BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

4
Hadi Susilo Arifin's Blog | BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI D Copyright Hadi Susilo Arifin [email protected] https://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2018/06/12/bijak-mengkonsumsi-pangan-menghargai-petani-dan-men cintai-pertanian/ BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIAN BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIAN Hadi Susilo ARIFIN - Peneliti Pekarangan untuk Ketahanan Pangan Keluarga/Divisi Manajemen Lanskap, Departemen Arsitetur Lansakap, Fakultas Pertanian - IPB Di pagi 27 Ramadhan 1439H, 12 Juni 2018 yang sejuk, begitu santai di rumah menikmati liburan panjang sebelum mudik. Tiba-tiba terbesit ingin menulis, menyampaikan pengalaman-pengalaman pribadi selama tinggal di Jepang pada 1994-1998. Pengalaman tersebut dilanjutkan, karena sejak sebulan setelah lulus di bulan April 1998, saya diundang kembali ke Jepang untuk bergabung dalam kerjasama payung "core university program". Sehingga selalu dapat undangan berkunjung ke Jepang 1-2x, kadang 3x per tahun hingga 2017 yang lalu. Kunjungan hanya beberapa hari saja, kadang-kadang sampai 1 bulan, bahkan pernah terlama 3-4 bulan saat menjadi visiting scientist, juga visiting professor di berbagai universitas di Jepang. Dari pengalam tersebut tulisan ini ditulis. Ada hal yang menarik untuk dicermati antara kebiasaan masyarakat kita dengan masyarakat Jepang dari kacamata saya. Salah satu hal yang menarik adalah kebiasaan terhadap perilaku makan. Ternyata masyarakat Jepang sangat cermat dalam hal ini, mulai dari memilih bahan makanan, sampai menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi bagi anak-anaknya. Di lain pihak seperti judul yang saya usung, mereka mendidik anak-anak untuk mengetahui seluk beluk petani, insan yang bekerja dalam penyediaan sumberdaya pangan. Mulai menanam sampai menghasilkan makanan tersaji di atas meja. Sehingga mereka mengenal pertanian, tumbuh apresiasi pada petani, dan akhirnya mencintai pertanian. Tulisan ini akan disusun terbalik dari judul yang tertulis di atas. MENCINTAI PERTANIAN Negeri sakura di ujung timur dunia, mereka bangga sebagai negeri matahari terbit. Mereka tahu matahari untuk sumber kehidupan, termasuk untuk kegiatan page 1 / 4

Transcript of BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

Page 1: BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

Hadi Susilo Arifin's Blog | BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIANCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2018/06/12/bijak-mengkonsumsi-pangan-menghargai-petani-dan-mencintai-pertanian/

BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAIPETANI DAN MENCINTAI PERTANIANBIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANIDAN MENCINTAI PERTANIAN

Hadi Susilo ARIFIN - Peneliti Pekarangan untuk Ketahanan PanganKeluarga/Divisi Manajemen Lanskap, Departemen Arsitetur Lansakap,Fakultas Pertanian - IPB

Di pagi 27 Ramadhan 1439H, 12 Juni 2018 yang sejuk, begitu santai di rumahmenikmati liburan panjang sebelum mudik. Tiba-tiba terbesit ingin menulis,menyampaikan pengalaman-pengalaman pribadi selama tinggal di Jepang pada1994-1998. Pengalaman tersebut dilanjutkan, karena sejak sebulan setelah lulus dibulan April 1998, saya diundang kembali ke Jepang untuk bergabung dalamkerjasama payung "core university program". Sehingga selalu dapat undanganberkunjung ke Jepang 1-2x, kadang 3x per tahun hingga 2017 yang lalu. Kunjunganhanya beberapa hari saja, kadang-kadang sampai 1 bulan, bahkan pernah terlama3-4 bulan saat menjadi visiting scientist, juga visiting professor di berbagaiuniversitas di Jepang. Dari pengalam tersebut tulisan ini ditulis.

Ada hal yang menarik untuk dicermati antara kebiasaan masyarakat kita denganmasyarakat Jepang dari kacamata saya. Salah satu hal yang menarik adalahkebiasaan terhadap perilaku makan. Ternyata masyarakat Jepang sangat cermatdalam hal ini, mulai dari memilih bahan makanan, sampai menyiapkan makananyang akan dikonsumsi bagi anak-anaknya. Di lain pihak seperti judul yang sayausung, mereka mendidik anak-anak untuk mengetahui seluk beluk petani, insanyang bekerja dalam penyediaan sumberdaya pangan. Mulai menanam sampaimenghasilkan makanan tersaji di atas meja. Sehingga mereka mengenal pertanian,tumbuh apresiasi pada petani, dan akhirnya mencintai pertanian. Tulisan ini akandisusun terbalik dari judul yang tertulis di atas.

MENCINTAI PERTANIAN

Negeri sakura di ujung timur dunia, mereka bangga sebagai  negeri matahari terbit.Mereka tahu matahari untuk sumber kehidupan, termasuk untuk kegiatan

page 1 / 4

Page 2: BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

Hadi Susilo Arifin's Blog | BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIANCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2018/06/12/bijak-mengkonsumsi-pangan-menghargai-petani-dan-mencintai-pertanian/

pertanian. Padahal kita tahu, sebagai negara empat musim, matahari bersinarpenuh dan efektif untuk fotosintesis berkisar di awal musim semi sampai denganakhir musim panas. Lebih jauh masyarakat dunia mengenal Jepang sebagai negaraindustri yang sangat maju. Dengan kemajuan tersebut, Jepang ternyata tidakmeninggalkan pertaniannya. Bahkan kemajuan teknologi dimanfaatkannya untukmemajukan sistem pertaniannya menjadi semakin canggih. Kok bisa?

Anak-anak dikenalkan pertanian sejak usia yang sangat dini. Mulai dari "Houikuen"atau pra sekolah, serupa play group di mana ada anak-anak usia beberapa bulan(karena Ibunya menjadi wanita karir) sampai dengan anak-anak sebelum usia 5tahun. Juga di "Youchien" atau Taman Kanak-Kanak, serupa Kinder Garden antarausia 5-jelang 7 tahun sebelum masuk SD. Dilanjutkan saat di "Shougakkou"(Sekolah Dasar).

Murid dan siswa sekolah dikenalkan sistem pertanian dengan cara sedehana.Mereka dikenalkan ke petani dan area pertanian. Anak-anak dengan suka citaberkunjung ke areal pertanian, seperti ikut menanam padi di sawah "taue" saatakhir musim semi. Mereka sangat senang bermain dengan lumpur, berkotor-kotor,sambil bersenda gurau petani dan guru-guru mengajarkan dan mengenalkan obyekbibit padi, air, tanah, dan alat-alat dan sarana produksi pertanian. Usai acaradisediakan lembar kertas karton tebal putih berukuran 30cmx30cm , di mana setiapanak (bisa per group) menulikan nama dan kesan-kesan, impresi secara singkatakan pengalaman tersebut. Karton kesan dan impresi tersebut bisa dipajang dikelas, tau diberikan kepada petani sebagai kenang-kenangan kunjungan.

Enam-tujuh bulan kemudian mereka diajak kembali untuk mengikuti kegiatan masapanen padi "kome-gari". Masa panen tersebut jauh lebih menyenangkan karenaanak-anak bisa membawa sebagian hasil yang dipetiknya.  Akhir musim panassampai dengan akhir musim gugur merupakan musim banyak panen beragamtanaman dan buah-buahan. Mereka diajak panen ubi jalar "imo-gari", panen jeruk "mikan-gari", panen anggur "budo-gari", panen apel "ringo-gari", danlain-lainnya. Dengan cara ini anak-anak mengenal pertanian, lalu menyukai danmencintai pertanian.

MENGHARGAI PROFESI PETANI

page 2 / 4

Page 3: BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

Hadi Susilo Arifin's Blog | BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIANCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2018/06/12/bijak-mengkonsumsi-pangan-menghargai-petani-dan-mencintai-pertanian/

Dari kegiatan di atas, tidak sedikit anak-anak TK dan SD yang sangat respek padapetani dan pertanian. Mereka menjadi kagum, menghargai kerja keras petani,karena mereka paham proses dan pekerjaan di bidang petanian yang mulia. Tanpapetani, meraka tahu tidak akan bisa mendapat makanan yang cukup. Mereka jugasering diajak berkunjung ke peternakan, obyek-obyek perikanan dan hutan-hutan.Sejak anak-anak, mereka paham pertanian bersifat luas, bisa mmeberi pangan,sandang dan papan.

Impresi yang kuat menjadikan sebagian anak-anak bermimpi dan punya cita-citaingin menjadi petani. Hal ini menjadikan semangatnya memuncah saat di musimlain anak-anak dibawa ke suatu obyek agro-industri mulai dari perusahaanhidroponik, aeroponik, farmer market, bank dan koperasi pertanian, juga ke pasarlelang grosir pertanian, pasar lelang grosir perikanan, yang rata-rata berada disetiap Ibu Kota Prefecture. Melihat sistem pertaniannya, usaha taninya sampaipasca panen yaitu pengemasan, pengangkutan, pemasaran, sampai produk beradadi atas meja untuk siap disantap. Mereka percaya, bahwa pertanian tidak selaluterkait dengan yang kotor-kotor "kitanai", pertanian tidak selalu mengesankanmiskin dan menyesakkan "kitsui", dan tidak selalu berhubungan dengan hal yangberbahaya "kinen".

POLA KONSUMSI PANGAN

Salah satu yang dikagumi adalah bagaimana bangsa Jepang mendidik anak-anaksejak dini memahami makanan sebagai obat, bukan obat sebagai makanan. Haltersebut diterapkannya dalam menu makanan sehat di sekolah. Setiap Houkuen,Youchien menyediakan makan siang di sekolah. Di sini, bukan hanya murid-muridsaja, tapi orang tuanyapun termasuk dididik memahami pola makan dan menuyang akan disajikannya. Mereka menyusun menu sedemikian rupa dalam TabelMingguan dan Bulanan dan dibagikan kepada orang tua murid.

Setiap ada pantangan, orang tua perlu memberitahunya sejak awal. Pengalaman,putri kecil kami  sejak usia 2 tahun sampai usia 6 tahun mengenyam pendidikanpra-sekolah di SUNAIRI HOUKUEN, Miki-Cho, Kita-Gun, Kagawa Ken.Kebetulan di setiap minggu ada hari yang bermenu bahan dari daging babi.Sehingga mereka memberi tahu  kami sejak awal mendaftarkan ke play group ini.Setiap bulan saat daftar menu keluar, kami diminta membuat request penggantimenu yang buat putri kami menjadi pantangan. Dan hal itu dilakukannya oleh Chefhanya untuk melayani 2-3 siswa yang berasal dari Indonesia, atau Malaysia atau

page 3 / 4

Page 4: BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI …

Hadi Susilo Arifin's Blog | BIJAK MENGKONSUMSI PANGAN, MENGHARGAI PETANI DAN MENCINTAI PERTANIANCopyright Hadi Susilo Arifin [email protected]://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2018/06/12/bijak-mengkonsumsi-pangan-menghargai-petani-dan-mencintai-pertanian/

Bangladesh yang beragama Islam.

Yang menarik, bagaimana anak-anak usia dini sudah sangat menghargai makanan.Tidak bisa tidak, mereka harus menghabiskan makanan yang disediakan.Pendidikannya, terutama di saat mereka melakukan kunjungan "kengaku" kesawah dan kebun petani, mereka dikenalkan misalnya pada butir-butir benih padi,disemai, ditanam, dipelihara, berbunga, berbuah dalam malai menjadi ratusan,ribuan butir gabah, lalu digiling menjadi beras, dan akhirnya ditanak menjadi nasi.Cerita tersebut dipaparkan dengan sangat menarik, juga disajikan lewat bukubergambar "e-hon". Anak-anak menjadi paham perjuangan petani menhasilkanpangan. Dampaknya apa? Anak-anak mengerti bahwa setiap butir nasi yang ada didalam cawan harus dimakan sampai habis, karena mereka respek terhadapperjuangan petani menghasilkan pangan. Mereka dididik untuk tidak menyisakanmakanan sedikitpun baik nasi maupun laukpauknya. Sejak kecil mereka makandengan menggunakan sumpit "hashi".  Dengan ujung sumpit, anak-anak dapatmemungut 1 butir nasi terakhir di dalam cawannya untuk masuk ke dalammulutnya.

Bagaimana jika ada murid yang tidak mengahabiskan makanannya? Guru kepalasekolah "Kouchou Sensei" akan mengemas sisa makanan tersebut dalam boxuntuk diberikan kepada orang tua murid yang menjemputnya di sore hari sekitar pk16-17. Dengan pesan yang tegas, orang tua wajib menghabiskan makanantersebut. Karena guru menyampaikan pesan di depan murid dan orang tua secaralangsung, maka orang tua akan menepati janji menghabiskan sisa makanan ataumeminta anaknya menghabiskan makanan tersebut di rumah. Hal ini memberipembelajaran pada orang tua, bahwa di rumah pun anak-anak wajib dididikmenghabiskan makanan apapun yang telah diambilnya. Hal itu merupakanpendidikan tanggung jawab baik bagi anak maupun bagi orang tua. Orang tuabiasanya bosan mengahbiskan sisa makanan anaknya dari sekolah, sehingga setiapmenghantarkan anaknya, di gerbang sekolah sambil menurunkan anaknya dariboncengan sepeda atau dari dalam mobil, setiap hari selalu berpesan: jangan lupa,habiskan makanan di sekolah sebaik-baiknya ya... "wasurenaide, gakkou dezenbu hiru gohan wo tabette kudasai ne...".

LALADON, 12 JUNI 2018

page 4 / 4