bioklastika. Lintasan Kali Pacalan (SP-5). Bawah: Batas...
Transcript of bioklastika. Lintasan Kali Pacalan (SP-5). Bawah: Batas...
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 41
Foto 3.23. Atas: Singkapan batupasir breksian, berlapis sedang, bersusun tingkat, terdiri dari
bioklastika. Lintasan Kali Pacalan (SP-5). Bawah: Batas perlapisan batupasir
breksian yang menunjukkan sifat tegas. Lintasan Kali Pacalan (KP-5a).
Foto 3.24. Gejala Flamestructuresebagai penunjuk intesitas sedimentasi turbidit yang cukup
tinggi.Perlapisan batupasir breksian. Lintasan Kali Pacalan (SP-5)
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 42
Pada bagian atas satuan, perkembangan stratigrafi ditandai dengan batupasir
tufan perselingan tuf (Foto 3. 25-26). Pemerian batupasir tufan secara megaskopis
terdiri dari detritus litik vulkanik, semen karbonatan, matriks pasir halus, warna putih
kelabu, terpilah baik, menyudut-menyudut tanggung, kemas tertutup, mineral sedikit
piroksen, porositas baik, dapat diremas, serta ukuran pasir sedang-halus. Singkapan
tersebut ditemukan di ujung Lintasan Kali Pacalan bagian timur (Foto 3. 25).Lapisan
ini kemudian ditutup oleh litologi breksi vulkanik secara erosional yang menjadi
penanda batas atas satuan batupasir dengan satuan di atasnya (Kolom PPS-KP).
Foto 3.25. Singkapan batupasir perselingan tuf (atas) dan batupasir tufan (bawah). Lintasan
Kali Bluncong (JB-1,2)
Foto 3. 26. Singkapan batupasir perselingan tuf, berlapis tipis dengan sekuen menipis keatas.
Desa Parseh (KB-13).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 43
Berdasarkan pengamatan sayatan tipis (lampiran-A), sampel batupasir
umumnya, terdiri dari fragmen vulkanik dengan beragam jenis batuan (basalt, andesit,
piroklastik), yang memiliki tekstur porfiritik dan tekstur alir pada massadasar (70%),
fragmen kristal piroksen, hornblend dan olivine (8%), kalsit (20%), dan porositas
(2%). Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1982), batupasir ini dinamai pebbly lithic
arenite sandstone.
Berdasarkan analisis mikropaleontologi sampel satuan (Lampiran-A),
kandungan foraminifera planktonik Globigerina Venezuelana dan Globorotalia
Tumidadalam sampel, menunjukkan kisaran umur N16-N19 atau sekitar Miosen
akhir-Pliosen awal (Blow, 1958), sedangkan kehadiran foraminifera bentonik
Cibicides sp. mengindikasikan lingkungan pengendapanzona batial atas.
Berdasarkan analisis urutan vertical batupasir berlapis sedang, batupasir
dengan fragmen coral, serta batupasir tufan, satuan ini diinterpretasikan sebagai
endapan turbidit kipas bawah laut bagian kipas tengah menurut model pengendapan
arus turbidit pada kipas bawah laut oleh Walker (1978). Berdasarkan kandungan
material vulkanik yang tercampur dengan material lainnya di dalam matriks, lokasi
pengendapan satuan diinterpretasikan berdekatan dengan kaki gunung api serta
paparan karbonat yang diperkirakan sebagai coral-reef.
Satuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan batulempung dan
batugamping dengan batas tegas (Pendowo & H. Samodera, 1997).Berdasarkan hasil
pengamatan ciri litologi di lapangan serta hasil analisis sampel di laboratorium, satuan
batupasir disetarakan dengan Formasi Leprak (Pendowo & H. Samodera, 1997).
4. Satuan Breksi Vulkanik
Satuanini merupakan satuan batuan kuarter termuda yang tersingkap di daerah
penelitian. Satuan ini tersebar pada bagian utara daerah penelitian, relatif memanjang
pada TL-BD, meliputi 25% luas daerah penelitian, dan ditandai dengan warna coklat
pada peta geologi.Satuan ini tersingkap di sepanjang jalan setapak Desa Bringin, barat
daya daerah penelitian, dan berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan
nya diketahui paling tidak sebesar 300 m.
Satuan ini terdiri dari litologi breksi vulkanik dengan sisipan batugamping
koral (Foto 3. 28, 29). Singkapan-singkapan litologi breksi banyak dijumpai di
sepanjang lintasan Bukit Tambakukir dan Pacalan bagian utara, serta timurlaut daerah
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 44
penelitian.Adapun, sisipan batugamping koral ditemukan secara setempat pada
Lintasan Kali Pinang.
Foto 3.27. Singkapan breksi vulkanik. Lintasan Desa Menoran, bagian baratdaya daerah
penelitian (SM-3)
Secara megaskopis breksi vulkanik berlapis baik dengan ketebalan 30-50 cm
(Foto 3. 30), aneka bahan, terdiri dari andesit dan basalt, semen silikat, gelasan, warna
abu-abu tua, terpilah buruk, menyudut – menyudut tanggung, kemas terbuka,
kandungan mineral piroksen dan olivin, porositas buruk, kompak, serta ukuran butir <
20 cm.
Pada bagian tengah satuan ditemukan sisipan berupa batugamping terumbu
setebal sekitar 1 m. Singkapan ditemukan menerus secara setempat pada lintasan Kali
Pinang (Foto 3. 29), berwarna putih terang, relatif telah terlapukkan dan membentuk
fragmen klastika, ditandai dengan kehadiran head coral, branching coral, semen
kalsit, serta tingkat kekerasan yang relatif tinggi.
Dari analisis mikroskopis pada sayatan tipis sampel satuan diatas, diketahui
fragmen penyusun breksi umumnya ialah basalt, dengan tekstur hipokristalin,
porfiritik, serta memiliki kandungan piroksen (30%), olivine (10%), dan massadasar
yang berupa plagioklas, piroksen, material gelas opak, sedikit olivine dan biotit
bertekstur intergranular, serta sedikit mineral alterasi olivine, iddingsite (58%).Dari
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 45
hasil analisis tersebut disimpulkan fragmen breksi pada sampel SM-3, ialah Basalt
Porphyry.
Foto 3.28. Sisipan batugamping koral setebal sekitar 1 meter pada bagian tengah satuan
breksi. Lintasan Kali Pinang (SM-2).
Litologi breksi vulkanik satuandiduga berasal dari erupsi gunung Ringgit
Purba di sebelah baratlaut daerah penelitian dengan umur sekitar Pliosen Akhir
berdasarkan hasil pentarikhan unsur radioaktif K-Ar pada fragmen basalt batuan (2 jtl,
Soeria-Atmadja, 1996 dalam Pendowo & H. Samodera, 1997).
Berdasarkan tekstur batuan berupa berupa fragmen yang tertanam umumnya
secara floating dalam massa dasar, sedimentasi satuan diinterpretasikan terjadi dengan
mekanisme mass wasting (aliran laharik, Foto 3. 30, Thornbury, 1969).
Berdasarkan kehadiran sisipan batugamping koral pada bagian tengah,
lingkungan sedimentasi satuan ini ditafsirkan merupakan laut dangkal yang dekat
dengan kaki gunungapi.Perubahan stratigrafi di bagian atasnya menjadi breksi
kembali ditafsirkan sebagai perubahan lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh
kenaikan dasar cekungan, penurunan muka laut ataupun aktivitas vulkanik yang lebih
intensif dari fase sebelumnya (Pleistosen Awal).
Satuan ini diendapkan secara selaras diatas satuan batupasir.Hal ini tampak
dari kesamaan kedudukan lapisan satuan ini dengan satuan-satuan lain yang lebih tua
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 46
di daerah penelitian, sedangkan batasnya adalah bidang erosional (Pendowo & H.
Samodera, 1997).
Foto 3.29. Singkapan breksi vulkanik dengan floating fragments. Lintasan Kali Pacalan (SP-
4).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap cirri litologi di lapangan serta hasil
analisis sampel di laboratorium, satuan batuan ini disimpulkan setara dengan formasi
Ringgit (Pendowo & H. Samodera, 1997).
5.Satuan breksi tufan
Satuan ini merupakan satuan terluas dengan luas cakupan 40% daerah
penelitian, tersebar pada bagian timur, tenggara serta barat daya daerah penelitian,
ditandai dengan warna merah muda pada peta geologi, serta tersingkap dengan cukup
baik di sepanjang lintasan Desa Pandak-Cangkring, Desa Bringin, dan Desa Menoran.
Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi ketebalan satuan ini mencapai sekitar
50 m.
Satuan ini tersusun atasperselingan sedang breksi dan batupasir tufan dengan
batas tegas, struktur sedimenyang relatif masif, serta kondisi singkapan yangrelatif
lapuk. Berdasarkan pengukuran kemiringan lapisan pada singkapan, kedudukan
satuan umumnnya relatif datar (Foto 3. 32).Secara megaskopis breksi tufan, bersifat
batuapungan, bersemen non-karbonatan, terpilah buruk, menyudut, berkemas terbuka,
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 47
berfragmen gelasan, dengan porositas baik, serta ukuran butir krakal-pasir kasar
(<4cm, Foto 3. 31).Batupasir tufan, terdiri dari detritus litik vulkanik, semen
karbonatan, matriks pasir halus, putih kelabu, terpilah baik, menyudut-menyudut
tanggung, berkemas tertutup, mengandung piroksen, dengan porositas baik, dapat
diremas, serta berukuran pasir sedang-halus.
Foto 3. 30Singkapan breksi tufan lapuk sedang (JK-6)
Berdasarkan analisis sayatan tipis (Lampiran-B), breksi tufan, terpilah buruk,
angular – subrounded, berukuran pasir kasar – krakal (<1cm), dengan fragmenterdiri
dari piroklastik, pumice, beku basalt-andesit, litik piroklastik berupa tuf vitrik dengan
flow structure serta tekstur intergranular (40%). Fragmen kristal dengan mineral
dominan plagioklas (4%), serta mineral opak (1%). Matriks didominasi litik vulkanik,
pecahan gelas, serta mineral mafik sebesar 45%, adapun porositas sebesar
10%.Berdasarkan klasifikasi Fisher (1981), litologi breksi tufan pada titik JK-4,
dinamakan Vitric lithic lapili tuff.
Berdasarkan analisis ketiadaan fosil mikroplanktonpada satuan serta
kandungan mineral vulkanik yang melimpah, satuan ini ditafsirkan terbentuk pada
lingkungan pengendapan darat dengan sumber vulkaniklastik berupa erupsi gunung
api. Berdasarkan analisis studi literatur terhadap peneliti terdahulu, satuan
disimpulkan berumur Holosen (van Bemmelen, 1949).
Berdasarkan kehadiran perbedaan kedudukan antara satuan ini dan satuan
sebelumnya satuan ini disimpulkan diendapkan secara tidak selaras diatas seluruh
satuan batuan sebelumnya, dengan batas bawah berupa bidang erosional (foto 3.32).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 48
Foto 3.31. Singkapan perselingan breksi dan batupasir tufan pada Satuan Breksi Tufan,
menunjukkan kedudukan lapisan horizontal (JB-15).
Foto 3.32Kontak antar satuan breksi dengan breksi tufan berupa bidang erosional (SM-2).
Berdasarkan hasil pengamatan cirri litologi yang tampak pada singkapan di
lapangan serta hasil analisis pada sampel di laboratorium, satuan ini disetarakan
dengan Formasi Bagor (Pendowo & H. Samodera, 1997).
Breksi
tufan
Breksi vulkanik
Batupasir tufan
Breksi tufan
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 49
6. Satuan Aluvial
Satuan ini menempati 5% luas total daerah penelitian dan terletak pada bagian
tenggara-selatan daerah penelitian. Satuan ini tersingkap di sepanjang aliran Kali
Bluncong yang mengalir dengan arah timur-barat, dan juga sebagian Kali Sampeyan
yang mengalir pada arah barat daya- timur laut. Satuan ini merupakan satuan termuda
yang terdapat di daerah penelitian, dan hingga kini secara aktif masih terus
mengalami proses pengendapan dan pembentukan.
Satuan ini tersusun dari material lepas fragmen batuan beku dan sedimen,
berupa basalt, andesit, batupasir, dan breksi yang tertransport dan terendapkan dari
hulu sungai akibat arah aliran dan diferensiasi kuat arus pembawanya.Material
penyusun berukuran bongkah hingga krakal, dan tertanam dalam massa dasar pasir
yang belum terlitifikasi sempurna (Foto 3. 33).Satuan ini menindih secara tidak
selaras semua satuan batuan pada daerah penelitian dengan batas erosional pada umur
resen.
Foto 3.33 .Endapan alluvial, berupa material lepas pasir-bongkah yang terdiri dari basalt,
andesit, batupasir, batugamping, dan breksi. Lintasan Kali Bluncong(KB-19).
3. 3. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi daerah Klabang merupakan bagian dari satu jalur
antiklinorium antara Besuki dan Situbondo di sebelah selatan Gunungapi Kuarter,
Ringgit-Beser.Struktur antiklinorium dengan arah barat-timur ini berbentuk sirkuler,
Kali Bluncong
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 50
dengan puncak-puncak antiklin yang intinya ditempati oleh satuan batuan Tersier
batulempung, batupasir dan batugamping (lihat Bab I, Gambar 1. 2).
3. 3. 1. Hipotesis Awal
Gambar 3.9.
Citra SRTM daerah penelitian dengan pola
kelurusan bukit (garis kuning), dan lembah (garis
hitam), serta diagram roset distrbusi jurus kelurusan
bukit dan lembah daerah penelitian (kiri).
Berdasarkan analisis geomorfologi, daerah penelitian memiliki pola kelurusan
utama berarah timurlaut-baratdaya & baratlaut-tenggara yang dipengaruhi oleh
tegasan utama yang bekerja pada arah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara.Pola
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 51
timurlaut-tenggara tersebut ditafsirkan sebagai jalur lipatan, sedangakan pola
baratlaut-tenggara ditafsirkan sebagai sesar geser.
3. 3. 2. Struktur Geologi Daerah Klabang
Berdasarkan pengamatan terhadap gejala struktur yang terdapat di lapangan,
struktur geologi di daerah Klabang disimpulkan terdiri dari (Gambar 3. 9):
1. Antiklin Klabang
2. Sinklin Klabang
3. Sesar Normal Menoran
4. Sesar Geser Kali Bluncong
Gambar 3.10. Peta struktur geologi daerah Klabang.
1
2
3
4
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 52
1. Antiklin Klabang
Antiklin ini terentang dengan arah timurlaut–baratdaya daerah penelitian, dan
merupakan bagian sebelah selatan dari Antiklinorium Melengkung Besuki-Situbondo
di sebelah utara, yang persebaran sayapnya melewati wilayah desa Pacalan, Desa
Parseh, dan Desa Leprak. Antiklin ini melibatkan batuan dari inti ke puncaknya:
batulempung, batugamping, batupasir, dan breksi vulkanik. Kehadiran struktur ini
disimpulkan dari perbedaan kedudukan lapisan batuan yang berlwanan arah dengan
sumbu yang berarah relatif timurlaut-baratdaya (Gambar 3. 9). Kedudukan sumbu
antiklin ini tidak diketahui secara persis karena tidak tersingkap di daerah penelitian.
Dari observasi di lapangan, kedudukan rata-rata dip sayap lipatan bagian utara,
adalah sebesar N 1900 S, dengan dip sebesar 500. Sedangkan sayap antiklin sebelah
selatan memiliki rataan jurus sebasar N 300 E, dan dip sebesar 400, sehinggaantiklin
ini disimpulkan sebagai antiklin asimetris dengan sayap yang lebih terjal pada bagian
selatan. Berdasarkan bentukan punggungan homoklin serta bentuk amphitheatre pada
bagian timurlaut daerah penelitian (Bab 3, Geomorfologi Daerah Klabang), struktur
antiklin Klabang disimpulkan menunjaman ke arah timurlaut (Lampiran D-1).Pada
bagian utara, (lintasan Kali Pacalan), sumbu antiklin memotong satuan batugamping
yang menjari dengan batulempung.Pada bagian selatan, sayap sebelah selatan lipatan
tertutup oleh satuan breksi tufan secara tidak selaras, sehingga sayap antiklin yang
berupa satuan batupasir sebelah selatan sumbu tidak tersingkap di lapangan
(Lampiran D-3).Sumbu antiklin ini membelok ke arah selatan pada bagian tengah
sehingga ditafsirkan terbentuk oleh dua fase gaya.
Menurut Van Bemmelen (1949), antiklin ini pertama-tama terbentuk akibat
gaya kompresif berarah Utara-Selatan yang terjadi pada Kala Plio-Pleistosen,
kemudian mengalami pelengkungan akibat tektonik gelinciran, dengan arah tegasan
utama relatif tenggara-baratlaut yang terjadi akibat aktivitas vulkanik (Bab II, sruktur
regional Cekungan Jawa Timur Utara), yang terjadi pada Gunung Raung hingga
Gunung Ijen di selatan. Antiklin ini memiliki struktur pasangan berupa Sinklin.
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 53
2. Sinklin Pacalan
Struktur ini merupakan titik kulminasi terendah dari sayap Antiklin Klabang
sebelah selatan, memiliki, dengan melibatkan satuan batulempung, batugamping,
batupasir dan breksi vulkanik,serta genesa yang sama dengan Antiklin Klabang.Sayap
sebelah tenggaranya ditutup secara tidak selaras oleh satuan breksi tufan yang
berumur lebih muda (Lampiran D-3).
Sinklin ini memiliki kedudukan sumbu relatif timurlaut-baratdaya, ditemukan
berupa bukit terjal dari breksi vulkanik yang pada bagian bawahnya
ditemukankedudukan satuan batupasir dengan arah dip-nya saling berhadapan
(gambar 3. 9).Gejala ketidakteraturan stratigrafitersebut disimpulkan sebagai lipatan
sinklin. Sayap baratlaut sinklin memiliki rataan kedudukan N 100E/400SE, sedangkan
sayap sebelah timur laut memiliki nilai sebesar N 100E/450SE, sehingga disimpulkan
struktur sinklin ini memiliki bentuk relatif simetris (Lampiran D-3, penampang).
Struktur sinklin ini terbentuk pada periode Plio-Pleistosen akibat gaya tektonik
yang berarah utara selatan. Struktur ini lalu mengalami deformasi sekunder yang
berupa pelengkungan sumbu akibat peristiwa tektonik gelinciran yang terjadi pasca
periode tektonik tersebut. Peristiwa ini melibatkan blok masif vulkanik gunungapi-
gunungapi yang terdapat di sebelah selatannya, dan berpengaruh secara lokal (Van
Bemmelen, 1949).
3. Sesar GeserKali Bluncong
Struktur ini merupakan struktur penyerta lipatan dan melibatkan seluruh
satuan batuan yang selaras, dengan arah relatif TG-BL, dan dengan dip bidang yang
tidak diketahui besar nilainya. Gejala struktur ini tampak pada peta SRTM berupa
kelurusan berarah TG-BL (gambar 3. 8), yang tampak cukup signifikan di sepanjang
lembah aliran Kali Bluncong. Di lapangan gejala struktur ini ialah berupa pergeseran
batas satuan batuan di penghujung lintasan Kali Bluncong, yang ditafsirkan sebagai
offset (gambar 3. 10).
Pergeseran batas ini diketahui terjadi antara satuan batupasir dan breksi
vulkanik yang lebih muda.Kedua satuan tersebut mengalami pergeseran batas di
penghujung bagian barat kelurusan.Berdasarkan pengukuran pada peta geologi
pergeseran sesar ini memiliki panjang 250 meter.Berdasarkan arah pergeseran batas
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 54
antar kedua satuanbatuan, sesar ini bergerak relatif ke kanan.Oleh karena itu struktur
ini dinamakan Sesar Geser Menganan Kali Bluncong dengan jurus N 1200E.
Gambar 3. 11. Kelurusan lembah pada Kali Bluncong yang diinterpretasikan sebagai
manifestasi sesar.
Gambar 3. 12. Gejala pergeseran batas satuan batuan batupasir dan breksi vulkanik
padaLintasanKali Bluncong, (JB-1& KP-1), diinterpretasikan sebagai sesar
geser.
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 55
Sesar ini terjadi akibat gaya kompresi yang bekerja pada saat pembentukan
struktur lipatan Klabang oleh deformasi berarah utara-selatan selama periode Plio-
Pleistosen terhadap satuan batuan daerah penelitian (Van Bemmelen, 1949).
4. Sesar Normal Menoran
Gejala struktur ini tampak, pada sepanjang Kali Pinang dan Gunung Menoran,
Pada daerah sekitar gunung menoran gejala struktur yang teramati berupa hilangnya
urutan stratigrafi batupasir dan bersinggungannya satuan batulempung dengan satuan
breksi yang jauh lebih muda (Lampiran D-2). Gejala ketidakteraturan stratigrafi ini
diinterpretasikan sebagai akibat dari kehadiran sesar normal pada daerah tersebut
dengan jurus bidang baratdaya-timurlaut (Gambar 3. 11,12).
Gambar 3. 13. Gejala sesar normal berupa hilangnya satuan batupasir (berwarna kuning)
yang terjadi pada sayap sebelah selatan struktur Antiklin Klabang.
Gambar 3. 14. Gejala ketidakteraturan stratigrafi berupa hilangnya satuan batupasir (warna
kuning) diantara satuan batulempung (hijau) dan satuan breksi (coklat)
yang lebih muda. Barat daya daerah penelitian (Lampiran D-2).
Affan Arif Nurfarhan / 12006022 56
Berdasarkan geologi regional, struktur sesar normal menoran terbentuk akibat
perngaruh gaya gravitasi pasca periode tektonik Plio-Pleistosen yang membentuk
struktur lipatan antiklin dan sinklin pada daerah penelitian dengan arah tegasan utama
utara-selatan.