Bintik Matahari
-
Upload
ovitraastiana -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Bintik Matahari
7/23/2019 Bintik Matahari
http://slidepdf.com/reader/full/bintik-matahari 1/5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bintik Matahari ( Sunspot )
Di permukaan matahari terjadi gejolak–
gejolak yang kadang menguat dan kadangmelemah yang dikenal dengan aktivitas
matahari. Salah satu bentuk aktivitasmatahari adalah bintik matahari atau dikenaldengan sunspot . Kombinasi aktivitas
matahari dan magnetiknya diduga berperan
besar pada siklus aktivitas matahari
(Djamaluddin, 2001). Bintik yang terjadi dilapisan fotosfer matahari memiliki suhu
relatif rendah (4000K) dari sekitar (6000K).
Strukturnya terdiri dari umbra dan
penumbra. Umbra terletak di bagian dalam
bintik dan memiliki suhu yang relatif rendah(4500K) sehingga warnanya lebih gelap
daripada penumbra. Diameter umbra kurang
lebih setengah dari diameter bintik matahari
total. Untuk bintik kecil, batas antara umbradan penumbra tidak jelas sehingga sulit
untuk dijelaskan. Bintik matahari merupakansuatu fenomena akibat adanya aktivitas
magnetik yang terjadi di dalam matahari itu
sendiri.Di permukaan matahari kadang terjadi
pusaran gas yang hebat dimana terjadi rotasi
partikel-partikel bebas yang menimbulkan
arus dan menimbulkan medan magnet. Di
dalam pusat matahari terjadi rekasi inti
dengan mengeluarkan panas bersuhu tinggi(orde jutaan Kelvin) sehingga semua atom
atom dan gasnya terionisasi. Tekanan
dipusat matahari lebih tinggi daripada diluarnya sehingga partikel partikel tadi
berusaha untuk keluar menuju ke
permukaan. Aliran partikel dari bawah permukaan tidak dapat melewati medan
magnet, melainkan dibelokkan sehingga
menyebar ke samping, yang berakibat di bagian tersebut bersuhu lebih tinggi dari
bagian dalam atau kabur gelap
(Pambudi,2000)
Bintik matahari bisa diamati dengan
menggunakan teleskop dan akan tampak bintik-bintik hitam dipermukaan matahari.
Bintik matahari muncul secara berkelompok
tetapi ada juga yang secara individu. Ukuran
kelompok bintik bervariasi dari 10.000 kmuntuk bintik ukuran sedang hingga 50.000
km untuk bintik ukuran besar. Ukuran bintikselalu berubah terhadap posisi dan waktu.
Bintik yang berukuran kecil sering bertahan
dalam hitungan hari sedangkan bintik berukuran besar dapat bertahan lebih dari
sebulan. Bintik matahari tidak hanya
periodik dalam hal bilangan (jumlah) tetapi
juga terhadap posisi lintang matahari. Pada
awal siklus baru, bintik mulai muncul padasabuk 30°LU dan 30°LS matahari. “sabuk”
ini kemudian begerak menuju ekuator.
Bintik akan terlihat jelas dan mencapai
maksimum pada sabuk 16°LU dan 16°LS.
Setelah itu aktivitasnya akan menyusut danakhirnya menghilang disekitar 8°LU dan 8°.
Pada pusat tata surya, tidak adafenomena lain selain bintik matahari yang
kemunculannya bersifat periodik. Selama
satu periode waktu, beratus-ratus bintik
matahari mungkin membentuk kelompok
kelompok besar tetapi pada satu waktu yanglain sama sekali tidak ditemukan bintik.
Periode tersebut dinamakan periode
“matahari tenang”, jika sebaliknya
dinamakan “matahari aktif”. Periode bintikmatahari adalah 11.1 tahun yaitu hasil
perataan selama 80-90 tahun, bervariasi
antara 9-14 tahun. Setiap satu siklus bintikmatahari (sunspot cycle) terjadi periode
solar max dan periode solar min
(Christiany,2002)
Gambar 1. Fluktuasi tahun maksimum dari sunspot
number (Djamaluddin, 2005).
Pada tahun 1948, Rudolf Wolf
merumuskan bilangan bintik matahari harian
untuk memperkirakan keaktifan matahari berdasarkan sunspot number “R”. adapun
persamaannya adalah :
R = k (10g+f)
dengan f adalah total bintik matahari yangtampak pada permukaan mataharinya, g
adalah jumlah total grup bintik matahari, k
adalah faktor reduksi yang tergantung pada
pengamat dan jenis teleskop yang sedang
digunakan, agar setara dengan perhitunganwolf yang didefinisikan k=1. Bilangan bintik
matahari tersebut merupakan sebuah index
basis harian, tetapi karena variasi antarharinya besar maka menjadi basis bulanan
dan tahunan (Thompson, 1985)
7/23/2019 Bintik Matahari
http://slidepdf.com/reader/full/bintik-matahari 2/5
Gambar 2. Variasi bilangan bintik matahari dan
prediksinya (http://science.nasa.gov/ast14oct99_1.htm). Pada Gambar 2 ditunjukkan variasi
bilangan bintik matahari dari tahun 1995
hingga 1999 dan prediksinya sampai tahun
2007. Pengamatan bintik matahari pertama
kali diamati dengan menggunakan teleskopdimulai pada tahun 1611. Penelitian bintik
matahari terus berlangsung hingga kini
dengan metode dan teknologi yang lebihmaju sehingga pengkajiannya menjadi lebih
berkembang.
2.2. Suhu Udara
Suhu mencerminkan energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-molekul. Pada
udara, energi kinetik dijabarkan sebagai
setengah dari perkalian massa sebuah
molekul dengan kecepatan kuadrat rata- ratadari gerakan molekul tersebut.
Pada lapisan troposfer, secara umum
suhu makin rendah menurut ketinggian.Rata-rata penurunan suhu berdasarkan
ketinggian di Indonesia sekitar 5-6°C tiap
kenaikan 1 km. Variasi suhu menurut tempat
dipengaruhi juga oleh posisi daerah tersebutterhadap daratan dan lautan serta keadaan
unsur iklim, seperti perawanan. Di daerah
tropika fluktuasi suhu rata-rata harian relatif
konstan sepanjang tahun sedangkan
fluktuasi suhu diurnal lebih besar daripadafluktuasi suhu rata-rata harian. Waktu tunda
antara radiasi surya maksimum dan suhu
maksimum adalah sekitar 2 jam. (Handokoet al).
2.3. Tekanan Paras Muka Laut (Sea Level
Pressure)Tekanan paras muka laut merupakan
besaran tekanan udara di suatu tempat pada
level permukaan laut (0 mdpl). Besarnyatekanan paras muka laut dapat dikonversi
dari tekanan udara stasiun dengan
persamaan :
-dp = g ρ dz
dengan dp adalah perubahan tekanan udara,
g adalah gravitasi, ρ adalah kerapatan udara,
dan dz adalah perubahan ketinggian. Artinya
bahwa, tekanan pada ketinggian z adalah
sebanding dengan massa (berat) udara padakolom vertikal pada ketinggian tersebut.
Tekanan udara adalah gaya berat kolom
udara dari permukaan tanah sampai puncak
atmosfer persatuan luas (Handoko, 1995).Tekanan udara pada setiap titik merupakan
berat total udara di atas titik tersebut
persatuan luas. Tekanan udara berkurang
dengan bertambahnya ketinggian, karenalapisan atmosfer yang makin tipis. Kita
dapat menghubungkan tekanan baik dengan
suhu maupun perubahan kerapatan (ρ)
karena faktor- faktor ini mempengaruhi jumlah molekul pada volume udara tertentu
dan kecepatan geraknya. Kerapatan udara
rendah disebabkan oleh jumlah molekulyang sedikit persatuan volume, berakibat
pada tekanan udara yang rendah. Kerapatan
dapat diubah dengan mengurangi jumlahenergi kinetik molekul- molekul udara pada
suatu volume udara tanpa merubahmassanya.
Kecepatan gerak molekul-molekul
udara dipengaruhi oleh suhu, apabila suhumeningkat energi kinetiknya makin tinggi,
sehingga semakin cepat molekul- molekul
udara bergerak. Oleh karena itu untuk suatuvolume udara tetap, tekanannya akan
semakin tinggi dengan bertambahnya suhu.
Kenaikan suhu akan menyebabkanmolekul-molekul lebih aktif bergerak dan
tumbukan yang lebih sering terjadi akan
mengakibatkan naiknya tekanan apabilavolumenya tetap. Variasi tekanan secara
horisontal lebih kecil dibandingkan secara
vertikal.Hubungan antara kerapatan, tekanan
dan suhu udara untuk lapisan troposfer dapat
dijelaskan sebagai berikut :- berdasarkan persamaan hidrostastik :
dp = - g ρ dz
dengan dp adalah perubahan tekanan, ρ
adalah kerapatan udara, g adalah gravitasidan dz adalah perubahan ketebalan lapisan
udara.- menurut persamaan gas ideal :
P V = n R T
dengan n adalah jumlah mol. R adalah
tetapan Boltzman (8,3143 JK -1
mol-1
), Vadalah volume udara, dan T adalah suhu
mutlak (dalam Kelvin).
7/23/2019 Bintik Matahari
http://slidepdf.com/reader/full/bintik-matahari 3/5
2.4. Karakteristik Geografis Wilayah
Jakarta, Medan dan Ambon.
Indonesia merupakan salah satu wilayah
bumi yang terletak di wilayah tropika, yaitu
wilayah yang terletak antara 23,5°LU dan23,5°LS. Tipe iklim tropika dicirikan dengan
suhu, kelembapan, penguapan, dan curahhujan yang tinggi.
Daerah tropika menerima jumlah radiasi
matahari yang relatif lebih banyak sehingga
tekanan udaranya lebih rendah dibanding
sekitarnya, oleh sebab itulah wilayah tropikatermasuk kedalam zona divergensi inter
tropika (ITCZ). Menurut Koppen, tropika
termasuk kedalam tipe iklim A dimana suhu
bulan terdingin >18°C.
2.4.1. Jakarta
Terletak pada 1060BT dan 6
0LS, berada
di lautan rendah pantai utara pulau Jawa
bagian barat. Wilayah bagian selatan relatiflebih berbukit dibandingkan dengan wilayah
bagian utara sampai sekitar 10 km ke selatandan memiliki ketinggian maksimum 7 mdpl.
Pada lokasi tertentu letaknya malah berada
di bawah permukaan laut, bahkan terdapat pula penurunan muka tanah. Jakarta
beriklim panas. Pada tahun 1986 suhunya
rata-rata 31,70C pada siang hari, sedangkan
pada malam hari mencapai 23,90C.
Perbedaan suhu udara rata-rata antara musim
hujan dan kemarau tidak mencolok.
Kelembapan udara rata-rata tahun 1985
adalah 78%. Curah hujan mencapai 1935
mm pada tahun 1986, tertinggi pada bulanJanuari, terendah 52,4m pada bulan Oktober
(Depdikbud, 1991).
2.4.2. Medan
Medan terletak di bagian timur sebelah
utara propinsi Sumatera Utara (yang terletak pada ketinggian 0 – 2829 mdpl, antara 1
0LU
– 40LU dan 98
0BT – 100
0BT). Dataran
rendahnya ada yang berupa pantai, seperti di pantai timur, tetapi ada juga yang
bergelombang. Dataran tingginya ada yang
berupa pegunungan rendah dengan
ketinggian 25 – 300 mdpl. Medan beriklim
tropis tanpa suhu tertinggi yang ekstrim(Depdikbud, 1991).
2.4.3. AmbonAmbon berada pada posisi 128,08
0BT
dan 3,70LS terletak di kepulauan wilayah
timur Indonesia. Topografi kota Ambon dan juga wilayah lainnya di Maluku adalah
kepulauan dengan tanah yang bergelombang
dan berpegunungan dan sebagian dataran
rendah. Karena bentang wilayahnya yangsangat luas, maka masing-masing pulau ini
memiliki iklim lokal sendiri. Angin laut
sangat berpengaruh terhadap iklim di
wilayah ini sehingga iklim lokal dapatmenyimpang sama sekali. Suhu rata-ratanya
mencapai 26,30
C dengan suhu minimum15,1
0C dan suhu maksimum 33
0C
(Depdikbud, 1991).
2.5. Hubungan-hubungan Aktivitas
Matahari Terhadap Tekanan Paras
Muka Laut.
Tidak semua aktivitas matahari
berpengaruh pada iklim bumi. Hal ini karena bumi mempunyai medan magnet yang dapat
menahan sebagian besar angin matahari.Ada suatu keuntungan yang sangat besar
dimana bumi mempunyai medan magnet,
garis-garis medan magnet bumi,
magnetosfer, akan melindungi atmosfer darihujan partikel kosmis (Pambudi, 2000).
Adapun parameter aktivitas matahari yangcukup mempengaruhi bumi diantaranya
adalah bintik matahari (Syahrina, 2005).
Aktivitas matahari berhubungan dengancuaca dan iklim dalam skala yang luas.
Emisi gelombang pendek yang berasal dari
letusan di permukaan matahari mampu
mempengaruhi tingkat pemanasan pada
atmosfer bumi hanya dalam waktu tunda
yang relatif pendek, kemudian pola sirkulasiatmosfer ke arah kutub pada daerah lintang
tinggi. Indikator yang dapat diamati dengan
jelas yaitu perubahan tekanan paras mukalaut yang bertambah besar dari daerah
lintang yang mendapatkan suplai panas
maksimum (ekuator) (Pambudi, 2000).Christoforou dan Hameed (1997)
(dalam Djamaluddin, 2001) menganalisis
hubungan aktivitas matahari (indikator bintik matahari) terhadap aktivitas cuaca di
Pasifik. Dua daerah sistem tekanan semi
permanen di Pasifik belahan utara, yaitu
Aleut (350 – 70
0LU, 120
0BB – 13
0BT) yang
bertekanan rendah, dan Hawaii (200 –
500LU, 100
0BB – 140
0BT) yang bertekanan
tinggi, dianalisis perubahan lokasi pusat
tekanannya selama Desember – Januaritahun 1900-1994. Hasilnya menunjukkan
adanya pengelompokkan yang signifikan.
Pada saat aktivitas matahari minimum, pusattekanan rendah Aleut berpindah sejauh rata-
rata 700 km ke arah timur, sedangkan pusat
tekanan tinggi Hawaii berpindah ke utaradari sekitar 31,6
0LU ke sekitar 33,2
0LU.
7/23/2019 Bintik Matahari
http://slidepdf.com/reader/full/bintik-matahari 4/5
2.6. Hubungan-hubungan Aktivitas
Matahari Terhadap Suhu.
Pengaruh aktivitas matahari terhadap
suhu udara di bumi diteliti oleh beberapa
ilmuwan di dunia. Respon suhu udara permukaan global terhadap variabilitas
aktivitas matahari 11 tahunan diteliti Stevensdan North (1996) (dalam Djamaluddin,2001) dengan memanfaatkan data suhu
udara permukaan jangka panjang (1934-
1993) dan data irradiansi matahari yang
dikalibrasi dengan data bintik matahari.Mereka menunjukkan (gambar 3 dan 4)
bahwa perubahan suhu udara global
dipengaruhi oleh aktivitas matahari.
Pengaruh terbesar terjadi di daratan dekat
ekuator, terutama wilayah Arab dan Afrikautara yang merespon perubahan irradiansi
matahari 1 Wm-2
dengan perubahan suhu
sekitar 0,060C dan di Amerika selatan
dengan 0,05
0
C. Sedangkan di Indonesiasekitar 0,045-0,050C. Dari simulasi itu juga
ditunjukkan bahwa respon aktivitas matahariterhadap suhu itu tidak langsung, tetapi ada
selang waktu 8-24 bulan. Asia tengah paling
cepat merespon, hanya dengan selang waktu8 bulan, sedangkan Indonesia sekitar 18
bulan.
Gambar 3. Amplitudo respon perubahan suhu udara
permukaan terhadap forcing irradiansi 1 Wm-2. (dalam
Djamaluddin, 2001).
Gambar 4. Selang waktu respon (dalam bulan) setelah
forcing matahari 1 Wm-2. (dalam Djamaluddin, 2001).
Friis-Christensen dan Lassen
(1991,1994) (dalam Djamaluddin, 2001)
menunjukkan hal lain bahwa hubunganaktivitas matahari (dengan indikator
bilangan bintik matahari) dan suhu
permukaan sulit diinterpretasikan biladikorelasikan secara langsung. Walaupun
menunjukkan yang mirip tetapi perubahan
suhu udara ternyata mendahului 20 tahun
daripada perubahan bilangan bintikmatahari. Mereka lalu menunjukkan
perubahan suhu permukaan rata-rata global(1750-1990) ternyata berkorelasi sangat baik
dengan panjang siklus aktivitas matahari, bukan dengan bilangan bintik mataharinya.
Sedangkan Charvatova dan Strestik
(1995) (dalam Djamaluddin, 2001)menunjukkan bahwa dari analisis data suhu
udara permukaan jangka panjang dijumpai
indikasi peranan gerak inersial matahari di
sekitar pusat massa surya. Dengan
membandingkan antara spektra periodisitas bilangan bintik matahari dan gerak inersia
matahari, mereka menunjukkan adanya
kecenderungan bahwa pada saat gerak
matahari teratur (pada rentang waktu 1727-1777 dan 1906-1956), suhu udara
permukaan relatif lebih hangat dibandingkansaat gerakan tidak teratur.
Lean (1991) (dalam Djamaluddin,
2001) mengungkapkan bahwa perbedaan
irradiansi (solar constant ) antara saat siklus
matahari minimum dan maksimum adalah
0,1%. Perubahan tingkat irradiansi mataharidari aktivitas minimum ke maksimum yang
sekitar 0,1% hanya berdampak pada
pengurangan pemanasan langsung di permukaan bumi sekitar 0,25 Wm
-2 (Schiffer
dan Unninayar, 1991) (dalam Djamaluddin,
2001) dan perubahan suhu global 0,02
0
C(Foukal dan Lean, 1990) (dalam
Djamaluddin, 2001).
Sementara hasil penelitian yangdilakukan oleh Svensmark (1998)
menyatakan bahwa pada dekade-dekade
akhir, variasi suhu bumi lebih mendekativariasi flux sinar kosmik dan panjang siklus
matahari, dibanding parameter aktivitas
matahari lainnya. Kesimpulan utamanya bahwa gejala-gejala di heliosfer dapat
mempengaruhi iklim bumi. Selain itu
Svensmark bersama Christensen juga
meneliti hubungan flux sinar kosmik dengan
penutupan awan global yang menyimpulkan bahwa variasi sistem penutupan awan global
selama siklus aktivitas matahari terakhir
dapat disebabkan oleh variasi aktivitasmatahari 11 tahunan dari flux sinar kosmik
meskipun hubungannya tidak bersifat
langsung.
7/23/2019 Bintik Matahari
http://slidepdf.com/reader/full/bintik-matahari 5/5
2.7. Weighted Wavelet Z-Transform
WWZ)
WWZ merupakan suatu metode analisis
spektrum yang digunakan untuk
menganalisis data runtut waktu (time series)yang tidak lengkap. Metode ini pertama kali
dikembangkan oleh G. Foster tahun 1996untuk mendeteksi dan mengkuantifikasisinyal periodik. Metode ini dikembangkan
dalam piranti lunak oleh The American
Association of Variable Star Observes
(AAVSO). Awalnya metode ini dibuat untukkeperluan analisis data bintang variabel yang
juga memerlukan evolusi periodisitasnya,
namun karena segala data runtut waktu
dapat digunakan dengan metode tersebut,
maka penggunaannya dapat diperluastermasuk untuk data meteorologi dan
astronomi lainnya.
Keunggulan metode ini dibanding
metode lain adalah WWZ memungkinkanuntuk mendeteksi periode sesaat (transient
periodic) dengan nilai periode, amplitude,dan fase yang senantiasa berubah-ubah
(Djamaluddin, 1998b). Selain itu WWZ juga
dapat memroses data yang tidak lengkap dandapat menyeragamkan selang waktu dari
setiap data runtut waktu tanpa perlu
melakukan interpolasi sebelum memroses.
Data hilang tidak masalah karena analisisnya
bersifat sesaat.
Metode lain yang digunakan untukmendapatkan periodisitas atau komponen-
komponen periodik yang lain dari suatu data
runtut waktu lain mengharuskan masukandata yang lengkap dalam selang waktu yang
tetap, padahal dalam kenyataannya data
runtut waktu seringkali tidak lengkap atauselang waktu antar data tidak seragam. Cara
yang biasa dilakukan adalah interpolasi,
dengan periodisitas yang dihasilkan tidaktepat. Salah satu penggunaan wavelet untuk
menganalisis aktivitas matahari dilakukan
oleh Djamaluddin (2001) yang
menyimpulkan bahwa periode aktivitas
matahari bervariasi antara 9-13 tahun.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) Bandung pada bulan Januari-Mei
2006.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah personal
komputer dengan perangkat lunak pengolahkata, pengolah angka, notepad, Numerical
Data Package (NDP) 041, Winsurf, dan
Weighted Wavelet Z-Transform (WWZ) 11.
Bahan yang digunakan adalah data bulanan bintik matahari (Sunspot Number/SSN),
suhu, dan tekanan paras muka laut (Sea
Level Pressure / SLP) jangka panjang (1889-
1988) stasiun kota Jakarta, Medan, dan
Ambon.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Studi Pustaka
Metode ini digunakan untuk mencari
berbagai literasi dan referensi keterkaitan
suhu udara dan tekanan paras muka lautdengan aktivitas matahari (dengan indikator
bintik matahari).
3.3.2. Pengolahan DataPengolahan awal yang dilakukan adalah
mengelompokkan data bilangan bintik
matahari, suhu udara, tekanan paras muka
laut Jakarta, Medan, dan Ambon (periodeDesember-Februari, Maret-Mei, Juni-
Agustus, dan September-November).
Periode didasarkan pada perbedaan posisi
matahari terhadap letak lintang bumisehingga mempengaruhi jumlah penerimaan
intensitas radiasi matahari yang kemudian
berpengaruh pada suhu dan tekanan udara.Wilayah kajian yang dianalisis adalah
Jakarta, Medan, Ambon didasarkan atas
perbedaan pola curah hujan masing-masingwilayah, dimana Jakarta berpola hujan
monsoon (puncak hujan pada musim panas),
Medan berpola bimodal (dua puncak hujan
dalam setahun), dan Ambon berpola lokal(puncak hujan pada musim dingin).
Pengelompokkan ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan suhu dan tekanan
paras muka laut pada masing-masing
periode, serta keterkaitannya denganketerpengaruhan aktivitas matahari.
Proses selanjutnya adalah memanggil
data bilangan bintik matahari, suhu udara,dan tekanan paras muka laut. Data bilangan