Bib Lembang

39
Tugas Mata Kuliah : Sistem Produksi Tanaman Pakan MANAJEMEN SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG-BANDUNG, JAWA BARAT OLEH: Rossy Endah Ayu Anggreini D251124041 Anggun Marsiz Jayanti D251130301 Mustofa Hilmi D251130321 Nining Suningsih D251130161 Ide Resentito D251130091 Melia Afnidah Santi D251130171 Annisa Imran D251130021 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 1

description

laporan

Transcript of Bib Lembang

Page 1: Bib Lembang

Tugas Mata Kuliah : Sistem Produksi Tanaman Pakan

MANAJEMEN SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK BALAI

INSEMINASI BUATAN LEMBANG-BANDUNG, JAWA BARAT

OLEH:Rossy Endah Ayu Anggreini D251124041Anggun Marsiz Jayanti D251130301Mustofa Hilmi D251130321Nining Suningsih D251130161Ide Resentito D251130091Melia Afnidah Santi D251130171Annisa Imran D251130021

SEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

1

Page 2: Bib Lembang

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan akan protein hewani dari daging sapi menjadi faktor

pendorong semakin berkembangnya usaha peternakan di Indonesia. Kebutuhan impor

daging belum dapat dihindarkan karena tingkat kebutuhan daging di Indonesia lebih banyak

daripada produksinya. Badan Pusat Statistik (2012) mencatat terdapat 14.805.053 ekor sapi

potong pada masa sensus Juni 2011, namun hasil sensus tersebut belum dapat mengurangi

kebutuhan impor karena hanya 1,425 juta ekor sapi yang siap potong. Hal tersebut

membuat semua pelaku usaha peternakan berlomba-lomba untuk meningkatkan

produktivitas dalam usahanya. Peningkatan produktivitas tersebut erat kaitannya dengan

manajemen yang baik. Manajemen dan produksi dalam usaha peternakan memiliki

hubungan sebab-akibat dimana manajemen akan mempengaruhi produksi. Termasuk di

dalamnya adalah manajemen pakan yang menjadi faktor utama sebagai penentu

keberhasilan usaha peternakan. Manajemen pakan yang baik selalu memiliki standar dalam

pencapaian produksinya. Agar standar tersebut tercapai dibutuhkan pengawasan mutu

dalam setiap prosesnya.

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang merupakan salah satu pelaku usaha

peternakan di Indonesia yang memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan

daging sapi. Balai yang diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri

Selandia Baru pada tanggal 3 April 1976 ini diberi mandat Pemerintah untuk memproduksi

semen beku ternak sapi perah dan sapi potong, dalam rangka memenuhi kebutuhan

pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Indonesia. Pemenuhan kebutuhan semen beku

dalam negeri dilakukan agar Indonesia tidak selalu tergantung pada semen beku impor.

Produk utama dari balai yang memiliki visi “Balai Inseminasi Buatan Lembang menjadi

produsen semen beku ternak unggul untuk memenuhi kebutuhan inseminasi buatan secara

tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah, siap bersaing dalam era globalisasi” ini adalah

semen beku. Sejak berdiri sampai dengan sekarang BIB Lembang telah memproduksi

semen beku benih unggul lebih dari 22 juta dosis yang telah disebarkan ke daerah-daerah

pelaksana inseminasi buatan di Indonesia. Produk semen beku inilah yang nantinya

digunakan oleh peternak untuk mengembangbiakan ternaknya. Keberhasilan usaha

2

Page 3: Bib Lembang

pengembangbiakan tersebut tergantung dari kualitas semen sapi itu sendiri, sehingga

diperlukan manajemen dan pengawasan mutu yang baik dalam setiap proses produksinya.

Pengawasan mutu di BIB Lembang sudah diterapkan untuk mencapai tujuannya

yaitu memenuhi kebutuhan ternak baik secara kuantitas maupun kualitas serta menciptakan

kondisi ternak yang prima dan siap tampung. Pengawasan mutu yang telah dilakukan di

BIB lembang meliputi pemeliharaan kebun hijauan, penyediaan pakan, pemberian dan

pengawasan pakan, dan evaluasi hasil. Pengawasan mutu terhadap pemeliharaan kebun

hijauan tersebut penting dilakukan agar dapat menghasilkan hijauan yang memenuhi

kualitas dan kuantitas.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari manajemen pengelolaan dan

pengawasan mutu semua proses produksi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.

3

Page 4: Bib Lembang

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Balai Inseminasi Buatan Lembang

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan oleh

Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada tanggal 3 April 1976.

Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat Pemerintah untuk memproduksi semen

beku ternak sapi perah dan sapi potong, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan

Inseminasi Buatan (IB) di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor.

Dalam perkembangan BIB Lembang sejak berdiri sampai dengan sekarang telah diproduksi

semen beku benih unggul lebih dari 22 juta dosis yang telah disebarkan ke daerah-daerah

pelaksana inseminasi buatan di Indonesia.

Produksi Semen Beku

Proses pengambilan semen beku harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

persiapan sapi pejantan, persiapan vagina buatan, penampunagn semen sapi pejantan,

pemeriksaan mikroskopis, pengenceran dengan gliserolisasi, Filling and sealing, penurunan

suhu, pembekuan semen, enyimpanan dan pendistribusian semen beku.

Cara Mereproduksi Semen Beku

Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB).

Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku diantaranya, yaitu:

1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 – 18 bulan,

tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.

2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420⁰C, vagina buatan ini harus

licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli

3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan

kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila

penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung

dimasukan ke vagina buatan.

4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong

Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi

Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka

4

Page 5: Bib Lembang

Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus

5. Penentuan konsentrasi semen segar.

6. Proses pengenceran sperma.

7. Proses filling dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25

CC.

8. Proses pembekuan

Setelah semen diperoleh, maka semen dapat secara diinseminasikan kedalam sapi

betina, dengan cara: penyiapan sapi betina yang sedang estrus/birahi, penyiapan inseminasi

gun, pengambilan straw dari container, perendaman straw di air hangat, straw dimasukan

ke inseminasi gun, inseminasikan ke sapi betina, pemeriksaan kehamilan

Kegiatan Balai Inseminasi Buatan Lembang

Sanitasi Kandang dan Ternak

Sanitasi kandang adalah upaya terlaksana penjagaan kebersihan kandang, dan

lingkungan ternak yang meliputi keadaan kandang dan peralatan kandang, sedangkan

sanitasi ternak adalah suatu usaha menjaga kesehatan ternak supaya tidak mudah terserang

penyakit, sehingga dapat memberikan produksi yang maksimal.  (Omat Ram, 2003).

Sanitasi kandang di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang dilaksanakan dengan cara

membersihkan lantai kandang, tempat pakan, tempat minum dan saluran pembuangan

kotoran, sedangkan sanitasi ternak yaitu dengan cara membersihkan bagian badan sapi di

daerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuhnya dibersihkan dari kotoran. Sanitasi

kandang sapi di balai dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00 WIB, dan

pada pukul 13.00 WIB,. Sedangkan untuk sanitasi ternak dilakukan 1 kali dalam sehari,

yaitu pukul 07.00 WIB.

Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada ternak yang cukup memadai, merupakan kunci sukses suatu

peternakan jumlah dan mutu pakan yang baik dapat menumbuhkan sifat genetik yang baik,

menurut Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat (2002), pakan ternak mempunyai peran

penting dalam pemeliharaan pengaruhnya terhadap produktivitas ternak, kurang lebih 70 %.

5

Page 6: Bib Lembang

 Pemberian pakan secara ekonomis dan teknis dilandasi beberapa hal, yaitu sebagai

berikut : kebutuhan hidup pokok, kebutuhan pertumbuhan, reproduksi dan kebutuhan untuk

produksi (semen).

Pemberian pakan yang baik dan benar dapat memberiakn pengaruh yang nyata

terhadap peningkatan produktivitas ternak, sehingga dalam pemeliharaan ternak sapi pakan

memiliki peran yang sangat penting, dalam pemberian pakan ini harus sesuai dengan

kebutuhan ternak, sehingga ternak dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

Jenis Makanan Ternak di Balai Inseminasi Buatan Lembang

 Hijauan

Hijauan adalah merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan serat kasar

yang cukup tinggi dengan kandungan proteinnya rendah, dimana hijauan ini merupakan

makanan pokok bagi ternak ruminansia yang berasal dari rumput, daun, leuguminosa, dan

limbah pertanian.  Jumlah pakan yang diberikan pada ternak sapi di Balai Inseminasi

Buatan ( BIB) lembang, sebanyak 65 kg.  Dimana jenis hijauan yang diberikan yaitu berupa

rumput pertanian antara lain, yaitu rumput gajah (Pennicetum Purpureum), dan rumput

lapangan.

Frekuensi pemberian hijauan pada sapi di Balai diberikan 3 (tiga) kali dalam sehari,

yaitu pada pukul 08.00 WIB, pukul 13.00 WIB,dan pukul 14.30 WIB.

Tabel 1. Jumlah pemberian hijauan di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang

/ekor/hari.

No Komposisi Pagi (kg) Siang (kg) Sore (kg) Jumlah (kg)1 Rumput gajah 25 kg 15 kg 25 kg 65 kg

Sumber : Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang

Konsentrat

Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah energi dan

BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al.,1998). Konsentrat dapat

pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain,

untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen

atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1997).

 Tabel Analisis konsentrat di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang

6

Page 7: Bib Lembang

No Zat gizi %1. Air Max 12.02. Protein Max 16 -  183. Lemak Max 3,54. Serat Max 125. Abu Max 106. Calcium Max 0,8 – 0,97. Phosphor Max 0,5 -  0,68. TDN Max 60 – 75

  Jumlah 100Sumber : Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang

 Bahan-bahan yang dipakai, jagung, bungkil kedelai, mollases, bungkil kelapa, 

pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun, canola, phosphorus, vitamin, trace

mineral dan anti oksidan. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sapi di Balai

Inseminasi Buatan ( BIB) lembang, adalah sebanyak 6 kg/ekor/hari. Frekuensi pemberian

konsentrat pada sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) lembang di berikan 2 (dua) kali

dalam sehari, yaitu pukul 07.15 WIB dan 13.00 WIB, dengan pemberian 4 kg pada pagi

hari dan 2 kg pada sore hari

Pejantan di Balai Inseminasi Buatan Lembang

Pejantan yang ada di BIB Lembang terdiri atas sapi perah, sapi potong, kambing

perah, kambing potong, dan domba. Sapi perah yaitu Friesian Holstein sedangkan sapi

potong terdiri dari sapi Simmental, sapi Brahman, sapi Angus, sapi Limousin, sapi Angus,

sapi Brangus, sapi Ongole. Kambing perah terdapat kambing Etawa. Untuk kambing

potong terdapat Boehr dan kambing PE, untuk domba terdapat domba Garut.

Jenis Sapi Potong

Ongole

Mempunyai ciri-ciri warna kulit putih kelabu,

berpunuk kecil, tinggi dan ramping, bercincin mata

hitam sekitar mata, moncong, rambut ekor dan kuku

berwarna hitan, gelambir dari bawah mandibula

sampai dada, pada kaki sering tampak lingkaran

warna gelap, pita yang mengelilingi bagian diatas

kuku, kepala terangkat, dahi cembung, tanduk pendek. Keunggulan sapi ini dalah tahan

7

Page 8: Bib Lembang

terhadap panas, karena permikaan kulit luas dengan adanya gelambir yang besar, berkaki

kuat dan lurus, daya tahan untuk kerja sangat baik, mampu adaptasi terhadap kualitas pakan

yang jelek. Sapi PO merupakan sapi yang berasal dari persilangan antara bangsa sapi Jawa

(sapi lokal) dengan bangsa sapi Ongole (India) yang telah berlangsung cukup lama yakni

sejak tahun 1908. Persilangan tersebut bertujuan untuk memperoleh ternak sapi yang dapat

digunakan bagi keperluan tenaga tarik membantu petani mengolah tanah pertanian dan

transportasi (Atmadilaga, 1979). Pertambahan bobot badan harian sapi umur 2 tahun

berkisar 0,44-0,98 kg

Brahman

Mempunyai ciri-ciri warna kulit putih atau keabu-abuan, berpunuk dan gelambir,

bentuk tubuh kekar, kompak dan berotot. Cocok terhadap daerah yang beriklim panas dan

bercurah hujan tinggi. Keunggulan sapi ini adalah tidak mempunyai masalah dalam

melahirkan, penyakit mata dan terhadap footroot,

tahan terhadap parasit internal (cacing) dan parasit

eksternal (caplak), penyakit kembung perut.

Simmental

Mempunyai ciri-ciri muka putih dan badan berwarna merah bata, brisket, perut, kaki

dan bulu ekor pada umumnya berwarna putih, bentuk tubuh yang kekar dan berotot.

Keunggulan sapi ini adalah pertumbuhan cepat

dengan pertambahan berat badan harian 0,9-1,2 kg,

berat badan jantan umur dua tahun 800-900 kg, berat

jantan dewasa 1000-1200 kg, berat badan betina 700-

800 kg, karkas tinggi dengan sedikit lemak, dual

porpose (daging dan susu), ada di daerah Indonesia,

berkembang baik hampir di seluruh daerah di

Indonesia.

Limossin

8

Page 9: Bib Lembang

Mempunyai ciri-ciri warna coklat muda, kuning agak kelabu (biege), kisaran merah

gelap dan hitam, badan kompak dan padat, cocok pada daerah dengan curah hujan tinggi,

cocok di daerah dengan iklim sedang. Keunggulannya

adalah pertumbuhan cepat dengan pertambahan berat

badan harian 1-1,4 kg, umur 2 tahun 800-900 kg,

dewasa 1000-1100 kg, kualitas daging baik, dikenal

dan disukai peternak. Sapi Limousin merupakan bangsa

sapi yang berasal dari Perancis, yang mempunyai ciri:

konformasi kepala menyerupai persegi (perbandingan antara ukuran panjang dan lebar

kepala hampir sama), leher pendek, warna tubuh merah keemasan dengan warna yang lebih

terang pada perut bagian bawah, paha bagian dalam, daerah sekitar mata, mulut, anus dan

ekor, konformasi badan kompak.

Sapi Limousin memiliki ukuran tubuh yang cukup besar dengan bobot badan betina

mencapai 650 kg dan jantan 1000 kg (Thomas, 1991). Sapi Limousin dapat berproduksi

secara optimal pada daerah yang beriklim temperate dengan suhu antara 4-15 C dengan

mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi (Meyn, 1991).

Brangus

Mempunyai ciri-ciri kulit hitam seluruhnya, berpunuk ukuran kecil. Biasanya tidak

bertanduk. Keunggulannya toleran terhadap lingkungan tropis, tahan terhadap parasit luar

dan dalam tubuh. Mampu adaptasi terhadap kualitas

pakan yang jelek, pertambahan berat badan 0,7-0,9 kg,

persentase daging 2-4% lebih daripada karkas bangsa

sapi lain.

Angus

9

Page 10: Bib Lembang

Mempunyai ciri-ciri warna kulit hitam,

leher pendek, bentuk tubuh kekar, kompak dan

berotot. Keunggulannya adalah tubuh besar dan

kompak, pertumbuhan badan sangat cepat, berat

badan dewasa jantan dapat mencapai lebih dari

1100 kg, adaptable terhadap pakan dan lingkungan

tropis. Sapi ini termasuk kedalam sapi potong dengan bentuk tubuh yang panjang dan

kompak, karkasnya menghasilkan daging yang sangat baik mutunya dan terkenal terdapat

marbling atau penyebaran lemak dalam daging. Sapi Aberdeen Angus adalah sapi potong

impor yang berasal dari Skotlandia, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat

sejak tahun 1873. Bangsa sapi potong ini didatangkan ke Indonesia sejak tahun 1973,

memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : 1)Pertumbuhan cepat dan

serasi 2) Mampu tumbuh dengan pakan yang sederhana 3) Cepat mencapai dewasa kelamin

(masak dini) 4) Karkas bermutu tinggi dengan persentase yang tinggi jika dipotong pada

umur 2,5 tahun 5) Daging tebal dan empuk pada umur 18 bulan 6) bobot badan dewasa

rata-rata 900 kg pada jantan dan 700 kg pada betina.

Adapun ciri-ciri fisik yang menandakan sapi Aberdeen Angus  ditunjukkan oleh

hal-hal di bawah ini : 1) Tubuh rata, lebar dalam dan pendek berbentuk panjang dan

kompak seperti balok. 2) Bulu panjang, keriting dan halus berwarna hitam, kadang-kadang

ditemui warna putih pada bagian bawah di belakang pusar 3)Tidak bertanduk

Jenis Sapi Perah

Frisian Holstein

Mempunyai ciri-ciri berat betina 682 kg dan jantan 1000 kg, warna putih dan hitam

(Frisian Holstein) atau merah dengan putih (Hungarian), berat lahir 43 kg dan persentase

lemak susu 3,65%. Berasal dari provinsi Belanda

Utara dan provinsi Friesland Barat. Sapi ini juga

dikenal dengan nama Fries Holland atau sering

disingkat FH. Indonesia mempunyai populasi

bangsa sapi FH ini juga yang terbesar diantara

bangsa-bangsa sapi perah yang lain. Sapi yang

10

Page 11: Bib Lembang

tidak berpunuk ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya

sering dipelihara untuk digemukan dan dijadikan sapi potong. Pertambahan berat badan

sapi FH jantan bisa mencapai 1,1 kg per hari. Sapi perah Friesian-Holstein mempunyai

identitas warna hitam berbelang putih. Kepala berbentuk panjang, lebar, dan lurus. Tanduk

relatif pendek dan melengkung ke arah depan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

kemampuan berproduksi sapi perah Friesian- Holstein ditentukan juga pada daerah

pemeliharaannya, semakin tinggi tempat pemeliharaan semakin tinggi pula jumlah produksi

susu yang dihasilkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas semen diantaranya adalah umur, bangsa

ternak, sifat genetik, suhu dan musim, libido dan frekuensi ejakulasi serta makanan, umur

pejantan, bangsa ternak, sifat genetik, suhu dan Musim, Libido dan Frekuensi Ejakulasi,

Makanan. Parameter Kualitas Semen dapat dilhat dari Volume, Warna, pH, konsistensi,

konsentrasi, motilitas spermatozoa, vabilitas Spermatozoa, abnormalitas Spermatozoa

African Star Grass

African star grass adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat beradaptasi dengan

baik di daerah tropis. African star grass dapat berkembang dengan stolon. Rumput ini baik

digunakan untuk padang penggembalaan atau pastura, namun perlu dilakukan pengelolaan

yang intensif dengan cara membuat paddocks dan rotasi. Paddocks digunakan sebagai

pasture kurang lebih selama 3-4 hari dan diistirahatkan selama 21-28 hari.

African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0-55,6 ton/ha/tahun, dengan

pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval pemanenan selama 21 hari

(Miller et al., 2010). Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan

500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang tergenang dan kekurangan

nitrogen (Partridge, 2010). Kandungan nutrien African star grass adalah 32% bahan kering;

3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar

(Hartadi et al., 1986). Menurut Miller et al. (2010), DE atau Digestible Energy dari rumput

African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama dengan 0,24 kal, maka

10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum)

11

Page 12: Bib Lembang

Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai makanan

hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Klasifikasi dari Pennisetum purpureum

Schum. kingdom : Plantae, phlum : Spermatophyta, class : Monokotil, ordo : Poales, family

: Poaceae, genus : Pennisetum, spesies : Pennisetum purpureum Schum (Tjitrosoepomoe,

2004). Rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum) berasal dari afrika tropik, tumbuh

berumpun dan tingginya dapat mencapai 3 m lebih. Permukaan buluhnya licin dan pada

buluh yang masih muda bisanya ditutupi oleh sejenis zat lilin tipis. Pelepahnya licin atau

berbulu pada waktu muda dan kemudian berbulu-bulu tersebut gugur. Daunnya berbentuk

garis, pangkalnya kasar. Perbungaan berupa tandan tegak yang panjangnya sampai 25 cm.

gagang-gagangnya berbulu. Bulir-bulirnya berkelompok, terdiri dari 3-4 buliran tiap

kelompoknya dan bergagang pendek sekali. Pangkal bulirnya bulirannya berbulu panjang

dan halus. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemecahan rumpun dan potongan-

potongan buluhnya. Dapat tumbuh hingga pada ketinggian 1500 m dpl.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum)

Tabel 2.5 Analisisa kandungan kimia rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum).

Parameter Berat basah berat keringkandungan air 89,0 0jumlah abu 2,00 18,18protein kasar 2,97 27lemak kasar 1,63 14,82jumlah total karbohidrat 3,40 30,91serat kasar 1,00 9,09

Sumber: Okaraonye & Ikewuchi (2009)

Alfalfa (Medicago sativa L.)

12

Page 13: Bib Lembang

Alfalfa dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai macam iklim dan kondisi

tanah. Alfalfa dapat tumbuh dengan baik pada pH 6,2 (Rowell, 1994). Alfalfa responsive

terhadap aplikasi pemupukan, khususnya fosfor, sulfur dan potasium (Whiteman, 1980) dan

menurut Pearson dan Ison (1986) efisiensi penggunaan pupuk fosfor umumnya berkisar 0,7

– 1,0, namun bisa juga turun hingga nol bila diaplikasikan saat curah hujan tinggi pada

tanah berpasir.

Menurut Henning dan Nelson (1993) alfalfa rentan terhadap penyakit: busuk akar

(phytophtora root rot), penyakit layu (bacterial wilt), anthracnose, sclerotinia dan busuk

batang.

Alfalfa merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh kembali setelah

pemotongan (defoliasi). Menurut Ildis (2005), klassifikasi alfalfa adalah sebagai berikut:

kingdom : Plantae, division : Magnoliophyta, class : Magnoliopsida, order : Fabales, family

: Fabaceae, subfamily : Faboideae, tribe : Trifolieae, genus : Medicago, spesies : M. sativa

Alfalfa tergolong sumber hijauan pakan yang potensial dimanfaatkan untuk ternak

ruminansia karena produksinya tinggi serta didukung nilai nutrisi yang baik dengan

kandungan protein kasar berkisar 17,7 – 24,1% (Earthnote, 2004). Menurut Horner et al.

(1985) bahwa kandungan nutrisi alfalfa pada pemanenan pertama (tahap pertumbuhan 10%

berbunga) adalah sebagai berikut: protein kasar 21,4%; ADF 35,3%, NDF 35,6% dan lignin

11,7% berdasarkan bahan kering.

Desmodium

Desmodium adalah salah satu genus dari famili Fabaceae. Hingga saat ini, penelitian

yang dilakukan terhadap sejumlah spesies tumbuhan genus Desmodium telah berhasil

mengisolasi berbagai senyawa metabolit sekunder. Beberapa spesies Desmodium yang telah

diteliti kandungan metabolit sekundernya adalah D. canadense, D. canum, D. caudatum, D.

gangeticum , D. oxyphyllum, D. pulchellum, D. styracifolium, D. tiliaefolium , D. trifolium,

dan D. uncinatum (Yang, 1993). Tumbuhan dari genus ini biasanya dimanfaatkan sebagai

kontrol erosi, seperti contohnya D. gangeticum dan D. heterocarpon dapat membantu

mencegah erosi dan mengontrol rumput liar serta digunakan pula sebagai makanan ternak.

Klasifikasi Desmodium adalah sebagai berikut: divisi: Magnoliophyta, kelas:

13

Page 14: Bib Lembang

Magnoliopsida, bangsa: Rosales, suku: Caesalpiniaceae, marga: Desmodium. jenis:

Desmodium intortum.

Desmodium merupakan tanaman dari Amerika Tengah yang berupa leguminosa

semak, mempunyai daun majemuk beranak daun tiga, pertumbuhan mencapai tinggi 3 m,

berbatang dan berkayu setelah tua, mempunyai palatabilitas yang tinggi sebagai pakan

ternak (Brewbaker, 1985). Tanaman ini telah beradaptasi baik di Indonesia. Dari hasil

penelitian dilaporkan bahwa produksi hijauan 13,7–24,5 g/pohon bahan kering (Bulo et al.,

1985) di bawah pertanaman kelapa produksi hijauan 19,01 g/pohon (Sajimin dan Suratmini,

1999), 22, 82 g/pohon pada musim hujan dan 15,73 g/pohon pada musim kering

(Purwantari et al., 2003).

Plantago major  L

Plantago mayor adalah tanaman beriklim zona dengan rentang ekstrim di utara dan

selatan, hampir dari kutub ke kutub meskipun sangat jarang terjadi di daerah tropis dataran

rendah. Plantago mayor berasaldari Eurasia tetapi saat ini sudah menyebar di seluruh dunia.

Tanaman ini digunakan sebagai produk makanan fungsional, dan obat-obatan. Plantago

major  L mempunyai nama umum daun sendok, kiurat (Snd), dengan klasifikasi,

kingdom: Plantae (Tumbuhan),sub kingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh

),super divisi:Spermatophyta (Menghasilkan biji),divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbun

ga),kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil,sub kelas: Asteridae,ordo: Plantaginale,

family: Plantaginaceae, genus:Plantago, spesies: Plantago major  L

Legum Q-urat

Ryegrass ( Lolium multiflorum )

14

Page 15: Bib Lembang

Ryegrass diidentifikasikan sebagai tanaman yang memiliki bunga ( inflorescence,

gabah dan biji) serta bagian vegetatifnya ( daun, batang, kerah dan akar). Hampir 30 hektar

ryegrass di amerika serikat 90% digunakan sebagai padang rumput untuk musim dingin.

Ryegrass dikenal sebagai rumput tahunan yang tersedia disepanjang tahun. Ryegrass juga

dimanfaatkan untuk pembuatan silase. Ryegrass tumbuh dengan baik disuhu dingin, yaitu

antara 68-77ºF atau (20-25ºC). dengan demikian ryegrass tumbuh baik di awal musim semi

dan musim gugur. Ryegrass lebih toleran terhadap panas jika air tetap tersedia dengan

cukup. Selain digunakan di Amerika Serikat ryegrass juga dikenal di Irlandia, Inggris,

Eropa, Meksiko Tengah, Australia, Selandia Baru. Ryegrass ini toleran dan mampu

bertahan di dalam genangan banjir selama 15 sampai 20 hari ketika suhu dibawah 27ºC.

dan juga toleran terhadap pH asam untuk tanah alkali (pH 5-7,8). Ryegraas sering dipanen

untuk silase. Produksinya yang tinggi rumput ini popular untuk dijadikan sebagai pakan

tambahan ketika pasokan hijauan rendah. Ryegrass baik dipanen ketika curah hujan rendah

dan dikelembapan tinggi.

Ryegrass ( Lolium multiflorum )

15

Page 16: Bib Lembang

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2013 di Balai Inseminasi

Buatan (BIB) Lembang, Bandung.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa Fieldtrip yaitu kunjungan langsung ke Balai Inseminasi Buatan

(BIB) Lembang. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan adalah presentasi oleh pihak

BIB dengan tema “Peran Pengawasan Mutu Pakan di BIB Lembang”, diskusi antara pihak

BIB dan mahasiswa dengan dosen sebagai moderator, serta melakukan pengamatan

langsung ke kandang dan kebun hijauan BIB Lembang.

16

Page 17: Bib Lembang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil dan Kegiatan Balai Inseminasi Buatan Lembang

Visi dari Balai Inseminasi Buatan Lembang adalah “Balai Inseminasi Buatan

Lembang menjadi produsen semen beku ternak unggul untuk memenuhi kebutuhan

inseminasi buatan secara tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah, siap bersaing dalam era

globalisasi 2010”. Berdasarkan visi tersebut, BIB Lembang menjalankan misi-misinya

yaitu:

1. Memproduksi semen beku benih unggul dari berbagai jenis ternak (sapi potong, sapi

perah, kambing dan Domba), baik ternak lokal yang teruji maupun ternak unggul

eks impor.

2. Menyediakan bibit ternak sapi (pejantan/bull) untuk memenuhi kebutuhan BIB

Nasional dan Daerah.

3. Melaksanakan distribusi dan pemasaran semen beku benih unggul dan bibit ternak,

sesuai permintaan daerah.

4. Meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari penjualan semen

beku/bibit ternak dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), Peternak, Tenaga teknis

IB, (lnseminator, Petuugas Handling Semen, PKB dll).

6. Meningkatkan dan mengembangkan kemamampuan personil balai dalam

penyerapan teknologi mutakhir melalui dan pelatihan baik di dalam maupun di luar

negeri.

7. Melestarikan dan memanfaatkan Sumberdaya Manusia (SDM) lokal berupa ternak

pejantan unggul melalui seleksi, uji performans dan uji zuriat/uji progeny.

8. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja dari pelaksanaan kegiatan

inseminasi buatan serta pelayanan inseminasi buatan.

9. Melakukan pengembangan teknik dan metoda inseminasi buatan serta pelayanan

inseminasi buatan.

10. Meningkatan kesejahteraan masyarakat petani peternak melalui pembinaan

agribisnis peternakan dan ketahanan pangan asal hewan.

17

Page 18: Bib Lembang

11. Melakukan promosi untuk pengembangan pasar lokal, nasional dan regional serta

berupaya menembus pasar global (ekspor)

Selain visi tersebut BIB lembangjuga menghasilkan hijauan pakan yang digunakan

sebagai pakan sapi, menghasilkan bahan pakan yang diformulasikan sendiri. Kegiatan

produksi pakan yang dilakukan oleh BIB Lembang sudah dilakukan secara mandiri.

Kegiatan Balai Inseminasi Buatan Lembang

Kegiatan BIB lembang selain memproduksi semen sapi perah dan sapi pedaging,

BIB ini juga menghasilkan hijauan pakan yang digunakan sebagai pakan sapi,

menghasilkan bahan pakan yang diformulasikan sendiri. Kegiatan produksi pakan yang

dilakukan oleh BIB Lembang sudah dilakukan secara mandiri.

Kegiatan produksi hijauan BIB Lembang mempunyai kontrak produksi hijauan

hanya 900 ton, padahal BIB Lembang dapat memproduksi hijauan sampaia 3280 ton.

Produksi yang tinggi ini karena sudah diatur dalam rencana kerja BIB Lembang, antara

lain: pemeliharaan kebun rumput seluas 19,6 Ha, sering dilakukan peremajaan untuk

mengganti rumput yang sudah tua dengan bibit rumput baru dan pembersihan gulma

(penyulaman), pencangkulan dan pembajakan secara berkala, pemupukkan dengan pupuk

organik dan anorganik dan penyiraman. Penanaman hijauan pakan ternak ditanam pada

jarak jarak 1 x 1 m. Pupuk organik yang digunakan adalah feses sapi yang telah dicampur

dengan feses ayam. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar panas yang ada dalam feses

sapi. Pemanenan dilakukan pada usia pemanenan 56 hari, pemilihan 56 hari disebabkan

karena pertimbangan aspek nutrisi pada rumput sudah mencapai maksimal. Selain itu

pemanenan juga didasarkan adanya 56 petak yang ada di lahan BIB, sehingga pemanenan

dapat dilakukan secara bergilir.

Pembuatan Pakan

Menghitung kebutuhan pakan (formulasi pakan) dengan menggunakan standar National

Research Council (NRC).

18

Kebutuhan per pejantanSOFTWARE FORMULASI

Hasil pengujian pakanBobot badan pejantan/BCSProduksi semen / sperma

Page 19: Bib Lembang

Tabel . Jadwal pemberian pakan

Waktu Pemberian Pakan Kegiatan06.00 – 06.15 Pemberian hay (0,6 kg – 1 kg)06.15 - 07.15 Konsentrat pagi 3 kg+ FS/Touge 500-600 gr +

Multivitamin 15 gr+ Se 7 gr.07.15 – 08.45 Rumput segar chopper 20 – 30 kg11.30 – 12.00 Konsentrat siang rata – rata 2 kg12.30 – 13.30 Rumput segar chopper 10 kg – 15 kg

16.00 Rumput segar chopper 20 - 30 kg

Produksi rumput gajah (panen 10.000 kg/hari), star grass (star grass 1400 kg/hari),

hay (144 kg/hari). BIB Lembang meramu produksi konsentrat sendiri sekitar 700 kg/hari.

Konsentrat tersebut diberikan kepada sapi-sapi yang dipelihara dengan tambahan pakan

lain, yaitu: feedmix/multivit 2748 kg/hari, Se 1315 kg/hari, feed suplement/touge (100

gr/hari).

Pemberian pakan menggunakan perbandingan hijauan: konsentrat 80:20, 70 : 30, 60

:40, pemberian perbandingan konsentrat dan hijauan yang berbeda-beda ini didasarkan

pada kebutuhan dari sapi. Kebutuhan yang diperlukan harus dipenuhi agar produksi sperma

tetap maksimal. Pemberian lemak yang tinggi menyebabkan efek steroid tinggi, sehingga

memperlebar saluran sperma karena dilatasi tinggi dan produksi sperma tinggi. Pemberian

jagung bagus untuk menstimulasi produksi sperma dibandingkan pemerian minyak, hal ini

dikarenakan kandungan jagung yang mengandung betakaraten (zat alami) yang tidak

ditemukan di minyak.

Selenium bekerja sama dengan vitamin E yang berfungsi merangsang produksi

sperma. Kandungan Vitamin tinggi pada tauge, sehingga BIB Lembang memberikan

campuran tauge pada pakan sapi untuk meningkatkan produksi sperma agar sperma yang

diproduksi berkualitas.

19

Page 20: Bib Lembang

Penanganan Hijauan di BIB Lembang

Pakan ternak merupakan aspek penting dalam pemeliharaan pejantan penghasil

sperma di BIB Lembang. Sebagai lembaga yang mempunyai moto “Dengan mani

membangun negeri”, pihak BIB selalu berusaha menghasilkan kualitas sperma yang unggul

melalui beberapa aspek, salah satunya melalui penyediaan nutrient pakan. Selain bertujuan

untuk memenuhi hidup pokok, pakan yang diberikan pada pejantan juga untuk menunjang

kualitas sperma secara kuantitas maupun kualitas. Pakan hijauan yang diberikan pada

pejantan sekitar 60-80%, sisanya berupa konsentrat.

Penyediaan hijauan di BIB Lembang sudah dapat dikatakan memenuhi kebutuhan

ternak sepanjang tahun. Sampai November 2013, total produksi sekitar 3,280 ton dengan

potensi rumput sebanyak 4,000 ton/tahun. Dengan potensi rumput dari luas area

penanaman sekitar 19, 6 Ha, kebutuhan rumput per tahun untuk ternak tentu akan

tercukupi.

Koleksi hijauan (rumput dan legum) yang ditanam di BIB beragam, diantaranya

rumput gajah, King grass, African star grass, gamal dan lainnya. Sebagian besar rumput

yang digunakan adalah rumput gajah dan African star grass. Menurut Okaraonye dan

Ikewuchi (2009), kandungan nutrient rumput gajah : CP 27%, fat 14.82%, ash 18.18% dan

CH total 30.91%. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemecahan rumpun dan potongan-

potongan buluhnya. African star grass adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat

beradaptasi dengan baik di daerah tropis. Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah

dengan curah hujan 500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang

tergenang dan kekurangan nitrogen. Kandungan nutrien African star grass adalah 32%

bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8%

protein kasar (Hartadi et al., 1986). Menurut Miller et al. (2010), DE atau Digestible

Energy dari rumput African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama

dengan 0,24 kal, maka 10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal.

Rumput dan legum ini ditanam pada kebun seluas kurang lebih 19 ha yang terbagi

menjadi lima kebun. Kebun-kebun tersebut antara lain : kebun Bukanagara (seluas 20,000

m2 - 9 patok), kebun BIB (seluas 10,400 m2 - 7 patok), kebun Cikareumbi (seluas 51,374 m2

– 12 patok), ebun Pojok (seluas 40,702 m2 – 28 patok), kebun Kasomalang (53,923 m2 – 56

20

Page 21: Bib Lembang

patok). Patok pada kebun-kebun tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pemanenan,

sebagai strategi ketersediaan hijauan dan estimasi kandungan nutrient saat dipanen.

Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 1 x 1 m dengan mempertimbangkan

pertumbuhan supaya optimal dan memudahkan untuk menghitung kebutuhan hijauan.

Secara umum, rumput dipanen pada umur 56 hari dari 56 petak (diasumsikan setiap

hari memanen satu petak secara bergiliran). Pemanenan rumput dilakukan 10 cm dari

permukaan tanah kemudian dilayukan selama sehari untuk menurunkan kadar air sehingga

resiko bloat dapat diminimalisir. Hijauan ini kemudian di-chopping, dibersihkan dari bahan

asing kemudian disimpan di guang penyimpanan. Selain diberikan dalam bentuk segar,

ternak juga diberikan rumput dalam bentuk hay dan silase. Pemberian hijauan untuk ternak

didasarkan pada NRC dan disesuaikan dengan kondisi fisiologis ternak.

Produksi pakan hijauan dipengaruhi oleh faktor musim sehingga ketersediaan per

tahunnya mengalami fluktuasi. Pada musin hujan, hijauan yang dipanen melebihi

kebutuhan ternak (excess production) sedangkan pada musim kemarau akan terjadi

kekurangan HMT karena hijauan yang dipanen tidak mencukupi kebutuhan ternak (lacking

production). Untuk menyiasati imbalance production, diperlukan penanganan supaya

hijauan dapat tersedia sepanjang tahun sesuai kebutuhan.

Penanganan HMT saat musim hujan

Saat musim hujan, produksi rumput sekitar 10 kg/rumput atau dapat diasumsikan

100 ton/ha. Biasanya saat musim hujan ini terdapat kelebihan produksi sehingga dapat

diolah menjadi hay atau silase. Saat musim hujan pemupukkan N yang diberikan terlalu

tinggi menyebabkan keracunan karena sinar matahari kurang yang dapat menghambat

asimilasi karbon. Pemupukkan menggunakan feses sapi panas dan feses ayam dingin

sehingga pupuk untu hijauan perlu campuran feses ayam dan feses sapi. Rasio C pada feses

sapi tinggi sehingga perlu diturunkan sampai stabil C 20 dengan penambahan feses ayam

menggunakan perhitungan 10% BB dikarenakan, rumen sapi tidak berubah.

Penanganan HMT saat musim kemarau

Berbeda hal dengan musim hujan, saat musim kemarau produksi rumput sekitar 5-6

kg/rumpun atau diasumsikan sebanyak 50-60 kg/ha. Hasil produksi ini tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan hijauan ternak. Untuk menyiasati kekurangan tersebut, pihak BIB

21

Page 22: Bib Lembang

dapat membeli dari petani sekitar ataupun dengan memanfaatkan hay dan silase yang telah

dibuat saat terjadi kelebihan produksi. Kualitas hijauan berbeda antara produksi musim

hujan dan musim kemarau. Saat musim hujan kualitas hijauan lebih baik dibandingkan

musim kemarau karena ketersediaan unsur hara pada tanah juga melimpah. Sebaliknya,

kualitas hijauan saat musim kemarau dapat dipastikan menurun seiring dengan kuantitas

produksinya.

Pengawasan Mutu Pakan Penunjang Kualitas Sperma

Pengawasan mutu pakan di BIB Lembang dilakukan secara periodik. Pengawasan

yang dilakukan oleh tim wastukan (pengawasan mutu pakan) bertujuan untuk memastikan

bahwa pakan yang dikonsumsi ternak sesuai dengan kebutuhan dan formula yang telah

ditetapkan. Titik pengawasan yang menjadi kritis dimulai sejak penanaman hijauan, pasca

panen, pengolahan hijauan, penyusunan formula, hingga pemberian nearly mouth ternak.

Pakan yang diberikan pada pejantan memiliki spesifikasi khusus untuk dapat

menunjang keberhasilan diproduksinya sperma yang berkualitas. Formula pakan yang stabil

akan dipertahankan terlebih dahulu. Namun, bila terjadi penurunan atau fluktuasi yang

signifikan, pihak formulasi pakan akan menelusuri penyebabnya dari aspek pakan. Jika

diperlukan, pihak formulasi pakan akan mengganti formula pakan supaya kualitas dan

kuantitas sperma sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Evaluasi mutu yang dilakukan di BIB Lembang dapat secara harian, mingguan,

bulanan dan tahunan. Setiap hari dilakukan pengisian logsheet untuk mempermudah

pengamatan konsumsi pakan. Logsheet ini diisi dalam setiap pemberian pakan. Setiap

minggu, pihak wastukan juga melakukan evaluasi perkembangan kondisi pejantan yang

berkaitan dengan pakan. Nantinya pihak wastukan akan mengevaluasi bahan baku yang

digunakan dan kandungan nuriennya. Untuk evaluasi bulanan, biasanya pihak wastukan

akan melakukan rapat koordinasi dengan bagian terkait lainnya, misalnya bagian produksi

dan pemeliharaan pejantan.

Secara keseluruhan, pengawasan mutu pakan yang dilakukan dalam menunjang

kualitas dan kuantitas sperma telah terintegrasi dengan baik. Manajemen pengawasan mutu

beriringan dengan visi misi BIB Lembang supaya tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam

22

Page 23: Bib Lembang

hal ini, BIB Lembang akan terus berkontribusi terhadap peningkatan produksi sapi di

Indonesia.

Jenis HijauanBerikut ini adalah beberapa jenis hijauan yang ditanam di BIB Lembang. Tabel di

bawah ini yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput gajah dan rumput

Afrika (padang pengembalaan). Produksi rumput gajah (panen 10.000 kg/hari), stargrass

(star grass 1400 kg/hari), hay (144 kg/hari).

Tabel . Jenis jenis hijauan yang ditanam di BIB Lembang

No. Jenis – jenis Rumput Bahasa Latin1 Rumput gajah Pennisetum purpureum2 Rumput raja/king grass Pennisetum porpupoides3 Afrikan star grass Cynodon nlemfuensis4 Rumput cina -5 Rumput signal Brachiaria decumbens6 Alfalfha Medicago sativa7 Legum stilo Stylosanthes humilis8 Lamtoro Leucaena leucocephala9 Gamal Gliricedia sepium10 Daun duduk/green leaf Desmodium cinereum11 Kaliandra Caliandra calothyrsus 12 Rye grass Lolium perene13 Legum kurik Plantago major14 Sorgum

Macam-macam hijauan yang digunakan: rumput Rey grass, rumput cina, rumput

gajah, alflaafla, desmodium. Macam hijauan di BIB Lembang banyak, namun hanya sedikit

yang diberikan karena hijauan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi sapi.

Pemberian jagung juga diberikan pada sapi apabila sperma yang dihasilkan sapi kurang

aktif sehingga diberikan konsentrat jagung. Pada pagi hari sapi diberikan Hay, bertujuan

untuk merangsang pembentukkan saliva. Produksi saliva yang banyak akan menormalkan

pH rumen sekitar 7, setelah itu diberikan pakan hijauan. Sapi tidak diberikan silase karena

pemberian silase dapat membuat sperma yang dihasilkan asam, sehingga pemberian silase

dihindari. Pemberian hijauan setelah dipanen dilayukan dulu sebelum diberikan, hal ini

bertujuan untuk menurunkan kadar air rumput. Pada sapi yang digembalakan khususnya

23

Page 24: Bib Lembang

sapi Bull diberikan rumput Africa, hal ini disebabkan karena rumput Africa tahan terhadap

injakan, sehingga banyak dibudidayakan di BIB Lembang.

Jenis Ternak

Pejantan yang ada di BIB Lembang terdiri atas sapi perah, sapi potong, kambing

perah, kambing potong, dan domba. Berikut ini beberapa jenis sapi yang ada di BIB

Lembang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel . Jenis – jenis ternak yang dipelihara di BIB Lembang

No. Jenis Ternak di BIB Lembang1 Sapi Simental2 Sapi Limousan3 Sapi Angus4 Sapi Brahman5 Sapi Fries Holstein6 Sapi Ongole

Sapi yang ditempatkan pada ruang sempit, menyebabkan kegemukan karena ruang

gerak cukup sempit sehingga menyebabkan kegemukkan dan menurunkan kualitas sperma,

sehingga dibutuhkan exercise. Kegemukkan sapi di biarkan dipadang penggembalaan untuk

melakukan exerices bertujun menjaga bobot badan agar tetap stabil dan menghasilkan

sperma yang aktif. Selain exercise penambahan pakan q-urat dapat merangsang produksi

sperma karena q urat mengandung glikolobin yang dapat digunakan untuk meningkatkan

libido sapi.

24

Page 25: Bib Lembang

KESIMPULAN

Secara keseluruhan system hijauan makanan ternak yang diterapkan di BIB

Lembang telah diintegrasi secara komprehensif. Semua pihak di BIB Lembang etlah

bersinergi untuk mencapai produksi sperma dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan,

sehingga visi misi BIB Lembang telah dapat menunjang produksi sapi di Indonesia.

25

Page 26: Bib Lembang

DAFTAR PUSTAKA

Atmadilaga, M.1979 . Cara Beternak Sapi Potong. Festival Syahadah Press. Jakarta

Blumenthal M., Ferrier G.K.L., Cavaliere C. (2006) Total sales of herbal supplements in United States show steady growth. Herbal Gram 71: 64–6.

Brewbaker, J.L. 1985. Leguminous trees and shrubs for Southest Asia and the South Pacific Agriculture. Aciar Proc. No. 12.

Bulo, D., B.E. Warren and D.A. Ivory. 1985. Laporan tahunan FRP. Balai Penelitian Ternak.

Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk

Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta.

Henning, J.C. and C.J. Nelson. 1993. Alfalfa. Department of Agronomy, University of Missouri. Columbia.

Horner, J.L., L.J. Bush. and G.D. Adams. 1985. Comparative nutritional value of Eastern Gamagrass and Alfalfa hay for dairy cows. J. Dairy Sci. 68(10): 2515 – 2620.

Ildis, 2005. Alfalfa. http://en.wikipedia.org/wiki /Alfalfa. (27 desember 2013).

Meyn, K. 1991. The Contribution of European Cattle Breeding to Cattle Production in The Third World. Animal Research and Development. Vol 34. Institute for Wissen Schaftliche Zusam Menarbeit. Federal Republic of Germany

Okaraonye, C. C., and Ikewuchi, J. C. 2009. Nutritional and antinutritional components of Pennisetum purpureum Schumach. Pakistan journal of nutritional 8(1): 32-34.

Otsuka, J., T. Namikawa, K., K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statiscal Analysis on the body measurement of East Asian native cattle and bantengs: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Part III:7-17.

Pearson, C.J. and R.L. Ison. 1987. Agronomy of Grassland Systems. Cambridge Univ. Press.

Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, A. Semali, S. Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A.Fanindi. 2003. Peningkatan produktivitas tanaman pakan ternak. Laporan Akhir TA 2003. Balai Penelitian Ternak. Ciawi–Bogor.

Rowell, D.L. 1994. Soil Science Methods and Applications. Longman Group UK Limited. England

26

Page 27: Bib Lembang

Sajimin dan N. P. Suratmini. 1999. Pengaruh umur pemotongan pada produktivitas dua jenis legum yang ditanam diantara pertanaman kelapa hibrida. Pros. Seminar Nasional Kiat Usaha Peternakan. Fakultas peternakan Unsoed. Purwokerto. pp. 166–173.

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.

Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Whiteman, P.C. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford Univ. Press, Oxford.

27