blabla

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang melewatkan atau tidak menyadari akan adanya perubahan disekitarnya, seperti mengendari mobil atau motor seringkali kita tidak memperhatikan lampu lalu lintas berwana merah. Kemudian ketika kita memperhatikan iklan di televisi, terkadang kita tidak melihat tulisan kecil dibawah iklan tersebut. Hal-hal ini yang seringkali tidak kita perhatikan perubahannya, terkadang saat kita tidak memperhatikan perubahan objek, kita mengalami kesalahan persepsi. Jika seseorang mengalami kesalahan persepsi seperti pada saat si A memakai baju bunga-bunga kuning dan kerudung hijau, lalu keesokan harinya si A memakai baju yang sama tetapi dengan kerudung yang berbeda, lalu teman di sekitarnya tidak menyadari bahwa ia memakai baju yang sama seperti hari kemarin. Fenomena-fenomena tersebut dapat menjadi gambaran bahwa seseorang sering kali gagal dalam mendeteksi perubahan-perubahan suatu obyek yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi sejumlah temuan terbaru menunjukkan bahwa pengamat secara mengejutkan lambat dan sering gagal untuk mendeteksi perubahan pandangan dari kedua adegan baik alami dan buatan (Blackmore, Brelstaff, Nelson, & Troscianko, 1995; Grimes, 1996; McConkie & Currie, 1996; McConkie & Zola, 1979; O'Regan, Rensink, & Clark, 1996; Pashler, 1988; Rensink, O'Regan, & Clark, 1996; Simons, 1996; Tarr & Aginsky, 1996). Pengamat sangat sering tidak menyadari perubahan besar dalam lingkungan visual mereka sampai perhatian ditarik langsung ke objek- objek dan atau dimensi yang sedang berubah.Sejumlah studi persepsi baru-baru ini menunjukkan bahwa obyek atau peristiwa di bidang visual dapat mempengaruhi perilaku bahkan ketika benda-benda atau peristiwa yang tidak sadar terdeteksi oleh pengamat (Chen, 1998; Graves & Jones,

description

ya begomolah

Transcript of blabla

Page 1: blabla

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali orang melewatkan atau tidak menyadari akan adanya

perubahan disekitarnya, seperti mengendari mobil atau motor seringkali kita tidak memperhatikan lampu

lalu lintas berwana merah. Kemudian ketika kita memperhatikan iklan di televisi, terkadang kita tidak

melihat tulisan kecil dibawah iklan tersebut. Hal-hal ini yang seringkali tidak kita perhatikan

perubahannya, terkadang saat kita tidak memperhatikan perubahan objek, kita mengalami kesalahan

persepsi. Jika seseorang mengalami kesalahan persepsi seperti pada saat si A memakai baju bunga-bunga

kuning dan kerudung hijau, lalu keesokan harinya si A memakai baju yang sama tetapi dengan kerudung

yang berbeda, lalu teman di sekitarnya tidak menyadari bahwa ia memakai baju yang sama seperti hari

kemarin. Fenomena-fenomena tersebut dapat menjadi gambaran bahwa seseorang sering kali gagal dalam

mendeteksi perubahan-perubahan suatu obyek yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi sejumlah temuan

terbaru menunjukkan bahwa pengamat secara mengejutkan lambat dan sering gagal untuk mendeteksi

perubahan pandangan dari kedua adegan baik alami dan buatan (Blackmore, Brelstaff, Nelson, &

Troscianko, 1995; Grimes, 1996; McConkie & Currie, 1996; McConkie & Zola, 1979; O'Regan, Rensink,

& Clark, 1996; Pashler, 1988; Rensink, O'Regan, & Clark, 1996; Simons, 1996; Tarr & Aginsky, 1996).

Pengamat sangat sering tidak menyadari perubahan besar dalam lingkungan visual mereka

sampai perhatian ditarik langsung ke objek-objek dan atau dimensi yang sedang berubah.Sejumlah studi

persepsi baru-baru ini menunjukkan bahwa obyek atau peristiwa di bidang visual dapat mempengaruhi

perilaku bahkan ketika benda-benda atau peristiwa yang tidak sadar terdeteksi oleh pengamat (Chen,

1998; Graves & Jones, 1992; Kolb & Braun, 1995; Mack & Rock, 1998; McCormick, 1997; Moore &

Egeth, 1997).

Ada juga bukti bahwa rangsangan dapat diproses oleh sistem visual bahkan ketika kurangnya

kesadaran ini disebabkan oleh defisit perhatian daripada defisit visual, dengan kasus kelalaian sepihak.

Meskipun rangsangan disajikan kepada bidang visual diabaikan biasanya gagal untuk mencapai

kesadaran, rangsangan tersebut tetap dapat digunakan untuk segregasi figure–grounddan juga dapat

berkontribusi untuk ilusi geometris (Driver, Baylis, & Rafal, 1992; Ro & Rafal, 1996).

Page 2: blabla

Kesadaran ialah kemampuan individu untuk mengadakan relasi (hubungan) dan limitasi

hubungan itu dengan lingkungannya seperti yang tertangkap oleh panca inderanya. Terkadang

pancaindera memiliki keterbatasan dalam menangkap suatu informasi, sehingga informasi yang didapat

dipengaruhi oleh interpretasi objek melalui indera. Kesadaran merupakan keadaan seseorang di mana ia

tahu atau mengerti dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam

banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun maksud atau niat.

Informasi yang didapat orang tidak hanya dari lingkungan disekitarnya, tetapi juga dari beberapa

media massa, media massa mulai dari audio, visual hingga audio visual sangat mempengaruhi persepsi

seseorang terhadap objek, tetapi terkadang manusia tidak menyadari hal-hal yang tidak menarik bagi

dirinya.

Film adalah salah satu media audio visual. Film terdiri dari adegan-adegan baik alami maupun

buatan dan dibantu dengan audio untuk memperjelas adegan tersebut. Orang sering kali tidak menyadari

adegan-adegan yang tidak menarik, sehingga mereka lebih memperhatikan pada hal yang menarik

baginya.Media audio visual khususnya film bersuara memiliki karakteristik khusus yakni dapat

menggambarkan suatu proses, kejadian dan sebagainya, dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu,

penggambarannya bersifat tiga dimensional, suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada

gambar dalam bentuk eksperesi murni, kalau film tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek

yang diperagakan, dan dapat menggambarkan teori sains dan animasi.

Perubahan objek yang diperagakan dalam media audio visual (film) sering tidak kita sadari keberadaanya.

Inilah yang merupakan salah satu keterbatasan orang dalam menerima informasi. Dalam menerima

informasi orang yag tidak sadar sulit dalam mengidentifikasi perubahan objek, .

Latar belakang masalah dalam uraian diatas mendorong penulis unuk mengadakan eksperimen dengan

judul “Pengaruh Kesadaran terhadap Deteksi Perubahan Objek pada Media Audio Visual (film)”.

Studi ini dengan demikian merupakan suatu penelitian eksperimen (Experimental Research), yaitu

menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh kesadaran dalam mengindentifikasi perubahan objek pada

media audio visual (film).

Page 3: blabla

1.2  Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah terdapat kegagalan seseorang dalam mendeteksi perubahan objek pada media audio visual

(film)?

2. Bagaimana gambaran kegagalan seseorang dalam mendeteksi perubahan objek pada media audio visual

(film)?

3. Apakah terdapat pengaruh kesadaran (awareness) dalam deteksi perubahan?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi deteksi perubahan?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Mengenai pengaruh kesadaran terhadap deteksi perubahan objek pada media audio visual, adapun

definisi variabel-variabel yang terkandung dalam batasan permasalahan sebagai berikut:

1. Deteksi perubahan adalah proses visual yang terlibat dalam pertama kali melihat perubahan

dimana tidak hanya deteksi yang tepat (yaitu, pelaporan pengamat tentang keberadaan perubahan),

tetapi juga identifikasi (melaporkan perubahan apa itu) dan lokalisasi (pelaporan di mana itu).

2. Kesadaran adalah kemampuan individu untuk menyadari akan adanya perubahan dalam film yang

disajikan seperti halnya apa yang ditangkap oleh panca inderanya.

3. Sementara itu media audio visual (film) adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan

pesan informasi meliputi media yang dapat dilihat dan didengar yakni berbentuk film.

1.3.2 Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat kegagalan seseorang dalam mendeteksi perubahan objek pada media audio

visual (film)?

Page 4: blabla

2. Apakah terdapat pengaruh pengaruh kesadaran terhadap deteksi perubahan objek pada media audio

visual (film)?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kegagalan seseorang dalam

mengidentifikasi perubahan objek pada media audio visual (film). Selain itu kami juga ingin menguji

apakah pengaruh kesadaran terhadap deteksi perubahan objek pada media audio visual (film).

1.4.2 Manfaat penelitian

a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang psikologi kognitif.

b. Memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan aplikasi keilmuan psikologi dalam bidang

psikologi kognitif.

c. Menjadi bahan pemikiran bagi para praktisi maupun ahli pada permasalahan yang dibahas.

d. Mengurangi kesalahan persepsi terhadap perubahan suatu objek.

e. Memerikan informasi mengenai cara mengurangi kegagalan dalam mendeteksi perubahan.

f. Menjadi acuan dan referensi pembanding bagi penelitian lain.

g. Membuka wawasan mengenai pengaruh kesadaran terhadap deteksi perubahan objek pada media audio

visual (film)

Page 5: blabla

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini diawali

dengan pembahasan mengenai mengenai deteksi perubahan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan

kesadaran (awrenees) dan media audio visual disertai oleh hasil penelitian terdahulu dan juga hipotesis

penelitian.

2.1 Deteksi Perubahan Objek (Detect Change Object)

Deteksi perubahan adalah proses visual yang terlibat dalam pertama kali melihat perubahan dimana tidak

hanya deteksi yang tepat (yaitu, pelaporan pengamat tentang keberadaan perubahan), tetapi juga

identifikasi (melaporkan perubahan apa itu) dan lokalisasi (pelaporan di mana itu).

Kemampuan untuk mendeteksi perubahan sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya

melihat seseorang memasuki ruangan, pada saat mengemudi, atau perubahan pada teman disekitar kita.

Namun, meskipun deteksi perubahan sangat penting dalam hidup kita, telah terbukti bahwa deteksi

perubahan sulit untuk dipelajari. Namun, belakangan ini berbagai pendekatan mulai dilakukan untuk

mengetahui detail mengenai apa, bagaimana dan dipengaruhi oleh apa sajakah deteksi perubahan itu.

Istilah deteksi perubahan berkaitan terutama untuk proses visual yang terlibat dalam pertama kali melihat

perubahan. Deteksi perubahan mungkin dianggap proses yang cukup sederhana. Namun, penelitian

empiris telah berulang kali membuktikan hal yang sebaliknya bahwa deteksi perubahan adalah hal yang

sangat kompleks. Sebagai contoh, kita sebagai pengamat cenderung menyakini dapat mendeteksi setiap

perubahan di depan kita jika perubahan itu cukup besar (Levin et al. 2000). Namun, ini tidak selalu

begitu, berdasarkan berbagai kondisi tidak biasa kita bisa tidak menyadari adanya perubahan, gagal untuk

melihat perubahan bahkan ketika perubahan itu besar, bahkan dibuat berulang kali.

PENJELASAN DAN DEFINISI

Secara khusus, konsep perubahan mencoba untuk memperjelas perbedaan (dan hubungan) antara

perubahan, gerakan, dan perbedaan. Perbedaan ini diperiksa dari perspektif dari kedua deskripsi fisik dan

mekanisme persepsi.

Page 6: blabla

1. Perubahan vs Gerak (Change vs. Motion)

Kata perubahan umumnya mengacu ke suatu transformasi atau modifikasi dari sesuatu yang dari waktu

ke waktu. Dengan demikian, gagasan ini mengandalkan substansi tanpa perubahan (nonchanging) di

mana perubahan dikenakan. Lebih tepatnya, perubahan didefinisikan di sini sebagai transformasi dari

waktu ke waktu dari sebuah struktur yang jelas, abadi. Kompleksitas struktur tidak penting dimana dapat

berkisar dari partikel yang berbeda ke objek yang sangat diartikulasikan.

Dengan demikian, gerakan yang paling berguna didefinisikan sebagai variasi direferensikan ke lokasi,

sedangkan perubahan adalah direferensikan ke struktur. Sebagai contoh, gerak secara umum dapat

dijelaskan dalam hal derivatif yakni tidak ada struktur lokal lain yang diperlukan. Detektor gerak dapat

berada pada tahap awal pemrosesan visual, di mana representasi spasial memiliki kompleksitas minimal

(Hildreth & Koch 1987, Nakayama 1985). Sebaliknya, perubahan adalah dirujuk ke struktur tertentu yang

harus menjaga kontinuitas spatiotemporal, dan merupakan proses yang lebih canggih yang diperlukan.

2. Perubahan Dinamis vs Perubahan Komplit (Dynamic vs. Completed Change)

Perbedaan penting lainnya adalah bahwa antara deteksi perubahan dinamis (yaitu, melihat perubahan

dalam proses) dan deteksi perubahan komplit (yaitu, melihat bahwa sesuatu telah berubah). Secara luas,

perbedaan ini mencerminkan perbedaan antara present perfect tense progresif dan past tense.

3. Perubahan vs Perbedaan (Change vs. Difference)

Penting untuk membedakan antara perubahan dan perbedaan. Perubahan mengacu pada transformasi dari

waktu ke waktu dari struktur tunggal. Sebaliknya, perbedaan mengacu pada kurangnya kesamaan dalam

sifat-sifat dua struktur.

Konsep-konsep perubahan dan perbedaan memiliki beberapa elemen kesamaan. Keduanya dirujuk untuk

struktur, dengan sifat struktur yang penting. Dan keduanya bergantung pada gagasan kesamaan yang

diterapkan pada satu atau lebih dari sifat mereka.

Namun, kedua konsep tersebut tidak sama. Untuk mulai dengan, perubahan mengacu pada struktur

tunggal, perbedaan dua sruktur. Selanjutnya, perubahan melibatkan transformasi temporal, ukuran

kesamaan yang berkaitan dengan struktur yang sama pada titik-titik berbeda dalam waktu, ini adalah

sangat jelas dalam perubahan yang dinamis. Sebaliknya, perbedaan tidak melibatkan gagasan

Page 7: blabla

transformasi, dengan kesamaan didefinisikan bukan melalui perbandingan struktur temporal yang

mungkin atau mungkin tidak ada secara bersamaan. Akibatnya tampak menjadi suatu pemesanan yakni:

(a) perubahan dinamis, dengan transformasi yang dinamis dan kontinuitas spatiotemporal; (b) perubahan

komplit, dengan transformasi disimpulkan dan mungkin lebih abstrak semacam kontinuitas, dan (c)

perbedaan, dengan transformasi tidak ada (hanya perbandingan) dan tak ada kontinuitas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DETEKSI PERUBAHAN

Kesadaran

Kesadaran ialah kemampuan individu untuk mengadakan relasi (hubungan) dan limitasi hubungan itu

dengan lingkungannya seperti yang tertangkap oleh panca inderanya. Pengamat sering menemukan

kesulitan untuk secara sadar melihat perubahan tampilan visual dalam situasi di mana transien lokal

dikurangi atau dihapus (misalnya Phillips, 1974;. Rensink dkk, 1997). Meskipun pengamat mengharapkan

perubahan, tingkat deteksi eksplisit sangat miskin, jarang melebihi 50%.

Kontingensi Perubahan

Rancangan percobaan dari deteksi perubahan harus memastikan bahwa hasilnya bukan karena deteksi

gerak, dimana tujuannya bukanlah untuk menghilangkan deteksi gerakan langsung atau untuk mengubah

stimulus selalu disertai dengan variasi temporal dalam cahaya yang masuk.Sebaliknya, tujuannya adalah

untuk memisahkan output dari perubahan dan deteksi sistem gerak.Beberapa penelitian (misalnya, Brawn

& Snowden 1999, Castiello & Jeannerod 1991) upaya ini melalui pola temporal dari respon terhadap

perubahan mendadak. Lain-lain (misalnya, Seiffert & Cavanagh 1998) melihat bagaimana kinerja

dipengaruhi oleh berbagai jenis rangsangan. Namun, untuk sebagian besar, perubahan dan gerak telah

dipisahkan dengan membuat perubahan bergantung pada beberapa peristiwa.

Pengulangan Perubahan

Studi juga dapat dicirikan dengan jumlah perubahan dilakukan, ini kira-kira analog dengan durasi

presentasi statis dalam percobaan deteksi konvensional. Adapun eksperimen visual yang pada umumnya,

presentasi singkat dan diperpanjang adalah pendekatan komplementer, dengan kelemahan yang sebagian

besar dikompensasikan oleh kekuatan yang lain.

Page 8: blabla

Isi Tampilan

Dimensi lain adalah isi dari tampilan yang digunakan. Adapun rangsangan visual pada umumnya, ini

dapat berkisar dari angka statis sederhana pada monitor komputer untuk peristiwa dinamis di dunia itu

sendiri. Tingkat realisme yang digunakan mencerminkan pilihan trade-off tertentu: tampilan sederhana

mampu menampilkan lebih banyak kontrol dan biasanya memungkinkan hasil yang akan lebih mudah

dianalisis, sedangkan tampilan realistis melibatkan faktor yang lebih sulit untuk mengimbangi, tetapi

lebih berlaku untuk tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam semua kasus, sejumlah besar change

blindness terjadi bila lebih dari beberapa item yang hadir.

Penampilan dinamis seperti film juga memberikan tingkat realisme yang lebih besar (misalnya,Levin &

Simons 1997, Gysen et al. 2000, Wallis & B’ulthoff 2000). Pengamat umumnya memiliki kesulitan besar

untuk mendeteksi perubahan, terutama dalam objek tidak relevan dengan peristiwa-peristiwa utama

dalam presentasi. Perubahan benda bergerak tampaknya lebih mudah dideteksi daripada perubahan ke

obyek stasioner (Gysen dkk. 2000).

Interaksi kehidupan nyata menyediakan tingkat tertinggi realisme. Sebuah contoh dari hal ini adalah

usaha Simons & Levin (1998), di mana suatu eksperimen meminta petunjuk dari seorang pengamat tanpa

disadari, percobaan dengan saklar oklusi-kontingen yang terjadi selama interaksi. Seperti dalam kasus

teknik lain, pengamat miskin dalam melihat perubahan.

Wang & Simons (1999) memberikan contoh lain, dengan pengamat mendeteksi perubahan dalam tata

letak dari satu set objek dunia nyata. Perubahan yang lebih sulit untuk mendeteksi jika tata letak ini

diputar selama kesenjangan duniawi; menarik, kinerja lebih baik jika tata letak itu diputar sebaliknya, hal

ini menunjukkan kemungkinan keterlibatan sistem vestibular.

Isi Perubahan

Kebanyakan penelitian sampai saat ini berhati-hati untuk memastikan bahwa perubahan yang dibuat

untuk menampilkan tidak memperkenalkan perubahan radikal dalam penampilan secara keseluruhan.

Bahkan dengan kendala seperti itu, bagaimanapun, perubahan dapat dilakukan dalam banyak cara. Sulit

untuk membandingkan berbagai jenis perubahan dengan satu sama lain: Performa tergantung pada

besarnya perubahan (Carlson-Radvansky & Irwin 1999, Smilek dkk, 2000, Williams & Simons 2000.),

Dan tidak ada cara sederhana untuk menyamakan visibilitas yang berbeda jenis perubahan. Namun,

Page 9: blabla

banyak yang dapat dipelajari dengan meneliti bagaimana deteksi perubahan dipengaruhi oleh manipulasi

dalam setiap jenis perubahan.

Dari berbagai jenis perubahan, mungkin paling sederhana adalah bahwa dalam keberadaan item, yaitu,

penambahan atau penghapusan. Contoh dapat ditemukan dalam Rensink et al. (1997), Henderson &

Hollingworth (1999a), Aginsky & Tarr (2000), dan Mondy & Coltheart (2000).

Perubahan juga dapat dibuat untuk berbagai properti dari item; ini biasanya fitur sederhana seperti

orientasi, ukuran, bentuk, atau warna (Palmer 1988, Grimes 1996, Simons 1996, Scott-Brown & Orbach

1998). Tiga varian yang umum digunakan yaitu:

1. Perubahan ke item dengan properti yang unik di layar,

2. Perubahan untuk item dengan nilai non-unik

3. Saklar dalam sifat-sifat antara dua atau lebih item.

Perubahan properti juga bisa lebih komplek, misalnya disjungsi, di mana salah satu dari dua sifat yang

mungkin dapat berubah. Ini semudah mendeteksi perubahan properti tunggal, menunjukkan bahwa kedua

sifat ini bersamaan dikodekan (keberuntungan & Vogel 1997, Wheeler & Treisman 2001). Varian lain

adalah hubungannya, di mana semua item mengubah salah satu dari dua sifat, dengan target perubahan

dalam keduanya. Perubahan tersebut sangat sulit untuk mendeteksi, seperti tidak adanya perubahan antara

barang-barang berubah (Rensink 1999a, 2001).

Tipe lain dari perubahan adalah bahwa identitas semantik dari item dengan menata ulang bagian-

bagiannya, misalnya, atau dengan menggantikan item yang sama sekali berbeda. Contoh ini dapat

ditemukan dalam karya oleh Levin & Simons (1997), Zelinsky (1997), Archambault dkk. (1999), dan

Williams & Simons (2000). Terkait dengan ini adalah masalah bagaimana jenis perubahan terhubung ke

item yang berubah, misalnya mendeteksi perpindahan dari mobil sepanjang arah perjalanan (yaitu, bolak-

balik), versus perpindahan serupa samping.

Perubahan juga dapat dilakukan untuk pengaturan spasial (atau layout) dari item pada layar. Perawatan

harus diambil untuk menjaga jumlah item-dan-sifat mereka yang konstan untuk menghindari faktor-faktor

perancu. (Misalnya, menghapus item akan menghasilkan perubahan dalam tata letak, tetapi juga akan

mengakibatkan perubahan dalam keberadaan.)

Page 10: blabla

Intensi Observer

Dimensi lain yang penting adalah intensi (niat) pengamat. Niat mempengaruhi sejauh mana seorang

pengamat akan mengharapkan perubahan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi mekanisme yang

digunakan (lihat Simons & Mitroff 2001). Hal ini sangat penting untuk penyelidikan ke dalam mekanisme

yang terlibat dalam visi sehari-hari, yang biasanya tidak ditujukan untuk deteksi perubahan

diantisipasi. Pada salah satu ujung spektrum ini adalah pendekatan disengaja. Di sini, pengamat

sepenuhnya mengharapkan perubahan dan mencurahkan semua sumber daya yang tersedia untuk

mendeteksi hal itu, dengan demikian, ini adalah cara yang baik untuk memeriksa kapasitas persepsi.

Contoh dapat ditemukan dalam bekerja dengan Pollack (1972), Pashler (1988), Jiang dkk. (2000), dan

Wright dkk. (2000). Change blindness umumnya ditemukan di bawah kondisi ini, meskipun semua

sumber daya yang telah dialokasikan untuk tugas itu.

Atensi/ Perhatian

Hasil yang paling baru dapat dijelaskan dengan tesis bahwa fokus perhatian diperlukan untuk melihat

perubahan (Rensink dkk, 1997.). Perubahan di dunia ini selalu disertai oleh sinyal gerakan dalam input;

dalam keadaan normal, sinyal ini akan menjadi unik-atau setidaknya lebih besar dari kebisingan latar

belakang-dan dengan demikian menarik perhatian ke lokasi (Klein dkk, 1992). Hal ini pada gilirannya

akan memungkinkan perubahan yang akan terlihat. Namun, jika sinyal ini terlalu lemah (misalnya, dibuat

terlalu lambat atau dibanjiri oleh transien dikaitkan dengan saccade,flicker, atau percikan), tidak akan

menarik perhatian, dan change blindness akan terjadi.

Mengingat bahwa deteksi perubahan dimediasi oleh "perhatian," penting untuk menentukan dengan tepat

apa yang dimaksud dengan istilah ini, karena beberapa makna yang berbeda dapat berasal untuk itu (lihat

misalnya, Allport 1992). Secara khusus, penting untuk menentukan apakah deteksi perubahan dimediasi

oleh perhatian terfokus diyakini untuk mengikat bersama-sama fitur dalam persepsi penampilan statis

(misalnya, Treisman & Gormican 1988).

Change blindness berkurangi untuk item yang dianggap "menarik" (Rensink et al, 1997.), Dan dengan

isyarat eksogen di lokasi perubahan (Scholl 2000). Dalam kedua jenis situasi, maka, kinerja konsisten

dengan gambar perhatian terfokus. Akhirnya, tampak bahwa priming atensional terjadi di lokasi item

terlihat berubah, dan bahwa priming tersebut tidak terjadi ketika tidak ada pengalaman visual perubahan

Page 11: blabla

(Fernandez-Duque & Thornton 2000). Sekali lagi, ini mendukung pandangan bahwa kuantitas yang

relevan adalah memusatkan perhatian terlibat dalam persepsi menampilkan statis.

Cara kerja perhatian dalam mendeteksi perubahan yakni: Pertama, perhatian bisa membangun sejumlah

struktur yang relatif kompleks (misalnya, file-file objek dari Kahneman et al, 1992 atau bidang koherensi

dari Rensink 2000C.), Dengan kompleks kemudian menjadi dasar untuk deteksi perubahan. Atau,

perhatian mungkin hanya memungkinkan jumlah terbatas pada perbandingan jumlah terbatas informasi

efektif (Scott-Brown et al, 2000.). Beberapa hasil membantah kemungkinan ini yang terakhir. Pertama, ia

tidak dapat menjelaskan kegagalan untuk menggabungkan isi rinci dari fiksasi berturut-turut (Irwin 1991)

atau mengapa pencarian visual untuk item perubahan harus sulit (Rensink 2000b): Jika isi rinci dari

fiksasi berurutan atau menampilkan bisa akumulasi, yang khas Pola dibentuk dari ini harus mudah untuk

dideteksi.Kedua, ketika kedua menampilkan awal dan berubah disajikan untuk jangka waktu yang

semakin panjang, batas tercapai dalam jumlah item yang dapat dilihat untuk mengubah orientasi yang

lama (Rensink 2000b). Ini tidak akan terjadi jika penyimpanan yang terbatas, karena semua item yang

disimpan pada akhirnya akan dibandingkan, bahkan oleh mekanisme kapasitas terbatas.

Jika perhatian bentuk kompleks mampu mendukung deteksi perubahan, sebuah isu penting kemudian

bagaimana visual yang disimpan dalam memori jangka pendek (vSTM). Sebuah pandangan umum adalah

bahwa perhatian terfokus dan vSTM sebagian besar terpisah, dengan perhatian dan membangun kompleks

vSTM memelihara mereka. Namun, hasil pada deteksi perubahan mulai untuk mengubah gambar ini.

Hasil ini menunjukkan bahwa perhatian terfokus dan vSTM tumpang tindih lebih dari yang diyakini

sebelumnya, kesimpulan juga tiba di dari daerah lain studi (lihat misalnya, Cowan 1988). Memang, kedua

mungkin hanya aspek-aspek berbeda dari proses yang sama, dengan barang-barang yang diadakan di

sebuah kompleks koheren selama mereka hadir, tapi berantakan ketika perhatian ditarik (Wolfe 1999,

Rensink 2000C).

Beberapa studi (misalnya, Keberuntungan & Vogel 1997, Rensink 2000b) menunjukkan bahwa beberapa

item dapat diselenggarakan oleh perhatian pada satu waktu. Bagaimana kompleks terkait berhubungan

satu sama lain? Salah satu kemungkinan adalah bahwa setiap benar-benar independen dari yang lain

(Pylyshyn & Badai 1988). Atau, struktur tingkat yang lebih tinggi dapat menghambat apa yang dapat

dilakukan dengan mereka (Yantis 1992; Rensink 2000a, 2001).

Page 12: blabla

Hasil dari deteksi perubahan studi mendukung pandangan yang terakhir. Secara khusus, tampak bahwa

meskipun perhatian dapat berpegang pada 4-5 item pada suatu waktu, ada beberapa penyatuan sifat

mereka ke tempat pengumpulan tunggal, atau perhubungan (Rensink 1999a, 2000C).

Isu penting lainnya adalah isi dari sebuah atensional kompleks yakni jumlah fitur yang disertakan, jumlah

detail untuk masing-masing fitur, dll Penelitian sebelumnya (misalnya, Kahneman et al. 1992)

menunjukkan bahwa konten ini relatif jarang, dengan hanya segelintir fitur diwakili.

Perhatian mungkin tidak peduli dengan pembangunan tujuan umum representasi, melainkan, dengan

pembangunan representasi yang lebih khusus cocok untuk tugas di tangan. Tampak bahwa setidaknya

empat sifat-misalnya, orientasi, warna, ukuran, dan adanya kesenjangan-dapat secara bersamaan

direpresentasikan dalam sebuah kompleks (Keberuntungan & Vogel 1997).

2.2 Kesadaran (Awareness)

Kesadaran ialah kemampuan individu untuk mengadakan relasi (hubungan) dan limitasi hubungan itu

dengan lingkungannya seperti yang tertangkap oleh panca inderanya. Kesadaran yang normal disebut

“compos mentis”, namun kesadaran dapat merendah yang terjadi pada berbagai kondisi fisik lemah atau

sakit yag menyebabkan kesadar seperti (cloudy) somnolens, soporius, dan bahkan comateus.

Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti dengan jelas apa yang ada dalam

pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal,

gagasan ataupun maksud atau niat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesadaran adalah keinsafan; keadaan mengerti:akan

harga dirinya timbul krn ia diperlakukan secara tidak adil. Hal yg dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Kesadaran (conciouness) adalah kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa

dilingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan, dan

fisik( Solso, MacLin, MacLin, 2007). Kesadaran disini meliputi dua sisi yakni:

1. Kesadaran meliputi suatu pemahaman terhadap stimuli lingkungan sekitar, contohnya Anda mungkin

tiba-tiba meyadari sakit gigi, suara kicauan burung, perubahan pada film, atau rekognisi visual seorang

rekan lama.

Page 13: blabla

2. Kesadaran juga meliputi pengenalan seseorang akan peristiwa mentalnya sendiri, seperti yang

ditimbulkan oleh memori dan oleh kesadaran pribadi akan jati dirinya, sebagai contoh Anda mungkin

memikirkan nama burung yang Anda lihat, nomor telepon teman lama Anda.

Studi terhadap kesadaran telah betkembang melampaui debat-debat filosofis dan focus ilmiah yang

berpusat pasda ragam kondisi kesadaran. Karakteristik karakteristik utamakerangka kerja yang

meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of knowledge, dan Emotive. Selain itu terdapat pula

atribut sekunder yang tercakup dalam kerangka kerja ini, yaitu: novely, emergence, selectivity,

dan subjectivity ( Solso, MacLin, MacLin, 2007). Sementara itu studi mengenai deteksi perubahan

menunjukkan bahwa orang cenderung gagal untuk melihat perubahan.

Pengamat sangat sering tidak menyadari perubahan besar dalam lingkungan visual mereka sampai

perhatian ditarik langsung ke objek-objek dan atau dimensi yang sedang berubah.Sejumlah studi persepsi

baru-baru ini menunjukkan bahwa obyek atau peristiwa di bidang visual dapat mempengaruhi perilaku

bahkan ketika benda-benda atau peristiwa yang tidak sadar terdeteksi oleh pengamat (Chen, 1998; Graves

& Jones, 1992; Kolb & Braun, 1995; Mack & Rock, 1998; McCormick, 1997; Moore & Egeth, 1997).

Ada juga bukti bahwa rangsangan dapat diproses oleh sistem visual bahkan ketika kurangnya kesadaran

ini disebabkan oleh defisit perhatian daripada defisit visual, dengan kasus kelalaian sepihak. Meskipun

rangsangan disajikan kepada bidang visual diabaikan biasanya gagal untuk mencapai kesadaran,

rangsangan tersebut tetap dapat digunakan untuk segregasi figure–grounddan juga dapat berkontribusi

untuk ilusi geometris (Driver, Baylis, & Rafal, 1992; Ro & Rafal, 1996).

Pengamat sering menemukan kesulitan untuk secara sadar melihat perubahan tampilan visual dalam

situasi di mana transien lokal dikurangi atau dihapus (misalnya Phillips, 1974;. Rensink et al, 1997) .

Meskipun pengamat mengharapkan perubahan, tingkat deteksi eksplisit sangat miskin, jarang melebihi

50%.

2.3 Media Audio Visual (Film)

2.3.1Pengertian Media Audio Visual

Sebelum beranjak ke pengertian media audio visual maka terlebih dahulu kita mengetahui arti kata media

itu sendiri. Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

Page 14: blabla

jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau maksudnya sebagai perantara atau

alat menyampaikan sesuatu” (Salahudin,1986: 3).

Sejalan dengan pendapat di atas, AECT (Association For Education Communication Technology) dalam

Arsyad mendefinisikan bahwa “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan

informasi” (Arsyad, 2002:11).

“Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-

98).

Jadi, media audio visual adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan

informasi meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.

2.3.2 Bentuk-bentuk Media Audio Visual

Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi, baik dari segi

penggunaan, sifat bendanya, pengalaman, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan

jenisnya.

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk Media Audio Visual yang dapat

diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu:

1. Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada

umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.

2. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.

3. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board.

4. Media visual gerak contoh, film bisu

5. Media visual diam contoh mikrofon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan

sebagainya

6. Media seni gerak

7. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya

8. Media cetak contoh, televisi (Soedjarwono, 1997: 175).

Page 15: blabla

2.3.3 Film

Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah film bersuara dimana memiliki

karakteristik khusus yakni dapat menggambarkan suatu proses, kejadian dan sebagainya, dapat

menimbulkan kesan ruang dan waktu, pengamarannya bersifat tiga dimensional, suara yang dihasilkan

dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk eksperesi murni, kalau film tersebut berwarna akan

dapat menambah realita objek yang diperagakan, dan dapat menggambarkan teori sains dan animasi.

Perubahan objek yang diperagakan dalam media audio visual (film) sering tidak kita sadari keberadaanya.

Inilah yang merupakan salah satu keterbatasan orang dalam menerima informasi. Dalam menerima

informasi orang sulit dalam mengidentifikasi perubahan objek.

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita

seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau

tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik,

dan atau lainnya.

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema.

Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-

lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah

film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie =

grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat

melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera,

dan atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan

teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses

cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam,

sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan

pengembang (developer).

Page 16: blabla

2.5 Hipotesis

Untuk menguji hubungan kedua variabel yang akan diteliti dalam penelitian kali ini, maka akan diajukan

hipotesis atau pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang mengandung

implikasi-implikasi yang jelas (Kerlinger, 2000). Hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak Terdapat Pengaruh Kesadaran terhadap Deteksi Perubahan Objek pada Media Audio Visual

(film)

H1 : Terdapat Pengaruh Kesadaran terhadap Deteksi Perubahan Objek pada Media Audio Visual (film)

Page 17: blabla

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yakni analisa data

dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik. Data penelitian hanya akan diinterpretasikan

dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu pengukuran yang disamping valid dan reliabel, juga

objektif (Anzwar 2003).

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah within subject design atau disebut juga dengan

penelitian N-kecil, yang berarti dalam kelompok benar-benar homogen. Ada tiga tahap penelitian

eksperimental yang terlibat dalam desain within subject. Pertama, menciptakan garis dasar perilaku. Ini

dilakukan dengan mengukur perilaku dalam penyelidikan selama waktu tertentu. Kedua,

memberikan variabel bebas dan kemudian mengukur variable terikat yang muncul, serta memperhatikan

jika adanya perubahan. Ketiga, tidak memberikan variable bebas dan terus mengukur variable

terikat selama waktu tertentu.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel penelitian

Sutrisno dalam Arkunto (2006) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, dan gejala

tersebut adalah objek penelitian. Definisi variabel dalam penelitian ini adalah kesadaran dalam

mendeteksi perubahan objek, deteksi perubahan objek pada media audio visual. Variabel dibagi atas dua

macam. IV (Independent Variablel) adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut dengan variabel

bebas (X), DV (Dependent Variable) adalah variabel yang merupakan akibat atau disebut juga variabel

terikat (Y). Sedangkan SV (Secondary Variable) adalah variable yang ikut berpengaruh terhadap DV,

tetapi bukan variable yang dimanipulasi.

Page 18: blabla

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (IV) adalah kesadaran dalam mendeteksi perubahan

objek, sedangkan yang menjadi variabel terikat (DV) adalah deteksi perubahan objek pada media audio

visual

Sementara itu secondary variabel (SV) dalam penelitian ini adalah:

1. Atensi adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi

yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya.

2. Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.

3. Penglihatan yang normal adalah penglihatan yang normal yang tidak memiliki gangguan

penglihatan dan tidak mengganggu fungsi penglihatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Ronny (2004), populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dan suatu obyek yangmerupakan

perhatian peneliti. Populasi yang diambil adalah dengan kriteria sebagai berikut:

a. Populasi berdomisili di Jakarta dan sekitarnya

b. Seluruh mahasiswa-mahasiswi semester 1 tahun 2011 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data (Sukardi. 2005:54). Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa-mahasiswi semester 1 tahun 2011 Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan meggunakan teknik nonprobabilitas, yaitu teknik

sampel bertujuan atau purposive sample. Menurut Arikunto (2002), purposive sample dilakukan dengan

Page 19: blabla

cara mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya

tujuan tertentu. Karakteristik utama dalam penelitian ini yakni:

· Sampel yang digunakan adalah mahasiswa-mahasiswi Psikologi UIN Jakarta

· Tidak memiliki masalah penglihatan maupun pendengaran.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tingkat-tingkat atau urutan-urutan yang harus dikerjakan dalam suatu

penelitian (Hasan, 2002). Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Merumuskan masalah yang akan diteliti

b. Menentukan variabel yang akan diteliti, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan

gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian.

c. Menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian

d. Membuat panduan ekpserimen.

e. Menyiapkan alat perlengkapan yang dibutuhkan pada proses penelitian (laptop 14 inch,

software media pleyer clasic, headset, pulpen, dan lembar panduan ekperimen)

2. Tahap Pengambilan Data

a. Menentukan populasi dan sampel yang dibutuhkan

b. Calon responden didapat dengan cara mendatangi mereka kedalam kelas mereka pada saat jam

istirahat

c. Untuk mengetahui apakah calon responden termasuk kedalam karakteristik sampel penelitian,

maka ditanyakan terlebih dahulu apakah mereka memiliki gangguan terhadap penglihatan

atau tidak. Karena dalam penelitian ini menggunakan media yang berupa audio visual.

Page 20: blabla

d. Jika calon responden masuk ke dalam karakteristik sampel penelitian, maka dimintai

kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelelitian ini.

e. Mengulangi langkah yang sama pada nomor 1 dan 2 hingga tercapai target jumlah responden

penelitian.

f. Setelah target terpenuhi, mak peneliti mengatur jadwal untuk melakukan eksperimen.

g. Pada saat penelitian responden diminta untuk menonton film (stimulus)

h. Setelah itu, peneliti menanyakan:

”Apakah anda melihat perubahan seperti adanya perubahan warna, benda, maupun aktor

dalam film tersebut?”

i. Jika responden menjawab iya maka, maka peneliti menelaah lebih jauh perubahan apa yang

dilihat oleh responden.

j. Selanjutnya peneliti memberitahukan bahwa dalam film tersebut terdapat perubahan.

k. Selanjutnya, responden diminta untuk menonton kembali film yang sama, dengan diberikan

instruksi untuk memperhatikan perubahan-perubahan dalam film tersebut.

l. Setelah itu peneliti menanyakan ”Perubahan-perubahan apa saja yang anda lihat dalam film

tersebut?”.

m. Terakhir ekperimenter menjelaskan bahwa eksprimen telah selesai dan responden

dipersilahkan untuk meninggalkan ruang eksperimen

3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan analisis data dengan menggunakan persentase untuk menguji hipotesis penelitian.

4. Tahap Pembahasan

a. Menginterpretasikan dan membahas hasil eksperimen berdasarkan teori

b. Menggunakan kesimpulan hasil penelitian dengan menperhitungkan data penunjang yang

diperoleh.

Page 21: blabla

Kontrol SV ( Secondary Variable )

Metode yang digunakan untuk mengontrol Secondary variabel (SV) adalah kosnstansi, yakni

menyamakan semua SV pada semua kelompok yakni sebagai berikut :

1. Mengkonstansikan atensi dalam penelitian ini dengan cara memberikan headset pada responden agar

responden fokus pada film yang ditampilkan.

2. Mengkonstansikan penglihatan yang normal bagi responden yang ikut serta dalam penelitian

eksperimen, dengan cara memilih responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan sebelum

pelaksanaan penelitian.

3. Menyamakan motivasi responden untuk ketersediaannya dalam mengikuti penelitian ini, misalnya

tidak adanya paksaan, tidak mengharapkan insentif dan faktor eksternal lainnya.

3.5 Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan proses Tanya jawab yang dilakukan langsung antara

pewawancara dengan responden. Menurut Donald Ary dkk seperti dikutip Yatim Riyanto,wawancara itu

bisa dibagi menjadi dua jenis.

Pertama, jenis wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan dan alternative jawabannya

sudah disediakan oleh pewawancara. Kedua, wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang lebih

bersifat informal. Dalam wawancara yang pertanyaannya tidak dipersiapkan dengan kaku ini informan

atau responden diberi kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka

hati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dimana telah disipakan

draft wawancara sebelumnya.

Adapun petanyaan yang ditanyakan adalah sebagai berikut:

”Apakah anda melihat perubahan seperti adanya perubahan warna, benda, maupun aktor dalam film

tersebut?”

Page 22: blabla

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Hasan (2006: 24), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan caracara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan

mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah

untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001: 128). Teknik pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan penghitungan manual untuk mendapatkan hasil persentase.

Analisis Data menurut Hasan (2006: 29) adalah memperkirakan atau dengan menentukan besarnya

pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya,

serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai

variabel. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil

kuesioner dan bantuan wawancara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Deskriptif Persentase. Deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah

responden dikali 100 persen, seperti dikemukan Sudjana (2001: 129) adalah sebagai berikut:

P= F X 100 %n

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi

N : Jumlah responde

100% : Bilangan tetap

Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengkoreksi jawaban hasil wawancara dari responden

b. Menghitung frekuensi jawaban responden

c. Jumlah responden keseluruhan adalah 30 orang

d. Masukkan ke dalam rumus.

Page 23: blabla

DAFTAR PUSTAKA

Buku

· Duque, Diego Fermandez dan Ian M. Thornton. 2007. Change Detection Without Awareness: Do

Explicit Reports Underestimate the Representation of Change in the Visual System. Visual Cognition,

7 : 323-344.

· Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. (1991). Yogyakarta: Andi Offset.

· Hollingworth, Andrew, dkk. 2001. Change detection in the flicker paradigm: The role of fixation

position within the scene. Memory & Cognition 2001, 29 (2), 296-304.

· Kenneth C Scott dan Harry S Orback. 1998. Contrast Discrimination, non-uniform patterns and Change

Blindness. The Royal Society: UK.

· Levin, Daniel T. dan Daniel J. Simons. 1997. Failure to Detect Changes to Attended Objects in Motion

Pictures. Psychonomic Bulletin & Review 1997, 4 (4), 501-506:

· Marr D. (1982). Vision “is a process that produces from images of the external world adescription that

is useful to the viewer and not cluttered with irrelevant information.”. WH Freeman and Co, New

York.

· Most, Steven B, dkk. 2001 How Not To Be Seen: The Contribution of Similarity and Selective Ignoring

to Sustained Inattentional Blindness. Psychological Science Vol. 12, No. 1, January 2001.

· Rensink, Ronald A. 2002. Change Detection. University of British Columbia: Canada.

· Rensink Ronald A, O’Regan JK, Clark JJ. 1997. To See or Not To See: The Need for Attention to

Perceive Changes in Scenes. Psychological Science, 8 : 36 -373.

· Rensink, Ronald A. 2000. When Good Observers Go Bad: Change Blindness, Inattentional Blindness,

and Visual Experience. University of British Columbia: Canada.