biodata sartre

download biodata sartre

of 80

Transcript of biodata sartre

Jean-Paul SartreDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Jean-Paul Sartre

21 Juni 1905 Paris, Perancis 15 April 1980 (umur 74) Meninggal Paris, Perancis Pekerjaan Penulis, filsuf Aliran Eksistensialisme, Marxisme Sastra Metafisika, Epistemologi, Etika, Politik, Fenomenologi, Tema Ontologi Lahir Dipengaruhi[tampilkan] Mempengaruhi[tampilkan]

Jean-Paul Sartre (lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 meninggal di Paris, 15 April 1980 pada umur 74 tahun) adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Ialah yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme.Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence prcde l'essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya pada masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamn tre libre). Pada tahun 1964 ia diberi Hadiah Nobel Sastra, namun Jean-Paul Sartre menolak. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang.

Pasangannya adalah seorang filsuf wanita bernama Simone de Beauvoir. Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya berjudul Being and Nothingness atau Ada dan Ketiadaan.

[sunting] Bibliografi

1936 - L'Imagination 1937 - La Transcendance de l'Ego 1938 - La Nause 1939 - Le Mur 1940 - L'Imaginaire 1943 - Les Mouches 1943 - L'tre et le nant: Essai d'ontologie phenomenologique 1945 - Huis-clos 1946 - Morts sans spulture 1946 - La Putain respectueuse 1947 - Baudelaire 1947 - Les Jeux sont faits 1948 - Les Mains sales 1960 - Critique de la raison dialectique 1964 - Les Mots 1947-1976 - Situations (I - X) 1971-1973 - L'Idiot de la famille 1983 - Cahiers pour une morale (anumerta)

[sunting] KutipanJean Paul Sartre lahir di Paris pada tanggal 21 Juni tahun 1905. ayahnya adalah seorang perwira angkatan laut Perancis dan ibunya Anne-Marie Schweitzer, anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari Charles Schweitzer, seorang guru bahasa dan sastra Jerman di daerah Alsace. Ia kehilangan ayahnya ketika berumur dua tahun. Karena meninggalnya ayahnya ini maka ibunya bersama dengan saudara-saudara Sartre pulang ke rumah orangtuanya, Charles Schweitzer di Meudon. Sesudah empat tahun mereka pindah ke Paris. Sartre dibesarkan oleh kakeknya Charles Schweiter, yang berpengaruh bagi perkembangan bakat mengarangnya.

Spoiler for buka: Quote:Pada tahun 1924 ia sempat diterima di Ecole Normale Superieure yang dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi yang paling terkenal dan paling selektif di Perancis. Tahun 1929 ia meraih Agregation de Philosophie sebagai nomor satu. Sekitar tahun yang sama ia berkenalan dengan Simone de Beauvoir yang pada waktu itu menjadi mahasiswi filsafat di Universitas Sorbonne. Pertemuan itu menjadi titik tolak persahabatan akrab sepanjang hidup mereka(menikah). Sejak tahun 1931 Sartre mengajar sebagai guru filsafat di Le Havre, Loan dan Paris. Dalam periode yang sama, Sartre memulai karyanya sebagai sastrawan. Ia juga pernah menjalani wajib militer dari tahun 1929 1931. Karya filsafatnya yang besar terbit pada waktu perang dunia kedua dengan judul Letre et le neant. Pada tahun 1960 karya filosofis besarnya diterbitkan, dimasukan sebagai jilid pertama dari sebuah karya yang lebih luas.

Spoiler for buka: Quote:

Sartre adalah tokoh filsafat mengembangkan aliran Eksistensialisme. Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (Lexistence prcde lessence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (Lhomme est condamn tre libre). Manusia adalah kebebasan, demikian kata Sartre, tidak cukup dengan mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang menginginkan kebebasan, manusia adalah kebebasan itu sendiri. Inilah corak humanis pemikiran sartre. Kebebasan berarti memilih, menentukan sikap dari sekian alternatif yang dimungkinkan. Manusia bebas memilih jalan hidupnya sendiri tanpa harus ditentukan oleh orang lain atau faktor objektif lainnya. Namun, kebebasan bukan berarti lepas sama sekali dari kewajiban dan beban. Menurut Sartre, kebebasan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab, dan tidak bisa dipisahkan. Jean-Paul Sartre meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Upacara pemakamannya dihadiri kurang lebih 50.000 orang.

Spoiler for buka:

1. SASTRA DALAM HIDUP SEHARI-HARI: DALAM TRADISI MASYARAKAT, KETOPRAK, LENONG, SENDRATARI, DRAMA, LAGU-LAGU, FILM, SINETRON, TELENOVELA, DSB

Sejak kecil kita sebenarnya sudah akrab dengan sastra. 1. Ketika bayi, waktu mau tidur, dilagukan lagu Ninabubuk; ketika manangis, ditembahkan lagu Tak lela lela lela ledung; waktu masih balita, diajar nyanyi Keplok ame-ame, walang kupu-kupu. Ketika di TK, menyanyi Pelangi-pelangi, Bintang Kecil, Menanam Jagung, Satu-satu aku saying Ibu, Balonku Ada Lima. Lagu-lagu tanah air, perjuangan, kebangsaan lagu pop, bahkan lagu dangdut, dsb. Dongeng sebelum tidur: 2. Ketika kita masih kecil dulu, belum mau tidur kalau belum dikeloni dan diceritain tentang dongeng Timun Emas dengan Buto Ijo, tentang bagaimana Timun Emas dikejar-kejar Buto Ijo hendak dijadikan santapan/dikawini. Bagaimana Timun Emas itu lari dan bersembunyi; bagaimana Timun Emas itu akhirnya menyebarkan garam pemberian Nini Buto Ijo, menjadi danau embel atau danau lumpur, sehingga Buto Ijo terperosok ke dalam lumpur itu. Dengan demikian Timun Emas bisa lari meninggalkan Buto Ijo. Bawang Merah, Cindelaras, Kancil Nyolong Timun. Dongeng-dongeng itulah sastra. 3. Ketika seorang pawang, dukun, dalam acara bersih desa, kendurenan, berkisah tentang asal-usul desa tersebut, dia terlibat dalam sastra lisan, yaitu cerita, dongeng atau mitos. Dalam sastra tradisional, kita mengenal cerita asal-usul, cerita binatang, cerita jenaka, cerita pelipur lara, pantun. 4. Asal-usul Tangkuban Perahu; Rawa Pening; Banyuwangi; Ciamis; mengapa gadung beracun, harimau berbelang, ayam jago bertanduk. Gunung Tidar sebagai pathok tanah Jawa; orang Jepang percaya diri sebagai putra matahari; orang Jawa berasal dari dewa; raja2 Jawa sebagai titisan dewa; Suharto sebagai keturunan raja2 Jawa, dsb. Cerita asalusul biasanya untuk mencari legitimasi bahwa suku, bangsa, atau keluarga, tokoh berasal dari keturunan raja atau dewa, bukan orang sembarangan atau keturunan pidakpedarakan. Seperti Suharto, mengatakan bahwa dirinya itu masih keturunan raja2 Jawa (Majapahit-Mataram?). 5. Cerita binatang: Cerita Kancil paling populer. Tokoh binatang yang kecil tetapi cerdik. Bahkan bisa mengalahkan atau menipu binatang2 hutan yang lebih besar. Misalnya Kancil berlomba lari dengan Siput (keong). Kancil menjaga seruling, sabuk, gong, jenang

6. 7. 8.

9.

10.

11.

12. 13.

nabi Sulaeman. Kancil menipu Gajah. Kancil kalah dengan orang-orangan Pak Tani, tapi bisa menipu Anjing. Binatang yang tak tahu balas budi: Buaya yang mau memakan Lembu yang baru saja menolongnya dari tindihan pohon. Cerita binatang berasal dari India, karena kepercayaan Hindu akan inkarnasi. Cerita binatang yang juga terkenal adalah Sukasaptati. Terjemahan versi Melayu bernama Bayan Budiman. Cerita Jenaka: Cerita Pelipur Lara Epos India: Ramayana dan Mahabharata. Lagu-lagu yang saban hari kita dengar dan kita gemari, dari lagu pop, campur sari, hingga lagu dangdut, bukankah syair-syairnya berbentuk puisi? Hiburan-hiburan apa yang kita saksikan di televisi? Cerita apa saja yang saya senangi? Ketoprak Humor, Srimulat, Ludruk, pementasan Wayang Orang maupun Wayang Kulit, bukankah itu merupakan bentuk teater? Acara-acara film dari Shinchan, Doraemon, Scoobidoo, Sinetron Tersanjung, Maha Kasih, Mak Lampir, Dendam Nyi Pelet, hingga Telenovela, film-film Hindia, film silat Cina sampai film-film Hollywood, bukankah itu cerita fiksi yang diolah dari skenario yang bersifat sastra? Belum lagi cerita-cerita daerah, tulisan-tulisan di berbagai koran, majalah dalam bentuk Cerita pendek, Cerita bersambung, puisi, dsb. Cerita kanak2 Harry Potter, cerita HC. Anderson, Bayan Budiman. Dalam acara tivi: cerita horor, ketoprak humor, kartoon, film cerita silat, India, Mahabharata, detektif, spionase, cerita kartoon dari Jepang, dsb. Pengalaman pribadi: buat cerita (memetik bulan dan matahari), cerpen "Sepotong Senja untuk Sang Pacar", cerber. Cerita lucu2. Dalam seni gerak (Tari) pun biasanya terselip (cerita) sastra secara implisit (Ramayana, Tari Merak, dsb). Demikian pula dalam lukisan2-pun terdapat cerita sastra secara implisit. Ada cerita yang melatar-belakanginya. Drama, cerita film: merupakan cerita dalam gerak dan kata. Tradisi lisan dan tradisi tulis dalam masyarakat dulu. Tradisi lisan dan tradisi tulis dalam masyarakat kita sekarang. Suka ngobrol, ngegosip, bikin isu, provokator, tidak suka baca, tidak suka ke perpust. Kita sebagai mahasiswa berada dalam transisi, menuju ke tradisi tulis sebagai calon cendekiawan, biasakan ke perpust. Bisa dikatakan setiap saat kita sebenarnya bertemu dengan sastra. Tapi jangan kebablasan, euforia (latah). Mentang mahasiswa lalu nulis di meja2 kuliah, tembok, tempat2 umum, WC, dsb.

Tugas 1: saling bercerita kepada teman sekelompok 1. Kumpulkan Cerita2 rakyat, dongeng menjelang tidur, terutama yang saudara senangi. Buat ringkasan 5 cerita! 2. Atau cari 5 cerita asal-usul; 5 cerita binatang; 5 cerita lucu. 3. Atau 5 jenis berbagai cerita: dongeng, legenda, asal-usul, cerita binatang, cerita Jenaka, Epos India.

Tugas 2: 1. Sejauh mana saya membaca/menikmati sastra? 2. Buku sastra apa saja yang pernah saya baca/nikmati? Sebutkan jenis sastra mana yang pernah saya nikmati (novel, cerpen, puisi, drama)! 3. Seringkah saya menonton dan menikmati drama, ketoprak, wayang, cerita, cerita film, sinetron, cerita Barat, China, Timur Tengah?

4. Sering membacakan puisi, mendeklamasikan puisi? Pernah menulis puisi?

2. Menikmati: SEONGGOK JAGUNG DI KAMAR Pembelajaran a. Mencoba untuk menguji kemampuan menyimak (semua mhswa), membacakan untuk orang lain (bagi yang ditugasi membacakan Sajak Seonggok Jagung). b. Menguji pemahaman mhswa tentang pemuda yang digambarkan di dalam sajak tsb. Pembacaan diulang beberapa kali kalau perlu. c. Menarik kesimpulan: 1) Ada berapa tipe pemuda yang digambarkan di dalam sajak? 2) Apa kesimpulan yang bisa diambil dari pembacaan sajak tsb? 3) Apakah ada kritik yang ingin disampaikan oleh aku lirik dari sajak itu? Bagaimana kritiknya? 4) Bagaimana pendidikan seharusnya berfungsi untuk hidup ini?

Tugas 3: a. Menurut saya selama ini, yang dimaksud dengan sastra adalah . b. Sejak kapan saya mulai mengenal sastra? c. Sastra menurut saya pada saat itu, sesuatu yang jauh, atau sesuatu yang menarik, ataukah sesuatu yang sulit dimengerti?

Laporan Bacaan:

4. APA ITU SASTRA?

DISKUSI: a. Sastra menurut para ahli (Wellek, kamus, Sartre, Teeuw, Luxemburg, Eagleton, dst)? Tugas 4: membaca Wellek & Warren BAGIAN 1, bab 1 & 2 b. Sastra yang dekat dan disenangi masyarakat? c. Mahasiswa dalam kelompok, coba bandingkan 3 macam tulisan: tulisan sastra, jurnalistik, dan percakapan sehari-hari.

4. APA ITU SASTRA MENURUT AHLI? Sastra menurut beberapa ahli: Wellek & Warren, dan Sartre.

A. SASTRA DAN STUDI SASTRA (Wellek & Warren, Bab 1) Sastra: kegiatan kreatif; sebuah seni. Studi sastra: cabang ilmu pengetahuan.Hubungan sastra dan studi sastra menimbulkan beberapa masalah rumit. Beberapa tawaran jalan keluar.

Pertama-tama harus dibedakan antara sastra dan studi sastra. Semula ada usaha mengaburkan perbedaan ini. Katanya, seorang penyair harus bisa menilai syair-syair yang baik maupun yang jelek. Sebaliknya seorang pemerhati drama, puisi haruslah seorang dramawan maupun penyair. Tidak mungkin kita mempelajari drama Inggris dari periode tsb, tanpa mencoba belajar mengarang drama dalam bentuk blank verse, ciri khas drama zaman Elizabeth di Inggris. Demikian pula, orang tidak bisa mempelajari pantun maupun syair tanpa terlebih dulu mencoba membuat bentuk puisi khas Melayu itu. Kita harus belajar membuat bentuk puisi tembang sebelum mencoba membicarakan jenis bentuk puisi Jawa tersebut. Latihan kreatif ini barangkali memang berguna, tetapi tugas seorang penelaah sastra sama sekali lain dengan pencipta sastra. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif dan hasilnya: karya seni. Sedang studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan. Seorang penelaah sastra harus bisa menelaah sastra dalam bahasa ilmiah, dengan uraian yang jelas dan rasional, meskipun bahan studinya sedikit banyak mengandung unsur yang tidak rasional. Sejumlah teoritikus menolak mentah-mentah bahwa telaah sastra adalah ilmu, karena sastra itu sendiri adalah karya seni (Wellek, 1989: 3). Mereka masih mengaburkan antara sastra dan telaah sastra. Telaah sastra dianggapnya juga sebagai bagian dari proses kreatif yang tak terpisahkan dan tak terbedakan dengan kegiatan sastra itu sendiri. Mereka belum sampai pada kesadaran bahwa telaah sastra bisa dilakukan secara ilmiah, rasional dan obyektif.Sejumlah teoritikus menolak bahwa telaah sastra sebagai ilmu. Mereka mengusulkan telaah sastra sebagai penciptaan kedua . Seperti dilakukan oleh Walter Pater dan John Addington Symonds. a. Walter Pater menterjemahkan lukisan Mona Lisa (Leonardo da Vinci) dalam bentuk tulisan. b. John Addington Symonds mengulas karya sastra dengan gaya bahasa sastra yang berbungabunga.

Teoretikus lain juga mengambil kesimpulan yang sama skeptisnya. Menurut mereka, sastra tidak bisa ditelaah sama sekali. Sastra hanya untuk dibaca, dinikmati, dan diapresiasi. Selebihnya yang bisa dilakukan adalah mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai karya sastra. Justru sikap2 skeptis inilah yang menyebar dan berkembang ke masyarakat.

Masalahnya adalah bagaimana secara intelektual, mendekati seni, khususnya seni sastra. Bisakah itu dilakukan? Dan bagaimana bisa dilakukan? Salah satu

jawaban adalah hal itu bisa dilakukan dengan metode2 yang dikembangkan oleh ilmu-ilmu alam, yang hanya perlu ditransfer ke dalam studi sastra. Beberapa transfer semacam itu bisa dibedakan (Terj. Prapta).1. Salah satunya adalah mencoba menyamakan cita2 ideal dari ilmu pengetahuan umumnya mengenai objektivitas, impersonalitas (bersifat umum), dan kepastian. 2. Yang lain adalah mencoba meniru metode-metode ilmu alam melalui studi sebab-akibat dan studi sumber; metode genetik ini pada prakteknya membenarkan penelusuran segala macam hubungan selama masih kronologis.

Diterapkan secara lebih ketat, kausalitas ilmu pengetahuan untuk menjelaskan fenomena sastra, dengan tugas menentukan sebab2nya pada bidang ekonomi, sosial, dan politik. Lagi, ada introduksi mengenai metode2 kuantitatif yang hampir digunakan dalam ilmu2 seperti statistik, peta, grafik. Dan akhirnya ada usaha menggunakan konsep biologis dalam menelusuri evolusi sastra. Hubungan sebab-akibat, kausalitas ilmiah digunakan untuk menjelaskan fenomena sastra: mengacu kondisi ekonomi, sosial, dan politik sebagai faktor-faktor penyebab. Ada wilayah di mana dua metodologi (IPA & Pasti >< Ilmu Kemanusiaan/Humaniora) bertumpang tindih, yaitu dengan menggunakan metode dasar induksi, deduksi, analisis, sintesis dan perbandingan. Ada pemecahan lain yang muncul: studi sastra memiliki metode2 yang absah dan ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode ilmu pengetahuan alam.

METODE ILMU ALAM

SEJARAH

1. Ilmuwan melihat penyebab peristiwa 1. Sejarawan mencoba memahami maknanya. Proses pemahaman: individual (Dilthey)

& subjektif.2. Berlaku hukum yang Windelband) umum (Wilhem 2.Setiap fakta itu unik.

3. IPA pelajari fakta2 yang berulang (Xenopol)

Ilmu budaya melihat hal yang konkret dan invidual (Heinrich Rickert). 3. Sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti. Ahli sastra mencari kekhususan, ciri2 khas dan kualitas tertentu.

Singkatnya ada 2 jalan keluar ekstrem:1. Mengikuti metode2 ilmiah dengan menyusun hukum-hukum umum. 2. Menekankan subjektivitas dan individualitas serta keunikan karya sastra.

Jalan tengah: Setiap karya sastra pada dasarnya bersifat umum, sekalligus khusus; individual sekaligus umum. Kritik Sastra dan Sejarah Sastra mempelajari ciri khas sebuah karya sastra, sedangkan Teori Sastra berusaha menemukan hukum umum.Seperti setiap manusia - memiliki kesamaan dengan umat manusia pada umumnya, dengan sesama jenisnya, dengan bangsanya, dengan kelasnya, dengan rekan2 seprofesinya - setiap karya sastra memiliki sifat2 yang sama dengan karya seni lainnya, tetapi juga memiliki ciri2 khas.

1. SASTRA & STUDI SASTRA

STUDI SASTRA ILMU SASTRA: Logis & analitis > rasio & pengalaman. Metodologi: - induksi, deduksi & abduksi Cara:

SASTRA: - SENI: kreatif & imaginatif Medium: - Bahasa (tulis & lisan)

Cara: - Eksplisit, sistematis, objektif. - Kreatif Jenis: Teori, kritik, Teori Sastra berada dalam wilayah ilmu, tetapi yang menjadi objek dari Teori Sastra adalah sejarahsastra sebagai seni.2. Sifat-sifat Sastra Menurut Wellek a. Tertulis atau tercetak. Salah satu batasan sastra, segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Oleh karena itu wilayah studi sastra segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah kebudayaan. Bahkan menurut teori Greenland, studi sastra identik dengan sejarah kebudayaan.

Etimologi Sastra (Sastra dan ilmu Sastra, 1984. Teeuw, a, hlm. 22-24). BARAT

H

u

r

u

f - l e t e rLATIN littera PERANCIS Lettre INGGRIS letter JERMAN

YUNANI gramma

SASTRA - LITERATURE Grammatika Litteratura T Litterature u l i s a n Literature Literatur

TIMUR SASTRA SANSKERTA INDONESIA Sas-: mengarahkan, mengajar, mberi Sastra: tulisan petunjuk; tra: alat untuk Sastra: alat untuk mengajar; buku petunjuk. Kamasastra (buku petunjuk tentang seni cinta), silpasastra (buku arsistektur).

JAWA (Kuno?) Sastra: tulisan

b. Mahakarya

BARAT

TIMUR

MAHAKARYA/MASTERPIECE: KARYA AGUNG > SASTRA YANG BAIK Perancis belles-lettres: sastra yang baik Inggris belles-lettres: sastra yang baik Belanda Bellettrie: sastra yang baik Jawa (Kuno?) Susastra: sastra yang baik

Kriteria: segi estetis (indah) & nilai ilmiah (berbobot). Buku ilmiah Inggris yang dianggap layak: karya Thomas Huxley yang bersifat populer.

c. Karya Imajinatif, fiksi Fiksi Imaginatif

Apakah tokoh-tokoh yang kita jumpai di dalam sastra itu ada benar-benar? Sinchan, Manusia Kelelawar, Laba-laba, Doraemon, Harry Porter, Timun Emas, .. Keunggulan akal budi manusia, bisa menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Bisa berimajinasi. Manusia mempunyai wilayah & perangkat CIPTA, RASA, KARSA; PIKIRAN, PERASAAN, KEHENDAK. Wilayah CIPTA adalah wilayah kreativitas. Wilayah berpikir. Wilayah penjelajahan dan penajaman. Wilayah RASA, adalah wilayah afeksi & keseimbangan: kesantunan, bela-rasa, harmonisasi, .

d. Penggunaan bahasa yang khasPerlu dibedakan bahasa sastra, bahasa sehari-hari, bahasa ilmiah

BAHASA ILMIAH Pikiran Denotatif Simbol logika Lugas

BAHASA SASTRA Perasaan Konotatif, asosiatif Ambigu, homonim Ekspresif sikap pembicara > pmbca

BAHASA SEHARI-HARI Tidak Seragam: percakapan, perdagangan, keagamaan, bhs resmi, slank

BAHASA SASTRA Lebih sistematis; ada kesatuan, kesengajaan

Fungsi EkspresifPenuh konsep irasional Bertujuan mencapai sesuatu

Mempengaruhi sikap & tindakan Perbedaan PragmatikPengaruhi secara langsung Dalam dunia nyata Aspek Referensial

Pengaruhi secara substil Di luar dunia nyata

Dunia realita

Dunia imaginatif

APA YANG DIMAKSUD DENGAN SASTRA TERLIBAT?

SASTRA MENURUT SARTRE Seni lukis, seni pahat maupun musik tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Memang, jenisjenis seni dalam suatu periode saling mempengaruhi satu sama lain dan dikondisikan oleh factorfaktor sosial yang sama. Ada yang menganggap bahwa ada kesejajaran di dalam macam-macam seni tsb. Menurut Sartre, tidak ada paralelisme di dalam seni-seni itu. Bentuk dan bahannya (isinya) berbeda. Seni lukis dan seni musik di satu pihak, dan seni sastra di pihak lain. Nada, warna dan bentuk bukanlah suatu tanda. Hal-hal tersebut di atas tidak mengacu di luar mereka sendiri. Dalam lukisan, warna merah, hijau adalah hal/benda. Mungkin seseorang memberi nilai tanda kepada benda-benda itu. Misalnya kita bicara mengenai bahasa bunga. Berdasarkan persetujuan, mawar putih bisa melambangkan 'kesetiaan'. Namun begitu kita melihat mawar putih sebagai lambang kesetiaan, kita berhenti melihatnya sebagai bunga mawar. Perhatian kita sudah menerobos jauh di luar bunga mawar. Bagi seniman, warna dan buket bunga adalah sesuatu benda. Pelukis tidak ingin melukis tanda di kanvas. Ia menciptakan sesuatu. Meskipun pelukis dalam menggunakan kombinasi warna-warna mungkin didasari alasan tertentu (mungkin tersembunyi), namun dia tidak pernah mengekspresikan kemarahannya lewat lukisannya. Tintoretto (pelukis) tidak memilih langit kuning di atas Golgotha untuk menandakan penderitaan maupun memprovokasikannya. Adalah derita dan langit kuning sekaligus yang hendak dinyatakan. Bukannya langit dari kemurungan maupun langit yang murung; di sini kemurungan menjadi benda (fisik), dan murung telah berubah menjadi langit kuning. Apabila pelukis menggambar sebuah rumah, ia mencipta sebuah rumah imaginer di kanvas; bukan tanda dari sebuah rumah. Dalam sastra, penulis bukan hanya ingin menulis dengan gaya yang indah saja (l'art pour l'art); atau hanya sekedar ingin mengungkapkan isi hati (ekspresif); maupun tidak hendak mengambil model alam, maupun mencipta suatu dunia sendiri yang otonom (memetik, realisme, obyektif). Ia harus dilandasi keinginan mengirim pesan kepada pembaca. Seni prosa digunakan di dalam

wacana. Substansinya bersifat signifikatif: kata-kata bukan obyek-obyek tetapi tanda dari obyek. Penulis prosa pada pokoknya membuat kata-kata menjadi berguna. Penulis berurusan dengan makna. Prosa pada pokoknya utiliter/bermanfaat. Penulis prosa adalah manusia yang membuat kata-kata menjadi berguna. Penulis adalah pembicara; ia menandakan, mendemonstrasikan, memerintah, menolak, memohon, memarahi, melakukan persuasi, menyindir, dsb. Apabila ia melakukan demikian tanpa efek apapun, ia bukan penyair; penulis yang tidak berbicara apa-apa. Ketika orang dalam bahaya maupun dalam kesulitan, ia menggapai instrumen: pukul maupun tongkat. Ketika bahaya berlalu, ia bahkan tidak ingat apakah yang dibawanya itu tongkat atau pukul. Yang penting, instrumen merupakan perpanjangan dari tubuhnya. Ia adalah jari keenam, kaki ketiga. Demikian pula, bahasa adalah rumah kerang dan antena kita. Ia melindungi kita dan menginformasikan kita mengenai sekeliling kita. Ia merupakan perpanjangan dari indera kita; mata ketiga yang bisa melihat hati orang lain. Kita berada dalam bahasa seperti berada dalam tubuh. Kita merasakannya secara spontan. Apabila prosa tidak mempunyai efek bagi orang lain, kita mempunyai hak untuk bertanya kepada penulis, 'Apakah tujuan anda menulis? Apa yang anda lakukan untuk melibatkan diri? Apakah anda memiliki sesuatu untuk dikomunikasikan?'

Apabila anda mengatakan perilaku seseorang, anda menyingkapnya kepadanya; ia melihat diri sendiri. Ia menerima dimensi baru. Dengan berbicara, saya menyingkap keadaan dengan maksud untuk merubahnya. Saya menyingkapnya pada diri sendiri dan kepada orang lain untuk merubahnya.Oleh karenanya kita bisa bertanya kepada penulis, 'Aspek mana dari dunia yang hendak anda singkap? Perubahan apa yang hendak anda bawakan kepada dunia dengan penyingkapan ini?' Bagi penulis yang terlibat, kata-kata adalah aksi. Menyingkap sama dengan merubah. Manusia adalah makluk terhadapnya makluk lain tidak bisa tidak terlibat. Bahkan juga Tuhan tidak. Karena Tuhan, apabila Ia ada, seperti telah dilihat kaum mistikus, akan berguna dalam hubungannya dengan manusia. Tuhan adalah juga keberadaan yang tidak bisa melihat suatu situasi tanpa merubahnya. Kegunaan penulis adalah bertindak sedemikian rupa sehingga tidak seorang pun bisa tidak peduli akan dunia dan tak seorang pun bisa berkata bahwa ia inosen terhadap apa pun juga. Oleh karenanya, penulis harus berbicara mengenai sesuatu. Ia harus bermaksud mengirimkan pesanpesan kepada pembaca. Penulis harus bertanggung jawab sepenuhnya dalam karyanya. Penulis menyingkap dunia, terutama orang-orangnya, kepada orang lain (pembaca). Penulis prosa adalah orang yang memilih metode tertentu untuk tindakan penyingkapan. Ia tidak bisa lagi tidak memihak. Ia mau tidak mau harus memihak pada masyarakat dan kondisi manusia di sekitarnya. Di dalam karyanya penulis harus mengajak pembaca untuk terlibat/melibatkan diri sendiri secara penuh kepada dunia, lingkungannya. Inilah tema sentral dari buku What is Literature? Penulis hendaknya mengajukan dalam setiap karyanya, suatu kebebasan konkret atas dasar situasi yang spesifik. Sastra, menurut dia, bisa merupakan sarana yang baik untuk membebaskan pembaca dari alienasi/keterasingan yang berkembang di dalam situasi tertentu. Lewat proses sastra penulis juga membebaskan dirinya sendiri dan mengatasi keterasingannya sendiri. Ia memperlihatkan bahwa sastra terasing ketika

sastra melupakan dan tidak peduli akan otonominya dan tempatnya sendiri. Tugas penulislah menjauhkan manusia dari ketidakberdayaan, ketidaktahuan, prasangka dan emosi yang salah. Kesimpulan: Konsep Sartre mengenai kebebasan ini secara logis menuntut perlunya komitmen penulis. Maka sastra yang baik adalah apa yang disebut 'sastra terlibat', litterature engagee. Sartre menyatakan bahwa penulis tak bisa tidak harus terlibat. Tidak bisa tidak, ia terlibat dalam jamannya sendiri. Sastra harus membantu pembaca untuk menjadi manusia yang penuh dan bebas di dalam dan melalui sejarah. Sastra seharusnya tidak bersifat membius melainkan harus membangkitkan manusia mengubah dunia dan dengan demikian mengubah diri sendiri. Ia menyebut sastra sebagai bentuk aksi penyingkapan. Sastra harus bersifat praksis: mengubah dan membebaskan pembaca, dunia, diri sendiri. Buku-buku bukannya kuburan sastra; Buku sastra tidak hanya untuk ditulis saja, melainkan terutama untuk dibaca. Pena harus bisa berfungsi sebagai pedang. Alat penulis mempengaruhi pembaca dan dunia.

RAGAM BAHASA SASTRA

Penggunaan bahasa yang khas menurut Wellek: bahasa sastra, bahasa sehari-hari, bahasa ilmiah

BAHASA ILMIAH Pikiran Denotatif Simbol logika Lugas

BAHASA SASTRA Perasaan Konotatif, asosiatif Ambigu, homonim Ekspresif sikap pembicara > pmbca

BAHASA SEHARI-HARI Tidak Seragam: percakapan, perdagangan, keagamaan, bhs resmi, slank

BAHASA SASTRA Lebih sistematis; ada kesatuan, kesengajaan

Fungsi EkspresifPenuh konsep irasional Bertujuan mencapai sesuatu

Mempengaruhi sikap & tindakan Perbedaan PragmatikPengaruhi secara langsung Dalam dunia nyata Aspek Referensial Dunia realita

Pengaruhi secara substil Di luar dunia nyata

Dunia imaginatif

RAGAM BAHASA MENURUT SLAMET SOEWANDIRAGAM ILMU Mengungkapkan hal-hal yang bersifat ilmiah: pengutaraan konsepkonsep dan prinsip-prinsip. Oleh karena itu sifat umum dari ragam ini adalah pemakaian unsur-unsur bahasa selengkap dan sebaku mungkin RAGAM SASTRA Mengungkapkan kehidupan manusia secara utuh: harapan, kerinduan, keinginan, kegembiraan, kebencian, kegalauan, pikiran, angan-angan, citacita, dan realistis, dengan cara yang estetis: menyentuh manusia. RAGAM JURNALISTIK Mengungkapkan hal-hal yang dialami, diketahui dan dipikirkan oleh sebagian besar masyarakat. Hal2 itu berupa fakta (berita), opini, pemberitahuan, dsb. Sifat umum dari ragam ini adalah penggunaan unsur-unsur bahasa seefektifefektifnya mengingat keterbatasan ruang dan waktu.

RAGAM BAHASA MENURUT WIDHARYANTOBAHASA AKADEMIK Dalam lingkungan akademisi, manusia kampus perguruan tinggi, untuk menimba ilmu, mengembangkan ilmu serta memanfaatkannya.

Ungkapan, cara penuturan yang tepat dan seksama, lugas, objektif, rasional dalam mengungkapkan kebenaran, memiliki daya abstraksi untuk konsep-konsep dan teori. BAHASA BISNIS Oleh para usahawan untuk meyakinkan orang lain, konsumen, agar mereka tersugesti dan tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu, misalnya membeli produk yang ditawarkannya (bahasa hiperbola) Menonjol dalam daya kejut, daya imajinasi pengarangnya. Lebih bersifat emosional, mengandung ambiguitas, simbolisme bunyi, efek estetis, bersifat konotatif.

BAHASA SASTRA

BAHASA FILSAFAT

Medium penyampai hasil renungan kontemplatif yang sulit dipahami oleh orang awam karena sifat abstraksinya sangat tinggi, bahkan melebihi abstraksi bahasa akademik Oleh para jurnalis untuk menyajikan informasi faktual harus bersifat aktual/hangat, dekat (proximity) dengan persoalan pembaca, penting, memiliki nilai dalam masyarakat. Bahasa berita sederhana, mudah dipahami, singkat, padat, tak berteletele, dan komunikatif.

BAHASA BERITA

Oleh Wellek, sastra dikatakan bersifat tertulis (menggunakan bahasa: tulis, lisan), mahakarya, imaginative atau konotatif, menggunakan bahasa yang khas. Bahasa Sastra dibanding dengan bahasa ilmiah, bahasa sehari-hari, dan bahasa jurnalistik, memiliki kekhususan, yaitu afektif- emosional (menonjolkan unsur perasaan), estetis, ambigu, konotatif, simbolis, dan memiliki daya kejut. Bahasa sastra dikatakan sebagai bahasa bergaya. Sastra sebagai seni memiliki sifat-sifat yang kreatif. Kreatif artinya mampu menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum ada menjadi ada. Orang yang kreatif harus selalu tidak puas dengan yang ada. Selalu mencari yang baru. Mencari sesuatu yang lain daripada yang sudah ada. Dia harus berani lain daripada yang lain. Kalau perlu Menyimpang dari yang sudah ada. Yang penting bagaimana dia bisa menciptakan suatu keindahan.

Puisinya Moh. Yamin merupakan contoh sebagai ekspresi perasaan kagum terhadap tanah air Indonesia. Di samping itu pada jamannya puisi Moh. Yamin ini merupakan sesuatu yang baru dibanding puisi umumnya (pantun, syair, gurindam, seloka, dsb)

Indonesia, Tumpah Darahku

(seorang mahasiswa/i diminta mendeklamasikan dan membayangkan dia duduk di pantai)Duduk di pantai tanah yang permaiTempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung-gemunung bagus rupanya Dilingkari air mulia tampaknya

Tumpah darahku Indonesia namanyaLihatlah kelapa melambai-lambai Berdesir bunyinya sesayup sampai Tumbuh di pantai bercerai-berai Memagar daratan aman kelihatan

Dengarlah ombak datang berlaguMengejari bumi ayah dan ibu Indonesia namanya, tanah airku

Bahasa Sastra juga merupakan bahasa bergaya, yaitu bahasa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca. Untuk menarik perhatian, bahasa sastra harus memiliki sesuatu yang menonjol. Usaha untuk menarik perhatian sering berupa sesuatu yang baru, menyimpang, lain daripada yang lain. Contoh puisi Chairil,

ISA

Itu Tubuh mengucur darah mengucur darah

rubuh patah

mendampar Tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah Aku berkaca dalam darah

Sutardji C. Bachri,

Tragedi Winka dan Sihka

Kawin kawin kawin kawin kawin ka win ka win ka win ka winka winka winka

sihka sihka sihka

Rendra

UNDANGAN Dengan segala hormat Kami harapkan kedatangan tuan nyonya dan nona untuk menghadiri kami dikawinkan . Bahan roti dalam adonan Tepung dan ragi disatukan Pohonan bertunas dan berbuah Benih tersebar dan berkembang biak Di seluruh muka bumi. Tempat: Di gereja St. Yosef, Bintaran, Yogyakarta . Rumah Tuhan yang tua Pangkuan yang aman Bapa Tercinta. Segala kejadian Mesti bermula di suatu tempat Pohon yang kuat Berakar di bumi keramat. Waktu: Selasa, tempat 31 Maret 1959 Jam 10 pagi, waktu di Jawa .. Hari baru terbuka Menyambung lingkaran waktu Berputar tak bermula Sejak cahaya yang pertama . Dengan segala hormat Kamu ucapkan terimakasih Sebelum dan sesudahnya Bahasa Sastra adalah Bahasa Bergaya. Ciri bahasa sastra dapat dilihat dari gaya bahasanya, yaitu penggunaan bahasa secara khusus yang menimbulkan efek tertentu, efek estetis. Menurut Slametmuljana (dan Simorangkir Simanjuntak, Tanpa tahun: 20) gaya

bahasa (ekspresif) yaitu susunan perkataan yang terjadi karena perasaan2 dalam hati pengarang yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca. Menurut Gorys Keraf (1984: 113) bahwa gaya bahasa itu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Menurut Kridalaksana (1983: 49-50) bahwa gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, untuk memperolah efek2 tertentu. Gaya bahasa juga digunakan dalam bahasa sehari-hari maupun bahasa ilmiah, tetapi gaya itu tidak disengaja untuk mendapatkan nilai estetis, di samping biasanya bersifat klise (kebiasaan) saja. Dalam bahasa sastra, gaya bahasa dieksploitasi secara sengaja dan sistematis, untuk mendapatkan efek estetis. Bahasa sastra menekankan kreaitivitas dan keaslian. Itulah sebabnya pengarang selalu berusaha membentuk gaya bahasa asli dan baru.Pada umumnya gaya bahasa merupakan defamiliarisasi atau diotomatisasi, yaitu penyimpangan dari bahasa normatif (menurut Skhlovsky dalam Hawkes, 1978: 62). Menurut Jakobson (1978:363), gaya bahasa merupakan harapan yang dikecewakan (frustrated expectation).

Contoh lain dari Iwan Simatupang (Ziarah) dan Danarto (Rintrik). Diksi Danarto

Dataran tandus dataran batu, tumbuh lurus tak kenal waktu. (Armagedddon) Gagak-gagak hitam bertebahan dari angkasa, sebagai gumpalan-gumpalan batu yang dilemparkan, kemudian mereka berpusar-pusar, Matahari makin condong, bagai gumpalan emas raksasa yang bagus, membara menggantung di awang-awang Hujan deras membasahi angin dan angin menerbangkan hujan bagai anak panah salju dan hujan dan angin itu dibelah-belah petir dan ekor-ekor petir jadi melempem oleh suasana dingin yang beku bagai kerupuk dalam lemari es. (dari cerpen yang berjudul gambar hati tertusuk anak panah, dengan tokoh Rintrik).

Diksi Iwan SimatupangJuga pagi itu dia bangun dengan rasa hari itu dia bakal bertemu isterinya di salah satu tikungan, entah tikungan mana. Sedang isterinya telah mati entah berapa lama. Geledek seolah menggegar dalam tubuh opseter kita. Kemelut dalam dirinya memuncak. Nuraninya berbenturan dengan kesediaan dan kebukaan hati kawan barunya . Tiap langkahnya adalah dia yang ziarah pada kemanusiaan.

Pada dirinya sendiri.

Sastra Sebagai SeniSastra merupakan sebuah seni. Seni mau tak mau berkaitan dengan keindahan. Oleh karena itu dalam berbicara mengenai seni sastra kita harus juga berbicara mengenai keindahan. Perihal keindahan dibicarakan di dalam ilmu yang namanya estetika. Maka mengenai keindahan itu kita ambil batasan keindahan dari ilmu estetika.Keindahan dalam kehidupan sehari-hari: rumah, kamar, pakaian (mode), kendaraan (motor, mobil, pesawat), rumah ibadat (candi, klenteng, gereja, mesjid), menu makanan, dll. Mengapa? Membuat hidup ini lebih menyenangkan, menyegarkan. Tidak menjenuhkan.

APA ITU SENI? Diskusi tentang pengalaman akan keindahan a. Dalam kesempatan apa saja, kapan, di mana keindahan digunakan oleh manusia (Keindahan dalam kehidupan sehari-hari: rumah, kamar, pakaian (mode), kendaraan (motor, mobil, pesawat), rumah ibadat (candi, klenteng, gereja, mesjid), menu makanan, dll. Kapan aku mengalami keindahan? (melihat keindahan alam: di gunung, pantai, lukisan, saat liburan, saat mendengarkan koor di gereja, nonton film, konser, drama, membaca karya sastra). Apa yang aku alami/rasakan ketika berhadapan dengan keindahan. Lalu apa yang aku lakukan ketika aku mengalami keindahan? (Senang, kagum, bahagia, merasakan kepuasan batin, memaknai semua yang kulihat, kusentuh, kudengar, tidak hanya lewat pikiran, tetapi lewat hati, bersyukur, diam) Pernahkah aku tersentuh oleh sebuah karya sastra? Jawablah secara konkret pengalamanku menikmati s karya sastra (membaca novel yang bagus, pementasan drama, sendratari, film, puisi, musikalisasi puisi, dsb). Menurut Saudara, apa itu seni? (Mencari di perpustakaan: kamus, ensiklopedi, buku).

b.

c.

d.

e.

Apa itu seni? Apa itu keindahan? Apa bedanya antara seni dan keindahan? SENI, menurut kamus Webster, th.1. Disposisi (pengaturan) maupun modifikasi sesuatu berkat ketrampilan manusia, sesuai dengan yang dimaksud. Dalam arti ini, seni dipertentangkan dengan alam. 2. Karya kreatif yang memiliki bentuk & keindahan: seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, drama, tari, dsb. Istilah fine art biasanya digunakan secara terbatas: seni grafis, gambar, lukis, patung, keramik, dan arsitektur. 3. Istilah seni digunakan dalam cabang ttt seperti sastra, musik. Dalam arti ini, seni (art) dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan (science).

RANGKUMAN: Seni: Karya Kreatif Yang Dihasilkan Oleh Bakat & Ketrampilan Manusia, Yang Memiliki Bentuk & Keindahan: Seni Lukis, Patung, arsitektur, musik, sastra, drama, tari, dsb.

Apa itu keindahan? Menurut Internet,1. Suatu anugerah khusus, sifat, perhiasan maupun sesuatu yang luar biasa; sesuatu yang indah, misalnya alam yang indah. 2. Bakat khusus maupun kepemilikan khusus yang menyenangkan mata, telinga, intelek, fakultas estetis , maupun indera (sense) moral. 3. Orang tampan, misalnya wanita cantik.

Kamus1. Suatu kualitas yang memberi kesenangan pada indera. 2. Wanita yang tampak sangat menawan dan menggoda.

KesimpulanKeindahan: anugerah maupun sifat khusus yang luar biasa, yang memberi kesenangan pada indera, intelek & batin manusia.

Keindahan indera meliputi aspek yang berkaitan dengan penglihatan (alam, lukisan, manusia; warna, bentuk bundar, lonjong), pendengaran (alam, musik), perabaan (halus, lembut), pencecapan (enak, lezat), penciuman (wangi, harum, sedap). Keindahan batin: cinta, baik,

Beda Seni dan keindahan? Keindahan lebih dimiliki oleh alam? Bersifat alami, sedang seni sudah merupakan campur tangan dari kreativitas & rekayasa manusia?

Batasan estetika cukup beraneka ragam. Hal-hal yang biasanya dibicarakan dalam estetika (hlm. 21).1. Keindahan 2. Keindahan dalam alam dan seni 3. Keindahan khusus pada seni 4. Keindahan dan Seni 5. Seni (segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)

6. Citarasa 7. Ukuran nilai baku 8. Keindahan dan kejelekan 9. Nilai non-moral (nilai estetis) 10. Benda estetis 11. Pengalaman estetis.

Jack MarritainProses penghayatan estetis bersumber pada persepsi alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita di sore hari . Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di ufuk Timur. Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau.

Berhadapan dng keindahan: a. Terpesona; rasakan keindahan memukau; kenikmatan rohani; larut dalam kontemplasi; mengagumi keindahan alam; terbawa kekuatan alam. Hilang kesadaran. b. Merasa diri kecil, tersedot oleh kekuatan alam. Lenyap perbedaan antara Subjek dengan Objek. Lebur antara dunia besar (makro kosmos, alam) dengan dunia kecil (mikro kosmos, aku). Aku terangkat ke dalam sesuatu yang agung. Berbagai daya kekuatan dalam diriku melebur, menyatu sempurna sbg manusia. c. Orang tsb ingin sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin mengungkapkan pengalaman yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu, bahasa. Lahirlah karya itu. Bila pengungkapan itu tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu. Dia lega dan puas, berhasil membebaskan ketercekaman yang menindihnya. Maka lahirnya hasil sastra itu merupakan katharsis bagi pengarang.

Dalam pengalaman estetis, lenyaplah perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam) dan obyek (alam). Aku seolah meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat dalam sesuatu yang lebih besar dan agung daripada aku. Sekaligus lenyaplah (untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam diriku sendiri, misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan antara akal budi, kemauan, emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu keseimbangan, suatu peleburan dan keutuhan sempurna sebagai manusia.

Terjadi semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara alam dan manusia. Kedua belah pihak saling meluluh tanpa kehilangan identitasnya masing2. Manusia yang merasakan getaran keindahan alam mengadakan semacam identifikasi spiritual dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya. Sebaliknya manusia memasuki alam (Maritain). Para ahli menganalisa pengalaman tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam.PENGALAMAN ESTETIS (Barat)Proses penghayatan pengarang berpangkal dari pengalaman yang bersumber pada persepsi alamiah-faktual lewat daya2 indera. Ketika kita di sore hari entah di sebuah desa maupun di pantai, menghadap ke barat, kita terpesona oleh keindahan bola mentari yang mau tenggelam. Atau di puncak gunung menyaksikan fajar menyibak di ufuk Timur. Dalam suasana hening, kita merasakan keindahan yang memukau. Dalam sekejap kita akan merasakan kenikmatan rohani. Kita akan larut dalam kontemplasi sejenak, mengagumi keindahan alam. Terdiam. Orang merasa terbawa oleh kekuatan alam. Orang merasa lebur dalam alam. Merasa diri kecil. Kesadaran seolah terhisap oleh sebuah kekuatan. Keadaan tsb berlangsung dalam sesaat. Beberapa detik, atau menit. Orang tsb ingin sekali mengabadikan pengalaman tsb. Kemudian ia ingin mengungkapkan pengalaman yang mencengkam itu lewat kanvas, tarian, lagu, bahasa. Lahirlah karya itu. Bila pengungkapan itu tercapai, hilanglah perasaan tercengkam/tertekan itu. Dia lega dan puas, berhasil membebaskan ketercekaman yang menindihnya. Maka lahirnya hasil sastra itu merupakan katarsis bagi pengarang. Itulah proses penciptaan karya sastra: penghayatan poetik. (Bandingkan dengan "pengalaman estetik" dari Dick Hartoko). Lenyaplah perbedaan antara subyek (aku yang mengamati alam) dan obyek (alam). Aku seolah meluluh dengan alam sekitar, aku merasa terangkat dalam sesuatu yang lebih besar dan agung daripada aku. Sekaligus lenyaplah (untuk sementara) perbedaan antara berbagai daya kekuatan dalam diriku sendiri, seperti misalnya perbedaan antara jiwa dan tubuh, perbedaan antara akal budi, kemauan, emosi dan lain2. Tercapailah dalam diriku suatu keseimbangan, suatu peleburan dan keutuhan sempurna sebagai manusia. Terjadi semacam interpenetrasi (saling menerobos) antara alam dan manusia. Kedua belah pihak saling meluluh tanpa kehilangan identitasnya masing2. Manusia yang merasakan getaran keindahan alam mengadakan semacam identifikasi spiritual dengan alam itu, bahkan alam memasuki kalbunya. Sebaliknya manusia memasuki alam (Maritain). Para ahli menganalisa pengalaman tentang keindahan timbul dari perjumpaan dengan alam. Monroe C. Beardsley mengungkapkan bahwa pengalaman estetis menentramkan dan menggembirakan manusia.

Plotinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius, bahkan puncak perkembangan estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut pengalaman mistik. Cuplikan sepenggal kisah Affandi melukis di pantai Bali untuk beri contoh inspirasi seni dan pengalaman estetis; atau hubungan antara alam dengan seni.

Edgard Allan Poe mengatakan, sastra berfungsi sekaligus mengajarkan sesuatu. Horatius menyatakan bahwa puisi itu indah dan berguna, dulce et utile. Seni yang mampu mengartikulasikan perenungan itu memberikan rasa senang. Pengalaman mengikuti artikulasi itu memberikan rasa lega. Kedua segi itu bukan hanya harus ada, melainkan harus saling mengisi. Kesenangan yang diperoleh dari seni bukan hanya kesenangan fisik, melainkan kesenangan yang lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk membuktikan bahwa manfaat sastra terletak pada segi pengetahuan yang disampaikannya. Sekarang hendak dibuktikan bahwa sastra memberikan pengetahuan dan filsafat. Salah satu nilai kognitif drama dan novel adalah segi psikologisnya. Novelist dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia daripada psikolog. Karen Horney menunjuk Dostoyevsk, Shakespeare, Ibsen, dan Balzac sebagai sumber studi psikologi. E.M. Forster dalam Aspect of the novel mengatakan, novel sangat berjasa mengungkapkan kehidupan batin tokoh-tokohnya. Novel-novel besar barangkali bisa menjadi buku sumber bagi para psikolog (Oediphus complex).Fungsi sastra, menurut sejumlah teoritikus, adalah untuk membebaskan pembaca maupun penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu. Goethe konon terbebas dari Weltschmerz dengan menciptakan karyanya, The Sorrows of Werther. Seorang pembaca novel maupun penonton drama-tragedi juga mengalami perasaan lega. Apakah sejumlah karya sastra membangkitkan emosi?

SENI (Ernst Cassirer)

Bahasa dan seni terus menerus bergerak di antara 2 kutub yang bertentangan, yaitu kutub objektif dan kutub subjektif. Fungsi utama keduanya adalah fungsi mimetis. Bahasa dikatakan imitasi bunyi-bunyi, sedang seni adalah imitasi benda-benda lahiriah. Imitasi merupakan naluri fundamental. Kata Aristoteles, Imitasi merupakan hal yang wajar bagi manusia sejak kanak-kanak. Manusia ialah binatang paling suka meniru dibanding binatang lain. Manusia belajar lewat cara meniru.Musik pun merupakan gambaran dari benda-benda. Permainan seruling, tari-tarian tak lain adalah peniruan. Pemain seruling dan penari, melalui irama-irama, lagu, gerak menirukan apa yang dilakukan dan dialami manusia. Tindakan dan watak manusia. Horatius mengatakan, Ut pictura poesis (puisi bagaikan lukisan). Simonides berkata, lukisan adalah puisi diam, dan puisi adalah lukisan kata-kata. Puisi dan lukisan berbeda hanya dalam cara dan sarananya, bukan karena fungsi utamanya. Namun teori-teori imitasi tidak membatasi karya seni hanya pada reproduksi realitas secara mekanis saja. Terbuka bagi kreativitas dan spontanitas seniman. Aristoteles mengatakan, bahwa kemustahilan yang menyakinkan lebih disukai daripada ketidakmustahilan yang tidak menyakinkan.

Para Neoklasik pada abad XVI hingga Abbe Batteux berpendapat, bahwa seni tidak mereproduksi alam secara umum tanpa pilih-pilih, melainkan hanya alam yang molek saja (la belle nature). Teori imitasi ini bisa bertahan hingga paruh pertama abad XVI. Rousseau menolak teori klasik maupun neoklasik. Menurutnya, seni bukanlah deskripsi maupun reproduksi dunia empiris, melainkan luapan emosi perasaan (Nouvelle Heloise). Di Jerman, paham Rousseau ini diikuti oleh Herder dan Goethe. Sejak itu teori keindahan memperoleh bentuk baru. Menurut Goethe, seni kreatif lahir, karena manusia tergoda untuk memperindah dunia sekitar. Maka seni karakteristik (unik, individual, muncul dari dalam, orisinal, mandiri) merupakan seni sejati. Seni karakteristik atau seni ekspresif merupakan luapan spontan daya-daya perasaan. Seni bersifat reproduktif, meskipun bukan reproduksi benda-benda atau objek fisik, melainkan reproduksi hidup batiniah, afeksi-afeksi dan emosi-emosi.

Art Meaning and Definition internet 1. Kemahiran; ketrampilan; keahlian 2. Penerapan ketrampilan menghasilkan sesuatu yang indah dengan tiruan maupun rancangan, misalnya seperti lukisan, pahatan. 3. Hasil dari kreativitas manusia; karya seni secara kolektif. 4. Kreasi dari hal-hal yang penting dan indah. 5. Ketrampilan khusus yang bisa dipelajari dengan studi dan latihan maupun pengamatan.

KEDUDUKAN SENI (Rendra) Manusia terdiri dari unsur Rohani dan Jasmani. Manusia mempunyai kebutuhan yang sifatnya jasmani dan rohani. Pertanian, perdagangan, keamanan, teknologi, kesehatan dan industri adalah bidang yang berkaitan dengan jasmani. Percintaan, persahabatan, penghayatan agama/iman, ibadah, kesenian adalah bidang rohani. Pendidikan sebagian bersifat jasmani, yaitu pengajarannya, sedang penanaman nilai bersifat rohani. Bidang2 jasmani memerlukan efisiensi. Di dalam hidup ada hal2 yang tidak praktis dan tidak efisien, tetapi sangat diperlukan, misalnya bercinta, berrumah tangga, bersahabat, upacara keagamaan, ibadah, dsb. Aneh menuntut percintaan dengan kekasih atau bercengkarama dengan putra-putri secara praktis dan efisien. Demikian pula dalam persahabatan, peribadatan, doa, dsb. Unsur Rohani dan Jasmani sama pentingnya. Tanpa roh, manusia menjadi robot, tanpa jasmani manusia menjadi hantu. Kesenian adalah urusan roh. Keduanya tidak praktis dan tidak efisien. Manusia tidak akan mati tanpa seni, dan kesehatannya baik2 saja. Tetapi tanpa seni dan sastra, masyarakat akan miskin rohaninya. Dalam kehidupan suatu bangsa, prestise yang dihasilkan

oleh penyair dan sastrawan sering lebih panjang umurnya dibandingkan prestise sosial, politik, dan ekonomi. Kekayaan sosial, politik, ekonomi Yunani purba, Prusia, Singasari dan Majapahit sudah lama dilupakan orang, tetapi kejayaan seni, filsafat dan sastra masih bisa dirasakan sampai detik ini: Plato, Sophocles, Heinrich Heine, Empu Sedah, dan Empu Prapanca, Shakespeare, Ronggowarsito, Raden Saleh. Dalam masyarakat primitif, menurut Eliade, mitos2 tidak hanya penting, melainkan sangat menentukan manusia purba. Demikian pula puisi dan drama mendapat tempat istimewa. Puisi dan drama muncul sebagai keperluan upacara2 penting dalam hidup manusia, misalnya upacara kelahiran, turun-tanah, khitanan, tunangan, menikah, kematian, menanam, menuai, mendirikan rumah, masuk rumah, pindah rumah, dsb. Para penyair dan dramawan sangat fungsional dalam masyarakat. Mereka punya kedudukan sebagai saman atau pawang. Demikian pula tukang cerita, tukang kentrung dalam masyarakat kita. Dalam masyarakat sekarang, kebutuhan roh akan agama, kesenian dan filsafat disederhanakan menjadi kebutuhan akan hiburan. Dalam alam industri dan teknologi modern, kesenian beralih-fungsi menjadi hiburan untuk komersial: night club, bar, diskotik dan klub karaoke. Apakah roh telah mati? Apakah roh bisa sirna hanya karena industri dan teknologi? Ternyata tidak! Agama tidak bisa dihilangkan dari satu bangsa, begitu pula kesenian dan filsafat. Selalu saja muncul seniman2 yang bertahan menderita dan kesepian, akhirnya menjelma menjadi raksasa tanpa mengkompromikan seninya menjadi hiburan. Kesenian yang unggul tetap muncul dan dihargai. Berapa banyak hadiah seni bergengsi diberikan kepada tokoh seni. Agama, filsafat berkembang di mana2. ...

KEINDAHAN: PANDANGAN ROMANTIKMenurut Ernest Cassirer, keindahan tak pernah selesai diperdebatkan. Penyair Romantik, John Keats (1750 - 1821), dalam Endymion (1817), mengatakan, A thing of beauty is a joy forever: Its loveliness increases; it will never pass into nothingness.

Sesuatu yang indah adalah kegembiraan, kesukaan, kebahagiaan selama-lamanya. Kemolekannya bertambah, dan tak pernah berlalu ke ketiadaan. Konsep keindahan baru dapat berkomunikasi dengan penciptanya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imaginasi. Apa yang ditangkap oleh imaginasi sebagai keindahan adalah kebenaran.Keats mengatakan, sesuatu yang indah memberi perasaan suka cita yang dalam, dan daya tariknya selalu bertambah. Dengan demikian, sesuatu yang indah adalah abadi. Karya Dante (1261321), Beethoven (1770 - 1827), Michaelangelo (1745-1864), Basuki Abdullah, Affandi, yang tidak pernah dilupakan orang adalah indah, dan karena itu abadi. Dari jaman ke jaman orang selalu menikmatinya, dan setiapkali orang menikmatinya, daya tarik karya selalu bertambah. Lukisan "Monalisa" sampai sekarang menjadi legenda yang tak pernah padam. Bahkan sampai dilagukan.

Dalam sikap estetis, digunakan istilah-istilah detachment (tak terpengaruh), disinterested (tanpa pamrih), impartially (netral, tak memihak), aesthetic distance (Mudji Sutrisno, 1993: 16). Keindahan dalam arti terluas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang di

dalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah. Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan, baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan ciri keindahan. Yang paling indah adalah idea. Karya seni bagi Plato merupakan tiruan dari tiruan, yang jauh dari kebenaran sejati. Sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Menurut Aristoteles, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa, pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan, harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak terduga". Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman penderitaan. Memiliki makna terapeutis dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan sikap batin menuju ke kebaikan. Plotinos menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah (414). Menurut Plotinos, keindahan terbentuk apabila ada persatuan antara pelbagai bagian yang berbeda satu sama lain. Persatuan hanya bisa terjadi jika ada heteroginitas. Dalam lingkungan Stoa, seni dikaitkan dengan keteraturan dan simetri, karena itu mendukung dan menimbulkan ketentraman jiwa. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya 'symmetria' untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia' untuk keindahan pendengaran (musik). Pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan alam, seni, moral dan intelektual (hlm. 35). Kualitas yang paling sering disebut adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), symmetry (kesetangkupan), balance (keseimbangan) dan contrast (pertentangan) 416. Teori agung tentang keindahan menjelaskan bahwa: "keindahan terdiri dari perimbangan dari bagian2, lebih tepat perimbangan dan susunan dari bagian2, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, persamaan dan jumlah dari bagian2 serta hubungan2 satu sama lain (5. 22). De Witt H. Parker menulis dalam bukunya The Analysis of Art mengenai ciri2 dari bentuk estetis. Buku yang lain, The Priciples of Aesthetics (1920) menyebut ciri2 umum dari bentuk estetika menjadi 6 asas, yaitu asas kesatuan utuh, asas tema, asas variasi menurut tema, asas keseimbangan, asas perkembangan, dan asas hierarki (5.32). Monroe Beardsley dalam Aesthetics: problems in the Philosophy of Criticism) yang menjelaskan adanya 3 ciri keindahan, a. Kesatuan; b. Kompleksitas; c. intensitas (5.33). Agustinus juga menghubungkan keindahan dengan keselarasan, keseimbangan, keteraturan. Bagi Thomas Aquinas, keindahan harus mencakup 3 kualitas: integritas, proporsi atau keselarasan yang benar dan kecemerlangan.

(EVALUASI TENGAH SEMESTER)

PROSA, DRAMA, dan PUISI

(Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. 1990.Padang: Penerbit Angkasa Raya) Prosa: merupakan narasi, terdiri dari rangkaian peristiwa. Setiap peristiwa ditandai oleh tindakan tokoh dalam kesatuan ruang dan waktu. Tindakan saja tanpa ruang dan waktu, sulit dipahami. Bukanlah suatu peristiwa. Sama saja dengan monolog dan atau dialog. Apabila hanya ada ruang & waktu tanpa tindakan, hanya menjadi deskripsi, juga bukan peristiwa. Narasi itu diarahkan dalam tema tertentu. Jadi di dalam rangkaian peristiwa itu terdapat alur, yang digerakkan oleh tindakan tokoh, dalam kerangka latar, dan tema tertentu. Sedang puisi lebih tersusun dengan menggunakan pola struktur baris dan bait, tipografik, daripada dalam struktur sintaksis kalimat. Juga, puisi lebih diwarnai oleh aspek irama, rima, citraan, diksi dan gaya bahasa. Puisi lebih berupa monolog. Bahasanya lebih cenderung padat dan lebih konotatif.

PUISI

PROSA

DRAMA

1

Monolog

Campuran monolog & dialog

Dialog

2

Pola larik yang membentuk

Pola kalimat yang membentuk

Pola kalimat

bait 3 Padat

alinea Cair Cair Dramatik

4

Versifikasi: tipografi bunyi, ritme, diksi, gaya, citraan

Diksi & gaya

Retorik

5

Bersifat lirik, epik

Bersifat naratif Retorik(alur) Dibaca dramatik Dilakonkan

6. Dibawakan, dideklamasikan

BAGAIMANA SASTRA MEMILIKI UNSUR PESONA (DULCE)?CONTOH-CONTOH dari prosa, drama dan puisi.

1. PUISI Sastra menarik antara lain karena dibuat dalam bentuk puisi, misalnya pantun, syair, seloka, parikan, wangsalan, gurindam, dsb. Puisi memiliki sarana-sarana estetis yang bisa menggugah pembaca, seperti diksi, gaya ekspresi seperti persajakan, aliterasi, asonansi, metafora, personifikasi, perlambangan, citraan, dst. Cara masyarakat lama dulu menanamkan nilai-nilai moral & masyarakat lewat pantun, syair, gurindam, parikan, wangsalan, dst. Mengapa puisi menarik? Masing-masing jenis puisi menggunakan bentuk-bentuk yang sudah tetap, yang mudah dihafal. Sedang puisi modern menarik karena singkat dan provokatif. Bahasanya bergaya. Ekspresif Puitis.. CONTOH-CONTOHNYA:

2. LAGU

Puisi akan menjadi lebih menarik lagi apabila dilagukan dalam bentuk nyanyian. Syair-syair lagu itu dihafal dan dikuasai banyak orang karena diberi lagu, sehingga banyak orang yang tertarik akan lagunya dan menyanyikannya. Banyak syair dihafal dan dimengerti isinya karena dilagukan, seperti misalnya lagu Melayu, khasidahan, pop, campursari, lagu kenangan, dangdut, tembang (Iwan Fals, Bimbo, Panbers, Kusplus, dsb).

3. CERITA SELALU MENARIK? Cerita selalu menarik. Orang selalu ingin mendengar cerita, sesuatu yang baru. Orang selalu ingin tahu. Juga karena cerita memberi kemungkinan orang berimaginasi. Cerita membawa orang ke dunia tersendiri, yang lain dengan dunia nyata yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa konkret yang terbatas pada waktu, tempat dan fisik. Dunia dongeng, cerita bisa menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dialami oleh dunia sehari-hari; sesuatu yang ruarr biasa! Orang bebas berfantasi. Contoh: Harry Porter yang menghipnotis banyak orang. Salah satu nafsu manusia yang berguna adalah rasa ingin tahu. Manusia berakal-budi. Pada dasarnya semua orang senang mendengar berita, sesuatu yang baru untuk menambah wawasan. Sesuatu yang baru selalu menarik. Kita lihat setiap pagi orang mencari koran, mendengarkan warta berita, berita dalam dunia, sekilas info, dst. Bagaimana kita sehari tanpa berita? Apabila tivi kita rusak, koran tidak terbit, kita sudah bingung. Pagi-pagi kita berebut koran. Ibu-ibu juga sibuk jual-beli berita. Ngrumpi, bikin gosip. Dalam tivi ada acara KIS, BETIS, BIBIR plus, KABAR-KABARI, INTIP, CEK & RICEK, NGOBRAS, KLISE, POSTER, ... dll yang menjual berita mengenai para selibritis. Majalah, koran mendapatkan banyak untung karena gosip. Gosip bisa dibisniskan. Para selebritis, bintang film, artis, banyak dikejar-kejar wartawan. Berita-berita koran, majalah sengaja dibuat sensasional. Entah tentang politik, bintang film, dunia dhemit, dsb. Cerita lain dengan berita. Berita menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi dan benarbenar terjadi, sedang cerita adalah sebuah rekaan mengenai peristiwa-peristiwa. Dalam cerita orang bisa merancang, merekayasa, mengurutkan, memilih peristiwa agar menarik orang lain. Dalam cerita, orang membuat dan menciptakan alur atau jalan cerita. Dalam fiksi cerita, diciptakan pelakupelaku dan tema-tema tertentu agar cerita itu bermakna. Sebab dalam cerita itu pencerita mempunyai maksud, yaitu agar pendengar tertarik, terharu, dan mengambil hikmah darinya. Pencerita mengirim pesan terselubung. Pencerita berharap agar pembaca bisa membaca dan memaknai pesan yang dikirimnya Setiap orang ingin mendengar cerita. Tentang sesuatu yang belum pernah didengar. Sesuatu yang baru, yang memberi pelajaran hidup, menggugah hati, meneguhkan, memberi inspirasi, mengejutkan, lain dari yang lain, sensasional. Cerita merupakan salah satu genre karya sastra. Dalam cerita orang mengungkapkan pengalaman hidupnya lewat bentuk narasi. Mengapa berita politik jaman Suharto menarik? Ingin sesuatu lain terjadi. Mengharapkan kejutan. Dasar Suharto begitu cerdik untuk memainkan politik. Suharto cerdik membuat 'berita', mengemudikan peristiwa politik. Mengapa berita politik pada jaman Gus Dur tidak menarik? Gus Dur lebih banyak ngomong daripada bertindak (membuat berita). Beritanya membuat orang bingung, tidak ada kemajuan, hanya begitu-begitu saja, bisa ditebak yang diomongkan: bicara tentang cara menggoyang dan

mengganti presiden, Sidang Istimewa dari pihak anti-Gus Dur, dan tentang pembelaan dari pihak yang pro. Sesuatu yang terbungkus, mengandung misteri, selalu menarik. Kado dalam bungkus, surat dalam amplop, menarik untuk dibuka. Wanita yang masih menyimpan misteri, menarik laki-laki. Setiap hari orang cari berita untuk ungkap misteri. Cerita yang mengandung misteri diburu orang. Cerita bisa menghibur orang (dongeng menjelang tidur). Menimbulkan keprihatinan. Cerita bisa memberi inspirasi. Memberi peneguhan dalam menjalani hidup ini (cerita tentang kebijaksanaan). Cerita bisa menyelamatkan, mendidik orang: Bayan budiman. Kadang-kadang orang mengalami kesepian. Orang butuh peneguhan. Cerita yang baik bisa menghibur, tetapi juga bisa memberi sesuatu yang bermanfaat, kebijaksanaan, pendidikan, penyadaran, dsb. Cerita yang menarik digunakan orang untuk membungkus sebuah pesan yang hendak disampaikan kepada pendengar/pembaca sebagai sarana pendidikan. Tidak hanya cerita yang terjadi sekarang saja yang menarik. Cerita yang terjadi dahulu sering lebih menarik karena menceritakan tentang kejadiankejadian yang telah lalu, yang ajaib dan mengandung misteri: cerita tentang terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Rawa Pening, Cerita Rara Jonggrang. Dari situ muncul cerita-cerita mitos, legenda, dsb. Juga tidak hanya cerita nyata saja yang menarik, tetapi cerita-cerita khayal, imaginatif, rekaan, buatan manusia. Sebaliknya ada orang yang senang bercerita. Ada orang yang ingin mensharingkan pengalamannya kepada orang lain untuk meneguhkan bahwa orang lain memiliki pengalaman yang tidak jauh berbeda pula. Ada orang yang ingin agar ceritanya menarik. Bagaimana supaya cerita menarik? Agar cerita itu menarik, diusahakan menggunakan bahasa yang baik dan indah, serta teknik (pengaluran, penokohan, pelataran dan penceritaan) yang canggih. Alurnya tidak terlalu sederhana, melainkan menantang. Temanya tidak hanya biasa-biasa saja, melainkan menyentuh dan menggerakkan hati manusia. Mengandung moral serta pendidikan, memberi inspirasi dan memberi peneguhan kepada manusia. Bahasanya dikemas dengan bahasa lincah, bergaya dan bernilai seni tinggi. Sudut pandang penceritaan (akuan, diaan), cara penceritaan (panorama, adegan) secara seimbang. Yang penting diberi tekanan dengan cara adegan, dengan teknik akuan, sedangkan yang hanya sekedar diketahui diceritakan secara panorama, dengan teknik diaan. Cerita yang baik memiliki plot yang mengandung teka-teki, menyembunyikan sesuatu dan menggelitik rasa ingin tahu, sehingga orang bertanya, "habis ini apa?". Tokohnya simpatik. Ada harapan, pertanyaan yang mengandung harapan, bagaimana sang jagoanku? Semoga jagoanku menang atau bebas dari ancaman. Semoga antagonisnya yang menimbulkan antipati itu kalah. Semoga yang baik menang, yang jahat kalah.

Bagaimana cerita yang indah itu? Yang mampu menyentuh hati manusia. Bagaimana cerita bisa menyentuh hati? Cerita bisa menyentuh hati karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan, mengandung moral yang luhur. Biasanya mengandung tema human interest. Mengenai kesetiaan, cinta sejati, kejujuran dan perjuangan yang berujung kepada kemenangan, kebahagiaan. Cerita yang menarik mengandung gerak alur yang dinamis, berliku-liku, kompleks, tegang, menuju kepada klimaks mengejutkan,

memuaskan, melegakan. Memiliki tokoh seorang ksatria tampan, membela kebaikan dan keadilan, berpihak pada orang kecil, tertindas. Keindahan di sini seperti keindahan menurut pandangan Plato/Aristoteles: mengandung kebaikan. Indah artinya baik. Menurut Plato, yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana. Kesederhanaan sebagai ciri khas dari keindahan, baik dalam alam maupun dalam karya seni. Di samping itu kepaduan juga merupakan ciri keindahan. Sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Menurut Aristoteles, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran material. Katharsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Menurut Aristoteles, segala peristiwa, pertemuan, wawancara, permenungan, keberhasilan, kegagalan dan kekecewaan, harus disusun dan dipentaskan sedemikian rupa sehingga pada suatu saat secara serentak semuanya tampak "logis" tetapi juga seolah-olah "tak terduga". Katharsis sebagai pembebasan batin dari segala pengalaman penderitaan. Memiliki makna terapeutis dari segi kejiwaan. Ada unsur perubahan sikap batin menuju ke kebaikan. Cerita menarik antara lain karena alurnya.

4. SENI PENTAS: MENGAPA DRAMA MENARIK? Antara lain karena tata pemanggungnya, diragakan, bahasa yang digunakan dramatis & puitis, mengandung alur cerita. Sesuatu ajaran tidak membosankan apabila dibungkus dengan seni pentas (drama, pantomim, tablo). Sebuah cerita akan menjadi hidup apabila diragakan dalam pemanggungan. Drama tari maupun sendratari lebih menarik daripada cerita yang hanya dibacakan saja. CONTOH-CONTOHNYA:

5. CERITA BERGAMBAR: Komik, film. MORAL DALAM SASTRA

UTILE: SASTRA YANG BERGUNAKalau dulce lebih menyangkut bidang lahiriah, utile lebih menyangkut nilai batin. Berguna di sini bukan dalam arti ekonomis-praktis.

NILAI-NILAI DALAM SASTRAOrang bisa belajar banyak dari sebuah novel yang baik. Dari situ bisa digali berbagai macam nilai-nilai kehidupan, misalnya nilai kejujuran, kesetiaan, nilai sosial, religius, dst. Novel yang baik bisa memantulkan bermacam-macam dimensi kehidupan.

Menurut Hazel, novel yang baik memiliki lebih dari satu lapis makna. Ia mengandung lebih daripada yang dinyatakannya (1984: 3). Dia mengambil contoh Animal Farm karangan George Orwell. Pada tataran lapis pertama, ia bercerita mengenai dunia binatang yang mengambil-alih Petani Jones. Anak-anak kecil pun bisa membacanya sebagai cerita mengenai binatang yang berperilaku seperti manusia. Bisa dibandingkan dengan cerita Kancil. Pada tataran kedua Animal Farm membuat perbandingan historis dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi selama Revolusi Rusia. Ia menggunakan apa yang disebut alegori. Dalam sastra Indonesia karya-karya sastra di Jaman Jepang seperti "Tinjaulah Dunia Sana", atau sebuah drama Bebasari mengandung maksud-maksud tertentu di samping yang tersurat. Karya-karya tersebut bersifat simbolis maupun alegoris. Demikian pula novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari, Belenggu karya Armijn Pane, Burung Manyar karangan Mangunwijaya, Ziarah karangan Iwan Simatupang. Di samping itu novel yang baik bisa dibaca-ulang secara menyenangkan, tidak membosankan. Novel yang baik memiliki sesuatu yang sangat penting dalam hubungan manusiawi misalnya beberapa nilai kehidupan, seperti nilai sosial, religius, psikologis, nilai sosial, religius, dsb. Dan tentu saja, novel yang baik menggunakan bahasa yang baik dan benar (Hazel, 1984: 5). Menurut Sapardi Djoko Damono, sastra modern kita pun ternyata sudah sejak awal perkembangannya merupakan arena untuk menggambarkan ketimpangan sosial, dan lebih jauh lagi untuk menyampaikan kritik terhadap kepincangan itu. Novel-novel pertama terbitan Balai Pustaka kebanyakan sekaligus merupakan propaganda dan protes sosial. Sebagai badan penerbit pemerintah kolonial Belanda, sebanarnya adalah kantor propaganda. Ia ditugasi untuk menyediakan bacaan bagi rakyat agar mereka menjadi warga yang baik dalam lingkungan negeri jajahan. Dengan caranya masing-masing, Sitti Nurbaya oleh Marah Rusli, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, dan Layar Terkembang oleh Takdir alisjahbana mencoba mengetengahkan dan sekaligus mengoreksi ketidakberesan dalam masyarakat. Ketiganya menampilkan problem penyesuaian diri manusia di tengah masyarakat yang berkembang. Juga novel-novel tersebut mengambil posisi politis yang netral (Damono, 1983: 23).Masalah korupsi juga pernah disinggung oleh Mochtar Lubis dalam novelnya Jalan Tak Ada Ujung (1952). Pak Guru yang selama ini jujur mengalami krisis mental yang luar biasa ketika untuk pertama kali ia mencuri alat-alat tulis di sekolahnya. Akhirnya ia melakunnya juga. Selanjutnya peristiwa semacam itu menjadi biasa seperti sudah seharusnya saja. Di samping kemiskinan, korupsi ternyata merupakan problem utama dalam masyarakat kita yang juga mendapat perhatian sastrawan (Damono, 1983: 24). Novel bisa memperlihatkan masalah psikologis seperti Belenggu, Layar Terkembang, Telegram dan Stasiun. Oleh karenanya novel-novel tersebut menawarkan sesuatu baru kepada kita. Novel-novel tersebut memperlihatkan suatu proses berpikir itu sendiri. Tokohtokoh dalam novel tersebut senantiasa berpikir dan menyusun citra-citra (Damono, 1983: 14). Tidak seperti novel-novel sebelumnya di mana tokoh-tokohnya tidak mengalami perkembangan kejiwaan mulai dari awal sampai akhir cerita, karena kebanyakan tidak berpikir sama sakali (Damono,1983: 8). Masalah sosial dan religius dimunculkan dalam Kemarau-nya A.A. Navis. Cerita yang menampilkan masalah psikologis dan religius dengan jelas misalnya Atheis, Di Bawah lindungan Kaabah. Bahkan Atheis memunculkan ketiga aspek tersebut (masalah-masalah religius, psikologis dan sosial).

SASTRA SEBAGAI SARANA PENDIDIKANSeperti telah disebut di atas, sastra yang baik memiliki sifat indah, menarik untuk dibaca, tetapi juga bersifat mendidik. Dengan demikian novel sebagai karya sastra bisa sebagai sarana pendidikan. Novel harus mampu menggugah minat orang untuk membaca, tetapi juga memberi sesuatu kearifan hidup, sehingga mampu menggerakkan pembaca untuk menjalani hidup yang lebih baik. Dengan demikian pembelajaran novel di sekolah sangat menunjang pendidikan. Menurut kurikulum 1994, tujuan umum pembelajaran sastra di SMU adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Depdikbud, 1995: 1). Memahami, menghayati, serta menggali nilai-nilai bermanfaat bagi kehidupan, yaitu nilai-nilai religius, sosial, moral, dan budaya (Depdikbud, 1995: 1). Penghayatan nilai-nilai itu meningkatkan kualitas kepribadian yang pada gilirannya ikut mempengaruhi manusia dalam mencapai kesejahteraan maupun kebahagiaan (Rahmanto, 1988: 16). Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh dengan meningkatkan ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya dan mengembangkan cipta dan rasa serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 19). Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam. Melalui karya sastra siswa diperkenalkan dengan fakta-fakta kehidupan, mengenai "Manusia itu apa?", "Mengapa dia begitu?". Lebih lanjut pembelajaran karya sastra mengembangkan daya penalaran siswa, daya cipta dan rasa, serta menanamkan nilai-nilai religius dan sosial.Sehubungan dengan pengembangkan watak, pengajaran novel khususnya, mampu membina perasaan yang lebih tajam, dan memberikan bantuan untuk mengembangkan kualitas kepribadian: ketekunan, kesetiaan, kebahagiaan, penciptaan (Rahmanto, 1988: 25). Menurut Driyarkara, pendidikan adalah memanusiakan manusiamuda (Hartoko, 1985: 36) atau dengan kata lain mendewasakan manusia muda. Mata pelajaran yang berlandaskan pada humaniora seperti bahasa, sastra, sejarah, musik, sangat menunjang pendewasaan manusia. Bidang-bidang itu mengolah kepekaan hati manusia untuk menjadi manusia yang bermoral dan bermartabat. Seni, sastra, sejarah, falsafah membudayakan manusia. Sastra mengolah kehidupan manusia dalam bergulat menghadapi lingkungan hidupnya. Seni mempertajam kepekaan nurani manusia.Humaniora membentuk manusia pembangun yang bermoral dan bermental tinggi, yang tetap mempertahankan citra keselarasan dengan alam dunia maju, manusia intelektual dan terdidik yang menjaga harmoni dengan tradisi sejarah serta budaya bangsa. Humaniora tidak membentuk manusia robot, mesin, teknik, dan budak produksi. Pendidikan humaniora memperkembangkan segala unsur kepribadian manusia: budi, cipta, rasa, dan karsa. Kepekaan rasa keindahan, rasa empan papan.

SASTRA SEBAGAI HUMANIORA Mata pelajaran yang berlandaskan pada humaniora seperti bahasa, sastra, sejarah, musik, mengolah kepekaan hati manusia untuk menjadi manusia yang bermoral dan bermartabat. Seni, sastra,

sejarah, falsafah membudayakan manusia. Sastra mengolah kehidupan manusia dalam bergulat menghadapi lingkungan hidupnya. Seni mempertajam kepekaan nurani manusia. Seni yang adiluhung, adalah seni yang indah. Keindahan bisa menyentuh inti terdalam kejiwaan manusia, menyebabkan manusia menjadi peka. Mencapai keindahan adalah juga merupakan hakekat "humanitas". Sastra yang baik akan membentuk jiwa "humanitat". Pendidikan humaniora memperkembangkan segala unsur kepribadian manusia: budi, cipta, rasa, dan karsa. Kepekaan rasa keindahan, rasa empan papan. Orang bisa belajar banyak dari sebuah novel yang baik. Dari situ bisa digali berbagai macam nilai-nilai kehidupan, misalnya nilai kejujuran, kesetiaan, nilai sosial, religius, dst. Novel yang baik bisa memantulkan bermacam-macam dimensi kehidupan. Lalu bagaimana novel disampaikan kepada siswa? Lewat pengajaran dan pembelajaran.Sastra yang baik bagaikan intan, memiliki banyak dimensi. Sastra memiliki sifat estetis, mendidik, juga merupakan sebuah kritik. Kritik terhadap kehidupan itu sendiri. Menurut Matthew Arnold, Sastra adalah "criticism of life." Sebagai kritik kehidupan, sastra lebih luas daripada kritik sosial. Yang penting dalam sastra memang adalah keindahannya. Keindahan itu pun bukan hanya keindahan bahasanya, melainkan karena keberhasilan tulisan sastra tsb mendekati kebenaran (Darma, 1983: 51). Sastra sebagai unsur kebudayaan, memberikan hidup yang lebih mulia kepada manusia. Mengangkat dunia dan martabat manusia dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai yang paling tinggi, indah, agung dan benar. Sastra menjadikan manusia lebih menusiawi. Sastra yang baik memiliki sifat indah, menarik untuk dibaca, tetapi juga bersifat mendidik. Dengan demikian novel sebagai karya sastra bisa sebagai sarana Pendidikan. Novel harus mampu menggugah minat orang untuk membaca, tetapi juga memberi sesuatu kearifan hidup, sehingga mampu menggerakkan pembaca untuk menjalani hidup yang lebih baik. Dengan pendidikan humaniora manusia tahu menilai yang baik dengan mata hati yang bening, bisa memilih dengan bijak dan dengan tekad yang bulat melakukan yang dianggapnya baik. Manusia humaniora mencintai keselarasan, yang dilihat dalam alam, dirasai dalam dirinya. HUMANIORA: mendidik manusia untuk menjadi manusia dewasa yang integral dan peka (manusia terasah). Peka terhadap keindahan, peka budinya, peka hatinya. Terasah akal-budinya, rasa-perasaannya, karya dan hatinya, sehingga manusia yang berkembang maksimal dan berselera tinggi. Manusia bermartabat.

UTILE ET MOVERE

SASTRA SEBAGAI ILMU (ILMU SASTRA)

Ilmu Sastra? Sastra merupakan seni dan kegiatan kreatif. Tetapi studi sastra sebagai cabang ilmu, apa mungkin? Untuk menjawab itu perlu diperjelas apa itu sastra dan apa itu ilmu.

ASAL-USUL PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT Mencari kebenaran & kebijaksanaan. Berhadapan dengan alam yang masih misteri, timbul keinginan manusia untuk mengetahui rahasia alam. Untuk memahami rahasia alam itu, manusia berusaha menafsirkannya lewat beberapa hal. 2. Mitologi: mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta sendiri disebut mite kosmogonis; mencari keterangan tentang asal-usul kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Bagaimana orang menjelaskan pelangi, petir, hujan, gempa bumi, peredaran matahari. Bandingkan dengan timbulnya mitos Jawa (Betara Kala, Nyai Lara Kidul, Cerita Asal-usul, dsb). Upacara2 maupun ritual mitis merupakan wujud dari kepercayaan mitos (upacara bersih desa, mohon hujan, jauh dari musibah, dsb) 3. Kesusastraan (Yunani): dipelopori oleh Homeros dengan karya besarnya berjudul Eliade dan Odessea. 4. Dari mitos ke logos: Sejak abad ke-6 SM mulai berkembang suatu sikap rasional. Orang mulai mencari jawaban2 rasional tentang problem2 yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Mulailah filsafat & ilmu pengetahuan. Filsafat Yunani hampir mempelajari seluruh ilmu pengetahuan. Seorang filsuf sekaligus seorang ilmuwan. Aristoteles, pelajari logika, fisika, ilmu hokum, politik, sastra, psikologi, etika, metafisika, dsb.

Berbagai Jalan mencari Kebenaran (Nazir + Winarno Surachman)a. Penemuan kebenaran secara kebetulan: mis., menemukan kinine sebagai obat malaria secara kebetulan. Demikian pula orang menemukan dalam kopi ada unsur untuk mencegah ngantuk. Orang sakit perut, menemukan obat (jambu muda, sawo). Orang menemukan tembakau sebagai sesuatu yang sebabkan kecanduan, mariyuana, ganja, jamur kotoran sebagai cara orang fly, sirih sebagai obat. Orang menemukan madu sebagai obat mujarab. Krupuk + gula jawa, jeruk nipis dan kecap, sbg obat batuk b. Penemuan lewat wahyu: lewat para orang2 tertentu: nabi, orang besar seperti Budha, Lao Tze, Yesus (Isa Al Masih), Mohammad S.A.W, dsb. c. Penemuan secara intuitif (firasat). Sering orang bisa merasai kebenaran. Meramalkan akan ada sesuatu hanya dengan rasa. Firasat akan terjadi kematian; merasa dagang ini akan laris; ketemu teman, pasangan yang cocok. d. Penemuan secara trial dan error. Orang menemukan obat dengan mencoba-coba dan gagal, jatuh bangun penuh perjuangan akhirnya menemukan hasil: penisilin. Memperoleh tanaman/ternak jenis unggul; telur dari persilangan kate dan ayam ras; bekisar. e. Penemuan lewat spekulasi. Para pedagang, pengusaha biasanya lewat perhitungan kasar, akhir memutuskan untuk melakukan sesuatu secara untung-untungan. Bulan Juni, Juli, berdagang pakaian seragam sekolah; mendekati bulan Ramadhan dan Idul Fitri membuat kartu ucapan yang unik. f. Penemuan karena kewibawaan. Sering orang menghormati pendapat yang keluar dari badan maupun orang yang dianggap punya kewibawaan, tidak lagi ingin menguji kebenarannya. Pendapat para ahli mudah menjadi pendapat umum tanpa kritik. Biasanya pemimpin agama memaklumkan suatu pernyataan yang harus dianggap kebenaran oleh umat. Misalnya Paus menyatakan Galileo bersalah besar karena berpendapat bahwa bumi bulat dan mengelilingi matahari, sehingga harus dihukum mati. Pemuka agama dalam menentukan kapan umat Islam mulai berpuasa, kapan mengakhiri puasanya dengan melihat bulan.

g. Penemuan secara akal sehat (pandangan umum). Mendidik anak harus dengan keras. Anak itu ibarat kertas kosong (tabula rasa). Peran wanita itu no. 2: melayani laki-laki. Tugas wanita menyangkut 3 M. Wanita harus di rumah saja, tak perlu sekolah tinggi, tak bisa jadi pemimpin (jaman Siti Nurbaya, Kartini); tak boleh menyatakan cinta. Mendidik anak yang baik adalah dengan memberi kebebasan seluasnya. h. Berpikir kritis berdasarkan pengalaman. Semua orang akan mati. Ahmad adalah manusia. Ahmad akan mati . i. Lewat penyelidikan Ilmiah. Cara mencari kebenaran lewat penyelidikan dipandang cara yang ilmiah. Kebenaran ilmiah hanya akan diakui apabila didukung dengan bukti-bukti yang menyakinkan, bukti-bukti yang diperoleh lewat prosedur yang sistematik, jelas dan terkontrol. Kebenaran yang diperoleh dengan cara penyelidikan ini disebut ilmu pengetahuan.

ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan: segala sesuatu yang diketahui manusia. Hasil tahu manusia mengenai sesuatu. Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisasi serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum, sehingga bisa disimpulkan dalil-dalil tertentu menurt kaidah-kaidah umum (Nazir).

Ilmu muncul karena manusia merupakan makhluk yang punya akal budi untuk berpikir. Karena itu manusia punya kodrat selalu ingin tahu. IP muncul karena adanya pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan yang tersusun secara sistematik itu disebut ilmu. Ilmu muncul karena manusia berpikir dan mengetahui. Proses berpikir manusia untuk menghasilkan ilmu itu menurut Dewey sebagai berikut.1. Muncul masalah atau rasa sulit yang dialami dengan alam sekitar: adaptasi terhadap alat, mengenali sifat-sifat lingkungan, menerangkan gejala alam, dsb. 2. Masalah itu kemudian didefinisikan atau dirumuskan dalam bentuk permasalahan. 3. Muncul kemungkinan pemecahannya yang berupa hipotesa, inferensi, atau teori. 4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional dengan jalan mengumpulkan bukti2 (data) 5. Mengolah bukti2 dan menyimpulkannya lewat percobaan2 maupun penjelasan rasional.

ILMU PENGETAHUANMenurut Suriasumantri (1987: 4), ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisasi serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum, sehingga bisa disimpulkan dalil-dalil tertentu menurt kaidah-kaidah umum (Nazir).Ilmu meneliti gejala alam yang bisa ditangkap oleh panca-indera manusia. Ilmu bersifat material. Gejala alam mempunyai pola-pola hukum tertentu yang tetap dan sama, yang berlaku bagi semua (universal) jenis dalam kelompok tertentu. Dikatakan, jenis besi dipanasi memuai. Ini berlaku

umum bagi semua jenis besi. Air mendidih pada suhu 100 derajad Celcius. Ini juga berlaku bagi semua jenis air. Dengan kata lain, ilmu memiliki ciri umum dan universal. Oleh karena sifat material tersebut, usaha pemahaman obyek ilmu dilakukan dengan pendekatan empirik, berdasarkan pengalaman inderawi. Mulanya ilmu pengetahuan alamlah yang disebut ilmu, sebab memiliki hukum yang pasti, umum dan universal. Mengapa? Karena memiliki hukum-hukum yang lebih konsisten dan mantab, yaitu alam; benda mati atau materi. Maka yang disebut ilmu pengetahuan pada waktu itu adalah pengetahuan sistematis terhadap gejala alam. Dengan kata lain ilmu pengetahuan alam, itulah ilmu yang sesungguhnya. Karena yang menentukan sesuatu itu ilmu adalah obyeknya. Bukan subyek, manusia yang mengamatinya. Maka yang berkembang jaman dahulu adalah pengetahuan yang bersifat obyektif, empirik. Itulah pandangan kaum positifisme logis. Ilmu (pengetahuan alam) pada waktu itu menggunakan metode eksperimen (laboratorium), satu-satunya. Ilmu pengetahuan alam membatasi diri dengan hanya membahas gejala-gejala alam yang bisa diamati. Tuntutan lebih lanjut bagi gejala alam yang lazim dibahas dalam ilmu-ilmu alam adalah bahwa pengamatan gejala itu bisa diulangi orang lain (reproducible). Masing-masing gejala alam itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dalam suatu pola sebab akibat. "Jika A maka B, jika B maka C, jika C maka D dst." Pengetahuan dan cara berpikir manusia semakin berkembang. Pengetahuan manusia tidak hanya mengenai gejala-gejala alam saja yang memiliki hukum-hukum yg pasti, tetap dan universal, tetapi juga mengenai makluk hidup. Yang menjadi objek pengetahuan manusia tidak hanya gejala alam yang mati (memililki sifat tetap dan pasti), melainkan juga makhluk hidup: binatang, manusia itu sendiri. Hukum yang diperlakukan terhadap gejala-gejala alam itu ternyata berbeda dengan gejala-gejala manusiawi yang memiliki jiwa kebebasan, dan kesadaran. Muncul pertanyaan, bagaimana pengetahuan mengenai perilaku manusia (psikologi), mengenai hubungan antara manusia dengan manusia (sosiologi), mengenai kelompok manusia tertentu (etnografi), budaya manusia (anthropologi), dan akhirnya mengenai hasil karya manusia yang disebut sastra? Dari pertanyaan dan pemikiran itu, muncul perkembangan yang kemudian dinamakan ilmu sosial dan budaya. Ternyata gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala-gejala alami (Suriasumantri, 1987: 134). Ilmu-ilmu sosial-budaya mempelajari manusia baik selaku perseorangan maupun selalu anggota dari suatu kelompok sosial yang semakin rumit dan kompleks. Gejala sosial tidak hanya mencakup faktor-faktor fisik saja, melainkan mencakup aspek-aspek psikologis, sosiologis, biologis, dan kombinasi dari aspek-aspek tsb. Gejala sosial-budaya banyak yang bersifat unik dan sukar diprediksi dan tidak berulang kembali. Masalah sosial kerapkali bersifat spesifik dalam konteks historis tertentu. Oleh karena itu kemunculan ilmu-ilmu sosial-budaya mendapat banyak kritik dari kalangan ilmuwan (alam). Mereka meragukan ilmu sosial sebagai suatu ilmu. Dipertanyakan status keilmuan dari ilmu-ilmu sosialbudaya. Hukum-hukum ilmu sosial, jika ada, bersifat probabilistik (bersifat kemungkinan). Tidak mempunyai kepastian (Suriasumantri, 1987: 140).

Apakah pendekatan empiris ini membawa kita lebih dekat kepada kebenaran? Ternyata tidak, sebab gejala yang terdapat dalam pengalaman kita baru mempunyai arti kalau kita memberikan tafsiran terhadap mereka. Fakta yang ada sebagai dirinya sendiri, tidaklah mampu berkata apa-apa. Kitalah yang memberi mereka sebuah arti, sebuah nama, tempat, atau apa saja (Jujun S. Suriasumantri, 1981: 11).PEMBAGIAN ILMU: Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Sosial-budaya IPA: eksak/pasti, dapat dikontrol. Ilmu Humaniora: proses dalam masyarakat tidak kaku, fleksibel, bisa berubah, lebih kompleks

Peneliti/pengamat dalam IPA imparsial, di luar objek; sedangkan dalam Humaniora tidak imparsial. METODOLOGIBerpikir secara nalar mempunyai 2 kriteria penting: unsur logis dan analitis. Berpikir logis artinya berpikir menurut jalan pikiran yang runtut. Contoh: a. Manusia akan mati. Andi manusia. Andi akan mati. b. Makluk hidup harus makan. Binatang makluk hidup. Maka binatang harus makan. Berpikir analitis adalah berpikir dengan menjelaskan hubungan antara hal yang satu dengan lainnya, dengan data dan bukti2.

Untuk bisa berpikir secara logis dan analitis, diperlukan rasio maupun pengalaman sebagai sumber dari pengetahuan. Oleh karenanya ilmu pengetahuan bisa diperoleh manausia baik lewat rasio (rasionalisme) maupun pengalaman (empirisme). Sesuai dengan obyeknya, ilmu hanya bisa diperoleh dengan cara empirik dan rasional. Ilmuwan, sebagai subyek pengetahuan harus mampu menempuh kedua cara itu. Kemampuan tsb hanya bisa dimiliki apabila ia punya pancaindera dan rasio yang normal. Maka metode ilmu adalah dialektika antara metode empirik dengan metode rasional. Oleh karenanya ilmu pengetahuan pada dasarya mencakup kemampuan rasio maupun pengalaman. Ilmu yang lebih mendasarkan pengalaman sebagai pijakan bernalar, menggunakan metode induksi. Sedang cara berpikir yang lebih mendasarkan rasio sebagai pijakan bernalar, menggunakan metode deduksi.

Oleh karena itu pencapaian ilmu bisa diperoleh lewat penalaran induksi maupun deduksi. A. Induksi: khusus - umum.1. Pernyataan a posteriori: kebenaran didasarkan pengalaman/empiris. Dari gejala-gejala yang khusus, individual, dari yang banyak lalu dicari kesamaannya, dan disimpulkan dari kesamaannya itu untuk membuat teori yang umum. 2. Merupakan kumpulan dari bukti-bukti individual, yang sama, kemudian menjadi kesimpulan yang

merupakan teori.

B. Deduksi: Umum - khusus.1. Bersifat a priori: tidak perlu dibuktikan dengan pengalaman, karena sudah menjadi hukum umum dan pasti: semua logam dipanasi memuai. Mulai dari teori/rumus umum, menuju ke gejala-gejala khusus, untuk membuktikan apakah gejala khusus itu juga tercakup ke dalam teori yang umum itu. Di sini orang bertugas membuktikan bahwa gejala khusus itu tercakup ke dalam teori umum. 2. Merupakan persetujuan bersama: 1 kg = 10 ons. 3. Pernyataan sistem tertutup: tidak perlu diperdebatkan maupun disangsikan/diuji dengan fakta: pasti, matematis.

C. Abduksi: jalan tengah antara induksi dan deduksi. Metode ini diusulkan oleh C.S. Pierce. Abduksi adalah suatu metode dalam menyusun hipotesis setelah diawali dengan metode induksi. Tetapi dalam pengkajiannya tidak menggunakan metode deduksi murni tertutup. Artinya dalam kita mengadakan pengkajian tersebut masih terbuka bagi masuknya kritik, pertanyaan, perubahan dsb. Bahkan Pierce menyatakan, bahwa metode yang paling penting dalam Ilmu Pengetahuan adalah metode abduksi, karena masih membuka kemungkinan untuk menerima masukan. Masukan justru penting untuk memperkuat hipotesis.

Ada pun tahap-tahap yang ditempuh oleh pengetahuan untuk menjadi suatu ilmu, melalui beberapa tahapan: a. Tahap spekulasi Pada tahap ini peneliti sebenarnya sudah mempunyai dugaan kuat mengenai suatu teori tertentu. Hanya saja, dugaan itu belum dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang akurat. b. Tahap observasi dan klasifikasi Tahap ini peneliti mulai mengadakan observasi, penelitian, servey yang cermat dengan mengumpulkan data-data yang akurat. Data-data itu diklasifikasikan menurut ukuran dan maksud tertentu. c. Tahap perumusan teori Dari data tersebut, dibandingkan, dikelompokkan dan dianalisis, kemudian disintesiskan sehingga menghasilkan suatu teori.

Teori yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Tuntas: mencakup semua fakta; tak ada yang terlewatkan maupun terkecualikan 2) Konsisten: tidak mengandung pernyataan-pernyataan yang salingbertentangan 3) Sederhana: mengungkapkan secara lugas, tidak ambigu.

Sifat keilmiahan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Eksplisit: bahwa teori itu harus dirumuskan secara jelas. b. Sistematis: metode yang dipergunakan harus rapi, menggunakan sistem yang konsisten. c. Obyektif: - terbuka thd analisis - kritis dengan "mencurigai" setiap hipotesa sampai bisa dibuktikan secara memadai - hati-hati terhadap prasangka. - menggunakan prosedur stan