Bila Pencinta Alam Jatuh Cinta
-
Upload
dimitri-prahesti -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Bila Pencinta Alam Jatuh Cinta
Bila Pencinta Alam Jatuh Cinta
16.12.10
Ini hanya berdasarkan pengamatan subyektif dari saya. Jadi kalau ada
yang sekiranya kurang pas, mohon dipaskan ya paranetter..
1. Bila anak PA jatuh cinta, jangan harap ada setangkai bunga apalagi
edelweiss seperti adegan sinetron.
2. Bila anak PA jatuh cinta, sulit melahirkan kata kata manis yang sifatnya
puitis, sedang lokasinya tidak di alam bebas. Kalaupun ada itu pasti
dirancang. Yang ada malah pembicaraan yang ngalor ngidul apa adanya.
Sulit mengungkapkan perasaan, itulah mereka.
Pencinta Alam tidak terbiasa dengan hal hal romantis. Harap digaris
bawahi, tidak terbiasa. Jangan salah tebak. Tidak terbiasa bukan
berarti tidak bisa.
Pertanyaannya adalah, apa yang mereka lakukan bila jatuh cinta?
Hal yang pertama kali dilakukan. Cerita ke teman temannya sesama
Pencinta Alam, itu yang pasti. Ini jelas berbanding terbalik dengan pada
saat dia ada di depan seseorang yang dicintai.
Berikutnya, pergi ke tempat yang dianggap indah. Entah itu mendaki
gunung atau kegiatan lain yang sifatnya petualangan. Tujuannya mudah
ditebak, menarik simpati dari pujaan hati.
Ada juga hal hal kecil lain yang kadang dilakukan. Misal, membuat sebuah
taman berhias bunga bunga. Berharap si dia memandang hasil karyanya.
Atau genjrang genjreng nggak jelas. Dan yang pasti, sejantan apapun
penampilannya, lagunya tetap lagu cinta, haha..
Adakah hal termanis yang mungkin dilakukan? Ada dong. Saya beri satu
contoh saja ya.
Mengajak pujaan hati keluar sekedar memandang bintang malam.
Kemudian mengisyaratkan pada si dia untuk merentangkan salah satu
tangannya ke arah langit sambil jari jarinya agak membentang. Tak lama
kemudian berujar, "lihat, ada bintang di sela jarimu"
Paranetter, begitulah adanya dunia Pencinta Alam. Dibalik penampilannya
yang liar dan dibalik hobinya yang ekstrim, ada tersimpan kelembutan di
sana.
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta, jangan harap ada setangkai
bunga apalagi edelweiss seperti adegan sinetron. Karena bagi kami
Edelweiss harus tetap di tempatnya, bukan pada vas bunga ataupun bukti
cinta pada pujaan hati.
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta naluri dan keberanian untuk
menaklukkan tantangan alam masih lebih besar dibanding dengan
menaklukkan hati "seseorang"
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta naik gunung himalaya sendirian
terasa lebih ringan ketimbang bersama pujaan hati naik ke pelaminan :p
[ ketahuan masih kekanak-kanak an :p hihihi ]
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta , sekalipun aku berhasil
menaklukkan puncak Jaya Wijaya, aku tidak akan memintamu untuk
menaklukkan puncak Everest-Himalaya
karena tak harus orang yang "lebih" yang harus brsamaku
apa adanya kamu saja
[ jadi jangan pernah mencoba mejadi aku hanya untuk meraih hatiku ...
Apa adanya kamu saja jauh lebih bermakna :) ]
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta, tak akan kupinta kau
memetikkan Edelweiss dari puncak untuk membuktikan keabadian
cintamu padaku
Tidak .. aku tidak tertarik pada mitos konyol seperti itu
Bagiku Edelweiss itu hatimu dan hatiku :)
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta, sekalipun kau di puncak gunung
padang Edelweiss sungguh tidak kupinta kau memetiknya untukku ,
Aku hanya ingin kau menggenggamnya dan merasakan arti Edelweiss
sesungguhnya.
Bahwa keabadian cinta itu ada dalam tiap hati kita bukan pada tangkai-
tangkai edelweiss.
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta , aku tak akan merengek
perhatian dan perlindungan ... karena aku yang akan melindungi
cintaku :)
Bila aku (Putri Pecinta Alam) jatuh cinta .... aku tak mau kehilangan kedua
kalinya ... :'( cukup "ia" yang di puncak sana
Tetapi bila aku mencintai seorang pecinta alam? Apa yang akan aku
rasakan kini dan nanti? Semoga hal berikut ini bisa Anda mengerti dan
pandai mengatur ritme sebagai seorang pecinta dan yang mencintai.
” Bila yang kau cintai adalah seorang pecinta alam, persiapkan hatimu
untuk mencemburui gunung, hutan, tebing, jurang, burung - burung,
Edelweiss, nyanyian dedaunan, dan masih banyak lagi yang butuh kau
cemburui.”
Tetapi entah apakah “dia” memang seorang pecinta alam atau hanya
memiliki predikat pecinta alam alias penikmat alam. Memang
kehidupannya layaknya seorang pecinta alam yang jauh dari kesan
“bersih” dan urakan, tapi apakah jiwanya memang seorang pecinta
alam?
“Para pecinta alam adalah mereka yang senang berpetualang, senang
meneriakkan anti perusakan lingkungan dalam rangka pelestarian alam,
senang meneriakkan “konservasi atau mati”, senang memanfaatkan
Sumber Daya Alam sesuai dengan batas kebutuhan, juga senang
menikmati keindahan.”
Apapun versi pecinta alam, saat itu aku masih belum memerdulikannya.
Dulu aku mengenalnya tak memandang dia seorang pecinta alam atau
bukan, tapi karena persahabatan kami dibawah atap yang sama.
“Bila kau perempuan dan lelakimu adalah seorang pecinta alam. Beri
segenggam kepercayaan pada mereka untuk tidur merdeka di
rerumputan sambil menggigit bunga rumput. Ingat ya, segenggam saja
jangan banyak banyak. Kabarnya, hati lelaki memang tak berkaki, tapi
bersayap.”
Ternyata aku merusaknya, persahabatan kami dibawah atap yang sama.
Kehangatan sebuah keluarga, aku rusak dengan keegoisannku yang tidak
lagi karena persahabatan kami. Itulah manusia, yang mengakunya
seorang Pecinta alam, ternyata hanyalah seorang penikmat alam yang
tidak bisa menjaga alamnya.
“Jika yang kau cintai adalah seorang pecinta alam, bersiap siaplah untuk
bahagia. Karena mereka bisa survive walau hanya dengan makan
bersayur rumput, mie instan murahan, kentang bakar, ikan pindang, nasi
tadi malam, soto, bakso sayur, tempe yang digoreng tipis - tipis, pecel,
lalapan sambal mentah dan kerupuk kemarin. Ya ya ya, walau hanya
dengan itu.
“Bersiap - siaplah untuk menikmati hari - hari yang
menyenangkan”. Sampai detik ini, aku tak pernah menyesal
mengenalnya yang seorang Pecinta alam. Karena memang dia telah
memberikan hari - hari yang menyenangkan dan berkesan seumur
hidupku. Sehingga aku bisa bercengkerama dengan alam, menikmati
indahnya karunia Tuhan.
CeritaJika #39 : Jika istrimu seorang pecinta alam
Respon apa yang pertama kau beri saat kamu membaca CV, dan melihat
naik gunung, sebagai aktivitas favorit calon istrimu ini? Mungkin kamu
akan terkejut, mungkin ilfill, atau tidak terlalu peduli. Entah apa pun
responmu itu, toh pada akhirnya kamu menerimaku sebagai partner
hidupmu.
Sayang,
Jika kamu bertanya padaku tentang destinasi liburan kita setelah
menikah, mungkin aku akan meminta Rinjani, bukan Bali. Aku lebih
memilih tenda kapasitas dua yang kokoh dibandingkan hotel berbintang
yang megah. Setelah menikmati puncak bersama, barulah kita berkelana
di Senggani, tiga Gili, Pantai Kuta, dan desa adat di Lombok. Jika kamu
ingin ke Eropa, aku pasti akan meminta Mont Blank sebagai salah satu
destinasi kita. Ah..lupakan soal Eropa dan benua lain, karena aku masih
jatuh cinta dengan pegunungan di negeri ini. Kamu tahu Semeru sayang?
Pastilah, nama gunung ini melejat pesat semenjak sebuah film
mengangkatnya dengan begitu sukses. Jika kamu belum pernah ke sana,
kamu harus. Di bulan Juni yang cerah, padang oro-oro ombo menyapa di
balik tanjakan cinta, dengan hamparan lavender ungu yang menggoda
mata. Tidak kalah romantis dibandingkan Monet’s Garden, Prancis. Tidak
sampai Mahameru juga tidak apa, karena menjelajahi Semeru bersamamu
lebih kuinginkan dibandingkan menegakkan merah putih di puncak
tertinggi Pulau Jawa.
Tapi ini bukan tentang perjalananku, ini adalah tentang perjalanan kita.
Jika kamu tidak ingin mendaki gunung bersamaku tidak mengapa, kita
masih bisa meyusuri pantai dan menyapa senja bersama. Kalau kamu
terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga kita tidak sempat
bercengkarama dengan alam, itu juga tidak mengapa. Aku akan
membawakan pagi untukmu dalam secangkir kopi. Jika kamu tidak suka
kopi tidak mengapa, akan kulukiskan purnama dalam segelas susu. Jika
kamu tidak menyukai susu, itu juga tidak mengapa, aku akan membawa
kehangatan mentari dalam setiap masakan yang kau sukai.
Tapi my dear, aku akan tetap menyukai bintang yang bertabur bintang
tanpa sekat. Aku akan tetap menyukai pelangi di padang savana setelah
hujan yang mengguyur semalaman. Aku akan tetap menyukai mata air,
pegunungan, embun, edelweiss, daisy. Meskipun ketika sudah
bersamamu, aku tidak akan sempat bermain bersama mereka. Tidak
mengapa. Tapi, anak-anak kita nanti harus dibesarkan oleh alam dear,
bukan oleh kota besar. Anak laki-laki kita harus bisa memanjat pohon, dan
bermain di sawah. Anak perempuan kita harus pandai berenang.
Percayalah, alam akan membentuk mereka menjadi pribadi yang mandiri
dan berjiwa besar. Saat mereka bisa berbuat baik pada burung perkutut
yang terluka, maka mereka akan dengan sangat mudah mencintai
sesama. Saat mereka tanpa rasa takut, berani menyapa kuda, bahkan
menungganginya, maka mereka juga tak akan pernah takut untuk jatuh.
Kau tahu kenapa Sayang? Karena Allah berfirman bahwa Dia menciptakan
manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, amanah yang bahkan
semesta ini tak sanggup memikulnya. Maka biarkan anak-anak kita
menjalankan amanah itu. Begitu pun kita.
My Dear, aku tidak memiliki keanggunan seorang Ratu, kecantikan
seorang putri, atau kedudukan setinggi anak dari orang terpandang. Aku
hanyalah aku, seseorang yang mencintai alam. Aku tidak bisa bermain
biola, tapi aku bisa menyelam. Aku tidak pandai berdansa, tapi kupikir kita
tak butuh itu kan? Aku suka memasak, tapi aku tak bisa memasak
makanan Eropa untukmu. Aku benar-benar seorang gadis biasa.
Kesederhanaan adalah bagian dari hidupku. Bahkan meski aku lahir dan
dibesarkan di ibukota, aku tetap mencintai pedesaan. Kau tahu kenapa?
Karena kesederhanaan itu mengajarkan banyak hal. Dan hal itulah yang
kusukai dari suamiku. Kamu yang tetap sederhana, meskipun mungkin
kamu adalah orang yang bisa membeli dunia. Kesederhanaan pula yang
akan tetap membuatku berada di sampingmu, bahkan di masa-masa
terpurukmu sekalipun.
Nah sayang, bagaimana jika kamu juga sama sepertiku? Sama-sama
menyukai alam? Kamu pasti bisa menerkanya, bahwa perjalanan menua
bersama kita, akan dipenuhi oleh serangkaian petualangan yang tak
terlupakan.