BIRA-BIRA
description
Transcript of BIRA-BIRA
Laporan Kegiatan
Survei Jentik DBDdi Dusun Bira-Bira Desa Kurusumange
A. LATAR BELAKANG
Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD
nyamuk Aedes jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di
dalam rumah.Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta sebagai kader juru pemantau jentik
(Jumantik) yang melaksanakan pemantauan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan
secara rutin seminggu sekali, meliputi kegiatan menguras, menutup dan mengubur atau memanfaatkan kembali
barang-barang yang bernilai ekonomis (3M). PSN 3M secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan
vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan
kasus DBD.
Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat berperan strategis,
mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak sekolah SD, SLTP
dan SLTA. Anak sekolah tersebar di semua wilayah Indonesia, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Peran
serta anak sekolah sebagai Jumantik dapat digunakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
pada usia dini, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang akan datang. Selain
itu, menggerakan anak sekolah lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa dalam pelaksanaan PSN.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor DBD sehingga
memudahkan untuk mengambil langkah selanjutnya dalam pemberantasannya
2. Tujuan khusus adalah untuk spot survei vektor atau tempat perindukan nyamuk dengan melibatkan anak
usia sekolah.
3. Manfaat kegiatan ini adalah menurunnya kasus DBD dari Kecamatan Tanralili tahun 2015.
C. PERSIAPAN
Persiapan Spot Survei dilakukan dengan :
1. Pengelola DBD dan malaria Puskesmas Tanralili melakukan pembinaan ke sekolah Dusun Bira-Bira
Desa Kurusmange
2. Memilih secara acak 10 siswa untuk mendapatkan tugas kali ini memantau tempat-tempat yang
memungkinkan menjadi perindukan jentik DBD dan Malaria menurut lokasi tempat tinggal
3. Masing-masing anak mendapatkan blanko Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan Rumah Salinan
dari Buku Juknis Jumantik PSN Anak Sekolah untuk diisi di rumah berdasarkan hasil pemantauan jentik
4. Blanko tersebut setelah terisi dikumpulkan di sekolah dua hari kemudian dan diambil oleh pengelola
DBD atau Malaria
5. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif direkap dan dibuatkan laporan oleh pengelola DBD dan
Malaria yaitu mengukur Angka Bebas Jentik, jumlah container yang diperiksa, jumlah rumah yang
diperiksa, jumlah rumah bebas jentik dan Container Indeks.
D. PELAKSANAAN
1. Kegiatan spot survei ini dilaksanakan pada Rabu, 08 April 2015
2. Kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan dua orang tenaga perawat
3. Kegiatan dilaksanakan dengan mendatangi kelas yang telah ditentukan kemudian diberikan pengarahan
tentang cara melaksanakan survei jentik di rumah masing-masing.
4. Petugas memberitahukan cara mengisi blanko surveil uyang dibagikan kemudian mengumpulkannya di
wali kelas
E. PELAPORAN
Berikut hasil survei jentik di Dusun Bira-Bira, Rabu, 08 April 2015
NO. Nama Kepala Keluarga Nama Siswa Pemantau
Jentik Jumlah Container
Jml Pos Jentik
1 Nanang R. Ayu Anisa 7 0
2 Ngadi Nugroho Serly Eka S.N 8 0
3 Rusli Ilham 2 1
4 Amin Sri Wulan A 14 4
5 H.Suharto Muh.Zulkifli S. 10 6
6 Ahmad M Maulana Ahmad 10 6
7 Sukri Isma Aulia Sukri 11 1
8 Ali Agus Ahmad 9 0
9 Rahma Ebi 12 0
10 Huet Sariyana 10 2
11 Dg. Nurdin Nurhalisa 9 0
Jumlah 102 20
Angka Bebas Jentik adalah persentase rumah bebas jentik dari semua rumah yang diperiksa yaitu
80.39 % Container Indeks adalah jumlah container yang terinfeksi larva dari semua container yang
diperiksa yaitu 19.61%
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa dari 10 rumah terdapat 6 rumah yang
positif jentik. Kontainer yang ditemukan positif jentik/pupa yaitu pelepah pisang dan tempat air
wudhu. Pelepah pisang adalah indukan alamiah jentik. Ada beberapa kemungkinan hal ini bisa
terjadi :
1. Membersihkan/menguras tempat air wudhu belum menjadi kebiasaan rutin/ kontinyu.
2. Teknis pengurasan yang tidak tepat. Sebaiknya pengurasan disertai dengan penyikatan tempat
air wudhu.
3. Waktu pengurasan lebih dari satu minggu sekali.
4. Kondisi lingkungan ruang maupun air yang mendukung perkembangbiakan.
F. REKOMENDASI
Nilai Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 80.39 % masih di bawah standar nasional yaitu 95%.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemberantasan maupun penyuluhan lebih intensif lagi agar nilai ABJ
mengalami kenaikan, serta perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat.