Bila Anda Menua Nanti

download Bila Anda Menua Nanti

of 3

Transcript of Bila Anda Menua Nanti

BILA ANDA MENUA NANTIOleh: Juman Mungkin saya sekarang puluhan atau setidaknya belasan tahun lebih tua dari anda. Oleh karena itu pantaslah kalau saya minta anda merelakan waktu lima menit mendatang untuk menyimak angan-angan saya ini. Meskipun anda tidak mungkin menjadi lima tahun lebih tua dengan tiba-tiba, tetapi tahun berasal dari bulan dan hari, jam dan menit yang merupakan akumulasi dari detik-detik yang berjalan dengan cepat. Tanpa ada yang menghambat anda sedang menua setiap detik sekarang ini. Tua adalah kata yang tidak disukai orang Amerika. Banyak kegiatan penelitian* yang mencatat kenyataan bahwa semua segmen masyarakat Amerika mengidap sikap negatip terhadap orang tua. Menua disana diartikan sebagai menurun. Orang tua Dirty Old Man- selalu membawa konotasi bahwa orang tua itu kusut, ceroboh, bodoh, tidak berguna dan bikin ribet Analisa tentang literatur anak-anak dari tahun 1870 -1960** juga menunjukkan bahwa sikap negatip terhadap orang tua di Amerika makin meningkat dari masa ke masa. Snow White dan Cinderella adalah dua contoh bacaan anak-anak Amerika yang menggambarkan wanita lanjut usia sebagai nenek sihir yang siap mencelakai ana-anak. Dalam keluarga, orang tua juga dianggap sebagai beban dan rongrongan yang merugikan. Lain dengan di negeri China. Disana pemerintah memberikan lima jaminan bagi orang tua: cukup makan, cukup pakaian, papan, pengobatan dan biaya penguburan. terlepas dari bagaimana pelaksanaannya, ini menunjukkan bahwa masyarakat China memberikan tempat yang terhormat bagi orang tua mereka. Di Indonesia orang tua juga menduduki posisi yang mulia. Mereka adalah tempat sungkem dihari raya, tempat mohon restu, dan tempat kita minta nasehat. Pepunden kata orang Jawa. Indonesia adalah tempat menua yang aman. Kalau ada persoalan yang misterius jawabnya selalu: Kita tanyakan kepada orang tua. Karena anda baru akan mulai menua sedangkan saya sudah lama, banyak-banyakkanlah antisipasi dan persiapan. Saya sudah terlanjur tidak bisa lagi. Jangan sampai saat pensiun nanti anda masih harus menanggung beban kontrak rumah, jangan sampai umur 55 anak anada masih ada yang berumur 10 tahun. Jangan sampai anda berkata: Kalau dulu saya cepat-cepat menyelesaikan kuliah dan segera mencari kerja, pasti saya bisa menjadi Dirjen sebelum pensiun. Setahun dua tahun kelambatan pada umur duapuluhan, bisa sangat besar dampaknya pada nasib anda diumur lima-lima nanti. Cepat-cepatlah selesaikan itu skripsi, itu S2... percayalah makin cepat makin baik. Saya menyesal tidak mengingat semua ini dulu waktu saya umur dua puluhan. Saya berleha-leha, mengerjakan hal-hal yang remeh-remeh, berlama-lama kuliah dengan excuse menikmati masa muda. Kalau bisa, menualah dengan ikhlas. Anda takut seksualitas menurun, rambut memutih dan kulit keriput? Ketakutan itu timbul hanya karena anda mebayangkannya menggunakan otak muda. Pada saat mengalaminya nanti, anda akan memahaminya sebagai kewajaran belaka. Asalkan kita menjaga keseimbangan jasmani dan rohani. Bahkan mungkin anda risi melihat pipi istri anda masih saja cling pada umur 65 lebih, genit lagi. Tetapi saya merasa beruntung telah membaca Surat Luqman pada usia muda, mendengar tentang aljannah tahta aqdamil ummahat, tentang birrul walidain, sehingga saya tidak risau-risau amat selama menua karena merasa diberi tempat yang mulia dalam agama. Saya kira anda juga. Dua tahun yang lalu saya menulis disini dengan judul sama seperti diatas. Berbagi perihal ketuaan saya dengan anda yang masih muda, mengingatkan hal-hal yang saya sudah terlanjur yang tidak perlu anda ulangi. Apabila anda secara kebetulan membacanya waktu itu maka sekarang anda sudah menua dua tahun bersama saya. Ingin rasanya kembali berbagi pengalaman dan pengamatan saya dalam menjalani proses penuaan selama dua tahun terakhir ini. Ini bukan melankoli untuk

dikasihani tetapi sebuah fenomena yang setelah saya kunyah-kunyah lalu saya telan ternyata memberikan khasiat yang menguatkan. Sebuah posting yang menyakitkan hati dari seorang remaja Amerika berjudul I Hate Old People berbunyi kira-kira begini: Selama ini orang tua dianggap sebagai panutan bagi generasi muda, permata didalam keluarga yang harus dihormati dan dijaga. Bah! Orang tua adalah bisul dipantat, beban dipundak masyarakat. Saya muak melihat sosok dan tingkah mereka. Kusut, ceroboh, linglung, bau sampah, bikin ribet dan tidak berguna. Peduli apa dengan mereka! Mari bergabung dalam gerakan penghapusan jaminan hari tua dan legalisasi euthanasia! (bunuh diri untuk meringankan penderitaan). Sialan lu, teriak saya dalam hati. Remaja ini yang mewakili sebagian generasi muda disana, tidak suka dengan orang tua. Alasannya seperti yang diatas tadi. Alasan ini dalam bentuk yang lebih tersamar dan tersembunyi mungkin juga sudah ada didalam masyarakat kita yang terbawa oleh arus modernisasi dan materialisme. Dengan iktikad introspeksi meskipun dengan berat hati biar saya mencoba memahami sikap mereka, siapa tahu ada pelajaran yang bisa kita ambil. Orang tua memang menurun fisik dan memorinya. Organ tubuh mereka banyak yang tidak koperatif lagi dan kurang berfungsi, meskipun disisi lain mungkin kesadaran batinnya semakin dalam. Kebutuhan dan kendala orang tua berbeda dan sering tidak difahami orang muda. Hampir bisa dikatakan bahwa dunianya berbeda. Ketika rekan seusia saya mengaku sering merasa kesepian, saya bertanya apa penyebabnya padahal keluarganya bahagia dan penuh ceria. Ia menjawab: dunia mereka berbeda! Ia merasa anak-anaknya tidak memahami keinginan dan kekhawatirannya. Meskipun selalu berada berdekatan ia tetap merasa kesepian. Sahabat saya yang lain bahkan sudah mengambil sikap: Seperak sekalipun kalau bisa, saya tidak akan minta uang dari anak-anak saya. Saya sendiri sudah banyak mengurangi keluhan didepan mereka bila sakit ringan, dan mengurangi menyuruh-nyuruh sesuatu yang masih bisa saya kerjakan sendiri. Bukan dengan sikap dongkol menghadapi Malin Kundang yang tak tahu balas budi tapi insyaalloh dengan ikhlas karena menerima kenyataan yang memang berbeda. Mulanya memang pahit dan sedih rasanya dihati. Seiring berjalannya waktu, pil pahit itu mulai terasa hikmah dan khasiatnya. Balas budi tidak lagi terlalu diharapkan dari anakanak tapi langsung dari yang menjanjikannya yaitu Alloh swt. Kalau konsisten kita mennghayatinya siapa tahu predikat untuk Alloh semata lillahi taala benar-benar dapat kita raih. Budi baik dari yang muda terasa sebagai jasa sukarela bukan hasil tuntutan. Alangkah manisnya. Saya kira sikap ini juga akan menumbuhkan kemandirian, ketabahan bagi orang tua dan kesiapan untuk menghadap sang khalik kelak. Tetapi seyogyanya jangan dimulai dari sikap defensive misalnya karena terpaksa memahami kebencian orang muda seperti diatas. Kita merindukan kehidupan yang lebih ideal; selain orang tua yang memahami anak-anak, juga generasi muda yang terdidik untuk menghormati orang tua. Seperti yang pernah dipesankan oleh Lukman kepada anaknya dan oleh nabi kita. Suatu waktu seorang pemuda siap bergabung kemedan perang, tetapi Rasulullah melarangnya karena dia meninggalkan orang tuanya sendirian. Beliau bersabda: Pulanglah engkau. Layani dan perlakukan mereka dengan santun. Itu sama baiknya dengan berperang dijalan Alloh. Sejak dulu orang tua dianggap sebagai sumber kearifan dan kebijaksanaan tempat bertanya dan meminta nasehat untuk mencapai hidup yang lebih bahagia, lebih selamat, hidup yang lebih makbul. Orang tua adalah pakar terpecaya dalam menjalani hidup disaat-saat yang sulit. Mereka telah melalui banyak pengalaman berharga seperti masa peperangan, krisis ekonomi dan kelangkaan pangan, wabah penyakit atau bencana alam yang telah memberikan pelajaran kepada mereka bagaimana caranya bertahan hidup. Mereka juga telah mengalami sendiri banyak tragedi yang orang muda akan ngeri menghadapinya. Dari kemelut rumah tangga, sakit kronis sampai kehilangan isteri atau anak. Karena itu mereka dapat memberikan nasehat kepada kaum muda bagaimana menghadapi penyakit dan kehilangan dengan tabah. Bila mereka menasehati anda agar berhati-hati memilih pasangan misalnya, dengarkan dan ikuti. Karena, itu bukan sekadar nasehat normatif dan baik, tetapi juga didasari dengan pengalaman dan bukti yang teruji. Mereka telah merasakan hidup tertekan dan terpenjara akibat kurang cermat memilih jodoh; atau bahagia sampai tua berkat berhati-hati dan sabar memilih. Status orang tua sebagai sumber nasehat nampaknya semakin pudar. Orang muda dalam era informasi sekarang lebih suka mencari nasehat dan petunjuk dari buku-buku atau internet, psikolog atau motivator. Lebih ilmiah dan lebih obyektif. Tidak mengapa; tetapi meninggalkan orang tua sebagai tempat bertanya adalah rugi. Semua kita akan tua dan mengalami rintangan fisik dan mental. Suatu saat dalam hidup, kita terpaksa membiarkan sesuatu terlepas, menangisi yang hilang dan menggeliat bangkit untuk meneruskan pejalanan. Hari tua itu lebih baik disambut dan dirangkul dengan ramah, jangan sekali-sekali dilawan. Jangan terlalu menyia-nyiakan waktu untuk mencemaskan datangnya hari tua. Begitu nasehat kebanyakan orang yang sudah mengalaminya. Lebih baik mulai dengan melakukan persiapan, mengumpulkan bekal dan mencari dukungan untuk menempuhnya kelak. Anda mungkin heran. Ternyata sedikit banyak anda sudah punya bekal meskipun hari tua masih jauh. Menua adalah proses alamiah yang universal dan tak pandang bulu. Tetapi bagaimana cara menjalaninya tergantung kepada sikap dan keadaan kita masing-masing. Kita menua bersama-sama tetapi

langgam dan iramanya adalah khas kita. Orang yang hidup lajang sampai tua, suami istri yang tak punya anak, orang saleh dan orang materialis, orang kaya dan orang miskin, akan menua dengan tarian dan lagunya sendiri-sendiri. Menua berarti berhadapan dengan maut. Maka banyak orang menanggapinya dengan rasa cemas yang mendalam dan berkepanjangan. Orang yang beriman dan percaya kepada hari akhir dan meyakininya dengan sungguh-sungguh menanggapinya dengan sikap yang lebih ringan, bahkan disertai harapan akan kehidupan yang baik di akhirat nanti. Kebersamaan spiritual dengan orang-orang yang seiman juga memberikan rasa senasib dan sepenanggungan yang menghilangkan kecemasan. Orang-orang yang berkeluarga dan mempunyai anak-anak, sadar maupun tidak, lebih beruntung menghadapi hari tua dan kematian. Mereka akan merasa bila saatnya tiba, masih ada keturunan yang meneruskan eksistensinya. Sebaliknya mereka yang sendirian akan merasa akhir hidupnya sebagai garis penutup: dead end. Kita mungkin sangat mandiri waktu muda hampir tidak peduli sanak-famili. Tetapi kita akan sampai pada usia dimana kita terpaksa bersandar kepada orang lain. Mereka yang tetap erat dengan keluarganya atau persahabatan dalam komunitasnya akan terasa lebih aman menjalani hari tuanya. Mereka merasa ada tempat bersandar bila sewaktu-waktu diperlukan. Orang-orang yang berhasil selamat melewati penderitaan dan kehilangan yang parah dimasa muda umumnya lebih tabah menghadapi kendala di hari tua. Korban becana massal seperti tsunami yang selamat, boleh dikatakan siap menghadapi apa saja dihari tuanya. Orang-orang yang profesi dan kepercayaan dirinya berasal dari penampilan fisik dan kemudaan seperti peragawan, peragawati, bintang iklan, ratu kecantikan dan yang sejenisnya, mereka cenderung menderita diskriminasi umur lebih awal dan lebih menyakitkan. Mereka (tentu tidak semuanya) berusaha melawan proses alami seperti stamina yang menurun, kulit yang mengendor, menurunnya kesuburan dan kejantanan. Dengan mengandalkan kepada kosmetika, operasi plastik dan obat-obatan untuk melawan penuaan. Demi mempertahankan image yang telah memberikan mereka status dan sukses, takut dilupakan orang, seolah-olah akan roboh panggung pertunjukannya. Last but not least, mereka yang rajin menjaga kesehatan, menabung untuk hari tua dan berasuransi, akan sangat menenangkan dihari tua. Bekal anda untuk menua sudah banyak kan?