Bisnis oleh-oleh artis (2)

1
Adopsi resep dari luar Aneka jenis produk kue be- sutan para artis ini sejatinya tak punya akar historis yang pan- jang di lokasi mereka mendiri- kan usaha. Makanya, mereka lebih sering disebut sebagai kue kekinian. Kue yang ditawarkan adalah kue modern seperti bolu, cake, pastry, sampai resep pun kebanyakan mengadopsi ma- kanan khas dari luar negeri. Misalnya, strudel merupakan makanan asal Austria dan ba- klave yang berasal dari baklava khas Turki. Adopsi ini tentu bukan tanpa tujuan, agar kue yang disajikan belum pernah ada di pasar alias unik. Meski mengadopsi makanan dari luar, Irfan bilang saat mem- buat resep baklave dia dan tim- nya tetap melakukan penye- suaian rasa agar bisa diterima lidah masyarakat Indonesia. “Baklave diadaptasi dari Turki karena kue ini manis dan orang Makassar suka makanan ma- nis,” kata Irfan. Begitu juga dengan Strudel Malang, yang mengadopsi buah- buahan asal Indonesia, khusus- nya apel asal Malang sebagai andalannya. Wisnu bilang, pro- ses persiapan mulai dari menja- jal resep sampai keputusan mendirikan gerai memakan waktu sekitar tiga bulan. Selain menyesuaikan rasa agar diterima lidah masyarakat, Irfan bilang, bisnis kue oleh- oleh cukup unik dan menan- tang. Irfan yang sudah menjajal beragam bisnis ini tertarik ma- suk ke bisnis kue oleh-oleh ka- rena mendirikan bisnis oleh- oleh tak sekadar keluar modal lalu masuk ke daerah tersebut. “Karena kami kan membuka bisnis di daerah lain, jadi harus memahami budaya, masyara- katnya, dan banyak hal tentang kearifan lokalnya supaya dapat masuk dan diterima di daerah tersebut,” ujar bapak empat orang anak itu. Sementara sang pionir Ma- lang Strudel, saat ini sudah pu- nya enam outlet. “Karena kon- sepnya oleh-oleh khas daerah jadi ekspansi usaha masih di kota yang sama,” ujar Wisnu. Bahkan baru-baru ini, Malang Strudel membuka satu outlet besar di jalan Malang-Surabaya. Gerai ini menampung pengusa- ha kecil lokal untuk ikut menja- jakan produknya kepada para wisatawan yang datang ke kota Malang. Berhubung menjajakan ma- kanan, baik Irfan dan Wisnu pun sadar modal mereka seba- gai pesohor hanya untuk men- dongkrak popularitas bisnis. Sementara untuk bertahan, me- reka harus mengandalkan kua- litas rasa dan inovasi produk. Selain itu, konsep oleh-oleh te- rus mereka jaga dengan mela- kukan ekspansi di kota sama. Yuswohady, Pengamat Pema- saran melihat, kekuatan konsep bisnis seperti ini ada pada kon- ten, konteks, dan segmen pro- duknya yang menyasar orang yang ingin belanja oleh-oleh. Konten adalah kualitas produk, artinya produknya enak dan orang akan membelinya meski rasa penasaran terhadap artis sudah terbayar. Sementara konteks adalah proses pembaruan yang terus dilakukan di ranah marketing, bahwa produk ini sedang tren dan sebagainya. Produk oleh- oleh menyasar wisatawan, ka- rena segmen ini memiliki faktor impulsive buying. “Kalau orang dari luar melihat produk di kota yang dia kunjungi, mereka ter- tarik membeli walaupun tidak butuh,” kata dia. o Belakangan ini semakin banyak artis yang mulai menjadi pe- bisnis kuliner. Ada yang berkolaborasi, ada juga yang berbisnis sendiri. Tak bisa dipungkiri bahwa Teuku Wisnu dengan Malang Strudel-nya menjadi pionir di bisnis ini. Lalu diikuti dengan Dude Harlino di Yogyakarta. Tapi, siapakah orang di balik layar dari bisnis yang menggunakan artis namun tidak hanya sebagai brand ambassador ini? Menurut salah satu sumber KONTAN yang enggan disebutkan namanya, otak dibalik tren bisnis ini adalah Donny Kris Puriyono dan Denni Delyandri. Mereka berdua yang mengenalkan konsep bisnis dengan menggandeng artis sekaligus sebagai bagian dari bisnis itu sendiri. Donny merupakan pengusaha asal Malang. Sementara Denni adalah pengusaha asal Padang yang memang sudah menekuni bisnis oleh-oleh sejak tahun 2009. Bahkan dia dijuluki sebagai Raja Oleh-Oleh karena membuka toko oleh-oleh di berbagai kota, mulai dari Cake Pisang Villa di Batam dan melebarkan usahanya ke kota Pekanbaru dengan membuat produk bernama Viz Cake. Harian KONTAN juga pernah memuat Denni di rubrik Inspirasi, delapan tahun silam. Sayang, saat dikonfirmasi Donny tak mau berkomentar ba- nyak. “Semua berawal dari Malang Strudel dan sekarang diikuti banyak teman-teman artis lain,” ujar Donny merendah saat menjawab pesan singkat dari KONTAN (7/6). Sisanya, Donny dan Denni menyerahkan publikasi soal bisnis ini kepada sang artis untuk memberi pemaparan dan komentar kepada publik. Tentu, agar seolah-olah bisnis ini 100% murni milik artis-artis tersebut. Wisnu bilang, ada beberapa artis yang berkonsultasi padanya saat tertarik membuka bisnis serupa. “Ya, intinya kita saling ko- laborasi dan saling mendukung. Ini, kan, bisa bermanfaat untuk orang banyak membuka lapangan pekerjaan,” kata dia. o Mencari Sosok di Balik Bisnis Kuliner Artis Peta Bisnis Kuliner Artis Pulau Sulawesi Irfan Hakim Makassar Baklave Ricky Harun Bosang Arzeti Bilbina Pisjo Cake Pulau Kalimantan Glenn Alinski Lamington Pontianak Prilly Latuconsina Really Cake Khatulistiwa Andhika Pratama Balikpapan Paleo Pulau Sumatra Irwansyah Medan Napoleon Palembang Lamonde Dude Harlino Lapis Minang Nantigo Melly Goeslaw Just Cake Pekanbaru Sarwendah Jambi Jambe Sandra Dewi Queenroll Palembang Pulau Jawa Teuku Wisnu Malang Strudel Shireen Sungkar Bogor Raincake Laudya Cynthia Bella Bandung Makuta Nagita Slavina Gigi Eat Cake Depok Indra Bekti Cirebon Sultana Jessica Mila Solo Pluffy Dewi Sandra Wingkorolls Semarang Farah Quinn Queen Apple Malang Amy Qanita Bandung Kanaya Ruben Onsu Semarang Thal Cake Dude Harlino Jogja Scrummy Vidi Aldiano Surabaya Vidi Vini Vici Zaskia Mecca Mamahke Jogja Zaskia Sungkar Surabaya Snowcake Sumber: Riset dan Wawancara KONTAN 12 Juni - 18 Juni 2017 9

Transcript of Bisnis oleh-oleh artis (2)

Adopsi resep dari luar

Aneka jenis produk kue be-sutan para artis ini sejatinya tak punya akar historis yang pan-jang di lokasi mereka mendiri-kan usaha. Makanya, mereka lebih sering disebut sebagai kue kekinian. Kue yang ditawarkan adalah kue modern seperti bolu, cake, pastry, sampai resep pun kebanyakan mengadopsi ma-kanan khas dari luar negeri.

Misalnya, strudel merupakan makanan asal Austria dan ba-klave yang berasal dari baklava khas Turki. Adopsi ini tentu bukan tanpa tujuan, agar kue yang disajikan belum pernah ada di pasar alias unik.

Meski mengadopsi makanan dari luar, Irfan bilang saat mem-buat resep baklave dia dan tim-nya tetap melakukan penye-suaian rasa agar bisa diterima lidah masyarakat Indonesia. “Baklave diadaptasi dari Turki karena kue ini manis dan orang Makassar suka makanan ma-nis,” kata Irfan.

Begitu juga dengan Strudel Malang, yang mengadopsi buah-buahan asal Indonesia, khusus-nya apel asal Malang sebagai andalannya. Wisnu bilang, pro-

ses persiapan mulai dari menja-jal resep sampai keputusan mendirikan gerai memakan waktu sekitar tiga bulan.

Selain menyesuaikan rasa agar diterima lidah masyarakat, Irfan bilang, bisnis kue oleh-oleh cukup unik dan menan-tang. Irfan yang sudah menjajal beragam bisnis ini tertarik ma-suk ke bisnis kue oleh-oleh ka-rena mendirikan bisnis oleh-oleh tak sekadar keluar modal lalu masuk ke daerah tersebut.

“Karena kami kan membuka bisnis di daerah lain, jadi harus memahami budaya, masyara-katnya, dan banyak hal tentang kearifan lokalnya supaya dapat masuk dan diterima di daerah tersebut,” ujar bapak empat orang anak itu.

Sementara sang pionir Ma-lang Strudel, saat ini sudah pu-nya enam outlet. “Karena kon-sepnya oleh-oleh khas daerah jadi ekspansi usaha masih di kota yang sama,” ujar Wisnu.

Bahkan baru-baru ini, Malang Strudel membuka satu outlet besar di jalan Malang-Surabaya. Gerai ini menampung pengusa-ha kecil lokal untuk ikut menja-jakan produknya kepada para wisatawan yang datang ke kota

Malang.Berhubung menjajakan ma-

kanan, baik Irfan dan Wisnu pun sadar modal mereka seba-gai pesohor hanya untuk men-dongkrak popularitas bisnis. Sementara untuk bertahan, me-reka harus mengandalkan kua-litas rasa dan inovasi produk. Selain itu, konsep oleh-oleh te-rus mereka jaga dengan mela-kukan ekspansi di kota sama.

Yuswohady, Pengamat Pema-saran melihat, kekuatan konsep bisnis seperti ini ada pada kon-ten, konteks, dan segmen pro-duknya yang menyasar orang yang ingin belanja oleh-oleh. Konten adalah kualitas produk, artinya produknya enak dan orang akan membelinya meski rasa penasaran terhadap artis sudah terbayar.

Sementara konteks adalah proses pembaruan yang terus dilakukan di ranah marketing, bahwa produk ini sedang tren dan sebagainya. Produk oleh-oleh menyasar wisatawan, ka-rena segmen ini memiliki faktor impulsive buying. “Kalau orang dari luar melihat produk di kota yang dia kunjungi, mereka ter-tarik membeli walaupun tidak butuh,” kata dia. o

Belakangan ini semakin banyak artis yang mulai menjadi pe-bisnis kuliner. Ada yang berkolaborasi, ada juga yang berbisnis sendiri. Tak bisa dipungkiri bahwa Teuku Wisnu dengan Malang Strudel-nya menjadi pionir di bisnis ini. Lalu diikuti dengan Dude Harlino di Yogyakarta. Tapi, siapakah orang di balik layar dari bisnis yang menggunakan artis namun tidak hanya sebagai brand ambassador ini?

Menurut salah satu sumber KONTAN yang enggan disebutkan namanya, otak dibalik tren bisnis ini adalah Donny Kris Puriyono dan Denni Delyandri. Mereka berdua yang mengenalkan konsep bisnis dengan menggandeng artis sekaligus sebagai bagian dari bisnis itu sendiri.

Donny merupakan pengusaha asal Malang. Sementara Denni adalah pengusaha asal Padang yang memang sudah menekuni bisnis oleh-oleh sejak tahun 2009. Bahkan dia dijuluki sebagai Raja Oleh-Oleh karena membuka toko oleh-oleh di berbagai kota, mulai dari Cake Pisang Villa di Batam dan melebarkan usahanya ke kota Pekanbaru dengan membuat produk bernama Viz Cake. Harian KONTAN juga pernah memuat Denni di rubrik Inspirasi, delapan tahun silam.

Sayang, saat dikonfirmasi Donny tak mau berkomentar ba-nyak. “Semua berawal dari Malang Strudel dan sekarang diikuti banyak teman-teman artis lain,” ujar Donny merendah saat menjawab pesan singkat dari KONTAN (7/6).

Sisanya, Donny dan Denni menyerahkan publikasi soal bisnis ini kepada sang artis untuk memberi pemaparan dan komentar kepada publik. Tentu, agar seolah-olah bisnis ini 100% murni milik artis-artis tersebut.

Wisnu bilang, ada beberapa artis yang berkonsultasi padanya saat tertarik membuka bisnis serupa. “Ya, intinya kita saling ko-laborasi dan saling mendukung. Ini, kan, bisa bermanfaat untuk orang banyak membuka lapangan pekerjaan,” kata dia. o

Mencari Sosok di Balik Bisnis Kuliner Artis

Peta Bisnis Kuliner Artis

✿ Pulau SulawesiIrfan Hakim Makassar BaklaveRicky Harun BosangArzeti Bilbina Pisjo Cake

✿ Pulau KalimantanGlenn Alinski Lamington PontianakPrilly Latuconsina Really Cake KhatulistiwaAndhika Pratama Balikpapan Paleo

✿ Pulau SumatraIrwansyah Medan Napoleon

Palembang LamondeDude Harlino Lapis Minang NantigoMelly Goeslaw Just Cake PekanbaruSarwendah Jambi JambeSandra Dewi Queenroll Palembang

✿ Pulau JawaTeuku Wisnu Malang StrudelShireen Sungkar Bogor RaincakeLaudya Cynthia Bella Bandung MakutaNagita Slavina Gigi Eat Cake DepokIndra Bekti Cirebon SultanaJessica Mila Solo Pluffy

Dewi Sandra Wingkorolls SemarangFarah Quinn Queen Apple MalangAmy Qanita Bandung KanayaRuben Onsu Semarang Thal CakeDude Harlino Jogja ScrummyVidi Aldiano Surabaya Vidi Vini ViciZaskia Mecca Mamahke JogjaZaskia Sungkar Surabaya Snowcake

Sumber: Riset dan Wawancara KONTAN

12 Juni - 18 Juni 2017 9