Biogeokimia Cicle.paper
-
Upload
nila-wahyuni -
Category
Documents
-
view
263 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of Biogeokimia Cicle.paper

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang
berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar
makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik
adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke
biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak
hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik (Emanuel, 1997).
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati
tersusun oleh materi. Materi ini tersusun atas unsure-unsur kimia antara lain
karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-
unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen
untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang
berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber
energi bagi organisme. Proses makan dan dimakan pada rantai makanan
mengakibatkan aliran materi dari mata rantai yang satu ke mata rantai yang lain.
Walaupun mahluk hidup dalam satu rantai makanan mati, aliran materi akan tetap
berlangsung terus. Karena mahluk yang mati tersebut diurai oleh dekomposer
yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Demikian interaksi
ini terjadi secara terus menerus sehingga membentuk suatu aliran energi dan daur
materi (Emanuel, 1997).
Mahluk hidup, terutama tumbuhan ikut mendapat pengaruh yang cukup
signifikan dari suplai hara dan energi. Di alam, semua elemen-elemen kimiawi
dapat masuk dan keluar dari sistem untuk menjadi mata rantai siklus yang lebih
luas dan bersifat global. Namun demikian ada suatu kecenderungan sejumlah
elemen beredar secara terus menerus dalam ekosistem dan menciptakan suatu
siklus internal. Siklus ini dikenal sebagai siklus biogeokimia karena prosesnya
menyangkut perpindahan komponen bukan jasad (geo), ke komponen jasad (bio)
dan kebalikannya. Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai
1

mekanisme umpan-balik yang dapat mengatur sendiri (self regulating) yang
menjaga siklus itu dalam keseimbangan.
Siklus biogeokimia adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir
dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus
unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia
(Krisna, 2013). Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup memerlukan zat-
zat seperti air,oksigen, karbohidrat, nitrogen dan sebagainya. Mengingat akan
pentingnya keberlangsungan hidup organisme terhadap siklus yang terjadi, maka
pada tugas makalah ini, kami akan membahas mengenai Siklus biogeokimia yang
terjadi di alam, yaitu siklus/daur karbon-hidrogen-oksigen, daur nitrogen, daur
sulfur, daur fosfor, daur potasium, kalsium, dan magnesium.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari daur biogeokimia?
1.2.2 Bagaimana proses terjadinya daur biogeokimia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari daur biogeokimia
1.3.2 Mengetahui proses terjadinya daur biogeokimia
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Daur Biogeokimia
Daur materi pada suatu lingkungan adalah suatu gambaran yang penting
dalam ekosistem. Materi yang diambil dari lingkungan oleh tumbuh-tumbuhan
dan hewan-hewn akan dikembalikan ke lingkungan dan dipakai kembali secara
terus menerus oleh organisme dalam proses biogeokimia. Tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan melepaskan karbondioksida sebagai hasil pernafasan selulernya ke
udara alam lingkungannya yang kemudian dapat digunakan lagi oleh tumbuhan
dalam proses fotosintesis untuk membuat zat gula, yang kemudian dimakan oleh
hewan-hewan dan melepaskannya kembali. Dekomposer menambah mineral-
mineral ke dalam tanah, tumbuhan dan hewan mati dekomposer akan
memprosesnya lagi sebagai sumber mineral dalam tanah (Ramli, 1989).
Energi yang menjadi penggerak sistem kehidupan semua makhluk hidup
berasal dari tenaga matahari, sedangkan materi yang menyusun organisme berasal
dari bumi. Oleh karena itu setiap organisme terdiri atas materi yang juga
merupakan bagian dari bumi itu sendiri (Ramli, 1989).
Studi ekosistem tidak hanya bertitik tolak dari sudut organisme tetapi juga
dari lingkungan abiotiknya. Pengertian mengenai lingkungan abiotik dalam
hubungannya dengan organisme dapat memberikan bantuan besar untuk
memahami hakekat adaptasi makhluk hidup dalam lingkungannya (Ramli, 1989).
Setiap bahan kimia yang dibutuhkan organisme sebagai bahan baku
disebut nutrien. Oleh karena suatu bentuk kehidupan tersusun oleh sebagian
senyawa anorganik dan sebagian lagi organik, dan semua fungsi hidup itu
ditujukan untuk pemeliharaan pelestarian tubuhnya, maka dihimpun dalam bentuk
hidup itu sendiri (Ramli, 1989).
Hampir 30 sampai 40 unsur diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan organisme, diantara yang terpenting adalah C, H, O, N, S, P, K,
Ca, Fe, Mg, B, Zn, C1, Mo, I, dan F. Kebanyakan dari unsur-unsur ini tidak dapat
dipakai langsung oleh organisme tetapi diambil dalam bentuk persenyawaan-
persenyawaan kimia. Sebagai contoh, hidrogen yang tersedia dalam molekul air
yang mem[unyai dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Unsur-unsur ini dan
3

persenyawaannya, disebut nutrien (zat hara), berpindah-pindah di dalam rantai
makanan makhluk hidup dan lingkungan abiotis yang merupakan komponen
ekosistem dalam suatu daur materi. Secara khusus dikenal dengan nama daur
biogeokimia karena unsur-unsur kimia terdapat dalam air di dalam bumi,
atmosfera, dan batu-batuan dan tanah di dalam tanah (Ramli, 1989).
Zat hara, diabsorbsi oleh produsen dari makhluk/lingkungan abiotis,
kemudian diasimilasikan menjadi persenyawaan organik dan bergerak dalam
rantai makanan pada paras trofik yang berbeda-beda. Setelah makhluk-makhluk
itu mati, materi-materi disederhanakan kembali oleh pengurai-pengurai dan
dikembalikan ke lingkungan abiotis untuk digunakan lagi seterunsya. Jadi
mikroorganisme memainkan kunci peranan yang sangat penting dalam tahapan
daur zat hara ini. Banyak macam bakteri yang akan dapat menguraikan sisa-sisa
buangan dari organisme tertentu, untuk mencapai proses penguraian itu. Memang
kebanyakan proses yang detail dari mikrobiolog bakteri ini tidak seluruhnya
diketahui, dan aplikasi yang praktis belum memungkinkan pengungkapannya
tetapi para ahli mikrobiologi selalu mengadakan penelitian yang lebih banyak
pada bidang ini.
Karena unsur-unsur yang esensil pada makhluk hidup diperlukan dalam
jumlah yang besar, telah diketahui sembilan dari unsur-unsur itu merupakan
macronutrient (unsur-unsur makro). Pada tabel 2.1 dapat dituliskan bersama-sama
kelompok unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit oleh tumbuhan
hijau, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Zat Hara Esensial untuk Pertumbuhan dan Perkembangan dalam
tubuh Tanaman
Unsur-Unsur Makro Unsur-Unsur Mikro
Karbon Besi
Hidrogen Mangan
Oksigen Tembaga
Nitrogen Seng
Belerang Boron
Fosfor Sodium
4

Potasium Molibden
Kalsium Vanadium
Magnesium Kobal
Unsur-unsur mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Proses ini dikenal dengan daur biogeokimia
atau daur organik-anorganik. Daur unsur-unsur ini tidak hanya melalui organisme
tetapi juga diikuti reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga daur ini
disebut daur biogeokimia. Dengan demikian ekskresi yang dihasilkan organisme
akan dikembalikan ke lingkungannya pada waktu organisme tadi masih hidup.
Apabila organisme mati, semua bahan lain dari tubuhnya akan dikembalikan ke
lingkungannya dengan baik. Penghancuran yang dilakukan oleh bakteri-bakteri
dan jenis-jenis fungsi dengan jalan dekomposisi terhadap organisme mati atau
sisa-sisa organisme, akan mengembalikan semua zat dari tubuh organisme
tersebut dan mengubahnya kembali menjadi zat-zat bahan anorganik yang serupa
dengan semula pada saat diambil dari lingkungannya. Bumi memelihara dan
mengawetkan semua bahan ini untuk waktu yang lama dan memberikan
kemunginan utnuk penerusannya demi kelangsungan yang tidak terbatas dalam
mebgulangi kembali pembentukan bahan-bahan hidup. Di dalam daur bahan-
bahan hidup ini turut serta energi yang secara terus menerus diterima dari sinar
matahari. Daur biogeokimia ini dapat diartikan sebagai suatu daur dari lingkungan
ke organisme dan kembali ke lingkungan lagi. Daur biogeokimia adalah Istilah
lainnya adalah daur “anorganik-organik” (Ramli, 1989). Krisna (2013)
mengartikan daur biogeokimia adalah daur unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kemabli lagi ke komponen abiotik.
5

Gambar 2.1 Kehidupan di bumi tergantung pada unsur-unsur kimia dan aliran
energi dalam ekosfera
( Sumber: Ramli, 1989)
2.2 Macam-Macam Daur Biogeokimia
1. Daur Karbon – Hidrologi – Oksigen
Zat-zat hara makro yang pertama ini – karbon, hidrogen dan oksigen
menyusun hampir 94% dari berat kering suatu tumbuh-tumbuhan, merupakan
unsur yang penting dalam proses fotosintesis dan respirasi dan kita dapat
memikirkannya sebagai sirkulasi bersama-sama dalam suatu daur materi. Gambar
daur di dalam ekosistem darat misalnya, air (H2O) dan karbondioksida diabsorbsi
oleh produsen dan membentuknya menjadi karbohidrat (CH2O). Oksigen (O2)
dihasilkan dan dilepaskan kedalam lingkungan (Ramli, 1989).
Tumbuh-tumbuhan akuatik mengambil air yang mereka perlukan secara
langsung di sekitarnya, tetapi tumbuhan darat mengisap air dari dalam tanah.
Meskipun air tersedia dalam jumlah yang banyak, karbondioksida tersedia dalam
jumlah terbatas yaitu kira-kira 0,03 persen dari volume udara di atmosfer. Air laut
mengandung kira-kira 30 kali lebih banyak CO2 dalam bentuk bikarbonat dan
ion-ion karbonat. Tumbuh-tumbuhan daratan telah menghasilkan sejumlah besar
karbondioksida ke atmosfer seandainya telah dimanfaatkan oleh konsumen-
6

konsumen dalam proses respirasi. Mereka mengambil makanan dan osigen dan
mengkombinasikannya dalam persenyawaan dan melepaskan sebagai hasil
buangan, dan diekskresikan ke dalam lingkungannya, pengurai-pengurai,
sebagaimana konsumen-konsumen, membawa respirasi jalan serupa yang pasti
(Ramli, 1989).
Gambar 2.2 0, Hidrogen, dan Oksigen lingkungan daratan
( Sumber: Ramli, 1989)
a. Daur Karbon
Karbon merupakan unsur yang menyusun semua senyawa organik. Selama
transfer energi di dalam konsumsi makanan berupa karbohidrat dan lipid,
pergerakan karbon menuju ekosistem bersama-sama dengan aliran energi. Sumber
karbon untuk organisme hidup ialah CO2 yang ditemukan baik dalam keadaan
bebas di atmosfer maupun terlarut di dalam air dan dilapisi bumi. Tumbuh-
tumbuhan sebagai produsen menggunakan CO2 untuk membentuk karbohidrat
pada peristiwa fotosintesis. Demikian juga lipid dan polisakarida dibentuk oleh
tumbuhan yang akan digunakan oleh herbivora. Karnivora pemakan herbivora
mengubah senyawa karbon menjadi bentuk lain. Karbon dilepaskan ke atmosfer
7

secara langsung berupa CO2 sebagai hasil respirasi dari tumbuhan dan hewan.
Bakteri dan fungsi memecah senyawa organik kompleks dari sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang sudah mati menjadi senyawa sederhana yang berfungsi untuk
daur lain. Karbon organik juga terdapat pada kerak bumi berupa batubara, gas
alam, minyak, batu kapur (limestone) dan karang. Karbon deposit ini akan
dibebaskan setelah dibentuk dalam periode waktu yang lama (Ramli, 1989).
Gambar 2.3 Daur Karbon
(Sumber: (Stevenson, 1999)
Daur karbon dimulai dari karbondioksida baik yang ada di udara maupun
yang larut dalam air. Dengan melalui proses fotosintesis, karbondioksida
membentuk senyawa-senyawa tertentu yang membentuk materi-materi organisme.
Pada saat fotosintesis, energi menjadi satu didalam senyawa organik yang
dihasilkan oleh tanaman hijau dimana tanaman hijau ini akan dimakan oleh
konsumen, hewan dan manusia. Bila hewan dan manusia mengadakan aktivitas
maka mereka akan melepaskan sejumlah energi, dan bersama dengan pengeluaran
energi tadi karbon dioksida terlepas kembali ke udara dan ke air. Jadi apabila
organisme-organisme ini mati dan membusuk maka mereka akan dimakan oleh
bakteri-bakteri (Stevenson, 1999).
8

Dalam keadaan lain setelah dalam periode waktu yang lama, sampai
berjuta-juta tahun, senyawa karbon akan dapat membentuk senyawa alam seperti
batubara, gambut, minyak tanah dan lain-lain. Produksi alam ini kemudian diserap
lagi oleh tumbuh-tumbuhan sebagai substrat, dan pada saat terjadinya evaporasi
karbon akan keluar, sehingga daur karbon dimulai lagi dari atmosfer dan hidrosfer
kedalam jasad hidup, dan sterusnya (Ramli, 1989).
b. Daur Hidrologi
Air merupakan bagian yang cukup besar dari tubuh makhluk hidup.
Proses-proses yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup memerlukan air
sebagai medium, oleh karena itu tanpa air tak ada kehidupan. Pertukaran air
diantara atmosfer, daratan, laut dan antar organisme dengan lingkungannya
berlangsung melalui daur air. Daur air melibatkan proses evaporasi, transpirasi,
presipitasi, kondensasi, pembentukan awan dan aliran air permukaan. evaporasi
sangat penting untuk kelembaban atmosfer dan kelembaban ini penting untuk
pembentukan awan dan presipitasi. Air yang sampai di permukaan bumi dari
atmosfer terjadi melalui proses presipitasi dan kondensasi berupa hujan dan salju
(Ramli, 1989).
Sebaliknya air dari permukaan bumi mencapai atmosfer melalui proses
evaporasi dan transpirasi. Jumlah air yang tersedia untuk evaporasi ditentukan
oleh jumlah yang diberikan oleh proses presipitasi dan kondensasi. Air yang jatuh
kepermukaan bumi dapat langsung kelaut dan daratan. Di darat air itu mengalir
melalui parit, danau, saluran-saluran bawah tanah terus kesungai dan akhirnya
bermuara kelaut dan selama perjalanan ini sebagian air menguap ke atmosfer.
Tumbuhan darat dan hewan darat memperoleh air selama air ada dalam perjalanan
dengan cara mengisap dan meminumnya. Hewan dan tumbuhan melepaskan air ke
atmosfer melalui proses respirasi, penguapan dan paling banyak pada saat mereka
membuang kotorannya. Dengan daur tersebut air beredar di alam, sehingga air
dapat dikembalikan ke dalam ekosistem (Sasongko, 2001).
Pada daur air atau daur hidrologi, cahaya matahari dan gravitasi terus
menerus mempengaruhi pergerakan air dari permukaan bumi yang mengandung
9

air menuju daratan/tanah dan kemudia diperlukan lagi oleh organisme-organisme
hidup; dan dari tanah bisa juga kembali kelaut (Ramli, 1989).
Energi matahari menguapkan uap air dari lautan, danau, sungai, tanah, dan
tumbuh-tumbuhan (evaporasi dan transpirasi) ke atmosfer. Seperti sifat udara
panas yang bergerak maka air yang berupa gas ini juga dapat berkondensasi
membentuk butir-butir air maupun kristal-kristal es dan membentuk awan-awan,
atau salju yang jatuh ke daratan atau permukaan perairan dimuka bumi. Beberapa
bagian dari air bersih dapat juga menjadi bagian yang disebut glacier-glacier;
sebagian mengalami perlokasi (penyaringan) kedalam tanah membentuk sistem
air tanah. Pada saat hujan turun lebih banyak, air banyak terserap ke dalam tanah;
cement dan materi-materi lain akan menutupi daratan sehingga air terkumpul
dalam puddles dan ditches dan mengalir mendekati arus mata air, danau-danau
dan sungai-sungai dan akhirnya kembali ke laut, untuk melengkapi daur air ini
(Ramli, 1989).
Pada daur karbon-hidrogen-oksigen diatas, konsumen daratan
menghasilakn ekskretnya dalam bentuk gas. Faktor ini menyebabkan lamanya
daur ini dalam daur air sebelum dapat kembali kedalam tanah sebagai air. Pada
daur ini, gas ekskret itu, bersama-sama dengan air lainnya mengalami evaporasi
oleh panas sinar matahair yang memanasi lautan, danau-danau, dan air mengalir
lainnya, yang menyebabkan penguapan dan membawanya ke altitude yang tinggi.
Bila terjadi kondensasi menjadi butir-butir air yang halus membentuk awan-awan.
Bila butir-butir air menjadi lebih besar dan berat, air ini turun sebagai air hujan,
salju, dan bentuk lain dari presipitasi. Kebanyakan dari presipitasi jatuh kedalam
lautan, danau, dan darus laut, dan hanya kira-kira satu per delapan jatuh ke
daratan, yaitu kira-kira 30% akan mengalami evaporasi dari permukaan yang
berbeda-beda yang kemudian dapat dipakai oleh tumbuhan dan hewan. Pada
daerah yang panas, semua air akan hilang pada jalan ini. Air yang tidak
mebgalami penguapan memasuki tanah dan tersedia untuk akar-akar tumbuh-
tumbuhan da organisme-organisme tanah. Tumbuh-tumbuhan akan mengabsorbsi
dan mengasimilasi air ini, tapi kebanyakan dari absorbsi dari air akan mencapai
daun-daun dan akan hilang kembali sebagai gas air melewati stomata yang
terbuka sebagai suatu proses yang disebut transpirasi. Secara bersama-sama,
10

evaporasi dan transpirasi menggerakkan pemindahan 70 persend ari total
presipitasi yang jatuh di atas tanah dan kembali ke atamosfer, kemudian akan
berkondensasi dan jauth lagi sebagai air ke tanah (Ramli, 1989).
Gambar 2.4 Daur Hidrologi
(Sumber: Lestari, 2012)
c. Daur Oksigen
Interaksi bersama dalam ekosistem adalah daur oksigen dan karbon
dioksida. Selama proses fotosintesis, tumbuh-tumbuhan mengambil
karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Pada saat lain tumbuhan dan hewan
juga mengeluarkan karbon dioksida dalam kegiatan respirasinya. Karbon dioksida
ini selalu tersedia dan dipaki lagi dalam kegiatan makhluk hidup yang
menggambarkan suatu sistem ketergantungan untuk memanfaatkan seluruh materi
yang menggambarkan sistem ketergantungan untuk memanfaatkan seluruh materi
seperti karbon dioksida secara keseluruhan (Ramli, 1989).
Karbon merupakan bahan dasar pembentuk molekul organik utnuk
kehidupan. Kebanyakan tumbuhan yang ditemukan di atas tanah mendapatkan
karbon dioksida dari atmosfer (0,03%). Tumbuh-tumbuhan mikroskopik yang
terapung di lautan yang dikenal sebagai fitoplankton mendapatkan karbon dari
11

sejumlah besar karbon dioksida yang terlarut di dalam air yang menutupi 3/4 dari
permukaan bumi kita. Tumbuh-tumbuhan hijau menggunakan energi matahari
untuk menyatukan karbon dioksida dan air untuk membentuk zat hara organik
seperti glukosa dlam proses fotosintesis, yang digambarkan dalam reaksi sebagai
berikut:
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Kemampuan dari tumbuh-tumbuhan hijau membentuk molekul gula ini
memberikan kehidupan di alam ini utnuk mendapatkan tenaga bagi kehidupannya.
Produsen, konsumen dan dekomposer merubah karbon ini dalam
makannya dan mengembalikannya ke alam dalam bentuk karbon dioksida dan air
dalam proses respirasi sel. Respirasi sel ini memberikan tenaga tumbuh-tumbuhan
dan hewan-hewan untuk hidup dengan menggunakan molekul gula untuk
dirombak dengan oksigen. Hali ini dapat dituliskan dalam persamaan reaksi di
bawah ini:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + tenaga
Tanaman membebaskan oksigen pada waktu fotolisis air selama
fotosintesis. Gas oksigen dipergunakan dalam respirasi pada seluruh organisme
dalam oksidasi organik, dimana oksigen ini sangat berguna bagi kehidupan sehari-
hari.
Oksigen yang bebas sebenarnya bukan oksigen yang murni hanya
kemungkinan pada cahaya ultar violet yaitu pada pagi hari. CO2 ini dapat juga
terjadi hasil dari oksidasi pelapukan maupun pengendapan-pengendapan di dalam
tanah baik dari hewan maupun dari manusia.
Oksigen yang bebas tadi diambil oleh mkahluk hidup yaitu tumbuhan dan
hewan. Setelah oksigen ini memasuki tubuh makhluk hidup maka terjadi suatu
pertukaran zat yaitu pada waktu respirasi, meskipun oksigen yang dikeluarkan itu
tidak murni lagi dalam pengertian sudah bercampur dengan gas-gas lain. Kalau
pada manusia dan hewan terjadinya respirasi tadi pada waktu bernapas maka pada
tumbuhan terjadi pada waktu penguapan yaitu pada siang hari. Daur itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
12

Gambar 2.5 Daur Oksigen
(Sumber: Siahaan, 2004)
2. Daur Nitrogen
Nitrogen, unsur keempat dari unsur-unsur makro, penting dalam
pembentukan protein-protein, yang dibuat separoh dari tubuh berat kering suatu
makhluk hidup. Pada proses ini, nitrogen di tambahkan pada molekul-molekul
gula membentuk sejumlah asam amino yang berbeda-beda dalam membentuk
senyawa protein itu. Protein-protein tidak hanya penting untuk komponen-
komponen dari otot-otot dan bagian lain dari tubuh, tetapi juga enzim-enzim yang
mebuat keseimbangan dari kecepatan reaksi-reaksi kimia dalam kehidupan ini.
Meskipun empat per lima dari atmosfer kita terdiri dari nitrogen, tumbuh-
tumbuhan tidak dapat mengasimilasikannya secara langsung tetapi harus
mengabsorbsinya dari dalam tanah dalam bentuk partikel-partikel muatan listrik
yang disebut ion-ion, yang terbentuk pada garam-garam yang larut dalam air.
Sebagai contoh, suatu molekul sodium dengan muatan positif (Na+) dan satu ion
nitrat (NO3) dengan muatan negatif tunggal. Ion-ion ini berpindah di sekitar
secara bebas di sebagai larutan tanah dan akan memasuki rambut sel tanaman
secara selektif dari membran-membran atau selaput dnding sel (Ramli, 1989).
Daur nitrogen dapat dibedakan dalam dua jalur pergerakan, satu
diantaranya di atmosfer dan yang lain pada pembusukan oleh organisme-
13

organisme di dalam tanah. Pada daur atmosfer, sebagaimana bagan sederhana,
nitrogen dapat terdedia untuk tumbuh-tumbuhan melewati kegiatan bakteri fiksasi
nitrogen yang hidup pada akar tanaman seperti Leguminosaa, misalnya kedelai,
kacang tanah dan pertumbuhan suatu nodul-nodul dimana bakteri mengikat
nitrogen atmosfer untuk membentuk protein. Kebalikannya, akar-akar
menyediakan makanan dan perlindungan bagi bakteri-bakteri dalam suatu
hubungan timbal balik yang disebut mutualisme (Ramli, 1989).
Meskipun hubungan yang erat antara bakteri fiksasi nitrogen dan
Leguminosae yang ditemukan hanya seratus tahun yang lalu, patani-petani telah
terampil dalam pergantian tanaman selama 2.000 tahun yang lalu, agara
mendapatkan produksi gandum yang lebih banyak. Pergantian tanaman yang
pertama menumbuhkan leguminosae seperti klover dan kemudian plowing klover
ini kedalam tanah. Mereka tidak mempunyai alasan mengapa keadaan ini
meningkatkan hasil tanaman mereka, tetapi kita mengetahui sekarang bahwa hal
itu dapat dimungkinkan pada nitrat-nitrat yang dibuat oleh bakteri fiksasi
nitrogen. Kebanyakan mikroorganisme yang hidup bebas dalam tanah dapat juga
mengikat nitrogen dan membuatnya tersedia untuk tumbuh-tumbuhan. Misalnya,
bakteri tertentu dan alga biru-hijau yang dapat tumbuh baik dalam air panas, air
mengalir dan sangat berguna untuk kesuburan suatu lapangan rumput dalam
meningkatkan kapasitas mereka untuk menumbuhkan padi (Stevenson, 1999).
Sejumlah penelitian yang dilakukan oleh program IBP dalam mempelajari
fiksasi nitrogen, sebagai contoh, di Venezuela, mempelajari konsentrasi/kadar
pada sistem-sistem fiksasi nitrogen pada tanaman Leguminosae. Di Puerto Rico,
peranan dari epiphyllae yang ditemukan dalam daur ekosistem tropis. Daun-daun
alga, lumut kerak, jamur dan lumut hati telah di uji utnuk kemampuannya utnuk
mengikat nitrogen dengan menggunakan radioaktif N 15 dan cara-cara lainnya
(Ramli, 1989).
Telah diperkirakan bahwa mikroorganisme fiksasi nitrogen dapat megikat
kira-kira 1/2 dan 3 kilogram nitrogen atmosfer per hektar per tahun. Keadaan lain,
dapat mencapai 100 kilogram pada daerah yang sangat subur. Sebagai tambahan
dari gambaran ini, kira-kira 2 kilogram nitrogem per hektar per tahun juga diikat
dengan bantuan kilat loncatan listrik pada guruh. Energi dari guntur dan kilat ini
14

menseyawakan dengan molekul nitrogen dengan oksigen membentuk nitorgen
oksida, yang bersenyawa dengan air membentuk asam nitrit dan asam nitrat.
Kemudian asam-asam ini dibawa turun kedalam tanah oleh air hujan, dan diubah
menjadi ion nitrit dan nitrat (Ramli, 1989).
Daur atmosfer akan dilengkapi bila bakteri denitrifikasi dalam tanah
mengembalikan ion nitrat ke nitrogen yang bebas di atmosfer. Proses industri
berjalan dalam menggunakan persenyawaan nitrogen atmosfer dengan air untuk
memantu ammonia, yang dapat dirubah menjadi nitrat-nitrat untuk pupuk. Pupuk
ini meningkaatkan persediaan nitrogen tanah pada ekosistem pertanian tetapi
berbeda dengan daur nitrogen karena bakteri denitrifikasi tidak dapat
mengambilya dengan kenaikan secara perlahan-lahan dari penyediaan nitrogen
atmosfer (Ramli, 1989).
Pada daur penghancuran, rumput-rumput mengabsorbsi ion-ion nitart dari
tanah membangun sejumlah asam amino dari protein-protein rumput. Pada saat
dimakan seekor kelinci, protein dicernakan menjadi asam amino, yang kemudia di
rangkaikan dalam pola baru membentuk protein yang khas untuk kelinci itu.
Persamannya, pada saat kelinci dimakan oleh elang, proses ini berulang utnuk
membentuk protein elang. Nitrogen ini akan kembali ke dalam tanah pada saat
bakteri dan fungi/jamur sebagai makhluk pengurai dari protein-protein dan
persenyawaan kompleks lainnya dari tumbuh-tumbuhan dan hewan-tewan yang
mati mengubahnya menjadi gas ammonia (NH3), dan dengan air menghasilakn
ion positif dari ammonium (NH4+). Tinja/fesef dari hewan dan urin dan sumber-
sumber nitrogen juga kembali ke dalam tanah. Nitirit bakteria, mengubah ion
ammonium menjadi ion-ion nitrit dan ditransformasikan oleh bakteri nitrat
menjadi ion-ion nitrat. Daur ini sekarang telah komplit dan ion-ion nitrat tersedia
pada suatu ekosistem seperti padang rumput (Ramli, 1989).
Nitrogen sangat penting untuk pertumbuhan organisme. Tumbuh-
tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa ammonium (NH4) dan
ion nitrit (NO2) dan ion nitrat (NO3). Sumber nitrogen paling penting bagi
tumbuhan berklorofil adalah nitorgen yang difiksasi oleh bakteri bintil (nodule)
akar Leguminosae dan tumbuhan lain serta ditemukan tebas di dalam tanah.
Nitrogen diambil dari udara secara langsung oleh bakteri yang anaerob seperti
15

Clostridium. Bakteri-bakteri ini menyediakan nitrogen yang berguna untuk
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Beberapa alga biru (Cynophyceae seperti Nastac
dan Anabaena) juga mampu untuk memfiksasi nitrogen. Jika nitrogen yang
diserap sebagai nitrat akan diredukdi menjadi ammonia sebelum digunakan untuk
sintesa asam amino dan protein (Ramli, 1989).
Nitrogen di alam didapatkan dalam udara mengandung 785% volume
nitrogen. Hewan dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan nitrogen berupa protein.
Adanya senyawa-senyawa nitrogen di dalam tanah disebabkan oleh bebrbagai
faktor misalnya di dalam tanah di dapatkan jasad-jasad renik atau bakteri-bakteri
ayng dapat mengubah unsur-unsur nitorgen dari udara menjadi senyawa yang
larut dalam air dan berguna bagi tumbuhan (Ramli, 1989).
Senyawa nitrogen hasil dari fiksasi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
inang bakteri yaitu jenis Leguminosae. Pada waktu hujan dan bila ada guntur dan
terdapatnya unsur nitrogen di udara akan dapat dirubah menjadi NO yang
kemudian dengan oksigen menjadi senyawa NO2 dan selanjutnya dengan air
hujan menjadi HNO3 dan HNO2. Melalui hujan asam nitrat ini merembes atau
masuk ke dalam tanah, bereaksi dengan oksida dan karbonat-karbonat logam
menjadi garam-garam nitrat dan garam nitrit (Ramli, 1989).
Ada pula bakteri-bakteri yang mengubah nitrat dan senyawa nitrogen
lainnya menjadi unsur-unsur nitrogen yang menguap ke udara dan atau dengan
bantuan bakteri denitrifikasi. Hewan-hewan mendapatkan senyawa-senyawa
nitrogen dari makannya, kemudian yang mengandung NO3, ammonia atau berupa
unsur lain dikembalikan ke tanah dan ke udara. Dengan demikian nitrogen di alam
terus berputar dari udara ke tanah, ke hewanb kemudian ke tanah lagi, ke udara
dan seterunya (Ramli, 1989).
16

Gambar 2.6 Daur Nitrogen
(Sumber: Karmana, 2007)
3. Daur Sulfur
Sulfur atau belerang, unsur kelima dari unsur makro, merupakan bagian
yang esensial dari beberapa asam amino dan terdapat bersama-sama dalam
senyaawa protein pada proses sintesis protein. Sebagaimana nitrogen, sulfur di
absorbsi sebagai ion negatif, ion sulfat (SO4). Tidak seperti nitrogen, daur sulfur
tidak seluruhnya terjadi di atmosfer, tetapi juga tergantung pada aktivitas
mikroorganisme, misalnya pada ekosistem akuatik.
17

Gambar 2.7 Daur Sulfur
(Sumber: Stevenson, 1999)
Ion-ion sulfat diserap oleh fitoplankton untuk terikat pada proteinnya. Bila
kita kembali pada rantai makanan, sulfur disini merupakan bagian dari protein-
protein ikan. Bila organisme akuatik ini mati, pengurai-pengurai menghancurkan
persenyawaan organik sulfur menjadi hidrogen sulfida (H2S) pada sedimen-
sedimen dasar peraian. Macam-macam dari bakteri sulfur kemudian mengoksidasi
hidrogen sulfida kembali menjadi ion-ion sulfat dan daur ini kembali seperti
semula.
Daur sulfur banyak persamaannya dengan daur nitrogen, yaitu dapat
berbentuk sebagai oksida SO2 dan sebagai asam sulfida. Sulfur terdapat dalam
jumlah yang kecil di atmosfer dan penyediaan unsur ini terdapat di dalam tanah.
Secara perlahan-lahan sulfur digunakan oleh tumbuh-tumbuhan di dalam tanah
dengan bantuan bakteri sulfur. Biasanya kegiatan terjadi dalam keadaan anaerobik
pada tanah yang berlumpur dalam bentuk sulfida seperti H2S, yang disukai oleh
bakteri Vibrio desulfuricans dan Aerobacter.
Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
18

R CH2OH + SO4 R COOH + H2O + S
CH2NH2COOH + H2O + SO4 H2S + HS + HCO3 + NH4
Pengubahan unsur sulfur dan sulfida menjadi sulfat dapat dilakukan
bakteri belerang lainnya seperti Beggiatoa dan Thiobacillus dengan keasaman
yang tinggi (pH 6), dapat mengubah belerang menjadi asam sulfat pada
konsentrasi 10%.
4. Daur Fosfor
Unsur ini juga merupakan unsur makro, dan merupakan komponen yang
sangat penting pada asam nukleat dan asam ribonukleat, dimana molekul-molekul
itu membawa kode genetika yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan dari
sifat-sifat organisme selanjutnya. Sebagai tambahan, suatu bagian yang penting
dari molekul ATP, adalah pembawa energi, dan kandungan garam-garam fosfat
yang terdapat dalam tulang-tulang dan gigi. Fosfor senagaimana halnya nitrogen
dan belerang, diabsorbsi dalam bentuk ion negatif yaitu ion fosfat. Daur dari
fosfor digambarakn sebagai istila “half cicle”, sebab ekosistem daratan cenderung
menghilangkannya ke dasar laut. Pada gambar 2.8 terlihat pengurai-pengurai
menguraikan materi organik makhluk mati yang mengandung fosfor menjadi ion-
ion fosfat, yang akan diabsorbsi oleh tanamannya mengalami porses sintesis
menjadi DNA, RNA, dan ATP. Kesemuanya ini akan digunakan oleh hewan-
hewan untuk membuat persenyawaan yang sama dan garam-garam fosfat dari
tulang-tulang dan giri-giri. Justru karena itu, permukaan air yang mengalir akan
menyebabkan erosi tanah dan memindahkan sejumlah besar kandungan fosfat
menuju dasar sedimen dari lautan. Penghijauan dan aplikasi pertanian yang salah,
praktis telah mengkontribusikan kenaikan rata-rata dari erosi tanah. Kehlangan ini
merupakan bagian penutupan pada tanah dengan adanya pelapulakan dari batuan
fosfat, gugurnya lva dari gunung berapi, dan penyemprotan garam-garam dari
tiupan angin gelombang lautan. Arus gelombang keatas telah menolong membawa
fosfat dari dasar sedimen-sedimen yang terdapat dari laut menuju permukaan air,
dimana fitoplankton melakukan asimilasi menggunakan persenyawaan organik.
19

Persenyawaan ini dimakan oleh ikan, dan burung-burung pemakan ikan
mengeluarkan guano yang kaya dengan fosfat telah terkumul pada beberapa
tempat sampai kedalaman beberapa ratus kaki dan merupakan sumber yang baik
untuk kesuburan dari tanah pertanian.
Sebagian fosfor dikembalikan ke bumi oleh burung-burung dan ikan-ikan.
Batas fertilasi fosfat yang dicuci akan mempercepat berkurangnya pospat di laut
dan di tempat yang mengandung air. Kerugian akan bertambah dan siklus fosfat
akan berakhir.
Tumbuh-tumbuhan hewan
Industri dan pupuk jamur dan bakteri
Bakteri fosfat
Karang yang mengandung fosfat
Pelapukan tulang-tulang,gigi-gigi
Larut dalam garam fosfat
kembali ke hewan (ikan, burung) diendapkan dalam laut
yang dangkal
Endapan dalam laut
Gambar 2.8 Daur Fosfor
(Sumber: Ramli, 1989)
20

selain keadaan itu, disana masih terdapat kehilangan fosfat yang neto dari tanah ke
laut. Kita dapat kompnsasikan bagian dari kehilangan suatu pertimbangan fosfat
kesuburannya dari timbunan batuan fosfat. Oleh karena itu, jutaan ton dari pupuk
dihasilkan pada jalan ini setiap tahun yang juga tercuci masuk ke dalam laut.
Kemungkinan pemecahan persoalan ini akan datang dari penelitian “kelautan”
yang dilakukan oleh program IPB. Kelompok dari ahli sains IBP menemukan
produktivitas bologis dari ekosistem arus yang naik ke permukaan laut, pada areal
pantai di Peru. Disini, industri perikanan anchovy telah tumbuh dalam tahun yang
pendek dari satu ukuran yang layak menjadi perikanan yang terbesar di dunia.
Suatu tempat juga terdapat di bagian timur dan barat dari Mediterranean Sea,
dimana kenakan arus air merupakan keadaan yang menguntungkan perikanan itu,
satu tugas dari kepentingan program ini adalah menaksir kemudahan dari
“ipwelling” buatan. Hal ini dapat merupakan kontribusi yang maju untuk
mendapatkan lebih banyak makanan untuk dimakan manusia. Pada studi baru-
baru ini pada suatu estuaria ekosistem sepanjang pantai selatan USA telah
didapatkan kepah.remies yang sangat penting dalam daur fosfor. Dengan adanya
pasang surut, seperti disaring air laut yang menutupi garam-garam untuk
makanan, sejumlah besar dari detitrus kembali dari air dan tertimbun sebagai
sedimen pada permukaan dari paya-paya. Partikel-partikel yang kaya dengan
fosfor dan mineral dan vitamin adalah penting dalam produktivitas dari ekosistem
tanaman.
Daur fosfor sangat sederhana, dan fosfor diperlukan untuk keperluan
pokok dari energi yaitu Adenosin Tri Fosfat (ATP). Fosfor diperlukan oleh
tumbuhan dari bentukan karang fosfat, dan diperlambat oleh faktor pelapukan
dimana fosfat merupakan metabolit dalam tubuh tanaman dan diteruskan dalam
rantai makanan.
Unsur organik membebaskan yang dipergunakan oleh tanah. Daur fosfor
ini pemindhannya tidak melalui gas atau melalui atmosfer karena fosfor berbentuk
partikel padat. Air fosfat hilang menembus ke sedimen yang mati dari lautan dan
akan kembali ke bumi dalam bentuk yang baru. Sebagian fosfor dikembalikan ke
bumi oleh burung-burung dan ikan-ikan. Batas ferlilasi fosfat yang dicuci akan
21

mempercepat berkurangnya fosfta dilaut dan di tempat-tempat yang mengandung
air. Kerugian akan bertambah dan daur fosfat akan berakhir.
Gambar 2.9 Daur Pengendapan
(Sumber: Krisna, 2013)
Daur fosfor seperti pada gambar 2.9 merupakan suatu daur pengendapan.
Fosfat mengalami proses melalui daur primer dalam bentuk ion-ion fosfat. Fosfor
tersimpan dan merupakan timbunan batuan fosfat di dalam tanah dan
pengendapan di laut. Seara perlahan-lahan mengalami pelapukan (weathering) dan
erosi, fosfat dari timbunan batu-batuan dibebaskan ke dalam ekosfer. Kebanyakan
fosfat larut dalam sungai-sungai dan menuju laut sehingga lama-kelamaan bisa
terdapat fosfat yang tidak terlarut pada dasar di dekat pantai dan pada sedimen
laut.
Ikan-ikan yang terdapat pada sumber air yang kaya dengan hara karena
pengaruh fosfor sehingga menjadi timbunan sedimen yang kaya dengan fosfor
yang disebut guano memberikan kesempatan untuk datang jenis-jenis burung
seperti pelikan, ganet, dan burung kormoran, dan dalam daur selanjutnya akan
mengembalikan ekskretnya ke alam lingkungan itu. Pengembalian ini hanyalah
22

merupakan bagian yang kecil bila dibandingkan dengan terjadinya penimbunan
dan erosi batuan yang mengandung fosfat dari tanah ke laut setiap tahun sebagai
proses alami maupun aktivitas manusia. Kira-kira 1,8 billion kologram yang
setara dengan 2 jutan ton fosfat tercuci hilang setiap tahun di USA dalam
menghailkan pupuk bagi tanah perairan, dan membuat detergen fosfat.
Fosfor juga diedarkan dari organisme tak hidup dari lingkungan ke
organisme hidup dan sebaliknya. Seperti terlihat pada produktivitas pertanian,
dimana fosfor dilepaskan pada substansi organik dengan metabolisme seluler oleh
bakteri tertentu. Fosfor dipaka dalam proses biologis. Tulang-tulang dan gigi dari
hewan-hewan merupakan bagian dari tubuh hewan yang mengandung fosfor
untuk dapat dikembalikan ke lingkungan.
Menurunnya kandungan fosfor pada beberapa jenis tanah terdapat pada
beberapa tempat di daratan permukaan bumi. Dilain pihak kandungan fosfor
meningkat di lautan karena terus mengalirnya kandungan fosfor dari dalam tanah
dan aliran buangan sisa-sisa dari kegiatan manusia seperti industri dan pertanian.
Pengaliran fosfor ke dalam habitat merupakan proses eutrofikasi yang
mempengaruhi pertumbuhan dari alga, berkurangnya kandungan ooksigen untuk
ikan-ikan dan memburuknya kualitas air untuk industri, pertanian dan penyediaan
keperluan hidup untuk daerah itu.
Terjadinya mineral-mineral penting pada habitat akuatik menyebabkan
secara tetap suatu kenaikan dan nilai pemupukan yang tersedia dan pada waktu
yang sama dapat menurunkan sumber air bersih. Hilangnya kebersihan air akibat
dari eutrofiksi dari pengaliran buangan pertanian dan pemakaian detergen yang
mengandung fosfor.
5. Daur Potasium, Kalsium, dan Magnesium
Potasium, kalsium, dan magnesium merupakan 3 unsur makro yang di
absorbsi sebagai ion-ion positif, K+, Ca2+, dan Mg2+. Pada ekosistem darat,
partikel-partikel tanah liat dan humus merupakan bagian yang penting dalam daur
karena muatan negatif akan bereaksi dengan ion positif dan menyimpannya dari
proses pencucian dan terkikisnya dari suatu ekosistem. Ion-ion ini menjadi
23

tersedia bagi tumbuh-tumbuhan pada saat akar tanaman menghasilkan ion-ion
muatan positif dari H+ yang tersedia dalam larutan tanah dan menempati daerah
permukaan tanah liat dan partikel-partikel humus.
Dimulai dengan potasium, kalsium, dan magnesium yang kesemuanya
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan dari daun, kita ambil contoh daur
dari ion-ion ini di dalam hutan. Setelah diabsorbsi dari air tanah oleh akar
tanaman seperti pohon Oak, kemudian diangkut keatas menuju batang dan
menumbuhkan daun-daun, dimana potasium mengontrol pembelahan sel-sel,
kalsium menjadi bagian dari lapisan lamella dari dinding sel tanaman, dan
magnesium diasimilasikan kedalam molekul-molekul klorofil. Pada akhir dari
musim pertumbuhan, daun jatuh ke lantai hutan kembali. Di sini, proses
dekomposisi mengembalikan unsur hara ini ke dalam tanah, dan kembali tersedia
untuk di absorbsi tanaman lagi.
a. Daur kalium
Ion-ion kalium tersedia dalam koloid tanah. Meskipun kalium tersedia
dalam jumlah yang banyak di dalam tanah tetapi mineral ini terlarut, sehingga
hanya ditemukan sedikit sekali. Kalium cenderung terdapat dalam tanah-tanah
organik dalam keadaan yang rendah kadarnya. Pencucian kalium akan
menunjukkan hal ini bila dilakukan pada bahan organik dalam tanah.
24

Gambar 2.10 Daur Potasium
(Sumber: Karmana, 2007)
b. Daur Kalsium
Empat unsur utama yang telah diuraikan terdahulu terdapat dalam daur
yang melibatkan pemindahan materimelalui atmosfer. Sedangkan unsur-unsur
yang akan diuraikan berikut ini, berpindahnya dari organisme satu ke organisme
lainnya melalui air, tanah, atau batuan. Walaupun demikian, unsur-unsur ini
mengikuti perjalanan yang hampir sama.
Senyawa kalsium sangat umum di temukan dalam batu-batuan di bumi.
Beberapa senyawa mudah larut, sehingga kalsium juga terdapat dalam air.
Orgnisme mengambil senyawa yang larut ini bersamaan dengan kegiatannya
seperti mengambil untuk minum.
Tumbuh-tumbuhan darat menyerap senyawa-senyawa kalsium dari tanah.
Kalsium dalam tumbuh-tumbuhan dapat berpindah ke konsumen tingkat pertama
ke konsumen tingkat kedua, atau setiap tahap kalsium dapat dikembalikan ke
tanah atau air oleh saprovor.
Bermacam-macam organisme menggunakan senyawa kalsum untuk
membangun kerangkanya, biasanya dalam bentuk rumah karang yang dapat
25

diuraikan oleh saprovor, sehingga jika organisme ini mati, kerangkanya terhapus
di dasar lautan, danau, atau kolam. Selama berjuta-juta tahun kerangka ini menjad
padat sekali disebabkan poses-proses pembentukan dalam kulit bumi, sehingga
terbentuklah batu-batuan. Kelak batu-batuan ini terangkat ke atas membentuk
bukit-bukit atau gunung-gunung, kemudian senyawa dari batuan-batuan ini larut
lagi dan masuk ke dalam daur air, melalui parit parit dan anak sungai terus menuju
laut. Arus dari daur ini kembali ke laut.
Gambar 2.11 Daur Kalsium
(Sumber: Sasongko, 2001)
c. Daur magnesium
Sebagaimana kalsium, magnesium di absorbsi dalam bentuk ion-ion.
Terdapat dalam tanah dalam bentuk yang terlarut dan sebagai kaltion yang dapat
dipertukarkan. Jumlahnya sangat sedikit dan terdapat tenah-tanah yang masam di
daerah-daerah yang lembab.
26

Gambar 2.12 Daur Magnesium
(Sumber: Sasongko, 2001)
27

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daur biogeokimia adalah suatu daur dari lingkungan ke organisme dan
kembali ke lingkungan lagi.
Daur biogeokimia yang terjadi di bumi terdiri dari beberapa macam antara
lain adalah daur karbon – hidrogen – oksigen, daur oksigen, daur nitrogen,
daur sulfur, daur fosfor, daur potasium, kalsium, dan magnesium.
28

Daftar Pustaka
Emanuel, A. P. 1997. Biologi. Jakarta: PT Galaxi Puspa Mega.
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Krisna, Dwi. 2013. Mengenal Siklus Fosfor. http://bisakimia.com/2013/07/
22/mengenal-siklus-fosfor/, diakses 12 Januari 2015.
Lestari, Iis. 2012. Daur Air dan Fosfat. http://www.kamusq.com, diakses 12
Januari 2015.
Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: DepDikBud Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Sasongko, Agung. 2001. BIOLOGI. Surakarta: PT. Pabelan.
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga.
Stevenson, F. J., M. A. Cole. 1999. Cycle of Soils : Carbon, Nitrogen,
Phosphorus, Sulfur, Micronutrients. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
29