Biar Kusimpan Saja Cintaku

download Biar Kusimpan Saja Cintaku

of 6

Transcript of Biar Kusimpan Saja Cintaku

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    1/6

    Biar Kusimpan Saja Cintaku,

    Kan Kusampaikan untuk Meminangmu

    Tit tit tit tit, tit tit tit tit, tit tit tit tit, suara jam weker kotak itu masuk ke lorong

    kupingku dan menggelitik telingaku. Jarum jam murah itu menunjuk daerah

    antara nomor empat dan angka

    lima. Dengan beberapa kemalasan yang tersisa dan bersarang di dada, aku

    bangunkan saja badanku yang masih basah dengan keringat gara-gara udara

    Jakarta

    yang cukup panas.

    Dengan mata setengah tertutup kubuka pintu kamarku , pelan dan perlahan. Di

    dalam rumah

    kos yang lampunya masih mati itu kuseret kakiku keluar kamar. Teko plastikakhirnya kuraih dan kutuangkan air dingin ke cangkir tua berwarna merah muda

    yang antik, yang sudah langka dan mungkin sudah tidak diproduksi atau tak lagi

    ada di pasaran. Kuteguk saja tanpa sela. Laju air minumku mendesak udara di

    dalam perutku dan keluarlah ia melalui mulutku sebagaimana orang

    menyebutnya

    sendawa. Dingin dan segarnya air membantu menyejukkan dada dan

    membukakan mata.

    Berjalan dengan kaki yang masih terseret kumenuju kamar mandi. Handuk

    merah kugantungkan

    di pintu. Gayung demi gayung kusiramkan air yang tidak sedingin di desaku

    yang

    memang berada di kaki gunung. Sambil meratakan air ke seluruh tubuh aku

    berharap sirna beban di dada, hilang pikiran-pikiran di dalam tengkorak, dan

    kembalilah kejernihan diri.

    Allahuakbar allahuakbar, allahuakbar allahuakbar, oh suara adzan dari seorang

    mahasiswa

    asal Cirebon yang datang paling awal meraihku. Segeralah aku berpakaian dan

    berwudlu. Kubuka satu per satu pintu kamar teman-temanku yang tidak

    terkunci.Sebenarnya aku ingin mebangunkan mereka dengan mengetuk pintu

    sebagaimana

    mereka kadang-kadang membangunkanku. Namun aku tak enak hati karena aku

    sendiri

    merasa terusik ketika digugah dengan cara seperti itu. Ah sudahlah kubuka saja

    pintu kamar 10 temanku yang tak dikunci, hanya berharap semoga suara pintu

    yang

    agas halus itu membangunkan mereka tanpa ada perasaan terusik.

    Teman sekamarku sendiri ternyata belum bangun. Kutaruh tanganku yang masih

    agak dingin dan basah ke kakinya dan kutepuk-tepukkan tiga kali dengan

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    2/6

    perlahan. Mas, mas Fir ! Suboh mas, subuh (Mas, mas Fir ! Subuh mas,

    subuh ), suaraku agak pelan takut mengagetkan. Lho, wis suboh tho ? (Lho,

    sudah subuh ya ?), jawab beliau dengan suara masih agak berat. Yo, wis suboh

    Mas ! Tak ndhisek yo ! (ya, sudah subuh Mas ! Aku berangakat duluan ya!).

    Kuraih saja peci rajut warna biru tua bergaris putih dari mejakudan aku langsungcabut ke mesjid. Tidak ada daya kita untuk melakukan kebaikan dan tiada pula

    kekuatan untuk menghindari keburukan kecuali dengan pertolongan dan atas

    izin-Nya, itulah pesan yang harus kuingat

    ketika berdoa keluar rumah, pesan dari guru-guruku terdahulu yang insya allah

    tetap kuingat jasa-jasa mereka dan akan tetap ikut kudoakan.

    Kira-kira 150 meter sandal plastik hitam menuntunku hingga ke depan pintu

    masjid. Kami masuk dan kumanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah yang

    mustajab dengan berdoa. Pak Slamet spesialist

    iqomah pun melaksanakan rutinitasnya.semua jamaah berdiri, sholat dan

    berwirid,

    hanya sepuluh menit. Aku pun ikut bersalaman dengan bapak-bapak dari

    golongan

    kaum tua warga setempat.

    Reka-rekan mahasiswa yang menyingkir ke belakang rupanya sudah

    melantunkan beberapa halaman ayat Al Qur-an aku menuju mereka dan

    mengambil salah satu mushaf dari rak di tembok masjid. Kuambil mushaf

    bersambul warna perak yang besar tulisannya. Tidak seperti teman-temanku

    yang membawa mushaf Beirut kecil dari kos-kosan, aku memilih mushaf

    Indonesiakarena mungkin mereka lebih hebat dariku dalam membacanya.

    Jam lima seperempat (05.15), itulah yang ditunjukkan dua jam dinding besar

    yang

    tertempel di tembok Masjid Muhammad yang masih dalam masa pembangunan

    kembali

    itu. Tinggal aku dan dua orang bapak yang biasa berdzikir hingga matahari

    benar-benar nampak. Shodaqallahul adhiim, pulanh ah, sudah jam segini kok

    bicaraku pada diri sendiri. Kuletakkan kembali mushaf Al Qur-an ke tempat

    semula dan aku pulang.

    Sampai di rumah kos, anak-anak sudah duduk manis di depan TV dan

    menyambutku dengan menjawab lengkap salamku. Mereka menonton acara

    siraman rohani di stasiun-stasiun televisi yang menjadi suci di pagi hari, dan

    selebihnya kelihatan pula yang asli. Namun, aku tidak begitu tertarik melihat

    kotak ajaib itu. Aku lebih memilih untuk mencoba membiasakan diri belajar

    setelah

    fajar meski tidak terlalu lama. Kubersihkan mejaku yang yang tak rapi seperti

    layaknya kamar kebanyakan pemuda yang bermalas-malasan. Tinggal sekamar

    dua orang ternyata tak membuatku termotivasi untuk menjadikan kamarku lebih

    rapi.

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    3/6

    Sepuluh Maret 2003 jamtujuh empat lima, dengan tas biruku dan pakaian putih

    hitam, aku berangkat ke kampus tercinta. Udara pagi yang masihsegar ikut

    menjaga semangat ini. Seperti biasa, aku dan teman-temanku menunggu dosen

    di lantai paling bawah. Hari itu kelasku yang bersiswa 32 anak akan digabung

    dengan kelas sebelah yang berjumlah siswa sama. Ternyata di kelas sebelah ada

    seorang mahasiswi yang cantik, berkerudung putih. Kuperhatikan dia dengan

    diam-diam.

    Pak dosen kesayangan kami datang, kami langsung bergegas menuju lantai tiga

    dan berebut kursi yang bagus di belakang. Mahmud Zainuri !, Hadir Pak !,

    pak dosen mengabsen dan aku menjawab. Beliau mengabsen kami satu per satu

    sampai angka tiga puluh dua. Giliran kelas

    sebelah, kuperhatikan dengan seksama.sampailah pak dosen pada sebuah

    nama, Risma Agustia, ternyata mahasiswi itu mengacungkan jari. Rupanya

    itu tho namanya, bagus juga ya.

    Seperti kelakuanku biasanya ketika sudah cukup bosan dengan penjelasan

    dosen, aku mencari kegiatan ekstra. Aku memperhatikan tingkah teman-

    temanku satu demi satu. Ada yang membaca komik, berbicara sendiri maupun

    mengobrol dengan teman sebelah, ada pula yang sudah

    berjalan-jalan ke alam hayalan dan bermain-main dengan Morpheus. Kuamati

    diam-diam cewek kelas sebelah, wajahnya putih, memperhatikan dosen dan

    sesekali menggarisi bukunya dengan spidol kuning sesuatu yang dianggap

    penting. Kadang-kadabg ia pun berbicara dengan temannya

    dengan lemah lembut, mungkin ia menanyakan sesuatu yang kurang jelas. Wah

    sudah cantik, lemah lembut dan kabarnya pandai pula, ia menduduki IP tertinggi

    di kelasnya.

    Selanjutnya hari-hariku berjalan dengan kebiasaannya. Begitu begitu saja dan

    tak ada yang istimewa, sampai pada beberapa minggu kemudian. Suatu malam

    aku bermimpi, aku bertemu dengan dua gadis dari kelas sebelah, mereka

    menghampiriku yang waktu itu ditemani seorang sahabat di sebuah vila di

    pegunungan. Merek menyapa kami dan kami tak bisa apa-apa kecuali hanya

    berbincang-bincang saja.

    Padahal dalam keseharian, bahkan berkenalan pun aku belum pernah apalagi

    saling sapa, pikirku waktu itu. Setelah sadar timbul berbagai macam kalimatyang berakhiran tanda tanya di

    kepalaku. Apaan ini ?, bisa bisanya mimpi dengan orang yang belum kenal. Dari

    mana datangnya ini ? Apa hanya dari setan semalam saja ? Apakah ini timnul

    karena ada rasa yang muncul dengan sendirinya ? Ataukah mungkin secara tak

    sadar aku telah suka pada dia ? Mungkin ini ya, yang dinamakan tresna jalaran

    sangka kulina (timbulnya suka/ cinta karena terbiasa) ? Dialog diri pun berakhir

    tanpa menyisakan

    jawaban. Aah, aku tak mau ambil pusing, biarkan lewat saja.

    Mimpi itu pun pergi seiring berlakunya waktu. Hari libur Sabtuku kugunakan

    untuk main ke rumah seorang kawan. Beliau orang yang cukup banyak ilmunya.Adalah Dua

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    4/6

    Purnomo, pri aberkulit cokrlat, berpostur tinggi besar, teman sekelas dan ia

    setahun lebih muda dariku.

    Di kamar beliau kami berbicara panjang lebar. Berdiskusi tentang wawasan

    keilmuan, kulihat beliau berpengetahuan luas. Bicara keluarga, kutemui latar

    belakangnya rajin ibadah. Bicara kuliah, iasantai tetapi kulihat cukup antisipasif. Singkat kata, banyak kebaikan yang

    kulihat padanya dan tak kujumpai padaku.

    Sambil mendengarkan omongannya, kuperhatikan hiasan-hiasan di dinding

    kamarnya yang berukuran tiga kali tiga meter. Sampailah pandanganku pada

    secarik kertas yang bertuliskan nama, Risma dan satu kata yang aku kurang

    jelas melihatnya. Tulisan kecil itu mengejutkanku

    dan tiba-tiba muncul rasa, rasa agak khawatir karena suka padahal kemarin

    aku

    telah mebiarkannya lewat begitu saja melalui ingatanku. Rupanya beliau juga

    menyukainya, bukan hanya aku, sedikit kata hatiku. Pur, itu anak kelas

    sebelah ya ? tanyaku dengan agak sedikit menyembunyikan grogi. Ya. Ia

    satu kota denganmu ya ?, tantaku ingin tahu.Ya, kenapa, kok nanya segala ?

    Naksir ya ?, serangan baliknya dengan nada agak bercanda. Aku bingung

    menjawabnya, Ah enggak, nanti saingan dong sama kamu. Ttapi, nggak apa-

    apa sih, selama

    janur kuning belum melengkung khan masih milik bersama. Beliau dengan

    enaknya

    menjawab, Lho, kalo begitu kamu kalah donk, aku kan ojab qabul dulu dan

    enggak pakai janur-januran segala. Kami pun tertawa secukupnya dan aku pun

    pulang dengan membawa sederet keheranan.

    Sesampaiku di rumah, aku berpikir tentang rasa itu. Kadang-kadang sampai

    terlintas wajah gadis yang manis dan pintar itu. Aku sempat khawatir kalo-kalo

    bayangannya masuk waktu aku sholat. Beberapa hari kemudian ternyata apa

    yang kutakutkan terjadi, dia telah mengganggu dan menyita

    sebagian hatiku.

    Hari Kamis, aku sudah siap untuk kuliah. Sesaat sebelum berangkat, jam 07.30,

    aku menghidupkan televisi dan menonton acara bimbingan agama. Kebetulan

    sekali, pada waktu itu ada seorang penelpon yang bertanya ihwal keadaannya.Penelpon bertanya tentang apa yang harus dilakukannya

    sehubungan dengan seorang pria yang telah menjadi pacarnya selama dua

    tahun. Si

    penelpon mengajak menikah tetapi Si Cowok menolaknya. Ibu ustadzah

    menasihatinya untuk beristigfar, mohon ampun kepada Allah lalu sholat

    istikhoroh. Beliau menganjurkan untuk minta kepada Allah agar dijelaskan

    perkaranya, kalau memang baik ya mohon diberi petunjukdan didekatkanserta

    diikatkan dengan jalinan pernikahan, jika memang tak baik ya mohon dijauhkan

    dan dan diberi ketabahan.

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    5/6

    Tuhan mungkin sedang menyindirku lewat TV ini, pikirku saat itu. Sore harinya,

    aku menyisihkan waktu untuk mengikuti pesan ustadzah tadi pagi. Aku coba

    merangkai kata dan bermunajat kepadaNya :

    Ya

    Allah ya tuhanku, aku telah menyukai seseorang, maka aku memohon padaPengabul

    Doa. Jadikanlah cintaku ini cinta yang benar, bentuklah rasa ini karena Mu

    wahai Dzat Yang Maha Pembentuk, serta ikatkanlah kami dengan jalinan yang

    sah

    menurutMu, jika ini memang jatahku.

    Yaa

    Rabbii, jangan jadikan ini pengurang cintaku kepadaMu dan jangan jadikan ini

    sebagaipenghalang rinduku padaMu sehingga aku jadi mendua.

    Kumohon,

    jadikan di hatiku kebahagiaan yang tentram, bukan keresahan.sungguh, ia telah

    membuat diri gundah, kosongkan dirinya dari hati ini. Maka kutitipkan dia dari

    hatiku kepadaMu Dzat Yang Maha Mamelihara.

    Hari-hariku masih saja menyimpan gelisah. Lalu aku kuatkan tekad di hati untuk

    menghilangkan hal-hal itu selagi masih kuliah. Mungkin harus kuselesaikan dulukuliahku yang sudah berjalan sampai di

    tengah. Setelah kulampaui, baru akan berpikir untuk mencari, menemui, dan

    menikahi. Itu sedikit tekadku untuk mengurangi resahku, dan untuk

    menumpahkan rasa yang masih tersisa aku mencoba mengabadikannya lewat

    goresan pena di kertas yang telah tersedia. Aku berharap dapat menghilangkan

    gelisah dan resah. Semoga saja berguna dan aku dapat bertahan sampai

    waktunya. Kumulai menulis huruf demi huruf hingga lima bait syair penuh rasa :

    Kepada:

    Seorang Saudariku di Sana

    Terlalu banyak rasa yang harus dipendam daripada diungkapkan

    Masih ada banyak rahasi yang mesti disimpan daripada diutarakan

    Tetapi, ini menjadi beban,

    Ke mana harus menghilangkan/melepaskan

    Haruskah kukatakan saat ini

    Bahwa aku rindu padamu

  • 8/9/2019 Biar Kusimpan Saja Cintaku

    6/6

    Apakah mesti kuungkapkan hari ini

    Bila aku memendam rasa itu

    Bagaimana aku bisa mengatakan

    Sedang lidahku terasa kaku

    dan aku masih malu

    lagipula, ada Dia Yang Mahatahu

    Biar kupendam cintaku, kubur dan kutanam di hati

    Semoga tumbuh subur dan berbunga

    sehingga pada saatnya, kuberikan pada yang kucinta

    Kutitipkan cintaku padamu kepada-Nya

    Biar Dia yang memelihara

    Jika sudah jatuh masanya,

    kuambil pokok serta bunganya

    dan kuberikan padamu sebagai mas kawinnya.

    Alhamdulillah, 3 JUNI 2003, ditulis ulang Minggu, 20 Juni 2004. Semoga Allah Ar

    Rahman, Ar Rahim, Al Hafidh, memberi kekuatan kepadaku dan kepada kita

    semua untuk dapat menjga

    diri, terutama dari cinta. Semoga Allah mengampuniku atas segala dosaku dan

    dengan semua kemurahanNya, begitu pula untuk semua yang boleh aku

    doakan.Amin,Allahumma Amin

    Penulis : Muhammad Zawawi