Biogas Sukunan Sleman
-
Upload
sylviana-rusdwitasari -
Category
Documents
-
view
163 -
download
0
Transcript of Biogas Sukunan Sleman
PENGOLAHAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOGAS DI
KANDANG KOMUNAL DUSUN SUKUNAN KELURAHAN BANYURADEN
KECAMATAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
A. Dasar teori
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan
emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera
memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga
minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius
yang menimpa banyak negara didunia terutama Indonesia.
Di Yogyakarta terdapat salah satu kampung wisata lingkungan tepatnya di
Dusun Sukunan Kelurahan Bayuraden Kecamatan Gamping Sleman, di daerah ini
terdapat suatu program yaitu pemeliharaan sapi dan kambing dalam kandang
bersama. Akan tetapi kotoran ternak ini merupakan permasalahan yang ada. Para
pengurus kandang bersama memiliki ide pengolahan biogas dari hasil kotoran yang
dihasilkan.
Biogas merupakan energi alternatif yang banyak manfaatnya. Yaitu bisa
menghemat gas alam dan limbah dari biogas yang dibuat dari kotoran hewan bisa
dimanfaatkan menjadi pupuk. Mulai sekarang pengembangan energi biogas dari
kotoran sapi mulai di kembangkan.
Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut
anaerobic digestin gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50%) berupa metana.
Material organik yang terkumpul pada digester (reactor) akan diuraikan menjadi dua
tahap dengan bantuan dua jenis bakteri.
59
B. Analisis proses pembuatan biogas
60
61
NO KENYATAAN SEHARUSNYA KETERANGAN
1. Dalam pengumpulan kotoran
kotoran hewan terutama sapi
sangat berbau dan akan
menimbulkan lalat sebagai vector
sebelum adanya pengenceran
terhadap kotoran tersebut.
Seharusnya ada penaganan pada
kumpulan kotoran sebelum dicampur
dengan air di bak inlet. Penanganan
dengan cara penutupan pada
kumpulan kotoran sebelum
diencerkan degan air.
Sesuai dengan PERMENKES no
374 tahun 2010 tentang
pengendalian vector harus ada
penanganan yang jelas terhadap
barang barang yang
menimbulkan datangnya vector.
2. Kotoran yang sudah mengalami
proses digestion untuk keluar
melalui bak residu (sludge) serta
langsung menuju kepersawahan
warga, serta menujunya dengan
pipa terbuka sehingga akan
menimbulkan vector untuk
datang.
Seharusnya ada pipa tertutup untuk
penyaluran pada residu ke
persawahan, atau juga bisa
digunakan untuk starter pada
pengomposan tetapi dalam bak
tertutup sehinggga tidak menimbulkan
binatang penganggu dan vector.
Pemanfaatan lain sludge digunakan
sebagai pupuk.
Sesuai dengan PERMENKES no
374 tahun 2010 tentang
pengendalian vector harus ada
penanganan yang jelas terhadap
barang barang yang dapat
menimbulkan datangnya vector
atau kemungkinan adanya vektor.
3. Sulitnya pendeteksian CH4 pada
kebocoran di pipa penyalur
biogas atau bak digestion, karena
CH4 gas yang tidak bewarna dan
tidak berbau tetapi dapat
menumbulkan panas atau api jika
berkontak dengan oksigen.
Selalu adanya pengecekan pada pipa
dan bak digestion untuk
menanggulangi terjadinya kebocoran
pada bak dan pipa tersebut.
Karena bak digestion merupakan
bak yang kedap air untuk
menaggulangi kebocoran, serta
pergantian pipa pada bak
tersebut.
4. Tanki penyimpanan gas metan
menjadi satu (langsung) dengan
bak digestion.
Tanki yang menampung gas metan
seharusnya dibuatkan terpisah, tidak
menjadi satu ruang dengan bak
digestion.
Menurut (Suyitno, 2010),
pemisahan tanki digestion
dengan tanki gas dilakukan untuk
mencegah terjadinya ledakan
karena over load.
5. Penentuan lokasi pembangunan
instalasi biogas yang kurang
tepat, pembuatan biogas dengan
geografis lebih rendah dari rumah
Pembutan bak gas biogas berada
lebih tinggi atau sejajar dengan rumah
penduduk, sehingga memudahkan
dalam penyaluran gas dengan system
Pemanfaatan hukum grafitasi
bumi.
C. Hasil dan Pembahasan
Dari pemanfaatan biogas yang dilakuakan dihasilkan gas metan yang
dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar dalam memasak. Gas
metan dari proses biogas disalurkan melalui perpipan yang disambungkan
dengan kompor gas yang telah dimodifikasi yang disesuaikan dengan
penggunaan biogas.
Kandang komunal di Dusun Sukunan Kelurahan Banyuraden
Kecamatan Gamping Sleman merupakan salah satu bagian dari kampung
wisata lingkungan. Salah satu pengelola kandang komunal yaitu Bapak
Hariyadi. Bapak Hariyadi juga menjabat sebagai seksi kebersihan di
lingkungan Dusun Sukunan. Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas
dilatarbelakangi oleh banyaknya kotoran yang menggangu kesehatan dan
estetika lingkungan kampung di dusun Sukunan. Dari ide tersebut muncul
pembuatan biodigester pada tahun 2009. Bahan baku pembuatan biogas
didapatkan dari hasil kotoran sapi milik warga yang berada di kandang
komunal ini.
Kandang komunal di Dusun Sukunan Kelurahan Banyuraden
Kecamatan Gamping Sleman dikelola oleh 20 orang peternak, setiap
peternak memiliki 3 – 4 hewan ternak. Para pemilik ternak ini setiap malam
bergantian secara terjadwal manjaga kandang komunal ini. Hasil dari biogas
ini yakni gas metan yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar masak
untuk 3 rumah dan kegiatan memasak di kandang komunal tersebut.
Alasanya karena terkendala alat infrastruktur penyalur gas metan dan
kondisi geogfrafis antara kandang komunal pembuatan biogas lebih rendah
dari rumah warga. Rencana pemanfaatan gas metan dengan dimasukkan ke
62
dalam tabung gas LPG terkendala peralatan. Semenjak dari pembuatan
biodigester tahun 2009 belum pernah ada kebocoran pada biodigester.
Pembuatan biogas digunakan kotoran sapi yang masih segar
(kotoran yang belum ada 24 jam) karena kotoran ini produktif menghasilkan
gas metan. Kotoran yang masih segar ini dimasukkan pada bak slurry (inlet)
berukuran (40x90x30)cm3 (gambar terlampir), ditambahkan dengan air
dengan perbandingan 1:1. Tujuan dilakukan percampuran dengan air adalah
untuk memaksimalkan produksi biogas, mengalirnya bahan baku dan
menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk. Pada saat
pengadukkan diperlukkan kecermatan terhadap bahan lain yang mungkin
tercampur seperti rumput maupun batu yang dapat menghambat proses
biogas.
Setelah di bak slurry campuran akan larut secara otomatis dan
masuk di bak digestion dengan volume 3m3. Bak ini dibuat kedap udara
sebagai proses terjadinya digestion. Pada bak digestion terdapat pipa
penangkap gas metan sebagai hasil dari proses fermentasi yang nantinya
akan digunakan sebagai bahan bakar. Ada tidaknya gas metan yang
dihasilkan dilihat dari tinggi rendahnya manometer.
Setelah masuk dari bak digestion kotoran sisa proses biogas
(digestion) otomatis akan terdorong keluar ke bak residu (sludge) oleh bahan
dari biogas yang baru pada bak slurry. Sisa kotoran ini (sludge) langsung
dibuang di badan air. Bak residu ini bekerja berdasarkan prinsip
kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali
merupakan slurry (lumpur) masukkan yang pertama setelah waktu retensi
(lamanya waktu bahan baku berada di dalam reaktor biogas).
63
Selain pemanfaatan kotoran sapi di kandang komunal ini juga
memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk yang sebelumnya
mengalami proses fermentasi terlebih dahulu. Kotoran juga dapat
menyebabkan adanya vector yang dapat menyebabkan penularan penyakit
dilingkungan, serta adanya bibit penyakit.
D. Kesimpulan
1. Alur pembuatan biogas di kandang komunal Dusun Sukunan Kelurahan
Banyuraden Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta mulai dari kotoran
sapi yang masih segar sampai kepengolahan menjadi bahan bakar yakni
melalui 3 bak yakni bak slurry, bak digestion, dan bak residu (sludge).
2. Pembuatan kotoran sapi menjadi biogas di kandang komunal Dusun
Sukunan Kelurahan Banyuraden Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta
mampu menghasilkan gas metan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar memasak sekitar 3 rumah penduduk.
3. Adanya pengelolaan kotoran sebagai bahan utama karena vector
merupakan salah satu binatang yang suka pada dua tempat yaitu kotor dan
bersih, serta itu dapat menyebabkan penularan penyakit.
E. Rekomendasi
1. Bagi mahasiswa
Untuk melakukan pengukuran komposisi yang tepat antara kotoran
dengan air sehingga dapat menghitung gas metan yang dapat dihasilkan
secara tepat.
2. Bagi pengelola
64
a. Melakukan peningkatan jumlah hewan ternak yang dikelola.
b. Meningkatkan sambungan perpipaan sehingga penyaluran gas metan
hasil dari biogas mampu sampai ke rumah – rumah penduduk .
c. Penggunaan peralatan dengan inovasi lebih baik sebagai langkah agar
gas metan dapat juga dimanfaatkan oleh para penduduk.
d. Mengontrol alat alat untuk pembuatan biogas agar tidak terjadi
kebocoran yang ditimbulkan dari gas metan tersebut
3. Bagi Masyarakat
Turut serta dalam kemajuan kandang komunal dalam pengolahan kotoran
sapi menjadi bahan biogas penghasil gas metan sehingga tercipta
kemajuan terhadap hasil biogas yang lebih banyak dan mampu mencakup
hingga ke penduduksekitar.
65
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Sri SE.MP.2011.Menghasilkan biogas dari aneka limbah. PT. Agromedia Pustaka : Jakarta Selatan
Suyitno,dkk.2010. Teknologi Biogas.Graha Ilmu : Yogyakarta.
Burhani Rahman,http://www.energi.lipi.gi.id diunduh tanggal 24 Juni 2013 pukul 14.00
http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/biogas-sebagai-alternatif-energi.html diunduh tanggal 24 Juni 2013 pukul 14.00
66
Lampiran
Penjelasan biogas oleh Bapak Hariyadi Pipa penyaluran hasil proses biogas
Pembuatan campuaran biogas Proses pengadukkan campuaran
Pengadukkan campuran Penambahan air pada inlet
67
Bak slurry (inlet) Kotoran dan air yang homogen
Kandang komunal Gambar bagan skema alur
Bak digestion Bak residu (sludge)
68
Slude yang keluar dari bak residu Manometer
69
ALUR INSTALASI PEMBUATAN BIOGAS KELOMPOK PETERNAK SAPI SUKUNAN KEC.BAYURADEN KEL.GAMPING. KAB. SLEMAN YOGYAKARTA
70
(40x90x30)m3
INLET (BAK SLURRY)
BAK RESIDU
(SLUDGE)
Volume : 9 m3
BAK DIGESTION
PIPA PENYALURAN GAS