Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

7

Click here to load reader

description

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan JuniDesember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 11/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo (2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolobolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.99cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.

Transcript of Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

Page 1: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07) 1

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

BIOEKOLOGI IKAN BOLO-BOLO (Atherinomorus lacunosus) DI AREA MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA

Wa Jali1*

, Sutrisno Anggoro2, Muh.Yusuf

2*, Mujiyanto

3

Mahasiswa Magister Ilmu Kelautan1, Dosen FPIK UNDIP

2,,BP2KSI

3

*E-mail; [email protected] ; [email protected]

Abstrak

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni-Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan eksperiment gill net ukuran 1

1/4 inchi. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Bolo-bolo

(2.142) jantan dan (3.552) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Bolo-bolo bersifat isometri dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Bolo-bolo adalah 0.926 dan 0.481. TKG ikan Bolo-bolo diperoleh II-IV, 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV, kisaran panjang antara 7.9-9cm, berat 4-8gram pada TKG III dan 7.2-10.5cm, 2-12gram pada TKG IV. Fekunditas ikan berkisar antara 233-424 butir pada TKG III dan 220-2530 butir pada TKG IV, telur rata-rata 1256 TKG III serta 17131 TKG IV, dengan diameter telur menunjukan pemijahan yang berbeda antara 1 individu dan individu yang lain yaitu ada yang terjadi hanya satu kali dan ada yang terjadi tiga kali (3 puncak). Sex rasio ikan jantan dan betina adalah 1:1 menunjukan kondisi dalam keadaan seimbang. Ikan Bolo-bolo termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan Kepulauan Karimunjawa masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Bolo-bolo.

Kata kunci: A. lacunosus, biologi, gill net, Karimunjawa, mangrove.

Pengantar

Ekosistem mangrove yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa, bagian barat terdiri dari Pulau Kembar, kawasan Pulau Parang dan Pulau Nyamuk merupakan ekosistem yang unik, karena posisi dan letaknya yang berada pada perairan yang hampir tidak mendapatkan pasukan air tawar dan tumbuh di sela-sela hamparan terumbu karang yang telah mati.

Pada ekosistem mangrove di lokasi ini ditemukan beragam jenis ikan diantaranya famili Serranidae jenis Epinephelus ongus, Epinephelus fuscoguttatus, Epinephelus erythrurus, Epinephelus hexagonatos, Epinephelus merra, famili Siganidae jenis Siganus vermiculatus, Siganus guttatus, Siganus virgatus, Siganus javus, Siganus canaliculatus, famili Scaridae jenis Scarus gobban, Scarus sp., Chlorurus sordidus, famili Lutjanidae jenis Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus decussatus, famili Scombridae jenis Rastelliger sp., famili Dasyatidae jenis Taeniura lymma, Rhinobatos Typus, famili Clupeidae jenis Sardinella sp., famili Carangidae jenis Selar boops, Decapterus russeli, famili Mulidae jenis Upeneaus tragula, Parupeneaus indicus, famili Mugilidae jenis Mugil vaiglensis, Mugil engeli, famili Spyraenidae jenis Sphyraena barracuda, Sphyraena vlavicauda, famili Nemipteridae jenis Scolopsis ciliate, Scolopsis affinis, famili Pomacentridae jenis Dischistodus perspicillatus Amblyglyphidodon sp., Stegastes, famili Gerreidae jenis Gerres oyena, Gerres obbreviotus, famili Letrinidae jenis Letrinus harak, Letrinus letjan, Letrinus ornatus, Letrinus erythoopterus, famili Caesionidae jenis Caesio sp., famili Belonidae jenis Tylosurus crocodilus Tylosurus punctelatus, famili Chanidae jenis Chanos chanos, famili Hemirhapidae jenis Hemirhampus far Hyphorhampus sp., famili Apogonidae jenis Spyraemia orbicularis, famili Leioghnathidae jenis Leiognathus aquulus, famili Gobidae jenis Yongeichthys nebulosus, dan famili Atherinidae jenis Atherinomorus lacunosus.

Jenis ikan yang dominan ditemukan terdiri dari tiga jenis yaitu Sardinella sp., Selar boops dan Atherinomorus lacunosus. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bioekologi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) yang terdiri dari beberapa parameter yaitu hubungan panjang berat, faktor kondisi, TKG,

fekunditas, nisbah kelamin dan kebiasaan makanan.

pBP-07

Page 2: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

2 Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan mulai Juni-Desember 2012. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di kawasan barat Kepulauan Karimunjawa, Jepara 2012.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey (deskriptif analitik) yaitu penelitian untuk membuat gambaran situasi atau keadaan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki pada hasil analisis (Suryabrata, 1992). Pengambilan data yang berupa sampel ikan dilakukan dengan menggunakan experiment gill net dengan ukuran mesh size 1

1/4. Hasil tangkapan dilakukan pengukuran panjang berat, pengamatan

tingkat kematangan gonad, fekunditas, nisbah kelamin, dan kebiasaan makanan di laboratorium Penelitian Pemulihan Sumberdaya Ikan (BP2KSI) Purwakarta.

Analisis Data

Analisis data biologi ikan meliputi hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, faktor kondisi, nisbah kelamin, dan kebiasaan makanan:

Analisis panjang berat dan faktor kondisi

Analisis hubungan panjang berat ikan mengacu Effendie, (1997) berat ikan dapat dianggap suatu fungsi dari panjangnya, sehingga dapat menduga berat ikan melalui panjang. Panjang berat ikan dianalisis dengan model persamaan W=aL

b dan analisis statistik grafik regresi Effendie (1979).

Faktor kondisi atau indeks ponderal menunjukkan keadaan ikan baik dari segi fisik untuk survival dan reproduksi (Effendi,1997). Bila sifat pertumbuhan ikan umumnya antara 0,5-2,0 atau bersifat isometrik, maka faktor kondisi dihitung dengan rumus menurut Vakily et al.,(1986) sebagai berikut:

Keterangan:

K= 100x (W/L3)

Page 3: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07) 3

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

K = Faktor kondisi W = Berat rata-rata ikan L = Panjang rata-rata ikan Harga K berkisar antara 2-4, bila badan ikan itu agak pipih dan jika ikan kurang pipih harga K berkisar antara 1-3 (Effendie,1979) sehingga pertumbuhan bersifat allometrik maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus faktor kondisi relatif berikut:

Keterangan :

K = Faktor kondisi relatif W = Berat rata-rata ikan yang sebenarnya (gram) yang terdapat dalam satu kelas L = Panjang rata-rata ikan dalam milimeter yang dalam kelas tersebut Analisis fekunditas

Fekunditas dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan (Walpole, 1985), yang didasarkan pada:

Keterangan:

F : Fekunditas (butir) G : Berat gonad total (gram) Q : Berat gonad contoh (gram) X : jumlah telur pada berat telur contoh (butir)

Analisis nisbah kelamin

Nisbah kelamin ditentukan dengan melihat perbandingan frekuensi ikan jantan dan betina. Untuk menguji keseimbangan rasio kelamin dihunakan uji chi-square atau uji kebaikan sesuai antara frekuensi teramati dengan frekuensi harapan (Walpole, 1985), yang didasarkan pada:

X2

Keterangan: Oi : Frekuensi ikan jantan dan betina yang diamati Ei : Frekuensi harapan, yaitu frekuensi ikan jantan +ftrekuensi ikan betina /2 X2 : Sebuah nilai bagi peubah acak x2 yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran

khi-kuadrat

Analisis kebiasaan makan

Kebiasaan makanan ikan yang tertangkap pada area mangrove dari setiap ukuran dianalisis dengan perhitungan indeks bagian terbesar Indeks of Preponderance (IP). Perhitungan indeks bagian terbesar merupakan kombinasi dari metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik seperti yang dikemukakan oleh Effendie (1979) yaitu sebagai berikut:

Indeks of Preponderence (IP) =

Keterangan :

IP : indeks bagian terbesar Oi : persentase volume makanan satu jenis makanan Vi : persentase frekuensi kejadian jenis makanan ∑(VixOi) = jumlah dari VixOi dari semua macam makanan

Kn= W/aLb

Page 4: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

4 Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Hasil dan Pembahasan

Famili Atherinidae jenis A. lacunosus sebanyak 380 ekor. Ikan ini dengan nama lokal Bolo-bolo. Jenis ikan ini ditemukan hanya pada bulan Desember dan tidak ditemukan pada bulan Juni dan September Gambar 2..

Gambar 2. Morfologi ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus)

Hubungan panjang berat dan faktor kondisi

Analisis koefisien korelasi hubungan panjang dan berat ikan jantan serta betina tercantum pada Tabel 2. Nilai b sebesar 2.132 untuk ikan jantan dan 3.552 untuk ikan betina. Tabel 2. Analisis regresi panjang-berat ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus).

No Jenis

Kelamin n R

2 Persamaan

Pola Pertumbuhan

1 Jantan 42 0.904 W= -1.161L2.142

Isometrik 2 Betina 33 0.735 W= -2.504L

3.552 Alometri positif

Total - 75 0.905 W= -1.995L3.003

Alometri positif

Total - 380 0.366 W= -0.592L1.487

Isometrik

Ket: n= jumlah sampel; r = korelasi Faktor kondisi (K) ikan Bolo-bolo (A.lacunosus) terkecil yang diamati adalah 0.711 dan terbesar 2.327 untuk jantan, sedangkan nilai K ikan betina terkecil 0.536 dan terbesar 1.3996. Nilai K ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) jantan dan betina rata-rata berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) (Tabel 3) adalah 1.235 dan 0.962. Tabel 3. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus) berdasarkan TKG.

TKG Faktor kondisi rata-rata

Jantan (42) Betina (33)

I 0 0

II 1.080036874 0

III 1.519262527 0.958025836

IV 1.106471873 0.967728849

Jumlah 3.705771274 1.925754685

Rata-rata 0.926442819 0.481438671

Nilai rata-rata faktor kondisi ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) menunjukkan hubungan yang jelas antara faktor kondisi dan TKG. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terjadi fluktuasi nilai faktor kondisi pada ikan betina maupun jantan, tidak ada pengaruh kondisi ikan ketika matang gonad terhadap bobot tubuh atau aktifitas selama pematangan gonad dan pemijahan tetap pada kondisi yang stabil.

Page 5: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07) 5

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Tingkat kematangan gonad (TKG)

Analisis tingkat kematangan gonad (TKG) ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) memperlihatkan TKG III dominansi pada Ikan jantan dan betina masing-masing 47.62% dan 12,12% kemudian TKG IV (Gambar 3).

Gambar 3. TKG ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus) jantan dan betina

Hasil pengamatan ikan contoh Bolo-bolo (A. lacunosus), jumlah terbesar hasil tangkapan jantan dan betina pada TKG III yaitu 47.62% dan 12,12% (Gambar 3), menunjukkan jumlah yang seimbang, kemudian diikuti hasil tangkapan pada TKG IV yaitu 42.86% dan 87.88% pada jantan maupun betina mendominasi, dalam hal ini sebagian besar ikan sudah mencapai matang gonad, sehingga diduga bahwa ikan Bolo-bolo (Atherinomorus lacunosus) pada daerah mangrove selain mencari makan juga

untuk melakukan pemijahan.

Fekunditas

Hasil pengamatan terhadap 33 ekor ikan betina ber-TKG III dan IV kisaran panjang antara 7.9-9 cm dan berat 4-8 gram pada TKG III dan 7.2-10.5 cm dan 2-12 gram pada TKG IV. Fekunditas ikan Bolo-bolo berkisar antara 233- 424 butir pada TKG III dan 220- 2530 butir pada TKG IV telur dengan rata 1256 pada TKG III serta 17131.58 pada TKG IV. Hasil pengamatan fekunditas ikan Bolo-bolo terhadap 33 ekor ikan betina pada TKG III dan IV. Fekunditas ikan Bolo-bolo berkisar antara 233- 424 butir rata-rata 1256 pada TKG III dan TKG IV berkisar antara 220- 2530 butir rata-rata 17131.58 (Tabel 4). Berdasarkan diameter telur ikan Atherinidae menunjukkan bahwa jenis ini melakukan pemijahan yang berbeda-beda setiap individu yaitu terdiri atas 2 jenis. Pada Gambar 4 (A) menunjukkan proses pemijahanya secara berangsur-angsur atau terdiri dari 3 puncak yaitu pada diameter 0.75-0.79 mm dan terkecil 0.80-0.84 mm kemudian kedua pada kisaran diameter 1.00-1.04 mm dan terkecil 1.10-1.14 mm dan yang ketiga puncak diameter telur mencapai kisaran 1.20-124 mm. Kemudian diameter terkecil berkisar 1.45-1.49 mm dan Gambar 4 (B) menunjukkan proses pemijahan terjadi satu kali dengan puncak diameter mencapai 0.70-0.74 mm dan diameter terkecil 0.85-0.89 mm. Effendie, (2002) bahwa macam pemijahan ikan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, salah satunya ikan yang hanya satu kelompok telur yang matang dan bila sudah memijah, maka telur dikeluarkan secara keseluruhan dan kantong ovari terlihat kosong dan beberapa jenis ikan memijah secara berangsur mengalami proses kematangan dalam beberapa kali dalam waktu yang dekat.

1. Nisbah kelamin (Sex rasio)

A B

Gambar 4. Garafik diameter telur famili Atherinidae pada TKG IV yang ditemukan di daerah mangrove kawasan barat Kepulauan Karimunjawa

Page 6: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

6 Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07)

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Pengamatan yang dilakukan di kawasan mangrove Kepulauan Karimunjawa terhadap ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) pada bulan Juni sampai dengan Desember 2012 didapatkan 42 ekor jantan dan 33 ekor betina sehingga jumlah total 75 ekor. Secara total rasio kelamin (sex rasio) ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) jantan dan betina hasil C-square t-tabel<t-hit dengan nilai (7,81<38,04).

Gambar 5. Grafik persentase perbandingan Nisbah kelamin pada ikan jantan dan betina famili

Atherinidae

Hasil pengamatan nisbah kelamin (Gambar 5) pada bulan Juni sampai dengan Desember 2012 didapatkan 42 ekor jantan dan 33 ekor betina, menunjukkan bahwa pada umumnya ikan jantan yang tertangkap lebih besar dibandingkan ikan betina. Namun berdasarkan hasil uji C-square terhadap jumlah total 75 ekor hasil tangkapan ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) t-tabel<t-hit dengan nilai

(7,81<38,04) secara total nisbah kelamin (sex rasio) menunjukkan kondisi yang seimbang.

Makanan

Nilai indeks of propenderance (IP) jenis makanan ikan A. lacunosus selama penelitian adalah 52.65% tumbuhan yang merupakan makanan utama dan 35.86% insekta dalam hal ini adalah sejenis serangga dan 11. 46% annelida (Gambar 6).

Gambar 6. Persentase komposisi jenis makanan ikan famili Atherinidae yang ditemukan di daerah

mangrove kawasan barat Kepulauan Karimunjawa.

Hasil analisis isi lambung dari sejumlah ikan Bolo-bolo (A. lacunosus) menunjukkan bahwa ikan ini merupakan jenis ikan omnivora (Gambar 6). Kondisi yang berbeda dikemukakan oleh Andriani, (2000) pada famili Atherinidae di perairan sungai Maros Sulawesi Selatan bersifat karnivora. Hal tersebut diduga selain disebabkan oleh faktor kondisi alam, dugaan selanjutnya juga dipengaruhi oleh kondisi morfologi ikan jenis ini yang memiliki bukaan mulut besar dan terminal. Jennings (2003) menambahkan bahwa selera suatu spesies ikan juga tergantung dari keberadaan suatu spesies makanan dalam perairan dan variasi makanan suatu spesies ikan tergantung model atau ukuran mulut dan waktu makan ikan. Satria dan Kartamihardja (2002) menambahkan bahwa kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh ukuran ikan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia, habitat hidup, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran, umur, periode harian mencari makan dan jenis competitor.

Page 7: Bioekologi Ikan Bolo-Bolo (Atherinomorus lacunosus) di Area Mangrove Kepulauan Karimunjawa, Jepara

Semnaskan_UGM/Poster Biologi Perikanan (pBP-07) 7

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Keimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Hasil analisis regresi dan uji-t (t-tabel>t-hit) nilai eksponen b=3 maka sifat pertumbuhan jantan: W= -1.161L

2.142; betina: W= -2.504L

3.552: total: W= -1.995L

3.003, bersifat isometrik.

2. Nilai faktor kondisi (Kn) dari bulan Juni hingga Desember menunjukkan kondisi yang stabil.

3. Hasil analisis C-square t-tabel>t-hit nisbah kelamin dengan nilai (7,81 dan 3,94) sehingga 1=1 terima H0 atau rasio kelamin seimbang.

4. TKG II-IV jantan mendominasi sebesar 47,62% (20 ekor) pada TKG III sedangkan betina 12.12% (4 ekor), dan pada TKG IV betina mendominasi sebesar 87.88% (29 ekor) serta jantan sebesar 42.86% (18 ekor).

5. Fekunditas berkisar 233- 424 butir pada TKG III dan 220- 2530 butir pada TKG IV dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi berbeda antara 1 individu dan individu lainnya yaitu secara berangsur-angsur atau terdiri dari 3 puncak.

6. Perhitungan indeks of propenderance (IP) A. lacunosus sebagai ikan omnivora.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor kondisi ikan A. lecunosus pada bulan Januari-Mei untuk melihat terjadinya perubahan kondisi pada bulan lain, menghindari penangkapan A. lecunosus pada bulan Desember karena merupakan puncak pemijahan (TKG IV) ikan siap memijah, untuk memberikan kesempatan melakukan pemijahan dan perlu dilakukan penelitian lanjutan pada ikan A. lecunosus di bulan Januari-Mei untuk melihat terjadinya perubahan jenis makanan yang dimakannya

pada bulan yang berbeda.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: (1) Kepada dosen pembimbing dan penguji yang banyak memberikan masukan dalam penulisan makalah ini, (2) Balai penelitian pemulihan dan konservasi sumberdaya ikan (BP2KSI), (3) Kepada Program Double Degree Undip-Jepang (BU-BPKLN) yang telah membiayai pendidikan saya selama melanjutkan pendidikan di Magister Ilmu Kelautan pada Universitas Diponegoro. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan khasanah pengetahuan khususnya dalam bidang bioekologi ikan.

Daftar Pustaka

Andriani I., 2000. Bioekologi, Morfologi, Kariotip dan Reproduksi Ikan Hias Rainbow Sulawesi (Telmatherina ladigesi) di Sungai Maros Sulawesi Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 1-86 hal.

Effendie, MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 112 hal. __________. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hal. __________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 152 hal. Jennings, S. M. J. Kaiser, and J. D. Reynalds. 2003. Marine Fisheries Ecology. Centre For

Enviroment, Fisheries and Agiculture Science. Hong Kong. Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. Purnamaningtyas dan Tjahjo, 2010. Beberapa Aspek Biologi Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus) di

Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Jawa Barat. Bawal 3(1):1-16. Suryabrata, 1992. Metode Penelitian. Rajawali press. Jakarta.

Walpole, R.E. 1985. Pengantar Statistika (Terjemahan oleh Bambang Sumantri). PT Gramedia.

Jakarta.