Big 5 Personality : Learn How to know yourself

90
Memahami Diri Sendiri Melalui BIG FIVE PERSONALITY 1 www.humanikaconsulting.com BIG 5 PERSONALITY MODEL :

Transcript of Big 5 Personality : Learn How to know yourself

Memahami Diri Sendiri Melalui BIG FIVE PERSONALITY

1

www.humanikaconsulting.com

BIG 5 PERSONALITY MODEL :

Belajar tentang Diri Sendiri

Untuk mempelajari seluk-beluk

kepribadian individu, kita perlu

berusaha memahami diri sendiri

lebih dulu:

Tahu dari apa kita dibuat;

Tahu siapa diri kita yang sesungguhnya;

Tahu mengapa kita bereaksi seperti yang kita

lakukan;

Tahu kekuatan kita dan bagaimana cara

meningkatkannya;

Tahu kelemahan kita dan bagaimana cara

mengatasinya.

Sehingga kita bisa :

1. Menyelidiki kekuatan dan kelemahan kita sendiri dan belajar bagaimana caranya menonjolkan segi positif kita dan menyingkirkan segi negatif kita.

2. Memahami orang lain dan menyadari bahwa hanya karena orang lain berbeda dengan kita tidak berarti bahwa mereka salah.

3. Dengan memahami diri sendiri dan orang lain kita akan dapat berinteraksi secara harmonis dan produktif.

Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan setiap komponen merupakan variabel.

Setiap orang memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Karena itu setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain.

Namun demikian untuk memudahkan kepribadian itu dapat dikelompokkan, dikenal dengan BIG FIVE PERSONALITY MODEL

Mengetahui Siapa Diri Sendiri

Memahami Filsafat Manusia: Filsafat (philosophy) berasal dari perkataan

Yunani : Philos = Suka/cinta Sophia = Kebijaksanaan Filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan Filsafat juga merupakan sebuah perjalanan /

pencarian / pemuasan dari rasa keingintahuan manusia akan sesuatu – melalui sebuah proses perenungan dan pemikiran mendalam mengenai fakta yang ada.

S. Freud mengatakan: “Sebagian besar manusia hidup dalam ketidaksadaran. Manusia hanyalah pola dan kebiasaan yang berjalan” “Cogito Ergo Sum” - Descrates. Yang artinya, saya berpikir maka

saya ada. Dengan kata lain Descrates

mengungkapkan bahwa manusia adalah apa yang dia pikirkan .

Persepsi Sebagai konsep

• Persepsi adalah ‘output’, kesimpulan dari konsep berpikir seseorang / kelompok.

• Faktor-faktor pendukung:

– Fakta dan Analisa

– Sudut pandang dan Moralitas

– Eksperimen / penelitian

– Pengalaman

gnothi seauton (know thyself -- kenalilah dirimu sendiri)

The Self

Definisi : Self merupakan suatu konstruk hipotetik (keberadaannya di luar jangkauan panca indera) yang menunjuk pada serangkaian karakteristik individu yang mencakup aspek fisik, perilaku, dan proses-proses psikologis (Calhoun & Acocella, 1990).

Tingkat Pengetahuan orang terhadap Dirinya Sendiri

1. Tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu

2. Tidak Tahu bahwa dirinya tahu

3. Tahu bahwa dirinya tidak tahu

4. Tahu bahwa dirinya tahu

Memahami Diri Sendiri

William James (1842-1910) menjelaskan dualitas persepsi mengenai diri sendiri: • a) Self yang terdiri dari pikiran-

pikiran dan keyakinan-keyakinan mengenai diri sendiri; oleh James disebut sebagai the “known” (yang diketahui) atau the “me” (aku yang diketahui).

• b) Self sebagai pemroses (processor) informasi yang aktif, disebut sebagai the ‘knower’ (yang mengetahui) atau “I” (aku yang mengetahui).

Dalam Istilah Modern

• “Aku yang diketahui” disebut sebagai konsep diri (self-concept), yaitu pengetahuan mengenai siapakah diri kita (isi dari self) ;

• “Aku yang mengetahui” menunjuk pada istilah kesadaran diri (self-awareness), yaitu tindakan berpikir mengenai diri sendiri.

Kombinasi dari dua aspek diri ini menciptakan rasa identitas diri yang koheren (jelas, terintegrasi).

Fungsi Self

• Fungsi Organisasional: skema tentang diri (selfschemas)

• Fungsi Eksekutif : regulasi diri (selfregulation)

Fungsi Organisasional

Menunjuk pada skema tentang diri (self-schemas), yaitu struktur mental yang digunakan orang untuk mengorganisasikan pengetahuannya mengenai diri sendiri, dan mempengaruhi bagaimana bagaima seseorang mencatat, memikirkan, dan mengingat dirinya sendiri.

Fungsi Eksekutif

Menyerupai CEO (chief executive officer) suatu

perusahaan yang meregulasi perilaku, pilihan-pilihan, dan rencana-rencana untuk masa

mendatang.

Berkaitan erat dengan pengendalian diri (self-control)

Memahami Diri Sendiri

• Melalui introspeksi (melihat ke dalam diri dan menguji pikiran, perasaan, motifnya sendiri.)

• Mengamati perilaku sendiri: memahami motivasi & emosi Melalui orang lain: perbandingan sosial; mengadopsi pandangan orang lain ”looking glass self”

• Kepribadian adalah organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan (G.Allport)

• Watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama tapi dipandang dari segi yang berlainan. Jika hendak mengadakan penilaian maka lebih tepat dipakai istilah “watak” (G.Allport)

PENGERTIAN

Kepribadian-Watak-Temperamen

20

PENGERTIAN Kepribadian-Watak-Temperamen

• Temperamen adalah gejala katakteristik yang bergantung pada faktor konstitusional dan karenanya terutama berasal dari keturunan (G.Allport)

• Kepribadian, watak, temperamen berkaitan satu sama lain, ketiganya menyangkut diri seseorang. Kepribadian berbicara mengenai sifat dan pembawaan yang khas, bila penilaian yang mengarah pada dirinya sudah terbentuk , ini yang terutama dimaksud dengan watak, temperamen biasanya ditentukan oleh struktur fisik-biologis seseorang dan sifatnya tetap

Faktor-Faktor Penentu Kepribadian

• Faktor Keturunan. Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu, tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap entah sepenuhnya atau secara substansial dipengaruhi oleh siapa orang tua anda, yaitu komposisi biologis, psikologis dan psikologis bawaan mereka.

Faktor Lingkungan

• Faktor Lingkungan: Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukkan karakter kita adalah lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman-teman, dan kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor-faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian kita.

Sifat-Sifat Kepribadian

• Sifat-sifat kepribadian: Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik2 tersebut, ketika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Karakteristik yang sering muncul dan mendiskripsikan perilaku seorang individu

Menilai Kepribadian

• Alasan paling penting mengapa perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan.

• Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian:

- Survei mandiri; - Survei peringkat oleh pengamat; - Ukuran Proyeksi

Teori-teori kepribadian

• Psychoanalytic Theory

• Behaviorist and Social-Learning Theories

• Humanistic Theories

• Trait theories

• Personality assessment

Psychoanalytic Theory

• Dipelopori oleh Sigmund Freud (Bapak Psikologi Kepribadian)

• Memandang kepribadian terdiri dari 3 komponen, yaitu : – Id

– Ego

– Superego

• Id (Das Es) yaitu aspek biologis (berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir)

• Ego (Das Ich) yaitu aspek

psikologis (bekerja dengan prinsip kenyataan/reality principle)

• Super ego (Das Ueber Ich) yaitu

aspek sosiologis (merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan)

Struktur Kepribadian dalam Pandangan Freud

Struktur Consciousness Content and Function

Id Unconscious Basic impulses (sex and aggression);

Ego Predominantly

conscious

Mediating between id impulses and

superego inhibitions; tests reality;

seeks safety and survival; rational,

logical taking account of space and

time

Super ego Both conscious

and unconscious

Ideals and morals; strives for

perfection; observes, dictates,

criticizes and prohibits; imposes

limitations on satisfactions; becomes

the conscience of the individual

Dinamika Kepribadian

• Represi

• Proyeksi

• Displacement

• Rasionalisasi

• Reaksi formasi

• Regresi

Fase Perkembangan

Kepribadian menurut

Freud

• Fase oral (0-1 tahun)

• Fase anal (1-3 tahun)

• Fase phallic (3-5 tahun)

• Fase laten (5-12 atau 13 tahun)

• Fase genital (pubertas - 20 tahun ke atas)

Other psychodynamic theorists :

The Neo-Freudians

• Carl Gustav Jung • Alfred Adler • Karen Horney

Behaviorist and Social-Learning Theories

Behaviorist

• Teori ini menyebutkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku karena adanya interaksi antara stimulus dan respon.

• Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkahlaku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Social-Learning

• Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.

• Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Humanistic Theories

• Tokoh Humanistic

1. Carl Rogers (1902 – 1988)

2. Abraham Maslow (1908-1970)

• Pandangan humanistic banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri.

Carl Rogers

• Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri.

• Aktualisasi diri adalah daya yang

mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong

manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

Abraham Maslow

• Maslow dikenal dengan teori motivasinya.

• Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya,diantaranya yaitu : – physiological needs, – safety needs, – love & belonging needs, – esteen needs, – self-actualization.

Trait Theories

• Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe, yaitu :

– Trait dijelaskan sebagai disposisi untuk berperilaku

dalam cara tertentu yang menggambarkan dimensi dasar dari kepribadian dalam bentuk konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi.

– Sedangkan tipe adalah pengelompokan

bermacam-macam trait

Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga: • Trait relatif stabil dari waktu ke waktu • Trait konsisten dari situasi ke situasi

Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: • ada proses adaptif • adanya perbedaan kekuatan • kombinasi dari trait yang ada

Asumsi Trait

• Gordon W. Allport Allport mengenalkan istilah central

trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu.

Allport percaya bahwa trait menyatukan

dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasi-situasi yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu menampilkan tindakan yang sama. Mereka dapat mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik

Personality assessment

• Personality Assessment adalah teori-teori untuk mengukur kepribadian manusia untuk meningkatkan pemahaman diri.

• Personality Assessment memiliki beberapa pendekatan, yaitu subjektif, objektif, dan proyektif.

• Subjective Test

Tujuan dari tes ini adalah mengumpulkan informasi, menilai pengalaman, kemampuan, interpersonal skill, dan kemampuan untuk berkerja sama.

Kekurangan dari tes ini adalah bias yang ditimbulkan oleh tendensi subjektif.

Objective Test

Kelebihan dari tes ini adalah tidak adanya bias sepetif yang ada pada subjective test.

Banyak digunakan untuk penelitian, hasil-nya dalam statistik dan probabilitas.

Projective Test

Merupakan bentuk tes yang paling berbeda dari dua lainnya, karena didesain untuk mengungkap pikiran, emosi, dan hasrat yang mungkin tidak diketahui oleh pengambil tes itu sendiri.

Kelebihan tes ini dapat membuka hal-hal yang mungkin terlewatkan kedua tes diatas, kekurangannya adalah ketergantungan pada kemampuan interpretasi manusia dalam hasilnya

• Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981.

• Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum (John & Srivastava, 1999)

• Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.

• Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, 2005).

Big Five Personality

• Discussed earlied in 1940s (Golberg, 1981 & Wiggins, 1996)

• Studies by many scholars (Digman, Takemoto-Chock, 1981; peer ratings (McCrae & Costa, 1987), multiple cultures and languages (McCrae & Costa, 1997; Mc Crae er al, 1996; Paunonen et al, 1992; McCrae & Mastor, 2005)

• Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Factor Model oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana.

• Berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005).

History of Big Five

• Lexical Hypothesis assumes important human traits will be… – represented in all languages – have many nuanced synonyms

• Allport and Odbert: – Went through an English-language dictionary and discovered more than 4,000

words that described specific personality traits.

• Cattell: – Reduced 4,000 terms to about 171 characteristics – Used factor analysis to identify traits closely related to one another. – Eventually reduced his list to 16 key personality factors.

• Eysenck: – Three dimensions

• Introversion-extroversion • Neuroticism-emotional • Psychoticism

History of Big Five

• Lew Goldberg coined the term “Big Five”.

• Began with a study by Tupes and Christal (1958, 1961).

• The Big Five structure was derived from statistical analyses of which traits tend to co-occur in people’s descriptions of themselves or other people. – A factor analysis was used to analyze how various personality traits are

correlated in humans.

• Costa and McCrae – Big Five Model

– Neuroticism, Extroversion, Openness to Experience, Agreeableness, Conscientiousness.

BIG FIVE PERSONALITY

• 1. Neuroticism (N)

• 2. Extraversion (E)

• 3. Openness to New Experience (O)

• 4. Agreeableness (A)

• 5. Conscientiousness (C)

Karakteristik dengan skor tinggi

Sifat Karakteristik dengan skor rendah

Kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, kesedihan yang tak beralasan.

Neuroticism (N) Mengukur penyesuaian Vs ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecendrungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai.

Tenang , santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri.

Mudah bergaul, aktif, talkative, person-oriented, optimis, menyenangkan, kasih sayang, bersahabat.

Extraversion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, kapasitas kesenangan

Tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, task –oriented, pemalu, pendiam.

Karakteristik dengan skor tinggi

Sifat Karakteristik dengan skor rendah

Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan jaman.

Openness (O) Mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, Senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar

Mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, kurang analitis.

Berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan, terus terang

Agreeableness (A) Mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaaan, dan tindakan.

Sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, manipulatif.

Karakteristik dengan skor tinggi

Sifat Karakteristik dengan skor rendah

Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun.

Conscientiousness (C) Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan, dan kecendrungan untuk menjadi malas dan lemah

Tidak bertujuan, tidak dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, suka bersenang-senang.

Neuroticism (N)

• Stabilitas Emosi: Sering juga disebut berdasarkan kebalikannya, yaitu Neurosis. Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stress. Individu dengan stabilitas emosi yang positif cenderung tenang, percaya diri, dan memiliki pendirian yang teguh. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi dan tidak memiliki pendirian yang teguh.

• Terdiri dari : 1. Anxiety (kecemasan). 2. Self-consciousness (kesadaran diri). 3. Depression (depresi). 4. Vulnerability (mudah tersinggung). 5. Impulsiveness (menuruti kata hati). 6. Angry hostility (amarah)

Extraversion (E)

• Ekstraversi (ekstraversion) Dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan seseorang dalam berhubungan dengan individu lain. Individu yang memiliki ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi. Sebaliknya, individu yang memiliki sifat introver cenderung suka menyendiri, penakut, dan pendiam.

• Terdiri dari : 1. Gregariousness (suka berkumpul). 2. Activity level (level aktivitas). 3. Assertiveness (asertif). 4. Excitement Seeking (mencari kesenangan). 5. Positive Emotions (emosi yang positif). 6. Warmth (kehangatan).

Openness to New Experience (O)

• Terbuka Terhadap Hal-Hal Baru. Dimensi ini merupakan dimensi terakhir yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka cenderung kreatif, ingin tahu, dan sensitif terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya, mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada.

• Terdiri dari : 1. Fantasy (khayalan). 2. Aesthetics (keindahan). 3. Feelings (perasaan). 4. Ideas (ide). 5. Actions (tindakan). 6. Values (nilai-nilai).

Agreeableness (A)

• Mudah Akur atau mudah bersepakat (agreeableness). Dimensi ini merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu yang sangat mudah bersepakat adalah individu yang senang bekerja sama, hangat dan penuh kepercayaan. Sementara itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menentang.

• Terdiri dari : 1. Straightforwardness (berterusterang). 2. Trust (kepercayaan). 3. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain). 4. Modesty (rendah hati). 5. Tendermindedness (berhati lembut). 6. Compliance (kerelaan).

Conscientiousness (C)

• Sifat Berhati-hati (Conscientiousness) Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat hati-hati adalah individu yang bertanggung jawab, teratur dapat diandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan sifat berhati-hati yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.

• Terdiri dari : 1. Self-discipline (disiplin). 2. Dutifulness (patuh). 3. Competence (kompetensi). 4. Order (teratur). 5. Deliberation (pertimbangan). 6. Achievement striving (pencapaian prestasi).

Big 5 and Job Performance

• Previous research concluded that personality tests had low validity for predicting job performance

• In a meta-analysis by Barrick & Mount (1991), they compared the Big 5 dimensions to three job performance criteria and five occupational groups

• The results indicated that only one dimension, conscientiousness, showed significant relationships between performance and the groups.

Big 5 and Job Performance

• Validity for Conscientiousness was .2 which suggests the trait is important to the accomplishment of work tasks in all jobs

• Extraversion was found to be a valid predictor for two occupations: managers and sales

• Openness to experience dimension a valid predictor of training proficiency

Big 5 and Job Satisfaction

• In a meta-analysis by Judge, Heller, and Mount (2002), they found moderate correlations of job satisfaction with Neuroticism, Extraversion, and Conscientiousness

Big 5 and Job Satisfaction

Big 5 and Leadership

• Can having certain personality traits predict that an individual will be a leader?

• Transformational leadership (TL) inspires followers with a vision beyond their own self-interest

• Uses four dimensions:

– Idealized influence

– Inspirational motivation

– Intellectual stimulation

– Individual consideration

Big 5 and Leadership

• Results show that correlation between Big and TL is .40 and the strongest dimension was agreeableness at .32

• Support the construct of TL and generalizes across levels of organizations

• Correlations between TL and leader effectiveness are not perfect though

Big 5 and Leadership

• Study by Judge et al. (2002) studied the Big 5 traits and their relationship to leadership emergence and leadership success

• They found extraversion and conscientiousness to be related to leadership emergence

• Also, they found the Big 5 dimensions to be useful in predicting dispositional qualities of leadership, but there is little understanding as to why these traits predict leadership

Big 5 and Networking Intensity

• In a study by Wanberg, Kanfer, and Banas (2000), predicted individual differences in networking intensity

• Participants completed items that assessed the term networking intensity

• All dimensions correlated in some way with networking intensity and job-search intensity

• Only Extraversion and Conscientiousness predicted networking intensity while the others were non-significant

Kesimpulan

• Bila kita dapat melihat diri sendiri secara utuh/jernih siapa diri kita, kita akan mampu juga melihat realitas di luar diri secara utuh/jernih.

• Sebaliknya, bila kita tidak sungguh-sungguh mengenali diri sendiri, pemahaman kita terhadap dunia di luar akan terdistorsi (disesatkan) oleh pikiran, motif, dan emosi kita yang tidak kita sadari Konflik!

Kesimpulan

• Pada umumnya kita melihat diri sendiri hanya sepotong-sepotong, seperti rangkaian pazzel yang tidak tersusun utuh.

• Mengapa? Kita cenderung menghindari melihat atau merasakan bagian diri yang tidak menyenangkan, yang tidak sesuai gambaran ideal yang kita angankan Benjamin Franklin: "There are three Things extremely hard, Steel, a Diamond, and to know one's self."

• Padahal, penolakan terhadap bagian diri yang manapun pasti menghasilkan emosi negatif yang akan mengganggu ketenangan hidup kita.

Remember...Be Your Self Learning and Giving For Better Indonesia