Bimbingan Teguran Secara Lisan · Web viewmelanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan bekerja,...

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. (Armstrong , M. 1991) Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan peraturan 1

Transcript of Bimbingan Teguran Secara Lisan · Web viewmelanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan bekerja,...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan

terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam

melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping

itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi

peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan

kinerja yang baik. (Armstrong , M. 1991)

Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang

ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya

untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program

orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari pertama mereka

bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan

patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak

jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi,

pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan peraturan yang sering

dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula

peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui,

sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif. (Marriner,A.T.

1995)

Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan

yang diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab

itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari

kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan cara

1

yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut

tingkat pelanggaran dan klasifikasinya. (Hastings,J. 1999).

Disiplin diartikan oleh Prijodarminto (1993), sebagai suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Dalam

hal ini sikap dan perilaku yang demikian tercipta melalui proses binaan keluarga,

pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya.

Disiplin akan membuat seseorang dapat membedakan hal-hal apa saja yang

seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang tidak

seharusnya dilakukan (Karena merupakan hal-hal yang dilarang).

Disiplin ini memiliki tiga aspek, yaitu :

a. Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib

sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan

pengendalian watak.

b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria

dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa

ketaatan akan aturan, norma, kriteria dan standar merupakan syarat

mutlak untuk mencapai keberhasilan.

c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati

untuk mentaati segala hal dengan cermat dan tertib.

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi

pengarah dan pedoman untuk mewujudkan sikap mental berupa

perbuatan dan tingkah laku. Hal inilah yang pada dasarnya disebut

dengan disiplin.

Gibson, Ivancevich, dan Donelly (1985-13) mendefinisikan disiplin

sebagai penggunaan beberapa bentuk hukuman atau sanksi jika karyawan

menyimpang. Penggunaan hukuman digunakan apabila manajer dihadapkan pada

2

permasalahan perilaku bawahan yang tidak sesuai dengan peraturan dan prestasi

kerja yang di bawah standar perusahaan. Daftar perilaku yang dapat dihukum

adalah sebagai berikut:

ketidakhadiran,

kelambanan,

mencuri,

tidur ketika bekerja,

mengancam pimpinan,

melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan bekerja,

pembangkangan perintah,

memperlakukan pelanggan secara tidak wajar,

memperlambat pekerjaan,

menolak bekerjasama dengan rekan kerja,

menolak untuk bekerja lembur,

memiliki dan menggunakan obat-obat terlarang ketika bekerja,

merusak peralatan,

menggunakan bahasa/kata-kata kotor, dan

melakukan mogok kerja yang ilegal.

1.2 Rumusan masalah

Dengan adanya kemajuan system pendidikan dan system pengajaran

dimana diperlukan disini kedisiplinan suatu organisasi pendidik untuk lebih

memusatkan perhatiannya kepada kedisiplinan, karena kedisiplinan akan

menumbuhkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah maupun dilokasi

organisasi tersebut.

Jadi, adapun rumusan masalah yang di kaji adalah :

1. Memahami Pengertian dari Kedisiplinan Dalam Organisasi.

2. Memahami prinsip-prinsip disiplin dalam organisasi.

3. Memahami apa sebenarnya tujuan dari Kedisiplinan Organisasi tersebut.

3

4. Bagaimanakah teori-teori yang mengenai kedisiplinan dalam berorganisasi

tersebut ?.

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disiplin dalam Organisasi

Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap

bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara

formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam

ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan

seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.”

Disiplin berasal dari akar kata “disciple“ yang berarti belajar.

Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang

melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses yang dapat

menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan

organisasi.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki

perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan disipliner hanya

dilakukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang/tidak

dapat mematuhi praturan/prosedur organisasi. Melemahnya disiplin kerja akan

mempengaruhi moral pegawai maupun pelayanan pasen secara langsung, oleh

karena itu tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan

harus segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

Pengembangan Disiplin. Asumsi : Tidak ada orang yang sempurna, oleh

sebab itu setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan belajar

dari kesalahan tersebut. Tindakan koreksi dilakukan apabila individu tidak

dapat mematuhi peraturan sesuai standar minimal atau tidak dapat

meningkatkan tujuan organisasi.

5

2.2 Prinsip-Prinsip Disiplin

1. Pemimpin mempunyai prilaku positif

Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang

pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya.

Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan

perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.

2. Penelitian yang Cermat

Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus

memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan

informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian

pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat

dari pimpinan lainnya.

3. Kesegeraan

Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh

bawahan sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang

bijaksana. Karena, bila dibiarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin

yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas, dan akan

mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.

4. Lindungi Kerahasiaan (privacy)

Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan

lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan

tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang. Kerahasiaan harus tetap

dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi masa depannya .

6

5. Fokus pada Masalah.

Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang

dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa

kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.

6. Peraturan Dijalankan Secara Konsisten

Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai

yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan

dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.

7. Fleksibel

Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang

pegawai telah di analisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi

pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan

yang lalu, tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi

8. Mengandung Nasihat

Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat

diterima. File pegawai yang berisi catatan khusus dapat digunakan

sebagai acuan, sehingga mereka dapat memahami kesalahannya.

9. Tindakan Konstruktif

Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya

bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya

peraturan untuk staf maupun organisasi. Upayakan agar staf dapat

merubah perilakunya sehingga tindakan indisipliner tidak terulang lagi.

10. Follow Up (Evaluasi)

Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah

perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak

7

berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan

mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.

2.3 Tujuan Disiplin dalam Organisasi

Difokuskan untuk mengoreksi penampilan kerja agar peraturan kerja

dapat diberlakukan secara konsisten. Tidak bersifat menghakimi dalam

memberlakukan hukuman atas tindakan indisipliner.

2.4 Tindakan Disiplin dalam Organisasi

Bimbingan Teguran Secara Lisan

Skors Teguran Secara Tertulis

a) Teguran Secara Lisan

Teguran secara lisan terbatas dalam hal mengingatkan perawat untuk

kesalahan yang kecil dan baru pertama kali dilakukan. Sebagai suatu tindakan

koreksi, biasanya teguran dilakukan secara pribadi dengan cara yang

bersahabat dengan tetap memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan. Bantu

bawahan untuk membuat keputusan agar tidak mengulangi kesalahannya. Buat

catatan khusus bahwa perawat telah melakukan konsultasi, catat waktu, tempat,

dan permasalahannya, serta kesimpulan konsultasi. Dokumen dimasukkan

kedalam file pribadi perawat.

8

b) Teguran Secara Tertulis

Teguran secara tertulis dilakukan apabila pelanggaran diulangi kembali,

tidak menunjukan perbaikan atau pelanggarannya cukup serius. Dalam teguran

secara tertulis, harus dicantumkan nama pegawai, nama pimpinan,

permasalahannya, rencana perbaikan, dan batas waktu perbaikan serta

konsekwensi nya apabila pelanggaran diulangi. Bawahan harus membaca dan

memahami sanksi yang diberikan dan disepakati bersama. Dokumen dimasukan

ke dalam file pribadi pegawai dan tembusannya diberikan kepada yang

bersangkutan. Sanksi biasanya disesuaikan dengan kebijakan institusi atau

organisasi setempat.

c) Keputusan Terakhir/Skors

Keputusan terakhir atau terminasi dilakukan karena pimpinan melihat

bahwa kesalahan yang dilakukan oleh bawahan sudah sangat serius dan selama

batas waktu perbaikan perilaku bawahan tidak memperlihatkan perubahan.

Keputusan terakhir biasanya dilakukan dengan melibatkan pimpinan

organisasi/Departemen. Keputusan terakhir /skors dapat dilakukan dengan

berbagai cara tergantung pada tingkat kesalahannya maupun kebijakan dari

institusi / organisasi. Antara lain adalah : Penurunan pangkat, mutasi,

penundaan kenaikan pangkat / berkala, penurunan insentif, tidak diperkenankan

bekerja untuk jangka waktu pendek , jangka waktu panjang, atau akhirnya

diberhentikan / dikeluarkan.

2.5 Teori Organisasi

Teori organisasi mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi. Termasuk,

bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan

misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang di dalamnya maupun

lingkungan kerja organisasi tersebut.

9

Teori organisasi pertama kali muncul pada abad ke-19 karena pengaruh

Revolusi Inggris. Secara umum, merupakan rangkuman konsep, ikhtisar, tinjauan,

dan pendapat yang berkaitan dengan metode pemecahan masalah organisasi agar

mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Teori organisasi mengalami evolusi dari masa ke masa. Secara garis besar,

bisa dibedakan ke dalam tiga kelompok, yakni teori organisasi klasik, teori

organisasi neo modern, dan teori organisasi modern.

1) Teori Organisasi Klasik

Teori organisasi yang berkembang mulai awal abad ke-19 digolongkan ke

dalam teori organisasi klasik atau disebut juga “teori tradisional” atau “teori

mesin”. Pada masa ini, organisasi divisualisasikan sebagai sekelompok orang

yang membentuk lembaga, tiap-tiap bagian memiliki spesialisasi dan sentralisasi

dalam tugas dan wewenang.

Dalam teori klasik ini, organisasi tersusun atas empat unsur pokok.

1. Kegiatan yang tersistem dan terkoordinasi.

2. Adanya sekelompok orang dengan spesialisasi tertentu.

3. Kerja sama antara sekelompok orang dengan spesialisasi yang berbeda.

4. Adanya kekuasaan dan kepemimpinan yang mengendalikan sistem

tersebut.

Para penganut teori klasik organisasi meyakini bahwa organisasi

bergantung pada kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin. Teori

organisasi klasik kemudian berkembang menjadi tiga aliran, yaitu teori birokrasi,

administrasi, dan manajemen ilmiah.

10

a) Teori Birokrasi

Teori ini berkembang dalam ranah ilmu sosiologi dan menekankan pada

aspek legal-rasional. Legal dalam hal ini dimaknai sebagai bentuk wewenang

yang dirumuskan dengan jelas berkaitan dengan aturan prosedur dan peranan

masing-masing elemen. Sementara rasional, mengacu pada suatu tujuan yang jelas

dan ditetapkan bersama.

Salah satu tokoh pengusung teori klasik adalah Max Weber (21 April

1864-14 Juni 1920), seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog Jerman. Dalam

salah satu karyanya yang terkenal, The Protestant Ethic and Spirit of

Capitalism dan The Theory of Social and Economic Organization, Weber

menjelaskan mengenai karakteristik birokrasi yang tersusun atas hal-hal berikut

ini.

1. Pembagian kerja.

2. Hirarki wewenang.

3. Program rasional.

4. Sistem prosedur.

5. Sistem aturan hak kewajiban.

6. Hubungan antarpribadi yang bersifat impersonal.

b) Teori Administrasi

Teori administrasi organisasi menekankan pada aspek makro dan praktik

langsung manajemen. Beberapa tokoh pengusung teori administrasi, adalah Henry

Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta James D. Mooney dan Allen Reily

dari Amerika.

11

Dalam buku Admistration industrtrielle et Generale karya Henry Fayol

(terbit 1916), misalnya, industrialis asal Prancis itu menyebutkan kaidah

manajemen yang terdiri dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab,

disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, mendahulukan kepentingan

umum, balas jasa, sentralisasi, rantai skalar, tata tertib, keadilan, kelanggengan

personalia, inisiatif, dan semangat korps.

Sementara itu, James D Mooney dan Allen Reilly berpendapat bahwa

koordinasi memegang peranan penting dalam sebuah perencanaan organisasi.

Sebuah organisasi harus menerapkan tiga prinsip utama, yakni sebagai berikut.

1. Prinsip koordinasi.

2. Prinsip skalar dan hirarki.

3. Prinsip fungsional.

c) Teori Manajemen Ilmiah

Berbeda dengan teori administrasi, manajemen ilmiah lebih memusatkan

teori pada aspek makro organisasi. Teori ini banyak berkembang di Mesir, Cina,

dan Romawi. Salah satu tokoh pengusung teori ini, FW Taylor, memberi definisi

teori manajemen ilmiah sebagai seperangkat mekanisme untuk meningkatkan

efesiensi kerja.

Lebih jauh, FW Taylor menjelaskan bahwa organisasi memiliki empat

kaidah, yaitu sebagai berikut.

Mengubah metode kerja praktik menjadi metode atas dasar ilmu

pengetahuan.

Mengadakan seleksi dalam rekrutasi, mengadakan latihan dan

pengembangan bagi karyawan.

12

Integrasi dalam pengembangan ilmu tentang kerja, seleksi, latihan dan

pengembangan secara ilmiah.

Membangun semangat dan mental karyawan untuk mencapai manfaat

optimal.

2) Teori Neoklasik

Aliran Neoklasik muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap teori

klasik, ketiga teori tersebut dinilai sangat kaku dan mengabaikan hubungan

manusiawi. Teori neoklasik memberi perhatian khusus pada aspek psikologis dan

sosial pada diri anggota organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok kerja.

Salah satu pencetus teori ini adalah Hugo Munsterberg, tertuang dalam

bukunya, Psychology and Industrial Effeciency yang terbit tahun 1913, dan dinilai

sebagai rantai penghubung evolusi teori manajemen ilmiah menuju neoklasik.

3) Teori Modern

Teori klasik dan neoklasik ternyata dinilai belum memuaskan untuk

tuntutan manajemen modern. Banyak kelemahan dan ketimpangan yang masih

ditemukan sehingga mendorong munculnya teori organisasi modern pada 1950.

Teori ini kemudian dikenal dengan nama “analiasis sistem” atau “teori terbuka”

yang memandang organisasi sebagai satu kesatuan dari berbagai unsur yang saling

bergantung.

Beberapa perbedaan mencolok antara teori modern dengan teori klasik

adalah sebagai berikut.

1. Teori klasik menitikberatkan pada analisis dan deskripsi, sementara teori

modern menekankan pada keterpaduan dan perancangan secara

menyeluruh.

2. Teori klasik terfokus pada konsep, skalar, dan hubungan vertikal,

sementara teori modern cenderung horizontal, dinamis, dan multidimensi.

13

2.6 Disiplin Kerja dalam Organisasi

Disiplin diperlukan baik untuk pribadi diri kita sendiri, maupun rekan

kerja dalam organisasi. Sehingga akan tercipta suasana yang sangat baik dan

mendukung satu sama lain di organisasi. Disiplin bukan hanya sekedar patuh.

Disiplin bukan berarti hanya mematuhi peraturan organisasi, datang tepat waktu,

atau menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, tapi lebih jauh lagi adalah kesadaran

untuk melakukan segala sesuatu dengan target, menjaganya agar tetap berada pada

jalurnya dan tetap sejalan dengan visi dan misi organisasi di mana kita bekerja.

Dalam hal ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan :

1. Targeting & Planning

2. Finished Your Job

3. Corporate Look

4. On Time

5. Be Organized

6. Be Honest

14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Disiplin kerja sangat penting digunakan sebagai arahan untuk

membentuk dan melatih seseorang melakukan sesuatu menjadi baik, dan

merupakan proses untuk menumbuhkan perasaan seseorang dalam

mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara objektif melalui

kepatuhannya manjalankan peraturan organisasi.

Koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera

diatasi dan dilakukan oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

Karena melemahnya disiplin kerja dalam organisasi akan secara langsung

mempengaruhi moral pegawai maupun terhadap pelayanan yang diberikan.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki

perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti, oleh karena itu harus dilakukan

secara adil dan bijaksana.

3.2 Saran

Adapun yang dapat disarankan dalam kedisiplinan dalam berorganisasi itu

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pemimpin organisasi, jadi diharapkan kedisiplin pemimpin baru

akan menumbuhkan rasa kedisiplinan kepada staf pegawai atau pera

pengajar di organisasi pendidikan tersebut

Hanya ini yang saya dapat simpulkan bahwa kedisiplin dalam organisasi

itu akan tumbuh dan akan terlaksana jika pemimpin dalam organisasi tersebut

lebih disiplin terhadap waktu dan tugasnya maka akan menumbuhkan rasa

15

kedisiplinan kepada pegawai atau kepada staf pengajar lainnya dan akan

menumbuhkan suatu organisasi yang lebih efektif.

16

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong , M. (1991) A Hand Book on personnel Management Practice ( 4th

ed), London Hogan Page.

Marriner,A.T. (1995) ,Nursing Management and Leadership ( 5th ed), Mosby St Louis, Baltimore.

Hastings,J. (1999), Discipline At Workpart One of The Informal Process, Nursing Management, 6 (5), 20-23

http://skripsiakuntansi.com/skripsi-manajemen/pengaruh-budaya-organisasi-terhadap-disiplin-kerja-studi-kasus-pada-kantor-kesekretariatan-pemerintah-kota-blitar/

http://www.anneahira.com/teori-organisasi.htm

http://www.yousaytoo.com/pengertian-organisasi/146689

http://www.pdfchaser.com/DISIPLIN-KERJA.html#

http://www.pdfchaser.com/Kepemimpinan-Dalam-Organisasi.html#

http://www.pdfchaser.com/PENGARUH-SEMANGAT-KERJA,-DAN-DISIPLIN-KERJA-TERHADAP-PRODUKTIVITAS-....html#

http://www.sabda.org/lead/disiplin_kepemimpinan

http://www.skripsi-tesis.com/06/15/analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku-membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm

17

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah SAW

serta sahabat dan keluarga beliau sekalian dengan segala kebaikan Beliau yang

telah membawa kits dari Alam Jahiliyah kepada Alam Islamiayh dan dari Alam

yang penuh Kebiadaban kepada Alam yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan.

Dalam makalah ini yang berjudul “Disiplin dalam Organisasi” yang ditulis

dengan segenap kemampuan yang terbatas dan sederhana mungkin.

Terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen Pembimbing dan seluruh

pihak yang telah ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dengan

selesainya penyusunan makalah ini, saya berharap agar makalah ini dapat dikritik

yang membangun dan hasilnya dapat bermanfaat bagi kami dan orang lain.

Banda Aceh, 1 Februari 2011

Penulis

18

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... iDaftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 11.1 Latar Belakang.............................................................................. 11.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 52.1 Pengertian Disiplin Dalam Organisasi.......................................... 5

2.2 Prinsip-prinsip disiplin.................................................................. 6

2.3 Tujuan disiplin dalam organisasi.................................................. 82.4 Tindakan Disiplin dalam Organisasi............................................. 82.5 Teori-Teori Organisasi.................................................................. 92.6 Disiplin Kerja Dalam Organisasi.................................................. 14

BAB III PENUTUP................................................................................. 153.1 Kesimpulan................................................................................... 153.2 Saran.............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17

19

Makalah :

“DISIPLIN DALAM ORGANISASI”

DI

SUSUN

OLEH :

Nama : SUZANNINIM : 1009200050117Ruang : Reguler A3

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

20

BANDA ACEH2011

21