Biosel Dna Mitokondria Aq
-
Upload
ratih-purbaningsih-widarmayanti -
Category
Documents
-
view
114 -
download
1
Transcript of Biosel Dna Mitokondria Aq
DNA Mitokondria
Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga
sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan
RNA. Molekul DNA merupakan rantai polinukleotida berbentuk heliks ganda
yang mempunyai beberapa jenis basa purin dan pirimidin (Poedjiadi dan
Supriyanti., 2007). DNA terdapat di dalam inti sel dan mitokondria. DNA
mitokondria (mtDNA) manusia terletak di dalam matriks semi cair bagian paling
dalam mitokondria. mtDNA manusia berupa untai ganda berbentuk sirkuler yang
memiliki urutan lengkap nukleotida sepanjang 16.569 pasang basa (pb). Molekul
mtDNA terdiri dari untai heavy (H) dan untai light (L) (Anderson, et al., 1981).
Pada untai H terdapat lebih banyak basa purin daripada basa pirimidin, sehingga
lebih berat dibandingkan untai L. mtDNA manusia ditemukan telah diwariskan
secara maternal dari ibu (Denaro, et al., 1981). mtDNA memiliki laju mutasi yang
sangat tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menentukan keragaman genetik
antar individu dalam suatu populasi, hubungan evolusi diantara populasi dan
rekonstruksi migrasi suatu populasi.
Gambar Mitokondria
Letak DNA mitokondria pada matriks mitokondria paling dalam
Pewarisan sifat DNA mitokondria dilakukan secara maternal (mengikuti
garis keturunan ibu) dan tidak ada rekombinasi. Ngili (2005) menyatakan dalam
artikelnya bahwa hanya sel telur yang membawa mitokondria ketika melebur
dengan sperma pada proses pembuahan. Sel telur memiliki 100.000 mitokondria,
sedangkan sperma hanya 50-100 di ekor sperma. Ekor sperma merupakan alat
gerak yang membutuhkan energy tinggi dari mitokondria. Hal ini disebabkan oleh
pada saat akan terjadi fertilisasi, mitokondria sperma yang berada pada bagian
ekor sperma tidak dapat masuk bersama dengan kepala sperma menembus
membran ovum. Akibatnya mitokondria sperma tertinggal di luar ovum dan tidak
diwariskan kepada individu yang terbentuk akibat hasil pembuahan kelak.
Menurut sumber lain menyatakan bahwa DNA mitokondria diwariskan hanya dari
ibu, sedangkan DNA inti dari kedua orang tua (dari DNA ayah dan ibu). Hal ini
terjadi karena saat pembuahan, sel sperma hanya berfusi materi DNA saja,
sedangkan bagian-bagian sel sperma yang lain tidak berfusi, sehingga DNA
mitokondria pada anak hanya dari ibu. Selain itu, penelitian terbaru
mengemukakan adanya ubiquitinasi pada mitokondria sperma. Ubiquitinasi
bertujuan merangsang proteolisis mitokondria sperma yang lolos menembus
membran sel ovum. Penyebaran dan jumlah mitokondria di dalam tiap sel tidak
sama dari hanya satu hingga beberapa ribu. Pada sel sperma, mitokondria tampak
berderet-deret pada bagian ekor yang digunakan untuk bergerak. Beberapa
mitokondria dari sel sperma yang mungkin masuk dalam sel telur akan mengalami
pengenceran selama proses mitosis sehingga jumlahnya menjadi tidak berarti atau
dianggap sebagai benda asing sehingga dihancurkan oleh sistem sel. DNA
mitokondria berbeda dengan DNA inti walaupun keduanya berada dalam satu sel.
mtDNA memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi yang ditandai dengan laju
mutasi yang tinggi, yaitu sekitar 10-17 kali DNA inti. Hal ini disebabkan mtDNA
tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien, tidak memiliki protein histon,
dan terletak berdekatan dengan membran dalam mitokondria yang merupakan
tempat berlangsungnya reaksi fosforilasi oksidatif menghasilkan radikal oksigen
sebagai produk sampingnya. Selain itu, enzim DNA polimerase yang dimiliki oleh
mitokondria adalah DNA polymerase yang tidak mempunyai aktivitas
proofreading yaitu perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi mtDNA. Tidak
adanya aktivitas ini menyebabkan mtDNA tidak memiliki sistem perbaikan yang
dapat menghilangkan kesalahan replikasi, sehingga menyebabkan mutasi.
Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria
dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan
secara maternal. Dengan perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu dengan
individu yang lain.
Oleh sebab itu DNA mitokondria bersifat haploid karena hanya berasal dari ibu.
Stop kodon pada mtDNA berbeda dengan DNA inti, salah satu bentuk keunikan
lainnya dari mitokondria adalah perbedaan kode genetik mitokondria
menunjukkan perbedaan dalam hal pengenalan kodon universal. UGA tidak
dibaca sebagai “berhenti” (stop) melainkan sebagai tryptofan. AGA dan AGG
tidak dibaca sebagai arginin melainkan sebagai “berhenti”, AUA dibaca sebagai
methionin (Anderson.et al., 1981). DNA mitokondria mempunyai daerah yang
tidak mengode dari mtDNA. Daerah ini mengandung daerah yang memiliki
variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan daerah
beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop
memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya
sangat bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable
II (HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol karena
mempunyai origin of replication untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi
untuk untai H dan L (PL dan PH) (Anderson et al., 1981). Selain itu, daerah non-
coding juga mengandung tiga daerah yang disebut dengan conserved sequence
block (CSB) I, II, III. Daerah ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi
mtDNA.
Keunggulan mtDNA
DNA mitokondria (mtDNA) telah digunakan dalam bidang forensik dan
menjadi barang bukti di pengadilan Amerika dan Eropa. Kelebihan utama
penggunaan mtDNA adalah jumlah molekulnya yang mencapai ribuan dalam satu
sel sehingga memungkinkan dilakukan analisis dari sampel yang sangat sedikit,
misalnya cairan tubuh, akar atau batang rambut bahkan tulang dan fosil tulang.
Kelemahan penggunaan mtDNA
Kelemahan penggunaan mtDNA adalah kemungkinan menemukan
kesamaan antar individu yang relatif tinggi, terutama individu yang terkait
hubungan keluarga segaris ibu. Kelemahan ini jadi menguntungkan bila yang
dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga.
Perunutan hubungan keluarga dengan mtDNA didasarkan pada pola
pewarisan maternal yang haploid dan hipervariabilitas daerah D-loop. Secara
teknis D-loop dibagi dalam dua daerah hipervariabel yaitu HV1 (15.971 – 16.414)
dan HV2 (15 – 389). Individu yang terkait hubungan maternal akan memiliki
urutan sekuen yang sama dan yang tidak terkait hubungan maternal ini akan
berbeda.
Terdapat kemungkinan dua individu yang tidak memiliki catatan
hubungan maternal akan memiliki sekuen dengan urutan basa yang sama. Bila
silsilah keluarga hanya diketahui beberapa generasi keatas, sementara kecepatan
mutasi adalah satu titik dalam 33 generasi maka kemungkinan terjadinya kasus
homologi dua individu yang merasa tidak memiliki hubungan maternal relatif
tinggi. Hal ini menyebabkan mtDNA tidak dapat menjadi alat bukti tunggal atau
yang utama dalam pengadilan.
Pengenalan dengan susunan geligi membutuhkan catatan dari dokter gigi
yang kadang tidak dimiliki oleh korban. mtDNA dipilih karena jumlah
molekulnya yang sangat banyak dalam tiap sel, sehingga sekalipun sampel dalam
keadaan yang buruk tetapi kemungkinan keberhasilan amplifikasi akan lebih
tinggi dibanding DNA inti. Sebernarnya masih banyak lagi
aplikasi dari mtDNA dalam berbagai bidang, namun perlu dukungan dana
memadai untuk penelitiannya.
SUMBER PUSTAKA
http://wanenoor.blogspot.com/2011/09/perbedaan-dna-mitokondria-dan-dna-inti.html
http://wong168.wordpress.com/2012/05/17/dna-mitokondria/