

sound)

Backer, Ph.D. (2O14), Utah Music Education

Journal Spring . Jurnal ini membahas 5 kon-

sep kunci untuk meningkatkan paduan

suara dengan memadukan resonansi dan

keseimbangan.

Deffern, H (2017). Journal of Voice , jurnal ini

membahas tentang kinerja produksi dalam

sebuah ensamble

Menjadi Dirigen II, buku ini membahas ten-

tang cara membentuk suara yang meliputi

intonasi, resonansi, artikulasi, phrasering,

ekspresi.

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, dengan maksud memberikan pen-

jelasan dan gambaran terhadap suatu peri-

stiwa dalam situasi-situasi tertentu

(Sugiyono 2013:2). Hal ini, menjelaskan dan

mengambarkan pembentukan blending di

paduan suara Vocalista Hrmonic Choir. Beri-

kut merupakan tahapan penulis:(1) Menen-

tukan materi dan obyek penelitian(2) Tahap

Pengumpulan data yang terdiri dari Ob-

servasi, wawancara, dokumentasi

Pembahasan

1. Mode Bernyanyi

a. TIMBRE

Athitya menilai timbre sebagai salah satu

elemen penting dalam paduan suara yang

merujuk pada karakter suara individu. hal

ini dapat dilihat dari perkataannya yang

menyebutkan:

Timbre itu warna suara, sama seperti in-

strumen ada warna suaranya, antara violin 1

dengan violin lainnya walaupun ukurannya

sama tapi kalau bahan nya beda atau usia

pembuatannya violin itu beda pasti warna

suaranya beda. Sekarang tergantung

pemainnya mau geseknya seperti apa dan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

4

pake teknik apa, nanti bunyi nya yang di-

capai itu bunyinya sama. Begitu juga

dengan vokal.

Selain itu Athitya berpendapat bahwa

perbedaan timbre dalam sebuah paduan

suara adalah hal yang wajar mengingat

karakter manusia yang berbeda secara ala-

mi. hal ini dapat dilihat dari perkataannya

yang menyebutkan :

Menyamakan bunyi warna suara yang akan

diinginkan, apakah mau dibuat timbre yang

gelap, ringan, mau yang terang mau yang

kedepan atau mau yang ke atas atau tebal

itu kan tergantung kita maunya seperti apa

untuk membikinnya supaya sama. biasanya

kalau seperti itu melihatnya dari kecender-

ungan penyanyinya arahnya kemana,

misalnya kalau di PSM ISI banyak anak

vokal dan semua itu sopran-sopran asli, tid-

ak ada yang sopran tanggung, alto-altonya

mungkin alto-alto rance yang luas dari alto 2

rance nya bisa sampai ke sopran, itukan

memudahkan untuk membuat sopran

dengan alto mungkin bisa di buat terang

semua kalau bass nya itu karna bass nya kan

tidak ada yang asli bass 2, jadi bass memang

tidak bisa di buat yang berat. Jadimemu-

dahkan pelatih untuk membentuk timbre

yang terang. Mengingat paduan suara

membutuhkan keseragaman bunyi, terdapat

cara-cara tertantu yang perlu dilakukan un-

tuk mengubahkan. Misal melalui vokalisi.

Dalam vokalisi, Athitya menggunakan

teknik :

Notasi 1 Pembentukan Timbre, Pola A

Huruf I ke A arahkan bunyinya ke I semua

dan A nya jangan gelap, samakan terang

seperti I, karna do ke sol jarak intervalnya

jauh maka dibutuhkan suport. Walaupun

karakter vokal tiap orang berbeda beda jika

sesama penyanyi melakukan hal yang sama,

bunyinya akan terdengar sama.

Notasi 2 Pembentukan Timbre, Pola B

Humming 4 ketuk lalu buka perlahan

menggunakan MA. Bunyikan secara terang

dan ringan rongga resonansi sangat diper-

lukan dalam vocalising ini.

b. FORMAN

Athitya menilai forman sebagai salah satu

elemen penting dalam paduan suara yang

merujuk pada terbentuknya resonansi pen-

yanyi.Hal ini dapat dilihat dari perkataanya

yang menyebutkan:

Efek bunyi yang kedepan ada arah

bunyinya dari penyanyinya untuk

membuka rongga yang kedepan dan

ke atas, dan bisa dikatakan itu reso-

nansi.

Selain itu Athitya berpendapat bahwa

perbedaan forman penyanyi solo dan pad-

uan suara berbeda. Hal ini dapat dilihat dari

perkataannya yang menyebutkan:

forman untuk penyanyi solo dan paduan

suara berbeda, penyanyi solo cenderung

menyesaikan akustik sendiri. Mungkin

dengan iringan, mungkin format kecil

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

5

dengan piano, jika sedang dengan cember,

jika format besar seperti opera otomatis

tekniknya kan beda, tuntutan tekniknya

berbeda. Sedangkan di paduan suara diara-

hkan ke rongga yang kedepan, rongga itu

kan resonansi, terus kalo paduan suara ya

karna kita harus bernyanyi dengan memper-

timbangkan aspek warna bunyi, jadi bunyi

formannya walaupun kedepan ya tetep me-

nyesuaikan mau sejauh apa, dan dia mau

sepenuh apa resonansinya.

Mengingat paduan suara membutuhkan

keseragaman bunyi, terdapat cara-

cara/teknik tertantu yang perlu dilakukan

untuk menyamakan pemahaman antar pen-

yanyi, sebagai contoh:

Notasi 3 menyamakan pemahaman penempatan

forman

c. VOWEL

Athitya menilai vowel sebagai bagian ele-

men yang sangat penting dalam paduan

suara yang merujuk pada terbentuknya hu-

ruf vokal dan konsonan.Hal ini dapat dilihat

dari perkataanya yang menyebutkan:

Sebenernya kita menyanyi itu

menyanyikan huruf vokal dan ga

mungkin kita nyanyi huruf konsonan.

Intinya kalo kita menyanyi ya huruf

vokal harus jadi /benar dulu.

Selain itu Athitya berpendapat bahwa da-

lam paduan suara harus menyamakan pem-

ahaman huruf vokal dan mau dibentuk sep-

erti apa. Hal ini dapat dilihat dari per-

kataannya yang menyebutkan:

Menyamakan permasalahan bahasa dan

logat, kalo di paduan suara permasalahan

bahasa, misalnya orang batak bilang e’ tapi

kalo lagunya bilang harus e, ya dia harus

menyesuaikan bahwa itu e, bukan e’ jadi

fungsi vowel dalam paduan suara untuk

menyamakan pemahaman huruf dan harus

sesuai dengan partitur/lagu.

Mengingat paduan suara membutuhkan

keseragaman bunyi, terdapat cara-cara ter-

tentu yang perlu dilakukan untuk mengu-

bahkan. Misal melalui vokalisi. Dalam voka-

lisi, Athitya menggunakan teknik :

Notasi 4 menyamakan pemahaman huruf vokal,

Pola A

Notasi 5 menyamakan pemahaman huruf vokal,

Pola B

Notasi 6 menyamakan pemahaman huruf vokal,

Pola C

Pengucapan huruf konsonan harus cepat

dan jelas, imajinasikan bunyi suara diara-

hkan ke gigi atas depan dan pengunaan su-

port, fokus, placemen sangat diperlukan un-

tuk menjangkau interval yang jauh. Nyan-

yikan dengan terang dan ringan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

6

d. VIBRA

Athitya menilai vibra tidak terlalu

penting dalam paduan suara dibanding

dengan penyanyi solo.Hal ini dapat dilihat

dari perkataanya yang menyebutkan:

Fungsi vibra solois dengan paduan

suara berbeda. Vibra yang sering dipakai di

solo vokal itu tidak kita pakai di paduan

suara,vibra penyanyi solo itu wajib ber-

fungsi untuk memperkokoh bunyi dan un-

tuk memperindah bunyi agar bunyinya itu

tersusten dengan baik dan tidak turun,

kemudian dia bisa mensuport nada panjang.

Di paduan suara fungsinya hanya untuk

supaya bunyinya lebih solid, malah bukan

melemahkan frequensi tapi membuat itu

lebih solid. Tetapi jarang sekali paduuan

suara memakai vibra, kecuali ada lagu yang

dituntut untuk ada vibrato disitu, kalo

melodinya menuntut kita ada vibrato ya kita

kasih, kalo enggak ya lebih baik tidak

digunakan

2. Akustik

a. Formasi

Menurut Athitya formasi paduan

suara merupakan bagian elemen yang pent-

ing dalam paduan suara yang merujuk pada

kebutuhan bunyi lagu. Hal ini dapat dilihat

dari perkataanya yang menyebutkan:

Formasi dalam paduan suara sesuai

dengan kebutuhan lagu. Contoh misalnya

homofone dengan tidak ada suara yang ha-

rus ditonjolkan sebagai melodi ya itu

ngaturnya biasa aja SATB, kemudian per-

timbangan kususnya lagi misalnya untuk

bunyi yang lebih penuh formasinya acak,

tetapi lihat dulu kemampuan penyanyi juga,

kalo penyanyinya sudah mampu untuk

dilepas ya gapapa formasi acak. Kalo misal-

nya, tenor bass banyak pegang peranan di

lagu itu ya tenor bassnya saya taruh depan,

sedangkan sopran altonya di samping-

samping, itu untuk formasi yang SATB, kalo

formasi penyanyi itu dilihat dari kemampu-

an, dari bunyinya dia juga, biasanya yang

bunyinya kuat itu harus di belakang, terus

kemudian harus di selang seling dengan

yang masih kurang bunyinya, solanya kalo

keras sama keras kalo di dempetin malah

saling melemahkan, jadi biasanya keras,

lemah, keras, lemah gitu. Dan biasanya kalo

ini suaranya tebal, yang ini tipis, yang ini

terang, biasanya saya atur yang terang dulu,

tebal baru tipis gitu, pertimbangannya biar

yang terang ini mempengaruhi yang tebal

ini supaya dia tebal taapi terang, nah yang

tipis ini biar dia bisa tebal dulu.

Formasi yang diterapkan Athitya da-

lam konser Voice in December #6 hampir ber-

ganti-ganti setiap lagu satu kelagu beri-

kutnya, hal ini bisa dilihat dengan contoh

gambar sebagai berikut :

1)

Gambar1. Formasi SATB

(sumber: Tri Setyo M )

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

7

Contoh gambar 1 tersebut menunjukan for-

masi SATB. Menurut Athitya formasi SATB

ini digunakan jika karya/bunyi homofone

dan tidak ada suara yang harus ditonjolkan.

Jika sebuah seksi suara dituntut untuk

menyanyikan banyaak melodi utama, seksi

tersebut akan ditempatkan ditengah. Jika

tenor bass banyak memegang peranan di

lagu tersebut maka tenor bass akan taruh

barisan depan, sedangkan sopran alto di

samping, untuk formasi SATB

2.

Gambar2. Formasi acak

(sumber: Tri Setyo M )

Contoh gambar 2 berikut menujukan forma-

si acak, untuk formasi ini ketika dibutuhkan

bunyi yang lebih penuh.

3.

Gambar3. Formasi individu penyanyi

(sumber: Tri Setyo M )

Contoh gambar 3 menunjukkan for-

masi berdasarkan kemampuan dan karakter

bunyi penyanyi. Biasanya yang bunyinya

kuat itu harus dibelakang, kemudian harus

diselang-seling dengan yang masih kurang

bunyinya, jika keras sama keras kalo

didempetin malah akan saling melemahkan,

jadi biasanya keras, lemah, keras, lemah dan

perbedaan suara tebal, tipis, terang akandi-

atur yang terang dulu, tebal baru tipis, per-

timbangannya biar yang terang ini

mempengaruhi yang tebal ini supaya dia

tebal tapi terang, nah yang tipis ini biar dia

bisa tebal terlebih dahulu.

b. Proporsi penyanyi

Athitya memiliki rumus untuk pro-

porsi penyanyi dalam paduan suara yang

merujuk pada teori harmoni sebagai acu-

an.Hal ini dapat dilihat dari perkataanya

yang menyebutkan:

perbandingannya biasanya memakai 3:2:2:3

misalnya sopran 6, alto 4, tenor 4,bass 6. Jadi

sopran dengan bass itu harus lebih banyak

dari pada alto dengan tenor. Karena bi-

asanya dari komposisi bunyikan melodi

utamanya selalu di sopran, sedangkan bass

sebagai landasannya, nah bass harus kuat

dulu, karna biasanya gampangannya kalo

misalnya didalam teori harmoni bassnya

pegang rutt,soprannya pegang melodi, nah

alto dengan tenor kan hanya mengisi di tiga,

sebenernya tiga itu kan ga boleh didobel

seperti teori harmoni, nah jadi itu jangan

terlalu penuh di alto sama tenor.

c. Penjarakan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

8

Athitya menilai jarak antar penyanyi

dilihat dari tingkat kenyamanan penyanyi

dan biasanya hanya sebagai pertimbangan

mengatur jarak produksi bunyi pada saat

digedung konser ataupun kompetisi. Hal ini

dapat dilihat dari perkataannya yang me-

nyebutkan :

Dengan bernyanyi mepet kita bisa saling

merasakan dorong nafas satu sama lain, tapi

disisi lain itu juga pengaruh ke bunyi, kita

jadi ga bebas, makanya ada yang nyaman

dengan posisi yang berjauhan selama dia

masih tetap bisa mendengar sebelahnya, ta-

pi dilihat segi akustik gedungnya juga, kalo

memang akustik gedungnya meminta pen-

yanyi itu harus agak berjauhan jaraknya

karna produksi bunyinya akan lebih baik

kalau seperti itu ya mau apalagi, ya kita ha-

rus menata penyanyi dengan jarak yang ber-

jauhan, kalo gedungnya susah dan

menuntut penyanyi untuk berdekatan ya

kita harus ngumpulin penyanyi di ten-

gah,supaya bunyinya bisa lebih satu. Per-

timbangan saya mengatur jarak adalah lebih

ke produksi bunyi pada saat digedung

konser ataupun kompetisi. Dan ketika di

gedung konser ya kita butuh penyesuaian

yang cepat.

Penutup

Berdasarkan paparan dan analisis data, Vo-

calista Harmonic Choir berupaya mencapai

blending melalui beberapa strategi meliputi

penyesuaian timbre yang di ditempuh

dengan menyamakan bunyi warna/karakter

suara yang akan diinginkan, baik terang,

gelap maupun ringandengan cara

menyamakan pemahaman penyanyi untuk

membentuk timbre dan melakukan usaha

yang sama (kalo dibikin terang ya terang

semua) dimana paduan suara membutuh-

kan keseragaman bunyi. Selanjutnya vowel

yang merujuk pada terbentuknya huruf

vokal dan konsonan yang baik, penyanyi

harus menyamakancara pemahaman huruf

vokal, kosonan dan mau dibentuk seperti

apa, cara membentuknya harus sama antar

penyanyi, agar sesuai dengan yang diminta

partitur. Selain pembentukan timbre dan

vowel, penempatan Forman yang merujuk

terbentuknya rongga resonansi, penyanyi

harus menyamakan arah resonansi seperti

bunyi yang kedepan dan ada arah bunyinya

dari penyanyinya untuk membuka rongga

yang kedepan dan ke atas, semua penyanyi

harus melakukan cara yang sama dalam

penempatan arah forman. Selanjutnya per-

lakuan vibra di dalam Vocalista Harmonic

Choir tidak dipakai, hal ini menghindari dari

munculnya solois solois jika menggunakan

vibra. Formasi dan Pengaturan jarak usaha

Vocalista Harmonic Choir untuk mencapai

blending.

Beberapa usaha Formasi, Pengaturan

jarak yang berhubungan dengan akustik ju-

ga dilakukan Vocalista Harmonic Choir

dengan merubah formasi untuk kebutuhan

bunyi lagu, dimana berhubungan erat

dengan timbre dan mempertimbangkan

sesuai dengan kebutuhan lagu, untuk bunyi

yang lebih penuh akan di atur secara acak,

jika terdapat bagian yang menonjol maka

kelompok suara itu akan ditempatkan di

tengah, untuk suara yang keras diletakan

dibelakang dengan cara di selang seling an-

tara keras, lemah, keras, lemah. Jika tidak

ada yang harus ditonjolkan pada lagu VHC

akan melakukan formasi seperti biasa

(SATB). Perlakuan formasi per individu ju-

gaditerapkan pelatih agar disusun sesuai

warna suara dari terang, tebal lalu

tipismempertimbangkan agar yang terang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

9

ini mempengaruhi yang tebal, ini supaya

dia tebal tapi terlihat terang, yang tipis ini

agar bisa tebal terlebih dahulu, itu semu-

aagar bunyi yang dihasilkan sesuai dengan

keinginan pelatih yaitu suara/bunyi yang

terang dari sopran, alto, tenor maupun bass.

Jika dibandingkan dengan konsep blending

pada tulisan Ekhlom Blending dapat dicapai

dengan dua cara yakni penyesuaian teknik

vokal (Daffern, 2017; Ekholm, 2000; Good-

win, 1980; Mann, 2014) dan melalui aspek

akustik seperti pengaturan formasi dan ja-

rak antar penyanyi (Daugherty, 2003;

Ekholm, 2000). Penentuan formasi dan jarak

antar penyanyi adalah siasat yang sering

dilakukan konduktor untuk mencapai hasil

bunyi yang lebih dikehendaki secara akus-

tik. Namun, penyesuaian teknik bernyanyi

adalah aspek yang perlu dia pahami baik

oleh konduktor dan penyanyi terutama bagi

yang berlatar belakang solois.Dengan

demikian usaha Athitya selaku pelatih pad-

uan suara Vocalista Harmonic Choir sejalan

dengan penjelasan Ekhlom bahwa Athitya

melakukan penyesuaian teknik vokal dan

penggunaan formasi dan pengaturan jarak

untuk mencapai sebuah blending dalam

paduan suara. Selain itu jika dibandingkan

dengan (Backer, 2014 hal-27) yang menjelas-

kan sebuah blending tidak berjalan dengan

baik dalam sebuah paduan suara, antara

lain bentuk huruf vokal, kualitas nada atau

intonasi, timbre (warna suara) dan ruang

resonansi yang digunakan oleh penyanyi

tidak sama. (Backer, 2014 hal-27). Dengan

demikian usaha Athitya selaku pelatih pad-

uan suara Vocalista Harmonic Choir sama

dengan penjelasan Backer, dimana Athitya

berusaha menyamakan timbre dan vowel

(huruf vokal) dengan cara vokalising.

Berdasarkan uraian data, analisis,

dan pembahasan sebelumnya serta mengacu

pada teori yang diuraikan di bab dua, dapat

ditarik kesimpulan faktor-faktor yang me-

mengaruhi blending pada paduan suara

meliputi timbre, vowel, forman, vibra, formasi,

dan penjarakan (spacing). Sedangkan teknik

pembentukan blending di Vocalista Harmonic

Choir meliputi penyesuaian teknik bern-

yanyi, yang berfokus pada penyamaan tim-

bre, penyesuaian vowell, penempatan for-

man, dan penggunaan vibra yang dis-

esuaikan dengan arahan konduktor. Selain

penyesuaian teknik bernyanyi, Pencapaian

akustik juga di terapkan pada Vocalista Har-

monic Choir. Pencapaian akustik diperoleh

melalui variasi formasi dengan pertim-

bangan tuntutan lagu dan karakter pen-

yanyi, serta variasi penjarakan yang dis-

esuaikan dengan kondisi ruangan.

Referensi

Backer, Ph.D. (2O14) 5 key Concepts to improve your choir’s Blend Resonance and Balance, Southhern

Utah University, Utah Music Education Journal Spring, hal 27

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Casarow, Pattye (T.th). Achieving Better Choral Sound. Clearwater Christian College.

Chesnokov, P. G. (2010). The Choir and How to Direct It: A Handbook For Choral Conductors.

(J.C.Rommereim, Trans ). San Diego, Chalif:Musica Russica

Deffern, H (2017). Blend in Singing Ensamble Performance:Vibrato Production in a Vocal Quartet.

Journal of Voice. 31 (3), 23-29

https://doi.org/10.1016/j.jvoice.2016.09.007

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

10

Daugherty, J. (2003). Choir Spacing and Formation: Choral Sound Preferences in Random, Synergistic,

and Gender-Specific Chamber Choir Placements. International Journal of Research in Choral

Singing, 1(1), hal 48-59.

Daugherty, J. (1999). Choir Spacing and Formation: Choral Sound Preferences in Random, Synergistic,

and Gender-Specific Chamber Choir Placements. International Journal of Research in Music

Eduucation, 47 (3), hal. 224-238.http://www.jstr.org/stable/3345781

Decker, Harold A. & Julius Herford. (1988). Choral Conduting Symposium. New Jersey: Eng-

lewood Cliffs.

Ekholm E. (2000). The Effect of Singing Mode and Seating Arrangment on Choral Blend and Overall

Choral Sound. Journal of Rehersal in Music Education 48 (2). Hal 123-135 A-i

10.2307/3345571

Ford, J. Kevin (2003). Perferences for Strong or Weak Singer’s Formant Resonance in Choral Tone

Qualit.International Journal of Research in Choral Singing, 1(1), hal 29-47.

Hewitt, G. (1980). How to Sing. EMI Music Publising, London: Elm Tree Books

Jenny G. (2014) “How To Achieve Excellent Tone, Balance and Blend in Your Choir”. The Musicality

Podcast.https://www.musical-u.com/learn/how-to-achieve-excellent-tone-balance-and-blend-in-

your-choir

Khan & Averill (1994). Voice. Great Britain, London

Rahardjo, S. (1990) Teori Seni Vokal. Semarang: Media Wiyata.

Rumsey, M.A. (1951). The Voice. London: Gread Britain

Saptaria, Rikrik El. (2006). Acting Handbook: Panduan Praktis untuk film dan Teater. Bandung:

Rekayasa Sains.

Sublett, V.(2009).Vibrato or Nonvibrato in Solo and Choral Singing: Is There Room for Both?Journal of

Singing,65(3),311-312.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Swenson, Aida. (1994). “Membentuk Suara Paduan Suara”. Makalah Seminar dan Lokakarya Musik

Gerejani”.

Tim PML. (2009). Menjadi Dirigen II; Membentuk Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Tim PML. (2011). Menjadi Dirigen III; Membina Paduan Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Tjaroko, W. S. (1999). Diklat Mata Kuliah Direksi Koor. Yogyakarta: Jurusan Musik FSP ISI Yogya-

karta.

Yulius Istarto. (2012). Tesis Pembentukan Choral Sound. Bandung : Pasca Sarjana Universitas Pen-

didikan Indonesia .

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS …digilib.isi.ac.id/4209/6/jurnal.pdf2 Pengantar Blending sangat di perlukan dalam sebuah paduan suara, dan bisa dikatakan sebagai capaian

11

BLENDING DALAM PADUAN SUARA STUDI KASUS VOCALISTA HARMONIC CHOIR

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

JURNAL

Program Studi S-1 Pendidikan Musik

diajukan oleh: TRI SETYO MUTIARA

NIM 14100180132

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA Gasal 2018/2019

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta