BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

19
BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Relit Nur Edi, S. Ag., M. Ag. DISUSUN OLEH : NAMA : RIA WIDIANTI NPM: 14119214 KELAS E PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

Transcript of BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Page 1: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Makalah ini disusun guna memenuhi

Tugas Akhir Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :

Relit Nur Edi, S. Ag., M. Ag.

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIA WIDIANTI

NPM : 14119214

KELAS E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) JURAI SIWO METRO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Page 2: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

A. LATAR BELAKANG

Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua.

Mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua

terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita dejak kecil tanpa perhitungan

biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari

anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap

memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki macam-

macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah Allah

Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua. Dalam makalah ini,

pemakalah akan memaparkan tentang birrul walidain dan ‘uququl walidain.

B. PEMBAHASAN

1. Birrul Walidain

a) Pengertian Birrul Walidain

Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

“Al Birr adalah baiknya akhlaq“ (HR. Muslim). Birrul Walidain ( ب�ر� ال�د�ي�ن� (ال�و�merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak

kepada  kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan

dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak

beriman. Manakala wajibatul walid (kewajiban orang tua) adalah untuk

mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda

Nabi SAW.,  “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh

berbakti kepadanya”.1

b) Dalil tentang Birrul Walidain

ر� ڪ� ر� ٱ ن� أ ن� ر أ� أ�ا ن�ى ۥ ڪ� ڪ� ـ� أ� ن� أ� �� ن �ر أ� ـى أ� أ� ن�ا �ر أ� ۥ ڪ� ڪ�� ڪ ڪ� ر أ� أ! أ" ن� ر# أ$ ن% أ'ٲ ن) أ� ـ� أ( ن,+ن ر- ٱ أ�ا ر أ�. أ� أ� ڪ� ن� أ! ر% ٱ أ�ى أ% ن, أ/ ر# أ$ ن% أ'ٲ ن% أ� ن%ى

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS.

1 http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-kedua-ibu-bapa/

Page 3: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Luqman : 14). Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan

Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada

pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)2

c) Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran

Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat

istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang

sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang

sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam

proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan

perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik

anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan

besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan

mendidik anaknya, sehingga mampu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat

tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja,

kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang

untuk mendurhakainya.3

d) Keutamaan Birrul Walidain

1) ال�ة� ال� إ�ل�ى الله� ب�ع�د� الص� ب� ا�أل�ع�م� أ�ح� (amal yang paling dicintai disisi

Allah SWT setelah solat)

Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah

Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di

cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Solat tepat pada waktunya”. Kemudian

aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua

orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”.

(HR. Bukhari dan Muslim)

2 Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516.

3 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklak, (Yogyakarta: LPPI ,cet IX, 2007), hlm. 147-152.

Page 4: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Ini tidak berarti jika melakukan solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah

menafikan kewajiban birrul walidain kerana Rasulullah SAW pernah menolak

permohonan salah seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana masalah

hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan

beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan tersebut dahulu.

2) ة� الد�ع�و� اب� ت�ج� (doa mereka mustajab) م�س�

Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf di

tengah-tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu

kecil lalu ibunya seringkali berdoa agar Allah SWT memulihkan penglihatan

beliau. Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim

‘alaihissalam yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah telah

mengembalikan penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa.”

Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah

mengembalikan penglihatannya.4

Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa

sallam akan manjurnya do’a orang tua pada anaknya. Dari Anas bin

Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ر� ، ث�ال�ث� اف� د�ع�و�ة� ال�م�س� ائ�م� و� د�ع�و�ة� الص� و�

ال�د� ة� ال�و� د� د�ع�و� د�ع�و�ات0 ال� ت�ر�“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan

doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi)5

3) ة� م� ح� الر� و�ل� ن�ز� ب�ب� (sebab turunnya rahmat) س�

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin

rizkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya

ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4) Bukan berarti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas

4 Asy-Syifa` Ba’da Al-Maradhkarya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy sebagai yang dinukilnya dari kitab Hadyu as-Saary Fi Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany

5 HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797

Page 5: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Seorang anak tidak

akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya

sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)

5) Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih

dekat dari kedua orang tua ialah ibu)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang

kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah

aku harus berbakti pertama kali ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang

tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab,

’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!,

Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab,

Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim)

6) Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.

Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh

kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai

Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan orang

tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur

mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk surga.” (HR. Muslim)

7) Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.

Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

“Mahukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para sahabat

menjawab, “Tentu mahu, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau

bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.”

Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian

palsu.” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para

sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari dan Muslim)

e) Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Page 6: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

1) Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua

dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat

atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau

kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin

hubungan dengan baik.

2) Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan

santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan

keduanya, terlebih di usia senja.6

3) Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,

baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya.

Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.

4) Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum

berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua

terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.

5) Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan

kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

6) Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.

7) Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.

8) Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan

dengan cara antara lain:

Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya

Melunasi semua hutang-hutangnya

Melaksanakan wasiatnya

Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup

Memuliakan sahabat-sahabatnya

Mendoakannya.7

9) Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka

Inginkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang

laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi

6 Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,(Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006),hlm.378.

7 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,..hlm.152-156.

Page 7: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.”

(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Oleh sebab itu, hendaknya

seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan

keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah

berbuat baik kepadanya.

10) Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan

Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.

Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik

bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?” Laki-laki itu

menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti)

kepada keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari

Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)

11) Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang

Lain

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para

Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang

tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian

orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu

orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).8

f) Doa Anak untuk Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil

contoh dari ayat suci Al-Quran yaitu, doa Nabi Ibrahim AS ketika mengajukan

permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan

pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

Doa Nabi Ibrahim as dalam QS. Ibrahim: 41

8 http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-kedua-ibu-bapa/

Page 8: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

“Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian

orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24

“ ... dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

2. ‘Uququl Walidain ( �و�ق ع�ق� ال�د�ي�ن� (ال�و�

a) Pengertian ‘Uququl Walidain

Al- ‘uquuq (durhaka) adalah lawan kata dari al- birr (berbuat baik).

Ibnu al- Manzhur berkata: mendurhakai bapak artinya keluar dari ketaatan

kepadanya, mendurhakai orang tua berarti memutuskan hubungan dengan

mereka dan tidak menjalin kasih sayang kepada mereka” [Lisanul Arab10/256]

Ia juga berkata: “dan di dalam hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa

sallam melarang mendurhakai para ibu, dan al-‘ uquuq adalah lawan dari al-birr.

Makna asal kata al-uquuq adalah asy-syaqq ( membelah) dan al-qath’u

(memotong/memutuskan)” [Lisanul Arab 10/257].9

b) Celaan Untuk ‘Uququl Walidain

Uquuqul walidain merupakan satu dosa besar diantara daftar dosa

–dosa besar yang lain. Larangan uquuqul walidain menyertai larangan berbuat

syirik kepada Allah. Uququl Walidain dapat mengakibatkan turunnya adzab bagi

pelakunya di dunia, dan merupakan sebab tertolaknya amalan dan salah satu

sebab masuk neraka. Uquuqul walidain merupakan sikap pengingkaran terhadap

keutamaan dan kebaikan, semacam indikasi kedunguan hati dan bentuk

kebodohan perilaku serta gejala kekerdilan jiwa. Hal ini mengingat betapa

istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat

betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa

diganti dengan apapun.

Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-

macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel,

mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan

9 http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/

Page 9: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang

mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam QS. A-Israa:

23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu,

mengucapkan kata “uffin” dan menghardik (lebih-lebih lagi bila kedua orang tua

sudah berusia lanjut).10

c) Larangan ‘Uququl Walidain

Di dalam Al-Qur'an banyak disebut tentang hak-hak orangtua dan

perintah untuk berbakti kepada keduanya serta melarang mendurhakai mereka.

Allah ta’ala telah menempatkan hak orangtua setelah hak-Nya dalam banyak

ayat.

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya.Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-kali

kamu mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan

ucapakanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah

dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan"

ucapkanlah: “Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [QS. Al-Isra : 23-24]

Dan juga riwayat lain dari sahabat Abdullah bin Al ‘Ash Radiallahu anhu

dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Dosa-dosa

besar (diantaranya adalah): berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada

orangtua, membunuh jiwa dan sumpah palsu.” [Al Bukhari 6675].

d) Jenis – jenis ‘Uququl Walidain

Uquuqul walidain memiliki banyak bentuk dan beragam jenisnya, antara lain:

1) Membuat keduanya menangis baik dengan perbuatan ataupun ucapan.

2) Menghardik keduanya dengan menyemburkan kata keras dan kasar, berseru

“ah” dan berkeluh kesah saat diperintah keduanya Allah Ta’ala berfirman.

"... maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan

“ah”...” [Al-Isra: 23]

10 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,...hlm,157-159.

Page 10: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

3) Bermuka masam dan mengerutkan kening dihadapan mereka.

4) Memandang dengan pandangan marah dan merendahkan, memalingkan

muka, memotong pembicaraan, mendustai serta membantah ketika mereka

berbicara.

5) Tidak membantu pekerjaan rumah orangtua, bahkan memerintah mereka

seperti layaknya pembantu. Perilaku seperti ini tidak boleh dilakukan

terutama jika sang ibu telah lemah dan sakit. Adapun jika sang ibu

melakukannya dengan senang hati (bukan karena perintah anak) maka hal

ini boleh saja, dengan rasa terimakasih kepadanya dan tetap

mendoakannya.

6) Mengkritik makanan buatan ibu. Dalam hal ini ada dua larangan, pertama

larangan mencela makanan karena Rasulullah tidak pernah mencela

makanan sedikitpun, jika beliau suka beliau makan dan jika beliau tidak suka

beliau tidak memakannya. Kedua, kritikan terhadap masakan ibu

menunjukkan minimnya adab anak kepada ibu.

7) Tidak menganggap dan tidak menghargai pendapat mereka.

8) Tidak minta izin saat masuk menemui mereka.

9) Memancing masalah di depan mereka dan menjatuhkannya dalam lubang

kesulitan.

10) Memercikkan caci maki, laknat, dan celaan terhadap orang tua di hadapan

orang banyak, membeberkan aib dan mencemarkan nama baik mereka

dengan cara melakukan perbuatan hina yang menghilangkan kemuliaan dan

kewibawaan.

11) Membawa kemungkaran-kemungkaran ke rumah dan melakukannya

dihadapan mereka.

12) Membebani mereka dengan segunung permintaan.

13) Mendahulukan ketaatan kepada istri daripada ketaatan kepada orangtua

(untuk laki-laki), adapun wanita yang telah bersuami, maka ketaatan kepada

suami wajib diutamakan daripada ketaatan kepada orangtua.

14) Meninggalkan mereka di saat mereka membutuhkan (misal dengan

menitipkan di panti jompo).

15) Berlepas diri dari mereka, merasa malu jika menyebut dan menisbatkan diri

kepada mereka.

Page 11: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

16) Menganiaya, memukul, mendiamkan dan menasehati mereka dengan cara

yang tidak baik ketika mereka terlibat dalam kemaksiatan.

17) Bakhil, kikir mengungkit-ungkit dan menghitung-hitung pemberian dan

bantuan yang diberikan kepada mereka.

18) Mencuri harta orangtua.

19) Mengharapkan kematian orangtua atau pun membunuh mereka agar

terbebas dari mereka.

e) Sebab-Sebab ‘Uququl Walidain

1) Ketidaktahuan akan adanya adzab bagi orang yang melakukan dosa

tersebut serta (ketidak tahuan akan) adanya pahala bagi mereka yang

berbakti kepada orangtua.

2) Pendidikan yang buruk. Orang tua tidak mendidik anak di garis ketaqwaan,

kebaikan, menyambung tali silaturahmi, serta jalan-jalan keluhuran,

sehingga menggiring anak kepada uquuqul walidain.

3) Adanya kontradiksi ucapan dan perbuatan orangtua yang menyebabkan

ketidak selarasan antara anak dan orangtua. Orangtua memerintah anak

dengan suatu perintah sementara mereka sendiri tidak melaksanakan

perintah tersebut atau bahkan melakukan hal yang bertentangan. Padahal

dalam konteks pendidikan islami, konsistensi (keistiqomahan) orangtua

dalam menjalankan syariat merupakan satu faktor penting bagi keberhasilan

pendidikan anak dan pembentukan kepribadian mereka. Anak memiliki

potensi besar untuk mencontoh.apa yang mereka lihat dan mereka dengar.

4) Perlakuan buruk orang tua terhadap anak.

5) Kedurhakaan orang tua kepada orang tua mereka sendiri. Ini adalah faktor

penyebab yang paling banyak terjadi. Jika seseorang mendurhakai orang

tuanya maka ia akan dibalas dengan kedurhakaan anaknya sendiri

kepadanya, karena dua alasan, pertama: karena anaknya mencontoh

perbuatannya tersebut, kedua: balasan suatu perbuatan adalah sebanding

dengan perbuatan tersebut.

6) Minimnya ketaqwaan orang tua saat terjadi perceraian. Tidak selamanya

konflik rumah tangga dapat terselesaikan dengan baik. Tak jarang sebuah

konflik berakhir dengan perceraian. Terkadang pula perceraian tersebut

berlangsung dengan cara yang tidak baik. Tatkala anak-anak berada

Page 12: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

bersama ibu, sang ibu membeberkan aib sang ayah kepada anak-anaknya

dan menghasut mereka untuk menjauhi dan mendiamkan sang ayah.

Demikian halnya yang dilakukan oleh sang ayah ketika anak-anak

mengunjunginya. Disadari atau tidak hal ini akan mendorong anak untuk

mendurhakai keduanya.

7) Diskriminasi diantara anak yang pada akhirnya akan menumbuhkan

kebencian kepada orang tua, sehingga perselisihan dan percekcokan

mewarnai hubungan diantara anak-anak.

8) Mengutamakan kesenangan hidup pribadi daripada berbakti kepada orang

tua.

Sebagian manusia yang memiliki orangtua berusia lanjut dan sakit-sakitan,

menginginkan segera terbebas dari keduanya, baik dengan cara mengirim

keduanya ke panti jompo atau pun dengan mencari tempat tinggal jauh dari

mereka, demi kesenangan hidup pribadi.. Padahal tidaklah mereka akan

merasakan sebersit ketenangan dan secuil kebahagian hidup kecuali

dengan senantiasa menyertai, menemani orangtua dan berbuat baik kepada

mereka.

9) Minimnya motivasi orang tua dalam membimbing anak-anak untuk berbakti

kepada orangtua, sementara proses internalisasi nilai-nilai selain islam

semakin deras mengalir merebut perhatian anak-anak., sedangkan

penanaman prinsip pada diri anak-anak harus dilakukan sedini mungkin.

Seorang anak, jika tidak mendapatkan bimbingan dan arahan, akan

cenderung menyimpang dan meremehkan masalah birrul walidain (berbuat

baik kepada orangtua).

10) Akhlaq istri yang buruk. Seorang istri yang berakhlaq buruk cenderung

menghalangi suaminya ketika sang suami hendak berbuat baik kepada

orangtua dan berusaha menghasut sang suami untuk mengeluarkan mereka

dari rumah agar dia merasa lebih leluasa.

11) Minimnya kepekaan anak terhadap musibah yang menimpa orang tua.11

C. KESIMPULAN

Birrul Walidain ( ب�ر� ال�د�ي�ن� (ال�و� merupakan kebaikan-kebaikan

yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada  kedua orang

11 http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/

Page 13: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal

tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka

tidak beriman.

Perintah Birrul Walidain salah satunya terdapat pada QS. Luqman

ayat 14 yang berbunyi: “Dan Kami perintahkan kepada manusia

(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,

dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah

kembalimu.”

Allah dan Rasul-Nya menempatkan kedudukan Birrul Walidain

pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada

keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia.

Ada banyak keutamaan dari Birrul Walidain, diantaranya adalah

merupakan amal yang paling dicintai disisi Allah SWT setelah solat.

Al- ‘uquuq (durhaka) adalah lawan kata dari al- birr (berbuat baik).

‘Uquuqul walidain merupakan satu dosa besar diantara daftar dosa

– dosa besar yang lain. Uququl Walidain dapat mengakibatkan

turunnya adzab bagi pelakunya di dunia, dan merupakan sebab

tertolaknya amalan dan salah satu sebab masuk neraka.

Larangan berbuat ‘Uquuqul walidain salah satunya berbunyi:

Sahabat Abdullah bin Al ‘Ash Radiallahu anhu dari Nabi Shallallahu

'alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Dosa-dosa besar (diantaranya

adalah): berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada orangtua,

membunuh jiwa dan sumpah palsu.” [Al Bukhari 6675].

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar, 2007, Kuliah Akhklak, cet. IX, Yogyakarta: LPPI

Page 14: BIRRUL WALIDAIN DAN ‘UQUQUL WALIDAIN

Sya’roni, Mahmud, 2006, Cermin Kehidupan Rosul, cet. I, Semarang:

Aneka Ilmu

http://dakwah.info/supplemen/birrul-walidain-berbuat-baik-terhadap-

kedua-ibu-bapa/

http://almanhaj.or.id/content/1390/slash/0/durhaka-kepada-orang-tua/