Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai
-
Upload
noeng-dshadow -
Category
Documents
-
view
249 -
download
0
Transcript of Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai
Biji Kelor Menetralisir Limbah Air Sungai
Meskipun berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan
unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai
Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur,
khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur
meyakini, siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan
pernah meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah
tersebut, bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana
transportasi sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan kapal
motor dan kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke sungai.
Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna
hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari aktivitas
manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air dari sungai
tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat memanfaatkan air sungai dengan
lebih nyaman dan terjamin kebersihannya apabila mampu menerapkan hasil penelitian
seorang dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman
(Samarinda) yang diadopsi dari Negara Sudan, dan kemudian dikembangkan di wilayah
tersebut.
Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan
menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib” yang dapat mengubah air keruh dengan partikel
tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar
baku mutu yang ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta
logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di
dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat
dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan
PDAM setempat.
”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan
kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut
memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya
mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13
mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku
mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan
kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih
terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang
dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang
berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter
kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor
menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,
yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75
Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan
50 Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah
kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan
perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam
waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di
dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,
pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu
dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan
disaring.
”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan
mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk
dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga
15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari
10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin
mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air
dengan bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air
dengan menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu
pengendapan partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan
serbuk kelor mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim,
pihak PDAM Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi
(Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum
digunakan untuk menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas,
apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya
yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga
dosen pengasuh mata kuliah Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor
yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah
berair, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran
sungai (DAS) Mahakam.
”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan
kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan
alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan
membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS
Meskipun berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan
unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai
Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur,
khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur meyakini,
siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan pernah
meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah tersebut,
bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana transportasi
sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan kapal motor dan
kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke sungai.
Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna
hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari aktivitas
manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air dari sungai
tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat memanfaatkan air sungai dengan
lebih nyaman dan terjamin kebersihannya apabila mampu menerapkan hasil penelitian
seorang dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Samarinda)
yang diadopsi dari Negara Sudan, dan kemudian dikembangkan di wilayah tersebut.
Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan
menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib” yang dapat mengubah air keruh dengan partikel
tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar
baku mutu yang ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta
logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di
dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di masa datang dapat
dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan
PDAM setempat.
”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan
kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut
memenuhi standar baku air minum dan air bersih,” katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya
mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13
mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar
baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan
kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih
terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang
dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang
berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan parameter
kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk biji kelor
menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan,
yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75
Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50
Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah
kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan
perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam
waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di
dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,
pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu
dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan
disaring.
”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan
mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk
dengan cepat,” katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga
15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari
10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin mengakui,
cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan
bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air dengan
menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan
partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor
mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM
Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi (Manado) dan
Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum digunakan
untuk menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas,
apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya
yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga dosen
pengasuh mata kuliah Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang
dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Mahakam.
”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan
kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,” katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan
alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan dengan
membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS.(Aspek-35)
1. A. Judul
Efektifitas Bijih Kelor Dalam Mengurangi Kadar Ion Besi pada Limbah
Pabrik Besi
1. B. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, keragaman hayati yang dimiliki Indonesia mulai mengalami erosi
akibat perusakan habitat, eksploitasi spesies flora dan fauna secara berlebihan
sta penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya. Sementara itu,
industri pabrik besi mengalami kurang efektif dalam pengolahan limbah, Oleh
sebab itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk mendapatkan bahan pengolah
limbah yang lebih ekonomis/murah yang berasal dari sumberdaya hayati yang
ada di Indonesia, seperti biji kelor (Moringa oleifera). [1]
Beberapa tahun terakhir pencemaran terhadap lingkungan berlangsung dimana-
mana dengan laju yang sangat cepat dan beban pencemaran dalam lingkungan
semakin berat seiring dengan semakin banyaknya industri yang membuang
limbah pada perairan, hal ini dapat menimbulkan permasalahan yang perlu
ditangani secara khusus terutama limbah logam berat. Beberapa ion logam berat
seperti arsenik (As), timbal (Pb), kadmium (Cd), ( Fe) besi dan merkuri (Hg)
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, walaupun pada
konsentrasi yang rendah efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung pada
makhluk hidup dan akan terakumulasi pada rantai makanan.
Peningkatan pencemaran di lingkungan akibat berbagai kegiatan industri
menyebabkan kandungan logam di lingkungan meningkat sampai melebihi nilai
ambang batas yang diizinkan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pencemaran logam berat di lingkungan telah sampai pada batas yang
memprihatinkan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan
lingkungan dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin kecil ukuran serbuk biji kelor
ternyata kemampuannya untuk mengadopsi ion besi dalam air semakin besar,
demikian juga usia ternyata ikut menentuakan kemampuan biji kelor untuk
mengadopsi ion-ion besi dalam air. Pengurangan kadar ion besi yang paling
besar terjadi pada penggunaan ukuran butir 180μmdari biji kelor yang berusia
muda yaitu sebesar 874 μg besi/gram biji kelor.[2]
Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspense dengan partikel
kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami untuk membersihkan air sehingga layak minum.
Kemampuan koagulan Kelebihan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding
koagulan kimia yang biasa digunakan seperti tawas adalah kemampuannya
untuk mengendapkan berbagai ion logam terlarut dan bakteri-bakteri berbahaya
disamping mudah dperoleh di lingkungan sekitar. Serbuk biji kelor juga dapat
menurunkan kadar ion Fe, Cu dan Mn. Tetapi kadang bijih kelor dianggap
sebelah mata karena dianggap sebagian masyarakat besar tidak berguna dan
tidak mempunyai daya jual beli. [3]
Selain itu biji kelor juga dapat menurunkan turbiditas limbah pabrik pada proses
kosi/flokulasi, dosis optimum koagulan pada proses tersebut, pengaruh waktu
sedimentasi dan kedalaman kolum sedimentasi terhadap turbiditas tersisihkan
pada proses sedimentasi dan bentuk grafik profil pengendapan limbah cair
industri pencucian jeans yang dikoagulasi/flokulasi dengan koagulan biji kelor.
1. C. Rumusan Masalah
1. Apa manfaat bijih kelor (Moringa oleifera) selain sebagai koagulan?
2. 2. Kenapa hasil penjernihan air dengan bijih daun kelor tidak bertahan
lama?
3. Berapakah pH larutan optimum dalam proses koagulasi besi menggunakan
biji kelor?
1. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menurunkan kadar ion besi dalam air.
2. Untuk mengendapkan ion logam berat pada limbah pabrik besi
3. Pemanfaatan daun kelor selain sebagai koagulan untuk penjernihan air.
Dan adapun pemanfaatan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pemanfaatan bijih dau kelor dalam pemurnian air limbah pada pabrik besi.
2. Untuk mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang
terkandung dalam limbah suspense dengan partikel kotoran melayang dalam
air.
1. E. Kajian Pustaka
Kerangka teoritik ini digunakan sebagai perbandingan terhadap penelitian yang
sudah ada. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa karya yang
berkaitan dengan penelitian ini sebagai acuan dan berjudul rumusan berpikir.
Adapun kajian pustaka tersebut di antaranya: Rukeisih Achmad ( 2009) berisi
tentang pencemaran logam berat pada besi, dan jurnal tentang pemurniaan bijih
kelor pada air, skripsi Zukarnain( 2008) Efektifitas bijih kelor dalam mengurangi
kadar kadmium.
1. F. Kerangkan Teoritik
1. Bijih kelor
Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampumengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami untuk membersihkan air dari ion-ion logam
terlarut .kemampuannya untuk mengadopsi ion besi dalam air semakin besar,
demikian juga usia ternyata ikut menentuakan kemampuan biji kelor untuk
mengadopsi ion-ion besi dalam air. Pengurangankadar ion besi yang paling besar
terjadi pada penggunaan ukuran butir 180 μm dari biji kelor yang berusia muda.
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan
air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan
terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara
penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang
banyak tumbuh pohon kelor.
Sinonim: Moringa pterygosperma,Gaertn.
Nama Lokal :
Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi
(Madura),Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba),
Ongge (Bima); Haufo (Timor).
Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk
polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai
“horseradish”karena rasa akarnya menyerupai “radish”. Kelor (moringa oliefera)
termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11
meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena
berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya
getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang
kuat.Batang pokoknya berwarna kelabu,Daunnya berbentuk bulat telur dengan
ukuran kecilkecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat
berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah
300-500 meter di atas permukaan laut.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau
semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang
(Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras
serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna
menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Budidaya tanaman Moringa atau kelor
memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim
kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga,
dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam.
Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia
ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila
dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang
panjang. [4]
Klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut (Cronquist, 1981):
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lamk.
Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk
ketingian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut,bunganya berwarna putih
kekuning- dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada
daerah yang mempunyai kuningan, dan tudung pelepah bunganya berwarna
hijau.Biji kelor merupakan bagian dari tanaman kelor yang memiliki protein
dengan konsentrasi yang tinggi. Protein biji kelor penting untuk diketahui karena
untuk keperluan penjernihan air, protein inilah yang berperan sebagai
koagulanpartikel-partikel penyebab kekeruhan. Hidayat (2006) menyatakan
bahwa konsentrasi protein dari biji kelor (biji dalam) sebesar 147.280 ppm/gram,
dari kulit biji kelor sebesar 15.680 ppm/gram, dan dari kulit biji kelor sebesar
73.547 ppm/gram. Konsentrasi protein yang tinggi di dalam biji kelor oleh Jahn
(1986)dalam Hidayat (2006) dinyatakan sebagai flokulan polielektrolit kationik
alami berbasis polipeptida dengan berat molekul berkisar antara 6.000-16.000
daltonyang mengandung tiga asam amino yang sebagaian besar merupakan
asam glutamat, metionin, dan arginin. Kenyataan ini diperkuat oleh LaMer dan
Heal(1963) dalam Hidayat (2006) dinyatakan bahwa biji kelor sebagai
polielektrolitdapat dijadikan sebagai bahan penjernih air dengan cara adsorpsi
dan membuat jembatan antar partikel.
1. Besi
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi ke 4 terbesar , besi
ditemukan dalam bentuk kation Fero dan feri dalam permukaan alami,
Keberadaan besi pada peraiaran alami dengan Ph sekitar 7 dan kadar oksigen
terlarut dioksidasi menjadi ion feri, Salah satu metode pemisahan logam berat
yang banyak digunakan adalah flotasi. Secara umum flotasi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses di mana padatan, cairan atau zat terlarut yang bersifat
non-polar mengapung di permukaan larutan dengan menempel pada zat yang
bersifat hidrofobik, yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari air, misalnya
gelembung gas. Proses flotasi banyak digunakan karena prosesnya mudah dan
cepat, serta menghasilkan pemisahan yang baik.[5]
Besi dalam satu dari lebih pori unsur- unsur penting dan air tanah, perairan
mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga,
karena menyebabkan bekas karat dari pakaian,porselen,dan alat- aat
lainya,serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum,pada
konsentrasi diatas kurang lebih 0,31 mg/ l. Sifat perairan pada besi adalah reaksi
redoks, pembentuknan kompleks, metabolisme dan pertukaran besi pada antara
fase dan fase padat yang mengandung besi karbonat,hidroksida dn sulfida.[6]
Besi (II) Sebagai ion berhidrat yang dapat larut merupkan jenis besi yang
terdapat dalam air tanah , karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen
oleh atmosfer ,konsumsi bahan organik dalam media mikroorganisme sehingga
menghasilkan keadaan reduksi pada tanah,dalam perairan dengan PH sangat
rendah kedua bentuk ion ferro dan ferri dapa ditemukan , hal ini terjadi bila
perairan memperoleh buangan dang beri limbah tambang asam dan libah yang
bersifat H2SO4 yanig dihasilkan oksidasi FeS2( bijih besi) melalu reaksi sebagai
berikut:
2FeS2 + 2 H2O +2 7O2 4H+ 4SO4_2FE2+
Kerusakan perairan yang disebabkan oleh aliran limbah tambang asam ini
diperlihatkan dengan penutupan air oleh aliran limbah tambang asam.
Flotasi telah lama digunakan sebagai proses separasi logam-logam berat dari air
limbah.
Biasanya pada proses ini digunakan oksigen sebagai difusernya. Akan tetapi,
pada penelitian ini digunakan campuran udara-ozon sebagai difuser. Dengan
ditambahkan ozon yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oksigen,
proses kinerja proses flotasi diharapkan akan meningkat. Pada proses flotasi
diperlukan beberapa bahan kimia tambahan, diantaranya surfaktan dan
koagulan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa dosis yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil yang optimum.
Pada proses flotasi ini digunakan tiga jenis limbah, yaitu limbah besi, limbah
tembaga dan limbah nikel. Pertama-tama air limbah yang dibuat dari garamnya
dicampur dengan zeolit yang berfungsi sebagai bahan pengikat, Sodium Lauril
Sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan Polyaluminum
chloride (PAC) sebagai koagulan. Kemudian limbah yang telah dicampur
dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon sebagai difuser
dialirkan sehingga dapat mengangkat limbah logam ke permukaan sehingga
dapat dipisahkan dari air.Sampel yang diambil dianalisis kandungan logamnya,
pH, DO, dan CODnya.[7]
1. Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa
latin”coagulare” (yang berarti bergerak bersama-sama) dan ”flokulare”(yang
berarti membentuk flok) yang digunakan untuk menjelaskan agresi partikel-
partikel koloid. Koagulasi adalah destabilisasi partikel yang dihasilkan lapisan
ganda bermuatan listrik yang mengelilingi permukaan partikel (Metcalf, 1994),
sehubungan dengan stabilitas koloid dan koagulasi Amirtharajah dan O’Melia
(1990) dalam Hidayat (2006) menyatakan bahwa suspensi koloid tidak
mempunyai muatan listrik yang bersih, muatan utama partikel harus
diseimbangkan di dalam sistem itu. Gambar 2.11 menunjukkan skema partikel
koloid bermuatan negatif dengan awan ion (lapisan difusi) di sekitar partikel. Ion
bermuatan berlawanan yang berkumpul di daerah interfasial bersama-sama
muatan utama membentuk suatu lapisan elektrik ganda. Lapisan difusi ini
dihasilkan oleh daya tarik elektrostatik ion yang berlawanan terhadap partikel
(counterions), tolakan elektrostatik ion bermuatan sama sebagai partikel
(similions), dan difusi molekuler atau termal yang berlawanan gradien
konsentrasi akibat efek elektrostatik. [8]
1. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS)
adalah alat yang mengukur radiasi dari atom-atom yang tereksitasi (absorban),
bila suatu atom dari suatu unsur pada keadaan dasar (ground state) dikenai
radiasi akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi (exited
state). Perbedaan energi antara keadaan dasar dan keaadan tereksitasi sama
dengan besar energi yang diserap .Salah satu keuntungan analisis dengan SSA
adalah tidak perlu dilakukan pemisahan unsur atau larutan, sampel dapat
dianalisis langsung kandungan unsurnya karena SSA merupakan instrumen yang
mempunyai spesialisasi untuk menganalisis unsur logam dengan tingkat
keakuratan yang baik.Komponen utama SSA secara garis besar adalah sebagai
berikut.[9]
1. Spektrofotometri Inframerah
Spetrofotometri inframerah (IR) memiliki daerah radiasi pada panjang
gelombang sekitar 1400-200 nm. Alat ini digunakan untuk penentuan struktur,
khususnya senyawa organik. Sumber radiasi yang umum digunakan adalah
neslert atau lampu glower dan menggunakan detektor termal. Kelebihan dari IR
mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil, perkembangan spektrum yang
cepat dan memiliki kemampuan untuk menyimpan data.[10] Keunggulan IR
lainnya adalah spektrum-spektrumnya bisa disimpan dan ditransformasikan
dalam hitungan detik. Tehnik ini memudahkan penelitian reaksi polimer-polimer
seperti degradasi atau ikatan silang Cara penanganan sampel tergantung dari
jenis cuplikan yaitu apakah berbentuk gas, cairan, atau padatan. Ada tiga cara
umum untuk mengolah cuplikan yang berupa padatan yaitu lempeng KBr, mull,
dan bentuk film atau lapisan tipis. Lempeng (pellet) KBr dibuat dengan
menggerus cuplikan (0,1-2% berat) dengan kalium bromida (KBr) dalam mortar
dari batu agate untuk mengurangi kontaminasi yang menyerap radiasi IR dan
kemudian dimasukkan ke dalam tempat khusus kemudian di vakum untuk
melepaskan air. Campuran dipres beberapa saat (10 menit) pada tekanan 80
Torr (8 hingga 20 ton per satuan luas). Kalium bromida yang digunakan harus
kering dan dianjurkan penggerusandilakukan dibawah lampu inframerah untuk
mencegah kondensasi uap air. Kerugian metode pellet KBr adalah sifat KBr yang
hidroskopis hingga sukar memperoleh pelet yang bebas sempurna terhadap
kontaminasi air, yang memberikan serapan lebar pada 3500 cm-1 dan sukar
mendapat ulangan yang tinggi Secara garis besar proses pembacaan sampel
dengan alat IR adalah sinar IR dilewatkan melalui sampel dan larutan
pembanding, kemudian dilewatkan pada monokromator untuk menghilangkan
sinar yang tidak diinginkan. Berkas ini kemudian didispersikan melalui prisma.
1. G. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:
Ho : Pemurnian bijih kelor sebagai koagulan dalam pemurnian air limbah hanya
bertahan sementara.
Ha : Pemurnian bijih kelor sebagai koagulan dalam pemurnian air limbah
bisa berthan lama.
1. H. Metode Penelitian
2. 1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan digunakan adalah ada 2 jenis penelitian kualitatif, dan
kuantitatif [11]
1. Metode kualitatif
yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi
pada subjek penelitian, seperti prilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain., secara menyeluruh dan secara deskriptif. Penelitian ini juga dapat
dikatakan sebagai penelitian dengan analisis deskriptif karena dalam melakukan
penelitian tidak menggunakan angka-angka statistic, melainkan penelitian yang
berangkat dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun
rekayasa.
Selain itu penelitian ini juga merupakan penelitian survey, yang merupakan
metode formal untuk memperoleh informasi yang ditempuh dengan obeservasi
terhadap obyek penelitian. Pemelitian ini kurang mengendalikan control proses
penelitiannya, tidak seperti eksperimen, tetapi biayasanya dapat membuat
kesimpulan umum yang tinggi daya generalisasinya. Penelitian survey tidak
hanya digunakan untuk melukiskan kondisi yang ada tetapi juga untuk
membandingkan keadaan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan atau
menilai keefekifan program.
1. Meode penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian
dan fenomemena serta hubungan- hubunganya dan tujuan penelitian ini adalah
ngembangkan dan menggunakan model- model matematis teori- teori atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam dan penelitiaan ini banyak
digunakan dalam menyajikan suatu fakta atau mendiskripsikan statistik untuk
menunjukan suatu hubungan antar variable. Metode ini juga digunakan untuk
eksperimental deskripsi,survai dan menemukan korelasional.
Pada penelitian ini menggunakan korelasi hubungan antara metode kualitatif
dan kuantitatif yang digunakan sebagai sumber acuan dalam peneltian dan
menekankan untuk metode kuantitatifnya. Pada penelitian ini digunakan bijih
daun kelor sebagai pemurnian pada limbah dalm mengurangi kadar ion besi.
1. I. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2011.
Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Universitas Negeri Semarang dan
laboratorium kimia Universitas Negeri Semarang
1. J. Bahan dan Alat
2. 1. Bahan
Bahan kimia yang digunakan adalah:
1. Biji kelor
2. Akuades
3. HCl (Pa)
4. NaOH (Pa)
5. Etanol (Pa)
6. Kloroform (Pa)
7. Besi (Pa)
1. 2. Alat
Alat yang diperlukan dalam penelitian adalah:
1. Timbangan analitis Mettler AW 166
2. Gelas beaker 500 ml
3. Gelas beaker 100 ml
4. Corong pisah 250 ml
5. Labu ukur 1000 ml
6. Pipet volume 100 ml
7. Pipet volume 50 ml
8. Gelas arloji
9. Pengaduk
10.Stirer11. Stopwatch
11.Toples
12.Spektrofotometer Serapan Atom Merk Shimadzu AA 6200
13.pH meter merk LF91 KLE 1/T
14.Konduktivitimeter merk LF91 KLE 1/T
15.Spektrofotometer Infrared (IR) merk Shimadzu
1. K. Cara Kerja
2. Preparasi Koagulan Biji Kelor
Buah kelor yang sudah tua di pohon diambil bijinya (dikupas kulit luarnya),
kemudian dibersihkan dari kulit arinya (berwarna coklat) hingga diperoleh biji
kelor yang berwarna putih. Biji kelor yang sudah dikupas selanjutnya ditumbuk
dengan menggunakan cawan porselen dan kemudian disimpan dalam toples dan
ditutup rapat.
1. Pembuatan Larutan besi 50 ppm
Ditimbang larutan limbah 0,005 gram kemudian ditambahkan sedikit etanol,
dimasukkan ke labu ukur 100 ml dan ditambahkan etanol sampai tanda batas.
1. Pembuatan Larutan Stok besi 500 ppm sebanyak 1000 ml
Limbah pabrik sampel ditimbang sebanyak 1,6292 gram kemudian dimasukkan
ke dalam gelas beaker 50 ml, ditambahkan akuades kurang lebih 10 ml dan
diaduk hingga larut. Larutan Fe dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan
ditambahkan akuades sampai tanda batas, selanjutnya larutan dikocok.
1. Analisis Kualitatif dengan IR
Sampel yang digunakan adalah endapan hasil proses koagulasi dengan waktu
pengendapan 120 menit dengan bilangan gelombang 4000cm–400cm-. Alat IR
yang digunakan adalah merk Shimadzu denganresolution 2.0 dan no.of scans 20,
sedangkan sebagai pembanding digunakan data sekunder IR biji kelor
1. Pembuatan Kurva Standar besi
Pembuatan kurva standar disiapkan sederet larutan besi disiapkan dengan
konsentrasi 0; 10; 20; 30; 40; 50; 60 dan 70 ppm yang diukur absorbansinya
dengan SSA, kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi larutan
sebagai sumbu X dan absorbansi larutan sebagai sumbu Y. Nilai absorbansi yang
diperoleh dimasukkan ke persamaan Y= aX, persamaan ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi kadmium(II) dari absorbansi yang diperoleh untuk tiap-
tiap parameternya.
1. Penentuan Dosis Biji Kelor dan Waktu Pengendapan Optimum
Serbuk biji kelor dibuat dengan variasi konsentrasi yaitu sebesar 10, 20,30, 40
dan 50 ppm, interaksi yang dilakukan menurut langkah berikut: serbuk biji kelor
diletakkan di atas gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan besi 50 ppm,
diaduk sampai diperoleh larutan berwarna putih, kemudian dicampur kembali
dengan larutan besi 50 ppm 500 ml. Larutan ini diaduk cepat dengan magnetik
stirer selama 0,5 menit, kemudian diaduk lambat selama 5 menit. Masing-
masing larutan dibiarkan mengendap dengan berbagai variasi waktu
pengendapan yaitu 0;15; 30; 60; 90; dan 120 menit. Setiap waktu pengendapan
dipipet 15 ml kemudiandiukur nilai pH, konduktivitas dan kadar kadmium(II).
1. Penentuan pH Larutan Optimum
Larutan besi 50 ppm sebanyak 500 ml diatur pH larutan dengan variasi menjadi
pH 2, 3, 4, 5, dan 6, kemudian ditambahkan serbuk biji kelor dengan dosis
optimum. Interaksi dengan biji kelor dilakukan menurut langkah berikut: serbuk
biji kelor diletakkan di atas gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan fe 50
ppm pH 2, diaduk sampai diperoleh larutan berwarna putih, kemudiandicampur
kembali dengan larutan fe 50 ppm pH 2 500 ml. Larutan ini diaduk cepat dengan
magnetik stirer selama 0,5 menit kemudian diaduk lambat selama 5 menit.
Masing masing larutan dibiarkan mengendap dengan waktu
pengendapanoptimum. Masing-masing larutan dipipet 15 ml kemudian diukur
nilai pH, konduktivitas dan konsentrasi besi ini diulang dengan prosedur yang
sama dengan variasi pH 3, 4, 5, dan 6.
1. Perbandingan Penurunan Intensitas Warna
Serbuk bijih kelor dengan konsentrasi sebesar dosis optimum (50 ppm), interaksi
yang dilakukan menurut langkah berikut: serbuk biji kelor diletakkan di atas
gelas arloji dan ditambahkan sedikit larutan besi 50 ppm, diaduk sampai
diperoleh larutan berwarna putih, kemudian dicampur kembali dengan larutan
besi 50 ppm 500 ml. La rutan ini diaduk cepat dengan magnetik stirer selama
0,5 menit kemudian diaduk lambat selama 5 menit. Larutan dipipet 20 ml (t0)
dandiukur nilai pH dan konduktivitas, kemudian dibiarkan mengendap dengan
waktu pengendapan optimum (120 menit) kemudian dipipet 20 ml (t1) Nilai pH
dan konduktivitas.
1. L. Sumber Data
Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Pabrik besi yang ada di Semarang
khususnya diKrapyak untuk mengetahui limbah pabrik besi, karena pada
dasarnya limbah sangat mencemari keadaaan sekitar penduduk tanpa adanya
perlakuan yang sebaik- baknya,maka pada kondisi yang seperti itu limbah pabrik
dimurnikan dengan bijih daun kelor sebagai koagulan agar dampak pencemaran
yang ada tidak terlalu besar.
1. M. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami pembahasan skripsi, penulis
membagi sistematiaka penyusuan dalam lima bab.
1. Bagian muka meliputi halaman judul, nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
2. Bagain inti meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan Masalah
4. Rumusan Masalah
5. Manfaat Penelitian
BAB II : Landasan Teori yang terdiri dari kajian pustaka. Kedua, kerangka
teoritik yang terdiri atas:
1. Bijih kelor
2. Besi
3. Koagulasi dan flokasi
4. Spektroskopi SSA
5. Spektroskopi IR
BAB III : METODE PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
2. Waktu dan Tempat Penelitian
3. Alat dan Bahan
4. Metode pengambilan sampel
5. Prosedur kerja
1. Preparasi sampel
2. Pembuatan larutan Ban Besi
3. Analisis SSA daan IR
4. Penentuan PH
5. Penentuan dosis bijih kelor
6. Penerunan intensitas warna
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
2. Pengujian Hipotesis
3. Pembahasan Hasil Penelitian
4. Keterbatasan Penelitian
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
3. Penutup
4. Bagian Akhir, terdiri dari :
Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Pendidikan Penulis dan Lampiran-Lampiran.
[1] Effendi, Hefni, ‘Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Kanisius.
[2] Anonymous, 2007, Tanaman Obat
Indonesia, http://www.//iptek.net.id/ind/pd.tanobat/view.php/id1457, diakses
tanggal 11 desember
[3] Hidayat, Saleh., Pemberdayaan Masyarakat Bantaran Sungai Lematang
Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Dengan Biji Kelor (Moringaoleifera Lamk)
Sebagai Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air2006.Universitas Negeri
Malang.
[4] Cronquist. An Integrated System of Classification of Flowering
Plant, Colombia: University Press, New York.2007
[5] Bintal, amin.’ Distribusi logam berat pada sedimen
diperaiaran’ .diambil http://www.unri.ac.id/jurnal tanggal 17 Desember.
[6] Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta:. Penerbit Rineka
Cipta,1994.
[7] Bintal Amin, ‘ bijih kelor , dalam http://www.unri. ac.id/jurnal/jurnal_natur
diakses tanggal 11 Desember
[8] Zukarnain, ‘ Efektifitas Bjih Elor Dalam Mengurangi Kadar Kadmium.’,Skripsi,
Malang: Jurusan Kimia UIN Malang
[9] Hayati, Elok Kamilah, 2007, Dasar-Dasar Analisis Spektrofotometri, UIN
Malang
[10] Socrates., Infra Red Caracteristic Group Frequencies Table And Charts,
Second Edition, University Of West London.1994.
[11] Suwahono,M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia. Hlm. 13-15
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Tanaman Obat Indonesia, http://www.//iptek.net.id/ind/pd.tanobat.
Bintal amin, ‘ bijih kelor , dalam http://www.unri. ac.id/jurnal/jurnal_natur
diakses tanggal 11 Desember.
Cronquist. An Integrated System of Classification of Flowering Plant,Colombia:
University Press, New York.2007
Effendi, Hefni. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta: Kanisius.2003.
Hayati, Elok Kamilah. Dasar-Dasar Analisis Spektrofotometri, UIN Malang.2006
Hidayat, Saleh. Pemberdayaan Masyarakat Bantaran Sungai Lematang Dalam
Menurunkan Kekeruhan Air Dengan Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) Sebagai
Upaya Pengembangan Proses Penjernihan Air,Universitas Negeri Malang.2006.
Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat,Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta,1994.
Socrates. Infra Red Caracteristic Group Frequencies Table And ChartsSecond
Edition, University Of West London.1994. view.php/id1457, diakses 20 desember
2011.
Suwahono,M.Pd, Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia.
Zukarnain, ‘ Efektifitas bjih elor dalam mengurangi kadar kadmium.’,skripsi,
Malang: jurusan kimia UIN Malang.
FORMAT REVISI PENULISAN LKTI TAHUN 2011
1. COVER : berisi judul, Logo Institusi, Nama Penyusun, Nama Institusi, Kota, dan Tahun2. HALAMAN PENGESAHAN yang ditandatangani oleh penyusun, pembimbing, dan Kepala Institsusi 3. DAFTAR ISI4. ISI, meliputi :
a. Judulb. Latar Belakangc. Perumusan Masalahd. Tujuane. Manfaatf. Tinjauan Pustaka, disertai dengan sitasiContoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan :"Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapa spesies Rhizobium yang berbeda"."Integrasi vertikal sistem rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara 15% sampai 25% (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963).""Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhan kacang-kacangan (Ngyen, 1987), namun telah didapat pula hasil yang berbeda bahkan berlawanan (Washington, 1999)."g. Metode pelaksanaanh. Hasil dan Pembahasani. Kesimpulan. 5. DAFTAR PUSTAKA, sesuai dengan ejaan penulisan daftar pustaka yang benar.Contoh :Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome. New England J Med337(6): 435-439.Buller H. Hoggartt K. 1994b. The social integration of British home owners into rench rural communities. J Rural Studies 10(2):197-210.Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.), Second Homes: Curse or Blessing ? Oxford:Pergamon Pr. Hlm 210-237.Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London:Yale Univ Press.Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge:Cambirdge Univ Press. 6. LAMPIRAN, jika ada
Font : Times New Roman, ukuran 12, Margin atas, bawah, kanan, dan kiri 3 cm, spasi 1,5