Bioteknologi pertenakan

25
LAPORAN OBSERVASI BIOTEKNOLOGI BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN Disusun Oleh: Wulan Apriani NIM : 1112016100030 Pendidikan Biologi 6A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

description

Bioteknologi pertenakan

Transcript of Bioteknologi pertenakan

LAPORAN OBSERVASI BIOTEKNOLOGIBIOTEKNOLOGI PETERNAKAN

Disusun Oleh:Wulan AprianiNIM: 1112016100030Pendidikan Biologi 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA2015

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangUntuk mengatasi kurangnya konsumsi protein hewani dan rendahnya penghasilan masyarakat Indonesia, usaha yang telah dilakukan adalah meningkatkan produksi peternakan. Salah satu usaha kearah tersebut adalah penerapan teknologi modern dalam reproduksi. Teknologi yang dimaksud adalah Inseminasi Buatan (IB) dan Transfer Embrio (TE) (Toilihere, 1987). Transfer Embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasi kepada seekor betina yang bertindak sebagai penerima sehingga resepien tersebut menjadi bunting (Hartantyo, 1987).Bioteknologi dalam bidang peternakan diaplikasikan pada hewan, seprti sapi,kambing, atau ayam yang difungsikan sebagai bioreactor sebagai penghasil antibodi protein yang dapat membantu sel tubuh melawan senyawa asing. Dengan adanya berbagai proses terkait dengan bioteknologi peternakan, maka perlu diketahui pula bagaimana cara mengolah hasil dari proses tersebut hingga akhirnya didapatkan sebuah produk dengan nilai jual yang tinggi.Salah satu contoh produk hasil dari bioteknologi peternakan adalah susu. Produksi susu dan kualitas susu sangat menentukan perkembangan industri persusuan. Susu segar atau fresh milk di dalam negeri sebagian besar dihasilkan oleh sapi perah Friesian Holstein (FH). Terdapat variasi yang luas dari kemampuan genetik sapi betina dalam menghasilkan susu ataupun pejantan dalam mewariskan produksi susu, sehingga bioteknologi sangat berperan dalam hal ini. Salah satu satunya dengan memberikan Hormon BST yang dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. 2 BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu..3 memberi peluang perbaikan genetik sifat produksi susu melalui seleksi4 Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karenasebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional,dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah.Penerapan teknologi Transfer Embrio (TE) atau alih janin merupakan alternatif untukmeningkatkan populasi dan mutu genetik sapi secara cepat. Teknologi TE pada sapimerupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah Inseminasi Buatan (IB). Padaprinsipnya teknik TE adalah rekayasa fungsi alat reproduksi sapi betina unggul denganhormon superovulasi sehingga diperoleh ovulasi sel telur dalam jumlah besar. Sel telurhasil superovulasi ini akan dibuahi oleh spermatozoa unggul melalui teknik IB sehinggaterbentuk embrio yang unggul. Embrio yang diperoleh dari ternak sapi donor, dikoleksidan dievaluasi, kemudian ditransfer ke induk sapi resipien sampai terjadi kelahiran4.1 Identifikasi Masalah1. Jenis hewan ternak yang digunakan di Cimory.2. Proses penggunaan produk peternakan di Cimory dengan jenis bioteknologi peternakan yang digunakan.3. Peranan bioteknologi pada produk hasil peternakan dengan produk lainnya selain di lokasi pengamatan (Cimory).4. Proses bioteknologi peternakan lainnya.

4.2 Rumusan Masalah1. Jenis hewan ternak apa sajakah yang digunakan di Cimory?2. Bagaimana proses penggunaan produk peternakan di Cimory dengan jenis bioteknologi peternakan yang digunakan?3. Apa sajakah peranan bioteknologi pada produk hasil peternakan dengan produk lainnya selain di lokasi pengamatan (Cimory)?4. Bagaimanakah proses bioteknologi peternakan lainnya?

1.4 Tujuan1. Mengetahui jenis hewan ternak yang digunakan di Cimory yang dikembangkan berdasarkan bioteknologi peternakan.2. Menjelaskan proses penggunaan produk peternakan di Cimory dengan jenis bioteknologi peternakan yang digunakan.3. Menjelaskan peran bioteknologi pada produk hasil peternakan.4. Menjelaskan proses bioteknologi peternakan lainnya.

1.5 Hipotesis1. Jenis hewan yang digunakan di Cimory adalah sapi perah.2. Produk peternakan di Cimory diolah untuk menghasilkan susu murni dan yoghurt dengan menggunakan teknik bioteknologi modern.3. Bioteknologi berperan dalam meningkatkan hasil produksi peternakan melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dan pemberian hormon BST .4. Proses bioteknologi peternakan lainnya antara lain melibatkan teknik teknologi transplantasi nukleus, teknologi transgenik, dan transfer embrio.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Bioteknologi PeternakanBioteknologi peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. penerapan bioteknologi di bidang peternakan, yang meliputi teknik inseminasi buatan, teknologi transgenik, Hormon BST (Bovine Somatotrophin) dan transplantasi nukleus. Untuk menghasilkan mutu ternak sapi dan produksi sapi yang unggul, peternakan Indonesia menggunakan teknik Inseminasi Buatan (IB) dan pemberian Hormon BST (Bovine Somatotrophin).A. Inseminasi Buatan (IB)InseminasiBuatan(IB)merupakansalahsatuteknologitepatgunayangdapatdigunakanuntukmemanfaatkanpenggunaanbibitjantanungguldalamperbaikanmututernakpadasapi(perah,potong),kerbau(DitjenPeternakan, 1993). Inseminasi Buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam. Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak .Manfaat Inseminasi Buatan adalah efisiensi waktu, dimana untuk mengawinkan sapi peternak tidak perlu lagi mencari sapi pejantan (bull), mereka cukup menghubungi inseminator di daerah mereka dan menentukan jenis bibit (semen) yang di inginkan, Efisiensi biaya dengan adanya inseminasi buatan peternak tidak perlu lagi memelihara pejantan sapi, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan hanya untuk betina dan memperbaiki kualitas sapi yang dapat menghasilkan anak sapi unggul.Usaha untuk mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak semen dari pejantan unggul adalah dengan melakukan pengenceran menggunakan beberapa bahan pengencer. Syarat bahan pengencer adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan, harus memungkinkan spermatozoa dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun bagi spermatozoa,menjadi penyanggah bagi spermatozoa, dapat melindungi spermatozoa dari kejutan dingin (cold shock) untuk semen beku. B. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu akan meningkat 20%.Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.

BAB 3METODE KERJA

3.1 Metode KerjaPada penelitian ini digunakan metode kerja yaitu studi lapangan berupa fieldtrip dan studi literatur.3.2 Teknik Pengumpulan Data1. ObservasiObservasi adalah kegiatan mengobservasi yang dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.2. DokumentasiDokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus. Pada penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan foto dan video.3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Industri Pengolahan Susu PT Cimory (Cisarua Mountain Dairy), Serpong. Cimory Resto, Jl. Raya Puncak Km.77, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

WaktuSenin, 18 Mei 2015 pukul 09.00-15.00 WIB.

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Data PengamatanBerdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di PT. Cimory, maka didapatkan data data sebagai berikut:1. PT. Cimory untuk menghasilkan suus yang unggul dan berkualitas menggunakan sapi perah jenis Fresian Holstein yang didapatkan dari peternak peternak didaerah cisarua dengan peninjauan dan pengawasan langsung dari PT.Cimory2. Dalam perkembangbiakan sapi ternak yang digunakan PT. Cimory menggunakan teknik inseminasi buatan dan penambahan hormon BST. 3. Didistribusikan ke KUD dan dikirimkan ke pabrik penelitian dan pengolahan susu menggunakan trukPT. Cimory mengolah susu hasil peternakan mereka menjadi produk yoghurt dengan proses pembuatan sebagai berikut:

Susu yang dihasilkan dari sapi perah

Pencampuran susu dengan bakteri yoghurtPemindahan, Penyimpanan dan Pematangan susu yang akan dibuat yoghurt

Pemindahan yoghurt ke filling room & PengemasanPenyimpanan susu yoghurt & Pemberian rasa

Penyimpanan yoghurt yg sudah jadi ke cool storage

4.3 PembahasanA. Jenis Hewan TernakJenis sapi yang digunakan di cimory adalah jenis sapi Friesian Holstein. Sapi FH berasal dariNegeri Belanda yaitu di propinsi Nort Holand dan West Friesland, kedua daerah yang memiliki padang rumput yang bagus. Bangsa sapi ini pada awalnya juga tidak diseleksi kearah kemampuan atau ketangguhannya merumput. Produksi susunya banyak dan dimanfaatkan untuk pembuatan keju sehingga seleksi kearah jumlah produksi susu sangat dipentingkan (Blakely,1991).Sapi yang berwarna hitam dan putih (ada juga Holstein yang berwarna merah dan putih) sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar lemaknya rendah. Sifat seperti ini nampaknya lebih cocok dengan kondisi pemasaran pada saat sekarang. Produksi susu bias mencapai 126874 pound dalam satu masa laktasi, tetapi kadar lemak susunya relative rendah, yaitu antara 3,5%-3,7%. Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk dikonsumsi susu segar (Blakely,1991).Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg susu 1 kali masa laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai berat badan 1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg (Sudono dkk.,2003). Bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia, khususnya di Cimory, adalah jenis bangsa sapi perah peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan hasil persilangan (grading-up) antara sapi perah FH dengan sapi lokal.B. Proses Bioteknologi Peternakan, Inseminasi BuatanDalam menciptakan sapi yang unggul untuk memproduksi susu yang berkualitas maka PT.Cimory menggunakan teknik inseminasi buatan dalam proses reproduksi ternak sapinya, inseminasi buatan ini merupakan upaya meningkatkan mutu genetik sapi perah .Inseminasi Buatan merupakan program yang telah dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif (Susilawati, 2008). Dalam melakukan proses inseminasi , maka dilakukan dalam beberapa tahapan , tahapan melakukan inseminasi adalah sebagai berikut :1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu2. dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya3. dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam4. air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.5. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.6. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih7. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw8. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat9. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum10. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu11. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.12. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.Dalam melakukan tekhnik inseminasi buatan terdapat beberapa faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan atau ketidak berhasilan dalam melakukan proses inseminasi buatan atau sapi tidak mengalami pembuntingan. Faktor faktor yang mempengaruhinya , antara lainFertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah; Inseminator kurang / tidak terampil; Petani/peternak kurang terampil mendeteksi birahi; Pelaporan yang terlambat dan/atau pelayanan Inseminator yang lamban; Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu peternak diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa) dan peternak atau pelaksana IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. C. Proses Pengolahan Hasil Bioteknologi Peternakan, Susu dan YoghurtProduk utama dari PT.cimory adalah susu pasteurisasi atau disebut juga fresh milk dan yoghurt. Susu segar didapatkan dari para peternak disekitar Cisarua yang didistribukan ke KUD (koperasi Unit Desa). Untuk menjaga kualitas susu yang telah di setorkan dari para pemerah / peternak KUD langsung mengirimkannya ke pabrik pengolahan susu (Sentul). Kualitas susu segar akan berkurang jika disimpan terlalu lama, karena terdapat pertumbuhan mikroba dan rusaknya kasein di dalam susu, oleh maka itu mobil tank pembawa susu di rancang dengan pendingin 10C. Sebelum susu di terima oleh pengolah susu , susu segar tersebut mengalami proses pengujian kualitas, yang meliputi uji bakteriologis, uji fisis dan uji organoleptis yang dilakukan oleh bagian Quality Assurance (QA).Susu PasteurisasiSusu dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin terdapat di dalamnya dapat dimusnahkan. Proses pemanasan tersebut disebut pasteurisasi. Pada umumnya proses pasteurisasi dilakukan dengan mamanaskan susu pada suhu 62 o C selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat dapat digunakan suhu 72 o C selama 15 detik. Meskipun bakteri patogen sudah dimusnahkan, tetapi bakteri non patogen, terutama bakteri pembusuk masih hidup. Jadi susu pasteurisasi, bukan merupakan susu awet. Dalam penyimpanannya, biasanya susu pasteurisasi digabungkan dengan metode pendinginan. Untuk memperpanjang daya simpannya, susu pasteurisasi disimpan pada suhu maksimal 10 o C, lebih dingin lebih baik. Pada suhu tersebut mikroba pembusuk meskipun tidak mati, tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang. Pada saat pasteurisasi, bukan hanya bakteri patogen yang mati, tetapi beberapa jenis enzim juga dimatikan. Enzim yang terpenting adalah posfatase. Enzim tersebut memiliki daya tahan panas yang sedikit lebih tinggi daripada bakteri patogen penyebab tbc. Karena itu, untuk mendeteksi apakah proses pasteurisasi sudah cukup atau belum, dilakukan tes atau uji posfatase. Bila uji posfatase negatif, proses pasteurisasi sudah baik atau cukup. Pada umumnya di Industri pengolahan susu, proses pasteurisasi terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut : penerimaan susu segar, pencampuran dan pemanasan, penyaringan, homogenisasi, pasterurisasi, pendinginan dan pengemasan. Susu segar yang diterima dari pemerahan sore dimasukkan ke dalam tangki pendingin dan digabungkan dengan susu segar yang diterima hasil pemerahan pagi hari berikutnya. Sebelum diolah, susu segar diuji lebih dahulu, yang meliputi uji alkohol, berat jenis, pH dan kadar lemak. Hasil uji alkohol harus menunjukkan negatif (tidak pecah, jika dicampur alkohol 70% 1 : 1), berat jenis minimal 1.028, pH 6.5 6.8 dan kadar lemak minimal 2.8 %. Pemanasan dan Pencampuran Tahap ini diperlukan untuk menyeragamkan susu dan dapat dicampur bahan lain seperti gula atau perasa/pewarna makanan, dengan cara dimasukkan ke dalam tangki yang berpengaduk (agotator) dan dapat diatur suhunya. Susu dalam tangki mula-mula dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 50 60 C dengan tujuan untuk menginaktifkan enzim lipase yang menyebabkan susu menjadi tengik. Selanjutnya susu dialirkan ke tangki penyaring (filter tank), untuk memisahkan padatan dan kotoran yang mungkin masih terdapat dalam susu.Homogenisasi, Tujuan utama proses homogenisasi pada pengolahan susu adalah untuk memecahkan butiran-butiran lemak yang sebelumnya berukuran 5 mikron menjadi 2 mikron atau kurang. Dengan cara ini susu dapat disimpan selama 48 jam tanpa 5 terjadi pemisahan krim pada susu. Proses homogenisasi terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dari pompa pada alat homogenizer. Susu yang telah dihomogenisasi selanjutnya ditampung dalam tangki penampungan, selanjutnya dialirkan menuju tangki pemanas (pasteurizer) melewati plate heat exchanger. Suhu keluaran produk dari alat ini dapat mencapai suhu 80 85C dan mengalir menuju tangki pasteurisasi. Pasteuriasi Proses pasteuriasi dilakukan umumnya menggunakan metode HTST (High Temperature Short Time) yaitu dengan pemanasan 80 90 C selama 15 detik. Selanjutnya susu akan melewati plate cooler sebelum ditampung ke TANGKI penampungan akhir (surge tank). Pendinginan Proses pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu secara cepat dari suhu 80 90 C menjadi 5 10 C sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Pendinginan biasanya dilakukan dengan melewatkan susu ke serangkaian plate cooler. Pengemasan Dari plate cooler susu dialirkan ke tangki penampungan akhir yang biasanya diletakkan pada tempat yang tinggi (sekitar 3 m dari lantai). Susu yang akan dikemas dialirkan melalui keran dengan bantuan gaya gravitasi. Susu pasteuriasi dapat dikemas dalam kantong plastik, polycap atau dikemas dalam tetrapack. Setelah dikemas, susu pasteuriasi disimpan pada suhu 0 15 C.Sedangkan produk yoghurt diperoleh dari susu yang sudah hampir melewati batas kadaluarsanya tetapi masih dalam keadaan baik. Proses pengolahan susu menjadi yoghurt adalah sebagai berikut:1. Pemindahan, penyimpanan dan pematangan susu yang akan dibuat yoghurt. Setelah susu diuji kualitasnya, susu tersebut dipindahkan ke dalam (co-pasteurized milk storage tank) tangki penyimpanan nomer 1 dan 2. Susu di dalam tangki 1 & 2 ini adalah susu murni yang belum matang. Dalam tangki no 1 & 2 ini, susu akan dimatangkan terlebih dahulu.2. Pencampuran susu matang dengan bakteri yoghurt. Setelah susu dimatangkan dalam tangki nomer 1 & 2, lalu susu tersebut dipindahkan ke dalam tangki nomer 4, 5, dan 6. Tangki tangki tersebut berfungsi sebagai tempat mencampuran susu dengan bakteri yoghurtnya (Plain). Proses pencampuran ini berlangsung selama 5 jam dengan suhu rata rata 50C.3. Penyimpanan susu yoghurt & pemberian rasa. Setelah susu diproses dalam tabung 4,5,6. Susu tersebut sudah menjadi yoghurt tetapi belum memilik rasa. Masih rasa plain dan asam saja. Yoghurt yang belum memiliki rasa ini dialirkan ke dalam tangki nomer 3 untuk disimpan dan dipindahkan lagi kedalam tangki coloring & flavour.4. Pemindahan yoghurt ke filling room & pengemasan. Setelah yoghurt diberi rasa, yoghurt tersebut dipindahkan ke filling room. Di filling room ini yoghurt dipindahkan ke dalam botol botol plastik untuk dikemas dan diproduksikan.5. Penyimpanan yoghurt yg sudah jadi ke cool storage. Setelah yoghurt di pack ke dalam dus. Yoghurt disimpan di dalam ruang pendingin yang bersuhu 4C yang bertujuan agar susu tidak rusak.

D. Berbagai Proses Bioteknologi Peternakan LainPemanfaatan bioteknologi di bidang peternakan tidak hanya terbatas pada teknik inseminasi buatan. Proses bioteknologi peternakan lainnya juga dilakukan untuk menghasilkan ternak dengan kualitas yang unggul. Berikut adalah beberapa proses bioteknologi peternakan yang lainnya:1. Teknologi transplantasi nukleusTeknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah;a) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik khusus sehingga dapat dikeluarkan dari membrane selb) Isolasi sel telurSel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur dalam teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan lebih lanjut.c) Pengambilan nukleus dari sel telurPenggabungan nukleus dengan sel telur. Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus identik dengan domba pendonor.d) Pemasukan sel telur kedalam rahim. Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan domba pendonor nukleus

2. Teknik Inseminasi BuatanTeknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:a) Memperbaiki mutu genetika ternakb) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangkac) waktu yang lebih lamad) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan terature) Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.

3. Transfer EmbrioApabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidakhanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting. Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.

4. Hewan TransgenikHewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan telur (Nursyam, 2008).

BAB 5KESIMPULANBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:1. PT.Cimory menggunakan jenis sapi Friesian Holstein sebagai hewan ternak untuk memproduksi susu segar.2. Dalam mengkembangbiakan Sapi Friesian Holstein dengan cara inseminasi buatan yang ditinjau langsung oleh oleh PT.3. PT. Cimory memproduksi susu pastreusasi dan yoghurt sebagai produk utamanya yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan memanfaatkan tekhnik bioteknologi peternakan dan bioteknologi konvesional.4. Selain inseminasi buatan terdapat pula teknik bioteknologi peternakan lainnya yaitu, hewan transgenik, kloning, dan stem cell.

Daftar Pustaka

Koswara,Sutrisno.http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/TEKNOLOGI-PENGOLAHAN-SUSU.pdf. Diakses pada 31 Mei pukul 15.45

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Feradis, M.P. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Jakarta: Penerbit Alfabeta. 2012.

Muchtadi, T.R. Perkembangan Bioetika Nasional. Surabaya: Universitas Airlangga. 2007.

Nursyam. Perkembangan Iptek Di Bidang Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Banjarbaru: Fakultas Pertanian Unlam. 2008.

Partodiharjo, Soebadi. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. Jakarta: PT Gramedia. 1987.

Sudono. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka. 2003.Zulfiani, dkk. Bioteknologi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2013.