Biosecurity Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Sidrap dan...
Transcript of Biosecurity Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Sidrap dan...
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~153~
ISBN 978-602-72245-0-6Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015
Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Sidrap dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
RUSNY1, MASHURI MASRI2, SYAHDAR BABA31Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
Jl. Sultan Alauddin 36 Samata, Kab. Gowa 92113email: [email protected]
2Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar MakassarJl. Sultan Alauddin 36 Samata, Kab. Gowa 92113
email: [email protected] Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Makassar 90245
ABSTRAKDalam rangka mendorong adopsi inovasi biosekuriti oleh peternak ayam ras petelur, maka
diperlukan pemahaman tentang adopsi inovasi biosecurity ayam ras petelur dan faktor-faktor yangmempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi biosecurityayam ras petelur serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian ini adalahpembobotan biosecurity yang terdiri dari biosecurity sumber ayam, biosecurity hewan pengganggu,biosecurity tamu dan pekerja, biosecurity hewan sakit, biosecurity pakan, biosecurity limbah danbiosecurity rak telur, sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi biosecuritymenggunakan statistika infrensial dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian diketahui tingkat adopsiinovasi biosecurity ayam ras petelur di kabupaten Sidrap rendah pada biosecurity terhadap ternakpengganggu sebanyak 59 orang atau 67,82% dan biosecurity tamu dan pekerja sebanyak 59 orangatau 67,82% sedangkan untuk faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi adalah skala usahadan kontrol perilaku. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada dua faktor yang mempengaruhitingkat adopsi inovasi ayam ras petelur di kabupaten Sidrap adalah untuk meningkatkan adopsiinovasi biosecurity dapat dimulai pada skala usaha yang lebih besar dan kemampuan peternak untukmengkontrol perilakunya.
Kata Kunci: biosecurity, faktor adopsi inovasi
PENDAHULUANAyam ras petelur merupakan komoditi
utama dalam menyediakan suplai telurkonsumsi bagi masyarakat Indonesia.Perkembangan populasi ayam ras petelursangat signifikan, termasuk di kabupatenSidrap. Pada tahun 2010, jumlah populasihanya 4.487.000 ekor dan pada tahun 2011meningkat menjadi 6.483.000 ekor ataumeningkat sebesar 44,48%.
Kerugian ekonomi dan ancamankematian pada manusia tersebutmendorong pemerintah untuk menetapkanlangkah strategis pencegahan, pengendaliandan pemberantasan flu burung seperti yangtercantum dalam petunjuk Direktorat JendralBina Peternakan No.17/Kpts/PD.640/F/02.04untuk mengantisipasi kejadian penyakit yangterus-menerus menimpa dunia peternakan
khususnya penyakit flu burung, makadiperlukan adanya suatu sistem peternakanyang tangguh mulai dari hulu, yaitu sumberternak (breeder) sampai dikeluarkan produkunggas yang sehat dari lingkungan peternakansebagai hilir dari suatu sistem peternakan.
Tinjauan tentang faktor-faktor yangmempengaruhi adopsi dapat dilihat daribeberapa perspektif. Menurut Rogers (2003),seseorang mengadopsi teknologi disebabkankarena proses komunikasi yang terjadi. Faktorpenentu sebuah adopsi teknologi adalahSource (sumber pesan yaitu penyuluh),Message (materi penyuluhan), Channel(metode penyuluhan yang digunakan),Recipient (penerima pesan atau peternak).Terdapat pula perspektif tingkah laku yangdikemukakan oleh Ajzen (1991) yang
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~154~
ISBN 978-602-72245-0-6Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015
menyatakan bahwa perilaku seseorangdipengaruhi oleh sikap, norma subyektif dankontrol terhadap perilaku yang diprediksikan.Teori perilaku yang dikemukakan oleh Ajzenlebih fokus pada proses psikologi yang terjadidalam diri manusia sedangkan apa yangdikemukakan oleh Rogers lebih fokus padastimulus yang diterima seseorang yang berasaldari luar dirinya.
Tujuan penelitian adalah untukmengetahui besarnya tingkat adopsi inovasibiosekuriti ayam ras petelur di kabupatenSidrap serta faktor-faktror yangmempengaruhi tingkat adopsi inovasibiosekuriti ayam ras petelur di kabupatenSidrap.
METODEJenis penelitian adalah kuantitatif
explanasi yang melihat hubungan antaravariable independen dengan variabledependent. Sifat penelitian adalahnoneksperimental karena seluruh variabletelah ada dan tersedia.
Populasi dan Sampel Penelitian.Populasi penelitian adalah peternak ayamraspetelur yang ada di kabupaten Sidrap yangada di kecamatan Maritengae dan Baranti.Jumlah populasi sebanyak 691 orang.Jumlah sampel ditentukan denganmenggunakan metode Slovin (2008) denganrumus sebagai berikut :n= N1+N(e)2n= 6911+691(0,1)2n= 6911+691(0,01)n= 6911+6,9,1 = 6917,91= 87,35
Berdasarkan rumus tersebut, makajumlah sampel adalah 87 orang. Penentuansampel menggunakan teknik simple randomsampling.
Analisis Data. Analisis datamenggunakan statistika infrensial dengan uji Fdan Uji t menggunakan model Regresi LinearBerganda
HASILKarekteristik Responden. Karekteristik
umur responden berada pada usia 15 – 49tahun berjenis kelamin laki-laki dengan tingkatpendidikan SMU/sederajat 72,41 %,memelihara ayam ras petelur terbanyak beradapada jumlah 1801 -3400 ekor sebanyak 45 atau68,97 %.
Tingkat adopsi inovasi biosekuritipeternakan ayam ras petelur di KabupatenSidrap yang dinilai dari delapan biosekuritiyaitu biosekuriti ternak pengganggu beradapada tingkat rendah 67,82 %, biosekuriti tamudan pekerja berada pada tingkat rendah 67,82%, biosekuriti ayam mati/sakit berada padatingkat sedang 98,85 %, biosekuriti pakanberada pada tingkat sedang 60,92 %biosekuriti kandang berada pada tingkatsedang 93,10 %, biosekuri limbah berada padatingkat tinggi 71,74 % dan biosekuriti rak telurberada pada tingkat sebesar 86,21 %.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatadopsi inovasi biosekuriti ayam ras petelur dikabupaten Sidarap terdapat pada Table 2mengetahui pengaruh sikap peternak, normasubyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitaspenyuluhan, dan tingkat pendidikan terhadaptingkat adopsi inovasi biosekuriti dilakukandengan menggunakan Analisis Regresi LinearBerganda dengan persamaan
Y = 3,206 - 0,274X1 - 0,316X2 + 0,933X3+ 0,001X4 + 0,220X5 + 0,478X6.
PEMBAHASANFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap
adopsi inovasi biosekuriti peternakan ayam raspetelur di Kabupaten Sidrap antara lain adalahsikap peternak, norma subyektif, kontrol perilaku,skala usaha, intensitas penyuluhan, dan tingkatpendidikan. Untuk menentukan variabel manayang paling berpengaruh diantara semuavariabel bebas yang ada terhadap variabelterikat, maka digunakan metode analisis yangmembandingkan besar koefisien regresi antarmasing-masing variabel bebas tersebut.
Setelah melakukan pengujian pengaruhvariabel bebas secara bersama-sama, makaselanjutnya dilakukan pengujian pengaruh
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~155~
ISBN 978-602-72245-0-6Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015
variabel bebas terhadap variabel terikat secarasendiri-sendiri (parsial). Adapun pengujiandilakukan dengan menggunakan uji t.pengujian ini dilakukan denganmembandingkan antara nilai thitung variabelbebas Xi dengan ttabel atau nilai signifikansi < = 0,05. Untuk melihat pengaruh secarasendiri-sendiri masing-masing variabel bebasadalah Y = 3,206 - 0,274X1 - 0,316X2 +0,933X3 + 0,001X4 + 0,220X5 + 0,478X6 daripersamaan tersebut maka dapat diketahui nilaikonstanta pengaruh sikap peternak, normasubyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitaspenyuluhan, dan tingkat pendidikan terhadaptingkat adopsi inovasi biosekuriti sebesar3,206. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilaivariabel bebas bernilai 0 atau tidak ada makatingkat adopsi inovasi biosekuriti akan bernilai3,206.
Untuk adopsi inovasi biosekuriti dilihatdari delapan biossekuriti diataranya adalahbiosekuriti ternak pengganggu berada padatingkat rendah 67,82 %, biosekuriti tamu danpekerja berada pada tingkat rendah 67,82 %,biosekuriti ayam mati/sakit berada padatingkat sedang 98,85 %, biosekuriti pakanberada pada tingkat sedang 60,92 %biosekuriti kandang berada pada tingkatsedang 93,10 %, biosekuri limbah berada padatingkat tinggi 71,74 % dan biosekuriti rak telurberada pada tingkat sebesar 86,21 %.
Adopsi biosekuriti oleh peternak ayam raspetelur di kabupaten Sidrap ditentukan olehdua faktor yaitu kontrol terhadap prilakuadopsi dan skala usaha. Menurut Bergevoet etal. (2004) kontrol terhadap perilaku adopsiadalah keyakinan seseorang untuk dapatmengontrol dan mengendalikan perilakuakibat adopsi teknologi. Adapun skala usahaadalah jumlah ayam ras petelur yang dimilikioleh peternak selama satu siklus produksi.Kedua faktor inilah yang mengontrol tingkatadopsi teknologi biosekuriti di kabupatenSidrap.
Pengaruh skala usaha terhadap tingkatadopsi biosekuriti di kabupaten Sidrap sejalandengan apa yang ditemukan oleh Amsalu andGraaff (2007) yang menyatakan bahwasemakin meningkat skala usaha maka semakin
meningkat pula adopsi teknologi petani.Graaff et al. (2007) juga menjelaskan bahwasemakin meningkat skala usaha maka adopsiteknologi serta komitmen untuk melanjutkanadopsi teknologi petani semakin meningkatpula.
Faktor lain yang mempengaruhi adopsibiosekuriti oleh peternak ayam ras petelur dikabupaten Sidrap adalah persepsi peternakterhadap kemampuan untuk mengontrolperilaku adopsi. Jika peternak meyakinimampu mengontrol perilaku adopsinya ataukonsekuensi dari adopsi, maka adopsibiosekuriti peternak juga meningkat.Penelitian tentang persepsi terhadap kontrolperilaku adopsi dilakukan oleh Colemont et al(2008) yang menemukan bahwa tingkatpenggunaan pestisida sebagai upaya petanimembasmi hama dan penyakit tanamandipengaruhi oleh persepsi petani terhadapkontrol perilaku. Hal yang berbeda ditemukanoleh Wauters et al. (2010) bahwa persepsiterhadap kemampuan mengontrol perilakutidak mempengaruhi adopsi praktekkonservasi lahan.
Kondisi usaha ayam ras petelur yang padatmodal menuntut peternak sangat berhati-hatidalam mengadopsi sebuah teknologi. Peternakharus meyakini bahwa teknologi yang akandiadopsi mampu mereka kendalikan danmampu dilaksanakan dengan baik barulahmereka akan mengadopsinya. Kontrolperilaku menurut Bergovet et al (2004) adalahkontrol terhadap kemampuan untukmelaksanakan teknologi dan kontrol terhadapakibat yang mungkin ditimbulkan dari adopsiteknologi misalnya biaya yang mahal,penggunaan tenaga kerja. Kaitannya denganadopsi biosekuriti, peternak akan mengadopsibiosekuriti jika mereka meyakini mampumelaksanakan biosekuriti tersebut. Selain itu,kendala biaya dan ketersediaan tenaga kerjasering menjadi hambatan dalam penerapansebuah teknologi.
KESIMPULANTingkat adopsi inovasi biosekuriti yang
paling rendah adalah biosekuriti hewanpengganggu dan biosekuriti tamu Kontrol
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~156~
ISBN 978-602-72245-0-6Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015
perilaku dan skala usaha merupakan variabelyang memiliki pengaruh yang paling besarterhadap tingkat adopsi inovasi biosekuritioleh peternak di Kabupaten Sidrap. Disarakanuntuk pemerintah untuk meningkatkan adopsiinovasi biosecurity dapat dimulai padapeternak dengan skala usaha yang lebih besardan peternak akan sulit mengadopsibiosecurity jika persepsi terhadap kemampuanmereka untuk mengontrol perilaku adopsitidak ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKAAjzen, I. “The Theory of Planned Behabior,”
Organizational Behavior and HumaDecision Processes (50), 1991, pp. 179-211.
Baba, S., M.I. Dagong, J.A. Syamsu. H.M.Ali. 2008. Kajian Potensi Pengembangandan Pengelolaan Usaha PeternakanBerbasis Ekonomi Kerakyatan diSulawesi Selatan. Monograph HasilPenelitian, Balitbangda Sulawesi Selatan,Makassar.
Benyamin, Parubak. 2010. Faktor- FaktorYang Dipertimbangkan Konsumen DalamPembelian Kain Donggala Di KotamadyaPalu. Universitas Brawijaya. Wacana Vol13 No 4.
Burton Rob J.F. 2004. Reconceptualising the‘behavioural approach’ in agriculturalstudies:a socio-psychological perspective.Journal of Rural Studies, Macaulay LandUse Research Institute, Craigiebuckler,Aberdeen AB15 8QH, UK
Colemot. 2008. Measuring Determinants ofOccupational Nealth Related Behavivor InFlemish Farmers An Application of theTheory of Planned Behavior. Of SafetyResearch 39 55 – 64
Erwin Wauters, et.al. 2010. Adoption of SoilConservation Practices In Belgium AnExaminatio of The Theory of Planned
Behaviour In The Agri EnvironmentalDomain Institue For Angkultural andFisheries Research. The Belgium. LendUse Policy 27 86 -94.
Feder, G. Richard, E.J, and David, Z.,2007.Adoption of Agricultural Innovationin Develompment Countriens.The WordBank Washington OC., USA.
Giuseppe Feola and Claudia R. Binder. 2010.Towards an improved understanding offarmers' behaviour: The integrative agent-centred (IAC) framework. University ofGraz, Austria
Hadi, I.K. 2001. Biosekuritas FarmPembibitan Ayam (1). Poultry Indonesia.Desember 260: 88-90.
Hepworth, R. 2006. Avian Influenza and WildBird: What is their Actual
Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo.2003. Komunikasi dan PenyuluhanPertanian. Bayumedia Publishing danUMM Press, Malang.
J.De Graaff, et.al. 2008. Factors InfluencingAdoption and Contineved Use of Long-Term Siol and Water ConservationMeasures In Five Develiping Countries.Wangeingen University The Netherlands.Epplied Geography 28 271-280
Marriott NG. 1999. Principles of FoodSanitation.4th Ed.Gaithersburg, Maryland:Aspen
Rogers, E.M. 2003. Diffision of Innovation, 5th
ed. New York: Free PressSoekartawi, 2005. Prinsip Dasar Komunikasi
Pertanian. Universitas Indonesia Press.Jakarta
Sudarsono. 31 Jan 2007. Flu Burung Serang 30Propinsi. Seputar Indonesia: 01
Suryabrata Sumadi. 2003PsikologiKepribadian. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.Papalia.D.
Van den Ban & Hawkins. 1999. PenyuluhanPertanian. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.