Biodiesel.docx
-
Upload
putri-rokhmayati -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Biodiesel.docx
Biodiesel
1. Pengertian Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari
mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak
hewan.
Biodiesel merupakan alternatif yang paling dekat untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini
dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini. Secara
konsep, proses pembuatan biodiesel tidaklah rumit. Biodiesel dihasilkan melalui proses
yeng disebut reaksi esterifikasi asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi
trigliserida dengan metanol dan bantuan katalis sehingga dapat menghasilkan metil
ester / etil ester asam lemak dengan gilserol.
Biodiesel pertama kali di kenalkan di Afrika Selatan sebelum perang dunia ke II
sebagai bahan bakar kendaraan berat. Bahan bakar nabati biodiesel merupakan
kandidat kuat sebagai bahan alternatif pengganti bensin dan solar yang selama ini
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan pengembangan dan implementasi bahan bakar tersebut, bukan hanya
untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu
solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
2. Bahan Baku Biodiesel
2.1. Minyak Jarak
diperoleh dari biji jarak pagar Jatropha curcas L. (minyak 30%-50%) yang
dikeringkan kemudian di-press secara mekanik hidrolik ataupun berulir, setelah
diperoleh minyaknya maka sebaiknya dimurnikan sehingga diperoleh minyak
jarak.
2.2. Minyak Jelantah (WFO)
diperoleh dari sisa minyak goreng yang sudah berwarna cokelat dan banyak
senyawa pengotor disuling/dimurnikan sehingga diperoleh minyak jelantah
dengan kadar pengotor yang rendah.
2.3. Minyak kelapa sawit
diperoleh dari biji kelapa sawit Elaeis guineensis melalui proses ekstraksi
danpenyulingan sehingga diperoleh CPOlow grade dengan kandungan FFA tinggi
kemudian dimurnikan guna menghilangkan senyawa pengotor, seperti gum dan
fosfatida lalu diperoleh minyak kelapa sawit murni.
2.4. Minyak Kelapa
diperoleh dari daging kelapa tua Cocos nucifera L. yang diekstrak atau diongseng
sehingga diperoleh minyak kelapa murni setelah disaring.
3. Reaksi Pembuatan Biodiesel
3.1. Reaksi Transesterifikasi
Reaksi Transesterifikasi sering disebut reaksi alkoholisis, yaitu reaksi antara trigliserida
dengan alkohol menghasilkan ester dan gliserin. Alkohol yang sering digunakan adalah
metanol, etanol, dan isopropanol. Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi
transesterifikasi:
trigliserida alkohol digliserida ester
digliserida alkohol monogliserida ester
monogliserida alkohol gliserin ester
Secara keseluruhan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut :
Trigliserida 3 (alkohol) gliserin 3 (ester)
Trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan gliserin. Kedua
produk reaksi ini membentuk dua fasa yang mudah dipisahkan. Fasa gliserin terletak
dibawah dan fasa ester alkil diatas. Ester dapat dimurnikan lebih lanjut untuk
memperoleh biodiesel yang sesuai dengan standard yang telah ditetapkan, sedangkan
gliserin dimurnikan sebagai produk samping pembuatan biodiesel. Gliserin merupakan
senyawaan penting dalam industri. Gliserin banyak digunakan sebagai pelarut, bahan
kosmetik, sabun cair, dan lain-lain.
3.2. Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan alkohol
membentuk ester dan air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi endoterm, sehingga
memerlukan pasokan kalor dari luar. Temperatur untuk pemanasan tidak terlalu tinggi
yaitu 55-60 oC (Kac, 2001). Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai berikut :
Asam lemak bebas alkohol ester alkil air
Reaksi esterifikasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah reaksi transesterifikasi.
Reaksi esterifikasi biasanya dilakukan sebelum reaksi transesterifikasi jika minyak yang
diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi (>0.5%). Dengan reaksi esterifikasi,
kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh tambahan ester.
4. Proses Pembuatan Biodiesel dari Waste Frying Oil
Minyak goreng bekas maupun minyak nabati yang baru tersusun atas gliserida yang
mempunyai rantai karbon panjang, yaitu ester antara gliserol dengan asam karboksilat.
Perbedaan minyak goreng bekas dengan minyak nabati yang baru terletak pada komposisi
asam lemak jenuh dan tak jenuhnya. Minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak
jenuh lebih besar dari minyak nabati yang baru. Hal ini disebabkan pada proses
penggorengan terjadi perubahan rantai tak jenuh menjadi rantai jenuh pada senyawa
penyusunnya. Komposisi asam lemak tak jenuh minyak jelantah adalah 30% sedangkan
asam lemak jenuh 70% (Kusuma, 2003).
Selama proses penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu
tinggi 1700 – 1800 C dalam waktu cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadi reaksi
oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi
minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang dapat merugikan kesehatan manusia.
Proses-proses tersebut menyebabkan kerusakan minyak. Kerusakan utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam
lemak bebas (FFA), bilangan iodin, kekentalan minyak, terbentuknya busa serta timbulnya
kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986). Konsumsi
minyak goreng yang sudah tidak layak pakai dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel
pembuluh darah, liver, jantung maupun ginjal.
Oleh karena itu, sebelum limbah sisa minyak goreng diolah menjadi biodiesel harus
dilakukan proses pendahuluan terlebih dahulu. Sisa minyak goreng yang kotor disaring
kemudian kotoron yang dihasilkan dipisahkan dari minyak. Untuk menurunkan kandungan
air di dalam minyak goreng bekas caranya dengan mencampur minyak dengan zat
pengering CaCl2. Kemudian dilewatkan melalui penyaring dengan filter selulosa untuk
memisahkan kristal CaCl2 dan padatan koloid (Predojevic, 2009). Setelah minyak bebas
dari partikel-partikel padat, kemudian menetralisasi asam lemak bebas (FFA) yang ada
dalam minyak dengan menggunakan KOH atau NaOH atau basa lain. Proses netralisasi
bertujuan untuk menurunkan kandungan FFA dan air di dalam minyak bekas. Kemungkinan
pada proses netralisasi akan terbentuk sabun (padat) dan selanjutnya sabun dipisahkan
dengan cara filtrasi.
Gambar 1. Proses Pendahuluan pada Limbah Sisa Minyak Goreng
Sisa Minyak goreng
Proses penyaringan
Kotoran
Sisa minyak goreng
Zat pengering CaCl2
Penyaringan dengan flilter
selulosa
Kristal CaCl2 dan koloid
Sisa minyak goreng
Katalis NaOH
Proses penyaringan
Sisa minyak goreng bersih
Sisa penyaringan berupa padatan sabun
Metode pembuatan biodisel dari minyak goreng bekas tidak berbeda dengan proses
pembuatan biodiesel dari minyak segar. Proses utama ialah reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis asam, basa atau enzim. Proses transesterifikasi minyak bekas secara
garis besar dilukiskan seperti pada Gambar 2 (Enweremadu & Mbarawa).
Tahap pertama dalam pembuatan biodiesel dari limbah sisa minyak goreng adalah
adalah tahap pemurnian Waste Frying Oil yang telah dijelaskan sebelumnya. Tahap kedua
adalah reaksi transesterifikasi minyak bekas dengan methanol atau etanol dibantu oleh
katalis enzim lipase. Pada tahap ketiga, fatty acid methyl ester (FAME) dan gliserol
dipisahkan dengan cara dekantasi. FAME ada pada bagian atas dan gliserol pada bagian
bawah bersama dengan katalis. Pemisahan kedua lapisan memerlukan waktu lebih dari 10
jam agar kedua lapisan dapat terpisah sempurna. Selanjutnya lapisan FAME dimurnikan dan
disebut biodiesel.
4. Kelebihan dan kekurangan biodiesel
4.1. Kelebihan
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan
segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip
dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin
diesel yang ada hampir tanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah
(biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding minyak solar biasa, memiliki
angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel
tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi
gas karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek
pemanasan global atau banyak disebut dengan zero CO¬¬2 emission.
Biodiesel bersifat terbaharui dari tumbuhan, dan ramah lingkungan, emisi
CO2 yang dihasilkan dari pembakaran mesin-mesin akan diserap kembali oleh
tanaman melalui mekanisme fotosintesis. Sehingga menekan akumulasi CO¬2 di
atmosfir atau yang banyak dikenal dengan zero CO2 emission. Akumulasi CO¬2
di atmosfer yang dihasilkan oleh bahan bakar berbasis minyak bumi atau batu
bara mengakibatkan perubahan iklim global atau yang disebut dengan efek
pemanasan global atau global warming, karena membakar minyak bumi atau
batu bara sama dengan mengeluarkan CO¬2 dari dalam bumi dan
memindahkannya ke atmosfer.
4.2. Kekurangan
Kandungan energi biodiesel 11 persen lebih rendah dari solar, yang berarti
kemampuannya dalam menghasilkan tenaga lebih kecil dibandingkan bahan
bakar fosil.
Kualitas oksidasi yang tidak terlalu baik membuat biodiesel memiliki masalah
terkait dengan penyimpanan.
Bila disimpan dalam waktu lama, bahan bakar ini cenderung berubah menjadi
seperti gel sehingga berpotensi menyumbat mesin.
Biodiesel juga bisa ditumbuhi mikroba yang dapat memicu masalah pada mesin.
Seiring peningkatan kebutuhan biodiesel, semakin banyak tanaman bahan baku
yang harus ditanam untuk memenuhi permintaan.
Hal ini akan memicu dilema apakah tanaman pangan tertentu (jagung, kedelai)
lebih diprioritaskan untuk dikonsumsi atau diolah menjadi biodiesel.
Permintaan yang semakin meningkat dikhawatirkan akan meningkatkan harga
berbagai hasil pertanian yang menjadi bahan baku biodiesel.
Pembukaan lahan baru untuk mengatasi masalah ini bisa memicu masalah baru
akibat pembukaan hutan serta menurunnya kualitas tanah akibat penanaman
berlebihan (over farming)