Birokrasi Plus Mengayomi Masyarakat ... -...

3
22 MPA 316 / Januari 2013 Kontribusi Kementerian Agama pada masyarakat, telah nyata dirasakan secara luas. Utamanya yang berkaitan dengan agama secara langsung. Baik melalui bidang urusan agama, bidang pendidikan, pondok pesantren, penerangan agama, bidang haji, atau via bidang garapan yang lain. Sebab tugas utama Kemenag, adalah mengurusi persoalan keagamaan. Targetnya, bagaimana agar ke- beradaan agama di Indonesia bisa berjalan sebagaimana mestinya. Umat beragama pun dapat hidup berdampi- ngan secara rukun dan damai. Masing-masing punya kebebasan untuk menjalankan agamanya, tanpa harus mengganggu agama lain. “Dan Kemenag yang harus tampil sebagai pengawalnya,” tukas Drs. KH. Abdul Wahid Asa. Namun tentu saja, tak sekedar hanya menjaganya semata. Lebih dari itu Kementerian Agama harus sanggup mengembangkan nilai- nilai positif buat keutuhan negara. Semisal dengan memberikan kebe- basan masing-masing orang untuk saling tolong-menolong. Ini meru- pakan sebuah prinsip yang telah di- sepakati oleh semua agama. “Juga saling menghargai di dalam kehi- dupan bermasyarakat, yang secara universal setiap agama punya,” tukasnya. Menurut Wakil Ketua PWNU Jatim ini, Kemenag bukanlah seba- gai alat kontrol sosial. Tapi ia justru sebagai pengendali masyarakat, agar perbedaan yang ada berfungsi sebagai sarana untuk sama-sama berwenang menjalankan roda pe- merintahan. Oleh karenanya, apa- bila terjadi benturan antar agama, itu pasti karena nilai-nilai negatif yang dinomorsatukan. Untuk itulah, sambungnya, nilai-nilai positiflah yang harus di- kembangkan Kemenag. Di sisi lain, mendidik masyarakat itu tak bisa de- ngan cara yang instan dan serba cepat. Tapi harus melalui transformasi pemahaman, bahwa negara Indone- sia adalah negara multi agama. “Itu dapat dilakukan melalui proses dak- wah di setiap agama, dengan tanpa mengorbankan sisi akidahnya. Dan Kemenag sebagai pengendali, harus berusaha jangan sampai terjadi dis- integrasi antar agama,” tandasnya. Wahid menilai, secara struktural organisatoris Kemenag sudah baik. Bahkan kini tampak lebih sempurna. Hanya saja, yang perlu diwaspadai, era sekarang adalah merupakan tan- tangan yang krusial. Sebab ada pihak tertentu yang berusaha memecah dan menanamkan nilai-nilai anti agama. Mereka berkedok di balik demokrasi liberal. Ideologi itu digunakan seba- gai alat untuk menjauhkan orang dari agama. Ujungnya-ujungnya masya- rakat divirus agar tidak percaya pada pemerintahan yang ada. “Peran Ke- menag dalam hal ini sangat diperlu- kan. Jangan sampai hal itu terjadi. Kemenag harus dapat mengendali- kan,” tegasnya. Dengan rentang 67 tahun, kira- nya Kementerian Agama sudah cu- kup matang usianya. Sebab dalam kurun waktu seusia ke- merdekaan RI, beragam pengalaman pahit dan getir telah dirasakannya. Cukuplah itu menjadi modal buat melakukan pembenahan di interen Kemenag. Ter- utama dalam sektor kepemimpinan. Setiap pimpinan di Kemenag, hen- daknya benar-benar memahami nilai- nilai republik; bahwa negara ini plu- ral, majemuk, dan multi agama. “Jadi jangan sampai menganak-emaskan satu agama saja,” ucapnya serius. Kemenag haruslah bisa meng- ayomi masyarakat tanpa membeda- kan agama, serta tidak memen- tingkan sistem kefamilian, ras, dan lain-lain. Setiap pimpinan di Ke- menterian Agama hendaknya dapat memberikan contoh keteladanan. Untuk memperoleh pimpinan se- model itu, maka pemilihan pimpinan hendaknya dinilai dari pengabdi- annya kepada masyarakat. Dan bukan karena punya hubungan baik dengan atasan. “Kemenag harus semakin profesional dan berpres- tasi. Ibarat padi ’Semakin Berisi Semakin Merunduk’. Bukan sema- kin tua malah menuai banyak dosa,” ujarnya bernada harap. Drs. Noer Cholis Huda, M.Si mengamini ungkapan tersebut. Ba- ginya, Kemenag sangat berbeda dengan instansi atau lembaga pe- merintahan yang lain. Dia menye- butnya sebagai “Birokrasi Plus”. Sebab di dalamnya mengemban amanah yang tidak ringan. Sesuai jargonnya: Ikhlas Beramal serta Birokrasi Plus Mengayomi Masyarakat Tanpa Membedakan Agama Drs. KH. Abdul Wahid Asa

Transcript of Birokrasi Plus Mengayomi Masyarakat ... -...

22 MPA 316 / Januari 2013

Kontribusi KementerianAgama pada masyarakat, telah

nyata dirasakan secara luas.Utamanya yang berkaitan dengan

agama secara langsung. Baikmelalui bidang urusan agama,

bidang pendidikan, pondokpesantren, penerangan agama,

bidang haji, atau via bidanggarapan yang lain. Sebab tugas

utama Kemenag, adalahmengurusi persoalan keagamaan.

Targetnya, bagaimana agar ke-beradaan agama di Indonesia bisaberjalan sebagaimana mestinya. Umatberagama pun dapat hidup berdampi-ngan secara rukun dan damai.Masing-masing punya kebebasanuntuk menjalankan agamanya, tanpaharus mengganggu agama lain. “DanKemenag yang harus tampil sebagaipengawalnya,” tukas Drs. KH. AbdulWahid Asa.

Namun tentu saja, tak sekedarhanya menjaganya semata. Lebihdari itu Kementerian Agama harussanggup mengembangkan nilai-nilai positif buat keutuhan negara.Semisal dengan memberikan kebe-basan masing-masing orang untuksaling tolong-menolong. Ini meru-pakan sebuah prinsip yang telah di-sepakati oleh semua agama. “Jugasaling menghargai di dalam kehi-dupan bermasyarakat, yang secarauniversal setiap agama punya,”tukasnya.

Menurut Wakil Ketua PWNUJatim ini, Kemenag bukanlah seba-gai alat kontrol sosial. Tapi ia justrusebagai pengendali masyarakat,agar perbedaan yang ada berfungsisebagai sarana untuk sama-samaberwenang menjalankan roda pe-merintahan. Oleh karenanya, apa-bila terjadi benturan antar agama,itu pasti karena nilai-nilai negatifyang dinomorsatukan.

Untuk itulah, sambungnya,

nilai-nilai positiflah yang harus di-kembangkan Kemenag. Di sisi lain,mendidik masyarakat itu tak bisa de-ngan cara yang instan dan serbacepat. Tapi harus melalui transformasipemahaman, bahwa negara Indone-sia adalah negara multi agama. “Itudapat dilakukan melalui proses dak-wah di setiap agama, dengan tanpamengorbankan sisi akidahnya. DanKemenag sebagai pengendali, harusberusaha jangan sampai terjadi dis-

integrasi antar agama,” tandasnya.Wahid menilai, secara struktural

organisatoris Kemenag sudah baik.Bahkan kini tampak lebih sempurna.Hanya saja, yang perlu diwaspadai,era sekarang adalah merupakan tan-tangan yang krusial. Sebab ada pihaktertentu yang berusaha memecah danmenanamkan nilai-nilai anti agama.Mereka berkedok di balik demokrasi

liberal. Ideologi itu digunakan seba-gai alat untuk menjauhkan orang dariagama. Ujungnya-ujungnya masya-rakat divirus agar tidak percaya padapemerintahan yang ada. “Peran Ke-menag dalam hal ini sangat diperlu-kan. Jangan sampai hal itu terjadi.Kemenag harus dapat mengendali-kan,” tegasnya.

Dengan rentang 67 tahun, kira-nya Kementerian Agama sudah cu-kup matang usianya. Sebab dalam

kurun waktu seusia ke-merdekaan RI, beragampengalaman pahit dan

getir telah dirasakannya. Cukuplahitu menjadi modal buat melakukanpembenahan di interen Kemenag. Ter-utama dalam sektor kepemimpinan.Setiap pimpinan di Kemenag, hen-daknya benar-benar memahami nilai-nilai republik; bahwa negara ini plu-ral, majemuk, dan multi agama. “Jadijangan sampai menganak-emaskansatu agama saja,” ucapnya serius.

Kemenag haruslah bisa meng-ayomi masyarakat tanpa membeda-kan agama, serta tidak memen-tingkan sistem kefamilian, ras, danlain-lain. Setiap pimpinan di Ke-menterian Agama hendaknya dapatmemberikan contoh keteladanan.Untuk memperoleh pimpinan se-model itu, maka pemilihan pimpinanhendaknya dinilai dari pengabdi-annya kepada masyarakat. Danbukan karena punya hubungan baikdengan atasan. “Kemenag harussemakin profesional dan berpres-tasi. Ibarat padi ’Semakin BerisiSemakin Merunduk’. Bukan sema-kin tua malah menuai banyak dosa,”ujarnya bernada harap.

Drs. Noer Cholis Huda, M.Simengamini ungkapan tersebut. Ba-ginya, Kemenag sangat berbedadengan instansi atau lembaga pe-merintahan yang lain. Dia menye-butnya sebagai “Birokrasi Plus”.Sebab di dalamnya mengembanamanah yang tidak ringan. Sesuaijargonnya: Ikhlas Beramal serta

Birokrasi PlusMengayomi Masyarakat

Tanpa Membedakan Agama

Drs. KH. Abdul Wahid Asa

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM22

23MPA 316 / Januari 2013

membawa label agama. “Inilah yangsaya maksud dengan Plus, sekaligusyang membedakan dengan birokrasilain,” terangnya.

Kalau birokrasi itu tugasnya me-layani, tetapi Kemenag di dalamnyaada misi karena ada label agama. Olehkarenanya, semua karyawan dan pe-jabat yang ada merupakan personi-fikasi dari nilai agama. Plusnya itupersonifikasi nilai-nilai agama. Jadinilai-nilai agama itu harus terlihatpada kinerjanya orang Kemenag; ya..adil, jujur, amanah, dan semua per-buatan baik yang dianjurkan agamadiwujudkan secara konkret. “Orang-orang Kemenag itu memanggul misikeagamaan. Jadi nilai-nilai agama ituharuslah terlihat dalam kinerjanyaorang-orang Kemenag. Nah, ini yangharus mereka sadari,” ulasnya.

Wakil Ketua PW Muhammadi-yah Jatim ini menuturkan, sebagaibirokrasi public service, Kemenagharus terus mengevaluasi kinerjanya.Meski selama ini sudah ada yangbaik, tetapi harus tetap melihat masihbanyak yang harus diperbaiki. Sebabsebagian masyarakat masih meman-dang jika rapor Kemenag boleh di-bilang kurang bagus. Masyarakatberharap, agar layanan KUA danIbadah Haji hendaknya bisa lebihbaik lagi. “Jangan menyampaikanlaporan data secara kira-kira, tetapiharus akurat,” pintanya.

Alumnus IAIN Sunan AmpelSurabaya Fak. Ushuludin jurusanaqidah-filsafat ini menghimbau,agar Kemenag benar-benar mening-katkan kinerjanya. Sebab Kemenagtak cukup menjadi birokrasi yangbaik saja, melainkan harus jadi“birokrasi plus”. “Untuk menaikitangga menjadi birokrasi yang baikitu harus diperjuangkan. Apalagiuntuk mencapai birokrasi plus,”ujarnya.

Pria yang telah menulis 14judul buku ini menyayangkan, jikasampai ada kepentingan politikyang masuk Kemenag. Sebab itubisa merunyamkan keberadaan Ke-menag sendiri. Bayangkan jika seti-ap pimpinan yang aktif di parpollantas mewarnai kepemimpinan dankebijakan yang ada. “Yaa... jangansampailah karyawan birokrasi lan-tas dimanfaatkan oleh kepentinganpartai,” harapnya.

Barangkali itulah yang menye-babkan terjadinya ketimpangan didalam Kemenag. Wajarlah jika pe-nulis yang populer dengan buku“Mesra Sampai Akhir Hayat” inilantas melontarkan kritik. Menurut-nya, di dalam birokrasi Kemenagterkesan ada yang tak simetris. Ter-dapat perlakukan tak sepadan terha-dap golongan tertentu. Sebab perla-kuannya bukan semata-mata karenakapabilitas, melainkan golongan.“Kesan tersebut terasa kuat sekali.Dan ini menunjukkan betapa dang-kalnya wawasan, dan lupa pada misisebagai birokrasi plus tadi,” kritiknya.

Pengarang yang buku barunya“Rumput Tetangga Tidak Lebih Hi-jau” mengalami cetak ulang ini ber-prinsip; semua yang tidak baik tidakakan barokah. Semisal dalam pe-ngembangan dunia pendidikan. Kua-litas pendidikan itu tidak bisa disulapdengan uang. Belum tentu sekolahyang memperoleh subsidi akan lebihbaik, dibandingkan dengan yangtidak mendapatkan subsidi. “Apalagisubsidinya dari cara yang nggakbener,” tukasnya.

Kritikan senada juga datang dariMUI Jawa Timur. Peran Kemenag

dalam mengatasi berbagai persoalandi Jatim, dinilai KH. AbdusshomadBuchori kuranglah maksimal. Ini bisadilacak dari beberapa kasus yangsempat mencuat sepanjang tahun 2012lalu. Semisal pada kasus Syiah Sam-pang, jajaran Kemenag kurang tampakkehadirannya. Padahal sudah semes-tinya Kemenag itu intens mengawalkasus tersebut. “Misalnya saat pe-ngungsi berada di pengungsian. Lan-taran Kemenag kurang intens, akhir-nya banyak LSM luar yang masuk dandengan keleluasaan bergerak yangkadang justru makin memperkeruhsuasana,” ungkapnya.

Peranan Kemenang dalam kon-flik aliran, menurut Ketua Umum MUIProvinsi Jawa Timur ini, seharusnyalebih aktif. Dan jangan ragu untukturun langsung. Apalagi Kemenagmerupakan bagian dari anggota Ba-korpakem bersama kejaksaan, kepo-lisian, serta pemerintah daerah.

Yang disayangkan lelaki kelahir-an Mojokerto 3 April 1943 ini, MUIJatim malah jadi korban dalam kasustersebut. Pihaknya merasa dijadikansasaran tembak pihak-pihak yangtidak sepakat dengan keluarnya fatwasesat ajaran Syiah di Sampang. MUI

selalu dibenturkan dan aparaturnegara seolah berlindung di balikMUI. Padahal MUI hanya me-nyampaikan ada penodaan agama.“Kadang MUI merasa susah juga..sudah minim personel dan ang-garan, tapi malah dibentur-ben-turkan,” keluhnya.

Padahal selama ini, peranMUI itu untuk membantu peme-rintah dalam mengatasi problema-tika keagamaan. Perannya memangmemberikan penjelasan suatukasus dari sudut Islam. Misalnyatentang suatu aliran tertentu. Un-tuk eksekusi di lapangan, itu men-jadi domain aparatur pemerintah –termasuk Kemenag.

Terkait maraknya aliran sem-palan khususnya di Jawa Timur,tutur Pengasuh pesantren DarusSyifa’ Asshomadiyah Sidoarjo ini,MUI mensinyalir kurang efektifnyaperan Kemenag Prov. Jatim melaluipara penyuluhnya. Itu menunjuk-kan, bahwa selama ini gerakan yangdilakukan tidak terencana. Bahkankerjasama yang dibangun denganstakeholder seperti MUI masih

Drs. Noer Cholis Huda, M.Si

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM23

24 MPA 316 / Januari 2013

bersifat sporadis. “MUI Jatim pernahmengeluhkannya kepada MenteriAgama. Dan Menag berjanji akanmemberi pesan khsu-sus kepada jajaranKanwil Kemenag Ja-tim ke bawah, agarlebih intens dalammenangani kasusaliran sesat sepertikasus Syiah di Sam-pang,” paparnya.

Ke depan MUIJatim berharap ada-nya sinergi antaraKemenag denganMUI, baik di tingkatpusat maupun di da-erah. Sinergi antaraMUI dengan Keme-nag harus ditingkat-kan lagi. Dan lebihjauh, mestinya Ke-menag itu membantumenguatkan MUIdari segi finansial.Itu bisa diusulkan

melalui APBN. Sebab selama ini MUItidak punya sumber dana kuat.“Dengan adanya bantuan anggaran,

Kunjungan Dirjen PHU dan Kakanwil ke KUA Wonocolo .

tentu MUI siap diawasi dan siapmelaporkan penggunaan anggarantersebut,” janji Penasihat Badan Amil

Zakat (BAZ) ProvinsiJawa Timur ini.

Dalam pembinaanumat, harus pula adatim-tim dari Kemenagyang dibangun hinggake bawah. Oleh kare-nanya, Kemenag harusbisa memberi pedomandan batasan yang jelaskepada aparatur di ba-wah tentang segalapermasalahan yangterjadi di tengah ma-syarakat. “Sebab MUIJatim menilai, ketikaterjadi sebuah kasus,selama ini Kemenagterkesan tidak tegas,”pungkasnya serius.

Laporan:Mey.S, Rasmana

Rahim, Feri Aria Santi(Surabaya).H. Abdusshomad Buchori

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - JANUARI 2013.pmd 12/27/2012, 10:01 AM24