Bite Mark Analysis

21
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Aplikasi ilmu forensik dalam membantu proses penyidikan di bidang hukum tidak hanya menggunakan ilmu kedokteran namun juga menggunakan ilmu kedokteran gigi. Forensik dengan ilmu kedokteran gigi disebut ilmu kedokteran gigi forensik. Pada forensik kedokteran gigi, digunakan rekam medis dental individu yang diperiksa, baik sebagai korban maupun tersangka, yang sangat membantu menentukan keputusan akhir dari kasus yang ada (Bowers, 2004). Perbandingan ciri-ciri khusus yang terdapat pada gigi asli maupun gigi palsu serta restorasi-restorasi gigi memungkinkan korban yang telah membusuk, terbakar, atau termutilasi dapat diindentifikasi sebagai individu spesifik. Identifikasi korban yang telah meninggal merupakan tugas yang paling sering dilakukan dokter gigi forensik namun bidang ilmu kedokteran gigi forensik yang paling menantang adalah analisis bitemarkmanusia atau hewan yang ditemukan pada kulit atau objek-objek pada tempat kejadian perkara. Perbandingan ciri-ciri unik yang ditemukan dengan ciri-ciri pada gigi tersangka dapat BITE MARK ANALYSIS | 1

description

deskripsi luka gigitan forensik

Transcript of Bite Mark Analysis

Page 1: Bite Mark Analysis

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Aplikasi ilmu forensik dalam membantu proses penyidikan di bidang hukum

tidak hanya menggunakan ilmu kedokteran namun juga menggunakan ilmu

kedokteran gigi. Forensik dengan ilmu kedokteran gigi disebut ilmu kedokteran gigi

forensik. Pada forensik kedokteran gigi, digunakan rekam medis dental individu yang

diperiksa, baik sebagai korban maupun tersangka, yang sangat membantu menentukan

keputusan akhir dari kasus yang ada (Bowers, 2004).

Perbandingan ciri-ciri khusus yang terdapat pada gigi asli maupun gigi palsu

serta restorasi-restorasi gigi memungkinkan korban yang telah membusuk, terbakar,

atau termutilasi dapat diindentifikasi sebagai individu spesifik. Identifikasi korban

yang telah meninggal merupakan tugas yang paling sering dilakukan dokter gigi

forensik namun bidang ilmu kedokteran gigi forensik yang paling menantang adalah

analisis bitemarkmanusia atau hewan yang ditemukan pada kulit atau objek-objek

pada tempat kejadian perkara. Perbandingan ciri-ciri unik yang ditemukan dengan

ciri-ciri pada gigi tersangka dapat mengungkapkan hubungan penting antara tersangka

dan korban.

Menurut William Eckert (1992), pola gigitan adalah bekas gigitan dari pelaku

yang tertera pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat

di bawah kulit sebagai pola akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku

melalui kulit korban.

Bite mark manusia umumnya tampak sebagai daerah kontusi atau abrasi

berbentuk bulat atau elips. Pada beberapa kasus, permukaan kulit dapat juga

mengalami laserasi atau potongan jaringan dapat terlepas seutuhnya. Analisis bite

mark manusia merupakan bagian ilmu kedokteran gigi forensik yang sulit karena

elastisitas kulit, lokasi anatomis, dan tekanan gigitan dapat menyebabkan berubahnya

penampakan bite mark.

BITE MARK ANALYSIS | 1

Page 2: Bite Mark Analysis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI GIGI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Gigi adalah tulang keras dan

kecil-kecil berwarna putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi dan

kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit.

Menurut Pearce (1979) dalam Yuwana (2010), sebuah gigi mempunyai

mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi, lehernya

dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang

sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa.

Gambar 1. Anatomi gigi manusia (potongan sagital)

Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Gigi Susu

Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9

bulan dan lengkap pada umur 2 – 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari

5 gigi pada setiap daerah rahang masing - masing adalah : 2 gigi

seri (incicivus),1 gigi taring (canninus), dan 2 gigi molar.

BITE MARK ANALYSIS | 2

Page 3: Bite Mark Analysis

2. Gigi Permanen

Gigi permanen berjumlah 28 – 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi

taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah

rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu. Antara umur 6 –

14 tahun 20 gigi susu diganti gigi permanen. Gigi molar 1 dan 2

mulai erupsi pada umur 6 – 12 tahun sedangkan gigi molar 3 mulai

erupsi pada umur 17 – 21 tahun.

2.2 DEFINISI BITE MARK

Bite mark adalah bekas gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit

korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit

sebagai pola akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui

kulit korban.

Pola gigitan mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang sangat

karakteristik yang meninggalkan pola gigitan pada jaringan ikat manusia baik

disebabkan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat

berbeda.

2.3 SEJARAH BITE MARK ANALYSIS

Dalam pertengkaran antara penyerang dan korban, ada kecenderungan

untuk gigi yang akan digunakan sebagai senjata. Kadang-kadang hanya taktik

defensif korban untuk menimbulkan cedera serius pada si penyerang misalnya

dalam serangan seksual, termasuk pembunuhan seksual, perkosaan dan

pelecehan seksual anak, para penyerang lebih sering menggigit korban

mereka. Hal ini dapat dilihat sebagai ekspresi dominasi, kemarahan dan

perilaku kebinatangan tidak banyak orang memiliki pandangan bahwa gigi

dapat menjadi senjata kekerasan sehingga identifikasi melaui bekas gigitan

jarang digunakan sampai pada tahun 1890 mulai diakui di kalangan ilmiah.

Sebuah perkembangan dalam penyelidikan bekas gigitan di AS dimulai

pada 1962 ketika diadakannya pelatihan khusus dalam forensik odontolgy di

Armed Forces Institute of Pathology (AFIP) di Washington DC. Kemudian

BITE MARK ANALYSIS | 3

Page 4: Bite Mark Analysis

pada tahun 1970, ilmu gigi forensik menjadi bagian sebuah departemen di

American Academy of Forensic Sciences (AAFS), dan diakui khusus dalam

ilmu forensik. Pada tahun 1976, American Board of odontologi Forensik

(ABFO) diselenggarakan. Ini merupakan langkah menuju profesionalisme di

bidang odontologi forensik.

2.4 KLASIFIKASI BITE MARK

Pola gigitan mempunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya

gigitan, pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas yaitu:

1. Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.

2. Kelas II : pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat

pola gigitan cusp bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp

lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.

3. Kelas III : pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II

yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka

gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

4. Kelas IV : pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di

bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola

gigitan irreguler.

5. Kelas V : pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan

insisive, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

6. Kelas VI : pola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh

gigitan dari rahang atas, rahang bawah, dan jaringan kulit serta jaringan

otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.

BITE MARK ANALYSIS | 4

Page 5: Bite Mark Analysis

Gambar 2. Klasifikasi Pola Gigitan

Menurut Kaur, dkk (2013), terdapat tujuh tipe pola gigitan, yaitu

sebagai berikut:

1. Haemorage = titik perdarahan kecil.

2. Abrasi = tidak ada bekas kerusakan kulit.

3. Luka memar = pembuluh darah putus, memar, biru, lebam.

4. Luka laserasi = tertusuk/sobek pada kulit.

5. Pengirisan = tusukan yang rapi pada kulit.

6. Avulsi = kulit terlepas.

7. Artifact = digigit hingga bagian tubuh menjadi terpotong.

BITE MARK ANALYSIS | 5

Page 6: Bite Mark Analysis

2.5 JENIS-JENIS BITE MARK

A. Pola Gigitan Manusia

Pola gigitan pada jaringan manusia sangatlah berbeda

tergantung organ tubuh mana yang terkena, apabial pola gigitan pelaku

seksual mempunyailokasi tertentu, pada penyiksaan anak mempunyai

pola gigitan pada bagian tubuh tertentu pula akan tetapi pada gigitan

yang dikenal sebagai child abuse maka pola gigitannya hampir semua

bagan tubuh.

1. Pola gigitan heteroseksual.

Pola gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar

lawan jenis dengan perkataan lain hubungan seksual antara pria

dan wanita terdapat penyimpangan yang sifatnya sedikit

melakukan penyiksaan yang menyebabkan lawan jenis sedikit

kesakitan atau menimbulkan rasa sakit.

a. Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir.

Pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan birahi

antara pria dan wanita.

b. Pola gigitan pada organ genital

Pola gigitan ini bila terjadi pada pria biasanya dilakukan

gigitan oleh orang yang dekat dengannya misalnya istrinya

atau teman selingkuhnyanya yang mengalami cemburu

buta.

c. Pola gigitan pada sekutar organ genital.

Pola gigitan ini terjadi akibat pelampiasan dari

pasangannya atau istrinya akibat cemburu buta yang

dilakukan pada waktu suaminya tertidur pulas setelah

melakukan hubungan seksual.

d. Pola gigitan pada mammae.

Pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan senggama

atau berhubungan intim dengan lawan jenis. Pola gigitan

ini baik disekitar papilla mammae dan lateral dari

mammae. Oleh karena mammae merupakan suato organ

tubuh setengah bulatan maka luka pola gigitan yang

BITE MARK ANALYSIS | 6

Page 7: Bite Mark Analysis

dominan adalah gigitan kaninus. Sedangkan pola gigitan

gigi seri terlihat sedikit atau hanya memar saja.

Gambar 3. Bite Mark yang ditemukan pada payudara

2. Pola gigitan pada penyikasaan anak.

Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di

sekeliling tubuh anak-anak atau balita yang dilakukan oleh

ibunya sendiri. Hal ini disebabkan oleh suatu aplikasi dari

pelampiasan gangguan psikis dari ibunya oleh karena

kenakalan anaknya atau kerewelan anaknya ataupun

kebandelan dari anaknya.

Gambar 4. Bite Mark yang ditemukan pada otopsi anak-anak

BITE MARK ANALYSIS | 7

Page 8: Bite Mark Analysis

Pola gigitan ini terjadi akibat faktor-faktor iri dan

dengki dari teman ibunya, atau ibu anak tetangganya oleh

karena anak tersebut lebih pandai, lebih lincah, lebih

komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan

pelampiasan dengan menggunakan gigitannya dari anak

tersebut. Hal ini terjadi dengan rencana oleh karena ditunggu

pada waktu korban tersebut melewati pinggir atau depan

rumahnya dan kemudian setelah melakukan gigitan itu, ibu

tersebut melarikan diri.Lokasi pola gigitan pada bagian tubuh

tertentu yaitu daerah punggung, bahu atas, leher.

B. Pola Gigitan Hewan

Pola gigitan hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari

penyerangan hewan peliharaan kepada korban yang tidak disukai oleh

hewan tersebut. Kejadian tersebut dapat terjadi tanpa instruksi dari

pemeliharanya atau dengan instruksi dari pemeliharanya. Beberapa

hewan yang menyerang korban karena instruksi dari pemeliharanya

biasanya berjenis herder atau doberman yang memang secara khusus

dipelihara pawang anjing di jajaran kepolisian untuk menangkap

pelaku atau tersangka. Pola gigitan hewan juga disebabkan sebagai

mekanisme pertahanan diri maupun sebagai pola penyerangan terhadap

mangsanya.

Gambar 5. Bite Mark yang ditimbulkan akibat gigitan lintah, kura-kura,

dan anjing (dari kiri ke kanan)

BITE MARK ANALYSIS | 8

Page 9: Bite Mark Analysis

2.6 IDENTIFIKASI BITE MARK

Bitemark merupakan pola yang dibuat oleh gigi pada kulit, makanan

atau substrat yang lembut tetapi dapat tertekan. Kebanyakan bitemark pada

bagian forensik adalah kontak antara gigi manusia dengan kulit dan analisis

memperlihatkan keunikan gigi yang tercatat secara akurat pada kulit.

Perempuan lebih sering digigit dibandingkan pada pria, dengan kebanyakan

gigitan terjadi pada payudara (33%) dan lengan (19%).

Gigitan biasanya tampak sebagai luka oval atau melingkar disertai

goresan, abrasi, kadang-kadang laserasi, indentasi, dan avulsi yang disebabkan

oleh gigi tertentu bisa tampak dipermukaan kulit.

Bekas gigitan menggambarkan bentuk susunan gigi dari seseorang.

Sering kali tampak sebagai bentuk busur ganda atau kadang goresan tidak

terpola. Paling sering bekas gigitan berasal dari enam gigi depan atas atau

enam gigi depan bawah, kadang juga terdapat juga bekas gigitan yang berasal

dari gigi geraham belakang.

Pada gigitan hewan (lebih besar dari pada serangan gigitan manusia)

mengakibatkan laserasi yang parah pada permukaan kulit bahkan

pengelupasan seluruh lapisan kulit. Papila mamma dan beberapa daerah atau

lokasi lain pada payudara, perut, bahu, hidung, telinga, dan jari sering menjadi

target gigitan manusia. Ekstremitas seperti kaki atau tungkai, lengan, dan

tangan sering menjadi serangan atau gigitan binatang.

Bekas gigitan akan terbentuk bila suatu benda keras (dalam hal ini

gigi) menekan benda yang lebih lunak (dalam hal ini kulit dan daging). Dalam

kasus bekas gigitan, gigi yang keras meninggalkan bekas berupa abrasi,

laserasi, dan indentasi atau luka trauma yang lain pada permukaan kulit yang

halus pada lokasi yang digigit.

Dalam investigasi, ciri utama atau karakteristik utama luka bekas

gigitan merupakan sumber atau alat identifikasi yang umum digunakan.

Menurut odontologi, bekas sirkuler atau melingkar di kulit yang terdiri dari

beberapa laserasi kecil dengan area pusat berupa ekimosis merupakan

karakteristik utama dari gigitan. Ciri ini berbeda dari kasus-kasus luka yang

diakibatkan oleh hal lain. Selain itu, ciri-ciri khusus dari suatu bekas gigitan

juga bisa menentukan bekas gigitan itu diakibatkan oleh karena gigitan anak

BITE MARK ANALYSIS | 9

Page 10: Bite Mark Analysis

atau orang dewasa, dengan membandingkan ukuran gigi, bentuk, dan lebar

dari busur gigi. Odontologi juga bisa membedakan dimensi dari goresan,

abrasi, dan laserasi sehingga dapat membantu membedakan bekas gigitan

tersebut merupakan gigitan manusia atau bukan.

Ciri, bentuk, atau anatomis dari gigi seperti patahan enamel, batas

gigitan yang tidak sesuai merupakan ciri susunan gigi perorangan yang bisa

dijadikan ciri gigi seseorang yang merupakan data berharga bagi odontologist.

Dengan demikian, jika informasi yang tersedia minimal, jenis luka atau pola

luka kadang tidak dapat diidentifikasi.

Ketika bekas gigitan ditemukan dan odontologist diminta untuk

melakukan pemeriksaan awal pada bekas gigitan tersebut biasanya yang

berwajib (pihak berwajib) menjadikannya sebagai bukti forensik penting.

Pemeriksaan awal pada bekas gigitan yang harus ditanyakan adalah sebagai

berikut:

1. Apakah luka tersebut merupakan bekas gigitan ?

2. Jika itu adalah gigitan, apakah gigitan tersebut disebabkan oleh gigitan

manusia ?

3. Apakah penampilan dari bekas gigitan sesuai dengan umur dari

tersangka yang dianggap melakukan kriminalitas atau kejahatan dan

waktu terjadinya ?

4. Apakah bekas gigitan tersebut menampakkan ciri khusus, unik,

individual, dari gigi penggigit tersebut ?

5. Dapatkah gambaran gigitan tersebut dibandingkan dengan bekas

gigitan tersangka lain yang diduga turut melakukan gigitan ?

Odontologi harus berhati-hati dalam menganalisa luka bekas

gigitan untk mendapatkan kesimpulan yang akurat sebagai bukti yang

membantu dalam pengadilan. Harus ada juga cukup data untuk

menegakkan dugaan terhadap bukti gigitan tersebut cocok atau sesuai

dengan keadaan fisik gigi seseorang.

Terdapat beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk menjaga

dan melindungi informasi dental forensik yaitu dengan melihat luka

tersebut sebagai bitemark yang potensial; melakukan swab saliva luka

BITE MARK ANALYSIS | 10

Page 11: Bite Mark Analysis

bekas gigitan, melakukan fotografi, membuat cetakan, dan dapat juga

dilakukan eksisi serta mengawetkan bitemark tersebut. Kejelasan dan

bentuk dari bitemark dapat berubah dalam waktu yang sangat singkat baik

pada korban yang masih hidup maupun korban mati. Fotografi dapat

dilakukan untuk mendokumentasikan bitemark karena fotografi

menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, tetapi fotografi memiliki

kekurangan karena menggambarkan objek tiga dimensi dalam film dua

dimensi.

Bekas gigitan dan luka memar dan berubah dalam beberapa waktu,

terutama pada korban hidup, tetapi juga terjadi pada korban mati, sehingga

penting untuk melakukan fotografi serial tiap interval waktu tertentu.

Interval 24 jam dalam periode 3-5 hari telah terbukti efektif untuk

merekam fenomena kematangan luka memar. Kegunaan fotografi ini

secara umum adalah merekam lokasi gigitan pada tubuh korban

sehubungan dengan letak anatomis.

Para ahli serologi memperkirakan bahwa 80-85% dari seluruh

populasi manusia, mensekresi agglutinin yang identik dengan golongan

darah ABO pada cairan tubuh mereka (saliva atau air liur, cairan

seminalis, air mata, keringat) sehingga dapat digunakan untuk menentukan

klasifikasi golongan darah ABO masing masing individu. Pada

penampilan luka yang meragukan, penemuan enzim amilase pada luka

dapat memastikan bahwa luka tersebut merupakan bekas gigitan. Sebagai

tambahan, penelitian terakhir menunjukkan bahwa saliva juga

mengandung sel sel epitel dari permukaan dalam bibir dan mukosa mulut,

serta leukosit dari cairan atau jaringan gusi. Sel-sel ini dapat menjadi

sumber bukti DNA.

Sebuah gigitan tidak akan terjadi tanpa meninggalkan jejak saliva

sehingga langkah pertama pengambilan bukti, sebelum tubuh korban

dibersihkan,adalah melakukan swab secara hati-hati pada area gigitan

dengan menggunakan kapas swab yang agak basah untuk mengambil

saliva dan atau sel-sel mukosa permukaan kulit. Sebelum melakukan swab,

BITE MARK ANALYSIS | 11

Page 12: Bite Mark Analysis

harus ditanyakan dahulu pada orang-orang di TKP apakah area luka

tersebut belum pernah dibersihkan, disentuh, atau diubah dengan cara

apapun.

American Board of Forensik Odontology (ABFO)

merekomendasikan untuk membuat cetakan pada daerah yang tergigit;

bahan cetakan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi dan harus

dipersiapkan berdasarkan instruksi pabrik. Bahan cetak yang biasa

digunakan adalah hidrokoloid dan light-body vinyl polysiloxane (VPS).

Polieter, dilaporkan memiliki keakuratan yang sangat baik, stabilitas

jangka panjangnya baik, good elastic recovery, dan resisten terhadap

basah. Hydrophilicity yang baik menjamin hasil cetakannya memiliki

detail reproduksi yang baik pada permukaan basah, termasuk daerah yang

sulit diakses.

Setelah foto, swab, den prosedur-prosedur lainnya telah dilakukan

pada korban, dokter gigi forensik harus pula membuat catatan detail

mengenai prosedur dan bahan yang digunakan bersama dengan batas

tanggal akhir berlakunya dan nomor seri pabrik yang membuatnya.

BITE MARK ANALYSIS | 12

Page 13: Bite Mark Analysis

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bite mark adalah bekas gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit korban

dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit sebagai pola

akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban.

Terdapat beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam proses menganalisa pola

gigitan yang juga berfungsi untuk menjaga dan melindungi informasi dental forensik

yaitu dengan melihat luka tersebut sebagai bitemark yang potensial; melakukan swab

saliva luka bekas gigitan, melakukan fotografi, membuat cetakan, dan dapat juga

dilakukan eksisi serta mengawetkan bitemark tersebut. Setelah semua prosedur telah

dilakukan pada korban, dokter gigi forensik harus pula membuat catatan detail

mengenai prosedur dan bahan yang digunakan bersama dengan batas tanggal akhir

berlakunya dan nomor seri pabrik yang membuatnya.

BITE MARK ANALYSIS | 13

Page 14: Bite Mark Analysis

DAFTAR PUSTAKA

Apriana, Ika, et al. 2013. Analisis Bitemark Serta Dental Print dan Adobe Photoshop

Software Untuk Memudahkan Identifikasi. Diakses di:

https://id.scribd.com/doc/154266217/BITE-MARK-SIDOARJOnew-docx,

pada 8 September 2015, pukul 15.00 WITA.

Kaur, Sandeep, et al. 2013. Oral Health and Dental Management, Volume 12, Issue 3:

Analysis and Identification of Bite Marks in Forensic Casework. Diunduh di:

http://www.omicsonline.com/open-access/2247-2452/2247-2452-12-500.pdf,

pada 7 September 2015, pukul 17.00 WITA.

Pretty, Iain. 2008. Forensic Dentistry: Bitemarks and Bite Injuries. Diunduh di:

http://www.forensic-dentistry.info/wp/wp-content/uploads/2010/05/3501048-

Dental-Update-Article-on-Bitemarks.pdf, pada 7 September 2015, pukul 17.00

WITA.

Yuwana, Christandi Prana. 2010. Makalah Anatomi Gigi. Diakses di

https://id.scribd.com/doc/42487664/MAKALAH-ANATOMI-GIGI, pada 8

September 2015, pukul 15.00 WITA.

BITE MARK ANALYSIS | 14