Biodata pahlawan revolusi.docx

31
1. Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani BIODATA Nama : AHMAD YANI Lahir : 19 Juni 1922, Purworejo, Jawa Tengah, Hindia Belanda Meninggal : 30 September 1965 (umur 43) Jakarta, Indonesia Kebangsaan : Indonesia Suami/istri : Yayu Rulia Sutowiryo Ahmad Yani Anak : 5 Profesi : Tentara Agama : Islam Pendidikan HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935 MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938 AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940 Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang Pendidikan Heiho di Magelang PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, tahun 1955 Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956 Bintang Kehormatan Bintang RI Kelas II Bintang Sakti Bintang Gerilya Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II Satyalancana Kesetyaan VII, XVI 1

description

tugas

Transcript of Biodata pahlawan revolusi.docx

Page 1: Biodata pahlawan revolusi.docx

1. Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani

BIODATA

Nama : AHMAD YANI

Lahir : 19 Juni 1922, Purworejo, Jawa

Tengah, Hindia Belanda

Meninggal : 30 September 1965 (umur 43)

Jakarta, Indonesia

Kebangsaan : Indonesia

Suami/istri : Yayu Rulia Sutowiryo Ahmad Yani

Anak : 5

Profesi : Tentara

Agama : Islam

Pendidikan

HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935

MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938

AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940

Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang

Pendidikan Heiho di Magelang

PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor

Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat,

tahun 1955

Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Bintang Kehormatan

Bintang RI Kelas II

Bintang Sakti

Bintang Gerilya

Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II

Satyalancana Kesetyaan VII, XVI

Satyalancana G: O.M. I dan VI

Satyalancana Sapta Marga (PRRI)

Satyalancana Irian Barat (Trikora)

Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi (Keppres No. 111/KOTI/1965)

BIOGRAFI

Jenderal TNI Anumerta AChmad Yani (Purworejo, 19 Juni 1922]]-Lubang Buaya,

Jakarta, 1 Oktober 1965) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan formal

diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, yang diselesaikannya pada tahun 1935.

1

Page 2: Biodata pahlawan revolusi.docx

Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama) kelas B

Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat

Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas

dua, sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di

Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karir militernya dengan

pangkat Sersan. Kemudian setelah tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia

juga mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air

(PETA) di Bogor.

Berbagai prestasi pernah diraihnya pada masa perang kemerdekaan. Achmad Yani

berhasil menyita senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

terbentuk, ia diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. ketika Agresi Militer Pertama

Belanda terjadi, pasukan Achmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan

serangan Belanda di daerah tersebut. Maka saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia

dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang meliputi daerah

pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas untuk

melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang membuat kekacauan di daerah Jawa

Tengah. Ketika itu dibentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus hingga pasukan

DI/TII pun berhasil dikalahkan. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, ia kembali ke Staf Angkatan

Darat.

Pada tahun 1955, Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College

di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti

pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Tahun 1958 saat

pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera Barat, Achmad Yani yang masih berpangkat Kolonel

diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk memimpin penumpasan

pemberontakan PRRI dan berhasil menumpasnya. Hingga pada tahun 1962, ia diangkat menjadi

Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Achmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia menolak

keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang

dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara

tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh

September/PKI). Achmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965

(dinihari). Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur dan dimakamkan

secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Achmad Yani gugur sebagai

Pahlawan Revolusi. Pangkat sebelumnya sebagai Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat (sebagai

penghargaan) menjadi Jenderal.

2

Page 3: Biodata pahlawan revolusi.docx

2. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto

BIODATA

Nama : Suprapto

Lahir : Purwokerto, 20 Juni 1920

Meningga l : Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan

Kalibata, Jakarta

Agama : Islam.

Pendidikan Umum :

MULO (setingkat SLTP)

AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta, tamat tahun

1941

Kursus Pusat Latihan Pemuda

Latihan Keibodan, Seinendan, dan Syuisyintai

Pendidikan Tentara : Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tapi tidak sampai tamat.

Pengalaman Pekerjaan : Kantor Pendidikan Masyarakat

Karier Militer :

Deputy II Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), Jakarta

Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, Medan

Staf Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta

Staf Angkatan Darat, Jakarta

Kepala Staf Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro, Semarang

Ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman

Anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

BIOGRAFILetnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, ini boleh

dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman. Usianya hanya terpaut empat tahun

lebih muda dari sang Panglima Besar. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat

SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun

1941. Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan

pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijke

Militaire Akademie di Bandung. Pendidikan ini tidak bisa diselesaikannya sampai tamat karena

pasukan Jepang sudah keburu mendarat di Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan,

tapi kemudian ia berhasil melarikan diri. Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya

3

Page 4: Biodata pahlawan revolusi.docx

dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai.

Dan setelah itu, ia bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat. Di awal kemerdekaan, ia

merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang

di Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di

Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun

ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu

hanyalah sebagai perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut menjadi

salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris. Ketika itu,

pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah

menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan,

ia sering berpindah tugas. Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial

(T&T) IV/ Diponegoro di Semarang. Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf

Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan. Dan setelah pemberontakan

PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah

Sumatera yang bermarkas di Medan. Selama di Medan tugasnya sangat berat sebab harus

menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.

Pada pemberontakan yang dilancarkan oleh PKI tanggal 30 September 1965, dirinya

menjadi salah satu target yang akan diculik dan dibunuh. Dan pada tanggal 1 Oktober 1965

dinihari, Letjen. TNI Anumerta R. Suprapto bersama enam perwira lainnya yakni Jend. TNI

Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta S. Parman; Letjen. TNI Anumerta M.T.

Haryono; Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S; dan Kapten

CZI TNI Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh secara membabi buta dan

jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya tanpa prikemanusiaan.

R. Suprapto gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan Pancasila.

Bersama enam perwira lainnya ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya

yang sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan

Jenderal sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut,

oleh pemerintah Orde Baru ditetapkanlah tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari

Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Dan di daerah Lubang Buaya, Jakarta

Timur, di depan sumur tua tempat jenazah ditemukan, dibangun tugu dengan latar belakang

patung ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut. Tugu tersebut dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.

4

Page 5: Biodata pahlawan revolusi.docx

3. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono

BIODATA

Nama : Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono

Lahir : Srabaya, 20 Januari 1924

Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata,

Jakarta

Agama : Islam

Pendidikan Umum:

- ELS (setingkat Sekolah Dasar)

- HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)

- Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan

Jepang)

Karier Militer:

- Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)

- Direktur Intendans Angkatan Darat

- Atase Militer RI di Negara Belanda (tahun 1950)

- Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB)

- Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda

- Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata

- Sekretaris Dewan Pertahanan Negara

- Bekerja di Kantor Penghubung

- Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi]

BIOGRAFI

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924

merupakan salah satu dari dari Tujuh Pahlawan Revolusi, sebelumnya memperoleh pendidikan di

ELS (setingkat Sekolah Dasar) kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah

Umum). Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa

pendudukan Jepang) di Jakarta, namun tidak sampai tamat. Seorang perwira yang fasih berbicara

dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Kemampuannya itu membuat dirinya menjadi

perwira penyambung lidah yang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan.

Perwira kelahiran Surabaya ini pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada

Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan terakhir sebagai Deputy III

Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Ketika kemerdekaan RI diproklamirkan, ia

yang sedang berada di Jakarta segera bergabung dengan pemuda lain untuk berjuang

mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan itu sekaligus dilanjutkannya dengan masuk Tentara

Keamanan Rakyat (TKR). Awal pengangkatannya, ia memperoleh pangkat Mayor.

5

Page 6: Biodata pahlawan revolusi.docx

Selama terjadinya perang mempertahankan kemerdekaan yakni antara tahun 1945 sampai

tahun 1950, ia sering dipindahtugaskan. Pertama-tama ia ditempatkan di Kantor Penghubung,

kemudian sebagai Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda. Suatu

kali ia juga pernah ditempatkan sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan di lain waktu

sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dan ketika

diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia merupakan Sekretaris Delegasi Militer

Indonesia.

Tenaga M.T. Haryono memang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan antara

pemerintah RI dengan pemerintah Belanda maupun Inggris. Hal tersebut disebabkan karena

kemampuannya berbicara tiga bahasa internasional yakni bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.

Terakhir ketika ia menjabat Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad),

pengaruh PKI juga sedang marak di Indonesia. Partai yang merasa dekat dengan Presiden

Soekarno dan sebagian rakyat itu semakin hari semakin berani bahkan semakin merajalela.

Ide-ide yang tidak populer dan mengandung resikO tinggi pun sering dilontarkan oleh

partai komunis itu. Seperti ide untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani atau yang disebut

dengan Angkatan Kelima. Ide tersebut tidak disetujui oleh sebagian besar perwira AD termasuk

oleh M.T. Haryono sendiri dengan pertimbangan adanya maksud

tersembunyi di balik itu yakni mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Di samping itu,

pembentukan Angkatan Kelima tersebut sangatlah memiliki resiko yang sangat tinggi. Namun

karena penolakan itu pula, dirinya dan para perwira lain dimusuhi dan menjadi target

pembunuhan PKI dalam pemberontakan Gerakan 30 September 1965.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono bersama

enam perwira lainnya yakni: Jend. TNI Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta

Suprapto; Letjen.TNI Anumerta S Parman; Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI

Anumerta Sutoyo S; dan Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian

dibunuh secara membabi buta dan jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya

tanpa prikemanusiaan. M.T. Haryono yang tewas karena mempertahankan Pancasila itu gugur

sebagai Pahlawan Revolusi. Ia kemudian dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.

Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal

kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Untuk menghormati jasa para Pahlawan Revolusi sekaligus untuk mengingatkan bangsa

ini akan peristiwa penghianatan PKI tersebut, dengan demikian diharapkan peristiwa yang sama

tidak akan terulang kembali, maka oleh pemerintahan Soeharto ditetapkanlah tanggal 1 Oktober

setiap tahunnya sebagai hari Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Dan di

daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur di depan sumur tua tempat jenazah ditemukan, dibangunlah

Tugu Kesaktian Pancasila sebagai tugu peringatan yang berlatar belakang patung ketujuh

Pahlawan Revolusi tersebut.

6

Page 7: Biodata pahlawan revolusi.docx

4. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman

BIODATA

Nama: Letnan Jenderal Anumerta S. Parman

Lahir: Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918

Agama: Islam

Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Kalibata,

Jakarta

Pendidikan Umum Terakhir: Sekolah Tinggi Kedokteran

(tidak tamat)

Pendidikan Lain: Kenpei Kasya Butai

Pendidikan Tentara: Military Police School, Amerika Serikat.

Pengalaman Pekerjaan: Jawatan Kenpeitai

Karier Militer:

- Tahun 1964, Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad)

- Tahun 1959, Atase Militer RI di London

- Staf di Kementerian Pertahanan

- Maret tahun 1950, Kepala Staf G

- Desember tahun 1949 Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.

- Tahun 1945, Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta

- Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi

BIOGRAFI

Letjen. Anumerta Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918.

Dia merupakan salah satu dari tujuh pahlawan revolusi dan korban kebiadaban PKI. Pria

kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini merupakan perwira intelijen, sehingga banyak tahu

tentang kegiatan rahasia PKI karena itulah dirinya termasuk salah satu di antara para perwira

yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.

Penolakan yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI. Pendidikan umum

yang pernah diikutinya adalah sekolah tingkat dasar, sekolah menengah, dan Sekolah Tinggi

Kedokteran. Namun sebelum menyelesaikan dokternya, tentara Jepang telah menduduki

Republik sehingga gelar dokter pun tidak sampai berhasil diraihnya.

Setelah tidak bisa meneruskan sekolah kedokteran, ia sempat bekerja pada Jawatan

Kenpeitai. Di sana ia dicurigai Jepang sehingga ditangkap, namun tidak lama kemudian

dibebaskan kembali. Sesudah itu, ia malah dikirim ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada

Kenpei Kasya Butai. Sekembalinya ke tanah air ia kembali lagi bekerja pada Jawatan Kempeitai.

7

Page 8: Biodata pahlawan revolusi.docx

Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu

Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulanDesember, tahun

1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.

Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan melakukan perang gerilya.

Pada bulan Desember tahun 1949 ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta

Raya. Salah satu keberhasilannya saat itu adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang

Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling.

Selanjutnya, pada Maret tahun 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. Dan setahun kemudian

dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan untuk

beberapa lama kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London pada tahun 1959. Lima

tahun berikutnya yakni pada tahun 1964, ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima

Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal. Ketika menjabat Asisten I

Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) ini, pengaruh PKI juga sedang marak di

Indonesia. Partai Komunis ini merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat pun

sudah terpengaruh. Namun sebagai perwira intelijen, S. Parman sebelumnya sudah banyak

mengetahui kegiatan rahasia PKI. Maka ketika PKI mengusulkan agar kaum buruh dan tani

dipersenjatai atau yang disebut dengan Angkatan Kelima. Ia bersama sebagian besar Perwira

Angkatan Darat lainnya menolak usul yang mengandung maksud tersembunyi itu. Dengan dasar

itulah kemudian dirinya dimusuhi oleh PKI.

Maka pada pemberontakan yang dilancarkan oleh PKI tanggal 30 September 1965,

dirinya menjadi salah satu target yang akan diculik dan dibunuh. Dan pada tanggal 1 Oktober

1965 dinihari, Letjen. TNI Anumerta S. Parman bersama enam perwira lainnya yakni Jend. TNI

Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta Suprapto; Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono;

Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S; dan Kapten CZI TNI

Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh secara membabi buta dan

jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya tanpa prikemanusiaan.

S. Parman gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan Pancasila. Bersama

enam perwira lainnya ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang

sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal

sebagai penghargaan atas jasa-jasanya.

Untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut, oleh pemerintah Orde Baru

ditetapkanlah tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari Kesaktian Pancasila sekaligus

sebagai hari libur nasional. Dan di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, di depan sumur tua

tempat jenazah ditemukan, dibangun tugu dengan latar belakang patung ketujuh Pahlawan

Revolusi tersebut. Tugu tersebut dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.

8

Page 9: Biodata pahlawan revolusi.docx

5. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan

BIODATA

Nama : Donald Isac Panjaitan

Lahir : Balige, Tapanuli, 9 Juni 1925

Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata

Agama : Kristen

Pendidikan Formal:

- Sekolah Dasar

- Sekolah Menengah Pertama

- Sekolah Menengah Atas

Pendidkan Militer : Latihan Gyugun

Pendidikan Lain:

- Kursus Militer Atase (Milat), tahun 1956

- Associated Command and General Staff College, di Amerika Serikat

Karier Militer:

- Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), tahun 1962

- Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat

- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) II/Sriwijaya di Palembang

- Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan

- Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

- Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera

- Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, tahun 1948

- Komandan Batalyon Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

- Anggota Gyugun Pekanbaru, Riau

Prestasi :

- Salah seorang pembentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

- Membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI

Tanda Kehormatan : Pahlawan Revolusi

BIOGRAFI

Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli, 9 Juni

1925. Pendidikan formal diawali dari Sekolah Dasar, kemudian masuk Sekolah Menengah

Pertama, dan terakhir di Sekolah Menengah Atas. Ketika ia tamat Sekolah Menengah Atas,

Indonesia sedang dalam pendudukan Jepang. Sehingga ketika masuk menjadi anggota militer ia

harus mengikuti latihan Gyugun. Selesai latihan, ia ditugaskan sebagai anggota Gyugun di

Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Ketika Indonesia sudah

9

Page 10: Biodata pahlawan revolusi.docx

meraih kemerdekaan, ia bersama para pemuda lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat

(TKR) yang kemudian menjadi TNI.

Di TKR, ia pertama kali ditugaskan menjadi komandan batalyon, kemudian menjadi

Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Seterusnya menjadi

Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera. Dan ketika Pasukan Belanda

melakukan Agresi Militernya yang Ke II, ia diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Seiring dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda ke II, Indonesia pun memperoleh

pengakuan kedaulatan. Panjaitan sendiri kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara

dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan. Selanjutnya dipindahkan lagi ke Palembang

menjadi Kepala Staf T & T II/Sriwijaya.

Setelah mengikuti kursus Militer Atase (Milat) tahun 1956, ia ditugaskan sebagai Atase

Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Ketika masa tugasnya telah berakhir sebagai Atase Militer, ia

pun pulang ke Indonesia. Namun tidak lama setelah itu yakni pada tahun 1962, perwira yang

pernah menimba ilmu pada Associated Command and General Staff College, Amerika Serikat

ini, ditunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Jabatan inilah

terakhir yang diembannya saat peristiwa G 30/S PKI terjadi.

Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia mencatat prestasi tersendiri atas

keberhasilannya membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC)

untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti

bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo (Conference of the New

Emerging Forces). Senjata-senjata itu diperlukan PKI yang sedang giatnya mengadakan

persiapan melancarkan pemberontakan.

Pada jam-jam awal 1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September

meninggalkan Lubang Buaya menuju pinggiran Jakarta. Mereka memaksa masuk pagar rumah

Panjaitan di Jalan Hasanudin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, lalu menembak dan menewaskan

salah seorang pelayan yang sedang tidur di lantai dasar rumah dua lantai dan menyerukan

Panjaitan untuk turun ke bawah. Dua orang pemuda yaitu Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu

terluka berat saat mengadakan perlawanan ketika D.I. Panjaitan diculik, tidak lama kemudian

Albert meninggal. Setelah penyerang mengancam keluarganya, Panjaitan turun.

Dia kemudian mencoba melarikan diri dan ditembak mati. mayatnya dimasukkan ke

dalam truk dan dibawa kembali ke markas gerakan itu di Lubang Buaya. Kemudian, tubuh dan

orang-orang dari rekan-rekannya dibunuh tersembunyi di sebuah sumur tua. Mayat ditemukan

pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya.

Panjaitan mendapat promosi anumerta kepada Jenderal Mayor dan diberi gelar Pahlawan

Revolusi.

10

Page 11: Biodata pahlawan revolusi.docx

6. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

BIODATA

Nama : Sutoyo Siswomiharjo

Lahir : Kebumen, 23 Agustus 1922

Gugur : Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965

Agama : Islam

Pendidikan:

- HIS di Semarang

- AMS tahun 1942 di Semarang

- Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.

Karir:

- Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo

- Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946)

- Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949)

- Komandan Batalyon I CPM (1950)

- Danyon V CPM (1951)

- Kepala Staf MBPM (1954)

- Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956)

- Asisten ATMIL di London (1956)

- Pendidikan Kursus “C” Seskoad (1960)

- 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik

pangkat menjadi Brigjen

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

BIOGRAFI

Sutoyo Siswomiharjo dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1922 di Kebumen. Mulai

pendidikannya dari HIS, di AMS tahun 1942 di Semarang, lalu melanjutkan pendidikannya di

Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.

Pemuda Sutoyo sebelum mulai karirnya selaku seorang prajurit, bertugas di Kabupaten

Purworejo, sebagai Pegawai Menengah/III.

Tugas sebagai seorang Militer dimulai saat perjuangan kemerdekaan tahun 1945. Pada

tahun 1946 menjabat sebagai Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo

dengan pangkat Kapten dan di tahun 1948 menjadi Kepala Staf CPMD Yogyakarta hingga tahun

1949. Pada tahun 1950 Mayor Sutoyo menjabat sebagai Komandan Batalyon I CPM dan tahun

1951 Danyon V CPM. Sedang pada tahun 1954 menjabat sebagai Kepala Staf MBPM hingga 11

Page 12: Biodata pahlawan revolusi.docx

akhir tahun 1954. Mulai tahun 1955 sebagai Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat

Letkol hingga tahun 1956. Sejak tahun ini diangkat menjadi Asisten ATMIL di London.

Setelah kembali di tanah air dan selesai mengikuti pendidikan Kursus "C" Seskoad tahun

1960. Pada tahun 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD. Pada

tahun 1964 dinaikan pangkatnya menjadi Brigjen.

Menjelang pemberontakan G 30 S/PKI yang ternyata menculik dan membunuh beliau,

Pak Toyo mengalami beberapa hal yang dirasakan kurang enak seperti udara yang panas

walaupun ruang sudah ber-AC, dan bahkan memerintahkan untuk membuat rencana peringatan

Hari ABRI 5 Oktober 1965 secara cermat kepada Ajudannya. Terbukti bahwa semua firasat yang

dialami Brigjen TNI Sutoyo ini ada artinya yaitu tanggal 1 Oktober jam 04.00 Brigjen TNI

Sutoyo diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI.

Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dipimpin

oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton. Dengan todongan

bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang

menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan

Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil

oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu

pekarangan diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu

Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya

dibawa menuju Lubang Buaya, gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan

G 30 S/PKI.

12

Page 13: Biodata pahlawan revolusi.docx

7. Kapten Czi (Anumerta.) Pierre Andreas Tendean

BIODATA

Nama : Kapten Peiere Andreas Tendean

Lahir : Jakarta, 21 Februari 1939

Agama : protestan

Gugur : Jakarta, 1 Oktober 1965

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Kalibata,

Jakarta

Pendidikan Umum :

- SD di Magelang

- SMP B

- SMA B

pendidikan Militer : ATEKAD

Karier Militer :

- ikut dalam operasi Sapta Marga di Sumatera Utara. Beliau dilantik sebagai Letda Czi tahun

1962

- Danton Yon Zipur 2/Dam II Bukit Barisan

- Pendidikan Intelijen tahun 1963

- pernah menyusup ke Malaysia masa Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD

- 965 diangkat sebagai Ajudan Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution ketika

pangkatnya masih Letda, kemudian naik menjadi Lettu.

Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

BIOGRAFI

Kapten Anumerta Pierre Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Beliau

merupakan salah satu korban pada peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan

nasional Indonesia.

Putera dari DR. A.L Tendean yang berasal dari Minahasa, sedang ibunya seorang

berdarah Perancis bernama Cornel ME. Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan

adiknya semua wanita, sehingga sebagai satu-satunya anak lelaki dialah tumpuan harapan orang

tuanya.

Sesudah Pierre tamat dari SD di Magelang, meneruskan ke SMP bagian B dan kemudian

ke SMA bagian B di Semarang. Setelah tamat dari SMA orang tuanya menganjurkan agar Pierre

masuk Fakultas Kedokteran. Akan tetapi Pierre telah mempunyai pilihan sendiri, ingin masuh

Akademi Militer Nasional, dan bercita-cita menjadi seorang perwira ABRI.

13

Page 14: Biodata pahlawan revolusi.docx

Pierre memasuki ATEKAD Angkatan ke VI di Bandung tahun 1958 dan dilantik sebagai

Letda Czi tahun 1962. Setelah mengalami tugas, antara lain sebagai Danton Yon Zipur 2/Dam II

dan mengikuti Pendidikan Intelijen tahun 1963 serta pernah menyusup ke Malaysia masa

Dwikora sewaktu bertugas di DIPIAD, maka pada tahun 1965 diangkat sebagai Ajudan Menko

Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution dengan pangkat Lettu.

Dalam jabatan sebagai Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution inilah Pierre Tendean gugur

sebagai perisai terhadap usaha G 30 S/PKI untuk menculik/membunuh Jenderal TNI A.H.

Nasution.

Di saat gerombolan G 30 S/PKI masih dan berusaha menculik Pak Nas pada dini hari

tanggal 1 Oktober 1965, Pierre yang saat itu sedang tidur di paviliun rumah pak Nas, segera

bangun, karena mendengar kegaduhan di rumah pak Nas. Ketika ia keluar, ia ditangkap oleh

gerombolan penculik yaitu oleh Pratu Idris dan Jahurup. Ketika Pierre menjelaskan bahwa dialah

Ajudan Pak Nas, maka pihak gerombolan salah dengar bahwa dialah pak Nas. Kemudian dia

diikat kedua tangannya dan dibawa dengan truk ke Lubang Buaya.

Di lubang Buaya Pierre besama dengan Brigjen TNI Sutoyo dimasukan ke dalam rumah

yang terletak dekat sumur tua. Setelah disiksa secara kejam oleh anggota-anggota G 30 S/PKI

berdasarkan giliran paling akhir dibunuh dan dimasukan ke dalam Lubang Buaya bersama

Pimpinan TNI AD lainnya.

14

Page 15: Biodata pahlawan revolusi.docx

8. Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun

Nama : Karel Satsuit Tubun

Lahir : 14 Oktober 1928

Tual, Maluku Tenggara

Meninggal : 1 Oktober 1965 (umur 36)

Jakarta

PENGHARGAAN Pahlawan Revolusi pada tanggal 5 Oktober 1965

KARIR Anggota Polri Polisi Brimob Pangkat Agen Polisi Kelas Dua Polisi Brimob Pangkat Agen Polisi Kelas Satu Polisi Brimob Brigadir Polisi Polisi Pangkat Ajun Inspektur Dua Polisi..

BIOGRAFI

Karel Satsuit Tubun lahir di Tual,Maluku Tenggara Pada Tanggal 14 Oktober 1928.ketika telah Dewasa ia memustuskan untuk masuk menjadi anggota POLRI.ia pun diterima,lalu mengikuti Pendidikan Polisi,setelah lulus,ia ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon dengan Pangkat Agen Polisi Kelas Dua atau sekarang Bhayangkara Dua Polisi.ia pun ditarik ke Jakarta dan Memiliki Pangkat Agen Polisi Kelas Satu atau sekarang Bhayangkara Dua Polisi.ketika Bung Karno mengumandangkan Trikora yang isinya menuntut Pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dari tangan Belanda.seketika pula dilakukan Operasi Militer ia pun ikut serta dalam perjuangan itu.setelah Irian barat berhasil dikembalikan.ia diberi tugas untuk mengawal kediaman Wakil Perdana Menteri Dr.J. Leimena di Jakarta.Berangsur-angsur Pangkatnya naik menjadi Brigadir Polisi.

Karena mengganggap para Pimpinan Angkatan Darat,sebagai penghalang utama cita citanya.maka PKI merencenakan untuk melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah Perwira Angkatan Darat yang dianggap menghalangi cita-citanya.salah satu sasaranya adalah Jenderal A.H. Nasution yang bertetangga dengan rumah Dr.J. Leimena.Gerakan itu pun dimulai,ketika itu ia kebagian tugas jaga pagi.maka,ia menyempatkan diri untuk tidur. para penculik pun datang, pertama-tama mereka menyekap Para Pengawal rumah Dr.J. Leimena.karena mendengar suara gaduh maka K.S.Tubun pun terbangun dengan membawa senjata ia mencoba menembak para gerombolan PKI tersebut. Malang, gerombolan itu pun juga menembaknya. Karena tidak seimbang K.S.Tubun pun tewas seketika setelah peluru penculik menembus tubuhnya.

Atas segala jasa-jasanya selama ini.serta turut menjadi korban Gerakan 30 September maka Pemerintah Memasukannya sebagai salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia.bersama Jenderal Ahmad Yani,Letjen Suprapto,Letjen M.T.Haryono,Letjen S.Parman,Mayjen Sutoyo,Mayjen D.I.Pandjaitan.Brigjen Katamso,Kolonel Sugiono,Kapten C.Z.I.Pierre Tendean.selain itu pula Pangkatnya Dinaikan Menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi.namanya juga kini diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang republik indonesia dari fregat van speijk class dengan nama KRI Karel Satsuit Tubun

15

Page 16: Biodata pahlawan revolusi.docx

9. Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo

BIODATA

Nama Lengkap : Katamso Darmokusumo

Alias : Katamso

Agama : Islam

Tempat Lahir : Sragen, Jawa Tengah

Tanggal Lahir : Senin, 5 Februari 1923

Zodiac : Aquarius

Warga Negara : Indonesia

PENDIDIKAN

Sekolah Menengah Pendidikan Militer: Pembela Tanah Air (PETA), Bogor

KARIR

Shodanco Peta di Solo

Komandan Kompi di klaten

Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV

Komandan Batalyon "A" Komando Operasi 17 Agustus

Kepala Staff Resimen Team Pertempuran (RTP) II Diponegoro

Kepala Staff Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus

Komando Pendidikan dan Latihan (Koplat) merangkap Komandan Pusat

Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung

Komandan Resort Militer korem 072, Komando Daerah Militer (Kodam) VII Diponegoro

di Yogyakarta.

PENGHARGAAN

Gelar Pahlawan Revolusi (SK Presiden RI No. 118/KOTI/Tahun 1965, tanggal 19

Oktober 1965)

BIOGRAFI

Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia

yang terbunuh dalam peristiwa G.30S/PKI, namun ia tidak mengalaminya bersama para jenderal

lainnya di Jakarta, melainkan di Jogjakarta, sekalipun dalam hari dan peristiwa yang sama.

Selama masa mudanya, beliau menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan tentara Peta di Bogor. 

16

Page 17: Biodata pahlawan revolusi.docx

Sesudah proklamasi kemerdekaan, beliau mengikuti TKR yang perlahan lahan berubah

menjadi TNI. Selama masa agresi militer belanda, pasukan yang dipimpinnya sering bertempur

untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Sesudah pengakuan Kedaulatan, beliau diserahi tugas

untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.

Pada tahun 1958, terjadilah peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta waktu itu beliau

menjabat sebagai Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh

Kolonel Ahmad Yani. 

Pada tahun 1963, beliau menjabat sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro

yang berkedudukan di Yogkakarta. Untuk menghadapi kegiatan PKI di daerah Solo, beliau aktif

membina mahasiswa. Mahasiswa mahasiswa itu diberi pelatihan militer.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 di Yogyakarta, disaat terjadi upaya kudeta oleh Partai

Komunis Indonesia dengan penculikan para jenderal di Jakarta, G.30 S/PKI pun berhasil

menguasai RRI Jogjakarta, Markas Korem 072 dan mengumumkan pembentukan Dewan

Revolusi. 

Pada sore harinya mereka menculik Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan Kepala

Staf Korem Letnan Kolonel Sugiono dan membawanya ke daerah Kentungan. Kedua perwira

tersebut dipukul dengan kunci mortar dan tubuhnya dimasukan dalam sebuah lubang yang sudah

disiapkan. Kedua jenazah baru ditemukan pada tanggal 21 Oktober 1965 dalam keadaan rusak,

setelah dilakukan pencarian secara besar-besaran.

Dan pada tanggal 22 Oktober 1965 beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Semaki Yogyakarta.

17

Page 18: Biodata pahlawan revolusi.docx

10.Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto

BIODATANama Lengkap : Sugiyono Mangunwiyoto

Tempat Lahir : Gedaren, Gunungkidul

Tanggal Lahir : Kamis, 12 Agustus 1926

Zodiac : Leo

Warga Negara : Indonesia

Istri : Supriyati

Anak : R. Erry Guthomo, R. Agung Pramuji, R. Agung

Pramuji, R. Danny Nugroho, R. Budi Winoto, R. Ganis

Priyono, Rr. Sugiarti Takarina

KARIR

Komandan Seksi 1 Kompi 2 Batalyon 10 Resimen 3 di Yogyakarta. Pangkat Letnan Dua.

Ajudan Komandan Batalyon 30 Resimen 22

Ajudan Komandan Brigade 10 Divisi III, Letnan Kolonel Suharto

Perwira Operasi Brigade C di Yogyakarta

Komandan Kompi 4 Batalyon 411 Brigade C di Purworejo

Wakil Komandan Batalyon 441 di Semarang. Saat ini pangkatnya sudah Kapten.

Komandan Batalyon 441/Banteng Raiders III. Pangkatnya sudah Mayor.

Komandan Komandi Distrik Militer (Kodim) 0718 di Pati.

Komandan Kodim di Yogyakarta sekaligus Pejabat Sementara Kepala Staf Korem 072.

Pangkatnya sudah Letnan Kolonel.

PENGHARGAAN

Bintang RI II

Bintang Gerilya

Bintang Sewindu ABRI

Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun

Satya Lencana Perang Kemerdekaan I

Satya Lencana Perang Kemerdekaan II

Satya Lencana Gerakan Operasi Militer I

Satya Lencana Gerakan Operasi Militer II

Satya Lencana Gerakan Operasi Militer IV

Satya Lencana Sapta Marga

Satya Lencana Satya Dharma

Pahlawan Revolusi

BIOGRAFI

18

Page 19: Biodata pahlawan revolusi.docx

Sugiyono Mangunwiyoto adalah salah satu pahlawan revolusi RI. Dia dilahirkan pada 12

Agustus 1926 di Gedaren, Gunungkidul. Ia adalah anak kesebelas dari 14 bersaudara.

Ayahnya, Kasan Sumitrorejo adalah petani sekaligus Kepala Desa Gedara. Sugiyono

pernah mengikuti Sekolah Guru di Wonosari. Namun selesai sekolah, ia tidak menjadi guru.

Dia kemudian memutuskan untuk masuk dalam militer setelah dia memahami Situasi penjajahan

Jepang malah memicu Sugiyono untuk terjun di dunia militer.

Setelah ikut serta dalam Peta (Pembela Tanah Air), Sugiyono diangkat sebagai Budanco

(Komandan Peleton) di Wonosari. Seperti para Pahlawan Revolusi lainnya, Sugiyono pun ikut

bergabung ketika Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk dan diganti menjadi Tentara

Keamanan Rakyat (TKR).

Sugiyono menikah dengan Supriyati. Mereka memiliki anak enam orang laki-laki; R. Erry

Guthomo (l. 1954), R. Agung Pramuji (l. 1956), R. Haryo Guritno (l. 1958), R. Danny Nugroho

(l. 1960), R. Budi Winoto (l. 1962), dan R. Ganis Priyono (l. 1963); serta seorang anak

perempuan, Rr. Sugiarti Takarina (l. 1965), yang lahir setelah ayahnya meninggal. Nama Sugiarti

Takarina diberikan oleh Presiden Sukarno.

Sugiyono meninggal pada  2 Oktober 1965 setelah terjadi peristiwa G30S PKI, Sugiyono

dipukul hingga tewas. Mayatnya dimasukkan ke dalam lubang. Lokasi lubang ini baru ditemukan

pemerintah tanggal 21 Oktober 1965.

Di dalam lubang yang sama pula, mayat Kolonel Katamso ditemukan. Berdasarkan Surat

Keputusan Presiden R.I No. 111/KOTI/1965, tanggal 5 Oktober 1965, beliau turut dianugerahi

gelar Pahlawan Revolusi.

19