Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh...

70
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar/Umum Pada sub-bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar/umum yang digunakan, yaitu: 2.1.1 Sistem Informasi 2.1.1.1 Pengertian Sistem Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 : 10) mendefinisikan bahwa, “Sistem sebagai sesuatu yang memerlukan input, menggunakan seperangkat aturan atau proses untuk input dan menghasilkan output.Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 6) mengatakan bahwa, “Sistem adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang berfungsi bersama- sama untuk mencapai suatu hasil.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan, yang memerlukan 9

Transcript of Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh...

Page 1: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-Teori Dasar/Umum

Pada sub-bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar/umum yang digunakan, yaitu:

2.1.1 Sistem Informasi

2.1.1.1 Pengertian Sistem

Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :

10) mendefinisikan bahwa, “Sistem sebagai sesuatu yang

memerlukan input, menggunakan seperangkat aturan atau

proses untuk input dan menghasilkan output.”

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 6) mengatakan

bahwa, “Sistem adalah suatu kumpulan dari komponen-

komponen yang saling berhubungan yang berfungsi bersama-

sama untuk mencapai suatu hasil.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu

kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan,

yang memerlukan aturan dan input untuk menghasilkan suatu

hasil atau output.

2.1.1.2 Pengertian Informasi

Rainer, Prince, dan Cegielski (2015 : 12)

mengungkapkan bahwa, “Informasi mengacu pada data yang

telah disusun sehingga data-data tersebut dapat memiliki

makna dan nilai bagi penerimanya.”

Dull, Gelinas, danWheeler (2012 : 17) menyatakan

bahwa, “Informasi adalah data yang disajikan dalam suatu

9

Page 2: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

10

bentuk yang bermanfaat dalam aktivitas pengambilan

keputusan.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data

yang telah disusun dan disajikan dalam bentuk yang

bermanfaat sehingga dapat memiliki makna bagi penerimanya

dalam aktivitas pengambilan keputusan.

2.1.1.3 Kualitas Informasi

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 17) untuk

memberikan output yang bermanfaat untuk membantu

manajer dan pengguna informasi yang lainnya, sebuah sistem

informasi harus mengumpulkan data dan mengubahnya

menjadi informasi yang memiliki kualitas yang penting.

Kualitas dari informasi diantaranya adalah:

Understandability

Memungkinkan pengguna untuk melihat pentingnya

informasi. Dinilai dari sudut pandang pengguna,

informasi yang dimengerti disajikan dalam bentuk yang

memungkinkan penerapannya oleh pengguna dalam

situasi pengambilan keputusan yang dihadapi.

Relevance

Informasi memiliki relevansi jika mampu membuat

perbedaan dalam situasi pengambilan keputusan dengan

mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan

pengetahuan untuk keputusan tertentu.

Timeliness

Informasi yang tersedia untuk pembuat keputusan

sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi

keputusan. Kurangnya ketepatan waktu dapat membuat

informasi yang tidak relevan.

Predictive value and feedback value

Page 3: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

11

Meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk

memprediksi, memastikan, atau memperbaiki harapan

sebelumnya. Informasi dapat memiliki kedua jenis nilai

karena pengetahuan tentang hasil dari tindakan telah

diambil umumnya akan meningkatkan kemampuan

pembuat keputusan untuk memprediksi hasil dari

tindakan masa depan yang serupa.

Verifiability

Jika ada kesepakatan tingkat tinggi tentang informasi di

antara pengukur independen dengan menggunakan

metode pengukuran yang sama, maka informasi dapat

diverifikasi.

Neutrality

Informasi yang dihasilkan tidak berat sebelah atau

memihak.

Comparability

Merupakan kualitas dari informasi yang

memnungkinkan pengguna untuk mengindentifikasi

persamaan dan perbedaan dalam dua bagian informasi.

Validity

Informasi mengenai kejadian dan objek yang aktual.

Accuracy

Korespondensi atau kesepakatan antara informasi dan

peristiwa aktual atau benda yang mewakili informasi.

Completeness

Sejauh mana informasi yang mencakup data tentang

setiap objek yang relevan atau peristiwa yang

diperlukan untuk membuat keputusan.

2.1.1.4 Pengertian Sistem Informasi

Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 7) mengatakan

bahwa, “Sistem Informasi adalah suatu kumpulan dari

komponen-komponen yang saling terhubung yang

Page 4: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

12

mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan memberikan

hasil berupa informasi yang diperlukan untuk melengkapi

tugas bisnis.”

Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :

230) menyatakan bahwa, “Sistem Informasi merupakan

kumpulan dari data, proses, penyimpanan, dan penghasil

output, yang didukung oleh orang, proses, teknologi,

perangkat keras, dan perangkat lunak, yang mendukung proses

bisnis.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah

suatu kumpulan komponen-komponen yang terdiri dari data,

proses, penyimpanan, teknologi, perangkat lunak, dan orang

yang saling terhubung sehingga mengasilkan output berupa

informasi yang diperlukan untuk mendukung proses bisnis.

2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :

12) mengatakan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi adalah

penerapan teknologi untuk menangkap, memverifikasi,

menyimpan, memilah, dan melaporkan data terkait aktivitas

perusahaan.”

Bodnar dan Hopwood (2010 : 1) menyatakan bahwa,

“Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu kumpulan dari

sumberdaya, seperti orang dan peralatan, yang dirancang

untuk mengubah hal-hal yang berhubungan dengan keuangan

dan data lain menjadi informasi.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi

Akuntansi adalah suatu kumpulan sumberdaya dan penerapan

teknologi, yang dirancang untuk menangkap, memverifikasi,

menyimpan, memilah, dan melaporkan data-data terkait

aktivitas perusahaan.

Page 5: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

13

2.1.2.2 Komponen-Komponen Studi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 7), terdapat

10 elemen dalam studi sistem informasi akuntansi (SIA),

diantaranya adalah:

1) Technology

Teknologi memberikan landasan dimana SIA dan

operasi bisnis, serta pengetahuan teknologi sangat

penting untuk pemahaman lengkap tentang disiplin SIA.

2) Databases

Untuk melakukan analisis, mempersiapkan informasi

untuk pengambilan keputusan manajemen, dan untuk

melakukan audit laporan keuangan perusahaan, seorang

akuntan harus dapat mengakses dan menggunakan data

dari database private dan database public.

3) Reporting

Untuk merancang laporan yang dihasilkan oleh sistem

informasi, akuntan harus tahu output apa yang

dibutuhkan atau diinginkan.

4) Control

Mempertimbangkan seberapa banyak kesulitan untuk

mengendalikan proses bisnis modern yang kompleks,

Anda harus mengembangkan pemahaman tentang

kendali yang yang khusus untuk situasi yang sedang

dihadapi, namun dapat disesuaikan untuk masa depan.

5) Business Operation

Perusahaan terlibat dalam kegiatan atau operasi, seperti

me rekrut karyawan, pembelian, persediaan, dan

mengumpulkan uang dari pelanggan. SIA beroperasi

sesuai dengan operasi bisnis tersebut. Banyak input SIA

disusun oleh departemen operasi dan banyak SIA ouput

yang digunakan untuk mengelola operasi ini. Oleh

Page 6: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

14

karena itu, kita harus menganalisis dan mengelola SIA

sehubungan pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi.

6) Events Processing

Ketika perusahaan melakukan operasi bisnis mereka,

kejadian seperti, penjualan dan pembelian terjadi. Data

mengenai kejadian-kejadian ini harus diperoleh dan

dicatat untuk mencerminkan dan memonitor operasi

bisnis. Kejadian tersebut memiliki aspek operasional

dan SIA. Untuk merancang dan menggunakan SIA,

seorang akuntan harus tahu data kejadian apa yang

diproses dan bagaimana mereka diproses.

7) Management Decision Making

Informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan

harus disesuaikan dengan jenis keputusan yang

dipertimbangkan. Selain itu, informasi tersebut lebih

berguna jika mengakui gaya pribadi manajemen dan

preferensi pengambil keputusan.

8) Systems Development and Operation

Sistem informasi yang memproses kegiatan bisnis dan

memberikan informasi untuk pengambilan keputusan

manajemen harus dirancang, dilaksanakan, dan

dioperasikan secara efektif. Seorang akuntan sering

berpartisipasi dalam proyek-proyek pembangunan

sistem sebagai pengguna atau pemilik proses bisnis

yang berkontribusi dalam permintaan untuk fungsi

tertentu atau auditor meningkatkan kontrol untuk sistem

baru. Memilih data untuk laporan, merancang laporan

itu, dan mengkonfigurasi sistem perusahaan adalah

contoh dari tugas pengembangan sistem yang dapat

dilakukan oleh akuntan.

9) Communication

Untuk menyajikan hasil kerja keras mereka secara

efektif, akuntan harus memiliki keterampilan

komunikasi yang kuat secara lisan dan tertulis.

Page 7: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15

10) Accounting and Auditing Principles

Untuk merancang dan mengoperasikan sistem

akuntansi, seorang akuntan harus mengetahui prosedur

akuntansi yang tepat dan harus memahami audit dimana

informasi akuntansi akan menjadi sasaran.

Menurut Hall (2011 : 9), Sistem Informasi Akuntansi

terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu:

a) Transaction Processing System (TPS)

Mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai

laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di dalam

perusahaan.

b) General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS)

Menghasilkan laporan keuangan biasa, seperti laporan

laba rugi, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak,

dan laporan lainnya yang diperlukan oleh hukum.

c) Management Reporting System (MRS)

Menyediakan manajemen internal dengan laporan

keuangan untuk tujuan khusus dan informasi yang

diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti

anggaran, laporan varians, dan laporan tanggung jawab.

2.1.3 Pengendalian Internal

2.1.3.1 Definisi Pengendalian Internal

Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 391), definisi

pengendalian internal berdasarkan COSO (Committee of

Sponsoring Organizations of the Tradeway Commission),

yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi

perusahaan, manajemen, dan anggota lainnya, yang dirancang

untuk memberikan jaminan yang pantas mengenai pencapaian

tujuan dari kategori-kategori berikut ini:

- Keandalan dari pelaporan keuangan

Page 8: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

16

- Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku

- Efektivitas dan efisiensi dari operasi

Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : 300),

pengendalian internal adalah semua metode dan kegiatan yang

terkait, yang diadopsi dalam sebuah organisasi untuk menjaga

asetnya dan meningkatkan akurasi dan keandalan catatan

akuntansinya.

Jadi, berdasarkan kedua definisi pengendalian internal

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal

merupakan suatu metode dan proses yang dirancang oleh

perusahaan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi

kegiatan perusahaan, serta meningkatkan keakuratan dan

keandalan dalam laporan keuangan perusahaan.

2.1.3.2 Komponen-Komponen Pengendalian Internal

Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 392), untuk

memberikan struktur dengan mempertimbangkan banyak

kontrol yang mungkin terkait dengan pencapaian tujuan

entitas, laporan COSO mengidentifikasi lima komponen yang

saling terkait pengendalian intern:

Control Environment

Menentukan suasana organisasi, mempengaruhi

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Ini adalah

dasar untuk semua komponen lain dari pengendalian

intern, menyediakan disiplin dan struktur.

Risk-Assessment

Adalah identifikasi entitas dan analisis risiko yang

relevan dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar

untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

Control Activities

Page 9: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

17

Adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

Information and Communication

Adalah identifikasi, pengambilan, dan pertukaran

informasi dalam bentuk dan kerangka waktu yang

memungkinkan orang untuk melaksanakan tanggung

jawab mereka.

Monitoring

Adalah sebuah proses yang menilai kualitas kinerja

pengendalian internal dari waktu ke waktu

2.1.3.3 Fraud (Kecurangan)

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 228),

Fraud (kecurangan) merupakan suatu tindakan atau

kebohongan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan yang tidak sehat atau melanggar

hukum.

Menurut Hall (2011 : 117), Fraud (kecurangan)

merupakan sebuah representasi palsu tentang fakta material

yang dibuat oleh salah satu pihak ke pihak lain dengan maksud

untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk dibenarkan

mengandalkan fakta yang merugikannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan suatu

tindakan yang secara sengaja memalsukan suatu fakta, dengan

maksud untuk menipu dan merugikan pihak lain.

2.1.3.4 Dokumen dan Catatan Umum Dalam Transaksi

Penggajian

Page 10: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

18

Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 774), dokumen

dan catatan berikut ini penting dalam melaksanakan dan

merekam transaksi penggajian:

1) Personnel authorization

Memo yang dikeluarkan oleh departemen personalia

yang menunjukkan mempekerjakan karyawan dan

setiap perubahan selanjutnya dalam status karyawan

untuk tujuan penggajian

2) Clock card

Bentuk yang digunakan oleh setiap karyawan untuk

mencatat jam kerja setiap hari selama periode

pembayaran. Hal ini digunakan dengan jam waktu itu

mencatat waktu pada kartu. Ini dan formulir berikut

dapat diganti dalam sistem modern dengan lencana

karyawan yang dimasukkan ke terminal untuk

menyebabkan catatan elektronik waktu yang akan

dibuat.

3) Time ticket

Formulir yang digunakan untuk merekam waktu

bekerja oleh karyawan pada pekerjaan tertentu.

4) Payroll register

Laporan yang menunjukkan nama masing-masing

karyawan, pendapatan kotor, pemotongan gaji, dan gaji

bersih untuk periode pembayaran. memberikan dasar

untuk membayar karyawan dan merekam gaji.

5) Imprest payroll bank account

Rekening dimana setoran sama dengan total gaji bersih

yang dibuat setiap periode pembayaran, dan yang

memeriksa gaji dan upah bagi karyawan yang diambil.

6) Payroll check

Urutan ditarik pada bank untuk membayar karyawan.

Hal ini disertai dengan memo dilepas yang

menunjukkan pendapatan kotor dan pemotongan gaji.

7) Labor cost distribution summary

Page 11: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

19

Laporan yang menunjukkan klasifikasi akun untuk

penghasilan bruto pabrik untuk setiap periode

membayar

8) Payroll tax returns

Formulir yang ditentukan oleh otoritas pajak untuk

mengisi dengan pembayaran pajak yang dipotong dari

karyawan, dan pajak gaji pemberi kerja untuk

keamanan sosial dan pengangguran federal dan negara

9) Employee personnel file

Menyimpan data ketenagakerjaan yang bersangkutan

untuk setiap karyawan dan berisi semua otorisasi

petugas yang diterbitkan untuk karyawan, evaluasi

kerja, dan tindakan disiplin, jika ada.

10) Personnel data master file

File komputer yang berisi data saat ini pada karyawan

yang diperlukan untuk menghitung gaji seperti

klasifikasi pekerjaan, tingkat upah, dan pemotongan.

11) Employee earnings master file

File komputer yang berisi pendapatan kotor setiap

karyawan, pemotongan gaji, dan gaji bersih untuk

tahun saat ini sampai dengan periode pembayaran.

2.1.3.5 Pengendalian Internal Penggajian

Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : D1), tujuan

dari pengendalian internal penggajian adalah:

1) Untuk menjaga aset perusahaan terhadap pembayaran

gaji yang tidak sah.

2) Untuk memastikan keakuratan dan keandalan catatan

akuntansi yang berkaitan dengan penggajian.

2.1.3.6 Hubungan Antara Fraud Dengan Penggajian

Page 12: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

20

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 531),

penggajian mirip dengan pengeluaran kas, dimana merupakan

bagian yang sangat beresiko dengan potensi kecurangan.

Berikut merupakan beberapa jenis kecurangan penggajian

yang dapat terjadi:

Ghost employees

Karyawan yang saat ini tidak bekerja untuk perusahaan

tetapi menerima gaji. Ini mungkin mantan karyawan atau

benar-benar fiktif. Dari waktu ke waktu, kerugian yang

terkait dengan “ghost employee” dapat relatif besar karena

seluruh jumlah pembayaran adalah palsu.

Falsified hours and salary

Karyawan mencatat lebih banyak waktu daripada waktu

bekerja yang sebenarnya atau dapat meningkatkan gaji di

data karyawan mereka. Kerugian ini biasanya lebih sedikit

dibandingkan kerugian yang disebabkan oleh “ghost

employee” karena jumlah di atas jumlah bekerja

sebenarnya adalah jumlah palsu.

Commision schemes

Karyawan melebih-lebihkan penjualan karena komisi

didasarkan pada penjualan atau meningkatkan tingkat

komisi di data karyawan mereka.

False workers’ compensasion claims

Karyawan berpura-pura memiliki cedera untuk

memperoleh tunjangan kesehatan. Asuransi kompensasi

perusahaan biasanya meningkat berdasarkan klaim

terhadap kebijakan; kecurangan ini berdampak kepada

perusahaan asuransi dan perusahaan.

2.2 Teori-Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas

2.2.1 Gaji

Page 13: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

21

Menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2014 : 495) menyatakan

bahwa, “Gaji biasanya mengacu pada pembayaran untuk layanan

manajerial dan administratif. Gaji biasanya dinyatakan dalam satu

bulan atau satu tahun.”

Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : D1),

menyatakan bahwa, “Istilah gaji berkaitan dengan gaji dan upah.

Tenaga manajerial, administratif, dan penjualan umumnya dibayar

dengan gaji. Gaji sering dinyatakan dalam hal jumlah tertentu per

bulan atau per tahun daripada tarif per jam. Pegawai toko, karyawan

pabrik, dan pekerja kasar biasanya dibayar dengan upah. Upah

berdasarkan tarif per jam atau secara borongan (seperti per unit

produk).”

Jadi, berdasarkan kedua pernyataan tersebut mengenai gaji,

dapat disimpulkan bahwa gaji mengacu pada pembayaran untuk

tenaga manajerial atau administratif yang dibayarkan per bulan atau

per tahun.

2.2.2 Proses Penggajian

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 512), proses

penggajian adalah suatu struktur yang saling berinteraksi antara

orang, peralatan, kegiatan, dan kontrol yang menciptakan arus

informasi untuk mendukung rutinitas pekerjaan berulang-ulang dari

departemen penggajian

2.2.3 Slip Gaji

Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :

544), slip gaji merupakan suatu petunjuk untuk seorang karyawan

yang berisi rincian dari jumlah gaji dan upah kotor yang dibayarkan,

setiap pemotongan dibuat atas nama mereka, dan jumlah bersih yang

dihasilkan akan disetorkan ke rekening bank yang ditunjuk

karyawan.

Page 14: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

22

2.2.4 Lembur

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP.102/MEN/VI/2004

tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur, waktu kerja

lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1

(satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam

1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau

waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur

resmi yang ditetapkan Pemerintah.

2.2.5 Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Resmi (2013: 169), PPh Pasal 21 merupakan pajak

atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

2.2.5.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Resmi (2013 : 172), pemotong PPh Pasal 21

adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh

UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000

dan terakhir UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh

Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.03/2008 adalah:

1) Pemberi kerja yang terdiri atas:

a. Orang pribadi dan badan,

b. Cabang, perwakilan, atau unit dalam hal yang

melakukan sebagian atau seluruh administrasi

yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,

Page 15: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

23

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain

adalah cabang, perwakilan, dan unit tersebut.

2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk

bendahara atau pemegang kas kepada Pemerintah Pusat

termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,

instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembag

negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia

di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan

nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

3) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial

tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar

uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari

tua;

4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas serta badan yang membayar:

a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain

sebagai imbalan sehubungan dengan jasa

dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang

pribadi dengan status Subjek Pajak dalam

negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang

melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk

dan atas namanya sendiri, dan bukan untuk dan

atas nama persekutuannya.

b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain

sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan

dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi

dengan status Subjek Pajak luar negeri.

c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain

kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan

pegawai magang.

5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,

organisasi yang bersifat nasional dan internasional,

Page 16: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

24

perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang

menyelenggarakan kegiatan, yang membayar

honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk

apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

berkenaan dengan suatu kegiatan.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai

kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak adalah:

1) Kantor perwakilan negara asing;

2) Organisasi-organisasi internasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-

Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh

Menteri Keuangan;

3) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata

mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan

pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam

rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;

4) Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi

ketentuan tersebut, organisasi internasional yang

dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban

melakukan pemtongan pajak.

2.2.5.2 Penerima Penghasilan (Wajib Pajak PPh Pasal 21)

Menurut Resmi (2013 : 174), penerima penghasilan

yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang

merupakan:

1) Pegawai;

2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat

pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,

termasuk ahli warisnya;

Page 17: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

25

3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh

penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa,

meliputi:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,

yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,

dokter, konsultan, notaris, penilai, dan

aktuaris;

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi,

pelawak, bintang film, bintang sinetron,

bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari,

pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c. Olahragawan;

d. Penasihat, penagajar, pelatih, penceramah,

penyuluh, dan moderator;

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk

teknik komputer dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi, elektronika, fotografi,

ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada

suatu kepanitiaan;

g. Agen iklan;

h. Pengawas atau pengelola proyek;

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan

langganan atau yang menjadi perantara;

j. Petugas penjaja barang dagangan;

k. Petugas dinas luar asuransi;

l. Distributor perusahaan multilevel marketing

atau direct selling dan kegiatan sejenis

lainnya;

4) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang

tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada

perusahaan yang sama;

5) Mantan pegawai;

Page 18: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

26

6) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh

penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya

dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang,

antara lain perlombaan olahraga, seni,

ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

perlombaan lainnya;

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,

atau kunjungan kerja;

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan

sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;

d. Peserta pendidikan dan pelatihan;

e. Peserta kegiatan lainnya.

2.2.5.3 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh

Pasal 21)

Menurut Resmi (2013 : 177), penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 adalah:

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai

tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur

maupun tidak teratur;

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima

pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau

penghasilan sejenisnya;

3) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja

lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah

satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan

secara bulanan;

4) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa

honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan;

5) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa

uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,

hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

Page 19: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

27

bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa

pun;

6) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat

pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua

yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya

melewati jangka waktu 2 tahun sejak pegawai

berhenti bekerja;

7) Penghasilan berupa honorariun atau imbalan yang

bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh

anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang

tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada

perusahaan yang sama;

8) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem ,

gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang bersifat

tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan

pegawai;

9) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh

peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai

pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan;

10) Semua jenis penghasilan no. 1 s.d. 9 yang diterima

dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya

dengan nama dan dalam bentuk apapun yang

diberikan oleh:

a. Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat

final; atau

b. Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan

norma penghitungan khusus (deemed profit).

2.2.5.4 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Menurut Resmi (2013 : 179), yang tidak termasuk

penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 (bukan Objek PPh

Pasal 21) adalah:

Page 20: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

28

1) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari

perusahaan sehubungan dengan asuransi kesehatan,

asuran kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,

dan asuransi beasiswa;

2) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

dalam bentuk apa pun diberikan oleh Wajib Pajak

atau pemerintah (termasuk Pajak Penghasilan yang

ditanggung oleh pemberi kerja, maupun yang

ditanggung oleh pemerintah), kecuali penghasilan

yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara

teratur berupa uang pensiun atau penghasilan

sejenisnya;

3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan

hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari

tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga

kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

4) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak

dari badan atau lembaga amal zakat yang dibentuk

dan disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama

yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang

pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;

5) Beasiswa yang diperoleh atau diterima oleh Warga

Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa

dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri

pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi, yang tidak mempunyai

hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris,

direksi, dan pengurus dari Wajib Pajak pemberi

beasiswa. Komponen beasiswa terdiri atas biaya

pendidikan yang dibayarkan ke sekolah (tuition fee),

Page 21: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

29

biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan

bidang studi yang diambil, pembelian buku, dan biaya

hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat

belajar.

2.2.5.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya PTKP sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122 /PMK.010/201,

mulai tahun pajak 2015, PTKP (penghasilan tidak kena pajak)

yang berlaku adalah sebagai berikut:

- Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta rupiah) untuk diri

Wajib Pajak orang pribadi.

- Rp 3.000.0000 (tiga juta rupiah) tambahan untuk Wajib

Pajak yang kawin.

- Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta rupiah) tambahan

untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (1) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008;

- Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) tambahan untuk setiap

anggota keluarga sedarah dan·keluarga semenda dalam

garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang

untuk setiap keluarga.

Berikut ini besarnya PTKP sesuai dengan status

perkawinan WP :

- TK/0 = Rp 36.000.000

- K/0 = Rp 39.000.000

- K/1 = Rp 42.000.000

- K/2 = Rp 45.000.000

Page 22: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

30

- K/3 = Rp 48.000.000

2.2.6 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17

Menurut Resmi (2013 : 187), Ketentuan tarif Pasal 17

ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang

PPh, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Pajak

Rp. 0 sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah)

5 % ( lima

persen)

Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua

ratus lima puluh juta rupiah)

15 % (lima

belas

persen)

Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25 % (dua

puluh lima

persen)

Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah)

30 % ( tiga

puluh

persen)

Page 23: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

31

2.2.5.7 Biaya Jabatan

Menurut Mardiasmo (2011 : 187), Biaya Jabatan

adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap

orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang

mempunyai jabatan atau tidak. Biaya jabatan yang dikenakan

adalah sebesar 5% dari gaji bruto. Besarnya biaya jabatan

adalah maksimal Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000

sebulan.

2.2.5.8 Tahapan Penghitungan PPh Pasal 21

Menurut Resmi (2013 : 189), tahapan penghitungan PPh

Pasal 21 atas penghasilan teratur berupa gaji teratur secara

bulanan, harian, dan mingguan adalah sebagai berikut:

a) Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan

pegawai tetap, terlebih dahulu dihitung penghasilan bruto

yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang

meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjamgan, dan

pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (over-

time) dan pembayaran sejenisnya.

b) Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, Premi

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan

Kematian (JK), dan Premi Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja

merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang

sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwi

guna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh

Page 24: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

32

pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi

lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi asuransi

tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang

dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.

c) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan

yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan

bruto sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun,

iuran Jaminan Hari Tua, dan / atau iuran Tunjangan Hari

Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan

melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau

Badan Penyelenggara Program Jamsostek.

d) Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu

jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.

e) Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak

subjektif sebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada

sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan

Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan

mengalikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya

bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja

sampai dengan bulan Desember.

f) Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai

dasar penerapan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh,

yaitu sebesar Penghasilan neto setahun pada huruf d) atau

e) diatas, dikurangi dengan PTKP.

g) Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif

Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh terhadap Penhasilan

Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf f),

selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus

dipotong dan / atau disetor ke kas negara yaitu sebesar:

1) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan

sebagaimana dimaksud huruf d) dibagi dengan 12;

atau

Page 25: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

33

2) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan

sebagaimana dimaksud pada huruf e) dibagi

dengan 12.

h) Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak

didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk

perhitungan PPh Pasal 21, jumlah penghasilan tersebut

terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan

mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut:

1) Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;

2) Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26

i) Selanjutnya dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 sebulan

dengan cara seperti dalam huruf d) sampai dengan g).

j) PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung

berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dalam huruf i) dibagi

26.

Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas

penghasilan yang bersifat tetap secara umum dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 26: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

34

Gambar 2.1 Tahapan Penghitungan PPh 21

Sumber: Resmi (2013 :190)

.

2.3 Teori-Teori dalam Analisa dan Perancangan Sistem Informasi

2.3.1 Object-Oriented Approach

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-

oriented apprroach atau pendekatan berorientasi objek merupakan

suatu pendekatan pengembangan sistem yang memandang sebuah

sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari interaksi objek yang

bekerja bersama untuk menyelesaikan pekerjaan.

2.3.2 Object-Oriented Analysis

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-

oriented analysis (OOA) atau analisis berorientasi objek,

mendefinisikan objek yang melakukan pekerjaan dan menentukan

interaksi pengguna (use case) apa yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas-tugas.

2.3.3 Object-Oriented Design

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-

oriented design (OOD) atau perancangan berorientasi objek,

mendefinisikan seluruh jenis tambahan dari objek yang diperlukan

untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat-perangkat

di dalam sistem, serta menunjukkan bagaimana objek berinteraksi

untuk menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari

masing-masing jenis objek, sehingga objek tersebut dapat

diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan yang spesifik.

Page 27: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

35

2.3.4 Unified Process

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 28), Unified

Process merupakan metodologi pengembangan sistem yang

dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar

Jacobson. Unified Process mendefinisikan fase – fase suatu proyek

dari awal sampai akhir, dan setiap fase membutuhkan satu atau lebih

siklus, atau perulangan dari pengembangan kerja yang menlengkapi

bagian dari sistem informasi.

Tabel 2.2 Fase – fase Unified Process

UP Phase Tujuan

Inception Mengembangkan visi dari sistem, membuat business

case, mendefinisikan ruang lingkup dan

menghasilkan estimasi dari biaya dan waktu.

Elaboration Memperbaiki visi dari sistem, mengidentifikasikan

dan menggambarkan semua kebutuhan sistem,

menyelesaikan ruang lingkup, desain dan

implementasi dari arsitektur dan fungsi inti dari

sistem, menyelesaikan risiko yang tinggi dan

membuat perkiraan realistis dari biaya dan waktu.

Construction Implementasi risiko yang lebih rendah, memprediksi

elemen yang lebih sederhana, dan mempersiapkan

untuk penyebaran dari sistem.

Transition Menyelesaikan versi beta dan penyebaran dari

sistem, sehingga pemakai dapat menggunakan sistem

tersebut dan sistem tersebut siap mendatangkan

keuntungan sesuai yang diperkirakan.

Page 28: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

36

UP Discipline dapat dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu:

system development activities dan project management activities.

Enam bagian utama dalam UP development discipline adalah:

a. Business Modelling

b. Requirements

c. Design

d. Implementation

e. Testing

f. Deployment

Sedangkan, tiga bagian tambahan support discipline yang

diperlukan untuk perencanaan dan mengontrol proyek, adalah:

a. Configuration and change management

b. Project management

c. Environment

2.3.5 Unified Modeling Language

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 48), Unified

Modeling Language (UML) merupakan suatu kesatuan standar

model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secara khusus

untuk pengembangan berorientasi objek.

2.3.6 Acitivity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, and Burd (2005 : 144), activity

diagram menggambarkan beragam aktivitas pengguna atau sistem,

orang yang melakukan setiap aktivitas, dan urutan alur dari aktivitas-

aktivitas tersebut.

Tabel 2.3 Notasi Activity Diagram

Simbol Fungsi

Page 29: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

37

Swimlane. Menggambarkan

area persegi panjang pada

activity diagram yang

mewakili kegiatan yang

dilakukan oleh agen tunggal.

Starting activity (Pseudo).

Menggambarkan awal dari

suatu proses bisnis.

Transition arrow.

Menunjukkan hubungan antar

aktivitas pada proses bisnis.

Activity. Menggambarkan

aktivitas yang dilakukan

dalam proses bisnis.

Ending activity (Pseudo).

Menggambarkan akhir dari

alur aktivitas dalam proses

bisnis.

Synchronization bar. Simbol

yang digunakan dalam ctivity

diagram untuk mengontrol

pemisahan atau penyatuan

jalur yang berurutan.

Page 30: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

38

Decision activity.

Menggambarkan dua kondisi

dan keputusan yang berbeda

pada aktivitas proses bisnis.

Gambar 2.2 Activity Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 146)

2.3.7 Event Table

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 174), event

table adalah suatu katalog dari use case yang berisi kumpulan –

kumpulan kejadian dalam baris dan bagian kunci dari informasi

tentang masing-masing kejadian dalam kolom.

Page 31: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

39

Komponen-komponen kunci yang terdapat dalam event table,

diantaranya adalah:

a) Event: suatu kejadian yang menyebabkan sistem untuk

melakukan sesuatu.

b) Trigger: suatu tanda yang memberitahu sistem bahwa suatu

kejadian telah terjadi, baik kedatangan data memerlukan

proses ataupun titik waktu.

c) Source: agen eksternal yang menyediakan data untuk sistem.

d) Use case: aktivitas yang dilakukan oleh sistem ketika suatu

kejadian terjadi.

e) Response: hasil yang dihasilkan oleh sistem, yang menuju

pada suatu tujuan.

f) Destination: agen eksternal yang menerima data dari sistem.

Gambar 2.3 Event Table

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 175)

2.3.8 Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 213), use case

diagram adalah suatu diagram yang menunjukkan berbagai sistem

dan cara pengguna sistem tersebut berinteraksi dengan sistem. Notasi

yang digunakan pada use case diagram dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Page 32: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

40

Tabel 2.4 Notasi Use Case Diagram

Notasi Fungsi

Actor. Menggambarkan

orang yang berhubungan

dengan sistem dan diberikan

nama berdasarkan perannya.

Use Case. Menggambarkan

aktivitas yang dilakukan

oleh sistem, berdasarkan

respon dari pengguna

(actor).

Automation boundary.

Untuk menandakan batasan

antara lingkungan dimana

aktor berada dan komponen

internal dari sistem

komputer.

Connecting line.

Menunjukkan aktor mana

yang ambil bagian dalam

use case.

Page 33: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

41

Gambar 2.4 Use Case Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 216)

2.3.9 Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 220), ada 3

jenis use case description yaitu, brief description, intermediate

description, dan fully developed description. Fully developed

description merupakan metode paling formal dalam

mendokumentasikan use case. Dalam fully developed description

berisi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Use case name: untuk menuliskan nama dari suatu use

case.

2. Scenario: untuk menuliskan aktivitas dalam use case.

3. Triggering event: untuk mengidentifikasikan pemicu yang

memulai suatu use case.

4. Brief description: untuk menuliskan deskripsi dari suatu

use case / skenario.

5. Actors: untuk mengidentifikasi aktor yang berhubungan

langsung dengan use case.

6. Related use case: untuk mengidentifikasi use case lain

dan cara use case lain tersebut berhubungan dengan suatu

use case.

Page 34: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

42

7. Stakeholders: untuk mengidentifikasi kelompok / aktor

yang menggunakan hasil dari use case.

8. Precondition: untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang

harus dilakukan sebelum use case dimulai, termasuk objek

yang sudah harus ada sebelum dimulainya suatu use case.

9. Postcondition: untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang

terjadi setelah selesainya suatu use case.

10. Flow of Events: digambarkan dalam 2 kolom, yaitu kolom

aktor dan kolom sistem. Kolom aktor untuk

mengidentifikasi tindakan – tindakan yang dilakukan oleh

aktor secara berurutan, sedangkan kolom sistem

mengidentifikasi respons yang dilakukan oleh sistem.

11. Exception conditions: untuk mengidentifikasi kondisi yang

menjadi pengecualian terjadinya suatu tindakan dalam use

case.

Page 35: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

43

Gambar 2.5 Fully Developed Description

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 223)

2.3.10 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 184), domain

model class diagram adalah suatu UML diagram yang menampilkan

hal-hal yang penting dalam pekerjaan pengguna: problem domain

classes, hubungan-hubungan antar kelas, dan atribut-atributnya.

Page 36: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

44

Gambar 2.6 Domain Model Class Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 310)

2.3.11 Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 213), system

sequence diagram merupakan sebuah diagram yang menampilkan

urutan dari message antara aktor eksternal dan sistem selama

skenario atau use case. System sequence diagram digunakan untuk

mendeskripsikan alur informasi ke dalam dan ke luar dari sistem yang

terotomatisasi.

Page 37: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

45

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 316),

menjelaskan bahwa, dalam merancang domain layer, diperlukan

sebuah objek baru yang berlabel handler sebagai objek pengendali.

Objek pengendali ini berfungsi sebagai pusat dalam mengumpulkan

semua pesan input untuk use case.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : .320),

menyatakan bahwa view layer merupakan interaksi antara manusia

atau dalam hal ini pengguna dengan komputer dan memerlukan desain

rancangan tampilan antar muka untuk setiap use case. Dalam view

layer, digambarkan suatu objek baru yaitu objek boundary yang

berperan sebagai user interface objek dan objek boundary ini

ditempatkan diantara actor dan domain object.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 322), data

access layer menunjukkan prinsip pemisahan tanggung jawab dalam

penggambaran sequence diagram. Dalam data access layer,

digambarkan suatu objek baru yaitu, objek DA / Data Access yang

berperan untuk mengakses database.

Tabel 2.5 Notasi Sequence Diagram

Notasi Kegunaan

Actor. Menunjukkan

pengguna yang berperan

dalam interksi dengan sistem,

melalui pertukaran informasi

Notasi Kegunaan

Page 38: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

46

Lifeline / Object Lifeline.

Menampilkan urutan

informasi dari awal hingga

akhir.

Input message.

Menggambarkan pesan /

perintah yang dikirimkan

oleh actor ke sistem.

Output message.

Menggambarkan respons

balik dari sistem ke actor.

Boundary Object

menggambarkan objek yang

berfungsi sebagai pembatas

suatu sistem dan juga sebagai

tampilan antar muka dari

object dalam suatu sistem.

ControllerObject / object

handler menggamnbarkan

objek pengendali dalam suatu

sistem.

Page 39: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

47

Notasi Kegunaan

Domain Object merupakan

suatu objek utama yang

berpengaruh dalam sistem.

Data Access Object

menggambarkan objek

database yang dimiliki oleh

suatu object dalam suatu

sistem.

Gambar 2.7 System Sequence Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 229)

Page 40: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

48

2.3.12 First-Cut Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 309), first cut

design class diagram dikembangkan dengan memperluas domain

model class diagram dalam pembuatannya. Dalam perancangan first

cut design class diagram, membutuhkan dua langkah, yaitu:

1. Menguraikan atribut dengan jenis dan informasi nilai awal

2. Menambahkan panah visibilitas navigasi

Gambar 2.8 First-cut Design Class Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 311)

Page 41: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

49

2.3.13 Updated Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 337), dalam

merancang class diagram saat ini dapat dikembangkan untuk setiap

layer yang ada. Pada view layer dan data access layer, beberapa kelas

baru harus ditetapkan. Pada domain layer ada beberapa kelas baru

yang juga ditambahkan untuk pengendali use case.

Gambar 2.9 Updated Design Class Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 340)

2.3.14 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 342), package

diagram digunakan sebagai diagram yang menunjukkan hubungan

antar komponen – komponen dan ketergantungannya. Pada umumnya,

package diagram digunakan untuk menghubungkan kelas – kelas atau

komponen sistem lain.

Page 42: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

50

Gambar 2.10 Package Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 341)

2.3.15 Persistent Object

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 66), persistent

object merupakan objek yang diingat oleh sistem dan tersedia untuk

digunakan secara terus – menerus.

2.3.16 User Interface

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd. (2005 : 442), user

interface (UI) merupakan bagian dari sistem informasi yang

membutuhkan interaksi sistem dengan pengguna untuk menghasilkan

input dan output.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 453)

menyatakan bahwa terdapat banyak pedoman yang dipublikasikan

untuk membuat rancangan interface, salah satunya adalah Eight

Page 43: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

51

Golden Rules yang diajukan oleh Ben Shneiderman, diantaranya

adalah:

1) Berusaha Untuk Konsisten (Strive For Consistency)

Merancang tampilan yang konsisten yang berfungsi

secara konsisten merupakan salah satu tujuan desain yang

paling penting. Cara informasi tersebut disusun dalam

form, nama dan susunan menu item, ukuran dan bentuk

ikon, serta urutan untuk melakukan tugas. Hal tersebut

dilakukan karena manusia adalah makhluk dengan

kebiasaan.

2) Memungkinkan Pengguna Untuk Menggunakan Shortcut

(Enable Frequent Users to Use Shortcuts)

Pengguna yang bekerja dengan satu aplikasi sepanjang

hari bersedia menginvestasikan waktu untuk belajar cara

pintas. Mereka dengan cepat kehilangan kesabaran dengan

urutan menu panjang dan beberapa kotak dialog ketika

mereka tahu persis apa yang ingin mereka lakukan. Oleh

karena itu, desainer memberikan tombol shortcut yang

mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang diberikan.

3) Memberikan Umpan Balik yang Informatif (Offer

Informative Feedback)

Setiap tindakan yang diambil pengguna harus

menghasilkan beberapa jenis umpan balik dari komputer

sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan tersebut

diakui. Bahkan, bunyi klik keyboard dapat membantu

pengguna, jadi sebuah bunyi klik pada elektronik sengaja

disertakan oleh sistem operasi. Jika pengguna mengklik

tombol, tombol harus mengubah visualnya dan mungkin

dapat membuat suara.

4) Merancang Dialog Untuk Menghasilkan Penutupan

(Design diaLogs to Yield Closure)

Setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan

urutan yang jelas, dari awal, tengah, dan akhir. Pengguna

Page 44: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

52

sering terfokus pada suatu tugas, sehingga ketika

dinyatakan tugas tersebut sudah selesai, maka pengguna

dapat mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tugas

berikutnya.

5) Memberikan Penanganan Masalah yang Sederhana (Offer

Simple Error Handling)

Jika terjadi sebuah kesalahan, sistem perlu melakukan

mekanisme untuk menanganinya. Ketika sistem

menemukan kesalahan, pesan kesalahan harus menyatakan

secara spesifik apa yang salah dan menjelaskan bagaimana

cara untuk memperbaikinya. Pesan kesalahan juga tidak

boleh menyalahkan pengguna.

6) Memungkinkan Untuk Kembali ke Tindakan Sebelumnya

Dengan Mudah (Permit Easy Reversal of Actions)

Pengguna perlu merasa bahwa mereka dapat

mengeksplorasi pilihan dan mengambil tindakan yang

dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan sebelumnya

tanpa kesulitan.

7) Mendukung Tempat Pengendalian Internal (Support

Internal Locus of Control)

Pengguna yang berpengalaman ingin merasa bahwa

mereka memiliki kuasa atas sistem dan bahwa sistem

menanggapi perintah mereka. Mereka tidak boleh dipaksa

untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa seolah-

olah sistem yang mengendalikan mereka. Sistem harus

membuat pengguna merasa bahwa mereka memutuskan

apa yang harus dilakukan.

8) Mengurangi Muatan Memori Jangka Pendek (Reduce

Short-Term Memory Load)

Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori

jangka pendek adalah salah satu yang terbesar. Orang

hanya dapat mengingat sekitar tujuh potongan informasi

pada satu waktu. Perancang tampilan tidak dapat

berasumsi bahwa pengguna akan mengingat seluruhnya,

Page 45: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

53

dari form ke form, atau dari dialog box ke dialog box

selama berinteraksi dengan sistem.

Dengan mengingat eight golden rules ini, seorang perancang

tampilan dapat membantu memastikan bahwa interaksi pengguna

efisien dan efektif.

2.3.17 Story Board

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 460),

storyboard merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

mendokumentasikan dialog rancangan dengan menampilkan urutan

gambar dari tampilan layar.

2.3.18 Deployment Environment

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 270),

deployment environment terdiri dari perangkat keras, sistem

perangkat lunak, dan lingkungan jaringan, dimana sistem akan

beroperasi.

2.3.18.1 Single-Computer dan Multitier Architecture

1) Single-computer architecture adalah arsitektur yang

menggunakan sebuah sistem komputer tunggal yang

mengeksekusi seluruh aplikasi perangkat lunak terkait.

Kelebihan utama dari single-computer architecture

adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang

digunakan pada sistem komputer tunggal relative

mudah untuk dirancang, dibangun, dioperasikan, dan

dipelihara. Keterbatasan kapasitas pada komputer

tunggal mungkin membuat single-computer

architecture tidak praktis atau tidak dapat digunakan

untuk sistem informasi besar.

2) Multitier architecture adalah arsitektur yang

mendistribusikan aplikasi perangkat lunak terkait atau

beban pengolahan di beberapa sistem komputer.

Multitier architecture dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Page 46: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

54

Clustered architecture

Adalah kumpulan komputer dengan jenis yang

sama yang membagi beban pengolahan dan

bertindak sebagai sebuah sistem komputer besar.

Multicomputer architecture

Adalah kumpulan dari jenis komputer yang

berbeda jenis yang membagi beban pengolahan

melalui fungsi spesialisasi.

Gambar 2.11 Single-Computer Architecture

Gambar 2.12 Clustered Architecture

Page 47: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

55

Gambar 2.13 Multicomputer Architecture

2.3.18.2 Centralized and Distributed Architecture

1) Centralized architecture adalah arsitektur yang

menempatkan seluruh sumberdaya komputasi pada

lokasi pusat. Centralized architecture umumnya

digunakan untuk proses aplikasi berskala besar,

termasuk aplikasi batch dan real-time.

2) Distributed architecture adalah arsitektur yang

menempatkan sumberdaya komputasi di beberapa

tempat yang dihubungkan oleh jaringan komputer.

2.3.19 Software Architecture

1) Client/server architecture memisahkan software ke dalam

dua jenis: client dan server. Sebuah server mengelola satu

atau lebih banyak sumber daya sistem informasi atau

menyediakan layanan yang didefinisikan dengan baik.

Sebuah client berkomunikasi dengan server untuk meminta

sumber daya atau layanan, dan server merespon permintaan

mereka.

Arsitektur client / server merupakan model umum organisasi

perangkat lunak dan perilaku yang dapat diimplementasikan

dalam berbagai cara. Ketika merancang software client /

server, masalah arsitektur berikut harus ditujukan:

Menguraikan aplikasi ke dalam program client dan

server, modul, atau benda

Menentukan klien dan server yang akan berjalan pada

beberapa sistem komputer

Menggambarkan protokol komunikasi dan jaringan

yang menghubungkan klien dan server

Page 48: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

56

Gambar 2.14 Arsitektur Client/Server dengan Database

2) Three-layer client/server architecture

Adalah membagi aplikasi perangkat lunak ke dalam satu set

klien dan server melakukan proses independen dari perangkat

keras atau lokasi. Semua lapisan mungkin berada pada satu

prosesor, atau tiga atau lebih lapisan mungkin didistribusikan

di banyak prosesor. Dengan kata lain, lapisan mungkin

berada pada satu atau lebih tingkatan. Hal paling umum dari

seperangkat lapisan meliputi:

• Lapisan data, yang mengelola data yang disimpan,

biasanya dalam satu atau lebih database

• Lapisan logika bisnis, yang mengimplementasikan aturan

dan prosedur pengolahan bisnis

• Lapisan pandangan, yang menerima input pengguna dan

format dan menampilkan hasil pengolahan

Gambar 2.15 Three-layer Architecture

2.3.20 Kerangka Berpikir

Page 49: Binus Library · Web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

57

Gambar 2.16 Kerangka Berpikir