BIONOMIKA Prof. Narso

39
BIONOMIKA TERNAK Mengkaji faktor-faktor ekologi, termasuk lingkungan wilayah pantai yang mempengaruhi fisiologi, tingkah laku, fungsi sosial, fungsi ekonomi dan produksi ternak Bionomika Ternak; Bio-Ekonomika Ternak: proses yang menyangkut proses biologis dengan faktor ekonomi

Transcript of BIONOMIKA Prof. Narso

BIONOMIKA TERNAK

• Mengkaji faktor-faktor ekologi, termasuk lingkungan wilayah pantai yang mempengaruhi fisiologi, tingkah laku, fungsi sosial, fungsi ekonomi dan produksi ternak

• Bionomika Ternak; Bio-Ekonomika Ternak: proses yang menyangkut proses biologis dengan faktor ekonomi

• Lingkungan dan Fisiologi Tingkah LakuFisiologi tingkah lakuFaktor lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku

• Lingkungan dan Fungsi ProduksiFungsi produksi ternakFaktor lingkungan yang mempengaruhi fungsi produksi

• Lingkungan dan Fungsi SosialFisiologi dan fungsi sosial usaha peternakanFaktor lingkungan yang mempengaruhi fungsi sosial

Tujuan :Membahas usaha manusia dalam memanipulasi proses biologis ternak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya

EKOLOGI DAN EKOSISTEM

EKOLOGI:Ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme hidup

dengan lingkungannyaIlmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam

EKOSISTEM :• Merupakan sistem ekologi yang terdiri atas komunitas

organisme dengan lingkungannya atau suatu komunitas yang terdiri atas komponen biotik dan non-biotik yang saling berinteraksi

• Komponen biotik terdiri dari:• primary producer• consumer (primary and secondary consumer)• decomposer

Ekosistem pertanian ialah suatu sistem ekologi yang didalamnya terdapat komponen biotik dan non-biotik yang dikendalikan oleh manusia dengan maksud untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan manusia.

Tanaman, hewan, manusia dan dekomposer dalam ekosistem pertanian tersebut hidup bersama-sama

Empat sub-ekosistem dalam ekosistem pertanian:

1. Sub-ekosistem laut

2. Sub-ekosistem darat

3. Sub-ekosistem air tawar

4. Sub-ekosistem pantai

• Homeotherms; homoiotherms; endotherms; warm blooded; hewan berdarah panas:

• Hewan yang mengatur temperatur tubuhnya sangat erat berhubungan dengan nilai temperatur yang tertentu yaitu dengan mengontrol produksi panas dan kehilangan panas tubuhnya (mammalia; unggas)

• Poikilotherms; ectotherms; cold blooded; hewan berdarah dingin:

• Hewan yang temperatur tubuhnya berfluktuasi lebih tinggi atau lebih rendah dengan ambien temperaturnya (invertebrata; vertebrata tingkat rendah)

Lingkungan dan Fisiologi Tingkah Laku

Suhu rektal hewan berdarah panas 36-43°C (dari gajah sampai dengan burung kecil), dimana makin kecil hewan suhu rektal hewan tersebut cenderung semakin tinggi

Empat Kelas Hewan Berdarah Panas: Suhu rektal 36-38°C (kera, keledai, tikus, gajah) Suhu rektal 38-40°C (ruminansia, anjing, kucing, kelinci, babi) Suhu rektal 40-41°C (kalkun, unggas air) Suhu rektal 42-43°C (ayam, merpati, puyuh, merak)

Suhu rektal rata-rata: kuda 38°C, sapi 38,5°C, babi 39°C, kambing 40°C, angsa 40,8°C, ayam 41,7°C.

Hewan dengan suhu rektal makin tinggi cenderung kisaran suhu termonetralnya semakin besar atau semakin luas. Suhu termonetral adalah kisaran suhu lingkungan yang menyebabkan produksi panas atau metabolisme energi hewan bebas dari pengaruh suhu lingkungan

Batas terrendah dari kisaran suhu termonetral disebut suhu kritis. Suhu kritis adalah suhu lingkungan yang menyebabkan hewan tidak perlu meningkatkan produksi panasnya untuk mencegah agar suhu tubuhnya tidak turun, dan tidak perlu mengurangi produksi panasnya untuk mencegah agar suhu tubuhnya tidak naik

Pada ayam dengan suhu rektal yang tinggi maka kisaran suhu termonetralnya 16-26°C (rentang kisarannya 10°C), sedangkan pada sapi perah Frisien Holstein dengan suhu yang rektal rendah maka kisaran suhu termonetral 18-22°C (rentang kisarannya 4°C) yang berarti lebih sempi dari ayam

Usaha peternakan termasuk dalam sub-ekosistem darat yang basis ekologi utamanya adalah sawah dan lahan kering

Berkaitan dengan kedudukan ternak dalam sistem pertanian maka pendekatan terpadu (integrated) dalam sistem usaha tani (farming system) sangatlah cocok untuk diterapkan

Sistem integrasi Padi-Ternak (Crop Livestock System; CLS) melalui pendekatan zero-waste, dengan komponen teknologi utama, yaitu:

• teknologi budidaya ternak

• teknologi budi daya padi

• Teknologi pengolahan jerami dan kompos

• Teknologi pembuatan biogas

TERNAK RUMINANSIA DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK –

PERTANIAN (CLS=CROP LIVESTOCK SYSTEM)

• Ekosistem merupakan sistem ekologi yang terdiri atas komunitas organisme dengan lingkungannya atau suatu komunitas yang terdiri atas komponen biotik dan non-biotik yang saling berinteraksi.

• Ekosistem pertanian ialah suatu sistem ekologi yang di dalamnya terdapat komponen biotik dan non-biotik yang dikendalikan oleh manusia dengan maksud untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan manusia.

• Tanaman, hewan, manusia, dan dekomposer dalam ekosistem pertanian tersebut hidup bersama-sama.

PENINGKATAN : Pendapatan Penduduk Pendidikan Sadar Gizi

G A Psupply

breeding

feeding

management

Kuantitatif

Keseimbangan zat gizi

Kualitatif

Masalah :

Kontinuitas

Ternak Ruminansia / Sapi Potong

Peternak/Petani

Pertanian

Limbah Pertanian / Limbah Peternakan

Jerami Padi Dedak/Bekatul, dll Limbah Pakan & Ekskret

Perlakuan Perlakuan Perlakuan Pakan Konsentrat Digester Probiotik Fisik Kimiawi Fermentasi

- keringkan - Amonisasi - Probiotik - dipotong- (gunakan Pupuk potong urea) Biogas Organik / Kompos

Jerami Padi Amofer

Ilustrasi 1. Introduksi Teknologi zero waste dalam sistem integrasi ternak tanaman

pangan Introduksi Teknologi Budidaya Penggemukan Sapi Potong Introduksi Teknologi Pakan Konsentrat Introduksi Teknologi Amoniasi–Ferrmentasi Jerami Padi (Jerami padi amofer) Introduksi Teknologi Pembuatan Biogas dan pupuk organik/kompos

On-Lab

On-Station

Peternak/petani (On-Farm)

Peternak/petani (On-Farm)

On-Station

On-Lab

Ternak Ruminansia / Sapi Potong

Peternak/Petani

Pertanian

Limbah Pertanian / Limbah Peternakan

Jerami Padi Dedak/Bekatul, dll Limbah Pakan & Ekskret

Perlakuan Perlakuan Perlakuan Pakan Konsentrat Digester Probiotik Fisik Kimiawi Fermentasi

- keringkan - Amonisasi - Probiotik - dipotong- (gunakan Pupuk potong urea) Biogas Organik / Kompos

Jerami Padi Amofer

Ilustrasi 1. Introduksi Teknologi zero waste dalam sistem integrasi ternak tanaman

pangan Introduksi Teknologi Budidaya Penggemukan Sapi Potong Introduksi Teknologi Pakan Konsentrat Introduksi Teknologi Amoniasi–Ferrmentasi Jerami Padi (Jerami padi amofer) Introduksi Teknologi Pembuatan Biogas dan pupuk organik/kompos

On-Lab

On-Station

Peternak/petani (On-Farm)

Peternak/petani (On-Farm)

On-Station

On-Lab

Tabel Rangkuman Hasil Penelitian pada Sapi Peranakan Ongole

Parameter T1 T2 T3 T4

Kons. BK, Kg

PBBH, Gram

Konv. Pakan

Efisiensi, %

Tambahan Pendapatan, Rp/e/h

5,35

409

13,08

7,64

1.207

6,27

451

13,90

7,19

1.331

7,20

699

10,30

9,71

3.750

8,12

725

11,19

8,93

3.416

Keterangan:T1: Pemberian Pakan Konsentrat 2 kg/e/hT2: Pemberian Pakan Konsentrat 3 kg/e/hT3: Pemberian Pakan Konsentrat 4 kg/e/hT4: Pemberian Pakan Konsentrat 5 kg/e/h

Tabel Rangkuman Hasil Penelitian Pupuk

Parameter P1 P2 P3

Kadar Air, %

C org., %

N, %

C/N ratio

P, %

K, mg/kg

63,39

19,07

1,51

12,69

0,97

406,02

59,22

6,65

0,60

11,05

0,24

369,26

72,12

11,48

1,11

10,37

1,53

424,8

Keterangan:P1: Perlakuan Penggunaan EM4P2: Perlakuan Penggunaan StardecP3: Perlakuan Penggunaan Biofad

Penanganan Limbah Sisa Pakan dan

Ekskreta

Pupuk Kompos Hasil dengan Pengolahan

dengan Sumber Probiotik

Launching Pupuk Kompos (Komersial)

• LINGKUNGAN MAKRO • LINGKUNGAN MIKRO

–BREEDING–FEEDING–MANAGEMENT

• ANCAMAN LINGKUNGAN USAHAUsaha peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat menanam modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok masyarakat.

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN USAHA PETERNAKAN :

FAKTOR LINGKUNGAN MAKRO1. Klimatik (curah hujan; suhu; kelembaban; radiasi

sinar mthr.; kecep. angin)2. Edafik (air; topografi tanah; kead. tubuh tnh.)3. Biotik (flora dan fauna)4. Teknologi (sederhana; madya; tinggi)5. Ekonomi-Finansial (pasar; komunikasi; institusi

keuangan dan perkreditan)6. Sosial Budaya (tenaga kerja; kebiasaan hidup)7. Kebijakan Umum Pemth (mendorong/tidak?)

Faktor Klimatik

• Meliputi: Curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi sinar matahari, kecepatan angin

• Curah hujan penyediaan air minum, pengadaan pakan sepanjang tahun, peta curah hujan (program perkawinan terkontrol, penyerentakan berahi, IB, kebuntingan, kelahiran, ketersediaan pakan). Daerah basah, sedang, dan kering

• Suhu kisaran suhu lingkungan, toleransi hewan terhadap suhu lingkungannya, pengaruh buruk/baik terhadap produksi maupun produktivitas ternak, ternak lokal atau asli pada umumnya dapat bertahan terhadap suhu tropis yang panas

Lanjutan …… Faktor Klimatik

• Kelembaban udara mempengaruhi kesehatan ternak (khususnya kelembaban tinggi meningkatkan kejadian penyakit saluran pernafasan), meningkatkan biaya perawatan

• Radiasi sinar matahari mempengaruhi produksi telur, gelap dapat meningkatkan biaya penerangan, proses fotosintesis

• Kecepatan angin gerak udara normal baik untuk kesegaran lingkungan, badai perlu dicermati, kincir angin, pengadaan air dari air tanah

Faktor Edafik

Air air minum (esensial), derajat kebersihan air (toksik, terpolusi limbah industri?), sumber air (air tanah, air permukaan), penetapan kebutuhan air minum bagi ternak sering dilupakan oleh karena itu selalu disarankan pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, + 5 liter air minum per kg konsumsi bahan kering

Topografi Tanah ketinggian erat kaitannya dengan suhu dan kelembaban udara, vegetasi tanaman, perlu diperhatikan pula permukaan tanah

Keadaan tubuh Tanah tekstur, kesuburan, availability mineral

Faktor Biotik

Keadaan flora dan fauna setempat Berbagai jenis tanaman, pepohonan sarana produksi (pagar,

peneduh, pelindung terhadap angin dll) Fauna perhatikan fauna liar (ular, binatang buas) penganggu

ternak) Keadaan virus, bakteri, fungi, protozoa, parasit sumber penyakit.

Sejarah berjangkitnya penyakit di suatu daerah perlu dipelajari dan diperhatikan

Faktor Teknologi

Teknologi yang digunakan setempat sederhana, madya, tinggi Hard ware: mekanis (pengolahan tanah: mesin traktor; padat

karya), kimiawi (pemupukan: pupuk buatan; pupuk kandang), biologis (bibit: lokal, unggul; perkawinan ternak IB/alam)

Soft ware: teknologi yang meliputi misalnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, organisasi, perencanaan usaha

Khususnya mengenai pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja perlu diketahui berhub dgn biaya (biaya produksi) perbaikan mutu tenaga kerja (pelatihan, pendidikan teknis)

Faktor Ekonomi-Finansial

Pasar dan Pemasaran: segmen pasar (lokal, nasional, internasional), komoditi yang dihasilkan, kompetitor sejenis, daya serap pasar, prospek, jalur tata niaga, informasi pasar

Komunikasi: transportasi hasil, keadaan perhubungan dan sarana transport (darat, laut, udara), sarana telekomunikasi

Institusi keuangan dan perkreditan: lembaga perbankan, persyaratan kredit, suku bunga dll

Faktor Sosial-Budaya

Pemenuhan tenaga kerja (kebiasaan hidup, status kesehatan/kesegaran jasmani) produktivitas tenaga kerja

INOVASI TEKNOLOGIPAKAN DAN PAKAN

RUMINANSIA

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA

• Peningkatan produksi• Peningkatan populasi• Peningkatan produktivitas

Low Land - Silase

Komoditi Perlakuan dan Parameter Sumber

Silase Hijauan Lamtoro

dan Jerami Jagung Makin meningkat legume (lamtoro),

mutu silase menurun, browning

reaction

KCBK + KCBO (P > 0,05)

Konsentrasi NH3 rumen < 3,57 mM

Konsentrasi VFA rumen < 80 mM

Zat antinutrisi --> mimosin

Sunarso dkk., 1987

Low Land - SilaseKomoditi Perlakuan dan Parameter Sumber

Silase Rumput Setaria

Domba Jantan Lokal

Macam silo

Aras aditive molases

Densitas 600 – 700 kg/m3

2 – 3 cm ukuran hijauan

Tidak ada dampak buruk terhadap ternak intake, hematologis, balance N

Konsumsi Bahan Kering menurun sejalan dengan penggunaan silase dalam ransum

Dapat menggantikan hijauan segar (konsumsi BK;PBB, konsumsi pakan, karkas)

Sunarso, 1993 (PhD/Disertasi)

Sunarso dkk., 1984 – 1991

DP3M – Ditjen Dikti

Low Land – Hijauan

Komoditi Perlakuan dan Parameter SumberSilase Rumput Setaria

Lama ensilase 3-5 minggu, additive molasses

Meningkatkan konsentrasi total asam

Menurunkan gula terlarut

Karakteristik fisik lebih baik

Karakteristik kimiawi lebih baik

Rahmadi dkk., 1993

Silase Rumput Setaria

Lama ensilase

Aras aditive molases (0-6 %)

Peningkatan total gula (1,9 1,4 %)

Penurunan gula reduksi (1,7 1,1 %

Penurunan pH (6,6 4,1)

Peningkatan total asam (2,5 5 %)

Rahmadi dkk., 1993

Sunarso dkk., 1994

Komoditi Perlakuan dan Parameter Sumber

Domba Jantan Lokal

Silase rumput Setaria, rumput Gajah

Pakan konsentrat

Konsumsi BK 53,7 – 60,3 g/BB0,75

PBBH 32,3 – 42,2 g/e/h

Konsentrasi oksalat menurun 22,8 16,0 g/e/h

Oksalat serum : 0,31 – 0,40

Oksalat feses : 6,3 – 7,3 g/h

Oksalat urin : 0,9 – 1,4 g/h

Sunarso dkk., 1997

Domba Jantan Lokal

PBBH : 52,2 g/e/h

Silase rumput Setaria

Sunarso, 1995

KAJIAN ON STATIONKAJIAN ON STATIONLow Land - SilaseLow Land - Silase

Low Land – Pakan Berbasis Silase

Komoditi Perlakuan dan Parameter

Sumber

Kambing Silase Rumput Raja

PBBH, angka konversi

pakan

Introduksi teknologi belum diadopsi

Sunarso dkk., 1995

SUDR

Domba

Silase Rumput Setaria

Aras Aditive molases

Meningkatkan koefisien

cerna BK & BO, PK

Sunarso, 1995

Penggemukan Sapi Jantan

Di Daerah Up Land

(Wonosobo)

Hijauan Pakan

Hasil Integrasi

Ternak - Pertanian

Komoditi Perlakuan Dan Parameter SumberSapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan

Wonosobo

Hijauan rumput Raja

Hijauan kaliandra

Pakan Konsentrat

PBB 0,81 – 0,92 kg/e/h

Nuschati, 2002

Sapi Simmental Jantan, PFH, Limousin, Brahman Cross

Rumput Raja

Pakan Konsentrat PK : 14%, TDN : 70%

Simmental + PFH PBBH : 1,1 – 1,6 kg/e/h

Limousin + Brahman cross PBBH : 077 – 0,90 kg/e/h

Konsentrat diberikan 3 jam mendahului hijauan

Nuschati dkk., 2002

Domba Lokal Jantan 60 ekor, BB : 24,88 3,8 kg

Rumput Gajah

Konsentrat PK 15%, TDN 70%

PBBH 122 g/e/h

PBBH 60 – 80 g/e/h

PBBH 42,2 g/e/h

Ernawati & Sunarso, 2001

Dirjopratono dkk., 1999

Up Land – Hijauan

Limbah Potensial Pakan Ruminansia

Pretreatment

Jerami Padi Amofer

Jerami Padi Amofer

Komoditi Perlakuan dan Parameter Sumber

Sapi Peranakan Ongole (PO) Blora

Jerami padi “Amofer” + pakan konsentrat

Pertambahan bobot badan 0,74 kg/e/h

Angka konversi pakan 12,8

Amoniasi digunakan urea

Fermentasi digunakan sumber probiotik

Daryanti, 2002

Supandargono, 2002

(Thesis Magister Ilmu Ternak, UNDIP)

Sapi Peranakan Ongole (PO) Blora

Jerami padi + pakan konsentrat

PBB 0,46 – 0,70 kg/e/h

Tambahan pendapatan Rp. 3.750,-/e/hB/C : 1,24

PK 10 – 14%; TDN 60 – 70%

Pemanfaatan kotoran : pupuk (kompos) & biogas

Sunarso dkk., 2001

Semi Que III Dikti

KAJIAN ON FARMKAJIAN ON FARMLOW – LAND JERAMILOW – LAND JERAMI